STIN sebagai secara langsung berada dibawah naungan Badan Intelijen Negara (BIN). STIN adalah
lembaga pendidikan tinggi yang diselenggarakan untuk Badan Intelijen Negara. Pada tahun 2002
Kepala Badan Intelijen Negara memprakarsai pendirian perguruan tinggi di bidang ilmu intelijen. Pada
2003 Presiden RI meresmikan berdirinya IIN (Institut Intelijen Negara). Tahun 2004 dimulai kuliah
perdana dan IIN berubah menjadi STIN. Sesuai UU 17/2011 Alumni STIN menjadi sumber utama SDM
BIN.
Berdirinya STIN bertujuan untuk menyiapkan mahasiswanya menjadi anggota masyarakat intelijen
yang memiliki kemampuan akademik dan/atau keahlian profesional sehingga dapat menerapkan dan
mengembangkan ilmu intelijen, ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni bidang intelijen. Sehingga
diharapkan lulusan dari STIN dapat memenuhi kebutuhan BIN akan agen intelejen yang memiliki
kemampuan akademik dan lapangan setelah menempuh pendidikan intelejen di STIN. Dahulu
dibutuhkan agen intelejen yang tahan disetiap kondisi, untuk sekarang yang dibutuhkan adalah agen
intelejen yang dapat menganalisa dan memprediksi peristiwa yang kemungkinan bisa terjadi.
3. Prospek Lulusan.
Gelar yang akan disandang ketika lulus kelak adalah Sarjana Intelijen (S.In.). Tapi tentunya gelar ini
tidak akan pernah mereka catat dalam penulisan nama mereka. Para mahasiswa ini nantinya akan
bekerja di BIN karena memang untuk saat ini STIN hanya fokus memasok SDM ke lembaga intelijen
negara tersebut. Dalam proses kuliah dijaga keseimbangan antara teori dan praktik lapangan.
Terdapat dua jenis praktik. Pertama praktik kering berupa simulasi dengan sasaran semu, misalnya
mewawancarai teman sendiri. Kedua, praktik basah berupa terjun langsung ke lapangan. Saat praktik
inilah keahlian mereka sebagai intelijen benar - benar diasah. Sehingga ketika terjun ke dunia pekerjaan
lulusan S TIN sudah siap menjadi ahen intelijen.
Belajar di STIN selama 4 tahun, dengan kurikulum belajar di kelas dan praktek intelejen di lapangan.
Dalam kurun itu, para calon agen rahasia akan melahap dua jenis pelajaran, yaitu pelajaran yang umum
diterima di perguruan-perguruan tinggi seperti ilmu ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sejarah
(diberikan pengajar dari luar STIN) serta muatan lokal (diberikan pengajar dari dalam STIN). Selain itu,
mahasiswa STIN wajib mengusai satu bahasa asing dengan pilihan bahasa Arab, Mandarin, Jepang,
atau Prancis. Selain itu juga berlatih fisik, beladiri dan menggunakan senjata.
5. Kebanggaan untuk sekolah di STIN, bekerja di Bin dan menjadi agen inteijen.
Menjadi seorang agen intelijen mungkin merupakan cita-cita yang tidak banyak diimpikan oleh banyak
orang. Namun ketika ada peluang untuk menjadi seorang agen intelijen tentu tidak akan kita tolak.
Karakter seorang intelejen adalah besarnya rasa ingin tahu dilengkapi dengan ketelitian, keuletan, dan
ketangguhan dalam mencari informasi, seorang intel akan mampu mengumpulkan informasi yang
banyak dan penting. Meskipun gagal dicaci, dan berhasil tidak dipuji, seorang agen intelijen tidak
ada yang merasa tidak bangga akan profesinya tersebut.