“MAKALAH
PSAK NOMOR 19 (ASET TAK BERWUJUD)”
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “PSAK nomor 19 (ASET TAK BERWUJUD) “
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini terutama kepada dosen mata kuliah Standar Akuntansi Keuangan ,
tak lupa pula kepada orang tua yang telah memberi saya dukungan dan semangat atas pengerjaan
makalah ini.
Akhirnya melalui sebuah do’a dan harapan semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi para pembaca semua.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha saya. Aamiin.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berwujud
mungkin timbul dari:
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berwujud
mungkin timbul dari:
1. Pemerintah seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu seperti franchise dan lease.
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) asset tidak berwujud adalah asset non-
moneter yang dapat didefinisi tanpa wujud fisik.
Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau
jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative. Aset tetap tidak berwujud
diakui jika dan hanya jika:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
Aset tersebut, dan
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.
Secara umum, akutansi untuk Aset tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk Aset
tetap. Seperti halnya Aset tetap, Aset berujud juga dicatat atas harga dasar harga perolehan dan
harga perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis selama masa manfaat Aset tak
berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku Aset tak berujud dihapuskan
dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada).
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi Aset tak berujud bila
dibandingkan dengan akutansi Aset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus
Aset tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi Aset tak
berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening Aset tak berujud yang
bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti
halnya akumulasi depresiasi pada Aset tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara
yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening Aset tak berujud. Perbedaan kedua
ialah bahwa periode amortisasi suatu Aset tak berujud tidak boleh melebihi 40 tahun. Sebagai
contoh, jika masa manfaat suatu Aset tak berujud adalah 60 tahun, maka amortisasinya harus
dilakukan 40 tahun. Akan tetapi jika masa menfaat Aset tak berujud kurang dari 4 tahun, maka
masa manfaat itulah yang akan digunakan. Aturan tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar
semua Aset tak berujud, terutama yang tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode
waktu yang wajar.
Berbeda dengan Aset tetap, amortisasi Aset tak berujud hanya mengenal satu metoda, yaitu
metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi Aset tak berujud pada berbagai
diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
1 januari Daftar
2015 pelanggan 6.000.000
kas 6.
000.000
(Pembelian daftar pelanggan)
31 Bebab
desember Amortisasi 1.980.000
2015, 2016, Daftar pelanggan atau akumulasi amortisasi daftar
2017 pelanggan 1.980.000
(Amortisasi)
beban.
1 2015 Paten 6.000.000
kas 6.
000.000
(Biaya hukum atas paten)
6. Goodwill
Goodwill adalah sisa: kelebihan biaya atas nilai wajar aset bersih yang dapat
diidentifikasi yang diakuisisi, sehingga goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis
secara keseluruhan, salah satu cara untuk menjual goodwill adalah dengan menjual usaha.
Dalam penggabungan usaha biaya dibebankan jika memungkinkan pada aset tidak
berwujud dan aset berwujud bersih yang dapat diidentifikasi, sisanya dicatat dalam akun
aset tidak berwujud yang disebut goodwiil. Kieso et al (2011: 629)
Aset Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah Aset tak berwujud yang
dapat diidentifikasi sebagian dari Aset lainya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya :
mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya organisasi.
1. Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan
mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan.
Suatu hak paten biasanya tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang
dengan memberikan hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan
pada rancangan dasar penemuan yang lama.
Harga perolehan suatu Aset-Aset tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya) yang
dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh pemerintah.
Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari kemungkinan adanya
pelanggaran oleh pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat berguna bagi perusahaan dalam
mengamankan upaya memperoleh laba melalui penjualan barang atau jasa. Itulah sebabnya
perusahaan yang berhasil menemukan suatu produk baru, tidak segan-segan untuk
mengeluarkan sejumlah uang demi memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pohak lain
(pesaing) tidak dibenarkan untuk memproduksi danmenjual temuan baru tersebut.
Pengeluaran untu memperoleh hak paten dicatat dalam rekening Hak Paten (atau sering
disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.
Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau
selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa
manfaat, perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai
ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hak
paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak tersebut. Untuk
memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, misalnya PT Erwin Megah
membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000,00. Masa manfaat hak tersebut
diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi pertahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp.
60.000.000,0 : 8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.
2. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak
istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya
seni atau karya tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk
mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya.
Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya
diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang
membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu.
Apabila kita mendengar nama dagang seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola,
dengan cepat terbayang dalam pikiran kita produk apa yang dimaksud dan tidak akan salah
mengartikannya pada produk lain. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar
bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu
atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek dagang
atau nama dagang atau mendaftarkannya pada pemerintah.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut
adalah harga belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara perolehan
meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan pengeluaran-pengeluaran
lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak tersebut.
Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama masa
manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek. Mengingat
sulitnya penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan jangka waktu yang
relatif pendek.
Bila Kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald,
atau Pizza Huts, maka disitu kita menemukan franchise. Franchise adalah Adalah hak yang
diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus
mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha
tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka
ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau
aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak
berwujud.
Franchise dan lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan
kemungkinan perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak
franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak
tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan suatu hak franchise dan
lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila
jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan franchise (atau lisensi) harus diamortasi
sebagai biaya operasi selama jangka waktu ijin pengeoprasianhak tersebut. Namun apabila
jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakuakn selama jangka waktu ijin
pengoprasian hak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka
amortisasi dilakukan selama jangka waktu yang ditentukan dengan taksiran yang wajar.
Jika dalam jangka perjanjian franchise tesebut pihak pemegang hak diwajibkan membayar
secara tahunan, maka pembayaran tersebut diperlakukan sebagai biaya operasi pada
periode dilakukan pembayaran.
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa Aset tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh
pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai Aset tetap (tak berwujud)
karena dua alasan :
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.Manfaat
yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh
perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka
ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau
aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak
berwujud.
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya
ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film
tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
8. Biaya Organisasi
Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan tersebut biaya
organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada
underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte
pendirian dan biaya promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat.
Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi sebagau Aset tak berujud dengan nama Biaya
Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi
dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang
dianggap wajar. Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi
selama jangka waktu tertentu.
9. Goodwill
Biaya research dan pengembangan bukan Aset tak berujud, tetapi karena
pengeluaran-pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka
pengeluaran tersebut akan dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan
pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan
dalam rangka mendapatan produk baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-
perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini
mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara sedang berkembang.
Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa
dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan
menyebabkan Aset dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat,
bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan Aset yang
sifatnya sangat spekulatif dalam neraca
ISAK 14
• ISAK 14 Aset Tidak Berwujud- Biaya Situs Web merupakan adopsi dari SIC
32: Web Site Cost. SIC 32 pengakuan biaya untuk pengembangan web site entitas sebagai
aset tidak berwujud.
• Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak dapat diakui sebagai aset
tidak berwujud.
• Biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai aset tidak berwujud
apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang disyaratkan PSAK 19
(revisi 2009): Aset Tidak Berwujud terutama mengenai :
• Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak dapat diakui sebagai aset tidak
berwujud
• Dapat diakui, apabila memenuhi persyaratan pengakuan “pengembangan” yang disyaratkan
PSAK 19,
• Terutama kriteria mengenai kemampuan situs web menghasilkan manfaat ekonomis di
masa depan
• Entitas dapat melakukan pengeluaran internal pada pengembangan dan pengoperasian situs
web miliknya untuk akses internal maupun eksternal.
• Situs web yang dirancang untuk akses eksternal dapat digunakan untuk berbagai keperluan
seperti untuk mempromosikan dan mengiklankan produk dan jasa entitas, menyediakan layanan
elektronik, dan menjual produk dan jasa.
• Situs web yang dirancang untuk akses internal dapat digunakan untuk menyimpan
kebijakan entitas dan rincian pelanggan, dan mencari informasi yang relevan.
ISAK 14
• IASB memberikan empat tahap pengembangan situs dimana setiap tahap harus direviu
secara individu.
• mungkin saja tidak semua biaya pada semua tahap pengembangan dapat dikapitalisasi.
• SIC 32 menegaskan bahwa website yang mampu menghasilkan future economic benefit
(misalnya pembelian lewat web) maka development expenditure bisa dikapitalisasi.
• Bila perusahaan tidak bisa membuktikan bahwa website akan menghasilkan manfaat
ekonomis masa depan yang dapat diatribusikan langsung ke website tersebut (misalnya
promotional website) maka development expenditure dibebankan.
(a) apakah situs web secara internal menghasilkan aset tidak berwujud yang merupakan
bahasan pada persyaratan dari PSAK 19 (revisi 2010): Aset Tidak Berwujud? dan
• Situs web yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika dan
hanya jika, Situs web yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika
dan hanya jika, memenuhi persyaratan umum dalam PSAK 19.
• Apabila entitas tidak dapat menunjukkan bagaimana situs web yang dikembangkan
(semata-mata atau terutama untuk mempromosikan dan iklan produk dan jasa entitas) akan
menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan, maka semua pengeluaran pada
pengembangan situs web harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Kieso et al (2011: 637) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah sebagai
berikut:
1. Bahan, peralatan dan fasilitas: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos memiliki
manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat sebagai persediaan
dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
2. Personil (gaji, upah dan biaya terkait personil) dibebankan ketika terjadi.
3. Aset tidak berwujud yang dibeli: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos memiliki
manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat sebagai persediaan dan
dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
1. Biaya Start-Up: biaya dikeluarkan sekali untuk memulai operasi baru dan dibebankan ketika
terjadi.
3. Biaya iklan: dibebankan ketika terjadi atau dibebankan ketika pertama kali iklan dimuat.
4. Biaya perangkat lunak komputer: Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak
dapat diakui sebagai aset tidak berwujud.
Biaya perangkat lunak secara rinci diatu dalam ISAK 14, namun pada prinsip umum ISAK
14 dipaparkan bahwa biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai aset tidak
berwujud apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang disyaratkan PSAK 19
(revisi 2009) mengenai aset tidak berwujud terutama mengenai kemampuan menghasilkan
manfaat ekonomi di masa depan
Kieso et al (2011: 640-642) memaparkan terkait penyajian aset tidak berwujud dan pos lain
yang berhubungan:
a. Laporan Posisi Keuangan: semua aset tidak berwujud selain goodwill dilaporkan secara
terpisah, dan goodwill harus diungkapkan sebagai pos terpisah. Hal ini karena goodwill dan
aset tidak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aset lain.
b. Laporan Laba Rugi: pelaporan atas beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai aset tidak
berwujud sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan goodwill dilaporkan
terpisah, kecuali jika operasi sudah tidak berjalan.
c. Catatan pada laporan keuangan: harus meliputi informasi mengenai aset tidak berwujud
yang diakuisisi, beban amortisasi keseluruhan, perubahan jumlah catatan goodwill selama
periode berjalan.
A. Kesimpulan
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berujud
mungkin timbul dari:
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi fisik,
bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek
amortisasi, klasifikasi Aset Tak Berwujud yaitucara akuisisi (manner of acquisition), dapat
diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang
diharapkan (period of expected benefit).
Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya,
Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi, menerapkan
prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih
antara pertimbangan yang diterima.
Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya
ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai
residu. Biaya Aset tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan
atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
Pada umumnya Aset tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi Aset tidak
berujud dilaporkan tersendiri setelah Aset tetap.
B. Saran
Mungkin inilah hasil dari tugas makalah saya tentang Aset Tak Berwujud Mata Kuliah
Akuntansi Keungan dalam isi makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya tetapi saya
rasa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan
penulisan dan penyusunannya. Untuk itu saya sebagai penyusun makalah ini butuh saran kritik
dari para pembaca makalah ini untuk menjadikan makalah ini lebih semprna lagi. Dan saya
mengucapkan terima kasih pada dosen Mata kuliah Akuntasi Biaya yang telah memberikan tugas
untuk membuat makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com
Jusup Al. Haryono. 2009. Dasar-dasar Akuntansi jilid 2. Yogyakarta : STIE YKPN
Salemba Empat.
https://hepiprayudi.wordpress.com/2011/01/15/psak-19-aset-takberwujud-isak-4-biaya-situs-
web-revisi-2010/
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK19 Revisi 2009 “Aset Tidak Berwujud”
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weigent; and Terry D. Warfield, Intermediate Accounting IFRS
Edition, Vol.1. 2011. New York: John Willey & Sons, Inc.
http://fridarohmasulaeman.blogspot.com/2016/04/aset-tidak-berwujud_11.html
https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-aset-tak-berwujud.html
.