Anda di halaman 1dari 22

INTERVIEW LENGKAP

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


METODOLOGI PENELITIAN

DOSEN PENGAMPU
Dr. H. MUHAMMAD SALEH, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS 5B PGSD

AANISAH ULFA RAHMI 1810125120025 (12)


AULA RAHMA PUTRI 1810125220039 (31)
DYAH DWI CANTIKA 1810125220007 (22)
HERY ORHANDY 1810125310031 (36)
MAULIDA ROSANTI 1810125120017 (04)
MARDHIATUL HUSNA 1810125220042 (34)
MARIANA IFTITAH 1810125320065 (54)
M. ERDIN HIDAYAT 1810125110015 (01)
M. ARIF NOR RAHMAN 1810125310034 (37)
NOR AF’IDAH FITRI 1810125220035 (27)
NUR AJMILA RAHMI 1810125320055 (47)
NOR FADILLA 1810125220037 (29)
SALMA 1810125320057 (49)
A. PENGERTIAN INTERVIEW (WAWANCARA)
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua
orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan
dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber
yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah
pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber. Salah satu metode
pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara merupakan salah
satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung
kepada responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu
penelitian survie.
Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab
dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk
suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan
sehari-hari adalah antara lain:
 Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal
sebelumnya.
 Responden selalu menjawab pertanyaan.
 Pewawancara selalu bertanya.
 Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi
harus selalu bersifat netral.
 Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya.
Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan
penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa
pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif
memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat
mengetahuibahwa Tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan
mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap
atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh
dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan
penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai pelengkap
metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.
Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan
kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu dilakukan, misalnya,
untuk memeriksa apakah para kolektor data memang telah memperoleh data
dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara
dengan sejumlah sample subjek tertentu.
Mengenai latar belakang penggunaan wawancara sebagai metode
pengumpulan data pada suatu penelitian, pendapat Allport (dalam Hadi, 1992)
berikut perlu dipertimbangkan: “If we want to know how people feel, what their
experience and what they remember, what their emotions and motives are like,
and the reasons for acting as they do – why not ask them?” Dari pendapat itu, kita
mengetahui bahwa wawancara dapat atau lebih tepat digunakan untuk
memperoleh data mengenai perasaan, pengalaman dan ingatan, emosi, motif, dan
sejenisnya secara langsung dari subjeknya.
Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses
komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan
sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”
Robert Kahn dan Charles Channel mendefinisikan wawancara sebagai “suatu
pola yang dikhususkan dari interaksi verbal – diprakarsai untuk suatu tujuan
tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses
eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan”.
Karena kata “mewawancarai” dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada
begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi
yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita
untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh
karenanya, kami mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang
dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam
sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang
diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Pembahasan mengenai beberapa
istilah kunci dari definisi ini akan menjadikannya lebih bermakna.
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini,
hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan
mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara,
responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi
wawancara.
Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden,
merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila
dikehendaki mencatatnya. Bila semua tugas ini tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya maka hasil wawancara menjadi kurang bermutu. Syarat menjadi
pewawancara yang baik ialah ketrampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi,
dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut untuk menyampaikan pertanyaan.
Demikian pula responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu
jawaban yang diberikan tergantung pada apakah dia dapat menangkap isi
pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawabnya dengan baik.
Menurut Erwan Juhara (2005 : 97)awancara adalah bentuk kegiatan
pemerolehan informasi dengan cara melakukan proses tanya jawab antara
penanya dengan narasumber/ sumber informasi. Adapun menurut webster's
Collegiate Dictionary dalam (Erwan Juhara, 2005) ada dua pengertian
wawancara. Pertama, wawancara diartikan sebagai pertemuuan antara dua orang
atau lebih dengan tujuan mengadakan konsultasi resmi. pengertian kedua adalah
pertemuan yang dilakukan oleh wartawan dengan pihak lain dengan maksud
menggali informasi yang dapat dijadikan berita.

Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara


untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :
186).

Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu


percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses
tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.

Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73) wawancara


adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu.

Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu


percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat
yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam
situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Maka wawancara menghasilkan
pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa
interaksional yang khusus. Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender.

Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 – 771) wawancara


(interview) adalah situasi peran antar-pribadi berhadapan muka (face to face),
ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah
penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai, atau informan.
Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam.

B. MACAM-MACAM INTERVIEW (WAWANCARA)


a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur adalah interview yang dilakukan dengan


maksud dan tujuan yang sesuai dengan topik yang akan diteliti. Kelebihan
dari jenis wawancara ini adalah isi pembicaraan akan lebih terarah dan fokus.

Tipe Wawancara ini disebut juga wawancara terkendali, yang


dimaksudkan adalah bahwa seluruh wawancara didasarkan pada suatu sistem
atau daftar pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara terstruktur
ini mengacu pada situasi ketika seorang peneliti melontarkan sederet
pertanyaan kepada responden berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu
atau terbatas. Namun, peneliti dapat juga menyediakan ruang bagi variasi
jawaban, atau peneliti dapat juga menggunakan metoda pertanyaan terbuka
yang tidak menuntut keteraturan, hanya saja pertanyaannya telah disiapkan
terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti sebaiknya mencatat
semua jawaban-jawaban terbuka dari responden dengan menggunakan skema
kode (coding scheme) yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri . Dalam
menggunakan tipe wawancara ini, peneliti perlu mengurutkan kuesioner atau
pertanyaan yang akan diajukan kepada responden (layaknya skenario
pembelajaran), sehingga dapat mengendalikan proses wawancara yang sedang
berlangsung.

Wawancara testruktur lebih sering digunakan dalam penelitian


kualitatif dan kuantitatif. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti mengenai informasi apa yang diperoleh. Beberapa ciri dari wawancara
terstuktur meliputi daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah disiapkan,
kecepatan wawancara terkendali, tidak ada fleksibilitas, mengikuti pedoman,
dan tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu
fenomena.

Ada beberapa pedoman instruksional yang penting untuk diikuti oleh


peneliti selama proses wawancara berlangsung, antara lain:

• Jangan menggunakan pemaparan atau uraian yang panjang tentang


penelitian yang berlangsung, namun gunakan penjelasan seperlunya saja.
• Jangan lupa menjelaskan tujuan penelitian, dan bahasa pertanyaan yang
digunaklan serta urutan pertanyaan.
• Jangan biarkan orang lain mengiterupsi proses wawancara, dan jangan
biarkan orang lain mewakili jawaban responden, atau menawarkan opini
pengganti dari pertanyaan yang seharusnya dijawab responden.
• Jangan pernah menawarkan bantuan jawaban kepada responden.

• Jangan pernah menyampaikan pandangan personal (sebagai peneliti)


tentang topik pertanyaan.
• Jangan pernah menafsirkan makna pertanyaan, namun yang harus
dilakukan adalah mengulangi pertanyaan, menyampaikan semua
instruksi, dan memberikan klarifikasi.
• Jangan pernah melakukan improvisasi, seperti menambah kategori
pertanyaan, atau mengubah istilah-istilah dalam pertanyaan.
Pedoman di atas dipakai untuk mencapai bentuk wawancara ideal,
namun pada kenyataannya hal ini sulit terjadi, karena dalam melakukan
wawancara sering terjadi banyak kesalahan yang tidak diduga sebelumnya.
Kesalahan tersebut umumnya bersumber pada tiga hal, yaitu

• Tingkah laku responden pada waktu memberikan jawaban yang tidak bisa
diatur, ada yang berusaha membuat senang peneliti, atau ada responden
yang berusaha tidak mengungkapkan informasi penting agar peneliti tidak
mengetahui informasi rahasia responden.
• Model kuesioner yang digunakan, apakah wawancara tatap muka atau via
telepon, atau bahasa pertanyaan yang kadang tidak dapat dipahami oleh
responden.
• Peneliti yang kurang memiliki kemampuan teknik wawancara atau
peneliti yang berusaha mengubah arah dan bahasa wawancara yang
sedang berlangsung.

Penggunaan teknik wawancara terstruktur sebenarnya bertujuan untuk


meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut. Namun, peneliti yang
menggunakan teknik ini harus memahami bahwa wawancara selalu akan
berkaitan dengan konteks interaksi sosial dan sangat dipengaruhi oleh konteks
tersebut. Dalam hal ini, seorang peneliti harus menyadari kemajemukan
responden dan harus cukup fleksibel dalam membuat penilaian-penilaian yang
tepat terhadap responden selama wawancara berlangsung. Dengan demikian,
melaksanakan wawancara tidaklah mudah dilakukan sendiri apalagi bila
responden cukup banyak dan beragam. Oleh karena itu, dalam melakukan
wawancara dengan tipe ini, peneliti dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training (pelatihan)
kepada calon pewawancara.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ada keuntungan


dari penggunaan wawancara tipe terstruktur, adalah jarang mengadakan
pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan terwawancara agar sampai
berdusta. Namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan pada
wawancara terstruktur, yaitu

• Tidak mudah mengatur responden atau jawaban responden, karena


beragamnya karakter responden.
• Tidak mudah membatasi jawaban yang diberikan oleh responden, apakah
jawaban itu menyenagkan atau jawaban itu tidak sesuai dengan yang
diharapkan peneliti, karena ada informasi yang dirahasiakan oleh
responden.
• Rencana pelaksanaan wawancara harus disusun sebaik mungkin
sebagaimana skenario pembelajaran, ini memerlukan teknik wawancara
yang baik dari peneliti atau pewawancara.
b. Wawancara semi- terstruktur
Wawancara semi- terstruktur lebih tepat dilakukan penelitian kualitatif
daripada penelitian lainnya. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam
kategori in depth interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan. Ciri-ciri dari wawancara semi-terstruktur adalah
pertanyaan terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan
wawancara dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, ada pedoman
wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata,
dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

c. Wawancara tak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah interview yang tidak memiliki


arah pembicaraan dengan jelas. Kelebihan dari wawancara jenis ini adalah
pembicaraan akan berlangsung dalam suasana yang bebas dan santai.

Berdasarkan sifatnya dasarnya, wawancara tak terstruktur


(unstructured interviewe) memberikan ruang yang lebih luas dibandingkan
dengan tipe-tipe wawancara yang lain. Menurut Sugiyono, wawancara tak
struktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Salah satu bentuk wawancara tak
terstruktur adalah “catatan harian lapangan”, seperti yang dibuata oleh
Malinowski yang menunjukkan sedemikian pentingnya teknik wawancara tak
terstruktur dalam riset lapangan, dan secara tegas berbeda dengan teknik
wawancara terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur memiliki ciri-ciri, yaitu pertanyaan sangat


terbuka, kecepatan wawancara sangat sulit diprediksi, sangat fleksibel,
pedoman wawancara sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata, alur
pembicaraan, dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

Dalam kebanyakan penelitian kualitatif, interviewe (wawancara) lebih


bersifat terbuka yang berarti tidak terstruktur dengan beberapa alasan :

• Tujuan wawancara dalam studi kualitatif bukan untuk menuangkan


gagasan peneliti (misalnya kategori-kategori) ke dalam otak responden,
melainkan justru untuk mengakses persepsi responden. Oleh karena itu,
wawancara harus terbuka.
• Format wawancara terbuka didasarkan pada asumsi bahwa setiap
responden sebagai individu adalah mahluk unik yang sulit untuk
digeneralisasi lewat penyeragaman instrumen.
• Peneliti kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah ditentukan tapi
senantiasa mengeksplorasi banyak hal dan situasi lewat tahapantahapan.
Karena itu, format wawancaranya harus berbeda untuk setiap kasus.
Dalam wawancara tak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara
pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti banyak mendengarkan
apa yang diceritakan oleh responden. Selanjutnya berdasarkan analisis
terhadap setiap jawaban dari responden, peneliti mengajukan berbagai
pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa teknik wawancara tak terstruktur ini adalah teknik
dimana peneliti dalam melakukan wawancara dapat menggunakan cara yang
“berputar-putar kemdian menukik” untuk mencapai suatu tujuan riset. Oleh
sebab itu, dalam wawancara tak terstruktur pelaksanaan tanya-jawab mengalir
seperti dalam percakapan sehari-hari, dan pewawancara harus mampu
memahami bahasa dan budaya responden, pewawancara harus dapat
mencitrakan diri, dan yang paling penting adalah pewawancara harus
mendapatkan kepercayaan dari responden.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ada keuntungan


dari penggunaan wawancara tipe tak terstruktur, yaitu:

• Wawancara tipe ini mendekati keadaan yang sebenarnya dan didasarkan


pada spontanitas yang diwawancarai.
• Lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang diajukan oleh
pewawancara
• Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih mudah dimengerti oleh
responden, meskipun responden itu terdiri dari beberapa kelompok yang
heterogen.
• Lebih banyak kemungkinan, untuk menjelajahi pelbagai aspek dari
masalah yang diajukan.

Adapun kelemahan-kelemahannya, adalah sebagai berikut :

• Sukar sekali untuk memperbandingkan hasil satu wawancara dengan hasil


wawancara yang lainnya.
• Informasi atau data yang diperoleh seringkali bias, dan seringkali terjadi
tumpang tindih di dalam pengumpulan data.
• Sukar untuk mengolah data dan mengadakan klasifikasi, sehingga peneliti
harus menyediakan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
• Waktu pelaksanaan wawancara bisa berlangsung lama dan sering
dilanjutkan pada kesempatan berikutnya, sehingga kadang-kadang terjadi
bahwa responden atau pewawancara sudah mengajari semua apa yang
diketahuinya. Oleh sebab itu, situasi semacam ini harus disadari oleh
pewawancara sehingga dapat meluruskan kembali pertanyaan atau
pembicaraan ke arah tujuan wawancara.
d. Wawancara kelompok

Disamping tiga tipe di atas, wawancara juga dibedakan menjadi


wawancara individual dan wawancara kelompok. Wawancara individual
adalah wawancara yang dilakukan dengan memberikan sederatan pertanyaan
sistematis kepada individu responden. Sedangkan wawancara kelompok
adalah wawancara dengan sederetan pertanyaan sistematis kepada beberapa
individu atau kelompok secara serentak, baik dalam setting formal maupun
informal. Wawancara kelompok ini nampaknya lebih baik ketimbang
wawancara secara individual, karena teknik wawancara kelompok akan
menghasilkan perspektif tentang objek penelitian yang tidak dapat dicapai
hanya dengan teknik wawancara individual

Wawancara kelompok pada prinsipnya adalah teknik pengumpulan data


kualitatif yang menuntut seorang peneliti mampu mengarahkan proses
interaksi yang sedang berlangsung, baik berbasis pada aturan ketat terstruktur
atau pada aturan longgar tak terstruktur bergantung pada tujuan wawancara
dari peneliti itu sendiri. Tabel berikut memberikan gambaran tentang tipe
beberapa wawancara kelompok dan aspek-aspeknya.

Tabel 1. Tipe Beberapa Wawancara Kelompok dan Aspek-Aspeknya

TIPE SETTING PERAN FORMAT TUJUAN


PENELITI PERTANYAAN
Kelompok Formal Pengujian awal
Bersifat direktif
sasaran (Focus Ditentukan di Terstruktur explanatoris
(langsung)
Group) awal
Formal dan Tidak bersifat
Brainstorming Tidak terstruktur Eksplanatoris
non- formal direktif
Nominal / Formal Bersifat direktif Terstruktur Pengujian awal
Delphi explanatoris
Moderat Eksplanatoris
Lapangan, Informal,
Tidak bersifat Tidak terstruktur Fenomenologis
alami spontan
direktif
Ditentukan
Lapangan, lebih Kadang-kadang
Semi-terstruktur Fenomenologis
alami dahulu, tetapi bersifat direktif
di lapangan

Dalam menggunakan teknik wawancara kelompok, peneliti harus memiliki


kecakapan dan keahlian dalam melaksanakan wawancara, yaitu pewawancara
harus fleksibel, objektif, empatik, persuasif, menjadi pendengar yang baik, dan
lain-lain. Selain itu beberapa kecakapan dan keahlian yang juga sangat
diperlukan oleh pewawancara dalam menggunakan teknik wawancara
kelompok ini, antara lain :

• Pewawancara harus mampu mengontrol masing-masing individu atau


koalisi tertentu yang mengarah pada dominasi kelompok.
• Pewawancara harus mampu mendorong esponden yang tidak disiplin
untuk berpartisipasi secara aktif.
• Pewawancara harus memperoleh jawaban dari setiap individu untuk
memastikan ketercakupan topik wawancara secara menyeluruh.
• Pewawancara harus mampu menyeimbangkan perannya sebagai
fasilitator dan sebagai mediator yang menyangkut pengelolaan dinamika
kelompok yang sedang diteliti.

Adapun kelebihan dari teknik wawancara kelompok adalah informasi


atau yang diproleh bersifat terjangkau, kaya data, fleksibel, lebih menarik,
anggota dalam kelompok saling melengkapi, komulatif dan elaboratif, serta
hasilnya melebihi hasil dari wawancara individu.

Meskipun demikian, teknik ini juga memiliki kelemahan antara lain:


• Budaya kelompok dapat dipengaruhi oleh ekspresi individu.

• Kelompok bisa saja didominasi oleh perorangan.

• Format kelompok dapat menyulitkan penelitian berbasis ide kelompok


sebagai tujuan utama.
• Peneliti atau pewawancara memerlukan keahlian dan kecakapan yang
lebih banyak karena dinamika kelompok yang tidak dapat diprediksi
secara pasti.

C. MANFAAT
Teknik interview sangat praktis untuk digunakan, karena teknik ini memeiliki
manfaat kepada peneliti maupun subjek, antara lain:
1. Mendapatkan informasi yang tepat sasaran dari populasi yang kecil.
2. Subjek lebih suka diinterview daripada menulis jawaban pada kuesioner.
3. Teknik ini lebih tepat digunakan terhadap subjek yang tidak mengembalikan
daftar pertanyaan, terutama daftar pertanyaan atau kuesioner yang dikirim
melalui pos maupun surat elektronik.
4. Aspek penting dalam interview adalah probing the question, menyesuaikan
pertanyaan seterusnya tergantung dari jawaban dari subjek penilitian pada
masa itu
5. Dapat diketahui langsung jenis subjek yang diinterview dan reaksi subjek
terhadap pertanyaan yang dikemukakan.
6. Suasana pada saat wawancara khususnya ketika subjek menjawab pertanyaan
dapat diamati.
7. Peniliti juga dapat dapat mengetahui apakah subjek memahami pertanyaan
yang dikemukakan.
8. Hubungan yang baik dapat mengurangi kecurigaan subjek terhadap informasi
yang akan diberikan kepada peneliti, dengan hubungan yang baik ini pula
dapat mendorong subjek memberikan jawaban yang tepat dan yakin.
9. Peniliti pada saat interview berlangsung dapat memperhatikan secra langsung
adanya keraguan-keraguan subjek peneliti dalam menjawab. Karena peneliti
dapat melihat jawaban yang diberikan apakah sesuai dengan gerak tubuh pada
saat interview.
10. Peniliti dapat memperoleh keterangan lebih lanjut dan mendalam terhadap
jawaban dari subjek yang tidak menyimpang jauh dari tujuan penilitian.

 Menambah wawasan
Wawancara memiliki manfaat bagi seorang yang melakukan
wawancara. Ketika ingin memulai wawancara pasti memiliki bekal
pengetahuan untuk membuka pembicaraan, tapi tidak jarang banyak ilmu
yang akan kita setelah melakukan wawancara. Wawancara tentu akan
memperkaya pengetahuan kita.
 Kepentingan pribadi
Wawancara dapat dilakukan untuk kepentingan pribadi, untuk
mendapatkan informasi tertentu. Wawancara lamaran kerja dapat termasuk
dalam jenis wawancara ini.
Ketika melakukan wawancara lamaran kerja semua kegiatan untuk
kepentingan pribadi dan tidak ada kaitan dengan pihak luar kecuali pemiliki
usaha atau perusahaan. Wawancara ini biasanya berkaitan dengan pekerjaan
yang akan dikerjakan seseorang untuk mencari calon pegawai yang cocok.
 Profesi
Manfaat ini dapat dirasakan oleh seorang wartawan, reporter, atau
penulis. Informasi yang ada akan digunakan untuk pekerjaannya. Cara yang
paling sering digunakan dan dapat dengan cepat memperoleh informasi sesuai
dengan keinginan.
Tuntutan ini harus dipenuhi karena target dari pekerjaannya. Seorang yang
memiliki profesi menyediakan informasi untuk orang lain dapat melakukan
wawancara setiap hari, bahkan dalam satu hari bisa berpindah-pidah tempat.
 Kepentingan masyarakat
Wawancara dapat dilakukan karena desakan dari masyarakat.
Wawancara ini berkaitan dengan kepentingan umum dan biasanya terjadi pada
waktu tertentu saja.
Misalnya dalam melakukan wawancara kepada pembuat kebijakan yang
dilakukan lembaga politik terkait kejelasan suatu kebijakan yang ada.
Wawancara ini juga dapat berupa upaya klarifikasi kepada arti masyarakat
atas permasalahan yang terjadi.
 Memberikan inspirasi
Wawancara yang dilakukan dengan orang yang memiliki prestasi atau
inovasi tertentu. Ketika ada informasi tentang jalan orang tersebut untuk
meraih kesuksesan sangat mungkin untuk menarik orang lain melakukan hal-
hal yang positif.
Informasi seperti ini biasanya memang sengaja dibuat untuk menumbuhkan
rasa empati dan semangat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat atau
membanggakan.
 Memberikan dorongan semangat
Ketika kita mendapat informasi hasil wawancara yang menunjukkan
kesuksan kita diharapkan dapat lebih semangat dalam mengerjakan apa yang
bisa kita lakukan. Hal tersebut sangat mungkin terjadi kepada seseorang yang
mampu menerima informasi dengan baik. Dorongan semangat dapat berasal
dari kisah inspiratif atau hal lain yang dapat menyentuh hati.
 Memotivasi sesama manusia
Memunculkan banyak hal positif yang membuat seseorang memiliki
sudut pandang yang lebih luas. Ketika membaca atau mendengar berita yang
membuat kita senang akan membuat kita malakukan hal yang sama dan tidak
merasa putus asa.
Misal kita mendengar informasi tentang banjir berdasarkan hasil wawan cara
seseorang mungkin kita akan merasa lebih bersyukur.
 Menghasilkan karya dalam bentuk tulisan
Karya tulis yang dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi berbagai
kalangan. Sumber bacaan tentu akan menambah pengetahuan kita tentang
segala yang dimuat dalam bacaan tersebut. Misal bacaan tentang isu politik,
ekonomi, sosial, atau yang lain. Tulisan apapun yang mengandung banya
informasi yang jelas dan akurat.
 Mendapatkan informasi yang lengkap
Sesuai dengan tujuan wawancara mencari data atau melengkapi data
maka akan didapat manfaat berupa manfaat mendapat informasi yang
lengkap. Informasi ini tidak hanya pada satu orang tapi semua orang yang
mau menyimak informasi yang disajikan. Semakin mendalam dalam
menyajikan informasi maka akan semakin lengkap informasi yang akan
didapat.
 Menjalin hubungan dengan orang lain
Hubungan sosial yang terjalin ini salah satu manfaat setelah
melakukan wawancara. Ketika melakukan wawancara secara individu maka
kita dapat mengenal dengan baik siapa narasumber kita. Jika yang
diwawancara merupakan orang yang terkenal kita memiliki kesempatan untuk
bertemu langsung dengan pihak yang bersangkuta.
Bahkan kita dapat bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki profesi
yang sama dan terhimpun dalam organisasi profesi. Tentu saja semakin
banyak relasi akan semakin mudah memperoleh sumber-sumber informasi
untuk melakukan wawancara

D. TUJUAN INTERVIEW
Tujuan dari interview adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari
narasumber yang terpercaya. Dalam suatu penelitian, interview dilakukan oleh
seorang peneliti untuk mendapatkan informasi dengan cara penyampaian
sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber dengan menggunakan
suatu daftar yang dinamakan panduan wawancara.
Tujuan interview secara umum adalah untuk mendapatkan informasi yang
akurat dari narasumber dengan menyampaikan beberapa pertanyaan tertentu
kepada narasumber.
Secara khusus, berikut ini adalah beberapa tujuan interview:
1. Untuk menggali dan mendapatkan informasi atau data dari orang pertama
(primer).
2. Untuk melengkapi informasi/ data yang dikumpulkan dari teknik
pengumpula data lainnya
3. Untuk mendapatkan konfirmasi dengan menguji hasil pengumpulan data
lainnya

Sedangkan, menurut Zainal (2010) tujuan interview adalah sebagai berikut :


1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal
atau situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang


tertentu.

E. KELEBIHAN
Kelebihan Wawancara secara umum menurut Djumhur & Surya (dalam Susilo
Rahardjo) sebagai berikut :

a. Wawancara merupakan teknik yang tepat untuk mengungkapkan keadaan


pribadi.
b. Dapat dilaksanakan kepada setiap individu.
c. Tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis dari interviewer.
Artinya orang yang tidak dapat membaca atau menulis dapat diajak
wawancara.
d. Dapat diadakan serempak (bersamaan) dengan observasi, yaitu pada
waktu mengadakan observasi terhadap individu yang bersangkutan
sekaligus juga diwawancarai atau sebaliknya.
e. Mempunyai kemungkinan masuknya data lebih mendalam dan lebih tepat
(dibandingkan dengan kuesioner yang ada kemungkinan diisi oleh orang
lain).
f. Dapat menimbulkan hubungan pribadi yang lebih baik.
g. Konselor dapat memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang kurang jelas.
h. Kerahasiaan pribadi lebih terjamin.
i. Hasil wawancara secara kualitas dapat dipertanggungjawabkan.
j. Semua kesalahpahaman dapat dihindari.
k. Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber dengan
penjelasan-penjelasan tambahan.
l. Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut.
m. Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama.

Kelebihan wawancara dalam pengumpulan data menurut Kerlinger (dalam


Hasan:2000) menyebutkan bahwa terdapat 3 hal yang menjadi kekuatan metode
wawancara, yaitu :
a. Ketika teknik lain sudah tidak dapat dilakukan, Wawancara menjadi satu-
satunya hal yang dapat dilakukan
b. Mampu mendeteksi tingkat pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika subjek tidak mengerti, bisa diantisipasi oleh penanya
dengan memberikan penjelasan.
c. Fleksibel, dikarenakan pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-
masing individu.

Berikut beberapa kelebihan lainnya dari metode wawancara :

a. Dapat memperoleh informasi sedalam-dalamnya tentang suatu masalah,


khususnya yang berkenaan dengan pribadi seseorang.
b. Flexibility. Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai
dengan situasi yang dihadapi pada waktu itu. Bila menginginkan informasi
yang mendalam, muka dapat dilakukan "probing". Jika ingin memperoleh
informasi tambahan, maka dapat mengajukan pertanyaan tambahan. Dan
jika sebuah pertanyaan yang ditanyakan pada waktu itu dianggap kurang
tepat, maka peneliti dapat menundanya.
c. Response rate. Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih
baik dibandingkan dengan kuesioner. Responden yang tidak mampu
menulis atau membaca tetap dapat menjawab pertanyaan, demikian pula
dengan mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih
menyukai mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
d. Nonverbal behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku
nonverbal responden, misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku
lainnya pada waktu pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
e. Control over environment. Pewawancara dapat mengatur lingkungan
dimana wawancara dilakukan, misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa
kehadiran orang lain. Hal ini mencegah terjadinya jawaban yang
diintervensi pihak lain.
f. Question order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga
responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini
juga dapat menjamin pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali jika
memang pihak respondennya tidak bersedia menjawabnya.
g. Spontaneity. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang
spontan. Dalam beberapa kasus, jawaban spontan dapat lebih jujur dan
informatif.
h. Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi
responden yang telah kita tetapkan.
i. Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh
pertanyaan yang diajukan.
j. Time of interview. Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang
relatif pasti. Kapan, dimana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar
dari rancangan penelitian.
k. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan
pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara,
dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.

Kelebihan teknik wawancara dalam pengumpulan data penelitian adalah


sebagai berikut :

a. Memperoleh respon yang tinggi dari informan, jika di bandingkan dengan


penggunaan kuesioner yang mungkin untuk tidak di kembalikan kepada
peneliti.
b. Dapat memperjelas maksud pertanyaan, kerena langsung berhadapan
dengan informan.
c. Dapat sekaligus melakukan observasi terhadap hal- hal yang di butuhkan
d. Bersifat fleksibel, dapat mengulang pertanyaan untuk membuktikan
jawaban.
e. Dapat menggali informasi yang bersifat non verbal.
f. Dapat menyampaikan pertanyaan secara spontanitas.
g. Dapat di pastikan untuk mendapatkan jawaban.
h. Dapat menyampaikan berbagai bentuk pertanyaan.
i. Mempermudah informan dalam memahami pertanyaan yang kompleks.

F. KELEMAHAN
Kelemahan Metode Interview:
1) Tidak efisien, memboroskan waktu, tenaga dan biaya;
2) Tergantung kemampuan, kesediaan interview sehingga informasi tidak dapat
diperoleh secara teliti;
3) Jalan dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan;
4) Untuk masyarakat hiterogen memerlukan interviewer yang cukup banyak atau
waktu lama;
5) Meminta interviewer yang betul-betul menguasai bahasa interviewee dan
teknik komunikasi.
6) Pertanyaan yang kurang baik penyusunannya, dapat membuat hasil interview
menjadi biasa.
7) Jawaban yang ditimbulkan dari pertanyaan, dapat membuat hasil interview
menjadi bias apabila responnya tidak sesuai.
8) Pertanyaan yang kurang baik dapat membuat hasil penelitian menjadi kurang
akurat.
9) Terdapat kemungkinan bahwa subjek hanya memberikan jawaban yang dicari
oleh interviewer.

Anda mungkin juga menyukai