Anda di halaman 1dari 5

Penalaran Rasio Deduktif dan Induktif

Dalam Ekonomi Islam


Nurul Alviana
Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhamamdiyah Surabaya
Email: nurulalviana22@gmail.com

ABSTRACT
Ekonomi adalah kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan
manusia untuk bisa hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari,
tanpa adanya ekonomi maka aktivitas dan proses kehidupan manusia akan
terganggu. Disini saya akan menjelaskan tentang Pengertian Ekonomi islam,
Ekonomi islam yaitu suatu ilmu pengetahuan sosial yang didalamnya
mempelajari tentang masalah-masalah ekonomi masyarakat yang berbasis
islam dan didasari empat pengetahua yaitu Al-qur’an, sunnah, ijmak, dan
qiyas. maka dari itu masyarakat akan di kendalikan bagaimana cara
memenuhi kebutuhan dan menggunakannya sesuai dengan ajaran islam.
Islam adalah salah satu agama yang  mengajari manusia untuk melakukan
kebaikan dan berbuat adil. Prinsip inilah yang diterapkan islam dalam hal
ekonomi.

Keyword : landasan filosofis dan metodologi ekonomi islam, ekonomi islam, pendekatan ilmu
ekonomi, peranan rasio, proses pembentukan teori ilmu ekonomi islam .

PENDAHULUAN
Ekonomi Islam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari perilaku masyarakat dengan mengaplikasikan prinsip ekonomi yang
sesuai dengan ajaran Islam, yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis dalam setiap
kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk menciptakan barang dan jasa guna
memenuhi kebutuhan manusia.
Ekonomi Islam bukan hanya praktik ekonomi yang dilakukan oleh individu
atau sekumpulan masyarakat yang ada, tetapi juga merupakan perwujudan
perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaran Islam. Untuk itu, ilmu ekonomi
Islam tidak hanya fokus pada aspek komersil yang didapat oleh manusia, tetapi
juga pembentukan sistem dalam perilaku kegiatan ekonomi yang sesuai dengan
tatanan syariat Islam.
Dalam ilmu ekonomi, manusia mengenal tiga konsep utama dalam rangka
menunjang pemenuhan kebutuhan. Ketiga konsep ekonomi tersebut adalah produksi,
konsumsi dan distribusi. Menurut teori ekonomi, produksi adalah kegitan menghasilkan
barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu
barang. Sedangkan untuk kata konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie, ialah
suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda,
baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara
langsung. Untuk distribusi sendiri diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah,
harga, tempat, dan saat dibutuhkan) (Saiful, 2019)
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala aspek kehidupan
manusia, dalam ibadah maupun muamalah, dalam konteks muamalah termasuk terkait
dengan ketentuan produksi, konsumsi dan distribusi. Distribusi menjadi posisi penting
dari teori ekonomi mikro baik dalam system ekonomi Islam maupun kapitalis, Strategi
distribusi tidak terlepas dari peran distributor. Distributor perlu diberdayakan , agar bisa
memperluas area distribusi (Suryanto, 2016) . Sebab pembahasan dalam bidang
distribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial
dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan
konvensional sampai saat ini.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatif, Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian library research, yaitu penelitian dengan cara
mengumpulkan data-data dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan obyek
pembahasan penelitian dan atau pengumpulan data dengan sifat kepustakaan, atau
melakukan kajian mendasar yang dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan yang
pada dasarnya tertumpu pada kajian kritis dan secara mendalam terhadap bahan-bahan
pustaka serta referensi karya ilmiah lainnya yang relevan. Kajian merujuk kepada buku-
buku dan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan Distribusi Pendapatan, Konsep
Distribusi dalam islam, dan Tafsir ayat Distribusi Pendapatan.

HASIL DAN PENELITIAN


Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan
tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang
mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan
pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain
itu penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa
pengetahuan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang
mempunyai pengetahuan binatang juga mempunyai pengetahuan. Manusia
dalam kehidupannya dia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan
kelangsungan hidupnya, contohnya manusia akan selalu memikirkan hal yang
baru, mengembangkan budaya dan memberikan makna dalam kehidupan.
Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang bertolak dari
sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah
kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Pola penarikan kesimpulan dalam
metode deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut silogisme. Penalaran
deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik, yang tumbuh dan
berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens, sistematis, dan
kritis. Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang saling
mewarnai, karena dalam menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan
rasionalis cenderung menggunakan penalaran deduktif. Deduksi adalah cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap
sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang
bersifat umum.

Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas


penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu
kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul
menurut bentuk saja. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai semua atau sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu.
Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat
yang bersifat keharusan dari pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu diajukan.
Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di
antara persoalan-persoalan yang menarik.

Penalaran Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang
bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus. Logika induktif
merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang
bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab
mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan
yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.

Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari


pengamatan terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang
bersifat umum atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini
bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan
statemen yang bersifat komplek dan umum. Ciri khas dari penalaran induktif
adalah generalisasi. Generalisasi dapat dilakukan dengan dua metode yang
berbeda. Pertama, yang dikenal dengan istilah induksi lengkap, yaitu generalisasi
yang dilakukan dengan diawali hal-hal partikular yang mencakup keseluruhan
jumlah dari suatu peristiwa yang diteliti. Seperti dalam kasus: penelitian bahwa di
depan setiap rumah di desa ada pohon kelapa, kemudian digeneralisasikan
dengan pernyataan umum “setiap rumah di desa memiliki pohon kelapa.” Maka
generalisasi macam ini tidak bisa diperdebatkan dan tidak pula ragukan.
Kedua, yang dilakukan dengan hanya sebagian hal partikular, atau bahkan
dengan hanya sebuah hal khusus. Poin kedua inilah yang biasa disebut dengan
induksi tidak lengkap. Dalam penalaran induksi atau penelitian ilmiah sering kali
tidak memungkinkan menerapkan induksi lengkap, oleh karena itu yang lazim
digunakan adalah induksi tidak lengkap. Induksi lengkap dicapai manakala
seluruh kejadian atau premis awalnya telah diteliti dan diamati secara mendalam.
Namun jika tidak semua premis itu diamati dengan teliti, atau ada yang
terlewatkan dan terlanjur sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka
diperolehlah induksi tidak lengkap.

Induksi sering pula diartikan dengan istilah logika mayor, karena membahas
pensesuaian pemikiran dengan dunia empiris, ia menguji hasil usaha logika
formal (deduktif), dengan membandingkannya dengan kenyataan empiris.
Sehingga penganut paham empirme yang lebih sering mengembangkan
pengetahuan bertolak dari pengalaman konkrit. Yang akhirnya mereka
beranggapan satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh
langsung dari pengalaman nyata. Dengan demikian secara tidak langsung
penggiat aliran inilah yang sering menggunakan penalaran induktif. Karena
Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi indrawi atau empiris. Dengan
kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Inilah
alasan atas eratnya ikatan antara logika induktif dengan istilah generalisasi, serta
empirisme.

Mengingat masalah ekonomi Islam termasuk ke dalam kategori ijtihadiyah, maka


dapat dipahami mengapa praktek ekonomi di dunia Islam pada umumya
mengacu kepada kaidah hukum al-ashl fi almuamalat al-ibahah. Penalaran yang
digunakan pun seperti penalaran pada umumnya bertumpu pada deduktif dan
induktif yang dalam karya Ibnu Taymiyyah dan Ibn Qayyim disebut al-qiyas
alsyar’iyy. Namun demikian, perkembangan ilmu syariah yang tumbuh setelah
munculnya ide dan gagasan mendirikan bank Islam dalam Keputusan konfrensi
Negara-negara Islam se-Dunia bulan April 1968 di Kuala Lumpur. Sementara itu,
konsep teoritis tentang Bank Islam baru muncul pada tahun 1940-an.

Sedangkan pendirian bank Islam pertama baru akan dilaksanakan tahun 1975.
Ilmu ekonom Islam dibangun atas dasar asumsi-asumsi pada lapis atas, yakni al-
Qur’an dan sunnah. Pada lapis bawahnya, yakni sebagai berikut: berdasarkan
asumsi lapis atas, penalaran rasional manusia menangkap asumsi level atas
secara deduktif dan mengujinya dalam fakta kehidupan nyata secara indukif.
Pertama, manusia tidak hanya selfish, melainkan juga altruistic. Kedua, perilaku
altruistic dapat dibentuk melalui pendidikan. Ketiga, manusia mempunyai
pengetahuan yang terbatas. Oleh karena itu, analisis ekonomi harus ditempatkan
pada posisi, ruang yang tidak mempunyai kepastian yang tepat. Keempat,
pencapaian kesejahteraan ukhrawi (al-falah) lebih diutamakan dengan cara
memaksimalkan kesejahteraan hidup di dunia. Mengingat masalah ekonomi
Islam termasuk ke dalam kategori ijtihadiyah, maka para pemikir dan aktivis
ekonomi Islam lebih menekankan pada pemecahan masalah ekonomi. Mereka
menulis bahwa ekonomi Islam sesuai dengan zamannya. Maka dapat kita jumpai
pembahasan masalah ekonomi sekitar kekayaan, keadilan sosial, keseimbangan
ekonomi, mekanisme pasar, dan system pemerintahan dan Negara dalam
mekanisme pasar, intervensi harga, dan sebagainya. Pembahasan mereka lebih
dikaitkan dengan kondisi zamannya, membahaas perilaku ekonomi individual,
rumah tangga, perusahaan, peran negara dengan fokus kajian pada hal-hal
berikut:

1. Memahami perilaku dan poses penambilan keputusan;


2. Menghubungkan perilaku manusia dengan kesejahteraan, pemilik modal, pegawai, klien,
penduduk negeri dan masyaralat luas.
3. Membuat hipotesis alternatif strategi untuk memaksimalkan kesejahteraan pada setiap
lapis masyarakat.
4. Berdasarkan diskripsi di atas, maka ilmu ekonomi Islam adalah disiplin ilmu normatif
sekaligus positif

DAFTAR PUSTAKA
Muslihun, M. (2019). Filsafat ekonomi Islam: Melacak akar historis-metodologis ekonomi Islam,
Mataram:Penerbit pustaka lombok. 233-235.
Mustofa, I. (2016). Jendela Logika dalam Berfikir; Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah. El-Banat: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 6(2), 1-21.

Anda mungkin juga menyukai