Anda di halaman 1dari 73

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA LANSIA TN.

A DENGAN

STROKE NON HEMORAGIK DIPANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

BUDHI DHARMA BEKASI

2-5 MEI 2016

DISUSUN OLEH :

Milani Rosatika Zaen

2013750029

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Lansia Tn. A Dengan Stroke Non Hemoragik di Panti Sosial
Tresna Werdha Bhudi Dharma Bekasi”.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan di massa yang akan datang. Dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, saran dan
data-data baik secara penulisan maupun lisan, maka pada kesempatan ini penulis
juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Idriani, M.Kep, Sp.Mat. selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan FIK UMJ.
2. Ibu Ns. Nurhayati, M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku wali kelas angkatan 31 yang
telah membimbing kami selama 3 tahun dengan penuh kesabaran serta selaku
penguji II pada ujian akhir Program DIII Keperawatan FIK UMJ.
3. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku pembimbing keperawatan
gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan yang
sangat berguna dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep, Sp.An, selaku Ka. Bidang Pendidikan dan
Koordinator.
5. Dosen dan para staf DIII Keperawatan FIK UMJ yang telah banyak membantu
penulis dalam mengikuti pendidikan sampai menyusun karya tulis ilmiah ini.
6. Kepala ruangan dan staff yang berada di Panti Sosial Tresna Wreda Bhudi
Dharma Bekasi yang telah memberikan data-data untuk menunjang karya tulis
ilmiah.
7. Orang tua tercinta (Marzaeni & Partiningsih), dan adikku yang sangat saya
cintai dan sayangi yang telah memberikan dukungan dan motivasi dari awal
sampai akhir, baik secara material, moril, spiritual serta bantuan materi sehingga
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Kelompok gerontik (Nunu, Kiki, Anggi dan Yuni) terima kasih telah bekerja
sama dengan baik selama penulisan karya tulis ilmiah sehingga dapat selesai
tepat pada waktunya.
9. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswa angkatan 31, yang telah banyak
memberikan dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Terimakasih pada sahabat saya fahmi, lukman, rahma, yang selalu mendukung
dan menyemangati saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Sahabat boto fams (Kartika, Azura, Riski, Fudoelah, Stefi, Endah, Nerisa) yang
selalu ada untuk saya dalam keadaan apapun, kalian adalah sahabat-sahabat luar
biasa, semoga kita selalu sukses dalam mengejar mimpi masing-masing. Semoga
persahabatan ini selalu dalam limapahan keberkahan dari Allah SWT.

Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ini banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun kritik yang
membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 17 Mei 2016

Milani Rosatika Zaen


DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI .........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 8
A. Latar Belakang ................................................................................... 8
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 12
1. Tujuan Umum .............................................................................12
2. Tujuan Khusus ............................................................................12
C. Ruang Lingkup ................................................................................... 13
D. Metode Penulisan ............................................................................... 13
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 15
A. Konsep Dasar Proses Menua .............................................................. 15
1. Pengertian ....................................................................................15
2. Klasifikasi Lanjut Usia ................................................................15
3. Teori Proses Menua.....................................................................16
4. Perubahan Terjadi pada Lansia ...................................................18
B. Konsep Dasar Stroke .......................................................................... 20
1. Pengertian ....................................................................................20
2. Klasifikasi ...................................................................................21
3. Etiologi ........................................................................................21
4. Patofisiologi ................................................................................22
5. Manifestasi Klinis .......................................................................23
6. Komplikasi ..................................................................................24
7. Penatalaksanaan ..........................................................................25
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia .................................................... 27
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia .................................................. 28
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................38
2. Diagnosa Keperawatan................................................................38
3. Perencanaan Keperawatan ..........................................................38
4. Pelaksanaan Keperawatan.......................................................................40
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................42
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................43
1. Pengkajian Keperawatan..........................................................................43
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................54
3. Perencanaan Keperawatan.......................................................................57
4. Pelaksanaan Keperawatan.......................................................................62
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................68
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................104
1.. .Pengkajian Keperawatan 104
2.. .Diagnosa Keperawatan 105
3.. .Perencanaan Keperawatan 105
4.. .Pelaksanaan Keperawatan 106
5.. .Evaluasi Keperawatan 106
BAB V PENUTUP...................................................................................................................107
1.. .Kesimpulan 108
2.. .Saran 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu
melenyapkan berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian,
memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan
umur harapan hidup meningkat. Menurut kementrian kesehatan RI (2013),
berdasarkan laporan peserikatan bangsa-bangsa 2011, UHH adalah 66,4 tahun
(dengan presentase populasi lansia adalah 7,74%), angka ini akan meningkat
pada tahun 2045 – 2050 yang diperiksa menjadi 77,6 tahun (dengan presentase
populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Akibatnya, jumlah penduduk lanjut
usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih pesat.

Jumlah lanjut usia saat ini diseluruh dunia lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10
orang berusia lebih dari 60 tahun), tahun 2025, lanjut usia diprediksi akan
mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi/ penduduk lanjut
usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. jumlah penduduk berusia 60 tahun
ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk. jumlah ini meningkat
menjadi ± 8 juta (5,5%), jumlah ini meningkat menjadi ± 11,3 juta (6,4%).
Diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, jumlah
ini diperkirakan meningkat menjadi ± 18,3 juta (8,5%). Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2020 – 2025, indonesia akan menduduki peringkat negara
dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setela RRC, India, dan
Amerika serikat (Nugroho, 2008).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan, dimana saat
memasuki tahap tersebut terjadi perubahan baik secara fisiologi, psikologis,
sosial, maupun sepiritual. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan struktur dan fungsi organ sehingga mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan lanjut usia, serta rentan terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari
sekelompok orang yang sakit-sakitan presepsi ini muncul karna memandang
lanjut usia hanya dari kasus lajut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-
sakitan. Preseperi negatif seperti itu tentu saja tidak semuanya benar. selain
keutuhan yang bersifat biologis (Nugroho, 2008).

WHO dan undang-undang nomer 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut


usia pada bab1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permula tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetepi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008). Lanjut usia rentan
terhadap penyakit terutama prenyakit degeneratif, penyakit yang sering diderita
oleh lansia yaitu penyakit stroke. Stroke adalah penyakit kehilangan fungsi otak
faktor utama dalam penuaan yang adaftif, dimna neuron-neuron tidak dapat
mengalami kematian, hubungan diantara sel yang tersisa meningkat dan mengisi
kekosongan tersebut yang diakibatkan suplai darah yang mengandung oksigen
berkurang menuju otak. Tanda dan gejala pada stroke akan muncul sebagai
peringatan dini/ awal, temuan secara umum, dan gangguan khusus setelah
stroke. Manifestasi dari iskemik stroke yang akan terjadi termasuk hemiparisis
transien, kehilangan kemampuan bicara, dan kehilangan sensori setengah
/hemisensori. Manifestasi-manifestasi dari stroke karena trombisis berkembang
dalam hitungan menit ke jam sampai hari. Serangan lambat terjadi sumbatan
sebagian dipembulu darah yang terkena kemudian menjadi total. Kebalikan dari
stroke trombolik, yaitu manifestasi dari stroke embolik terjadi tiba-tiba dan tanpa
peringatan awal.

Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan manifestasi berkembangnnya


hanya dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Manifestasi yang paling
sering terjadi termasuk sakit kepala yang berasal dari bagian belakang leher,
vertigo atau kehilangan kesadaran karena hiportermi (sinkop), parastesia,
paralisis sementara, epitaksin, dan perdarahan retina. Menifestasi gangguan
harus ada lebih dari 24 jam untuk bisa didiagnosa sebagai stroke.
Menurut corwin (2009), terdapat dua klasifikasi stroke yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi akibat trombus (bekuan darah
ditubuh). Sedangkan stroke hemoragik terjadi apabila pembulu darah di otak
pecah sehingga menyebabkan iskemia (penururan aliran) dan hipoksia disebelah
hilir. Penyebeb stroke hemoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, atau
malformasi arterivenosa (hubungan yang abnormal). Hemoragik dalam otak
secara signifikan meningkatkan tekanan intrakranial, yang memperburuk cidera
otak yang dihasilkannya. Gambaran klinis stroke, gejala TIA dapat mencangkup
kebas sementara pada wajah atau estremitas slurring of word, kebingungan,
pusing dan perubahan atau gangguan penglihatan. Diseluruh dunia, stroke
merupakan penyakit yang terutama mengenai populasi usia lanjut. Isindens pada
usia 75 – 84 tahun sekitar 10 kali dari populasi usia 55 – 64 tahun. Di inggris
stroke merupakan penyakit kedua setelah Infark Miokard Akut (IMA) sebagai
penyebab kematian utama usia lanjut, sedangkan di Amerika stroke masih
merupakan penyebab kematian usia lanjut ketiga (Darmojo, 2008).

Menurut angka kejadian lansia yang mengalami stroke di panti Tresna Werdha
Budhi Dharma Bekasi tahun 2014, terdapat 7 orang dari 115 orang lansia. Jika
dipresentasikan 6,1%. Presentasi yang dikatakan sedikit, namun tetap perlu kita
perhatikan pada kasus stroke tersebut. Melihat dampak yang ditimbulkan akibat
stroke pada lanjut usia maka perlunya pelayanan keperawatan gerontik
diperhatiakan dan ditegakan dari aspek promotif dengan cara memberi
penyuluhan kesehatan tentang stroke seperti gejala penyebab, pencegahan dan
keperawatan. Aspek preventif yaitu pencegahan stroke mengajarkan pola hidup
sehat seperti makan-makanan yang bergizi, dari aspek kuratif yaitu dengan
berkolaborasi pemberian obat-obatan seperti anti hipertensi, anti koagulan.
Aspek rehabilitatif yaitu dengan cara melakukkan fisioterapi estermitas secara
berkelanjutan.

Berdasarkan uraian diatas mempunyai peran sebagai pemberi pelayanan


perawatan motivator, edukasi penulis sebagai calon tenaga perawat ingin
berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan pelayanank keperawatan
asuhan keperawatan gerontik. Dimana asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Untuk melakukan asuhan
keperawatan maka dibuatlah karya ilmiah yang mengangkat masalah sistem
saraf : stroke. Maka penulis mengambil judul karya ilmiah tulis “pemenuhan
kebutuhan dasar pada lansia Tn. A dengan stroke di Panti Sosial Tresna Werdha
Budhi Dharma Bekasi”

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
terkait pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn.A dengan stroke.

2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan pada klien lansia dengan
stroke.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan pada
klien lansia denagan stroke.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
pada klien lansia dengan stroke.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
pada klien lansia dengan stroke.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang dsilakukan pemenuhan kebutuhan
pada klien lansia dengan stroke.
f. Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi amtara teori dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat, serta
dapat mencari solusi yang baik.
h. Mampu mendokumentasi semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi.

C. Ruang Lingkup
Penulisan karya ilmiah ini merupakan pembahasan tentang pemberian
pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn. A denagan stroke di panti sosial
tresna werdha budhi daharma bekasi pada tanggal 2 – 4 Mei 2016.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan metode
deskriptif dan strudi kepustakaan. Dalam metode deskriftif pendekatan yang
digunakan adalah : strudi kasus, dimana peserta didik mengelola satu kasus
menggunakan proses keperawatan.
1. Metode Deskriptif
Yaitu suatu metode penulisan ilmiah dengan merugikan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

2. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan denagn judul
karya tulis ilmiah ini, seperti buku, jurnal, media internet.

E. Sistematika Penulisan
penulisan karya tulis ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB 1 Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Membahas tentang konsep dasar stroke terdiri dari


pengertian, patofisiologi, (etiologi, proses, manifestasi
klinik, dan komplikasi), penatalaksanaan terapi dan
tindakan medis. Membahas asuhan keperawatan

gerontik yang terdiri dari konsep geronotologi dan


konsep proses keperawatan gerontik. Dimana konsep
geronotologi terdiri dari pengertian, tujuan, batasan
lanjut usia, teori menua, perubahan yang terjadi pada
lansia dan tahap perkembangan lansia. Didalam konsep
keperawatan gerontik terdiri dari pengkajian,
penatalaksanaan, dan evaluasi pada lansia dengan
stroke.
BAB III Membahas tentang uraian kasus yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pada lansia dengan stroke yang penulis kelola.

BAB IV Membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara


teori dan kasus yang dikelola oleh penulis mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Selain itu akan dibahas juga faktor pendukung
dan penghambat dari asuhan keperawataan yang
diberikan.
BAB V Membahas tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan
berisi tentang asuhan keperawatan gerontik pada Tn. A
dengan gangguan sistem neurologi : pascastroke dan
permasalahan yang timbul. Saran berisis tentang
masukan dari penulis yang berkaitan dengan asuhan
keperawtan gerontik pada klien dengan stroke yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan kwalitas
pelayanan serta kwalitas perawatan yang harus
diadakan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Poses Penuaan


1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatau keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusian. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu tertentu, tetapi dimulai sejak pemulaan
kehidupan (Kushariyadi, 2010).

Gerentologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses penuaan


dan masalah yang terjadi pada lanjut usia (Kushariyadi, 2010).

Dalam referansi lain dikatakan gerentologi merupakan suatu pendekatan


ilmiah dari berbagai asp[ek proses penuaan, yaitu kesehatan, sosial,
ekonomi, perilaku, lingkungan dan lain-lain (Depkes RI, 2001).

2. Klasifikasi lanjut usia


Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi yang simpatik dan dengan perawatan penuh pengertian (dalam
akhir hidupnya memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal
sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang). Batasan-batasan
lanjut usia :
Usia yang dijadika patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkitar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan
usia adalah sebagai berikut :
Menurut organisasi dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderiy) usia 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
3. Teori-teori menua
Beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori psikologis, teori sosial, teori spiritual.
a. Teori genetik
Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di dalam
tubuh terdapat jam biologis mengatur gen dan mengatur
prosespenuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Manusia
mempunyai umur harapan hidup nomer dua terpanjang setelah bulus.
b. Teori non genetik
Teori ini penuruna sistem tubuh (auto-immune theory) mutasi yang
berulang dapat menyebkan berkurangnya kemampuan sistem imun
tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognitation). Jika mutasi yang
merusak membrane sel, akan menyebabka sistem imun tidak
mengenalinnya sehingga merusaknya.
c. Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori radikal bebes dapat dibentuk alam bebas dan didalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam
miokondria. Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya karusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti :
1) Asap kendaraan bermotor
2) Asap rokok
3) Zat pengawet makan
4) Radiasi : Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
d. Teori stres
Teori stres merupakan menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang
bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan internal, kelebihan usaha, dan stres yang
menyababkan sel-sel tubuh terpakai.
e. Teori silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang
tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnnya elastisitas, kekacauan,
dan hilangnya fungsi sel.
f. Teori psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara almiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan spikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif.
g. Teori menarik diri
Teori ini merupakan sosial tentang kemiskinan yang diderita lansia
dan rajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara menurunnya
deperlahan-lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya. Kualitas
maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan
ganda (triple loss) peran (loss of role).
1. Teori aktivitas
Teori aktivitas dikembangkan bahwa penuaan yang sukses
bergabtung pada bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut
lebih penting dibandingkan kualitas dan aktivitas yang dilakuakan.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada


Lansia Perubahan fisik
a. Sel : jumlah sel menurun/lebih sedikit ukuran sel lebih besar.
b. Sistem persarafan : menurun hubungan persarafan berat otak
menurun 10 – 20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya) respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stres.
c. Kardiovaskuler : katub jantung menebal dan kaku, kemampuan
mempompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta, meningkatnnya resistensi
pembulu darah perifer sehingga terkanan darah meningkat.
d. Represi : otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas parumenurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik nafas lebih berat, alveoli,melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi peyempitan pada bronkus.
e. Muskuluskeletal : cairan tulang menurun hingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkun (kifosis), persendian membesar dan menjadi
kaku (atro otot), kram, termor, tendon mengerut, dan mengalami
skerosis.
f. Gastrointestinal : esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan paristaltik usus menurun, sehingga daya opsi juga ikut
menurun.
g. Genitounirinaria : ginjal : mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tibulus menurun
sehingga kemampuandan fungsi tibulus menurun sehingga
kemampuan mengponsetrasi urien ikut menurun.
h. Vesika urinaria : otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekuendi buang air seni meningkat.
i. Vagina : seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada.
j. Pendengaran : membarn timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
k. Penglihatan : respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan
katarak.
l. Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vakularisasi
menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
m. Memori : kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa
hari yang lalu mencangkup beberapa perubahan. Kenangan jangka
pendek atau seketika (0 – 10 menit), kenangan buruk (bisa ke arah
demensia) .
n. Intelegentia quotion (iq) : iq tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal. Penampilan, presepsi, dan
keterampilan psikomotor berkurang. Perubahan psikososial nilai
seseorang sering diukur melalui produktifitasnya dan identitasnya
dikaitkan dengan kerjaan.
Perubahan psikologis
Psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah,
mudah tersinggung, gugup, dan mental yang kurang mantap.
a. Keletihan, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi
ovarium.
b. Keadaan atrofi jaringan.
c. Rasa gatal pada genetalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan
keriput.
d. Sakit dirasakan diseluruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.
e. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini dapat disebabkan oleh banyak
hal, misalnya karena tekanan darah tinggi.

B. Konsep Masalah Kesetahan Stroke


1. Pengertian
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gelaja yang hilangnya
fungsi sistem syaraf pusat fokal (atau gejala global), yang berkembang
cepat (dalam detik atau menit).

2. Etiologi
Menurut (Mutaqqin, 2008) stroke diklasifikasikan menjadi 2, berdasarkan
proses terjadinya dan etiologi yaitu :
a. Stroke hemoragik
Disebabkan oleh pecahnya pembulu darah ke otak pada area otak
tertentu. Biasanya terjadinya saat melakukan aktifitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya
menurun. Pendarahan otak dibagi dua, yaitu :
1) Pendarahan intraserebral : Pecahnya pembulu darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk masa yang
menekan jaringgan otak, menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena hemiasi otak.
2) Perdarahan subaranoid : Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal
dari pembulu darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat di luar parenkim otak.

3. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan arterosklerosis pembulu darah serebral,
sehingga pembulu darah tersebut mengalami penebalan dan
degenerasi yang kemudian pecah atau menimbulkan pendarahan.
b. Penyakit kardiovaskuler
Misalnya emblisme serebral dari jantung seperti penyakit arteri
koronaria, gagal jantung kongestif, MCI, hiportemi ventrikel kiri.
c. Diabetes melitus
Pada penyakit DM akan mengalami penyakit vaskuler, sehingga
terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjadi
asteroklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian
menyambut dan terjadi iskemia, iskemia menyebabkan perfusi otak
menurun dan pada akhirnya terjadi stroke.
d. Merokok
Pada perekok akan timbul plaque pada pembulu darah oleh nikotin
sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian
berakibat pada stroke.
e. Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran
darah ke otak dan kardiak aritmi serta kelainan motilitas pembulu
darah sehingga terjadi emboli serebral.
f. Peningkatan kolestrol
Peningkatan kolestrol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehinggga aliran darah lambat termasuk
ke otak, maka perfusi otak menurun.
g. Obesitas
Pada obesitas kadar kolestrol tinggi, selain itu dapat mengalami
hipertensi karena terjadi gangguan pada pembulu darah. Keadaan ini
berkontribusi pada stroke.
h. Arterosklerosis
i. Kontasepsi
j. Riwayat kesehatan keluarga stroke Umur (insiden meningkat sejalan
dengan meningkatnya umur) Faktor usia tua menjadi stroke diketahui
bahwa usia semakin tua semakin besar pula resiko terkena stroke.hal
ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembulu darah lebih kaku
karena adanya plak.

4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada stroke akan muncul sebagai peringatan dini/ awal,
temuan secara umum, dan gangguan khusus setelah stroke.
a. Peringatan dini/ awal
Beberapa jenis stroke mempunyai tanda-tanda peringan dini yang
sebutan serangan iskemik jangka pendek/ TIA. Manifestasi dari
iskemik stroke yang akan terjadi termasuk hemiparesis transien
(tidak permanen), kehilangan kemampuan berbicara, dan kehilangan
sensori setengah/ hemisensori.
b. Temuan secara umum
Temuan secara umum dari setroke yang tidak berhubungan dengan
bagian pembulu darah yang khusus termasuk sakit kepala, muntah,
kejang, perubahan status mental, demam, dan perubahan pada status
elektrokardiogram (EKG).
c. Hemiparese (kelemahan) atau hemiplegia (paralisi) dari satibagian
dari tubuh bisa terjadi setelah stroke. Penurunan kemampuan ini
biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral anterior atau media
sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang mengontrol
gerakan (saraf motorik) dari korteks bagian depan.
d. Disatria : Menelan adalah kondisi artikulasi yang diucapkan tidak
sempurna yang menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Klien
dengan disatria paham dengan bahasa yang diucapkan seseorang
teteapi mengalami kesulitan dalam melafalkan kata dan tidak jelas
dalam pengucapannya.
e. Disfagia : Menelan adalah proses yang kompleks karena
membutuhkan beberapa fungsi dari saraf kranial. Selama aktivitas
menelan, lidah menggerakan gumpalan makanan kearah orofaring.
Faring akan terangkat dan glotis menutup. Gerakan otot faringeal
akan mengirim makanan dari faring ke esofagus.
f. Ataksia : Ataksia adalah kondisi yang mempengaruhi integritas
motorik komples. Hal ini bisa berakibat terjadinya stroke di beberapa
bagian otak. Klien dengan apraksia tidak bisa melakukan beberapa
keterampilan seperti berpakaian walaupun mereka tidak lumpuh
g. Perubahan penglihatan : Penglihatan merupakan proses yang
kompleks dan dikontrol oleh beberapa bagian dalam otak. Stroke
pada lobus pariental atau temporal bisa menggangu jaringan
penglihatan dari saluran optik ke korteks oksipital dan menganggu
ketajaman penglihatan.
h. Hemianopia Homonimus : Hemianopia Homonimus adalah
kehilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang
pandang dari setiap mata. Jadi, klien hanya bisa melihat setengah dari
penglihatan normal.
i. Penurunan sensorik : Beberapa tipe dari perubahan sensori dapat
terjadi karena stroke pada jalur pariental yang disuplai oleh arteri
serebral anterior atau bagian tengah. Penurunan ini terjadi pada
bagian sisi kontralateral tubuh dan bisanya disertai dengan
hemiplegia atau hemiparisis.
j. Perubahan prilaku : Otak dapat dikatakan sebagai pengontrol emosi.
Ketika otak tidak berfungsi sebagai mana mestinya, reaksi dan
respon emosi menghambat fungsi kontrol tersebut. Perubahan
perilaku setelah stroe adalah hal yang sering terjadi.

5. Komplikasi
Hematoma intraserebral dapat disebakan oleh pecahnya aneurisma atau
stroke hemoragik, yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika
tekanan intrakranial meningkat (Corwin, 2009).
a. Tahap perawatan akut
b. Vasospasme
c. Trenformasi hemoragik
d. TIK
e. Edema serebral : baik edema etotosik maupun vasogenetik.
f. Herniasi otak
g. Edema polmonal neurolagik setelah peningkatan TIK
h. Kejang
i. Herdrosefalus
j. Difusi jantung akibat stroke
k. Emboli paru
l. Aspirasi setelah difusi orofaring
m. Pneumonia aspirasi
n. Infeksi nosokomial
o. Hipoventilasi
p. Iskemia miokardial
q. Artimia jantung
r. Trombosis vena profunda
s. Konstipasi.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Menstabilkan tanda-tanda vital : Mempertahankan saluran nafas
yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir dengan sering dan
oksigenasi, jika perlu lakukan trakeotomi, membantu pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasrakan kondisi klien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Menemukan dan memperbaiki aritma jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.
5) Menempatka klien dalam posisi yang tepat, harus di lakukan
secepat mungkin klien harus diubah pasisi setiap 2 jam sdan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
6) ROM.
b. Pengobatan konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan tetapi pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberi histamin, aminohilin, asetazolamid.
3) Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sanggat penting dalam pembentukan trombus
dan embolisasi. Abtigregasi trombosis seperti aspirin digunakan
untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi rtombosis yang
terjadi sesudah ulserasi altroma.
4) Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskular.
5) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
6) Revaskularis terutama merupakan tindakan pembedahan dan
memanfaatkannya paling dirasakan oleh TIA.

C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Maslow)

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow


dalam potter dan perry (1997) dapat dikembangkan untuk menjelakan
kebutuan dasar manusia sebagai berikut.
1. Kebutuan fisilogis merupakan kebutuan paling dasar, yaitu kebutuhan
fisiologi seperti oksigen, cairan (minum), nutrisi (makan), keimbangan
suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan
seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi di perlindungan
fisik dan perlindungan psikologis.
3. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh
atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya
dari lingkungan, dan srbagainya.
4. Perlindunagan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru asing. Misalnya, kekhwatiran yang dialami
seseorang ketika masuksekolah pertama kali karena merasa terancaman
oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya
5. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,
memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
6. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu orang juga
memerlukan pengakuan dari orang lain.
7. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki
maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/
lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

D. Konsep Proses Keperawatan Gerontik


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan suatu rentan pemikiran dan pelaksanaan kegiatan
yang diajukan untuk mengumpulkan data/ informasi, analisis data, dan
pentuan permasalahan/ diagnosis keperawatan. Pengkajian keperawtan
merupakan fase pengumpulan data dari proses keperawatan (Ali, 2009).
1) Anamnesis
Anamnesis pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga dan pengkajian psikososial.
1) Identitas klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada
usia tua), jenis kelami, pendidikan, almat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam , nomer register, dan diagnosis
medis.
2) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke hemoragik sering
sekali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
beraktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain
3) Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi, riwayat stroke
sebelumnya, riwayat diabetes militus, penyakit jantunga, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi orang yang lama, obat-obatan
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatan adktif, dan
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obatan yang sering
digunakan klien, seperti anti-hipertensi, anti-lipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol, dan penggunaan obatkontrasepsi oral.
Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4) Riwayat penyakit keluarga : Biasanya ada keluarga yang
menderita hipertensi, diabetes militus, atau adanya riwayat stroke
dari generasi terdahulu.
5) Pengkajian psikososial spiritual : Pengkajian pikologis klien
stroke meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif, dan prilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi,
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien
yaitu timbul seperti ketakutan atau kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
presepsi dan konsep diri menunjukkan klien merasa tek berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Dalam
pola penanganan stres, klien biasa mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berfikir dan
kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan,
klien bisanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah
laku yang tidak stabil dan kelemahan/ kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh Prespektif keperawatan dalam mengkaji terdiri
atas dua masalah : keterbatasan oleh defisit neurologis dalam
hubungan dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang
akan mendukung adatasi pada gangguan neurologis di dalam
sistem dukungan individu.

2) Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara
per sistem (B1 – B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dengan keluhan-keluhan klien.
1) Keadaan klien
umunnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami
gangguan bicara yang sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara
dan pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, dan
denyut nadi bervariasi.
a) B1 (Breating) : Pada insfeksi dilakukan klien batuk,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan.
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke
dengan penurunan tingkat kesadaran koma.pada klien
dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian
inspeksi pernafasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks
didapatkan bunyi nafas tambahan.
b) B2 (Blood) : Pengkajian pada kerdiovaskuler didapatkan
renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien
stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah > 200mmhg)
c) B3 (Brain) : Stroke menyebebkan berbagai difisit neurologis
bergantung pada lokasi lesi (pembulu darah mana yang
tersumbat). Ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3
(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

2) Pengkajian tingkat kesadaran


kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.
Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.
Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringan perubahan
dalam kewaspadaan dan kesejahteraan.

3) Pengkajian fungsi serebral


Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemister.
a) Fungsi inteklektual : Didapatkan prnurunan dalam ingatan
dan memori, baik jangka panjang, maupun jangka pendek.
Penurunan kemapuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan berbedaan yang
tidak begitu nyata.
b) Kemampuan bahasa : Penurunan kemapuan bahasa
tergantung daerah lesi yang mempengaruhi fungsi dari
serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada
posterior dari ginus temporalis superior (are brocha)
didapatkan disfagia aksprektif, yaitu klien dapat mengerti,
tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya
tidak lancar. Disartria (kesulitan bicara), ditunjukan dengan
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertangguang jawab untuk menghasilakan
bicara.apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
c) Lobus frontal : Kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologis didapatkan jika kerusakan telah terjadi pada lobus
frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal
yang lebih tinggi mungkin rusak.disfungsi ini dapat
ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebebkan
klien ini menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin
diperberatoleh respon alamiah klien terhadap penyakit
katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi
dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil, bermusuhan,
frustasi, deemam, dan kurang kerjasama.
d) Hemisfer : Stroke hemisfer kanan didapatkan hemifarise
sebelah kiri tubuh, penilaina buruk dan mempunyai
keretanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan
terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Pada stroke
hemifarise kiri, mengalami hemifarise kanan, perilaku
lambat sangat hati-hati, kelaina bidang pandang sebelah
kanan, disfagia globab, afasia, dan mudah frustasi.

4) Peningkatan saraf kranial : Pemeriksaan ini meliputi saraf kranial


I – XII.
a) Saraf I : biasanya pada klien stroke tidak ada kelianan pada
fungsi penciuman.
b) Safar II : disfungsi prespsi visual karena gangguan jenis
sensori primer diantara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual- sepinal (mendapatkan hubungan dua atau
lebih objek dalam area spinal) sering terjadi pada klien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokan pakaian ke bagian tubuh.
c) Saraf III, IV, dan VI : jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan
penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi
yang sakit.
d) Saraf V : pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis trigeminius, penurunan kemampuan koordinasi
gerakan menguyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi
ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus
internus dan ekstrenus.
e) Saraf VII : presepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi sehat.
f) Saraf VIII : tidak ditemukan adanya konduktif dan tuli
prespsi.
g) Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik dan
kesulitan membuka mulut.
h) Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius
i) Saraf XII : lebih simetris, terdapat devisi pada satu sisi dan
fikulasi, srta indera pengecapan normal.

5) Pengkajian sistem motorik


Stroke adalah penyakit saraf motorik atau (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan kontrol vokunter terhadap gerakan
motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada UMN di sisi yang berlawanan dari otak
a) Inteksi umum : Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparisis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah
tanda yang lain.
b) Fasikulasi : Didapatkan pada otot-otot ekstermitas
c) Tonus otot : Didapatkan meningkat
d) Kekuatan otot : Pada penilaian dengan menggunakan tingkat
kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan singkat 2
e) Keseimbangan koordinasi : Didapatkan mengalami
gangguan karena hemiparise dan hemiplegia.
f) Peningkatan refleks : Pemeriksaan refleks terdiri atas
pemeriksaan reflek profunda dan pemeriksaan reflek
patologis.
g) Pemeriksaan profunda : Pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respon
normal.
h) Pemeriksaan refleks patologis : Pada fase akut refleks
patologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fatologis akan muncul kembali
didahului dengan refleks patologis gerakan involuter.

6) Pengkajian sistem sensorik


Dapat terjadi hemiparise. Pada prespsi terdapat ketidak mampuan
untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi prespsi visual
karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks
visual. Gangguan hubungan visual- spinal (mendpatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spinal) sering terlihat
pada klien dengan hemiplegia kiri. Kehilangan sensori karena
stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau
mungkinlebih berat, dengan kehilangan propriosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh)
srta kesulitan dalam mengiterpretasikan stimulai visual, taktil,
dan auditorius.

c. Pemeriksaan diagnostik
1) Angiografi serebral : membantu menurunkan penyebab dari
stroke secara spesifik seperti pendarahan anteriovena atau adanya
ruptur dan untuk mencari sumber pendarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
2) Lumbal fungsi : tekananyang meningkat disertai bercak darah
pada cairan lumbal menunjukan adanya hemoragik pad
subharakonoid atau pendarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menujukan adanya proses inflamasi. Hasil
pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada pendarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) suaktu hari-hari pertama.
3) CT SCAN : pemidaina ini memperlihankan secara fisk letak
edema, posisi hematoma, adanya jarinagn otak yang infrak atau
iskemik, dan posisinya secara pasti.hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel, atau menyebar kepermukaan otak.
4) MRI : MRI (magnetic imaging resonace) merupakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/ luas terjadinya
pendarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark akibat hemoragik.
5) USG Doppler : untuk mengidentifikasi adanya penyakit
arteriovena (masalah sistem karotis)
6) EEG : pemeriksaan inui bertujuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya implus listrik dalam jaringan otak.
7) Pemeriksaan labolatorium :
a) Lumbal fungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya
dijumpai pada perdarah yang masif, sedangkan pendarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari pertama.
b) Pemerijsaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglekimia. Gula darah dapat mencapai 250 mg didalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
c) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelain pada
daerah itu (Mutaqqin, 2008).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang singkat, tegas, dan
jelas tentang respon klien terhadap masalah kesehatan atau penyakit
tertentu yang aktual dan potensial karena ketidak tahuan, ketidak
mampuan, klien mengatasinya sendiri, yang membutuhkan tindakan
keperawtan untuk mengatasinya (Ali, 2008).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan stroek meliputi :
a. Perubahan perfusi jarinagan serebral berhungunagn dengan interupsi
aliran darah : gangguan okulasi, hemoragi, vasospasme serebral,
edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dangan berketerlibatan
neurovaskuler; kelemahan, parastesia, flaksid, dan paralisi hipotonik
(awal), paralisis spatis, kerusakan preseptual atau kognitif.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,
penurunan kekuatan, dan ketahanan, kehilangan kontrol atau
koordinasiotot, kerusakan persptual atau kognitif, nyeri atau ketidak
nyamanan, dan depresi.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik,
psikososial, presrptual kognitif.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman
keterbatasan kognitif, kesalahan interpetasi informasi, kurang
meninggat dan tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan keperawatan
perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan perawatan yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Ali, 2009).
No Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Perubahan perfusi jaringan Kriteria Hasil : 1) Tentukan faktor yang berhubungan 1) Mempengaruhi intervensi. Kerusakan
serebral berhubungan a. Mempertahankan dengan keadaan atau penyebab tanda atau gejala neurologis atau
dengan : khusus selama penurunan perfusi kegagalan memperbaikinya setelah fase
tingkat kesadaran serebral dan potensial terjadinya awal memerlukan tindakan untuk
a. Interupsi aliran darah: membaik, fungsi peningkatan TIK. melakukkan pemantauan terhadap
gangguan okulasi, kognitif, dan motorik peningkatan TIK.
hemoragi, vasospasme atau sensori 2) Observasi dan catat status neurologis 2) Mempengaruhi tingkat kesadaran,
serebral, dan edema b. Mendemostrsikan sesering mungkin dan bandingkan resiko peningkatan TIK, mengerahui
serebral tanda-tanda vital dengan keadaan normalnya. lokasi, luas, dan kemajuan atau resolusi
b. Perubahan suhu kulit stabil dan tidak kerusakan SSP. Menunjukkan TIA
warna biru atau ungu. adanya tanda-tanda yang merupakan tanda terjadi trombosis
c. Perubahan tingkat peningkatan TIK CVS baru.
kesadaran, kehilangan c. Menujukkan tidak ada 3) Observasi tanda-tanda vital seperti : 3) –
memori. kelanjutan a) Adanya hipotensi, dibandingkan a) Variasi terjadi karena tekanan atau
d. Defisit memori bahasa, kekambuhan hasil yang terbaca pada kedua trauma serebral pada daerah
intelaktual dan emosi d. Mempertahankan lengan vasomotor otak. Hipertensi atau
e. Perubahan tanda-tanda penurunan tanda dan hipotensi postural dapat menjadi
vital gejala kerusakan presipitasi. Hipotensi terjadi
jaringan. karana syok (kolaps sirkulasi
vaskular). Peningkatan TIK terjadi
karena edema, formasi berkuan
darah. Tersumbatnya arteri
subklavia ditandai adanya
perbedaan tekanan pada kedua
lengan
b) Frekuensi dan irama jantung b) Perubahan terutama bradikardia
auskultasi adanya murmur. terjadi akibat kerusakan otak,
distatria dan murmur pertanda
adanya penyakit jantung yang
menjadi pencetus CSV (seperti
stroke setelah IM)
c) Catat pola dan irama dari c) Ketidakteraturan pernafasan
pernafasan, priode apnea setelah mengambarkan lokasi kerusakan
pernapasan cheyne- stroke. serebral atau peningkatan TiK dan
kebutuhan untuk intervensi
selanjutnya
4) Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, 4) Reaksi pupil diataur oleh saraf kranial
kesamaan, dan reaksinya terhadap okulomotor (III) berguna menentukan
cahaya. apakah batang otak masih baik.
5) Catat perubahan dalam penglihatan, 5) Gangguan penglihatan yang spesifik
seperti adanya kebutaan, gangguan mencerminkan daerah otak yang
lapang pandang, atau kedalaman terkana, mengidentivikasi keamanan
presersi yang harus mendapat perhatian dan
mempengaruhi intervensi
6) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, 6) Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
seperti fungsi bicara. merupakan indikator dari lokasi atau
derajat gangguan serebral dan
meningkatkan penurun atau
peningkatan TIK
7) Letakkan kepala dengan posisi agak 7) Menurunkan tekanan arteri dengan
ditinggalkan dan dalam posisi meningkatkan drainase dan
anatomis (netral) meningkatkan sirkulasi atau perfusi
serebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik Kriteria Hasil : 1) Kaji kemampuan secara fungsional 1) Mengidentifikasi kekuatan atau
berhubungan dengan : a. Mempertahankan atau lunasnya kerusakan awal kelemahan dapat memberikan
a. Keterlibatan dengan cara yang teratur. informasi menegani pemulihan.
neuromuskular : posisi optimal dari 2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam 2) Menurunkan resiko truma atau
kelemahan, parastesia, fungsi yang iskemia jaringan.
flaksid/ paralisis dibuktikan oleh 3) Telakkan dalam posisi terlungkep 3) Mempertahankan ekstensi pinggul
hipotonik (awal), tidak adanya satu dua kali sehari sesuai fungsional, tetapi akan meningkatkan
paralisis spastis. kontraktur. kemampuan klien ansientasi terutama kemampuan
b. Kerusakan perseptual/ b. Mempertahankan/ klien untuk bernapas.
kognitif meningkatkan 4) Lakukan latihan rentang gerak aktif 4) Meminimalkan attrofi otot,
kekuatan dan pada ekstermitas. Anjurkan meningkatkan sirkulasi, dan
fungsi bagian tubuh melakukan latihan quadrisep, mencegah kontraktur.
yang terkena atau meremas bola karet, serta
kompensasi melebarkan jari tanagan dan kaki. 5) Mencegah kontraktur atau footdrop
c. Mendemostrasikan 5) Sokong ekstermitas dalam posisi paralisis flaksid mengganggu
teknik atau perilaku fungsional kemapuan menyangga kepala.
yang 6) Gunakan penyangga lengan saat 6) Selama paralisis flaksid, penggunaan
memungkinkan berada dalam posisi tegak, sesuai penyangga menurunkan risiko
melakukan indikasi sbluksasi lengan dan sindrom bahu
aktivitas lengan
d. Mempertahankan 7) Evaluasi penggunaan alat bantu 7) Kontraktur fleksi terjadi akibat otot
integritas kulit. untuk penggunaan posisi selama flektor lebih kuat dibandingkan
periode paralisis spastik dengan otot ekstensor.
8) Tempatkan bantal di bawah aksila 8) Menceggah adduksi bahu dan fleksi
untuk melakukkan abduksi pada siku
tangan.
9) Tinggikan tanggan dan kepala 9) Meningkatkan aliran balik vena dan
mencegah edema
10) Posisikan lutut dan panggul dalam 10) Mempertahankan posisi fungsional.
posisi ekstensi.
3. Gangguan perawatan diri Kriteria Hasil : 1) Kaji kempuan dan tingkat 1) Membantu dalam mengantisipasi
berhubungan dengan: a. Mendemostrasikan kekurangan (skala 0 – 4) untuk atau merencanakan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. kebutuhan secara individual
a. Kerusak neurovaskuler, teknik/ perubahan 2) Hindari melakukan sesuatu untuk 2) Klien dapat menjadi sangat
penurunan kekuatan gaya hidup untuk kilen yang dapat dilakukkan klien bergantung meskipun bantuan yang
dan ketrahanan, memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi berikan bantuan diberikan bermanfaat dalam
kehilangan kontrol/ perawatan diri sesuai kebutuhan. mencegah frustasi
koordinasi otot. b. Melakukan aktifitas 3) Pertahankan dukungan, sikap yang 3) Klien akan memerlukan empati,
b. Kerusak presptual/ perawatan diri dalam tegas. Beri klien cukup nwaktu tetapi perlu untuk mengetahui perwat
kognitif tingkat kemampuan untuk mengerjakan tugasnya. yang akan membantu klien secara
c. Nyeri/ diri konsisten
ketidaknyamanan c. Mengidentifikasi 4) Berikan umpan balik yang positif 4) Meningkatkan persaan makna diri
d. Depresi sumber pribadi atau untuk setiap usaha yang dilakukan meningkatkan kemandirian dan
komunitas atau keberhasilan. mendorong klien untuk berusaha
memberikan bantuan secara kontinu.
sesuai kebutuhan 5) Buat rencana terhadap gangguan 5) –
penglihatan yang ada, seperti : a) Klien akan dapat melihat untuk
a) Letakan makanan dan alat memakan makananya.
lainnya di sisi klien yang tidak
sulit. b) Dapat menangani diri dari
b) Gunakan alat bantu pribadi meningkatkan. Kemampuan dan
harga diri
4. Gangguan harga diri Kriteria Hasil : 1) Kaji luasnya ganmgguan presepsi 1) Penentuan faktor membantu dalam
berhubungan dengan : a. Berkomunisaksi dan hubungan dengan derajat mengembangkan intervensi
a. perubahan biofisik, ketidak mampuannya
dengan keluarga 2) Identivikasi arti dari kehilangan 2) Kadang klien menerima dan
psikososial, presepsual tentang situasi dan atau disfungsi atau perubahan pada mengatasi gangguan fungsi secara
kognitif. perubahan yang klien efektif dengan sedikit penanganan
b. Perubahan aktual dalam terjadi 3) Anjurkan klien mengespresikan 3) Mendemostrasikan penerimaan atau
struktur dan/ atau b. Mengunggkapakan perasaan mengenal dan mulai memahami
fungsi penerimaan pada diri persaan tersebut.
c. Perubahan dalam pola dalam situasi 4) Catat apakah klien menujuk daerah 4) Menunjukkan penilaian terhadap
biasanya dari tanggung yang sakit atau mengingkari daerah bagian tubuh tau perasaan negatif
jawab/ kapasitas fisik c. Mengenali dan
menggabungkan tersebut dan mengatakan pangkalan terhadap citra tubuh dan kemampuan
untuk melaksanakan pada hal tersebut. menndakan perlunya intrvensi dan
peran perubahan dalam
5) Akui pernyataan perasaan tentang dukungan
d. Respon verbal/non konsep diri dalam terhadap tubuh, tetap pada 5) Membantu klien untuk melihat
verbal terhadap cara yang akurat kenyataan, bahwa klien masih bahwa perawat menerima bagian
perubahan aktual atau tanpa menimbulkan dapat menggunakan bagian tubuh tersebut merupakan suatu
yang dirasakan harga diri negatif tubuhnya yang bisa sakit dan bagian yang utuh dari seseorang
e. Perasaan negatif belajar untuk mengontrol bagian
tentang tubuh, persaan tubuh yang sakit
putus asa/ tidak 6) Tekankan kebersihan yang kecil 6) Mengonsolidasikan keberhasilan
berdaya. sekaliapun baik menegnai membantu menurunkan pesan marah
f. Berfokus pada penyembuhan fungsi tubuh maupun dan ketidak berdayaan.
kekuatan, fungsi atau kemandirian klien
penampilan masa lalu. 7) Bantu dan dorong kebiasaan 7) Membantu meningkatkan rasa harga
g. Preokupasi dengan berpakaian dan brdandan yang baik diri dan kontrol atas salah satu
perubahan atau bagian kehidupan
kehilangan 8) Dorong keluarga untuk melakukkan 8) Membangun kembali rasa
h. Tidak menyentuh/ sebanyak mungkin untuk dirinya kemandirian dan menerima
melihat pada bagian sendiri. kebanggan diri, meningkatkan proses
tubuh yang sakit. rehabilitasi

5. Kurang pengetetahuan Kriteria Hasil : 1) Evaluasi tipe atau derajat dari 1) Defisit mempengaruhi pilihan
berhubungan dengan : a. Meminta informasi gangguan presepsi sensori metode pengajaran dan isi instruksi
a. Kurang pamajanan 2) Diskusiakn keadaan patologis yang 2) Membangun harapan realitas
b. Pertayaan khususnya dan kekuatan pada meningkatkan pemahaman keadaan
b. Keterbatasan kognitif, kesalahan individu dan kebutuhan saat ini
kesalahan intrepretasi informasi 3) Tinjau ulang keterbatasan saat ini 3) Meningkatkan pemahaman
informasi, kurang c. Ketidak kukurang dan diskusiakan rencana atau memberikan harapan pada masa
mengiggat mengikuti intruksi melakukan kembali aktivitas datang dan menimbulkan harapan
c. Tidak mengenal d. Terjadinya dari ketrbatasan hidup secara normal
sumber informasi komplikasi yang 4) Diskusikan rencana untuk 4) Berbagai tingkat bantuan perlu
tidak dicegah memenuhi kebutuhan perawatan direncanakan berdasarkan pada
diri kebutuhan individu
5) Berikan intruksi dan jadwal tertulis 5) Memberikan penguatan visual dan
mengenai aktivitas, penggobatan sumber rujukan setelah sembuh
dan faktor lainnya. 6) Memberikan bantuan untuk
6) Anjurkan klien merujuk obat pada menyokong ingatan dan
daftar atau catatan yang ada, dari meningkatkan perbaikan dalam
pada hanya bergantung pada apa keterampilan daya pikir
yang diingat 7) Stimulasi yang beragam dapat
7) Sarankan klien membatasi memperbesar gangguan proses
stimulasi lingkungan selama berfikir
kegiatan 8) Beberapa klien mengalami cara
8) Rekomendasikan klien untuk meminta pengambilan keputusan yang
bantuan dalam proses pemecahan memanjang dan berprilaku implusif
masalah memvalidasi keputusan
sesuai kebutuhan
4. Pelaksanaan perawatan
Menurut dinarti (2009), implementasi adalah proses keperawatan yang
terdiri dari rangkaian aktivitas keperawatan dari hari kehari yang harus
dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat, menilai perkembangan
pasien terhadap pencapain tujuan atau hasil yang diharapkan dan dicatat di
catataan keperawtan yang spesifik. Tindakan dan respon pasien tersebut
langsung di catat dalam format tindakan keperawatan. Adapun dalam
implementasi pada pasien stroke adalah :
a. Memperbaiki perfusi jaringan serebral
b. Meningkatkan mpbilitas fisik
c. Mempertahankan komunikasi yang efektif baik verbal maupun non
verbal
d. Memenuhi kebutuhan nutrsi
e. Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi prespsi
f. Memperbaiki perawatan diri
g. Memperbaiki pola BAB
h. Memperbaiki pola BAK
i. Meningkatkan kebersihan jalan nafas
j. Mempertahankan integritas kulit
k. Mengurangi kecemasan klien dan keluarga

5. Evaluasi keperawatan
Menurut Ratna Aryani (2009), evaluasi keperawatan adalah perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien. Evaluasi
keperawatan di catat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data subjektif (S)
dan data objektif (O) sampai perencanaan ulang berdasarkan hasil analisa
data, semua dicatat pada formulir catatan perkembangan.

Jenis evaluasi ada dua jenis : evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan dilakukan.evaluasi proses dilakukan untuk
membantu kefeektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi respon ( jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata

34
35

lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan terhadap kemajuan ke


arah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan. Kegiatan yang ingin
dilakukan dalam tahap ini adalah mengidentifikasi kriteria hasil,
mengevaluasi pencapaian tujuan, dan memodifikasi rencana keperawatan,
evaluasi mencangkup semua tahap dalam proses keperawatan, mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi itu sendiri. Dari kedua evaluasi itu
sendiri.
a. Pervusi jaringan serebral teratasi
b. Mobilitas fisik terpenuhi
c. Komunikasi efektif
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
e. Penurunan kesadaran tidak terjadi
f. Perawatan diri terpenuhi
g. Pola BAK teratasi
h. Pola BAB teratasi
i. Kebersihan jalan nafas efektif
j. Integritas kulit elastis
k. Kecemasan berkurang
36

BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus asuhan keperawatan
lansia pada klien dengan gangguan neorologi : stroke di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budhi Dharma Bekasi. Proses pelaksanaan asuhan keperawatan selama 3
hari dari tanggal 2 – 4 mei 2016. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara dengan kilen, tim kesehatan (dokter dan perawat) di klinik PSTW Budhi
Dharma Bekasi, memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan serta
didapatkan hasil observasi langsung.

A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian klien dilakukan pada tanggal 2 – 4 Mei 2016 di Panti Sosial Tresna
Werdha Dharma Bekasi.
1. Riwayat kesehatan
a. Identitas klien
Klien berinisial Tn. A 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama khatolik
suku jawa, warga negara indonesia, pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Atas, status duda, sekarang tidak berkerja,alamat tinggal
sebelumnya jln. Kayu putih, sudah tinggal dipanti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budhi Dharma Bekasi sejak 5 bulan yang lalu, sumber
pendapatan didapatkan dari anak tirinya setiap 1 bulan sekali.

b. Riwayat keluarga
Tn. A sudah lama ditinggal almarhum istrinya,dari hubungannya
dengan istri tidak memiliki anak tetapi Ny. A memiliki 1 orang anak,
dari pernikahan terdahulunya. Sekarang anaknya tinggal dijakarta.

c. Riwayat pekerjaan
Tn. A sekarang sudah tidak bekerja, sebelumnya berkarja sebagai
pedagang sayuran dipasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Namun sekarang pendapatan didapatkan dari anak tirinya setiap 1 bulan
sekali.
37

d. Riwayat lingkungan tempat tinggal


Dahulu klien tinggal dikayu putih. Tinggal dengan anak tirinya dirumah
milik sendiri semi permanen.

e. Riwayat rekreasi
Klien memiliki hobi membaca dan bermain catur. Semenjak di panti
dengan kegiatan yang telah terjadwal, klien slalu mengikutinya klien
dipanti suka bermain catur dengan bermain catur klien merasa lebih
rileks dan bisa membatu supaya klien tidak cepet pelupa, klien tidak
suka pergi rekreasi.

f. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini yaitu anggota gerak bagian kiri tidak bisa
digerakkan, mengalami stroke sejak 3 tahun yang lalu.
2) Riwayat kesehatan lalu
Klien sudah mengalami stroke 3 tahun yang lalu. Klien pernah
mengalami kecelakaan saat sedah mengendarai motornya. Lalu
dibawa ke RSUD oleh polisi untuk dilakukan perawatan. Klien
mengalami stroke saat baru bangun tidur dan merasakan anggota
tubuh sebelah kiri tidak bisa digerakan, sebelum stroke klien
merasa pusing dan klien tidak memiliki pola hidup yang sehat klien
perokok aktif dalam sehari klien bisa menghabiskan 2 bungkus
rokok.
3) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan almarhum istrinya memiliki hipertensi dan ibu
klien juga memiliki hipertensi.

g. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


1) Nutrisi
Klien makan sehari 3x. Klien sering membeli makan diluar panti
seperti, nasi uduk, ketoprak. klien tidak pernah habis makan-
makana yang disediakan oleh panti, karna makananya tidak
38

berfariasi, kilen juga jarang mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-


buahan.
2) Personal hygine
Klien biasa mandi 2x sehari denagn menggunakan sabun,
mengosok gigi 2x/hari setiap kali mandi, dan mencuci rambut
menggunakan shampoo. Klien tampak bersih, rambut tertata rapih,
kuku tangan dan kaki sebelah kanan tampak kotor dan panjang.
3) Aktivitas dan istirahat
Aktivitas klien terlambat karena kelemahan pada aganggota gerak
sebelah kiri. Klien menggunakan alat bantu tongkat untuk
beraktifitas. Klien masih mampu melakukan aktivitas mandiri,
namun terlihat perlahan-lahan. Pola tidur klien 7 jam per hari. Klien
jarang tidur siang.
4) Eliminasi
Klien BAB 4 hari sekali. Klien sering sekali bermasalah dalam
BAB. Klien sering mendapat obat dulcolax untum mempelancar
BABnya, BAK tidak tentu, jika diperkirakan 6 kali per hari, warna
kuning jernih.
5) Oksigenasi
Klien bernafas spontan dengan frekuensi 23 x/menit, klien
terkadang batuk saat mer4okok. Tidak memiliki riwayat alergi.
6) Spiritual
Klien beragama khatolik, klien setiap hari rabu dan minggu selalu
mengikuti agama yang dianutnya.

2. Pengkajian psikologi
a. Proses fikir
Saat dilakukan pengkajian atau wawancara tidak disorientasi
b. Gangguan perasaan
Klien tidak memiliki gangguan perasaan, klien menunjukan eksoresi
sesuai dengan apa yang disampaikan
c. Konunikasi
Klien terlihat tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi, cukup jelas
dalam penyampaian yang klien sampaikan
39

d. Orientasi
Orientasi terhadap, tempat, waktu baik
e. Sikap klien terhadap lansia lain
Klien bersikap baik kepada lansia lain. Klien memandang dirinya yang
sekarang mengalami stroke kecewa karena klien berkeinginan ingin
sembuh dan tidak lumpuh lagi, namun sudah bertahun-tahun hal tersebut
tidak terwujud.
f. Mekanisme koping terhadap masalah yang ada
Jika ada masalah klien biasanya tidak bercerita kepada orang lain.
Terkadang masalah itu dibiarkan saja atau mencoba menyelesaikan
masalahnya sendiri

3. Pengkajian sosial ekonomi


Latar belakang klien
Klien dahulu seorang pedagang dipasar sudah lama ditinggal istri
meninggal, klien tidak memunyai anak tetapi sang istri membawa anak dari
pernikahan sebelumnya. Klien merupakan kelas kebawah.
Frekuensi hubungan sehari-hari.
a. Dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga khusunya adiknya nomer 3 baik. Adik
tersebutlah yang sekarang tidak begitu jauh dengan klien. Selebihnya
kakak klien yang lain tiggalnya jauh dari jakarta. Adik klien setiap 1
bulan sekali berkunjung menemui klien ke panti dengan membawa
uang untuk klien.
b. Dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat sering. Cukup baik sering
bersosialisasi dengan lansia yang lain.
c. Aktifitas klien di panti
Klien mengikuti kegiatan yang ada di panti denagn rajin. Selain itu,
klien juga berkeliling wilayah panti setiap pagi hari dengan kursi
rodanya.

4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan sistem neuroloigi stroke yaitu :
40

a. Pemeriksaan fisik umum


Keadaan umum klien tampak sakit sedang, mobilisasi menggunakan
kursi roda, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital, TD : 150/90
mmhg, N : 80x/menit, S : 36,5 c, RR : 23xmnt, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening pada leher
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, skera anikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor,
reflek pupil melebar ketika cahaya dijauhkan dan mengecil ketika
cahaya didekatkan, fungsi penglihatan klien dapat melihat dengan jelas,
klien bisa mengerakan bola mata ke bawah dan ke dalam, menggrekan
mata ke samping dalam dan ke samping luar dan klien membuka mata
dengan sepontan.
c. Sistem pendengaran
Bentuk simertis, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen, tidak ada cairan
yang keluar dari telingga.
d. Sistem wicara
Klien berbicara dengan jelas dan tidak pelo
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih, tidak tedapat gangguan otot bantu pernafasan, jenis
pernafasan spontan.
f. Sistem kardiovaskuler
1) Sirkulasi ferifer
Nadi 80x/mnt, denyut kuat, irama teratur, TD : 160/90 mmhg tidak
terdapat distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat dan
pengisian kapilari refill ,3 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apikal 86x/mnt, irama teratur, tidak ada kelainan
bunyi jantung, tidak ada nyeri pada dada.
g. Sistem saraf pusat
Kesadaran composmentis, reksi pupil pada kedua mata baik, ukuran
pupil kanan dan kiri 2 mm, GCS: E : 4, V : 5, M : 6, tidak ada
peningkatan TIK, kelemahan pada estermitas baguian kanan atas dan
bawah.
41

Pemeriksaan saraf kranial


1) Nervus 1 : penciuman klien tidak adanya masalah, terbukti klien
masih bisa mencium bau miyak kayu putih.
2) Nervus II : tidak ada masalah terbukti klien masih bisa
mencocockan pakaian ke bagian tubuh meskipun masih butuh
bantuan.
3) Nervus III , IV, dan VI : tidak ada masalah pada penglihatan,
terbuktiklien masih bisa melihat serta menyebutkan benda
4) Nervus 5 : kemampuan mengunyah klien tidak ada masalah.
5) Nervus VII : tidak ada masalah yang muncul pada area wajah.
6) Nervus VIII : tidak diketemukannya adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi
7) Nervus IX dan X : kemampuan menelan baik, klien masih bisa
membuka mulut dgn lebar
8) Nervus XI : tidak ada atrofi otot sternok kleidomastoideus dan
trapezius
9) Nervus XII : indra pengecapan tidak ada masalah, terbukti klien
masih bisa merasakan makanan yang disediakan.

h. Sistem pencernaan
Tidak ada caries gigi, gigi tampak bersih, gigi terlihat ada yang tanggal,
tidak ada stomatis dan muntah, tidak ada nyeri abdomen, bising usu
terdengar 4x/mnt, tidak terdapat asites, dan tidak teraba pembesaran
hati.
i. Sistem muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan pergerakan karena terjadi kelemahan pada
anggota gerak bagian kanan. Nilai kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
j. Sistem integumen
Tugor kulit hangat, tidak terdapat kemerahan pada kulit dan dekubitus.

5. Informasi Penunjang
a. Diagnosa medis : stroke non hemoragik
b. Laboratorium :–
42
c. Terapi medis :–

6. Data fokus

Data subjektif Data objektif


Klien mengatakan :
“Anggota gerak bagian kiri tidak bisa  Keadaan umum sakit sedang
digerakan sejak 3 tahun yang lalu”  Mobilitas dengan tongkat
“Aktivitas dilakukan mandiri namun sangat  Kesadaran composmentis
perlahan”  GCS:15,E:4,M:6,V:5
“Klien mengatakan jarang makan-makanan  Pemeriksaan tanda-tanda vital : 150/90
yng disediakan oleh panti, jarang memakan mmHg N : 80 x/menit, P : 23 x/menit, S
sayuran dan buah-buahan” : 36,5 c
 Bentuk mata simetris, sklera anikterik,
konjungtiva ananemis, pupil melebar
ketika cahaya dijauhkan dan mengecil
cahaya didekatkan.
 Pasien menghabiskan ½ porsi samapi
dengan 1 porsi

Tanagan dan kaki sebelah kiri tidak bisa
digerakan (hemiparise sinistra)
 Kekuatan otot 5555 3333
5555 3333
 Kapilari refill < 3 detik

7. Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1. Data subjektif : Kerusakan Kerusakan
 Klien mengatakan anggota gerak bagian mobilitas fisik neurovaskuler
kiri tidak bisa digerakkan sejak 4 tahun
yang lalu.
Data Objektif :

Klien tampak menggunakan tongkat
 Terlihat hemiparise sinistra

Aktivitas dilakukan mandiri dan perlahan
 Kekuatan otot
5555 3333
5555 3333

2. Data subjektif : Defisit Kelemahan


 Klien mengatakan susah menggunting perawatan diri neuromuskular
pada ektermitas
kuku dengan keterbatasan gerak kiri
Data objektif : (hemiparese
 sinistra)
Terlihat hemiparise sinistra

Klien tampak menggunakan tongkat
43


Kuku tanagn tampak panajang dan hitam
3. Data Subjektif : Kontipasi Kurang
 Klien mengatakan sudah tidak BAB ± 3 aktifitas fisik
hari

Klien mengatakan jarang makan makanan
yang disediakan di panti jarang memakan
buah-buahan
Dataa Oubjektif :

 Terlihat hemiparise sinistra



Klien tampak menggunakan tonngkat
 Perut teraba keras
 Bising usus 4 x/mnt

Klien mendapat oabat dulcolax 2x1
4. Data subjektif : Harga diri Karusakan/
 Klien merasa tidak berguna lag, kadang rendah gangguan
fungsional fungsi
klien merasa putus asa
 Klien mengatakatan penyakitnya
merupakan suatu hukuman dari yang
kuasa

Klien merasa tidak berdaya dan bertanya
kapan penyakitnya bisa sembuh
Data Objektif :

 Klien tampak menangis



Espresi wajah tampah sedih

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakan pada Tn. A berdasarkan data meliputi :
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan kerusakan neuromuskuler
ditandai dengan :
Data Subjektif :
Klien mengatakan “anggota gerak bagian kiri tidak bisa digerakan sejak 3
tahun yang lalu”
Data Objektif :
 Klien nampak menggunakan tongkat
 Terlihat hemiparise sinistra

 Aktivitas dilakukan mandiri dan perlahan


Kekuatan otot

5555
3333
5555 3333
44

2. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik ditandai


dengan : Data Subjektif : –
Data Objektif :
 Terlihat hemiparise sinistra
 Klien nampak menggunakan tongkat

 Perut klien terba keras

 Bising usus 4x/mnt

 Klien mendapat obat dulcolax 2x1

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular


pada ekstermitas kiri (hemiparese sinistra) ditandai dengan :
Data Subjektif :
Klien mengatakan “susah menggunting kuku dengan keterbatasan gerak,
tidak memiliki gunting kuku”
Data Objektif :
 Terlihat hemiparise sinistra
 Klien nampak menggunak tongkat
45

C. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji kemampuan secara fungsionl atau 1) Mengidentifikasi kekuatan atau
berhubungan kerusakan kepada Tn. A selama 3 x 24 jam luasnya kerusakan awal secara teratur kelemahan dan memebri informasi
neuromuskular ditanda diharapkan klien dengan gangguan tentang pemulihan
dengan : mobilitas fisik 2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam 2) Menurunkan terjadinaya resiko
Data subjektif : a. Mempertahankan posisi optimal dari (terlentang, miring) dan seb againya dan trauma/ askemia jaringan dan
klien mengatakan fungsi yang dibuktikan tidak adanya jika memiringkan bisa lebih sering jika mengalami perburukan
“anggota gerak bagian kontraktur diletakan dala posisi bagian yag tidak
sebelah kiri tidak bisa b. Mempertahankan atau meningkatkan terganggu
digerakan sejak 3 tahun kekuatan dan fungsi bagian tubuh 3) Telakan pada posisi terlungkup satu atau 3) Membantu mempertahankan
yang lalu” yang terkena atau kompensasi dua kali sehari sesuai kemampuan ekstensi pinggul fungsional tetapi
c. Mendemonstrasikan teknikatau kekungkinan akan meringankan
Data objektif : perilaku yang memungkinkan asientas
 Klien tampak melakukan aktifitas 4) Lakukan latihan rentang gerak aktif dan 4) Meminimalkan atrofi otot,
menggunak tongkat d. Mempertahankan integritas kulit pasif pada semua estermitas. Ajurkan meningkatkan sirkulasi, membantu
 Terlihat hemiparese untuk melakukan latihan quadrisep mencegah kontraktur, menurunkan
sinistra (gluteal meremas bola karet, melebarkan terjadinya hiperklasiuria dan
 Aktivitas dilakukan jari dan telapak tangan) osteoporosis
mandiri dan perlahan 5) Sokong ekstermitras pada posisi 5) Mencegah kontraktur paralisi
 Kekuatan otot fungsional pertahankan posisi kepala faksid dapat menyangga kepala
5555 3333 netral
5555 3333 6) Gunakan penyangga lengan ketika berada 6) Sela priode flaksid penggunaan
pada posisi tegak sesuai indikasi penyangga dapat menurunkan
terjadinya sindrom bahu dan lengan
7) Tempatkan bantal dibawah aksila untuk 7) Mencegah adduksi bahu dan flesi
melakukkan aduksi pada tangan siku
8) Tinggikan kepala dan tanggan 8) Meningkatkan aliran balik vena dan
membantu mencegah edema
9) Posisikan lutut dan panggul dalam posisi 9) Mempertahankan posisi fungsional
ekstensi mencegah rotasi esternal pada
46

panggul
10) Observasi bagian yang sakit atau terkena 10) Jaringan yang mengalami cidera
termasuk warna, edema dan tanda lain mudah mengalami trauma
11) Anjurkan klien untuk membantu 11) Dapat merespon dengan baik jika
menggerakan dan latihan dengan yang sakit tidak menjadi lebih
menggunakan estermitas yang sakit untuk terganggu dan memerlukan
menyokong yang lemah dorongan serta latihan aktif
12) Kolaborasi 12) –
a) konsultasi dengan ahli fisioterapi a) Untuk memenuhi kebutuhan
secara aktif mobilisasi, koordinasi dan
memerlukan dorongan serta
latihan aktif
b) berikan obat relaksasi otot, b) Menghilangkan spatisitas
antispasmodik sesuai indikasi estermitas yang terganggu
(baktolen, dantrolen)
2. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindak keperawatan 1) Kaji klien terhadap adanya faktor 1) Klien dan keluarga akan mengerti
dengan kurang aktivitas kapada Tn. A selama 3 x 24 jam konstipasi tentang penyebab kosntipasi
fisik ditandai dengan : diharapkan kontipasi teratasi dengan 2) Kaji kebiasaan BAB, konstipasi, volume,
Data subjektif : ktiteria hasil : dan warna feses.
klien mengatakan “sudah a. Pola eliminasi BAB normal 3) Monitor bising usus, pergerakan usus dan
tidak BAB ± 3 hari, jarang (kepadatan jumlah dan konsisten) termasuk frekuensinya
memakan makana yang b. Mengonsumsi diet tinggi serat 4) Identifikasi faktor seperti pengobatan
berada dipanti, jarang imobilisasidandeityangdapat
makan buah-buahhan dan menyebabkan konstipasi
sayur” 5) Anjurkan meningkatkan intek cairan
6) Anjurkan klien mengonsumsi makana
Data objektif : 7) Anjurkan klien untuk meningkatkan
 Tampak hemiparise latihan atau aktivitas
sinistra 8) Kolaborasi pemberian laksatif sesuai
 Klien tampak indikasi
menggunakn tongkat
 Perut klien teraba
47

keras
 Klien mendapat
obat dulcolx 2x1
3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukkan tindakan keperawatan 1) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan 1) Membantu dalam mengatisipasi dan
berhubungan dengan kepada Tn. A selama 3 x 24 jam dalam sekala 0-4 untuk melakukan ADL merencanakan pertemuan
kelemahan neuromuskular diharapkan kurang perawatan diri teratasi kebutuhan individual
pada estermitas kiki dengan kriteria hasil : 2) Hindari apa yang tidak dapat dilakukkan 2) Klien dalam keadaan cemas dan
ditandai dengan : a. Kuku tampak bersih klien tergantung hal ini dilakukkan untuk
Data subjektif : mencegah frustasi dan hargadiri
Klien mengatakan “ susah b. dan sudah dipotong. 3) Menyadarkan tingkah laku atau sugesti 3) Klien memerlukan empati, tetapi
menggunting kuku dengan tindaka pada perlindungan kelemahan. perlu mengetahuai perawatan yang
kerbatasan gerak. Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan kostiten dalam menangani
Data objektif : klien melakukkan tugas, beri umpan balik perawatan yang konsisten dalam
positif untuk usahannya menangani klien.sekaligus
 Tampak hemiparise meningkatkan harga diri,
sinistra memandirikan klien untuk trus
 Klien tampak mencoba
mengguanakan 4) Rencanakan untuk defisit penglihatan 4) Klien akan mampu melihat dan
tongkat sperti tempatkan makanan dan peralatan memakan makanan , akan mampu

Kuku tangan dan kaki dalam suartu tempat, dekatkan tempat tidur melihat keluar masuknya prang
tampak panjang dan kedinding keruangan.
hitam 5) tempatkan perabotan ke dinding, jauhakan 5) Menjaga keamanan klien bergerak
dari jalan. disekitar tempat tidur dan
menurunkan resiko tertimpa
perabotan
6) Beri kesempatan untuk menolong diri 6) Mengurangi ketergantungan seperti
menggunakan kombinasi pisau
garpu, sikat dengan pegangan panjang, dan
esktensi untuk berpijak pada lantai atau
ketoilet, kursi untuk mandi
7) Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK. 7) Ketidak mampuan berkomunikasi
Kemampuan menggunakan urinal, pisot. dengan perawatan dapat
48

Antarkan ke kamar mandi bila kondisi menimbulkan masalah pengosongan


memungkinkan kandungkemiholeh karena
neurologik
8) Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan 8) Meningkatkan latihan dan
minum dan meningkatkan aktifitas membantu mencegah konstipasi
9) Kolaborasi : pemberian supositoria dan 9) Pertolongan pertama terhadap
pelumas feses atau pencahar fungsi usus dan defekasi
10) Konsul ke dokter terapi okulasi 10) Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus
D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke sesuai
dengan rencana yang telah dibuat, maka penulis merakukkan asuhan keperawatan
selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 2 – 4 Mei 2016 di Panti Sosial Ttresna
Werdha Dharma Bekasi
Hari/ No. Jam Tindakan keperawatan Paraf
Tanggal Dx
Senin, 2 1 1) Mengobservasi kemampuan mobilitas klien Milani
Mei 2016 Ds : Klien mengatakan “masih sulit
mengerakkan tangan dan kaki sebelah kiri”
Do:
- Klien nampak sulit melakukkan
pergerakan pada bagian estermitas kiri
- Kekuatan otot
5555 3333
5555 3333

2) Melatih pasien untuk meremas bola karet, Milani


melebarkan jari tangan dan kaki.
Ds : klien mengatakan “jarang meremas bola
karet”
Do :
- Klien terlihat mampu melakukkan
gerakan meremas bola basket
- Klien terlihat sulit melakukan gerakan
melebarkan jari tangan dan kaki sebelah
kiri
3) Menganjurkan klien untuk membantu Milani

pergerakan dengan menggunakan estermitas


yang tidak sakit untuk menyokong yang
lemah.
Ds : –
Do : Klien melakukan yang dianjurkan
4) Melakukkan latihan rentang gerak aktifitas Milani

dan pasif pada semua estermitas


Ds : Klien mengatakan “bagian kiri yang
lemah bisa digerakkan jika dibantu dengan
yang sehat”
Do :
- Klien dibantu melakukkan ROM (pasif)
- Estermitas kiri terasa kaku
- Kekuatan otot
5555 3333
5555 3333

Senin, 22 1) Mengkaji klien terhadap adanya faktor Milani


Mei 2016 kostipasi
Ds : Klien mengatakan “jarang makan
makanan berserat seperti buah dan sayur”
Do :
49
50

- Perlu klienteraba keras


- Aktifitas klien terbatas
- Klien menggunakan kursiu roda
- Hemiparise sinistas
2) Mengkaji kebiasaan ftekuensi BAB, Milani

konsitensi, volume, warna feses, bising usus,


pergerakan usus termasuk frekuensinya.
DS : Klien mengatakan “sudah tidak BAB ±
3 hari yang lalu, BAB keras”
Do :
- Bising usus 4 x/menit
3) Menganjurkan meningkatkan intake cairan Milani

dan mengonsumsi makanan yang tinggi serat


Ds : Klien mengatakan “minum banyak
dalam sehari, tapi buah-buahan dan sayur-
sayuran jarang dikonsumsi”
Do : Klien tampak mendengarkan anjuran
4) Menganjurkan klien untuk minum oabat Milani

dulcolax sesuai intruksi dokter


Ds : klien mengatakan “mendapat obat
dulcolax dari dokter 2x1”
Do : Klien mengosumsi dulcolax dari dokter
5) Menganjurkan klien untuk tetap latihan tiap Milani

hari secara teratur


Ds : Klien mengatakan “aktivitas sulit sulit
dilakukkan dengan keterbatasan gerak dengan
menggunakan tongkat
Do :
- Aktivitas klien terbatas
- Klien menggunakan tongkat
- Hemiparise sinistra
Senin 2, 3 1) Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan Milani
2016 dalam skala 0 – 4 untuk melakukkan ADL
Ds : Klien mangatakan “sering BAK dicelana
karena keterbatasan gerak yang lambat”
Do :
- Klien beraktifitas menggunakan tongkat
- Klien tampak melakukkan aktivitas
lambat
- Klien keterbatasan gerak (hemiparise
sinistra)
2) Membantu nail care Milani

Ds : Klien mengatakan “trima kasih telah


membantu menggunting kuku”
Do : Kuku terlihat pendek dan bersih
3) Membantu menghindari apa yang tidak dapat Milani

dilakukan klien
51

Ds : –
Do : Merubah posisi bangku yang ada
didepan pintu
Selasa 3 1 1) Melakukan latihan rentang gerak aktif dan Milani
2016 pasif pada semua estermitas
Ds : Klien mengatakan “bagian kiri yang
lemah bisa digerakan jika dibantu yang sehat,
kaki dan tangan kaku”
Do :
- Klien dibantu melakukkan ROM (pasif)
- Estermitas kanan terasa kaku
- Kekuatan otot
5555 3333
5555 3333
2) Menganjurkan klien untuk membantu Milani
pergerakan dengan menggunakan estermitas
yang tidak sakit untuk menyokong yang
lemah
Ds : Klien mengatakan “bagian kiri yang
lemah bisa digerakkan jika dibantu yang
sehat”
Do : Klien melakukkan apa yg telah
dianjurkan
3) Melatih pasien untuk meremas bola karet, Milani

melebarkan jari tangan dan kaki


Ds : Klien mengatakan “ jarang melakukkan
meremas bola karet”
Do :
- Klien terlihat mampu melakukkan
gerakan meremas bola karet
- Klien terlihat sulit melakukkan gerakkan
melebarkan jari tangan dan kaki sebelah
kiri
Selasa 3 2 1) Mengkaji kebiasaan frekuensi BAB, Milani
2016 konsistensi, volume, warna feses, bising usus,
pergerakan usus termasuk frekuensi
Ds : Klien mengatakan “masih belum bisa
BAB, BAB keras”
DO : Bising usus 5 x/menit
2) Menganjurkan meningkatkan intake cairan Milani

dan mengosumsi makan yang tinggi serat


Ds : Klien mengatakan “minum banyak
dalam sehari medapat menu buah pepaya dari
dapur”
Do : Klien tampak mendengarkan anjuran
3) Menganjurkan klien untuk minum obat Milani

dulcolax sesuai intruksi dokter


Ds : Klien mengatakan “sudah minum oabat
dulcolax dari dokter”
Do : –
52

Selasa 3 3 1) Membantu menuju ke kamar mandi untuk Milani


2016 BAK
Ds : -
Do : Eliminasi klien terpenuhi
E. Evaluasi

Hari/ No. Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


tanggal Dx
4 Mei 1 S : Klien mengatakan masih tidak dapat Milani
Rabu, mengerakan tangan dan kaki kirinya
2016 O : Tangan dan kaki klien tampak terlihat
kaku
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

4 Mei 2 S : klien mengatakan, “ sudah BAB 1 kali Milani


Rabu, dengan konsitensi padat”.
2016 O : Bising usus normal
A : Masalah konstipasi teratasi
P : Lanjutkan intervensi

4 Mei 3 S : klien mengatakan kukunya sudah bersih Milani


Rabu, tidak panjang dan kotor
2016 O : tampak terlihat kuku tangan dan kaki
bersih
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
53

. BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam peembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan antara tinjauan


teoritis dengan tinjauan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn.A
dengan stroke yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Bekasi, dengan
mengikuti tahap-tahap proses keperawtan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaa, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Dalam tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, tetapi tidak jauh berbeda dengan pengkajian teoritis.
Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis melakukan wawancara dengan
klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi langsung, melihat catatan
keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainya. Hasil pengkajian yang
dilakukkan penulis didapatkan penyebab stroke pada Tn.A karena penyakit
hipertensi yang sudah lama dialaminya. Ditambah faktor lain dari pola hidup
klien yaitu merokok. Dapat disimpulkan bahwa penyabab stroke Tn.A sesuai
dengan konsep penyebab dan faktor resiko yang ada ditinjauan teoritis.

Manifestasi yang muncul dari Tn. A masuk point manifestasi klinis dengan
gangguan khusus setelah stroke yaitu mengalami kelemahan pada anggota gerak
atau estermitas bagian kiri yang disebut hemiparisse sinistra. Sebenarnya banyak
yang dipaparkan dalam tinjauan teoritis mengenai masalah manifestasi klinis
klien dengan stroke. Namu yang sesuai hanyalah point hemiparise. Lala
manifestasi lain yang tidak ditemukan pada Tn. A, penulis mempresepsikan
yaitu dikarenakan bagian otak yang mengalami lesi atau infrak di daerah otak
yang mengontrol gerakan (saraf motorik) dari koprteks bagian depan. Sehingga
tidak muncul tanda seperti afasia, disartria, disfagia, apraksia,dll yang dijelaskan
ditin jauan teoritis.
54

Penulis kesulitan dalam mendapatkan data penunjang yang spesifik mengenai


stroke yang dialami Tn.A karena rekam medis klien tidakl lengkap, tidak ada
hasil CT Scan., MRI, ataupun penunjang lainnya pada Tn.A yang menjelaskan
letak infrak atau lesi di bagia otak klien. Ada hasil labolatorium klien, namun
hasil tersebut sudah lama, yaitu pada 18 desember 2014. Dari tinjauan teoritis
terdapat pemeriksaan lumbal fungsi, namun di laporkan kausus tidak
dilakukannya lumbal fungsi.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan proses pengkajian dan data yang sudah terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka penulis merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan data-data tersebut. Berdasarkan teori diagnosa yang
terdapat pada pasien stroke, yaitu :
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular
pada estermitas kiri (hemiparise sinistra) ; terjadi karena klien mengatakan,
“anggota gerak bagian kiri tidak bisa digerakan sejak 3 tahun yang lalu “
klientampak menggunakan tongkat, tampak hemiparise sinistra, aktivitas
dilakukan mandiri dan perlahan, kekuatan otot 5555 3333
5555 3333

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular pada


estermitas kiri (hemiperise sinista) : terjadi karena klien mengatakan, “susah
mengguting kuku dengan keterbatasan gerak” tampak hemiparise sisnitra,
klien tampak menggunakan tongkat, kuku tangan dan kaki tampak panjang
dan hitam.
3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik; terjadi karena klien
mengatakan “sudah tidak BAB ± 3 hari, jarang makan makan yang
disediakan oleh panti, jarang memakan buah-buahan dan sayur”. Terlihat
hemiparise sinistra, klien tampak menggunakan tongkat, perut klien teraba
keras, bising usus 4 x/menit, klien mendapat obat dulcolax 2x1.

C. Perencanaan keperawatan
55

Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
teoritis yaitu dengan menyusun urutan prioritas, menetuan tujuan, kriteria hasil
serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua diagnosa yang
muncul. Pada perencanaa untuk diagnosa prioritas masalah pada tinjauan teoritis
yaitu diagnosa perubahan perfusi jaringa serebral berhubungan dengan interupi
aliran darah : gangguan okulasi, vasospasme serebral, edema serbral. Sedangkan
pada tinjauan kasus yang menjadi prioritas adalah krusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, pada kasus Tn.A sesuai dengan
teori yang didukung oleh data ada kelemahan pergerakan pada estermitas kiri.
Penulis merencanakan tujuan selama tiga hari diharapkan imobilisasi pasien
kembali efektif.

Pada diagnosa perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler


diagnosa ini muncul karena klien tidak bisa memenuhi semua kebutuhan sehari-
hari dikarenakan adanya kelemahan pada estremitas bagian kiri. Penulis
merencanakan tujuan selama tiga hari diharapkan kebutuhan pasien sehari-hari
dapat terpenuhi dengan bantuan minimal. Untuk kriteria hasil prinsipnya sama
dengan yang ada pada tinjauan teoritis.

D. Pelaksanan perawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan. Pelaksanaan dilakukan
dengan memperhatiakan keadaan atau kondisi pasien dan sarana yang tersedia
diruangan. Pelaksanaan keperawatan seluruhnya dilakukan oleh penulis
seutuhnya. Karena di panti tersebut dalam memberikan asuhan keperawatannya
kurang. Tidak terlihat peran perawat dalam panti tersebut. Semua alat yang
mendukung dalam melaksanakan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis
untuk memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksanaan ROM sendiri juga
dilakukan oleh penulis sebagai mahasiswa perawat. Tidak ada fisioterapi yang
melakukan secara rutin pada klien Tn. A.

E. Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengakuan keberhasialn
dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis dari
56

tanggal 2 – 5 Mei 2016. Adapun dalam evaluasi penulis memerlukan SOAP


(subjektif, objektif, analisa untuk dapat mengetahui apakah masalah teratasi
sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah baru dan planing). Evaluasi yang
penulis lakukan selama tiga hari berturut-turut. Adapum hasil dari evaluasi
tersebut adalah dua diagnosa teratasi dan satu tidak teratasi. Masalah yang
teratasi adalah :
1. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik. Diagnosa ini dapat
teratasi selama 3 hari. Karena klien mengatakan “sudah BAB 1 kali dengan
konsitensi lembek”. Bising usus normal, perut tidak teraba keras.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada
estermitas kiri (hemiparise sistra). Diagnosa ini dapat teratasi selama 3 hari
karena klien tampak bersih, kuku tidak panjang dan hitam, rambut tertata
rapih, berpakaian rapih.
Adapun diagnosa yang muncul pada kasus klien Tn.A namun tidak ada pada
tinjauan teorotis yaitu konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik.
Dengan diagnosa ini muncul karena dari hasil pengkajian melalui wawancara
klien mengeluh sudah tidak BAB ± 3 hari.
57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Kepada
Lansia Tn. A. dengan Stroke selama 3 hari dari tanggal 2 – 4 Mei 2016 di Panti
Sosial Trena Werdha Budhi Dharma Bekasi, penulis mengambil kesimpulan baik
dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :

A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Tn. A mengalami Stroke Awal
yang tidak muncul pada kasus Tn. A adalah tidak adanya pemeriksaan
diagnostik. Selain tanda dan gejala pada stroke, ada juga kesenjangan dalam
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan
farmakologi pada klien, klien tidak mendapatkan obat-obatan, dan pada
penatalaksanaan non-farmakologi klien, klien tidak mendapat terapi fisioterapi.
Komplikasi yang muncul yaitu; kehilangan kemampuan merawat diri dan.
Kesenjangan kebutuhan dari teoritis menurut maslow adalah Kebutuhan fisiologi
yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual, stimulus/ rangsangan, Kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, Kebutuhan
akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain, Kebutuhan aktualisasi
diri. Sedangkan masalah kebutuhan yang berhubungan dengan teori maslow
pada kasus Tn. A adalah kebutuhan perawatan diri, Kebutuhan Nutrisi,
Kebutuhan Istirahat dan Tidur.

Diagnosa yang ditemukan pada Tn. A adalah perubahan proses pikir


berhubungan dengan kehilangan memori, resiko perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, perubahan
pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan, dan kurang perawatan
diri berhubungan dengan penurunan kognitif.
58

Rencana keperawatan di susun sesuai kebutuhan lansia dan sesuai teori.Semua


tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang penulis buat. Evaluasi yang didapatkan
penulis pada Ny. J pada saat melakukan asuhan keperawatan ada 1 diagnosa
yang teratasi yaitu; konstipasi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan kurang perawatan diri berhubungan
dengan penurunan mobilisasi.

B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Dharma Bekasi dan berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat
oleh penulis, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan klinik di Panti di harapkan dapat membuat strategi dalam
memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan stroke untuk melatih
rom serta mengkaji lebih lanjut pada lansia dengan stroke terutama untuk
pemeriksaan diagnostiknya, dan memperhatikan penatalaksanaan terapi
farmakologi maupun non farmakologi, serta melengkapi dokumentasi.
2. Untuk penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan
demensia. Sesuai dengan kondisi lansia tersebut.
59

DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawks. 2009. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan, edisi 8. Jakarta : Salemba Medika.
Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 12. Jakarta : EGC.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika.
Maryam, Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Mickey & Patricia. 2006. Keperawatan Gerontik, edisi 2. Jakarta : EGC.

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC.

Riyadi, Sujono. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.
60

Lampiran

SatuanAcaraPerencanaan (SAP)
Range Of Motion (ROM)

A. Rencana Pelaksanaan
o Hari/tanggal : 4 mei 2016
o Oleh : Milani rosatika zaen
o Tempat : Panti Sosial Tresna Werdha
o Pukul : 09.00-10.00 WIB
o Topik : Latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita
stroke

o Sasaran Sasaran
Sasaran penyuluhan: Tn.A
Sasaran program : Tn.”A”

B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan Tn H khususnya Ny H dapat
berlatih secara aktif sedangkan keluarganya dapat memberikan dan
membimbing secara pasif.
2.Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit Ny H dan
keluarga diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke .
2. Tujuan latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
4. Jenis latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
C. Metode
o Ceramah
o Diskusi
o Peragaan dan Praktek

D. Media
Format Prosedur
61

E. Pengalo kasian Waktu

No Kegiatan Materi Waktu Penyuluhan


1 Pembukaan a. Mengucapkan salam 3 menit Apriyani
b. Memperkenalkan diri
c. Mengutarakan maksud dan tujuan

2 Penyampaia a. Pengertian latihan pergerakan 10 menit Apriyani


nmateri otot dan sendi pada penderita
stroke .
b. Tujuan latihan pergerakan otot
dan sendi pada penderita stroke
c. Jenis latihan pergerakan otot dan
sendi pada penderita stroke

3 Evaluasi a. Demonstrasi latihan pergerakan otot 10 menit Apriyani


dan sendi pada penderita stroke
b. Diskusi/tanya jawab

4 Penutup a. Ringkasan materi penyuluhan 2 menit Apriyani


b. Mengucapkan salam penutup

A. Evaluasi
1. Jelaskan tujuan latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
- pasien mengerti tujuan latihan ROM
2.Jelaskan jenis latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
- pasien sudah mengerti dan dapat menjelaskan jenis ROM ada 2 :
ROM aktif dan ROM pasif
2. Waktu dan frekuensi latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita
stroke
- Sudah kontrak dan pasien sudah menyetujuinya
62

TinjauanTeori

A. Definisi
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

B. Tujuan ROM
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsangsirkulasidarah
5. Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur.

C. Jenis ROM
ROM dibedakan menjadi duajenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan olehs eseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif).Kekuatan otot 75 %
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klienpasif).Kekuatanotot 50 %.
63

D. Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebaga berikut :

1. Leher, Spina, Serfikal


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,

Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°


sejauh mungkin kearah setiap bahu,

Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°


gerakan sirkuler,

2.Bahu

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,

Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°


samping tubuh,

Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°


siku tetap lurus,

Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°


atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,

Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°


menyilang tubuh sejauh mungkin,

Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°


dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,

Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°


64
lengan sampai ibu jari ke atas dan

samping kepala,

Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°


penuh,

3. Siku

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,

Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°


tangan,

4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,

Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-90°


telapak tangan menghadap ke bawah,

5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,

Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90°


jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,

Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°


belakang sejauh mungkin,

Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°


ibu jari,
65

Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°


arah lima jari,

6. Jari- jari tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°
belakang sejauh mungkin,

Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30°


satu dengan yang lain,

Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°


7. Ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,

Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°


dari tangan,

Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°


Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari -
tangan pada tangan yang sama.

8. Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,

Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°


tungkai yang lain,

Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°


tubuh,
66

Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°


menjauhi tubuh,

Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke


posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,

Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah rentang 90°


dalam tungkai lain,

Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi rentang 90°


tungkai lain.

Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -


9. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,

Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°


10. Mata kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,

Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°


kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,

Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°


luar,
67

12. Jari-Jari Kaki


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,

Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

Anda mungkin juga menyukai