A DENGAN
DISUSUN OLEH :
2013750029
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Lansia Tn. A Dengan Stroke Non Hemoragik di Panti Sosial
Tresna Werdha Bhudi Dharma Bekasi”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan di massa yang akan datang. Dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, saran dan
data-data baik secara penulisan maupun lisan, maka pada kesempatan ini penulis
juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Idriani, M.Kep, Sp.Mat. selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan FIK UMJ.
2. Ibu Ns. Nurhayati, M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku wali kelas angkatan 31 yang
telah membimbing kami selama 3 tahun dengan penuh kesabaran serta selaku
penguji II pada ujian akhir Program DIII Keperawatan FIK UMJ.
3. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku pembimbing keperawatan
gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan yang
sangat berguna dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep, Sp.An, selaku Ka. Bidang Pendidikan dan
Koordinator.
5. Dosen dan para staf DIII Keperawatan FIK UMJ yang telah banyak membantu
penulis dalam mengikuti pendidikan sampai menyusun karya tulis ilmiah ini.
6. Kepala ruangan dan staff yang berada di Panti Sosial Tresna Wreda Bhudi
Dharma Bekasi yang telah memberikan data-data untuk menunjang karya tulis
ilmiah.
7. Orang tua tercinta (Marzaeni & Partiningsih), dan adikku yang sangat saya
cintai dan sayangi yang telah memberikan dukungan dan motivasi dari awal
sampai akhir, baik secara material, moril, spiritual serta bantuan materi sehingga
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Kelompok gerontik (Nunu, Kiki, Anggi dan Yuni) terima kasih telah bekerja
sama dengan baik selama penulisan karya tulis ilmiah sehingga dapat selesai
tepat pada waktunya.
9. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswa angkatan 31, yang telah banyak
memberikan dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Terimakasih pada sahabat saya fahmi, lukman, rahma, yang selalu mendukung
dan menyemangati saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Sahabat boto fams (Kartika, Azura, Riski, Fudoelah, Stefi, Endah, Nerisa) yang
selalu ada untuk saya dalam keadaan apapun, kalian adalah sahabat-sahabat luar
biasa, semoga kita selalu sukses dalam mengejar mimpi masing-masing. Semoga
persahabatan ini selalu dalam limapahan keberkahan dari Allah SWT.
Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ini banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun kritik yang
membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI .........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 8
A. Latar Belakang ................................................................................... 8
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 12
1. Tujuan Umum .............................................................................12
2. Tujuan Khusus ............................................................................12
C. Ruang Lingkup ................................................................................... 13
D. Metode Penulisan ............................................................................... 13
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 15
A. Konsep Dasar Proses Menua .............................................................. 15
1. Pengertian ....................................................................................15
2. Klasifikasi Lanjut Usia ................................................................15
3. Teori Proses Menua.....................................................................16
4. Perubahan Terjadi pada Lansia ...................................................18
B. Konsep Dasar Stroke .......................................................................... 20
1. Pengertian ....................................................................................20
2. Klasifikasi ...................................................................................21
3. Etiologi ........................................................................................21
4. Patofisiologi ................................................................................22
5. Manifestasi Klinis .......................................................................23
6. Komplikasi ..................................................................................24
7. Penatalaksanaan ..........................................................................25
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia .................................................... 27
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia .................................................. 28
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................38
2. Diagnosa Keperawatan................................................................38
3. Perencanaan Keperawatan ..........................................................38
4. Pelaksanaan Keperawatan.......................................................................40
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................42
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................43
1. Pengkajian Keperawatan..........................................................................43
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................54
3. Perencanaan Keperawatan.......................................................................57
4. Pelaksanaan Keperawatan.......................................................................62
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................68
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................104
1.. .Pengkajian Keperawatan 104
2.. .Diagnosa Keperawatan 105
3.. .Perencanaan Keperawatan 105
4.. .Pelaksanaan Keperawatan 106
5.. .Evaluasi Keperawatan 106
BAB V PENUTUP...................................................................................................................107
1.. .Kesimpulan 108
2.. .Saran 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu
melenyapkan berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian,
memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan
umur harapan hidup meningkat. Menurut kementrian kesehatan RI (2013),
berdasarkan laporan peserikatan bangsa-bangsa 2011, UHH adalah 66,4 tahun
(dengan presentase populasi lansia adalah 7,74%), angka ini akan meningkat
pada tahun 2045 – 2050 yang diperiksa menjadi 77,6 tahun (dengan presentase
populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Akibatnya, jumlah penduduk lanjut
usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih pesat.
Jumlah lanjut usia saat ini diseluruh dunia lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10
orang berusia lebih dari 60 tahun), tahun 2025, lanjut usia diprediksi akan
mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi/ penduduk lanjut
usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. jumlah penduduk berusia 60 tahun
ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk. jumlah ini meningkat
menjadi ± 8 juta (5,5%), jumlah ini meningkat menjadi ± 11,3 juta (6,4%).
Diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, jumlah
ini diperkirakan meningkat menjadi ± 18,3 juta (8,5%). Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2020 – 2025, indonesia akan menduduki peringkat negara
dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setela RRC, India, dan
Amerika serikat (Nugroho, 2008).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan, dimana saat
memasuki tahap tersebut terjadi perubahan baik secara fisiologi, psikologis,
sosial, maupun sepiritual. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan struktur dan fungsi organ sehingga mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan lanjut usia, serta rentan terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari
sekelompok orang yang sakit-sakitan presepsi ini muncul karna memandang
lanjut usia hanya dari kasus lajut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-
sakitan. Preseperi negatif seperti itu tentu saja tidak semuanya benar. selain
keutuhan yang bersifat biologis (Nugroho, 2008).
Menurut angka kejadian lansia yang mengalami stroke di panti Tresna Werdha
Budhi Dharma Bekasi tahun 2014, terdapat 7 orang dari 115 orang lansia. Jika
dipresentasikan 6,1%. Presentasi yang dikatakan sedikit, namun tetap perlu kita
perhatikan pada kasus stroke tersebut. Melihat dampak yang ditimbulkan akibat
stroke pada lanjut usia maka perlunya pelayanan keperawatan gerontik
diperhatiakan dan ditegakan dari aspek promotif dengan cara memberi
penyuluhan kesehatan tentang stroke seperti gejala penyebab, pencegahan dan
keperawatan. Aspek preventif yaitu pencegahan stroke mengajarkan pola hidup
sehat seperti makan-makanan yang bergizi, dari aspek kuratif yaitu dengan
berkolaborasi pemberian obat-obatan seperti anti hipertensi, anti koagulan.
Aspek rehabilitatif yaitu dengan cara melakukkan fisioterapi estermitas secara
berkelanjutan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
terkait pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn.A dengan stroke.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan pada klien lansia dengan
stroke.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan pada
klien lansia denagan stroke.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
pada klien lansia dengan stroke.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
pada klien lansia dengan stroke.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang dsilakukan pemenuhan kebutuhan
pada klien lansia dengan stroke.
f. Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi amtara teori dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat, serta
dapat mencari solusi yang baik.
h. Mampu mendokumentasi semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi.
C. Ruang Lingkup
Penulisan karya ilmiah ini merupakan pembahasan tentang pemberian
pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn. A denagan stroke di panti sosial
tresna werdha budhi daharma bekasi pada tanggal 2 – 4 Mei 2016.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan metode
deskriptif dan strudi kepustakaan. Dalam metode deskriftif pendekatan yang
digunakan adalah : strudi kasus, dimana peserta didik mengelola satu kasus
menggunakan proses keperawatan.
1. Metode Deskriptif
Yaitu suatu metode penulisan ilmiah dengan merugikan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan denagn judul
karya tulis ilmiah ini, seperti buku, jurnal, media internet.
E. Sistematika Penulisan
penulisan karya tulis ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB 1 Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Menurut (Mutaqqin, 2008) stroke diklasifikasikan menjadi 2, berdasarkan
proses terjadinya dan etiologi yaitu :
a. Stroke hemoragik
Disebabkan oleh pecahnya pembulu darah ke otak pada area otak
tertentu. Biasanya terjadinya saat melakukan aktifitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya
menurun. Pendarahan otak dibagi dua, yaitu :
1) Pendarahan intraserebral : Pecahnya pembulu darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk masa yang
menekan jaringgan otak, menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena hemiasi otak.
2) Perdarahan subaranoid : Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal
dari pembulu darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat di luar parenkim otak.
3. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan arterosklerosis pembulu darah serebral,
sehingga pembulu darah tersebut mengalami penebalan dan
degenerasi yang kemudian pecah atau menimbulkan pendarahan.
b. Penyakit kardiovaskuler
Misalnya emblisme serebral dari jantung seperti penyakit arteri
koronaria, gagal jantung kongestif, MCI, hiportemi ventrikel kiri.
c. Diabetes melitus
Pada penyakit DM akan mengalami penyakit vaskuler, sehingga
terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjadi
asteroklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian
menyambut dan terjadi iskemia, iskemia menyebabkan perfusi otak
menurun dan pada akhirnya terjadi stroke.
d. Merokok
Pada perekok akan timbul plaque pada pembulu darah oleh nikotin
sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian
berakibat pada stroke.
e. Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran
darah ke otak dan kardiak aritmi serta kelainan motilitas pembulu
darah sehingga terjadi emboli serebral.
f. Peningkatan kolestrol
Peningkatan kolestrol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehinggga aliran darah lambat termasuk
ke otak, maka perfusi otak menurun.
g. Obesitas
Pada obesitas kadar kolestrol tinggi, selain itu dapat mengalami
hipertensi karena terjadi gangguan pada pembulu darah. Keadaan ini
berkontribusi pada stroke.
h. Arterosklerosis
i. Kontasepsi
j. Riwayat kesehatan keluarga stroke Umur (insiden meningkat sejalan
dengan meningkatnya umur) Faktor usia tua menjadi stroke diketahui
bahwa usia semakin tua semakin besar pula resiko terkena stroke.hal
ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembulu darah lebih kaku
karena adanya plak.
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada stroke akan muncul sebagai peringatan dini/ awal,
temuan secara umum, dan gangguan khusus setelah stroke.
a. Peringatan dini/ awal
Beberapa jenis stroke mempunyai tanda-tanda peringan dini yang
sebutan serangan iskemik jangka pendek/ TIA. Manifestasi dari
iskemik stroke yang akan terjadi termasuk hemiparesis transien
(tidak permanen), kehilangan kemampuan berbicara, dan kehilangan
sensori setengah/ hemisensori.
b. Temuan secara umum
Temuan secara umum dari setroke yang tidak berhubungan dengan
bagian pembulu darah yang khusus termasuk sakit kepala, muntah,
kejang, perubahan status mental, demam, dan perubahan pada status
elektrokardiogram (EKG).
c. Hemiparese (kelemahan) atau hemiplegia (paralisi) dari satibagian
dari tubuh bisa terjadi setelah stroke. Penurunan kemampuan ini
biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral anterior atau media
sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang mengontrol
gerakan (saraf motorik) dari korteks bagian depan.
d. Disatria : Menelan adalah kondisi artikulasi yang diucapkan tidak
sempurna yang menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Klien
dengan disatria paham dengan bahasa yang diucapkan seseorang
teteapi mengalami kesulitan dalam melafalkan kata dan tidak jelas
dalam pengucapannya.
e. Disfagia : Menelan adalah proses yang kompleks karena
membutuhkan beberapa fungsi dari saraf kranial. Selama aktivitas
menelan, lidah menggerakan gumpalan makanan kearah orofaring.
Faring akan terangkat dan glotis menutup. Gerakan otot faringeal
akan mengirim makanan dari faring ke esofagus.
f. Ataksia : Ataksia adalah kondisi yang mempengaruhi integritas
motorik komples. Hal ini bisa berakibat terjadinya stroke di beberapa
bagian otak. Klien dengan apraksia tidak bisa melakukan beberapa
keterampilan seperti berpakaian walaupun mereka tidak lumpuh
g. Perubahan penglihatan : Penglihatan merupakan proses yang
kompleks dan dikontrol oleh beberapa bagian dalam otak. Stroke
pada lobus pariental atau temporal bisa menggangu jaringan
penglihatan dari saluran optik ke korteks oksipital dan menganggu
ketajaman penglihatan.
h. Hemianopia Homonimus : Hemianopia Homonimus adalah
kehilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang
pandang dari setiap mata. Jadi, klien hanya bisa melihat setengah dari
penglihatan normal.
i. Penurunan sensorik : Beberapa tipe dari perubahan sensori dapat
terjadi karena stroke pada jalur pariental yang disuplai oleh arteri
serebral anterior atau bagian tengah. Penurunan ini terjadi pada
bagian sisi kontralateral tubuh dan bisanya disertai dengan
hemiplegia atau hemiparisis.
j. Perubahan prilaku : Otak dapat dikatakan sebagai pengontrol emosi.
Ketika otak tidak berfungsi sebagai mana mestinya, reaksi dan
respon emosi menghambat fungsi kontrol tersebut. Perubahan
perilaku setelah stroe adalah hal yang sering terjadi.
5. Komplikasi
Hematoma intraserebral dapat disebakan oleh pecahnya aneurisma atau
stroke hemoragik, yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika
tekanan intrakranial meningkat (Corwin, 2009).
a. Tahap perawatan akut
b. Vasospasme
c. Trenformasi hemoragik
d. TIK
e. Edema serebral : baik edema etotosik maupun vasogenetik.
f. Herniasi otak
g. Edema polmonal neurolagik setelah peningkatan TIK
h. Kejang
i. Herdrosefalus
j. Difusi jantung akibat stroke
k. Emboli paru
l. Aspirasi setelah difusi orofaring
m. Pneumonia aspirasi
n. Infeksi nosokomial
o. Hipoventilasi
p. Iskemia miokardial
q. Artimia jantung
r. Trombosis vena profunda
s. Konstipasi.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Menstabilkan tanda-tanda vital : Mempertahankan saluran nafas
yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir dengan sering dan
oksigenasi, jika perlu lakukan trakeotomi, membantu pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasrakan kondisi klien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Menemukan dan memperbaiki aritma jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.
5) Menempatka klien dalam posisi yang tepat, harus di lakukan
secepat mungkin klien harus diubah pasisi setiap 2 jam sdan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
6) ROM.
b. Pengobatan konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan tetapi pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberi histamin, aminohilin, asetazolamid.
3) Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sanggat penting dalam pembentukan trombus
dan embolisasi. Abtigregasi trombosis seperti aspirin digunakan
untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi rtombosis yang
terjadi sesudah ulserasi altroma.
4) Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskular.
5) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
6) Revaskularis terutama merupakan tindakan pembedahan dan
memanfaatkannya paling dirasakan oleh TIA.
2) Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara
per sistem (B1 – B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dengan keluhan-keluhan klien.
1) Keadaan klien
umunnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami
gangguan bicara yang sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara
dan pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, dan
denyut nadi bervariasi.
a) B1 (Breating) : Pada insfeksi dilakukan klien batuk,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan.
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke
dengan penurunan tingkat kesadaran koma.pada klien
dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian
inspeksi pernafasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks
didapatkan bunyi nafas tambahan.
b) B2 (Blood) : Pengkajian pada kerdiovaskuler didapatkan
renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien
stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah > 200mmhg)
c) B3 (Brain) : Stroke menyebebkan berbagai difisit neurologis
bergantung pada lokasi lesi (pembulu darah mana yang
tersumbat). Ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3
(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Angiografi serebral : membantu menurunkan penyebab dari
stroke secara spesifik seperti pendarahan anteriovena atau adanya
ruptur dan untuk mencari sumber pendarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
2) Lumbal fungsi : tekananyang meningkat disertai bercak darah
pada cairan lumbal menunjukan adanya hemoragik pad
subharakonoid atau pendarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menujukan adanya proses inflamasi. Hasil
pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada pendarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) suaktu hari-hari pertama.
3) CT SCAN : pemidaina ini memperlihankan secara fisk letak
edema, posisi hematoma, adanya jarinagn otak yang infrak atau
iskemik, dan posisinya secara pasti.hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel, atau menyebar kepermukaan otak.
4) MRI : MRI (magnetic imaging resonace) merupakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/ luas terjadinya
pendarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark akibat hemoragik.
5) USG Doppler : untuk mengidentifikasi adanya penyakit
arteriovena (masalah sistem karotis)
6) EEG : pemeriksaan inui bertujuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya implus listrik dalam jaringan otak.
7) Pemeriksaan labolatorium :
a) Lumbal fungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya
dijumpai pada perdarah yang masif, sedangkan pendarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari pertama.
b) Pemerijsaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglekimia. Gula darah dapat mencapai 250 mg didalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
c) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelain pada
daerah itu (Mutaqqin, 2008).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang singkat, tegas, dan
jelas tentang respon klien terhadap masalah kesehatan atau penyakit
tertentu yang aktual dan potensial karena ketidak tahuan, ketidak
mampuan, klien mengatasinya sendiri, yang membutuhkan tindakan
keperawtan untuk mengatasinya (Ali, 2008).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan stroek meliputi :
a. Perubahan perfusi jarinagan serebral berhungunagn dengan interupsi
aliran darah : gangguan okulasi, hemoragi, vasospasme serebral,
edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dangan berketerlibatan
neurovaskuler; kelemahan, parastesia, flaksid, dan paralisi hipotonik
(awal), paralisis spatis, kerusakan preseptual atau kognitif.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,
penurunan kekuatan, dan ketahanan, kehilangan kontrol atau
koordinasiotot, kerusakan persptual atau kognitif, nyeri atau ketidak
nyamanan, dan depresi.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik,
psikososial, presrptual kognitif.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman
keterbatasan kognitif, kesalahan interpetasi informasi, kurang
meninggat dan tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan keperawatan
perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan perawatan yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Ali, 2009).
No Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Perubahan perfusi jaringan Kriteria Hasil : 1) Tentukan faktor yang berhubungan 1) Mempengaruhi intervensi. Kerusakan
serebral berhubungan a. Mempertahankan dengan keadaan atau penyebab tanda atau gejala neurologis atau
dengan : khusus selama penurunan perfusi kegagalan memperbaikinya setelah fase
tingkat kesadaran serebral dan potensial terjadinya awal memerlukan tindakan untuk
a. Interupsi aliran darah: membaik, fungsi peningkatan TIK. melakukkan pemantauan terhadap
gangguan okulasi, kognitif, dan motorik peningkatan TIK.
hemoragi, vasospasme atau sensori 2) Observasi dan catat status neurologis 2) Mempengaruhi tingkat kesadaran,
serebral, dan edema b. Mendemostrsikan sesering mungkin dan bandingkan resiko peningkatan TIK, mengerahui
serebral tanda-tanda vital dengan keadaan normalnya. lokasi, luas, dan kemajuan atau resolusi
b. Perubahan suhu kulit stabil dan tidak kerusakan SSP. Menunjukkan TIA
warna biru atau ungu. adanya tanda-tanda yang merupakan tanda terjadi trombosis
c. Perubahan tingkat peningkatan TIK CVS baru.
kesadaran, kehilangan c. Menujukkan tidak ada 3) Observasi tanda-tanda vital seperti : 3) –
memori. kelanjutan a) Adanya hipotensi, dibandingkan a) Variasi terjadi karena tekanan atau
d. Defisit memori bahasa, kekambuhan hasil yang terbaca pada kedua trauma serebral pada daerah
intelaktual dan emosi d. Mempertahankan lengan vasomotor otak. Hipertensi atau
e. Perubahan tanda-tanda penurunan tanda dan hipotensi postural dapat menjadi
vital gejala kerusakan presipitasi. Hipotensi terjadi
jaringan. karana syok (kolaps sirkulasi
vaskular). Peningkatan TIK terjadi
karena edema, formasi berkuan
darah. Tersumbatnya arteri
subklavia ditandai adanya
perbedaan tekanan pada kedua
lengan
b) Frekuensi dan irama jantung b) Perubahan terutama bradikardia
auskultasi adanya murmur. terjadi akibat kerusakan otak,
distatria dan murmur pertanda
adanya penyakit jantung yang
menjadi pencetus CSV (seperti
stroke setelah IM)
c) Catat pola dan irama dari c) Ketidakteraturan pernafasan
pernafasan, priode apnea setelah mengambarkan lokasi kerusakan
pernapasan cheyne- stroke. serebral atau peningkatan TiK dan
kebutuhan untuk intervensi
selanjutnya
4) Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, 4) Reaksi pupil diataur oleh saraf kranial
kesamaan, dan reaksinya terhadap okulomotor (III) berguna menentukan
cahaya. apakah batang otak masih baik.
5) Catat perubahan dalam penglihatan, 5) Gangguan penglihatan yang spesifik
seperti adanya kebutaan, gangguan mencerminkan daerah otak yang
lapang pandang, atau kedalaman terkana, mengidentivikasi keamanan
presersi yang harus mendapat perhatian dan
mempengaruhi intervensi
6) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, 6) Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
seperti fungsi bicara. merupakan indikator dari lokasi atau
derajat gangguan serebral dan
meningkatkan penurun atau
peningkatan TIK
7) Letakkan kepala dengan posisi agak 7) Menurunkan tekanan arteri dengan
ditinggalkan dan dalam posisi meningkatkan drainase dan
anatomis (netral) meningkatkan sirkulasi atau perfusi
serebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik Kriteria Hasil : 1) Kaji kemampuan secara fungsional 1) Mengidentifikasi kekuatan atau
berhubungan dengan : a. Mempertahankan atau lunasnya kerusakan awal kelemahan dapat memberikan
a. Keterlibatan dengan cara yang teratur. informasi menegani pemulihan.
neuromuskular : posisi optimal dari 2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam 2) Menurunkan resiko truma atau
kelemahan, parastesia, fungsi yang iskemia jaringan.
flaksid/ paralisis dibuktikan oleh 3) Telakkan dalam posisi terlungkep 3) Mempertahankan ekstensi pinggul
hipotonik (awal), tidak adanya satu dua kali sehari sesuai fungsional, tetapi akan meningkatkan
paralisis spastis. kontraktur. kemampuan klien ansientasi terutama kemampuan
b. Kerusakan perseptual/ b. Mempertahankan/ klien untuk bernapas.
kognitif meningkatkan 4) Lakukan latihan rentang gerak aktif 4) Meminimalkan attrofi otot,
kekuatan dan pada ekstermitas. Anjurkan meningkatkan sirkulasi, dan
fungsi bagian tubuh melakukan latihan quadrisep, mencegah kontraktur.
yang terkena atau meremas bola karet, serta
kompensasi melebarkan jari tanagan dan kaki. 5) Mencegah kontraktur atau footdrop
c. Mendemostrasikan 5) Sokong ekstermitas dalam posisi paralisis flaksid mengganggu
teknik atau perilaku fungsional kemapuan menyangga kepala.
yang 6) Gunakan penyangga lengan saat 6) Selama paralisis flaksid, penggunaan
memungkinkan berada dalam posisi tegak, sesuai penyangga menurunkan risiko
melakukan indikasi sbluksasi lengan dan sindrom bahu
aktivitas lengan
d. Mempertahankan 7) Evaluasi penggunaan alat bantu 7) Kontraktur fleksi terjadi akibat otot
integritas kulit. untuk penggunaan posisi selama flektor lebih kuat dibandingkan
periode paralisis spastik dengan otot ekstensor.
8) Tempatkan bantal di bawah aksila 8) Menceggah adduksi bahu dan fleksi
untuk melakukkan abduksi pada siku
tangan.
9) Tinggikan tanggan dan kepala 9) Meningkatkan aliran balik vena dan
mencegah edema
10) Posisikan lutut dan panggul dalam 10) Mempertahankan posisi fungsional.
posisi ekstensi.
3. Gangguan perawatan diri Kriteria Hasil : 1) Kaji kempuan dan tingkat 1) Membantu dalam mengantisipasi
berhubungan dengan: a. Mendemostrasikan kekurangan (skala 0 – 4) untuk atau merencanakan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. kebutuhan secara individual
a. Kerusak neurovaskuler, teknik/ perubahan 2) Hindari melakukan sesuatu untuk 2) Klien dapat menjadi sangat
penurunan kekuatan gaya hidup untuk kilen yang dapat dilakukkan klien bergantung meskipun bantuan yang
dan ketrahanan, memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi berikan bantuan diberikan bermanfaat dalam
kehilangan kontrol/ perawatan diri sesuai kebutuhan. mencegah frustasi
koordinasi otot. b. Melakukan aktifitas 3) Pertahankan dukungan, sikap yang 3) Klien akan memerlukan empati,
b. Kerusak presptual/ perawatan diri dalam tegas. Beri klien cukup nwaktu tetapi perlu untuk mengetahui perwat
kognitif tingkat kemampuan untuk mengerjakan tugasnya. yang akan membantu klien secara
c. Nyeri/ diri konsisten
ketidaknyamanan c. Mengidentifikasi 4) Berikan umpan balik yang positif 4) Meningkatkan persaan makna diri
d. Depresi sumber pribadi atau untuk setiap usaha yang dilakukan meningkatkan kemandirian dan
komunitas atau keberhasilan. mendorong klien untuk berusaha
memberikan bantuan secara kontinu.
sesuai kebutuhan 5) Buat rencana terhadap gangguan 5) –
penglihatan yang ada, seperti : a) Klien akan dapat melihat untuk
a) Letakan makanan dan alat memakan makananya.
lainnya di sisi klien yang tidak
sulit. b) Dapat menangani diri dari
b) Gunakan alat bantu pribadi meningkatkan. Kemampuan dan
harga diri
4. Gangguan harga diri Kriteria Hasil : 1) Kaji luasnya ganmgguan presepsi 1) Penentuan faktor membantu dalam
berhubungan dengan : a. Berkomunisaksi dan hubungan dengan derajat mengembangkan intervensi
a. perubahan biofisik, ketidak mampuannya
dengan keluarga 2) Identivikasi arti dari kehilangan 2) Kadang klien menerima dan
psikososial, presepsual tentang situasi dan atau disfungsi atau perubahan pada mengatasi gangguan fungsi secara
kognitif. perubahan yang klien efektif dengan sedikit penanganan
b. Perubahan aktual dalam terjadi 3) Anjurkan klien mengespresikan 3) Mendemostrasikan penerimaan atau
struktur dan/ atau b. Mengunggkapakan perasaan mengenal dan mulai memahami
fungsi penerimaan pada diri persaan tersebut.
c. Perubahan dalam pola dalam situasi 4) Catat apakah klien menujuk daerah 4) Menunjukkan penilaian terhadap
biasanya dari tanggung yang sakit atau mengingkari daerah bagian tubuh tau perasaan negatif
jawab/ kapasitas fisik c. Mengenali dan
menggabungkan tersebut dan mengatakan pangkalan terhadap citra tubuh dan kemampuan
untuk melaksanakan pada hal tersebut. menndakan perlunya intrvensi dan
peran perubahan dalam
5) Akui pernyataan perasaan tentang dukungan
d. Respon verbal/non konsep diri dalam terhadap tubuh, tetap pada 5) Membantu klien untuk melihat
verbal terhadap cara yang akurat kenyataan, bahwa klien masih bahwa perawat menerima bagian
perubahan aktual atau tanpa menimbulkan dapat menggunakan bagian tubuh tersebut merupakan suatu
yang dirasakan harga diri negatif tubuhnya yang bisa sakit dan bagian yang utuh dari seseorang
e. Perasaan negatif belajar untuk mengontrol bagian
tentang tubuh, persaan tubuh yang sakit
putus asa/ tidak 6) Tekankan kebersihan yang kecil 6) Mengonsolidasikan keberhasilan
berdaya. sekaliapun baik menegnai membantu menurunkan pesan marah
f. Berfokus pada penyembuhan fungsi tubuh maupun dan ketidak berdayaan.
kekuatan, fungsi atau kemandirian klien
penampilan masa lalu. 7) Bantu dan dorong kebiasaan 7) Membantu meningkatkan rasa harga
g. Preokupasi dengan berpakaian dan brdandan yang baik diri dan kontrol atas salah satu
perubahan atau bagian kehidupan
kehilangan 8) Dorong keluarga untuk melakukkan 8) Membangun kembali rasa
h. Tidak menyentuh/ sebanyak mungkin untuk dirinya kemandirian dan menerima
melihat pada bagian sendiri. kebanggan diri, meningkatkan proses
tubuh yang sakit. rehabilitasi
5. Kurang pengetetahuan Kriteria Hasil : 1) Evaluasi tipe atau derajat dari 1) Defisit mempengaruhi pilihan
berhubungan dengan : a. Meminta informasi gangguan presepsi sensori metode pengajaran dan isi instruksi
a. Kurang pamajanan 2) Diskusiakn keadaan patologis yang 2) Membangun harapan realitas
b. Pertayaan khususnya dan kekuatan pada meningkatkan pemahaman keadaan
b. Keterbatasan kognitif, kesalahan individu dan kebutuhan saat ini
kesalahan intrepretasi informasi 3) Tinjau ulang keterbatasan saat ini 3) Meningkatkan pemahaman
informasi, kurang c. Ketidak kukurang dan diskusiakan rencana atau memberikan harapan pada masa
mengiggat mengikuti intruksi melakukan kembali aktivitas datang dan menimbulkan harapan
c. Tidak mengenal d. Terjadinya dari ketrbatasan hidup secara normal
sumber informasi komplikasi yang 4) Diskusikan rencana untuk 4) Berbagai tingkat bantuan perlu
tidak dicegah memenuhi kebutuhan perawatan direncanakan berdasarkan pada
diri kebutuhan individu
5) Berikan intruksi dan jadwal tertulis 5) Memberikan penguatan visual dan
mengenai aktivitas, penggobatan sumber rujukan setelah sembuh
dan faktor lainnya. 6) Memberikan bantuan untuk
6) Anjurkan klien merujuk obat pada menyokong ingatan dan
daftar atau catatan yang ada, dari meningkatkan perbaikan dalam
pada hanya bergantung pada apa keterampilan daya pikir
yang diingat 7) Stimulasi yang beragam dapat
7) Sarankan klien membatasi memperbesar gangguan proses
stimulasi lingkungan selama berfikir
kegiatan 8) Beberapa klien mengalami cara
8) Rekomendasikan klien untuk meminta pengambilan keputusan yang
bantuan dalam proses pemecahan memanjang dan berprilaku implusif
masalah memvalidasi keputusan
sesuai kebutuhan
4. Pelaksanaan perawatan
Menurut dinarti (2009), implementasi adalah proses keperawatan yang
terdiri dari rangkaian aktivitas keperawatan dari hari kehari yang harus
dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat, menilai perkembangan
pasien terhadap pencapain tujuan atau hasil yang diharapkan dan dicatat di
catataan keperawtan yang spesifik. Tindakan dan respon pasien tersebut
langsung di catat dalam format tindakan keperawatan. Adapun dalam
implementasi pada pasien stroke adalah :
a. Memperbaiki perfusi jaringan serebral
b. Meningkatkan mpbilitas fisik
c. Mempertahankan komunikasi yang efektif baik verbal maupun non
verbal
d. Memenuhi kebutuhan nutrsi
e. Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi prespsi
f. Memperbaiki perawatan diri
g. Memperbaiki pola BAB
h. Memperbaiki pola BAK
i. Meningkatkan kebersihan jalan nafas
j. Mempertahankan integritas kulit
k. Mengurangi kecemasan klien dan keluarga
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Ratna Aryani (2009), evaluasi keperawatan adalah perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien. Evaluasi
keperawatan di catat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data subjektif (S)
dan data objektif (O) sampai perencanaan ulang berdasarkan hasil analisa
data, semua dicatat pada formulir catatan perkembangan.
Jenis evaluasi ada dua jenis : evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan dilakukan.evaluasi proses dilakukan untuk
membantu kefeektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi respon ( jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata
34
35
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus asuhan keperawatan
lansia pada klien dengan gangguan neorologi : stroke di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budhi Dharma Bekasi. Proses pelaksanaan asuhan keperawatan selama 3
hari dari tanggal 2 – 4 mei 2016. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara dengan kilen, tim kesehatan (dokter dan perawat) di klinik PSTW Budhi
Dharma Bekasi, memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan serta
didapatkan hasil observasi langsung.
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian klien dilakukan pada tanggal 2 – 4 Mei 2016 di Panti Sosial Tresna
Werdha Dharma Bekasi.
1. Riwayat kesehatan
a. Identitas klien
Klien berinisial Tn. A 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama khatolik
suku jawa, warga negara indonesia, pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Atas, status duda, sekarang tidak berkerja,alamat tinggal
sebelumnya jln. Kayu putih, sudah tinggal dipanti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budhi Dharma Bekasi sejak 5 bulan yang lalu, sumber
pendapatan didapatkan dari anak tirinya setiap 1 bulan sekali.
b. Riwayat keluarga
Tn. A sudah lama ditinggal almarhum istrinya,dari hubungannya
dengan istri tidak memiliki anak tetapi Ny. A memiliki 1 orang anak,
dari pernikahan terdahulunya. Sekarang anaknya tinggal dijakarta.
c. Riwayat pekerjaan
Tn. A sekarang sudah tidak bekerja, sebelumnya berkarja sebagai
pedagang sayuran dipasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Namun sekarang pendapatan didapatkan dari anak tirinya setiap 1 bulan
sekali.
37
e. Riwayat rekreasi
Klien memiliki hobi membaca dan bermain catur. Semenjak di panti
dengan kegiatan yang telah terjadwal, klien slalu mengikutinya klien
dipanti suka bermain catur dengan bermain catur klien merasa lebih
rileks dan bisa membatu supaya klien tidak cepet pelupa, klien tidak
suka pergi rekreasi.
f. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini yaitu anggota gerak bagian kiri tidak bisa
digerakkan, mengalami stroke sejak 3 tahun yang lalu.
2) Riwayat kesehatan lalu
Klien sudah mengalami stroke 3 tahun yang lalu. Klien pernah
mengalami kecelakaan saat sedah mengendarai motornya. Lalu
dibawa ke RSUD oleh polisi untuk dilakukan perawatan. Klien
mengalami stroke saat baru bangun tidur dan merasakan anggota
tubuh sebelah kiri tidak bisa digerakan, sebelum stroke klien
merasa pusing dan klien tidak memiliki pola hidup yang sehat klien
perokok aktif dalam sehari klien bisa menghabiskan 2 bungkus
rokok.
3) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan almarhum istrinya memiliki hipertensi dan ibu
klien juga memiliki hipertensi.
2. Pengkajian psikologi
a. Proses fikir
Saat dilakukan pengkajian atau wawancara tidak disorientasi
b. Gangguan perasaan
Klien tidak memiliki gangguan perasaan, klien menunjukan eksoresi
sesuai dengan apa yang disampaikan
c. Konunikasi
Klien terlihat tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi, cukup jelas
dalam penyampaian yang klien sampaikan
39
d. Orientasi
Orientasi terhadap, tempat, waktu baik
e. Sikap klien terhadap lansia lain
Klien bersikap baik kepada lansia lain. Klien memandang dirinya yang
sekarang mengalami stroke kecewa karena klien berkeinginan ingin
sembuh dan tidak lumpuh lagi, namun sudah bertahun-tahun hal tersebut
tidak terwujud.
f. Mekanisme koping terhadap masalah yang ada
Jika ada masalah klien biasanya tidak bercerita kepada orang lain.
Terkadang masalah itu dibiarkan saja atau mencoba menyelesaikan
masalahnya sendiri
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan sistem neuroloigi stroke yaitu :
40
h. Sistem pencernaan
Tidak ada caries gigi, gigi tampak bersih, gigi terlihat ada yang tanggal,
tidak ada stomatis dan muntah, tidak ada nyeri abdomen, bising usu
terdengar 4x/mnt, tidak terdapat asites, dan tidak teraba pembesaran
hati.
i. Sistem muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan pergerakan karena terjadi kelemahan pada
anggota gerak bagian kanan. Nilai kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
j. Sistem integumen
Tugor kulit hangat, tidak terdapat kemerahan pada kulit dan dekubitus.
5. Informasi Penunjang
a. Diagnosa medis : stroke non hemoragik
b. Laboratorium :–
42
c. Terapi medis :–
6. Data fokus
7. Analisa Data
Kuku tanagn tampak panajang dan hitam
3. Data Subjektif : Kontipasi Kurang
Klien mengatakan sudah tidak BAB ± 3 aktifitas fisik
hari
Klien mengatakan jarang makan makanan
yang disediakan di panti jarang memakan
buah-buahan
Dataa Oubjektif :
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakan pada Tn. A berdasarkan data meliputi :
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan kerusakan neuromuskuler
ditandai dengan :
Data Subjektif :
Klien mengatakan “anggota gerak bagian kiri tidak bisa digerakan sejak 3
tahun yang lalu”
Data Objektif :
Klien nampak menggunakan tongkat
Terlihat hemiparise sinistra
Kekuatan otot
5555
3333
5555 3333
44
C. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji kemampuan secara fungsionl atau 1) Mengidentifikasi kekuatan atau
berhubungan kerusakan kepada Tn. A selama 3 x 24 jam luasnya kerusakan awal secara teratur kelemahan dan memebri informasi
neuromuskular ditanda diharapkan klien dengan gangguan tentang pemulihan
dengan : mobilitas fisik 2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam 2) Menurunkan terjadinaya resiko
Data subjektif : a. Mempertahankan posisi optimal dari (terlentang, miring) dan seb againya dan trauma/ askemia jaringan dan
klien mengatakan fungsi yang dibuktikan tidak adanya jika memiringkan bisa lebih sering jika mengalami perburukan
“anggota gerak bagian kontraktur diletakan dala posisi bagian yag tidak
sebelah kiri tidak bisa b. Mempertahankan atau meningkatkan terganggu
digerakan sejak 3 tahun kekuatan dan fungsi bagian tubuh 3) Telakan pada posisi terlungkup satu atau 3) Membantu mempertahankan
yang lalu” yang terkena atau kompensasi dua kali sehari sesuai kemampuan ekstensi pinggul fungsional tetapi
c. Mendemonstrasikan teknikatau kekungkinan akan meringankan
Data objektif : perilaku yang memungkinkan asientas
Klien tampak melakukan aktifitas 4) Lakukan latihan rentang gerak aktif dan 4) Meminimalkan atrofi otot,
menggunak tongkat d. Mempertahankan integritas kulit pasif pada semua estermitas. Ajurkan meningkatkan sirkulasi, membantu
Terlihat hemiparese untuk melakukan latihan quadrisep mencegah kontraktur, menurunkan
sinistra (gluteal meremas bola karet, melebarkan terjadinya hiperklasiuria dan
Aktivitas dilakukan jari dan telapak tangan) osteoporosis
mandiri dan perlahan 5) Sokong ekstermitras pada posisi 5) Mencegah kontraktur paralisi
Kekuatan otot fungsional pertahankan posisi kepala faksid dapat menyangga kepala
5555 3333 netral
5555 3333 6) Gunakan penyangga lengan ketika berada 6) Sela priode flaksid penggunaan
pada posisi tegak sesuai indikasi penyangga dapat menurunkan
terjadinya sindrom bahu dan lengan
7) Tempatkan bantal dibawah aksila untuk 7) Mencegah adduksi bahu dan flesi
melakukkan aduksi pada tangan siku
8) Tinggikan kepala dan tanggan 8) Meningkatkan aliran balik vena dan
membantu mencegah edema
9) Posisikan lutut dan panggul dalam posisi 9) Mempertahankan posisi fungsional
ekstensi mencegah rotasi esternal pada
46
panggul
10) Observasi bagian yang sakit atau terkena 10) Jaringan yang mengalami cidera
termasuk warna, edema dan tanda lain mudah mengalami trauma
11) Anjurkan klien untuk membantu 11) Dapat merespon dengan baik jika
menggerakan dan latihan dengan yang sakit tidak menjadi lebih
menggunakan estermitas yang sakit untuk terganggu dan memerlukan
menyokong yang lemah dorongan serta latihan aktif
12) Kolaborasi 12) –
a) konsultasi dengan ahli fisioterapi a) Untuk memenuhi kebutuhan
secara aktif mobilisasi, koordinasi dan
memerlukan dorongan serta
latihan aktif
b) berikan obat relaksasi otot, b) Menghilangkan spatisitas
antispasmodik sesuai indikasi estermitas yang terganggu
(baktolen, dantrolen)
2. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindak keperawatan 1) Kaji klien terhadap adanya faktor 1) Klien dan keluarga akan mengerti
dengan kurang aktivitas kapada Tn. A selama 3 x 24 jam konstipasi tentang penyebab kosntipasi
fisik ditandai dengan : diharapkan kontipasi teratasi dengan 2) Kaji kebiasaan BAB, konstipasi, volume,
Data subjektif : ktiteria hasil : dan warna feses.
klien mengatakan “sudah a. Pola eliminasi BAB normal 3) Monitor bising usus, pergerakan usus dan
tidak BAB ± 3 hari, jarang (kepadatan jumlah dan konsisten) termasuk frekuensinya
memakan makana yang b. Mengonsumsi diet tinggi serat 4) Identifikasi faktor seperti pengobatan
berada dipanti, jarang imobilisasidandeityangdapat
makan buah-buahhan dan menyebabkan konstipasi
sayur” 5) Anjurkan meningkatkan intek cairan
6) Anjurkan klien mengonsumsi makana
Data objektif : 7) Anjurkan klien untuk meningkatkan
Tampak hemiparise latihan atau aktivitas
sinistra 8) Kolaborasi pemberian laksatif sesuai
Klien tampak indikasi
menggunakn tongkat
Perut klien teraba
47
keras
Klien mendapat
obat dulcolx 2x1
3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukkan tindakan keperawatan 1) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan 1) Membantu dalam mengatisipasi dan
berhubungan dengan kepada Tn. A selama 3 x 24 jam dalam sekala 0-4 untuk melakukan ADL merencanakan pertemuan
kelemahan neuromuskular diharapkan kurang perawatan diri teratasi kebutuhan individual
pada estermitas kiki dengan kriteria hasil : 2) Hindari apa yang tidak dapat dilakukkan 2) Klien dalam keadaan cemas dan
ditandai dengan : a. Kuku tampak bersih klien tergantung hal ini dilakukkan untuk
Data subjektif : mencegah frustasi dan hargadiri
Klien mengatakan “ susah b. dan sudah dipotong. 3) Menyadarkan tingkah laku atau sugesti 3) Klien memerlukan empati, tetapi
menggunting kuku dengan tindaka pada perlindungan kelemahan. perlu mengetahuai perawatan yang
kerbatasan gerak. Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan kostiten dalam menangani
Data objektif : klien melakukkan tugas, beri umpan balik perawatan yang konsisten dalam
positif untuk usahannya menangani klien.sekaligus
Tampak hemiparise meningkatkan harga diri,
sinistra memandirikan klien untuk trus
Klien tampak mencoba
mengguanakan 4) Rencanakan untuk defisit penglihatan 4) Klien akan mampu melihat dan
tongkat sperti tempatkan makanan dan peralatan memakan makanan , akan mampu
Kuku tangan dan kaki dalam suartu tempat, dekatkan tempat tidur melihat keluar masuknya prang
tampak panjang dan kedinding keruangan.
hitam 5) tempatkan perabotan ke dinding, jauhakan 5) Menjaga keamanan klien bergerak
dari jalan. disekitar tempat tidur dan
menurunkan resiko tertimpa
perabotan
6) Beri kesempatan untuk menolong diri 6) Mengurangi ketergantungan seperti
menggunakan kombinasi pisau
garpu, sikat dengan pegangan panjang, dan
esktensi untuk berpijak pada lantai atau
ketoilet, kursi untuk mandi
7) Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK. 7) Ketidak mampuan berkomunikasi
Kemampuan menggunakan urinal, pisot. dengan perawatan dapat
48
dilakukan klien
51
Ds : –
Do : Merubah posisi bangku yang ada
didepan pintu
Selasa 3 1 1) Melakukan latihan rentang gerak aktif dan Milani
2016 pasif pada semua estermitas
Ds : Klien mengatakan “bagian kiri yang
lemah bisa digerakan jika dibantu yang sehat,
kaki dan tangan kaku”
Do :
- Klien dibantu melakukkan ROM (pasif)
- Estermitas kanan terasa kaku
- Kekuatan otot
5555 3333
5555 3333
2) Menganjurkan klien untuk membantu Milani
pergerakan dengan menggunakan estermitas
yang tidak sakit untuk menyokong yang
lemah
Ds : Klien mengatakan “bagian kiri yang
lemah bisa digerakkan jika dibantu yang
sehat”
Do : Klien melakukkan apa yg telah
dianjurkan
3) Melatih pasien untuk meremas bola karet, Milani
. BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, tetapi tidak jauh berbeda dengan pengkajian teoritis.
Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis melakukan wawancara dengan
klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi langsung, melihat catatan
keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainya. Hasil pengkajian yang
dilakukkan penulis didapatkan penyebab stroke pada Tn.A karena penyakit
hipertensi yang sudah lama dialaminya. Ditambah faktor lain dari pola hidup
klien yaitu merokok. Dapat disimpulkan bahwa penyabab stroke Tn.A sesuai
dengan konsep penyebab dan faktor resiko yang ada ditinjauan teoritis.
Manifestasi yang muncul dari Tn. A masuk point manifestasi klinis dengan
gangguan khusus setelah stroke yaitu mengalami kelemahan pada anggota gerak
atau estermitas bagian kiri yang disebut hemiparisse sinistra. Sebenarnya banyak
yang dipaparkan dalam tinjauan teoritis mengenai masalah manifestasi klinis
klien dengan stroke. Namu yang sesuai hanyalah point hemiparise. Lala
manifestasi lain yang tidak ditemukan pada Tn. A, penulis mempresepsikan
yaitu dikarenakan bagian otak yang mengalami lesi atau infrak di daerah otak
yang mengontrol gerakan (saraf motorik) dari koprteks bagian depan. Sehingga
tidak muncul tanda seperti afasia, disartria, disfagia, apraksia,dll yang dijelaskan
ditin jauan teoritis.
54
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan proses pengkajian dan data yang sudah terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka penulis merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan data-data tersebut. Berdasarkan teori diagnosa yang
terdapat pada pasien stroke, yaitu :
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular
pada estermitas kiri (hemiparise sinistra) ; terjadi karena klien mengatakan,
“anggota gerak bagian kiri tidak bisa digerakan sejak 3 tahun yang lalu “
klientampak menggunakan tongkat, tampak hemiparise sinistra, aktivitas
dilakukan mandiri dan perlahan, kekuatan otot 5555 3333
5555 3333
C. Perencanaan keperawatan
55
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
teoritis yaitu dengan menyusun urutan prioritas, menetuan tujuan, kriteria hasil
serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua diagnosa yang
muncul. Pada perencanaa untuk diagnosa prioritas masalah pada tinjauan teoritis
yaitu diagnosa perubahan perfusi jaringa serebral berhubungan dengan interupi
aliran darah : gangguan okulasi, vasospasme serebral, edema serbral. Sedangkan
pada tinjauan kasus yang menjadi prioritas adalah krusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, pada kasus Tn.A sesuai dengan
teori yang didukung oleh data ada kelemahan pergerakan pada estermitas kiri.
Penulis merencanakan tujuan selama tiga hari diharapkan imobilisasi pasien
kembali efektif.
D. Pelaksanan perawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan. Pelaksanaan dilakukan
dengan memperhatiakan keadaan atau kondisi pasien dan sarana yang tersedia
diruangan. Pelaksanaan keperawatan seluruhnya dilakukan oleh penulis
seutuhnya. Karena di panti tersebut dalam memberikan asuhan keperawatannya
kurang. Tidak terlihat peran perawat dalam panti tersebut. Semua alat yang
mendukung dalam melaksanakan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis
untuk memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksanaan ROM sendiri juga
dilakukan oleh penulis sebagai mahasiswa perawat. Tidak ada fisioterapi yang
melakukan secara rutin pada klien Tn. A.
E. Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengakuan keberhasialn
dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis dari
56
BAB V
Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Kepada
Lansia Tn. A. dengan Stroke selama 3 hari dari tanggal 2 – 4 Mei 2016 di Panti
Sosial Trena Werdha Budhi Dharma Bekasi, penulis mengambil kesimpulan baik
dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Tn. A mengalami Stroke Awal
yang tidak muncul pada kasus Tn. A adalah tidak adanya pemeriksaan
diagnostik. Selain tanda dan gejala pada stroke, ada juga kesenjangan dalam
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan
farmakologi pada klien, klien tidak mendapatkan obat-obatan, dan pada
penatalaksanaan non-farmakologi klien, klien tidak mendapat terapi fisioterapi.
Komplikasi yang muncul yaitu; kehilangan kemampuan merawat diri dan.
Kesenjangan kebutuhan dari teoritis menurut maslow adalah Kebutuhan fisiologi
yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual, stimulus/ rangsangan, Kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, Kebutuhan
akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain, Kebutuhan aktualisasi
diri. Sedangkan masalah kebutuhan yang berhubungan dengan teori maslow
pada kasus Tn. A adalah kebutuhan perawatan diri, Kebutuhan Nutrisi,
Kebutuhan Istirahat dan Tidur.
B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Dharma Bekasi dan berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat
oleh penulis, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan klinik di Panti di harapkan dapat membuat strategi dalam
memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan stroke untuk melatih
rom serta mengkaji lebih lanjut pada lansia dengan stroke terutama untuk
pemeriksaan diagnostiknya, dan memperhatikan penatalaksanaan terapi
farmakologi maupun non farmakologi, serta melengkapi dokumentasi.
2. Untuk penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan
demensia. Sesuai dengan kondisi lansia tersebut.
59
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks. 2009. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan, edisi 8. Jakarta : Salemba Medika.
Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 12. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika.
Maryam, Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Mickey & Patricia. 2006. Keperawatan Gerontik, edisi 2. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC.
Lampiran
SatuanAcaraPerencanaan (SAP)
Range Of Motion (ROM)
A. Rencana Pelaksanaan
o Hari/tanggal : 4 mei 2016
o Oleh : Milani rosatika zaen
o Tempat : Panti Sosial Tresna Werdha
o Pukul : 09.00-10.00 WIB
o Topik : Latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita
stroke
o Sasaran Sasaran
Sasaran penyuluhan: Tn.A
Sasaran program : Tn.”A”
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan Tn H khususnya Ny H dapat
berlatih secara aktif sedangkan keluarganya dapat memberikan dan
membimbing secara pasif.
2.Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit Ny H dan
keluarga diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke .
2. Tujuan latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
4. Jenis latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
C. Metode
o Ceramah
o Diskusi
o Peragaan dan Praktek
D. Media
Format Prosedur
61
A. Evaluasi
1. Jelaskan tujuan latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
- pasien mengerti tujuan latihan ROM
2.Jelaskan jenis latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita stroke
- pasien sudah mengerti dan dapat menjelaskan jenis ROM ada 2 :
ROM aktif dan ROM pasif
2. Waktu dan frekuensi latihan pergerakan otot dan sendi pada penderita
stroke
- Sudah kontrak dan pasien sudah menyetujuinya
62
TinjauanTeori
A. Definisi
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsangsirkulasidarah
5. Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur.
C. Jenis ROM
ROM dibedakan menjadi duajenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan olehs eseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif).Kekuatan otot 75 %
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klienpasif).Kekuatanotot 50 %.
63
2.Bahu
samping kepala,
3. Siku
4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,
8. Pinggul
11. Kaki