Anda di halaman 1dari 27

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

“MAKALAH
PSAK NOMOR 19 (ASET TAK BERWUJUD)”

Nama : Nina Putriyana Br Nasution


NIM : 170203027
Prodi : Akuntansi 01
Mata Kuliah : Standar Akuntansi Keuangan

PRODI EKONOMI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAMUDRA

LANGSA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “PSAK nomor 19 (ASET TAK BERWUJUD) “
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini terutama kepada dosen mata kuliah Standar Akuntansi Keuangan ,
tak lupa pula kepada orang tua yang telah memberi saya dukungan dan semangat atas pengerjaan
makalah ini.
Akhirnya melalui sebuah do’a dan harapan semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi para pembaca semua.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha saya. Aamiin.

Langsa, 11 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
2.1................................................................................................................... 3
2.2 ..................................................................................................................6
2.3 ................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................10
3.2 Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan pasti mempunyai Aset tidak berwujud yang digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif
yang timbul dari pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik
tertentu. Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain.
Dimana Aset tidak berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca
diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya.
Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang akuratnya
pencatatan terhadap transaksi Aset tidak berujud tersebut. Sebagai bagian dari neraca, Aset tidak
berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan
pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu
juga terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi
dan penghentian serta penghapusannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok
kami membuat makalah yang berjudul “Aset Tidak Berwujud”.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian aset tak berwujud?
2.      Apa saja Jenis aset tak berwujud?
3.      Bagaimana konsep biaya riset dan pengembangan dalam aset tak berwujud?
4.      Apa itu biaya situs Wet dalam aset tak berwujud?
5.      Bagaimana Penyajian dalam aset tak berwujud?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.      Menjelaskan pengertian aset tak berwujud.
2.      Menjelaskan Jenis aset tak berwujud.
3.      Menjelaskan konsep biaya riset dan pengembangan dalam aset tak berwujud.
4.      Menjelaskan biaya situs Wet dalam aset tak berwujud.
5.      Menjelaskan Penyajian dalam aset tak berwujud.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berwujud
mungkin timbul dari:
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berwujud
mungkin timbul dari:
1. Pemerintah seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu seperti franchise dan lease.
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) asset tidak berwujud adalah asset non-
moneter yang dapat didefinisi tanpa wujud fisik.
Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau
jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative. Aset tetap tidak berwujud
diakui jika dan hanya jika:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
Aset tersebut, dan
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.
Secara umum, akutansi untuk Aset tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk Aset
tetap. Seperti halnya Aset tetap, Aset berujud juga dicatat atas harga dasar harga perolehan dan
harga perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis selama masa manfaat Aset tak
berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku Aset tak berujud dihapuskan
dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada).
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi Aset tak berujud bila
dibandingkan dengan akutansi Aset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus
Aset tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi Aset tak
berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening Aset tak berujud yang
bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti
halnya akumulasi depresiasi pada Aset tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara
yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening Aset tak berujud. Perbedaan kedua
ialah bahwa periode amortisasi suatu Aset tak berujud tidak boleh melebihi 40 tahun. Sebagai
contoh, jika masa manfaat suatu Aset tak berujud adalah 60 tahun, maka amortisasinya harus
dilakukan 40 tahun. Akan tetapi jika masa menfaat Aset tak berujud kurang dari 4 tahun, maka
masa manfaat itulah yang akan digunakan. Aturan tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar
semua Aset tak berujud, terutama yang tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode
waktu yang wajar.
Berbeda dengan Aset tetap, amortisasi Aset tak berujud hanya mengenal satu metoda, yaitu
metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi Aset tak berujud pada berbagai

perusahaan relatif mudah diperbandingkan.

2.2 Karakteristik Aset tidak Berwujud


Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti Aset berwujud seperti property, pbrik,
dan peralatan , Aset berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau
privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, Aset sepertu depositi bank, piutang usaha,
dan investigasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi
fisik, tetap tidak diklasifikasikan sebagi Aset tak berwujud. Aset ini merupakan
instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari pihak untuk menerima kas atau
ekuivalenka dimasa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi. Aset tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun. Investasi dalam Aset ini biasanya
dibebenkan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periode.
Akuntansi untuk Aset tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan
akuntansi Aset jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk
jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah
jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
     Klasifikasi dan Prisip Akuntansi Dasar Aset Tak Berwujud
1.      Klasifikasi Aset Tak Berwujud
a) Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aset tak berwujud dapat diperoleh dengan
cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang
lain. Cara lain untuk memperoleh Aset tak berwujud adalah dengan cara
membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.
b) Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek
dagang , dan wiralaba. Aset tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi
nilainya dapat diturunkan dari nilai Aset yang berhubungan denganya. Contohnya
adalah goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas
konsumen atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
c) Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa Aset tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud
lainya, yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga .
Contohnya dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya
organisasi ini secara terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill  adalah
contoh Aset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat
dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan
atau dihubungkan denan Aset lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan
mengakuisisi Aset lainya secara simultan.
d) Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa Aset tak
berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada
perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten
memeiliki umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang
dicantumkan dalam kontrak lease.
2.      Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud
Akuntansi untuk Aset tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi
serupa yang diaplikasikan untuk Aset tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan
peralatan yaitu :
a) Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.
b)Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
c) Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang

diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.

2.3 Pencatatan dan penilaian Aset tidak berwujud


1.    Mencatat Biaya Pembelian Aset Tak Berwujud
Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi
dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan
hukum, dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi
merupakan biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari Aset yang
diterima, mana yang lebih dapat ditentukan.
Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis Aset tak berwujud
Cara Akuisisi
Jenis Pembelian Dibuat secara internal
a.Aset tak Berwujud yang a.Di kapaitalisasikan pada a.Dibebankan atau
dapat diidentifikasi secara biaya akuisisi. dikapitalisasi tergantung
terpisah ( hak paten, merek b. Diamortisasi selama umur pada Aset tak berwujud
dagang, dan biaya hukum atau estimasi masa tertentu.
organisasi  manfaat mana yang lebih b. Jika dikapitalisasi, akan di
singkat dengan umur amortisasi sebagai Aset tak
maksimum 40 tahun berwujud yang dibeli.

b.Aset tak berwujud yang a. Dibebankan pada saat


tidak dapat diidentifikasi terjadinya.
secara terpisah ( goodwill  b. Tidak tersedia pilihan untuk
pengkapitalisasian,
sehingga tidak akan ada
amortisasi

2.    Mencatat Biaya Aset Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.


Kadang kala perusahaan membuat sendiri Aset tak berwujud, seperti paten. Hanya
biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan Aset tak berwujud tersebut
hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian
yang sangat besar untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk
mendapatkan paten tersebut yang dikapitalisasi sebagai Aset. Karena kendala ini, biaya
yang dikapitalisasi untuk Aset tak berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak
mencerminkan nilainya, sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk Aset tak berwujud yang
dibeli melalui transaksi yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya
Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur Aset tak berwujud:
 Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur
manfaatmaksimum.
 Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat
mengubah batas umur masa manfaat Aset tersebut.
 Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat
mengurangi umur manfaat.
 Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
 Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat
membatasi keunggulan kompetitif yang sudah ada.
 Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat
diproyeksikan dengan layak.
 Apakah Aset tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur
manfaat efektif yang bervariasi.
Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya
Aset  tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau
umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
a)  Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud
Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari
penggunaan Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang
belum diamortisasikan, maka Aset tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian
penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai
buku Aset yang telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat Aset tersebut,
tetapi periode amortisasi tidak lebih dari 40 tahun
b) Pelepasan Aset Tak Berwujud
Ketika sebuah Aset tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang
belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui
dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih

dari pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.


 2.4 Jenis Dari Aset Tidak Berwujud:
Kieso et al.(2011:623) menjelaskan bahwa terdapat berbagai jenis aset tidak berwujud,
yang sering kali dikelompokkan menjadi enam kategori besar antara lain:
1. Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan pemasaran
Kieso et al (2011:623-624) menjelasskan Aset tidak berwujud terkait pada
pemasaran untuk produk atau jasa, adalah seperti nama dagang dan merek dagang. Hak
untuk menggunakan nama dagang dan merek dagang menurut Common Low, secara
eksklusif berada pada pengguna awal selama mereka terus menggunakannya. Pendaftaran
terhadap pada Kantor Paten dan Merek Dagang memberikan perlindungan hukum untuk
pembaharuan kembali yang tak terbatas dalam masing-masing periode selama 10 tahun.
Sehingga perusahaan yang menggunakan suatu merek dagang atau nama dagang yang telah
ditetapkan dapat mengakui menganggapnya memiliki umur yang tidak terbatas
2.      Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan pelanggan
Aset tidak berwujud terkait pelanggan dihasilkan dari hubungan perusahaan
dengan pihak luar. Dalam hal ini termasuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat
tidak terbatas. Perusahaan harus mengasumsikan nilai sisa sebesar nol kecuali jika umur
manfaat aset lebih pendek dari pada umur ekonomisnya.
Dalam kieso (2011 : 624-625)
Contoh:
Biaya                                         6.000.000
Nilai sisa                                       (60.000)    
Dasar Amortisasi                       5.940.000
*amortisasi garis lurus dengan masa manfaat 3 tahun : (5.940.000/3
=1.980.000)                                                 

1 januari Daftar
2015 pelanggan                                                                        6.000.000
kas                                                                                        6.
000.000
(Pembelian daftar pelanggan)

31 Bebab
desember Amortisasi                                                                       1.980.000
2015, 2016, Daftar pelanggan atau akumulasi amortisasi daftar

2017 pelanggan            1.980.000
(Amortisasi)

3.      Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan seni


Kieso et al (2011 : 625) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan
seni, terdapat hak cipa melindungi hak kepemilikan ini. Hak cipta diberikan selama umur
penciptanya ditambah 70 tahun. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak
cipta dapat dikapitalisasi. Secara umum masa manfaat hak cipta lebih pendek dari umur
hukumnya, namun kesulitan menemukan jumlah tahun yang akan menerima manfaat
mendorong perusahaan menghapus biaya selama periode waktu yang cukup pendek.
4.      Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan kontrak
Kieso el al (2011: 625-626) menjelaskan, bentuk umum dari sset tidak berwujud
yang berhubungan dengan kontrak adalah waralaba (franchise) yaitu lisensi, ijin bangunan,
hak siaran dan kontrak jasa atu pasokan, yang keseluruhan merupakan hak yang timbul
dari perjanjian kontrak. Waralaba berlangsung selama masa periode waktu tertentu.
Pencatatan sebagai aset tidak berwujud hanya jika terdapat biaya yang diidentifikasi pada
akuisisi hak pengoperasian. Biaya waralaba dengan umur terbatas harus dimortisasi selama
umur waralaba. Kecuali jika umur tidak terbatas tidak diperlukan amortisasi tetapi dicatat
pada biaya. Pembayaran tahunan sesuai kontrak harus dicatat sebagai beban operasi
periode berjalan karena tidak berhubungan dengan hak masam mendatang.
5.      Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi
Kieso et al (2011: 626) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan
teknologi  berkaitan erat dengan invosi dan perkembangan teknologi, seperti halnya paten.
Terdapat dua jenis paten yaitu paten proses dan paten produk, hak paten diberikan selama
periode 20 tahun dan dicatat sebesar biaya perolehan namun tidak termasuk biaya
penelitian dan pengembangan karena kedua biaya tersebut harus dibebankan pada periode
terjadinya. Biaya paten diamortisasi selama umur hukum atau umur manfaatnya, mana
yang lebih pendek, namun sangat memungkinkan adanya modifikasi yang yang dapat
menghasilkan paten baru. Perusahaan membebankan biaya hukum dan biaya lainnya yang
dikeluarkan untuk mempertahankan tuntutan paten sebagai biaya perolehan paten. Beban
amortisasi harus mencerminkan pola penggunaan paten. Jika paten menjadi tidak berharga
karena permintaan dan produksi menurun maka aset harus segera dihapuskan pada akun

beban.
1 2015 Paten                                                                                   6.000.000
kas                                                                                      6.
000.000
(Biaya hukum atas paten)

31 desember 2015 Bebab Amortisasi Paten                                                     1.980.000


                Paten atau akumulasi amortisasi
Paten                       1.980.000
(Amortisasi paten)

6.      Goodwill
Goodwill adalah sisa: kelebihan biaya atas nilai wajar aset bersih yang dapat
diidentifikasi yang diakuisisi, sehingga goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis
secara keseluruhan, salah satu cara untuk menjual goodwill adalah dengan menjual usaha.
Dalam penggabungan usaha biaya dibebankan jika memungkinkan pada aset tidak
berwujud dan aset berwujud bersih yang dapat diidentifikasi, sisanya dicatat dalam akun
aset tidak berwujud yang disebut goodwiil. Kieso et al (2011: 629)

7.  Aset Tidak Berwujud Yang Dapat Dipertukarkan

Aset Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah Aset tak berwujud yang
dapat diidentifikasi sebagian dari Aset lainya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya :
mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya organisasi.

1. Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan
mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan.
Suatu hak paten biasanya tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang
dengan memberikan hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan
pada rancangan dasar penemuan yang lama.

Harga perolehan suatu Aset-Aset tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya) yang
dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh pemerintah.
Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari kemungkinan adanya
pelanggaran oleh pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat berguna bagi perusahaan dalam
mengamankan upaya memperoleh laba melalui penjualan barang atau jasa. Itulah sebabnya
perusahaan yang berhasil menemukan suatu produk baru, tidak segan-segan untuk
mengeluarkan sejumlah uang demi memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pohak lain
(pesaing) tidak dibenarkan untuk memproduksi danmenjual temuan baru tersebut.
Pengeluaran untu memperoleh hak paten dicatat dalam rekening Hak Paten (atau sering
disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.

Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau
selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa
manfaat, perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai
ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hak
paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak tersebut. Untuk
memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, misalnya PT Erwin Megah
membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000,00. Masa manfaat hak tersebut
diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi pertahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp.
60.000.000,0 : 8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.

Des 31        Biaya Paten ………… Rp.  7.500.000

                       Hak Paten ……………Rp. 7.500.000

       ( untuk mencatat amortisasi hak paten )


Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.

2. Hak Cipta  
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak
istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya
seni atau karya tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk
mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.

Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya.
Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya
diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.

3.    Merek Dagang atau Nama Dagang

Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang
membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu.
Apabila kita mendengar nama dagang seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola,
dengan cepat terbayang dalam pikiran kita produk apa yang dimaksud dan tidak akan salah
mengartikannya pada produk lain. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar
bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu
atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek dagang
atau nama dagang atau mendaftarkannya pada pemerintah.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut
adalah harga belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara perolehan
meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan pengeluaran-pengeluaran
lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak tersebut.

Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama masa
manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek. Mengingat
sulitnya penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan jangka waktu yang
relatif pendek.

4.    Franchise (Waralaba) dan License (Perijinan)

Bila Kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald,
atau Pizza Huts, maka disitu kita menemukan franchise. Franchise adalah Adalah hak yang
diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus
mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha
tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.

Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka
ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau
aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak
berwujud.

Franchise dan lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan
kemungkinan perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak
franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak
tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan suatu hak franchise dan
lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila
jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan franchise (atau lisensi) harus diamortasi
sebagai biaya operasi selama jangka waktu ijin pengeoprasianhak tersebut. Namun apabila
jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakuakn selama jangka waktu ijin
pengoprasian hak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka
amortisasi dilakukan selama jangka waktu yang ditentukan dengan taksiran yang wajar.
Jika dalam jangka perjanjian franchise tesebut pihak pemegang hak diwajibkan membayar
secara tahunan, maka pembayaran tersebut diperlakukan sebagai biaya operasi pada
periode dilakukan pembayaran.

5.    Lease hold (Hak sewa)

Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa Aset tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh
pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai Aset tetap (tak berwujud)
karena dua alasan :

Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.Manfaat
yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh
perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.

6.    Perijinan (Permit & Licences)

Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka
ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau
aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak
berwujud.

7.    Hak Penggandaan (Copyright)

Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya
ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film
tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
8.    Biaya Organisasi

Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan tersebut biaya
organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada
underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte
pendirian dan biaya promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat.
Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi sebagau Aset tak berujud dengan nama Biaya
Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi
dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang
dianggap wajar. Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi
selama jangka waktu tertentu.

9.    Goodwill

Goodwill adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh


perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain.
Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen
yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya,
letaknya strategis, dan lain-lain.Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi
suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak
lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/
berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuisisi.

2.3     Biaya Research Dan Pengembangan

Biaya research dan pengembangan bukan Aset tak berujud, tetapi karena
pengeluaran-pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka
pengeluaran tersebut akan dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan
pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan
dalam rangka mendapatan produk baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-
perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini
mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara sedang berkembang.

Research dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-


kadang sulit untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali
terdapat ketidakpastian mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya maupun
kapan manfaat tersebut akan diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk research dan
pengembangan biasanya dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi pengeluaran. Pengeluaran
seperti ini tidak memperhatikan apakah pengeluaran akan berhasil atau tidak berhasil:

Sebagai contoh, misalnya PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp.


30.000.000,00 untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini
telah menghasilkan dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak
paten. Walaupun demikin, pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak dapat
dimasukkan dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus diperlakukan sebagai
biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut.

Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa
dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan
menyebabkan Aset dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat,
bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan Aset yang
sifatnya sangat spekulatif dalam neraca

ISAK 14

2.4 Biaya Situs Web

ISAK 14: Prinsip umum

•       ISAK 14 Aset Tidak Berwujud- Biaya Situs Web merupakan adopsi dari SIC
32: Web Site Cost. SIC 32 pengakuan biaya untuk pengembangan web site entitas sebagai
aset tidak berwujud.

•       Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak dapat diakui sebagai aset
tidak berwujud.
•       Biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai aset tidak berwujud
apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang disyaratkan PSAK 19
(revisi 2009): Aset Tidak Berwujud terutama mengenai :

–      kemampuan web site menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan,

•       contoh website mampu menghasilkan pendapatan.

ISAK No. 14: Biaya Situs Web

•       Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak dapat diakui sebagai aset tidak
berwujud

•       Dapat diakui, apabila memenuhi persyaratan pengakuan “pengembangan” yang disyaratkan
PSAK 19,

•       Terutama kriteria mengenai kemampuan situs web menghasilkan manfaat ekonomis di
masa depan

•       Karakteristik khusus Situs WEB

•       Entitas dapat melakukan pengeluaran internal pada pengembangan dan pengoperasian situs
web miliknya untuk akses internal maupun eksternal.

•       Situs web yang dirancang untuk akses eksternal dapat digunakan untuk berbagai keperluan
seperti untuk mempromosikan dan mengiklankan produk dan jasa entitas, menyediakan layanan
elektronik, dan menjual produk dan jasa.

•       Situs web yang dirancang untuk akses internal dapat digunakan untuk menyimpan
kebijakan entitas dan rincian pelanggan, dan mencari informasi yang relevan.

ISAK 14

•       IASB memberikan empat tahap pengembangan situs dimana setiap tahap harus direviu
secara individu.

•       mungkin saja tidak semua biaya pada semua tahap pengembangan dapat dikapitalisasi.
•       SIC 32 menegaskan bahwa website yang mampu menghasilkan future economic benefit
(misalnya pembelian lewat web) maka development expenditure bisa dikapitalisasi.

•       Bila perusahaan tidak bisa membuktikan bahwa website akan menghasilkan manfaat
ekonomis masa depan yang dapat diatribusikan langsung ke website tersebut (misalnya
promotional website) maka development expenditure dibebankan.

•       Tahapan Pengembangan

•       Permasalahan Situs WEB

(a)    apakah situs web secara internal menghasilkan aset tidak berwujud yang merupakan
bahasan pada persyaratan dari PSAK 19 (revisi 2010): Aset Tidak Berwujud? dan

(b)   Bagaimana perlakuan akuntansi yang sesuai atas pengeluaran tersebut?.

•       Situs web entitas yang muncul dari pengembangan dan digunakan untuk akses internal


maupun eksternal merupakan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal seperti yang
tercakup dalam persyaratan PSAK 19 (revisi 2010): Aset Tidak Berwujud.

•       Situs web yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika dan
hanya jika, Situs web yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika
dan hanya jika, memenuhi persyaratan umum dalam PSAK 19.

•       ISAK 14: Interpretasi

•       Apabila entitas tidak dapat menunjukkan bagaimana situs web yang dikembangkan
(semata-mata atau terutama untuk mempromosikan dan iklan produk dan jasa entitas) akan
menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan, maka semua pengeluaran pada
pengembangan situs web harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Biaya Penelitian Dan Pengembangan

Dijelaskan pada PSAK 19 Revisi 2009 termasuk dalam Kieso et al (2011: 635-637)


termasuk dalam, bahwa biaya penelitian dan pengembangan dengan sendirinya bukan sebagai
aset tidak berwujud, sehingga semua biaya penelitian dan pengembangan harus dibebankan ke
beban pada saat terjadinya. Selainitu juga dijalaskandalam PSAK 19 Revisi 2009, bahwa
tahapPengembangandapatdikapitalisasisebagaiasettidakberwujudsebesarbiayaperolehanjikakriter
iapengakuanterpenuhi dan asetbaruhasilpengembangansiapdigunakan.

Akuntansiuntukaktivitaspenelitian dan pengembangan:

Kieso et al (2011: 637) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah sebagai
berikut:

1. Bahan, peralatan dan fasilitas: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos memiliki
manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat sebagai persediaan
dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.

2.   Personil (gaji, upah dan biaya terkait personil) dibebankan ketika terjadi.

3.   Aset tidak berwujud yang dibeli: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos memiliki
manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat sebagai persediaan dan
dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.

4.   Jasa kontrak: dibebankan ketika terjadi

5.   Biaya tidak langsung: dibebankan ketika terjadi.

Biaya lain yang serupadenganbiayapenelitian dan pengembangan:

Kieso et al (2011: 638-640) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah


sebagai berikut:

1.   Biaya Start-Up: biaya dikeluarkan sekali untuk memulai operasi baru dan dibebankan ketika
terjadi.

2.   Kerugian operasi awal: dibebankan ketika terjadi

3.   Biaya iklan: dibebankan ketika terjadi atau dibebankan ketika pertama kali iklan dimuat.

4.   Biaya perangkat lunak komputer: Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak
dapat diakui sebagai aset tidak berwujud.
Biaya perangkat lunak secara rinci diatu dalam ISAK 14, namun pada prinsip umum ISAK
14 dipaparkan bahwa biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai aset tidak
berwujud apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang disyaratkan PSAK 19
(revisi 2009) mengenai aset tidak berwujud terutama mengenai kemampuan menghasilkan
manfaat ekonomi di masa depan

2.5     Penyajian Aset tidak Berwujud

Kieso et al (2011: 640-642) memaparkan terkait penyajian aset tidak berwujud dan pos lain
yang berhubungan:

a.    Laporan Posisi Keuangan: semua aset tidak berwujud selain goodwill dilaporkan secara
terpisah, dan goodwill harus diungkapkan sebagai pos terpisah. Hal ini karena goodwill dan
aset tidak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aset lain.

b.   Laporan Laba Rugi: pelaporan atas beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai aset tidak
berwujud sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan goodwill dilaporkan
terpisah, kecuali jika operasi sudah tidak berjalan.

c.    Catatan pada laporan keuangan: harus meliputi informasi mengenai aset tidak berwujud
yang diakuisisi, beban amortisasi keseluruhan, perubahan jumlah catatan goodwill selama
periode berjalan.

1. Penyajian Dalam Laporan Keuangan     


Pada umumnya Aset tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi Aset
tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah Aset tetap. Pelaporan harus cukup jelas dan bila
mana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri ataupun dalam catatan atas
laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau amortisasi yang digunakan juga harus
dijelaskan dan jumlah depresiasi atau amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga
disebutkan. Contoh penyajian Aset tetap, sumber alam dan Aset tak berujud dalam neraca
adalah sebagai berikut:
PT. ARDI PERKASA
Neraca sebagian
Aset Tetap
Tambang batu bara, atas dasar
Harga perolehan, dikurangi deplesi                   Rp         95.400.000
Gedung dan peralatan, atas
Dasar harga perolehan                                       Rp    2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi depresiasi                         Rp   1.229.000.000
                                                                                 987.100.000
Jumlah Aset tetap                                             Rp     1.073.500.00
Aset tak berujud
Hak Paten                                                            Rp      410.000.000
Jumlah                                                                 Rp   1.483.500.000
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berujud
mungkin timbul dari:
1.    Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2.    Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3.    Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi fisik,
bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek
amortisasi, klasifikasi Aset Tak Berwujud yaitucara akuisisi (manner of acquisition), dapat
diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang
diharapkan (period of expected benefit).  
Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya,
Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi, menerapkan
prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih
antara pertimbangan yang diterima.
Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya
ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai
residu. Biaya Aset  tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan
atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
Pada umumnya Aset tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi Aset tidak
berujud dilaporkan tersendiri setelah Aset tetap.

B.  Saran
Mungkin inilah hasil dari tugas makalah saya tentang Aset Tak Berwujud Mata Kuliah
Akuntansi Keungan dalam isi makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya tetapi saya
rasa  penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan
penulisan dan penyusunannya. Untuk itu saya sebagai penyusun makalah ini butuh saran kritik
dari para pembaca makalah ini untuk menjadikan makalah ini lebih semprna lagi. Dan saya
mengucapkan terima kasih pada dosen Mata kuliah Akuntasi Biaya yang telah memberikan tugas
untuk membuat makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com

Jusup Al. Haryono. 2009.  Dasar-dasar Akuntansi jilid 2. Yogyakarta : STIE YKPN

Soepriyanto, Gatot dkk.2010.Pengantar Akuntansi 2. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia.2002. Standar Akuntansi Keuangan p e r 1 April 2002. Jakarta:

Salemba Empat.

https://hepiprayudi.wordpress.com/2011/01/15/psak-19-aset-takberwujud-isak-4-biaya-situs-
web-revisi-2010/

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK19 Revisi 2009 “Aset Tidak Berwujud”

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 22 Revisi 2010 “Kombinasi Bisnis”

Kieso, Donald E.; Jerry J. Weigent; and Terry D. Warfield, Intermediate Accounting IFRS 
Edition, Vol.1. 2011. New York: John Willey & Sons, Inc.

http://fridarohmasulaeman.blogspot.com/2016/04/aset-tidak-berwujud_11.html

https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-aset-tak-berwujud.html
.

Anda mungkin juga menyukai