Anda di halaman 1dari 9

Sosiohumaniora, Volume 18 No.

3 Nopember 2016 : 261 - 269

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG TRANSPARAN DI KABUPATEN TANAH DATAR


DALAM MELAKSANAKAN DESENTRALISASI FISKAL

Roni Ekha Putera


Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIP UNAND, Padang
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Administrasi Publik, Program Pascasarjana, FISIP, UNPAD, Bandung
E-mail: roniekhaputera@fisip.unand.ac.id

ABSTRAK. Tulisan ini barangkat dari keinginan untuk mempelajari dan mendeskripsikan beberapa hal yang terkait dengan pengelolaan
keuangan daerah yang transparan di Kabupaten Tanah Datar. Pertama, bagaimana pengelolaan keuangan daerah yang transparan, kedua
apa strategi yang digunakan untuk mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dalam peningkatan PAD. Untuk memberikan
kejelasan dalam menganalisis pertanyaan di atas, data-data dalam tulisan ini dikumpulkan melalui studi pustaka (literature) dan
penelusuran di website resmi Kabupaten Tanah Datar. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa peningkatan PAD kabupaten Tanah Datar
didasarkan pada kreativitas dan kemampuan dari pemerintah daerah untuk mengelola keuangan, dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang ada. Selain itu pemerintah daerah juga melakukan inovasi dalam hal pengelolaan keuangan daerah terutama menggali sumber-
sumber yang berpotensi untuk menambah PAD dengan melakukan beberapa hal seperti; Meningkatkan pengawasan pada setiap pos
penerimaan sehingga bisa mengurangi kebocoran penerimaan, Melakukan pendataan potensi sumber-sumber penerimaan yang sudah
ada maupun penggalian potensi baru, Mengintensifkan penagihan dan peningkatan monitoring, Melaksanakan Cash Management.
Dengan melakukan hal-hal tersebut PAD Kabupaten Tanah Datar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terkait dengan
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang transparan pemerintah daerah tanah datar telah menyampaikan laporan keuangannya
secara periodik di website yang mereka miliki dan dapat diakses langsung oleh seluruh masyarakat, sehingga setiap masyarakat juga
memiliki akses yang cukup luas untuk mengetahui perkembangan dana di daerah tersebut, terutama di tingkat pemerintahan nagari.
Penyampaian laporan keuangan sperti ini kepada masyarakat umum menjadi sebuah indikasi adanya transparasi pemerintah dalam
pemakaian anggaran pendapatan belanja daerah .

Kata kunci: Keuangan daerah, Transparan dan Desenetralisasi Fiskal

ABSTRACT. This paper departs from the desire to learn and describe several aspects related to local financial management transparency
in Tanah Datar. First, how local financial management transparency, both what strategies are used to achieve a financial management
transparency in local revenue. To provide clarity in analyzing the above questions, the data in this paper were collected through literature
and search on the official website Tanah Datar. In this paper found that the increase in Tanah Datar local revenue is based on creativity
and the ability of local governments to manage finances, by making use of existing resources. In addition, local governments are also
to innovate in terms of financial management, especially in exploring sources of potential to increase revenue by doing some things
like; Improve oversight at every post reception so that it can reduce the leakage of acceptance, Collecting potential revenue sources
existing and new potential exploration, Intensifying billing and increased monitoring, Implementing Cash Management. By doing these
things local revenue Tanah Datar has increased significantly. Associated with the implementation of the financial management of local
government a transparent flat ground has submitted periodic financial reports on their website and can be accessed directly by all the
people, so that each community also has a fairly broad access to know the development funds in the region, especially in the level of
village government. Submission of financial reports to the general public just as it becomes an indication of government transparency in
the use of the local government budget.

Key words: Local Financial , Transparency and Fiscal Decentralization

PENDAHULUAN teoritis mengenai bagimana bagaimana membangun


model good governance melalui proses reformasi sistem
Pada era modern saat ini institusi negara sangat administrasi dan sistem politik. Para pakar administrasi
membutuhkan suatu sistem pemerintahan yang bersih publik mengamati bahwa kendati telah lama dikenal dan
dan kuat (type of a clean or good governance). Dalam dikonsumsi sebagai bahan diskusi terbatas oleh kalangan
literatur disebutkan bahwa konsep good governance ini peneliti dan perguruan tingg, penerapan ide dan konsep
ditegakkan dengan tiga pilar penyangga utama yaitu: good governance pada institusi-institusi pemerintah di
negara, civil society dan swasta (pasar). Urgensi terhadap masa-masa awal perkembangannya cukup mengalami
kebutuhan sistem pemerintahan seperti itu tidak lepas dari kesulitan. Ketika itu pemerintah memiliki kekuasaan yang
keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang sangat besar sehingga dinding-dinding tebal birokrasi
prima dan terhindar dari dampak buruk sistem pelayanan sebagai instrumen efektif pemerintah dan legislatif di
publik pada masa-masa sebelumnya yang sangat tingkat lokal dan nasional yang selalu berada di bawah
birokratis dan korup. Disiplin ilmu Administrasi Publik kontrol mereka sukar ditembus oleh pengaruh-pengaruh
sebenarnya sudah lama menawarkan suatu pendekatan dari luar.

261
Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan di Kabupaten Tanah Datar dalam Melaksanakan Desentralisasi Fiskal
(Roni Ekha Putera)
Era reformasi yang ditandai oleh pergantian rintah daerah untuk membuat laporan keuangan dan
rejim pemerintahan yang baru yang dipandang concern transparansi informasi anggaran kepada publik. Impli-
terhadap reformasi total telah mengantarkan masyarakat kasi langsung dari kewenangan/fungsi yang diserahkan
Indonesia kepada kesadaran baru untuk mengubah kepada daerah adalah kebutuhan dana yang cukup
paradigma sistem pemerintahan sentralisasi (terpusat) besar. Untuk itu, perlu diatur perimbangan keuangan
menjadi desentralisasi (otonomi daerah). Perubahan (hubungan keuangan) antara pusat dan daerah yang
paradigma sentralisasi menuju desentralisasi diawali dimaksudkan untuk membiayai tugas yang menjadi
dengan dikeluarkannya paket kebijakan otonomi daerah tanggung jawabnya (Mahfud Sidik, 2002).
yang ditetapkan dengan UU No. 22 dan 25 Tahun 1999 Sesuai dengan UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999
jo UU No. 32 dan 33 Tahun 2004. Isi pokok dari paket jo UU Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 bahwa perimbangan
Undang-undang ini adalah pelimpahan kewenangan keuangan pusat dan daerah dalam rangka desentralisasi
dari pemerintah pusat kepada daerah untuk melakukan fiskal mengandung pengertian bahwa kepada daerah
penataan kelembagaan dan personil serta melaksanakan diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber-
pengaturan dan pengawasan fiskal secara otonom. sumber keuangan sendiri dan didukung dengan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paket perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Sejalan
Undang-undang tersebut membawa perubahan yang dengan pembiayaan kewenangan tersebut, maka
fundamental dalam hubungan tata pemerintahan dan pengaturan pembiayaan daerah dilakukan berdasarkan
tata keuangan, sekaligus membawa perubahan penting penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Pembiayaan
dalam pengelolaan anggaran keuangan daerah. Banyak penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desen-
pihak berharap bahwa paket Undang-undang ini tralisasi dilakukan atas beban APBD, pembiayaan
dilaksanakan dengan benar dan perubahan positif ke arah penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelaksana-
sistem pengelolaan pemerintahan yang didasarkan pada an asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBD dan
nilai-nilai dasar good governance yakni transparansi, pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam
akuntabilitas dan penegakan hukum betul-betul mampu rangka tugas pembantuan dibiayai atas beban anggaran
diwujudkan. tingkat pemerintahan yang menugaskan.
Pada dasarnya tujuan utama penyelenggaraan Pola perimbangan kewenangan yang diikuti
otonomi daerah menurut Mardiasmo (2002:46) adalah dengan perimbangan keuangan ini mencerminkan
untuk meningkatkan pelayanan publik dan memaju- pula prinsip dari kebijakan desentralisasi fiskal yaitu
kan  perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung money follows function. Hal ini berarti bahwa hubungan
tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu: keuangan antara pusat dan daerah perlu diberikan
(1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan pengaturan sedemikian rupa, sehingga kebutuhan
publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan pengeluaran yang akan menjadi tanggungjawab daerah
efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan yang
daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ada dan dilakukan dengan transparan dan akuntabilitas
ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam (Sarjiyo, 2009; 30-31). Sejak berlakunya kebijakan ini
proses pembangunan. Menurut Deddy S.B. & Dadang pada awal tahun 2001, pemerintahan daerah di Indonesia
Solihin (2004:32), tujuan peletakan kewenangan dalam berubah dari sistem yang sangat tersentralisir menjadi
penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan sistem yang sangat terdesentralisir. Pemerintahan Daerah
kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demok- diberikan kewenangan yang lebih besar lagi dalam proses
ratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal dan perencanaan dan implementasi pembangunan di daerah.
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Seiring dengan pengalihan kewenangan ini, keuangan
Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi daerah daerah pemerintahan daerah juga meningkat secara
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat drastis. Dana perimbangan APBN yang didaerahkan
dengan cara meningkatkan pelayanan publik kepada meningkat lebih dari 100% pada awal pelaksanaan
masyarakat dan memberdayakan masyarakat untuk kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Selain dalam
berpartisipasi dalam proses pembangunan. bentuk dana perimbangan, pemerintahan daerah juga
Dengan demikian, jikalau dimaknai lebih jauh memiliki kewenangan untuk mengumpulkan pajak
lagi dengan adanya desentralisasi mengharuskan sistem dan retribusi daerah sebagai komponen utama dari
pengelolaan keuangan daerah dikelola mandiri oleh Pendapatan Asli Daerah. Kebijakan local taxing power
pemerintah daerah. Hal ini tertuang dalam Undang- ini diatur dalam UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak
undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Daerah dan Retribusi Daerah. Kita menyadari saat ini
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah local taxing power dari pemerintahan daerah relatif
Daerah. Diberlakukannya Undang-undang tersebut kecil dibandingkan dengan potensi yang ada pada jenis
telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan pajak pemerintah pusat. Terjadi kesenjangan antara
keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan kebutuhan pemerintahan daerah untuk menjalankan
publik. Hal tersebut meliputi tuntutan kepada peme- kewenangannya dibandingkan dengan kapasitas ang-

262
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 3 Nopember 2016 : 261 - 269

garan pemerintahan daerah yang ada. Kekurangan didalam menumbuhkan peran serta masyarakat untuk
ini, dalam sistem desentralisasi di Indonesia, ditutupi meningkatkan kegiatan pembangunan daerah dalam
dengan dana perimbangan. bentuk dana bantuan keuangan kepada pemerintah desa/
Dari sisi keuangan negara, kebijaksanaan nagari di alokasikan sebesar Rp.25.527.339.541,00 pada
pelaksana-an desentralisasi fiskal telah membawa tahun 2013, sehingga dana stimulant yang diberikan
konsekuensi kepada perubahan peta pengelolaan fiskal tersebut ternyata mampu meningkatkan keikutsertaan
yang cukup mendasar. Perubahan dimaksud ditandai masyarakat didalam berbagai kegiatan pembangunan.
dengan makin tingginya transfer dana dari APBN Untuk itu artikel ini akan mencoba menjawab
ke daerah. Pada tahun anggaran 2014, transfer dana per-tanyaan bagaimana pengelolaan keuangan daerah
berjumlah Rp 592,6 Triliun dari total belanja pemerintah yang transparan di Kabupaten Tanah Datar Provinsi
pusat sebesar Rp 1.249,9 triliun. Dengan kata lain, Sumatera Barat dalam melaksanakan desentralisasi
sekitar 17% belanja Pemerintah Pusat ditransfer untuk fiskal. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah
dikelola oleh pemerintah daerah. Jumlah ini meningkat Untuk mengetahui dan menganalis pengelolaan
tajam baik nominal maupun persentasenya. Pada keuangan daerah yang transparan di Kabupaten Tanah
tahun anggaran 2013 saja, transfer dana perimbangan Datar serta untuk mengetahui dan menganalis strategi
mencapai Rp. 529,4 dari Rp 1.196,8 triliun belanja dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk mewujudkan
pemerintah pusat. pengelolaan keuangan daerah yang transparan dalam
Selain dalam bentuk dana perimbangan, tahun peningkatan Pendapatan Asli daerah dalam kerangka
2014 kepada daerah juga diberikan Dana Otonomi pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Kabupaten Tanah
Khusus dan dana penyeimbang. Dana Otonomi khusus Datar.
diberi-kan kepada Propinsi Papua dan dana penyeimbang
diberikan kepada daerah untuk menambah perolehan Konsep Dasar Pengelolaan Keuangan Daerah
DAU Tahun Anggaran 2014 khusunya bagi daerah yang Pengelolaan keuangan daerah seringkali diartikan
DAU-nya mengalami penurunan dari Tahun Anggaran sebagai mobilisasi sumber keuangan yang dimiliki oleh
sebelumnya. Untuk dana penyeimbang ini Kabupaten suatu daerah. Pandangan seperti ini terlalu menyeder-
Tanah Datar memperoleh transfer dana sebesar hanakan dan cenderung menghasilkan rekomendasi
Rp.725.921.677.088,00 dari dana perimbangan tersebut kebijakan yang reaktif dan sepihak. Bagi penganut
komposisi DAU sebesar Rp.650.563.368.000,00 pandangan ini otonomi daerah akan sulit terwujud karena
(APBD 2014). dari segi kualitas, sumber-sumber pembiayaan yang
Peningkatan yang cukup signifikan pada tersedia bagi daerah otonom sangat ”kurus”, sedangkan
transfer dana ke daerah melalui dana perimbangan dari sudut kuantitas sumber-sumber pembiayaan tersebut
telah menyebabkan berkurangnya porsi dana yang sangat sedikit. Sedangkan Menurut Abdul Halim (2007:24),
dikelola pemerintah pusat, sebaliknya porsi dana Keuangan Daerah dapat diartikan sebagai: “Semua hak
yang menjadi tanggung jawab daerah melalui APBD dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala
meningkat tajam. Perubahan peta pengelolaan fiskal satuan, baik berupa uang maupun barang, yang dapat
ini disertai fleksibilitas yang cukup tinggi, atau bahkan dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau
diskresi penuh dalam pemanfaatan sumber-sumber dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
utama pembiayaan tersebut (Mahfud Sidik, 2002). pihak-pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundangan
Selanjutnya dalam rangka penyelenggaraan yang berlaku.
desen-tralisasi fiskal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Dalam konsep yang lebih luas, Sistem
Tanah Datar telah melakukan langkah-langkah menuju Pengelolaan Keungan Daerah terdiri dari aspek-
kearah terlaksanya kebijakan ini secara baik. Dalam aspek berikut;
hal ini selain dana perimbangan dan dana alokasi a. Pengelolaan (optimalisasi dan/atau penyeimbangan)
umum Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar juga seluruh sumber-sumber yang mampu memberikan
mendapatkan sumber dana dari memungut pajak (tax penerimaan, pendapatan, dan atau penghematan
Assignment), pemberian bagi hasil penerimaan (revenue yang mungkin dilakukan.
sharing) dan pinjaman daerah. b. Ditetapkan oleh Badan Eksekutif dan Badan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Legislatif, dilaksanakan oleh Badan Eksekutif, serta
Datar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan diawasi oleh Badan Legislatif dan seluruh komponen
yang cukup signifikan hal ini dapat terlihat seperti masyarakat daerah
pada APBD tahun 2012 sebesar Rp.48.778.331.050,95 c. Diarahkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakatnya
menjadi Rp.63.995.143.350,66 pada APBD tahun d. Didasari oleh prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi
2013, atau meningkat sebesar Rp.15.216.812.299,71 dan efektif
atau 31,20% ini jelas menunjukkan angka yang cukup e. Dokumentasi, transparansi, dan akuntabilitas
besar bagi suatu daerah. Selain itu terobosan lainnya Sementara itu Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Peme-

263
Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan di Kabupaten Tanah Datar dalam Melaksanakan Desentralisasi Fiskal
(Roni Ekha Putera)
rintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
Keuangan Daerah, menyebutkan: hasil-hasil yang dicapai.
“keuangan daerah adalan semua hak dan Berikut beberapa tujuan dari penerapan prinsip
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan transparansi menurut Widodo (2001:19)
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan a. Memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan berkesempatan untuk mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai acuan untuk berpartisipasi dan melakukan
daerah tersebut”. pengawasan.
Sedangkan b. Membangun sikap positif stakeholder dan ter-
“pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan hindarkan dari sikap apriori terhadap program-
kegiatan yang meliputi peren-canaan, pelaksanaan, program pembangunan daerah yang dibiayai oleh
penatausahaan, pelapo-ran, pertanggungjawaban, DAK (Dana Alokasi Khusus) akibat keterbatasan
dan pengawasan keuangan daerah”. informasi maupun oleh adanya informasi-informasi
yang keliru.
Obyek pengelolaan keuangan daerah adalah sisi c. Menciptakan ketersediaan informasi sehingga ter-
penerimaan dan sisi pengeluaran. Pada sisi penerimaan, buka peluang yang mampu mendorong masyarakat
daerah dapat melakukan dua hal; pertama, mobilisasi untuk berpartisipasi dalam program pembangunan
sumber-sumber penerimaan konvensional melalui inten- daerah.
sifikasi dan ekstensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah serta Optimalisasi pinjaman daerah dan laba Desentralisasi Fiskal
BUMN. Kedua, daerah dapat melakukan optimalisasi Menurut Robert A. Simanjuntak (dalam
sumber-sumber penerimaan baru, yaitu penerimaan Yani, 2008:347) pada dasarnya desentralisasi fiskal
dari hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang di Indo-nesia mempunya beberapa sasaran umum,
dipisahkan. Sedangkan dari sisi pengeluaran, daerah harus yaitu: 1) untuk memenuhi aspirasi daerah menyangkut
dapat melakukan redefinisi proses penganggaran. Untuk penguasaan atas sumber-sumber keuangan negara; 2)
mendorong akuntabilitas dan transparansi pemerintahan
mengatur semua pos-pos penerimaan dan pengeluaran
daerah; 3) meningkatkan partispasi masyarakat dalam
dana maka dibutuhkan suatu sistem pengelolaan
pembangunan daerah; 4) mengurangi ketimpangan
keuangan daerah yang transparan untuk menjamin dana
antar daerah; 5) menjamin terselenggaranya pelayanan
yang diperoleh dan dikeluarkan sesuai dengan pos-
publik minimum di setiap daerah; 6) meningkatkan
pos nya masing-masing sehingga tidak ada kebocoran
kesejahteraan masyrakat secara umum. Desentralisasi
atau penyelewengan dana. Dengan demikian berbagai
fiskal meningkatkan pendapatan dan meningkatkan
kebijakan yang diterbitkan pemerintah dalam rangka
efisiensi dalam sektor publik dan memotong defisit
menuju pengelolaan keuangan daerah yang transparan
anggaran, serta menaikkan pertumbuhan ekonomi.
dan berkualitas dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini;
Desentralisasi fiskal dalam hal ini dapat dikatakan
berhasil jika daerah tersebut dapat mengelola keuangan
Transparansi
daerahnya secara efektif dan efisien. Keuangan daerah
Menurut Buku Pedoman Penguatan Pengamanan
merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam
Program Pembangunan Daerah (2002, h.18) transparansi
rangka penyelenggaraan  pemerintahan daerah yang dapat
adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala  bentuk
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
penye-lenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang
daerah tersebut.

Gambar 1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan

264
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 3 Nopember 2016 : 261 - 269

Sedangkan menurut Richard M. Bird dan F. melak-sanakan desentralisasi fiskal ini menggambarkan
Vaillancourt (2000: 4-6) desentralisasi fiskal memiliki bagimana pengelolaan keuangan daerah yang transparan
tiga pengertian. Pertama, desentralisasi berarti pelepasan di Kabupaten Tanah Datar, serta mengidentifikasi strategi
tanggung jawab yang berada dalam lingkungan dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk mewujudkan
pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah atau ke pengelolaan keuangan daerah yang transparan.
pemerintah daerah. Kedua, pendelegasian berhubungan Dalam pengumpulan data dilakukan dengan
dengan suatu situasi, yaitu daerah yang bertindak cara penelusuran literatur (studi pustaka) dan website
sebagai wakil pemerintah untuk melaksanakan fungsi- resmi Kabupaten Tanah Datar. Sehingga di dapat
fungsi tertentu atas nama pemerintah. Ketiga, devolusi sekunder berupa dokumen-dokumen antara lain
berhubungan dengan pemberian kewenangan kepada APBD, Renstra, Repetada, Propeda dan dokumen-
daerah untuk mengimplementasikan dan memutuskan dokumen lainya yang peneliti dapatkan dari hasil
apa yang perlu dikerjakan. Secara teoritik, untuk penelusuran tersebut. Dalam penelitian ini data yang
menilai konsep desentralisasi sebagai dekonsentrasi, akan didapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif
pendelegasian, atau devolusi Bird dan Vaillancourt yang didapat dari data-data dokumen. Namun analisis
menawarkan dua jenis model analisis. Jenis analisis untuk kedua jenis data tersebut dilakukan secara
yang pertama adalah model top down dan yang kedua deskriptif. Data kuantitatif yang diperoleh digunakan
adalah model bottom-up. Model desentralisasi fiskal untuk mendukung deskripsi kualitatif.
dari atas ke bawah (top down) menekankan nilai politis Analisa data dilakukan secara kualitatif dengan
misalnya, perbaikan pemerintahan dalam kaitannya cara menginterprestasikan data, fakta dan informasi
dengan kemauan menerima saran dan partisipasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman intelektual
lokal dan efisiensi alokasi dalam pengertian perbaikan dan empiris yang kemudian dikaji secara dalam sehingga
kesejahteraan. Para penganut model ini percaya bahwa menghasilkan gambaran dari data yang sesungguhnya.
dengan desentralisasi maka pengadaan pelayanan yang Analisis dilakukan dengan menghubungkan dan di
efisien dan adil dengan memanfaatkan pengetahuan sesuaikan dengan teori yang digunakan sehingga dapat
lokal dapat diciptakan. dihasilkan kesimpulan dan saran.
Selain itu, desentralisasi juga diyakini mampu
merang-sang partisipasi demokrasi yang lebih besar. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasilnya, dukungan masyarakat kepada pemerintah
semakin luas dan dengan demikian stabilitas politik Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan
dapat diperbaiki. Apabila kebaikan-kebaikan dan Diakui bahwa kelambanan pemerintah daerah
manfaat ini ditambah dengan sisi manfaat yang lain dalam menjalankan otonomi daerah sekarang ini
seperti peningkatan mobilisasi sumber-sumber dan berkaitan erat dengan persoalan kelemahan sistem
tekanan atas keuangan pusat, peningkatan akuntabilitas, informasi keuangan dan akuntansi publik yang dipakai.
dan peningkatan ketang-gapan dan tanggungjawab Laporan akuntansi publik yang sangat berguna untuk
pemerintah secara umum tidak mengherankan banyak penilaian dan pengam-bilan keputusan pimpinan
orang menganggap desentralisasi merupakan sesuatu eksekutif lokal hampir tidak pernah tersedia secara
yang sangat berharga. memadai. Kelemahan ini secara subjektif sebenarnya
Sementara itu, model top down menterjemahkan bukan murni kesalahan dari pemerintah daerah saja
desentralisasi dari perspektif pemikiran pemerintah melainkan pemerintah pusat juga memiliki andil terhadap
pusat. Desentralisasi dalam hal ini diterjemahkan dan mmunculnya hal tersebut. Secara objektif kelambanan
dilaksanakan oleh pemerintah pusat sebagai instumen dan kesemrawutan pengelolaan keuangan daerah sangat
untuk meringankan beban pusat dengan mengalihkan terkait dengan tidak adanya basis peraturan hukum yang
defisit ke bawah. Langkah inimerupakan bagian dari jelas dari pemerintah pusat mengenai perombakan sistem
keinginan pusat untuk mencapai tujuan alokasi sumber- akuntansi pemerintahan lama “warisan kolonial Belanda”
daya dengan lebih efisien melalui pelimpahan wewenang yang semangatnya sudah tidak sejalan lagi dengan
kepada pemerintah daerah. Dengan kata lain maksud kebijakan desentralisasi. Pada era otonomi saat ini hampir
dan tujuan diselenggarakannya desentralisasi fiskal semua pemerintah daerah di Indonesia dalam mengelola
membantu tercapainya tujuan-tujuan kebijakan dan keuangan daerahnya masih menggunakan sistem Manual
kepentingan nasional. Dilain hal Pratikno (2003; 1) Keuangan Daerah (MAKUDA) yang dasar penetapannya
menjelaskan bahwa desentralisasi fiskal berkaitan dengan adalah Keputusan Mendagri No. 99 Tahun 1980.
tax assigment (PAD), Revenue Sharing ( bagi Hasil) dan Sekilas bisa digambarkan bahwa sistem Makuda
Grant (Subsidi) berupa Block grant dan spesific grant masih memakai sistem tata buku Belanda dimana sistem
pencatatannya masih mengandalkan metode single
METODE entry. Yang dimaksud dengan metode single entry
adalah pencatatan transaksi akuntasi berdasarkan keluar
Artikel tentang pengelolaan keuangan daerah masuknya uang pada rekening kas secara tunai. Dengan
yang transparan di Kabupaten Tanah Datar dalam metode pencatatan yang seperti itu tidak mengherankan
265
Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan di Kabupaten Tanah Datar dalam Melaksanakan Desentralisasi Fiskal
(Roni Ekha Putera)
jika kemudian hari ditemukan sejumlah kekurangan Di samping PAD, Kabupaten Tanah Datar juga
mendasar pada sistem yang pada gilirannya disamping memberikan perhatian terhadap penerimaan daerah dari
mempersulit pengawasan juga tidak menunjang PBB. Sebagaimana diketahui bahwa PBB merupakan
pengambilan keputusan para manajer publik daerah.\ pajak Pemerintah Pusat telah dapat memberikan kontri-
Transparansi adalah merupakan prinsip- busi yang cukup besar terhadap pendapatan daerah.
prinsip atau nilai-nilai Good Governance yang dicoba Terkait dengan pelaksanaan sistem keuangan daerah
diterapkan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. yang transparan, pemerintah daerah Kabupaten Tanah
Tanah Datar sebagai sebuah kabupaten yang termasuk Datar telah menyampaikan laporan keuangannya secara
luas wilayahnya tidak terlalu luas jika dibandingkan periodik di website yang mereka miliki dan dapat diakses
dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Sumatera langsung oleh seluruh masyarakat. APBD juga dapat
Barat memi-liki Pendapatan Asli Daerah yang kecil diakses langsung oleh masyarakat ke pemerintahan
juga. Dimana daerah yang terkenal sebagai daerah yang baik itu APBD yang sisakan, APBD perubahan dan
memiliki berbagai situs kebudayaan ini dan bertumpu APBD yang direalisasikan. Sehingga masyarakat
pada bidang kepariwisataan ternyata belum memberikan bisa melihat kemana saja kas daerah itu dibelanjakan.
sumbangan yang maksimal untuk membangun daerah Penyampaian laporan keuangan ini kepada umum men-
tersebut. Hal ini tergambar dari hasil penelusuran penulis jadi sebuah indikasi adanya transparasi pemerintah
dalam data sekunder baik dokumen maupun yang ada di dalam pemakaian anggaran pendapatan belanja daerah
website pemerintah daerah, dimana pemerintah melihat tersebut. Dengan adanya transparansi ini maka setiap
potensi daerah ini sangat minim sekali dari potensi PAD. masyarakat juga memiliki akses yang cukup luas untuk
Karena Tanah Datar kabupaten paling kecil yang ada di mengetahui perkembangan dana di daerah tersebut,
Sumatera Barat. Dan tidak mempunyai sumber-sumber terutama di tingkat pemerintahan nagari.
tambang, seperti batubara, tidak ada hotel berbintang, APBD yang berbasis pembangunan kemasya-
makanyo dari PAD yang konvensional sangat sulit di rakatan juga terlihat dalam APBD Tanah Datar. Dimana
harapkan terlalu besar. pemerintah Tanah Datar telah memberikan dana untuk
Dengan demikian diperlukan sebuah inovasi dan kegiatan pembangunan daerah dalam bentuk dana
kreatifitas dari pemerintah daerah untuk meningkatkan bantuan keuangan kepada pemerintah desa/nagari di
PAD tersebut. Pemerintah Kabupaten Tanah Datar alokasikan sebesar Rp.25.527.339.541,00 pada tahun
selalu membuat berbagai inovasi dalam peningkatan 2013, sehingga dana yang diberikan tersebut diharapkan
PAD tersebut, dengan sebuah tekad bahwa PAD Tanah mampu meningkatkan keikutsertaan masyarakat di
Datar harus meningkat 2,5 % per tahun dari APBD dalam berbagai kegiatan pembangunan.
hal ini ada dalam perda P2PKD (Perda Pengelolaan Sejak diberlakukannya otonomi daerah di
Keuangan Daerah) di Tanah Datar. Dengan tekad yang Indonesia, sebuah konsekuensi yang mucul adalah
bulat dan penuh tanggung jawab dari semua unsur munculnya otonomi dalam bidang keuangan. Masing-
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah datar masing daerah diberikan kesempatan untuk mengelola
meningkat dengan jumlah yang cukup besar yaitu Rp. keuangannya sendiri dan juga diberikan kewenangan
48.778.331.050,95 pada tahun 2012 mencapai Rp. untuk mencari berbagai sumber dana yang dimungkinkan
63.995.143.350,66 pada tahun 2013, namun menurun untuk menambah PAD suatu daerah. Menurut Peraturan
menjadi Rp.62.198.189.442,00 pada tahun 2014. Daerah No. 3 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok penge-
Berikut adalah tabel Penerimaan PAD tahun 2012-2014. lolaan dan pertanggung jawaban Keuangan dijelaskan
Pada tabel 1 dapat dikatakan bahwa jumlah PAD Daerah ada beberapa sumber keuangan untuk APBD
yang diterima oleh Kabupaten Tanah Datar mengalami yaitu: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus,
peningkatan yang cukup signifikan walaupun ada penu- Dana Alokasi Umum, dan Pinjaman Daerah serta dana-
runan tahun 2014. Adapun Usaha-usaha yang dilakukan dana lain yang sah.
oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar untuk Persoalan Pendapatan Asli Daerah sangat ter-
meningkatkan PAD adalah: gantung dengan kondisi yang ada di masing-masing
1. Meningkatkan pengawasan pada setiap pos pene- daerah tersebut. Ketika sebuah daerah memiliki banyak
rimaan sehingga bisa mengurangi kebocoran potensi alam yang banyak memberikan masukan dana
penerimaan. bagi pemerintah, maka daerah ini akan memiliki PAD
2. Melakukan pendataan potensi sumber-sumber pene- yang tinggi dan ketika dikelola dengan baik akan
rimaan yang sudah ada maupun penggalian potensi memberikan manfaat yang sangat baik bagi masyarakat
baru. umum. Namun ketika daerah tersebut minim dengan
3. Menintensifkan pengihan dan peningkatan moni- sumberdaya alam yang ada maka daerah tersebut
toring. akan “kurus” dan kesulitan untuk melaksanakan
4. Melaksanakan Cash Management. berbagai agenda pembangunan yang dicanangkan oleh
pemerintahnya.

266
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 3 Nopember 2016 : 261 - 269

Tabel 1. Penerimaan PAD Kab. Tanah Datar Tahun 2012-2014

Tahun
No Sumber Penerimaan
2012 2013 2014

1 Pajak Daerah 5.689.570.000,00 8.191.151.385,00 9.677.727.924,00

2 Retribusi Daerah 4.251.612.764,00 7.704.038.814,00 7.222.158.250,00

pengelolaan kekayaan daerah yang


3 17.992.466.115,75 24.655.382.230,46 21.230.392.888,00
dipisahkan

4 lain-lain pendapatan asli daerah 20.844.682.171,20 23.444.570.921,20 24.067.910.380,00

Jumlah 48.778.331.050,95 63.995.143.350,66 62.198.189.442,00

Strategi dan Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan inginkan. Sementara itu, sistem monitoring penting
Keuangan daerah diselenggarakan pemerintah daerah untuk mengetahui
Dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan arus keluar masuknya anggran dari pemerintah daerah ke
desentralisasi fiskal maka diperlukan strategi dan pene- instansi atau daerah yang setingkat atau yang lebih tinggi.
rapan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah yang Prinsip dasar pengelolaan keuangan yang lain
efektifdan efisien. Secara makro, untuk menyelenggarakan adalah menyangkut visi dan landasan berpikir para
manajemen keuangan seperti itu dibutuhkan struktur manajer keuangan lokal dalam memandang uang atau
pemerintahan daerah yang andal, efisien dan adil yang anggaran. Dalam hal ini bisa dirumuskan pedoman
dibangun berdasarkan fondasi-fondasi lokal yang operasional bahwa uang harus mengikuti fungsi-
tersedia yang merefleksikan dan menghasilkan apa yang fungsi dan bukan mendahuluinya. Prinsip money
sebenarnya diinginkan oleh penduduk lokal. Dengan follows function harus dilaksanakan secara konsisten
kata lain, untuk mengelola keuangan daerah diperlukan dan secara eksplisit tertuang didalam pasal-pasal UU
bukan saja keinginan dan sumber-sumber melainkan juga Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 jo UU Nomor 32 dan
strategi yang jelas dan mapan, serta tersedianya struktur 33 Tahun 2004. Hal ini untuk menghindari terjadinya
kelembagaan pusat yang memadai untuk mendukung transfer sumber keuangan yang sudah dikuasai oleh
upaya-upaya itu (Bird dan Vaillancourt, 2000; 50-51). daerah tetapi tidak diikuti oleh tugas desentralisasi
Prinsip dasar pertama yang harus dipegang oleh yang menajdin tanggung jawab daerah (seperti yang
manajer keuangan adalah akuntabilitas penggunaan ang- diungkapkan oleh Roy Bahl (2001) “fix the assigment
garan belanja. Akuntabilitas keuangan daerah merupakan of expenditure, then assign revenues in amount that will
perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mem- correspond to the expenditure needs”). Para peneliti
pertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelak- pernah mengungkapkan bahwa kesalahan yang paling
sanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan buruk dari seluruh kebijakan desentralisasi adalah
dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media memompakan uang yang sedemikian banyak ke
pertanggungjawaban secara periodik. Berkaitan dengan struktur daerah yang belum siap atau ke dalam struktur
itu otonomi lokal seharusnya tidak mencakup hak untuk yang dibangun secara serampangan tanpa terlebih
seenaknya membelanjakan anggaran yang dikumpulkan dahulu mempertimbangkan secara hati-hati tugas-tugas
dari uang rakyat. Keputusan-keputusan pengeluaran pengeluaran yang benar untuk daerah.
daerah seharusnya terkait dengan penerimaan yang Di Kabupaten Tanah Datar mempunyai prinsip-
digali sendiri oleh daerah dan mengusahakan agar tidak prinsip untuk mengelola sumber-sumber keuangan
terlalu menggantungkan diri pada bantuan pusat. Jika yang ada secara maksimal. Dana atau Penerimaan-
daerah benar-benar tidak mampu untuk melepaskan diri penerimaan daerah mempunyai yang berasal dari
dari ketergantungan anggaran pusat maka pola dasar Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan
dan sistem monitoring tranfer harus diperhatikan betul Dana Alokasi Khusus dikelola dengan baik, sehingga
sehingga efektivitas desentralisasi fiskal bisa dijamin. pendapatan daerah menjadi meningkat. Ada beberapa
Pola dasar dimaksud untuk penentuan skala prioritas hal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tanah
yangditetapkan oleh daerah, misalnya menyangkut Datar untuk meningkatkan PAD nya yaitu:
manakah yang harus didahulukan antara program- 1. Cash management merupakan suatu rekayasa ke-
program nasional yang dibiayai dengan DAK (Dana uangan terhadap uang daerah yang terdapat dalam kas
Alokasi Khusus) atau program-program yang didanai daerah dalam rangka peningkatan efisiensi, efektivitas
oleh DAU (Dana Alokasi Umum) yangmana jenis yang bertujuan untuk meningkatkan pen-dapatan
program ini mencerminkan posisi daerah sebagai aktor daerah tanpa mempengaruhi APBD dan dapat
independen yang dapat melakukan apa saja yang di dijadikan sebagai sumber PAD. Dalam hal ini cash

267
Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan di Kabupaten Tanah Datar dalam Melaksanakan Desentralisasi Fiskal
(Roni Ekha Putera)
management adalah pengelolaan keuangan daerah sektor, selain itu juga karena kurangnya sumber daya
yang mata anggaranya sudah dianggarkan akan tetapi manusi yang mampu memenej keuangan maka untuk
dananya belum dipakai sehingga dana yang tidak sementara pendapatan yang surplus dibelanjakan
terpakai di kelola dengan cara di tabung dalam bentuk untuk membeli saham di Bank Pembangunan Daerah
giro. Dasar dilakukannya rekayasa ini adalah karena (Bank Nagari) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
reformasi keuangan dan Undang-Undang Nomor 17 4. Intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Intensifikasi
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara menjelaskan dan ekstensifikasi PAD ini diwujudkan dengan
bahwa uang didaerah yang belum terpakai bisa bagaimana kita menggali berbagai potensi-potensi
didepositokan sehingga dengan adanya landasan baru yang dapat menambah PAD dengan catatan
hukum yang membolehkan dan ada keinginan untuk tidak akan memberatkan bagi masyarakat. Sumber-
peningkatan PAD maka pemerintah daerah sudah sumber pajak yang selama ini belum terkelola
menyiapkan sumber daya untuk mengelolanya.. dengan baik akan di kelola dengan lebih baik.
Peningkatan PAD yang selama ini dianggap tidak Walaupun sumbernya kecil tetap akan digali sebagai
mencukupi untuk melaksanakan berbagai kegiatan sebuah sumber pedapatan bagi pemerintah daerah.
pembangunan di kabupaten Tanah Datar yang selama Misalnya pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame,
ini banyak di suplai dari pusat. Namun dibalik itu tarif rumah sakit, kesehatan, tarif KTP dan tarif
ketika strategi ini dilaksanakan, ada kekhawatiran pasar.
bahwa dana tersebut akan menghambat berbagai
kegiatan pembangunan yang ada di kabupaten Tanah Strategi-strategi tersebut telah mampu mening-
Datar. Hal ini sangat beralasan karena giro atau katkan pendapatan asli daerah di tanah datar. Hal ini
deposito memiliki jangka waktu yang telah ditentukan sangat erat kaitannya dengan jumlah bunga bank yang
untuk mencairkannya. Hal ini akan membuat saat ini cukup tinggi sehingga bisa memberikan masukan
pemerintah daerah lambat untuk mencairkan keuangan yang sangat banyak kepada pemerintah daerah.
berbagai dana yang dibutuhkan untuk pembangunan Namun ketika tingkat suku bunga kembali normal maka
tersebut. Namun kekwatiran itu sebenarnya bisa pendapatan dengan suku bunga tersebut akan stabil
diatasi karena secara umum semua kegiatan sudah juga. Pemerintah telah dengan bijak mengambil sebuah
dianggarkan akan tetapi belum dilaksanakan sehingga keputusan untuk mendepositokan dana yang ada sebelum
uangnya disimpan dulu, dan kalaupun kegiatan di cairkan, sehingga bunga yang mencapai 14% cukup
atau program akan dijalankan maka uangnya bisa berpengaruh dalam menambah PAD di Kabupaten
diambilkan sehingga tidak mengganggu kelancaran tersebut.
pembangunan daerah. Dengan demikian giro atau
deposito yang ditanamkan tidak akan mengganggu SIMPULAN
berbagai kegiatan pembangunan daerah, akan tetapi
membantu pemerintah daerah untuk menjalankan Asas umum penyelenggaraan keuangan daerah adalah
berbagai program yang ada dengan adanya tambahan pengelolaan keuangan dilakukan secara tertib, taat sesuai
dana yang cukup banyak. dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Mengubah status tabungan dari giro menjadi deposito. efisien, efektif dan transparan dan bertanggung jawab
Dengan pertimbangan akan mendapatkan bunga dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan.
yang lebih tingi. Karena bunga deposito lebih besar Untuk membiayai pembangunan daerah yang lebih
daripada bunga giro sehingga pemerintah daerah akan banyak maka diperlukanlah sumber-sumber keuangan
mendapat kelebihan dari tingkat suku bunga yang yang akan membiayainya. Kabupaten Tanah Datar adalah
lebih itu dengan perbandingan 1:2 (6% bunga giro salah satu kabupaten yang berhasil dalam hal pengelolaan
dan 12% Bunga Deposito). Dengan demikian secara keuangan daerah, sehingga mengalami peningkatan yang
lansung PAD akan meningkat. Dalam melakukan cukup signifikan, pencapaian ini terjadi;
penanaman deposito ini, pemerintah bertumpu pada 1. Meningkatkan pengawasan pada setiap pos
tingkat suku bunga yang paling tinggi artinya, bank penerimaan sehingga bisa mengurangi kebocoran
yang punya suku bunga yang paling tinggi akan penerimaan.
menjadi tempat deposito dari pemerintah. Jadi pada 2. Melakukan pendataan potensi sumber-sumber
prinsipnya Pemerintah daerah mencari tingkat suku penerimaan yang sudah ada maupun penggalian
bunga yang paling tinggi sehingga uang yang di potensi baru.
kas tadinya hanya dapat 6 %, ketika rekayasa atau 3. Menintensifkan pengihan dan peningkatan
didepositokan ada mencapai peningkatan mencapai monitoring.
14 %”. 4. Melaksanakan Cash Management.
3. Melakukan investasi di Bank-Bank dengan men-
dirikan Badan Usaha Investasi Daerah. Pada dasarnya Artikel yang ditulis ini, belum bisa disimpulkan bahwa
ini dilakukan dengan penanaman modal diberbagai pengelolaan keuangan yang dilakukan di Tanah Datar

268
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 3 Nopember 2016 : 261 - 269

tersebut adalah pengelolaan keuangan daerah yang Bahl, Roy, 1999. Intergovermental Transfer in
terbaik, karena belum ada penelitian ataupun tulisan Developing and Transition Countries:
menulis tentang pengalaman yang lebih jauh di daerah- Principles and Practise, Draft, January 19,
daerah lainnya. Namun penulis bisa melihat bahwa 1999
pengelolaan keuangan daerah seperti yang dilakukan
Bird Richard M., dan Vaillancourt, Francois (Eds),
oleh kabupaten Tanah Datar tersebut telah mampu
2000, Desentralisasi Fiskal di Negara-Negara
meningkatkan PAD Tanah Datar dengan sumber daya
sedang Berkembang, Jakarta: PT. Gramedia
alam yang cukup minim. Walupun Cash Management
Pustaka Utama.
yang menjadi andalan Kabupaten Tanah Datar dalam
meningkatkan PAD-nya ternyata banyak menyisakan Departemen Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah
masalah yang tentu saja berpengaruh terhadap masya- Republik Indonesia, 2000: Himpunan
rakat disana. Peraturan Pemerintah
Namun bisa melihat bahwa itu adalah pilihan yang sangat Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan
sulit bagi pemerintah di daerah tersebut. Sumberdaya Daerah. Yogyakarta : Andi Offset.
alam serta tingkat ekonomi masyarakat yang belum
mapan menyebabkan pendapatan daerah dari bidang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58
konvensional tidak mencukupi untuk memenuhi kebu- Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
tuhan daerah. Sedangkan upaya untuk menaikkan pajak, Daerah
PBB, retribusi dan pungutan-pungutan lainnya pasti Republik Indonesia, Undang-undang Otonomi Daerah
akan menyebabkan masyarakat kesulitan dan gairah No. 32 Tahun 2004, Bandung: Penerbit Citra
perekonomian akan berkurang. Sehingga pengelolaan Umbara
kas daerah adalah salah satu pilihan dengan dampak
yang tidak terlalu besar bagi perekonomian masyarakat. Republik Indonesia, Undang-undang Otonomi Daerah
Walaupun akan sedikit mengganggu kelancaran per- 1999, Bandung: Penerbit Citra Umbara.
edaran keuangan daerah. Namun itu adalah kenyataan Republik Indonesia, Undang-undang Perimbangan
yang harus dihadapi oleh pemerintah Tanah Datar dan Keuangan Pusat Dan Daerah 1999, Bandung:
cash management dianggap tepat untuk menyelesaikan Penerbit Citra Umbara
masalah tersebut.
Republik Indonesia, Undang-undang Perimbangan
Dengan demikian dapat disimpulkan strategi ini
Keuangan Pusat Dan Daerah No. 33 Tahun
cukup baik terutama bagi daerah yang minim sumber-
2004, Bandung: Penerbit Citra Umbara
daya alam sehingga bidang konvensional tidak dapat
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan daerah. Sidik, Machfud, 2002, Format Hubungan Keuangan
Namun perlu dicarikan strategi lain yang lebih tepat, Pemerintah Pusat dan Daerah yang Mengacu
dimana kebutuhan akan meningkatnya PAD bisa pada Pencapaian Tujuan Nasional, Jakarta:
terpenuhi, tetapi tidak menyusahkan rakyat dan tidak Seminar Nasional “Public Sector Scorecard”.
memperlambat perekonomian daerah. Supriady, Deddy, Dadang Solohin, 2003, Otonomi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA PT. Gramedia Pustaka Utama

Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik Widodo, Djoko. 2001, Good Goverrnance, Telaah
Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol
Jakarta: Salemba Empat. Birokrasi pada Era Desentralisasi dan
Otonomi Daerah. Surabaya, Insan Cendekia.
Badan Perencanaan Nasional dan Departemen Dalam
Negeri. 2002 Buku Pedoman Penguatan Yani, Ahmad. 2008, Hubungan Keuangan
Pengamanan Program Pembangunan Daerah. antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Jakarta. di  Indonesia.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

269

Anda mungkin juga menyukai