Anda di halaman 1dari 184

MODUL FILSAFAT

DOSEN : DR. FATHURRAHMAN MUHTAR

FAKULTAS TARBIYAH
P
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
INSTITUTUNIVERSITAS
AGAMA ISLAM
ISLAM (IAIH)
NEGERI PANCOR
MATARAM
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
UNIVERSITA ISLAM NEGERI MATARAM
2020
Modul 1
Pengertian, objek, dan karakteristik filsafat

Pengantar

Modul ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak


terpisahkan dari mata kuliah filsafat. Dalam modul ini diuraikan
tentang pengertian filsafat dan kegiatan kefilsafatan yang tidak
lain adalah perenungan kefilsafatan.
Pengertian filsafat dapat dilihat dari asal katanya, namun
dari kata asal katanya yang singkat tersebut belum
menggambarkan hakekat filsafat yang sesungguhnya.
Pengertian filsafat yang diterangkan dalam literatur asing tidak
secara gamblang menyebutkan apa yang dimaksud dengan
filsafat tersebut. Menggunakan pendapat para ahli filsafat untuk
memahami pengertian filsafat juga akan bermuara kepada
berbagai pendapat yang bermacam ragam rumusannya.
Pendapat Plato tentang pengertian filsafat berbeda dengan
pendapat Aristoteles.

B. Standar Kompetensi

Memahami pengertian, kegiatan, metoda, serta pandangan-


pandangan kefilsafatan.

C. Kompetensi Dasar

Mengetahui pengertian, obyek formal dan material dan metode


filsafat.
D. Tujuan Pembelajaran
1
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat menurut asal
kata dan para ahli

1. Mahasiswa dapat menguraikan tentang pengertian filsafat


2. Mahasiswa dapat menguraikan obyek formal dan material
filsafat
3. Mahasiswa dapat menguraikan metode filsafat.

E. Kegiatan Belajar 1 :

1. PENGERTIAN FILSAFAT

Sebagian pendapat mengatakan bahwa orang harus


berfilsafat. Sehingga untuk dapat berfilsafat, terlebih
dahulu orang harus mengetahui apa yang disebut dengan
filsafat. Sesungguhnya, istilah “filsafat” merupakan suatu
istilah dari bahasa Arab yang terkait dengan istilah dari
bahasa Yunani, yaitu: Filosofia.1
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin
tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-
ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupam,
mati dan Tuhan, benar atau salah, keindahan atau
kejelekan dan sebagainya. Tentu saja ide terbut kita
peroleh dengan bermacam-macam cara dan mungkin pula
ide-ide tersebut adalah dalam keadaan kabur atau tidak
jelas. Pada tahun-tahun pertama dari kehidupan kita,
teman-teman atau bermacam-macam peroranmgan atau
golongan. Sikap-sikap tersebut dapat juga dipengaruhi

1
I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1990, halaman
1.

2
oleh pertunjukan film, televisi, musik atau buku-buku.
Sikap tersebut mungkin juga merupakan hasil pemikiran
kita, tetapi mungkin juga hasil dari dasar yang
konvensional atau emosional. Gambaran filsafat yang
luas, umum dan faham orang awam (common sense)
tidak cukup untuk maksud-maksud kita, karena tidak
melukiskan pekerjaan atau tugas dari ahli filsafat. Kita
perlu memberikan definisi filsafat secara spesifik, sebab
pandangan yang luas adalah kabur, terbaur dan dangkal.
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau
philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman
praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut
Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian
pencinta kebijaksanaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang
dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal
dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang
memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga
memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri

3
mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan.
Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai ukuran
realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam
kesimpulan mereka. Sehingga kata sofis mengalami
reduksi makna yaitu berpikir yang menyesatkan. Socrates
karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari
pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya
disebut dengan seorang sofis (cendekiawan). Oleh karena
itu istilah filosof tidak pakai orang sebelum Socrates.
Menurut sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah
orang yang pertama kali memakai kata philosophia. Ketika
beliau ditanya, apakah ia sebagai orang yang bijaksana.
Pythagoras denga rendah hati menyebut bahwa dirinya
sebagai philosophos, yaitu pencinta kebijaksanaan (lover
of wisdom).(Tim penyusun Filsafat UGM, 1997: 11)
Sesungguhnya, istilah “filsafat” merupakan suatu istilah
dari bahasa Arab yang terkait dengan istilah dari bahasa
Yunani, yaitu: Filosofia.2
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi
filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan
filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu
pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu
pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan
2
I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1990, halaman
1.

4
matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika.
Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2)
urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk
memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan
kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan
sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah
berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan
mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan
mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan
apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan
demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik
tertentu.
Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan
sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika
ketika seseorang menanyakan pengertian
(defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang
bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling
tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira
merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan
yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-
proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah

5
dialektika. Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan
merupakan sebuah bentuk daripada dialog.
Terdapat berbagai macam definisi tentang filsafat,
berikut ada lima definisi filsafat adalah sebagai berikut :
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis. Definisi tersebut merupakan arti yang
informal tentang filsafat atau kata-kata “mempunyai
filsafat”. Biasanya kalau seseorang berkata: “filsafat
saya adalah.....”, ia menunjukkan sikapnya yang
informal terhadap apa yang dibicarakan.
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari
“berfilsafat”. Dua arti filsafat,’memiliki dan melakukan”,
tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu dari lainnya;
oleh karena itu jika kita tidak memiliki suatu filsafat
dalam arti yang formal dan personal, kita tidak akan
dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan reflektif
(reflective sense).
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan. Filsafat berusaha untuk
mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan
pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi
pandangan yang konsisten tentang alam. Seorang ahli

6
filsafat ingin melihat kehidupan, tidak dengan
pandangan seorang saintis seorang pengusaha atau
seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang
menyeluruh dari seseorang yang memahami hidup
sebagai keseluruhan.
4) Filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa
serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Memang
ini merupakan suatu fungsi filsafat. Hampir semua ahli
filsafat telah memakai metode analisis serta berusaha
untuk menjelaskan arti istilah-istilah dan pemakaian
bahasa.
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang
langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Filsafat
mendorong penyelidikannya sampai pada soal-soal
yang paling mendalam dari eksistensi manusia.
Sebagian dari soal-soal filsafat pada zaman dahulu
telah terjawab dengan jawaban yang memuaskan
kebanyakan ahli filsafat.
Filsafat memiliki sedikitnya tiga sifat pokok, yaitu:
menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.3 Menyeluruh,
artinya cara berfikir filsafat tidak sempit, dari sudut
pandang ilmu itu sendiri (fragmentaris atau sektoral),
senantiasa melihat persoalan dari tiap sudut yang ada.
3
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1998.

7
Mendasar, artinya bahwa untuk dapat menganalisa suatu
persoalan bukanlah pekerjaan yang mudah, mengingat
pertanyaan-pertanyaan yang dibahas berada di luar
jangkauan “ilmu biasa”.
Untuk itu, ciri ketiga dari filsafat yang berperan,
yaitu spekulatif. Langkah-langkah spekulatif yang
dijalankan oleh filsafat tidak boleh sembarangan, tetapi
harus memiliki dasar-dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Di samping ketiga ciri filsafat tersebut di atas, ada
ciri lain yang perlu ditambahkan, yaitu sifat refleksif kritis
dari filsafat.4 Refleksi berarti pengendapan dari pemikiran
yang dilakukan secara berulang-ulang dan mendalam
(contemplation). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan yang lebih jauh lagi dan
dilakukan secara terus-menerus. Kritis berarti analisis
yang dibuat filsafat tidak berhenti pada fakta saja,
melainkan analisis nilai. Sebab, jika yang dianalisis hanya
fakta saja, maka subjek (manusia) tersebut baru
melakukan observasi, dan hasilnya ialah gejala-gejala
semata. Lain halnya, jika yang dianalisis nilai, maka
hasilnya bukan gejala-gejala melainkan hakikat.
Ada beberapa sarjana penulis filsafat yang
mengemukakan pendapatnya tentang filsafat, antara lain:

4
Darji Darmodiharjo & Shidarta, Op. Cit., halaman 7.

8
a. Plato : filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
b. Aristoteles : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-
ilmu matematika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.
c. Al Farabi : Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang
alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.
d. Descartes : Filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.
e. Immanuel Kant : Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang tercakup di dalam empat persoalan,
yaitu metafisika, etika, agama, dan antropologi.5

Dari perumusan filsafat sebagaimana


dikemukakan oleh para penulis filsafat tersebut dapat
ditarik intisarinya bahwa filsafat merupakan karya manusia
tentang hakikat sesuatu.
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa
filsafat dapat diartikan sebagai ilmu, meskipun demikian
antara filsafat dengan keseluruhan ilmu yang bertemu
pada obyek materia (segala yang ada dan mungkin ada)
tetap berbeda, karena perbedaan itu terletak pada obyek
formanya.
Tentu saja perbedaan itu tidak berlaku pada
kedudukan filsafat dengan agama, karena agama
merupakan sesuatu yang ada, sehingga agama juga

5
Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, halaman 5.

9
masuk ke dalam lingkungan filsafat, dari sini muncul apa
yang dinamakan filsafat agama.
Dalam agama ada beberapa hal penting yang
diselidiki oleh filsafat, misalnya: Tuhan, kebajikan, baik
dan buruk, dan sebagainya, karena hal-hal tersebut ada
atau paling tidak mungkin ada, namun antara filsafat dan
agama memiliki dasar penyelidikan yang berbeda. Di satu
sisi, sudut pandang penyelidikan agama didasarkan atas
wahyu Tuhan atau firman Tuhan. Pada agama, kebenaran
tergantung kepada diwahyukan atau tidak. Yang
diwahyukan Tuhan harus dipercayai, oleh akrena itu
agama ada dan disebut kepercayaan.
Di sisi lain, kebenaran diterima oleh filsafat bukan
karena kepercayaan, melainkan diterima dengan
penyelidikan sendiri, pikiran belaka. Filsafat tidak
mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi tidak
mendasarkan penyelidikannya atas wahyu. Dengan kata
lain, filsafat berdasarkan pikiran belaka, sedangkan
agama berdasarkan wahyu.
Pengertian filsafat

2. OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL


FILSAFAT

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun tidak


dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan itu adalah
10
ilmu. Kumpulan pengetahuan untuk dapat disebut ilmu
harus memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang
dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.
Setiap bidang ilmu, baik ilmu khusus maupun ilmu filsafat,
harus mempunyai dua macam objek tersebut.
Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan
sasaran pemikiran (gegenstand). Sesuatu hal yang
diselidiki, atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material
mencakup apa saja, baik hal-hal yang konkret, misalnya
manusia, tumbuhan, dan batu maupun hal-hal yang
abstrak, misalnya ide-ide, nilai-nilai dan kerohanian. Objek
formal adalah cara memandang atau cara meninjau yang
dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek
meterialnya, serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan
suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama dibedakannya dari
bidang-bidang lain. Satu objek meterial dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu
yang berbeda-beda. Misalnya objek materialnya adalah
manusia dan manusia ini ditinjau dari berbagai sudut
pandangan sehingga ada beberapa ilmu yang
mempelajari manusia, di antaranya psikologi, antropologi
dan sosiologi.
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang
ada dan mungkin ada, dengan kata lain objek filsafat itu

11
ada. Adapun ada ini dapat ditinjau atau dilihat dari
berbagai penjuru sudut pandang, sehingga muncul
bermacam-macam bagian filsafat. Pembagian filsafat
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu:
a. Berdasarkan Objek, yang dibedakan menjadi dua:
1) Filsafat Umum (Ada-Umum):
Pada filsafat umum, ada mungkin dipandang dari
sudut keumumannya. Segala sesuatunya itu ada. Dalam
realitas, terdapat bermacam-macam hal, yang semuanya
mungkin ditangkap dalam adanya. Oleh karena itu,
terdapat ada yang bermacam-macam dan ada-umum.
Ada menjadi dasar dari segala yang ada, misalnya sifat-
sifatnya, sehingga filsafat ada-umum disebut Ontologia
atau Metaphysica generalis.
2) Filsafat Khusus (Ada-Khusus):
Dalam filsafat khusus (ada-khusus), ada dipandang
dari sudut pandang tertentu yang lain dari umum. Oleh
karena itu sudut pandang tersebut banyak macamnya,
sehingga memunculkan filsaft bagian yang bermacam-
macam pula, yang terdiri dari:

a) Theodicea (Ada-Mutlak):
Kekhususan dari ada itu mungkin terdapat dalam
mutlaknya. Padahal di dunia terdapat ada yang tidak
mutlak. Jadi, apabila nanti terdapat ada yang mutlak,
maka harus diselidiki sifat-sifatnya, kemampuannya, dan
12
hubungannya dengan ada-khusus-tak mutlak. Dengan
demikian, filsafat yang mempersoalkan ada-mutlak
disebut filsafat ada-mutlak, yang lazim disebut sebagai
Theodicea.

b) Ada-Tidak-Mutlak:
Di samping ada-mutlak terdapat ada-tidak mutlak.
Pada ada-tidak mutlak terdapat banyak macamnya ke
golongan ini yang harus diselidiki oleh filsafat darti sudut
pandang tertentu, yang hendak dicari sebabnya yang
terakhir atau sebab yang sedalam-dalamnya, yang dapat
dibagi-bagi lagi ke dalam:

1)) Filsafat Alam (Cosmologia):

Alam semesta dan isinya merupakan ada yang tidak


harus ada, sehingga dapat disebut sebagai ada-tidak
mutlak. Alam dicari intinya oleh filsafat inti alam itu,
apakah sebenarnya itu, apakah isi alam pada umumnya,
dan apakah hubungannya satu dengan yang lain serta
hubungannya dengan ada-mutlak, dengan demikian
filsafat alam disebut kosmologia.

2)) Manusia:

Alam merupakan ada-tidak mutlak, karena ada-


nya tidak dengan niscaya. Segala isi alam mungkin lenyap
dan pernah tidak ada, namun alam mempunyai

13
kedudukan yang istimewa yang menyelidiki semuanya,
yaitu: manusia, yang dapat dibagi lagi ke dalam tiga
kelompok sebagaimana diuraikan dalam uraian di bawah
ini: a)) Filsafat Manusia (Anthropologia-Metaphysika):

Dengan sendirinya, kekhususan ada-tidak mutlak


merupakan manusia yang mempunyai kemanusiaan yang
tercakup di dalamnya soal-soal tentang manusia, seperti:
apakah manusia itu sebenarnya, apakah hubungannya
satu sama lain, apakah kemampuan-kemampuannya, apa
pendorong hidupnya, apa sifat-sifat pendorong hidup itu,
dan lain-lain. Sehingga filsafatnya disebut filsafat
manusia atau anthropologia metphysica.

b)) Filsafat Tingkah Laku (Ethica):

Pada filsafat tingkah laku (ethica) yang diselidiki


adalah tindakan-tindakan manusia, yang terdorong oleh
kehendaknya dan diternagi budinya. Tindakan manusia
sendiri dapat dibedakan lagi menjadi tindakan yang baik
atau buruk sehingga untuk menilai tindakan tersebut
diperlukan tolok ukur yang terdiri dari norma (aturan)
subyektif maupun yang obyektif (terlepas dari subyek
yang menilai) dan ini dilakukan dalam ethica atau filsafat
tingkah laku

c)) Filsafat Budi (Logika):

14
Untuk melakukan penyelidikan, manusia
memerlukan alat penyelidikan yang disebut budi yang
harus diselidiki, sebab tanpa budi tidak akan ada
penyelidikan. Oleh karena itu dicari jawabannya mengenai
persoalan-persoalan sebagai berikut: adakah manusia
mempunyai budi dan akal, dapatkah budi mencapai
kebenaran? Dari sini timbul persoalan baru: apakah
kebenaran itu, sampai di mana kebenaran itu dapat
dicapai budi, seluruh kebenaran ataukah hanya sebagian
saja? Dengan kata lain, seluruh isi budi diselidiki oleh
filsafat yang disebut filsafat budi (logika). Namun, dalam
bekerjanya budi, ia harus mentaati aturan-aturan yang
ada, seperti: pengertian, jalan pikiran, serta putusan-
putusan. Penyelidikan tentang bahan dan aturan berfikir
merupakan bagian dari logika dan disebut logika minor.
Sedangkan penyelidikan terhadap isi berfikir disebut
logika mayor.

b. Pembagian filsafat berdasarkan Subjek:

Selain pembagian filsafat berdasarkan objek,


dalam filsafat juga dikenal pembagian filsafat berdasarkan
subjek, karena dalam filsafat tentu ada yang berfilsafat,
dan itu dilakukan oleh subjeknya, yaitu manusia, sehingga
perlu dikenali pembagian filsafat menurut subjeknya,
yang terdiri dari 3 (tiga) bidang, yaitu:

15
1) Soal Tahu (Pengetahuan):
Soal pengetahuan ada 2 macam menurut sifatnya,
yaitu pengetahuan bermacam-macam yang tidak tetap
dan pengeatahuan yang berlaku umum, yang tidak
beruba-ubah dan tetap satu macam. Dari sini timbul
persoalan menganai: bagaimanakah cara mencapai
pengetahuan itu? Adakah bawaan yang dibekalkan
kepada manusia waktu lahir ataukah itu hasil dari usaha
kemampuan yang ada padanya dan merupakan
pengambilan dari objek yang dikenalnya itu. Mungkinkah
itu hanya gambaran samar-samar atau nama-nama
belaka yang tidak ada hubungannya dengan realitas?
Tentu saja semua pertanyaan tersebut harus dijawab
sebagian oleh Logika dan sebagian oleh Anthropologia.

2) Soal Ada:
Orang berfikir tentu ada. Sehingga, jika ia tidak ada
maka dia tidak berfikir. Oleh karena itu, timbul pertanyaan-
pertanyaan tentang ada yang memiliki bermacam-macam
sudut pandang, dan ini dijawab oleh filsafat tentang ada
(ontologia, theodicea, kosmologia, dan
anthropologia).

3) Soal Pernilaian:
Dalam berfikir dan mengadakan putusan, setiap orang
akan memiliki pernialaian yang berbeda dan saling

16
bertentangan, misalnya: ada yang tinggi dan rendah, baik
lawan buruk, indah lawan jelek, dan sebagainya. Tentu
saja untuk melakukan pernilaian harus ada tolok ukurnya
(kriteria), sehingga timbul pertanyaan seperti: apakah
sebetulnya nilai itu dan lebih-lebih dalam tingkah laku
manusia, apakah yang dipakai ukuran untuk menentukan
baik buruknya? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Ethica.

3. METODOLOGI FILSAFAT
Filsafat dimulai dengan rasa heran, bertanya dan
memikir tentang asumsi-asumsi yang fundamental, maka
diperlukan untuk meneliti bagaimana filsafat tidak dapat
dipecahkan dengan sekedar mengumpulkan fakta-fakta.
Jadi bagaimanakah filsafat itu memecahkan problema-
problema yang ditimbulkan?apakah metode yang dipakai
oleh oleh filsafat?.
Telah didefinisikan bahwa filsafat sebagai proses
pemikiraan dan kritik terhadap kepercayaan yang
dijunjung tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode
dasar untuk penyelidikan filsafat adalah metode dialektika.
Filsafat berlangsung dengan mengikuti dialektika
argumentasi. Apakah arti dialektik? Istilah dialektik
menunjukkan proses berfikir yang berasal dari socrates.
Jika seorang peminat filsafat membaca salah satu dari
dialog karangan plato, ia akan menemukan bahwa
17
socrates adalah pemegang peran yang terpenting. Dalam
dialog-dialog tersebut Socrates memakai metode dialektik.
Ia melibatkan diri dalam argumentasi, dalam analisis yang
tidak kenal lelah tentang apa saja. Socrates yakin bahwa
cara yang palin baik untuk mendapatkan pengetahuan
yang diandalkan adalah dengan melakukan pembicaraan
yang teratur (disiplined conversation) dengan memainkan
peranan seorang “intlectual midwife” (orang yang
memberikan dorongan/rangsangan kepada seseorang
untuk melahirkan pengetahuan yang terpendam dalam
pikirannya). Metode yang digunakan Socrates dinamakan
metode dialektik. Ini akan nampak sebagai suatu teknik
yang sederhana. Dimulai dengan diskisi tentang aspek-
aspek yang biasa diterima tentang suatu problema.
Proses dialektik adalah dialog antara dua pendirian yang
bertentangan. Socrates dan filosof-filosof yang datang
kemudian berkeyakinan bahwa dengan proses dialog
dimana setiap peserta dalam pembicaraan akan terpaksa
untuk menjelaskan idenya. Hasil terakhir dari
pembicaraan tersebut akan merupakan pernyataan
tentang apa yang dimaksudkan. Yang penting adalah
bahwa dialektika itu merupakan perkembangan pemikiran
dengan memakai (interplay) antar ide.

Latihan 1

18
Jawablah latihan soal di bawah ini sesuai petunjuk!

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat, menurut asal


katanya?
2. Apakah pendapat Plato tentang pengertian filsafat?
3. Terangkan salah satu pengetahuan yang luhur seperti
yang dikemukakan Lao Tze!
4. Sebutkan contoh bahwa filsafat adalah ilmu tentang
kebenaran, seperti yang disebutkan oleh Aristoteles?

Rangkuman :

1. istilah “filsafat” merupakan suatu istilah dari bahasa Arab


yang terkait dengan istilah dari bahasa Yunani, yaitu:
Filosofia. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu
philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos
(cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan
shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
2. Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada
dan mungkin ada, dengan kata lain objek filsafat itu ada.
Selain pembagian filsafat berdasarkan objek, dalam
filsafat juga dikenal pembagian filsafat berdasarkan
subjek, karena dalam filsafat tentu ada yang berfilsafat,
dan itu dilakukan oleh subjeknya, yaitu manusia.
3. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode dasar untuk
penyelidikan filsafat adalah metode dialektika. Filsafat
berlangsung dengan mengikuti dialektika argumentasi.

19
Modul 2
Sejarah Perkembangan Filsafat Kuno
Pengantar

Pada bagian modul 2 ini akan menguraikan sejarah


perkembangan filsafat Kuno sebelum berkembangnya
pemikiran Socrates. Pada pembahasan ini akan menguraikan
tokoh-tokoh peletak dasar filsafat. Salah satu upaya untuk
memahami filsafat adalah dari kegiatan yang dilakukan para
ahli filsafat. Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman
keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki
kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada saat itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat
karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), tetapi menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis). Sikap ini menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern.

B. Standar Kompetensi

Memahami dan membedakan pemikiran tokoh-tokoh filsafat


kuno.
20
C. Kompetensi Dasar

Mengetahui karakteristik pemikiran tokoh-tokoh peletak dasar


filsafat.

D. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat menurut asal


kata dan para ahli

4. Mahasiswa dapat mengetahui tokoh filsafat kuno


5. Mahasiswa dapat menguraikan pemikiran-pemikiran
tokoh-tokoh filsafat.

E. Kegiatan Belajar 1 :

1. Thales

Thales

Thales

21
Nama: Thales dari Miletos
Lahir: 624–625 SM,
Meninggal: 547–546 SM,
Filsafat Ionian, Mazhab Miletos, Filsafat
Aliran/tradisi:
Alam
Minat utama: Etika, Metafisika, Matematika, Astronomi
Gagasan Air adalah prinsip dasar segala sesuatu,
penting: Teorema Thales
Astronomi Babilonia & Mesir Kuno
Dipengaruhi:
Matematika and Agama
Memengaruhi: Phytagoras, Anaximandros, Anaximenes

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah


filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran
Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan
segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan
berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan
gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos
melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah
seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi
hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang
pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli
geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan
Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam
Mazhab Miletos.
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai
pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan
melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles
mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali
memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena
itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam
(natural philosophy).
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan
tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi
Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana

22
untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang
segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan
berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf
Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke
Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan
membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur
piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat
mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales
menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya
gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales
dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari
catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak
747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat
militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga
pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.

Pemikiran

Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu

Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam


bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal,
pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam
semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa
ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam
segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah
bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang
dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa
menjadi berkurang.
Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi
terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu
kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

23
Pandangan tentang Jiwa

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya


memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup
tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini
disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada
magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu
menggerakkan besi.
Teorema Thales

Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan


apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu
seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales
berisi sebagai berikut:

Jika AC adalah sebuah diameter, maka sudut B adalah selalu


sudut siku-siku

Teorema Thales :

 1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh


diameternya.
 2. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki
adalah sama besar.

24
 3. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua
sudut yang saling berlawanan akan sama.
 4. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran
adalah sudut siku-siku.
 5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta
sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar
tersebut telah ditentukan.

Pandangan Politik

Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan


nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh
serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6
SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk
pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos
yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem
tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik
dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian,
Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan
tersentralisasi.

Referensi

1. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.


Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-23.
2. Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika.
Jakarta: Kencana. Hal. 71-75.
3. Linda Smith, William Raeper. 2000. Ide-Ide Filsafat dan
Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius. Hal 10-
11.
4. K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart:
Kanisius. Hal. 26-28.
5. Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In
The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing. P. 5-6.
6. Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology". In
The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A.
25
Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-
65.
7. Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London:
Penguin.
8. W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy
Volume 1. London: Cambridge University Press.
9. Kurt A. Raaflaur. 2005. "Poets, lawgivers, and the
beginnings of political reflection in archaic Greece". In The
Cambridge History of Greek and Roman Political Thought.
Cristopher Rowe (Ed.). P. 43.

2. Anaximandros

Anaximandros
Filsafat Barat
Filsafat Pra-Socratik

Anaximandros
Nama:
(Άναξίμανδρος)?

26
c. 610 SM,
Lahir:
{{{birth_place}}}
c. 546 SM,
Meninggal:
{{{death_place}}}
Filsafat Ionia, Mazhab
Aliran/tradisi:
Miletos, Filsafat Alam
Metafisika, Astronomi,
Minat utama:
geografi
Prinsip ''to apeiron''
Gagasan
sebagai prinsip dasar
penting:
segala sesuatu
Dipengaruhi: Thales dari Miletos
Anaximenes,
Memengaruhi:
Pythagoras

Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan


merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan
Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang
menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf
pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa.
Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen
yang masih tersimpan hingga kini.

Riwayat Hidup

Peta Bumi menurut Anaximandros

27
Menurut Apollodorus, seorang penulis Yunani kuno,
Anaximandros (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat
Olimpiade ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena
itu, diperkirakan Anaximandros lahir sekitar tahun 610 SM.
Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximandros meninggal
tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu
kematiannya diperkirakan pada tahun 546 SM.
Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximandros memiliki jasa-
jasa di dalam bidang astronomi dan geografi. Misalnya saja,
Anaximandros dikatakan sebagai orang yang pertama kali
membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat
dilihat ketika ia memimpin ekspedisi dari Miletos untuk
mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia di Laut Hitam.
Selain itu, Anaximandros telah menemukan, atau
mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana yang dinamakan
gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi
gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-
fenomena alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal
mula kehidupan, termasuk asal-mula manusia. Kendati ia lebih
muda 15 tahun dari Thales, namun ia meninggal dua tahun
sebelum gurunya itu.
Pemikiran

To Apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu

Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun


ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan
gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala
sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala
sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala
sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya.
Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga
air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu,
Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari
prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu
haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat

28
diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan bahwa
prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan
eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi
prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak
terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah
berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai
unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang
kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada
prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Pandangan tentang Alam Semesta

Gambaran Alam Semesta menurut Anaximandros


Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun
pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros,
dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang
terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang
dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari
yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah
yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin
itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut
berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah
matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi dikatakan
berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada
29
pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua
benda lain.
Mengenai bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi
melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu dijelaskan pula
mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa
bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena
berputar terus-menerus, maka berangsur-angsur bumi menjadi
kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut
pada bumi.
Pandangan tentang Makhluk Hidup

Mengenai terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros


berpendapat bahwa pada awalnya bumi diliputi air semata-
mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi
adalah hewan yang hidup dalam air, misalnya makhluk seperti
ikan. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang
mengering dan menjadi daratan. Di ditulah, mulai ada makhluk-
makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang di
darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang
menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi
manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal
kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik
ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan
kemudian menjadi manusia.

Referensi

1. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.


Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
2. Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London:
Penguin.
3. K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:
Kanisius. Hal. 28-31.
4. Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In
The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.

30
5. Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika.
Jakarta: Kencana. Hal. 75-77.
6. According to John Mansley Robinson, An Introduction to
Early Greek Philosophy, Houghton and Mifflin, 1968.
7. Charles H. Kahn. 1972. "Anaximander". In The
Encyclopedia of Philosophy Volume 1. Paul Edwards
(Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.

3. Anaximenes

Anaximenes dari Miletos

Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota


Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes
hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih
muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat
Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai
anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid,
dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf
Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa
yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.

Riwayat Hidup

Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui.


Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan
tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM. Ia
31
diketahui lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu buku,
dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih
tersimpan hingga kini.

Pemikiran

Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu


Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros
tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana
menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang
metafisik dengan yang fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak
lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar
segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik
yakni udara.
Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran
Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua
hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu,
Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar
segala sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh
benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk
lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip
"pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction.
Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-
turut angin, air, tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila
udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api.
Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh
kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan
uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari
kombinasi perubahan udara.

Tentang Alam Semesta

Pembentukan alam semesta menurut Anaximenes adalah dari


proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk
air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes,
berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja.
Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun
melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang,

32
dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi.
Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di
langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi.
Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya
yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak
terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi
di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka
mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan
fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
Tentang Jiwa

Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja.


Buktinya, manusia perlu bernafas untuk mempertahankan
hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga
segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan
yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga kelangsungan
jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan
persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raya
berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara.
Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang
mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema
yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani. Akan
tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut
di dalam pemikiran filsafatnya.

Referensi

1. K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart:


Kanisius. Hal. 31-33.
2. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.
3. P. Diamandopoulos. 1972. "Anaximenes". In The
Encyclopedia of Philosophy Volume 1. Paul Edwards
(Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.
4. W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy
Volume 1. London: Cambridge University Press.

33
5. Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology". In
The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A.
Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-
65.
6. Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In
The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.

Pythagoras

Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani:


Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani
yang paling dikenal melalui teoremanya. Pythagoras
[Samos, 582 - 500 BC] [Sámos, 582-500 SM]

Siapa saja yang dapat mengingat kelas matematika akan


mengingat pelajaran pertama geometri pesawat yang biasanya
mulai dengan teorema Pythagoras tentang segitiga siku-siku: a
² + b ² = c ². Terlepas dari namanya, teorema Pythagoras tidak
ditemukan oleh Pythagoras. Perumusan awal dikenal teorema
itu ditulis oleh Baudhāyana matematikawan India di 800BC.
Prinsip ini juga dikenal dengan sebelumnya Mesir dan
Babilonia menguasai pembangun. Namun, Pythagoras
mungkin telah membuktikan teorema dan dipopulerkan di dunia
Yunani.. Dengan itu, namanya dan filsafatnya telah selamat
dari pergolakan sejarah.
Pengikut langsung-Nya sangat dipengaruhi oleh dia, dan
bahkan sampai hari ini Pythagoras bersinar melalui kabut usia
34
sebagai salah satu tokoh paling terang kuno Yunani awal.
Teorema Pythagoras sering dikutip sebagai awal dari
matematika dalam budaya Barat, dan sejak matematika-seni
demonstratif dan deduktif-penalaran memiliki pengaruh yang
besar pada filsafat Barat, yang dapat diamati ke Russell dan
Wittgenstein.
Pengaruh Pythagoras menemukan ekspresi dalam seni
rupa dan musik juga, terutama dalam arus kebangkitan dan
barok zaman. Jejak yang jauh jangkauannya gagasannya
belum lebih mengesankan jika kita mempertimbangkan bahwa
ia tidak meninggalkan tulisan-tulisan asli. Sebaliknya, semua
apa yang diketahui tentang Pythagoras diturunkan oleh
generasi filsuf dan historiographers, beberapa dari mereka,
seperti Heraclitus, menentang pandangan-
pandangannyaDalam terang ini luar biasa bahwa ajaran
Pythagoras bertahan relatif tidak terdistorsi sampai hari ini.
Pythagoras adalah penduduk asli pulau Samos. Selama
awal kehidupan, Samos diperintah oleh, Polycrates tiran kuat
yang tidak bermoral. Pythagoras tidak bersimpati dengan
pemerintah dan dengan demikian beremigrasi ke Croton di
Italia Selatan. Seperti kota-kota Yunani kuno di Ionia, Croton
adalah kota komersial berkembang yang hidup dari mengimpor
dan mengekspor barang. Jelas itu di Croton mana Pythagoras
dikembangkan sebagian besar ide-ide penting dan teori.

35
Pythagoras mendirikan sebuah masyarakat dari murid-
murid yang telah sangat berpengaruh untuk beberapa waktu.
Pria dan wanita di masyarakat yang diperlakukan sama-suatu
hal yang tidak biasa pada saat-dan semua properti diadakan di
umum. Anggota masyarakat dipraktekkan ajaran master,
sebuah agama ajaran yang mencakup perpindahan jiwa dan
dosa makan kacang-kacangan. Pengikut Pythagoras harus
mematuhi perintah agama yang ketat di mana ia dilarang
makan kacang-kacangan, menyentuh ayam putih, atau untuk
melihat ke dalam cermin di samping cahaya.
Jika semua ini tampaknya sedikit aneh, mungkin
membawa kita untuk menduga bahwa kepribadian Pythagoras
mencerminkan perpaduan yang tidak terpisahkan dari
kejeniusan dan kegilaan yang kita kaitkan dengan banyak
orang besar lainnya. Dikatakan bahwa setelah Pythagoras
sedang berjalan sebuah jalur di Croton ketika ia datang oleh
anjing yang dianiaya. Melihat hal ini ia mengangkat suaranya:
"Stop, jangan memukulnya!. Ini adalah jiwa dari seorang teman
Aku tahu ketika aku mendengar suaranya. "Spirits, hantu, jiwa,
dan transmigrasi adalah jelas hal-hal yang diyakini dalam-
dalam.
Ada oposisi jika tidak persaingan-di Yunani kuno antara
dewa-dewa Olympus dan para dewa yang lebih rendah dari
agama-agama yang lebih primitif. Pythagoras, tidak seperti
yang lain, diwujudkan contradistinctions dari dunia mistis dan

36
rasional, yang ditenun menjadi kepribadian dan filsafat. Dalam
benaknya, angka, roh, jiwa, dewa dan hubungan mistik antara
mereka membentuk satu gambar besar. Teks berikut
menceritakan legenda keberadaan sendiri:
"Dia pernah lahir sebagai Aethalides dan dianggap anak
Hermes. Hermes mengundangnya untuk memilih apa pun yang
ia inginkan, kecuali keabadian, maka dia bertanya itu, hidup
dan mati, ia harus ingat apa yang terjadi padanya. Dengan
demikian, dalam kehidupan ia ingat segalanya, dan ketika
meninggal ia mempertahankan kenangan yang sama. Dia
mengingat segala sesuatu - bagaimana dia pertama telah
Aethalides, maka Euphorbus, maka Hermotimus, maka Pirus,
nelayan Delian. Ketika Pirus meninggal, ia menjadi Pythagoras
"(Diogenes Laertius, Live dari filsuf, VIII 4-5).
Pythagoras percaya metempsychosis dan berpikir bahwa
makan daging adalah hal yang keji, dan mengatakan bahwa
jiwa semua hewan masuk hewan yang berbeda setelah
kematian. Dia sendiri pernah berkata bahwa ia teringat ini, di
zaman Trojan, Euphorbus, anak Panthus 'yang dibunuh oleh
Menelaus. Mereka mengatakan bahwa sekali ketika ia
menginap di Argos ia melihat sebuah perisai dari rampasan
Troy dipaku, dan menangis. Ketika Argives bertanya alasan
emosi, ia mengatakan bahwa ia sendiri telah melahirkan bahwa
perisai di Troy ketika dia Euphorbus.

37
Mereka tidak percaya dia dan dinilai dia menjadi gila, tapi
dia mengatakan akan memberikan tanda benar bahwa itu
memang terjadi: pada bagian dalam perisai ada telah tertulis
dalam EUPHORBUS huruf kuno. Karena sifat luar biasa dari
klaim mereka semua mendesak agar perisai diturunkan - dan
ternyata di bagian dalam prasasti itu ditemukan "(Diogenes
Laertius).
Setelah Pythagoras memperkenalkan ide kekambuhan
kekal ke dalam pemikiran Yunani, yang tampaknya didorong
oleh penelitian tentang kitab suci sebelumnya Mesir, ide itu
segera menjadi populer di Yunani. Itu adalah ambisi
Pythagoras untuk mengungkapkan dalam filsafatnya validitas
dan struktur tatanan yang lebih tinggi, dasar dari tatanan ilahi,
yang jiwa kembali dalam siklus konstan.
Bisa dikatakan bahwa Pythagoras melihat studi
matematika sebagai pembersih jiwa, sama seperti ia
menganggap musik sebagai pemurni. Pythagoras dan murid-
muridnya terhubung musik dengan matematika dan
menemukan bahwa interval antara catatan dapat dinyatakan
dalam angka. Mereka menemukan bahwa panjang string dari
alat musik sesuai dengan interval ini dan bahwa mereka dapat
dinyatakan dalam angkaRasio panjang dua string dengan yang
dua nada dari langkah oktaf diproduksi adalah 2:1.
Phitagoras Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia
memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan

38
ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan
ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan
kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah
teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat
hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui
sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan
pengamatan ini secara matematis.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala
sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan
merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur
dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika
disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Terdapat
legenda yang menyatakan bahwa ketika muridnya Hippasus
menemukan bahwa , hipotenusa dari segitiga siku-siku
sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah
bilangan irasional, murid-murid Pythagoras lainnya
memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat
membantah bukti yang diajukan Hippasus.

Rumus asli phytagoras

39
Membuktikan kebenarannya, di mulai dengan membuat
gambar sebuah persegi besar, kemudian gambarlah sebuah
persegi kecil di dalam persegi besar tersebut, seperti gambar
berikut:

Perhitungannya :
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 Luas segitiga
( b + a ) . ( b + a ) = c . c + 4 . 1/2 b.a

b2 + 2 b.a + a2 = c2 + 2 b.a

b2 + a2 = c2 + 2 b.a - 2 b.a

b2 + a2 = c2
Berdasarkan rumus tersebut terbukti bahwa sisi miring
sebuah segitiga siku - siku adalah akar dari jumlah kuadrat sisi
- sisi yang lain.

40
Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini :

1. Jelaskan ide-ide yang mendasari pemikiran Tales,


Anaximandor dan Anaximene.

Rangkuman
1. Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah
filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales,
pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu. Selain sebagai filsuf, Thales
juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik.
Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales
digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
2. Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos
dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya
dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos
yang menjadi perintis filsafat Barat.
3. Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota
Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros.
Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut,
kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di
dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan
Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos.

41
Modul 2
Sejarah Perkembangan Filsafat Kuno

Pengantar

Pada bagian modul 2 ini akan menguraikan sejarah


perkembangan filsafat Kuno sebelum berkembangnya
pemikiran Socrates. Pada pembahasan ini akan menguraikan
tokoh-tokoh peletak dasar filsafat. Salah satu upaya untuk
memahami filsafat adalah dari kegiatan yang dilakukan para
ahli filsafat. Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman
keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki
kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada saat itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat
karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), tetapi menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis). Sikap ini menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern.

B. Standar Kompetensi

Memahami dan membedakan pemikiran tokoh-tokoh filsafat


kuno.

C. Kompetensi Dasar

42
Mengetahui karakteristik pemikiran tokoh-tokoh peletak dasar
filsafat.

D. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat menurut asal


kata dan para ahli

6. Mahasiswa dapat mengetahui tokoh filsafat kuno


7. Mahasiswa dapat menguraikan pemikiran-pemikiran
tokoh-tokoh filsafat.

E. Kegiatan Belajar 1 :

2. Thales

Thales

Thales
Nama: Thales dari Miletos
Lahir: 624–625 SM,
43
Meninggal: 547–546 SM,
Filsafat Ionian, Mazhab Miletos, Filsafat
Aliran/tradisi:
Alam
Minat utama: Etika, Metafisika, Matematika, Astronomi
Gagasan Air adalah prinsip dasar segala sesuatu,
penting: Teorema Thales
Astronomi Babilonia & Mesir Kuno
Dipengaruhi:
Matematika and Agama
Memengaruhi: Phytagoras, Anaximandros, Anaximenes

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah


filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran
Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan
segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan
berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan
gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos
melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah
seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi
hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang
pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli
geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan
Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam
Mazhab Miletos.
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai
pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan
melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles
mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali
memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena
itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam
(natural philosophy).
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan
tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi
Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana
untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang
segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan

44
berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf
Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke
Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan
membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur
piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat
mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales
menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya
gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales
dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari
catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak
747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat
militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga
pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.

Pemikiran

Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu

Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam


bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal,
pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam
semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa
ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam
segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah
bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang
dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa
menjadi berkurang.
Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi
terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu
kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

Pandangan tentang Jiwa

45
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya
memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup
tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini
disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada
magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu
menggerakkan besi.

Teorema Thales

Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan


apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu
seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales
berisi sebagai berikut:

Jika AC adalah sebuah diameter, maka sudut B adalah selalu


sudut siku-siku

Teorema Thales :

 1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh


diameternya.
 2. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki
adalah sama besar.
 3. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua
sudut yang saling berlawanan akan sama.

46
 4. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran
adalah sudut siku-siku.
 5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta
sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar
tersebut telah ditentukan.
Pandangan Politik

Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan


nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh
serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6
SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk
pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos
yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem
tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik
dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian,
Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan
tersentralisasi.

Referensi

2. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.


Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-23.
3. Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika.
Jakarta: Kencana. Hal. 71-75.
4. Linda Smith, William Raeper. 2000. Ide-Ide Filsafat dan
Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius. Hal 10-
11.
5. K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart:
Kanisius. Hal. 26-28.
6. Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In
The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing. P. 5-6.
7. Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology". In
The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A.
Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-
65.
47
8. Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London:
Penguin.
9. W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy
Volume 1. London: Cambridge University Press.
10. Kurt A. Raaflaur. 2005. "Poets, lawgivers, and the
beginnings of political reflection in archaic Greece". In The
Cambridge History of Greek and Roman Political Thought.
Cristopher Rowe (Ed.). P. 43.

3. Anaximandros

Anaximandros
Filsafat Barat
Filsafat Pra-Socratik

Anaximandros
Nama:
(Άναξίμανδρος)?
c. 610 SM,
Lahir:
{{{birth_place}}}

48
c. 546 SM,
Meninggal:
{{{death_place}}}
Filsafat Ionia, Mazhab
Aliran/tradisi:
Miletos, Filsafat Alam
Metafisika, Astronomi,
Minat utama:
geografi
Prinsip ''to apeiron''
Gagasan
sebagai prinsip dasar
penting:
segala sesuatu
Dipengaruhi: Thales dari Miletos
Anaximenes,
Memengaruhi:
Pythagoras

Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan


merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan
Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang
menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf
pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa.
Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen
yang masih tersimpan hingga kini.

Riwayat Hidup

Peta Bumi menurut Anaximandros

49
Menurut Apollodorus, seorang penulis Yunani kuno,
Anaximandros (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat
Olimpiade ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena
itu, diperkirakan Anaximandros lahir sekitar tahun 610 SM.
Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximandros meninggal
tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu
kematiannya diperkirakan pada tahun 546 SM.
Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximandros memiliki jasa-
jasa di dalam bidang astronomi dan geografi. Misalnya saja,
Anaximandros dikatakan sebagai orang yang pertama kali
membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat
dilihat ketika ia memimpin ekspedisi dari Miletos untuk
mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia di Laut Hitam.
Selain itu, Anaximandros telah menemukan, atau
mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana yang dinamakan
gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi
gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-
fenomena alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal
mula kehidupan, termasuk asal-mula manusia. Kendati ia lebih
muda 15 tahun dari Thales, namun ia meninggal dua tahun
sebelum gurunya itu.

Pemikiran

To Apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu

Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun


ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan
gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala
sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala
sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala
sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya.
Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga
air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu,
Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari
prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu
haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat

50
diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan bahwa
prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan
eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi
prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak
terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah
berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai
unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang
kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada
prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Pandangan tentang Alam Semesta

Gambaran Alam Semesta menurut Anaximandros


Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun
pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros,
dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang
terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang
dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari
yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah
yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin
itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut
berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah
matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi dikatakan
berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada
51
pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua
benda lain.
Mengenai bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi
melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu dijelaskan pula
mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa
bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena
berputar terus-menerus, maka berangsur-angsur bumi menjadi
kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut
pada bumi.
Pandangan tentang Makhluk Hidup

Mengenai terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros


berpendapat bahwa pada awalnya bumi diliputi air semata-
mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi
adalah hewan yang hidup dalam air, misalnya makhluk seperti
ikan. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang
mengering dan menjadi daratan. Di ditulah, mulai ada makhluk-
makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang di
darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang
menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi
manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal
kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik
ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan
kemudian menjadi manusia.

Referensi

8. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.


Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
9. Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London:
Penguin.
10. K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-31.
11. Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy".
In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.

52
12. Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan
Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 75-77.
13. According to John Mansley Robinson, An
Introduction to Early Greek Philosophy, Houghton and
Mifflin, 1968.
14. Charles H. Kahn. 1972. "Anaximander". In The
Encyclopedia of Philosophy Volume 1. Paul Edwards
(Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.

3. Anaximenes

Anaximenes dari Miletos


Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota
Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes
hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih
muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat
Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai
anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid,
dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf
Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa
yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.
Riwayat Hidup

Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui.


Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan
53
tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM. Ia
diketahui lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu buku,
dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih
tersimpan hingga kini.

Pemikiran

Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu


Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros
tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana
menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang
metafisik dengan yang fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak
lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar
segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik
yakni udara.
Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran
Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua
hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu,
Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar
segala sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh
benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk
lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip
"pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction.
Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-
turut angin, air, tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila
udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api.
Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh
kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan
uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari
kombinasi perubahan udara.

Tentang Alam Semesta

Pembentukan alam semesta menurut Anaximenes adalah dari


proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk
air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes,
berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja.
Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun

54
melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang,
dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi.
Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di
langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi.
Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya
yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak
terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi
di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka
mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan
fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
Tentang Jiwa

Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja.


Buktinya, manusia perlu bernafas untuk mempertahankan
hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga
segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan
yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga kelangsungan
jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan
persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raya
berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara.
Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang
mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema
yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani. Akan
tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut
di dalam pemikiran filsafatnya.

Referensi

7. K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart:


Kanisius. Hal. 31-33.
8. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.
9. P. Diamandopoulos. 1972. "Anaximenes". In The
Encyclopedia of Philosophy Volume 1. Paul Edwards
(Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.
10. W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy
Volume 1. London: Cambridge University Press.

55
11. Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology".
In The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A.
Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-
65.
12. Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy".
In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.

Pythagoras

Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani:


Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani
yang paling dikenal melalui teoremanya. Pythagoras
[Samos, 582 - 500 BC] [Sámos, 582-500 SM]

Siapa saja yang dapat mengingat kelas matematika akan


mengingat pelajaran pertama geometri pesawat yang biasanya
mulai dengan teorema Pythagoras tentang segitiga siku-siku: a
² + b ² = c ². Terlepas dari namanya, teorema Pythagoras tidak
ditemukan oleh Pythagoras. Perumusan awal dikenal teorema
itu ditulis oleh Baudhāyana matematikawan India di 800BC.
Prinsip ini juga dikenal dengan sebelumnya Mesir dan
Babilonia menguasai pembangun. Namun, Pythagoras
mungkin telah membuktikan teorema dan dipopulerkan di dunia
Yunani.. Dengan itu, namanya dan filsafatnya telah selamat
dari pergolakan sejarah.
Pengikut langsung-Nya sangat dipengaruhi oleh dia, dan
bahkan sampai hari ini Pythagoras bersinar melalui kabut usia
56
sebagai salah satu tokoh paling terang kuno Yunani awal.
Teorema Pythagoras sering dikutip sebagai awal dari
matematika dalam budaya Barat, dan sejak matematika-seni
demonstratif dan deduktif-penalaran memiliki pengaruh yang
besar pada filsafat Barat, yang dapat diamati ke Russell dan
Wittgenstein.
Pengaruh Pythagoras menemukan ekspresi dalam seni
rupa dan musik juga, terutama dalam arus kebangkitan dan
barok zaman. Jejak yang jauh jangkauannya gagasannya
belum lebih mengesankan jika kita mempertimbangkan bahwa
ia tidak meninggalkan tulisan-tulisan asli. Sebaliknya, semua
apa yang diketahui tentang Pythagoras diturunkan oleh
generasi filsuf dan historiographers, beberapa dari mereka,
seperti Heraclitus, menentang pandangan-
pandangannyaDalam terang ini luar biasa bahwa ajaran
Pythagoras bertahan relatif tidak terdistorsi sampai hari ini.
Pythagoras adalah penduduk asli pulau Samos. Selama
awal kehidupan, Samos diperintah oleh, Polycrates tiran kuat
yang tidak bermoral. Pythagoras tidak bersimpati dengan
pemerintah dan dengan demikian beremigrasi ke Croton di
Italia Selatan. Seperti kota-kota Yunani kuno di Ionia, Croton
adalah kota komersial berkembang yang hidup dari mengimpor
dan mengekspor barang. Jelas itu di Croton mana Pythagoras
dikembangkan sebagian besar ide-ide penting dan teori.

57
Pythagoras mendirikan sebuah masyarakat dari murid-
murid yang telah sangat berpengaruh untuk beberapa waktu.
Pria dan wanita di masyarakat yang diperlakukan sama-suatu
hal yang tidak biasa pada saat-dan semua properti diadakan di
umum. Anggota masyarakat dipraktekkan ajaran master,
sebuah agama ajaran yang mencakup perpindahan jiwa dan
dosa makan kacang-kacangan. Pengikut Pythagoras harus
mematuhi perintah agama yang ketat di mana ia dilarang
makan kacang-kacangan, menyentuh ayam putih, atau untuk
melihat ke dalam cermin di samping cahaya.
Jika semua ini tampaknya sedikit aneh, mungkin
membawa kita untuk menduga bahwa kepribadian Pythagoras
mencerminkan perpaduan yang tidak terpisahkan dari
kejeniusan dan kegilaan yang kita kaitkan dengan banyak
orang besar lainnya. Dikatakan bahwa setelah Pythagoras
sedang berjalan sebuah jalur di Croton ketika ia datang oleh
anjing yang dianiaya. Melihat hal ini ia mengangkat suaranya:
"Stop, jangan memukulnya!. Ini adalah jiwa dari seorang teman
Aku tahu ketika aku mendengar suaranya. "Spirits, hantu, jiwa,
dan transmigrasi adalah jelas hal-hal yang diyakini dalam-
dalam.
Ada oposisi jika tidak persaingan-di Yunani kuno antara
dewa-dewa Olympus dan para dewa yang lebih rendah dari
agama-agama yang lebih primitif. Pythagoras, tidak seperti
yang lain, diwujudkan contradistinctions dari dunia mistis dan

58
rasional, yang ditenun menjadi kepribadian dan filsafat. Dalam
benaknya, angka, roh, jiwa, dewa dan hubungan mistik antara
mereka membentuk satu gambar besar. Teks berikut
menceritakan legenda keberadaan sendiri:
"Dia pernah lahir sebagai Aethalides dan dianggap anak
Hermes. Hermes mengundangnya untuk memilih apa pun yang
ia inginkan, kecuali keabadian, maka dia bertanya itu, hidup
dan mati, ia harus ingat apa yang terjadi padanya. Dengan
demikian, dalam kehidupan ia ingat segalanya, dan ketika
meninggal ia mempertahankan kenangan yang sama. Dia
mengingat segala sesuatu - bagaimana dia pertama telah
Aethalides, maka Euphorbus, maka Hermotimus, maka Pirus,
nelayan Delian. Ketika Pirus meninggal, ia menjadi Pythagoras
"(Diogenes Laertius, Live dari filsuf, VIII 4-5).
Pythagoras percaya metempsychosis dan berpikir bahwa
makan daging adalah hal yang keji, dan mengatakan bahwa
jiwa semua hewan masuk hewan yang berbeda setelah
kematian. Dia sendiri pernah berkata bahwa ia teringat ini, di
zaman Trojan, Euphorbus, anak Panthus 'yang dibunuh oleh
Menelaus. Mereka mengatakan bahwa sekali ketika ia
menginap di Argos ia melihat sebuah perisai dari rampasan
Troy dipaku, dan menangis. Ketika Argives bertanya alasan
emosi, ia mengatakan bahwa ia sendiri telah melahirkan bahwa
perisai di Troy ketika dia Euphorbus.

59
Mereka tidak percaya dia dan dinilai dia menjadi gila, tapi
dia mengatakan akan memberikan tanda benar bahwa itu
memang terjadi: pada bagian dalam perisai ada telah tertulis
dalam EUPHORBUS huruf kuno. Karena sifat luar biasa dari
klaim mereka semua mendesak agar perisai diturunkan - dan
ternyata di bagian dalam prasasti itu ditemukan "(Diogenes
Laertius).
Setelah Pythagoras memperkenalkan ide kekambuhan
kekal ke dalam pemikiran Yunani, yang tampaknya didorong
oleh penelitian tentang kitab suci sebelumnya Mesir, ide itu
segera menjadi populer di Yunani. Itu adalah ambisi
Pythagoras untuk mengungkapkan dalam filsafatnya validitas
dan struktur tatanan yang lebih tinggi, dasar dari tatanan ilahi,
yang jiwa kembali dalam siklus konstan.
Bisa dikatakan bahwa Pythagoras melihat studi
matematika sebagai pembersih jiwa, sama seperti ia
menganggap musik sebagai pemurni. Pythagoras dan murid-
muridnya terhubung musik dengan matematika dan
menemukan bahwa interval antara catatan dapat dinyatakan
dalam angka. Mereka menemukan bahwa panjang string dari
alat musik sesuai dengan interval ini dan bahwa mereka dapat
dinyatakan dalam angkaRasio panjang dua string dengan yang
dua nada dari langkah oktaf diproduksi adalah 2:1.
Phitagoras Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia
memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan

60
ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan
ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan
kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah
teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat
hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui
sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan
pengamatan ini secara matematis.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala
sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan
merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur
dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika
disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Terdapat
legenda yang menyatakan bahwa ketika muridnya Hippasus
menemukan bahwa , hipotenusa dari segitiga siku-siku
sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah
bilangan irasional, murid-murid Pythagoras lainnya
memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat
membantah bukti yang diajukan Hippasus.

Rumus asli phytagoras

61
Membuktikan kebenarannya, di mulai dengan membuat
gambar sebuah persegi besar, kemudian gambarlah sebuah
persegi kecil di dalam persegi besar tersebut, seperti gambar
berikut:

Perhitungannya :
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 Luas segitiga
( b + a ) . ( b + a ) = c . c + 4 . 1/2 b.a

b2 + 2 b.a + a2 = c2 + 2 b.a

b2 + a2 = c2 + 2 b.a - 2 b.a

b2 + a2 = c2
Berdasarkan rumus tersebut terbukti bahwa sisi miring
sebuah segitiga siku - siku adalah akar dari jumlah kuadrat sisi
- sisi yang lain.

62
Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini :

1. Jelaskan ide-ide yang mendasari pemikiran Tales,


Anaximandor dan Anaximene.

Rangkuman
4. Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah
filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales,
pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu. Selain sebagai filsuf, Thales
juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik.
Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales
digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
5. Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos
dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya
dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos
yang menjadi perintis filsafat Barat.
6. Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota
Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros.
Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut,
kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di
dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan
Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos.

63
Modul 3
Socrates, Plato, and Aristotle
Pengantar

Pada bagian modul 3 ini akan menguraikan tokoh-tokoh


filsafat seperti Socrates, Plato dan Aristoteles Filsafat
mengalami perkembangan yang pesat. Ajaran bahwa semua
kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang
telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini
menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan.
Pada saat inilah Socrates tampil meredefinisikan tentang
kebenaran. Socraetes menjadi tonggak maju dalam pemikiran
filsafat Barat. Socrates dianggap sebagai salah satu orang
paling bijaksana sepanjang masa. Tidak diketahui siapa
gurunya itu, tetapi ia tampaknya telah mengenal doktrin
Parmenides, Heraclitus, dan Anaxagoras.Kemudian pemikiran
Socrates diperkokoh oleh Plato, salah seorang murid dan
teman Socrates. Berikutnya Aristoteles murid Plato
meneruskan ide-ide Plato. Aristoteles dan Plato dikenal
sebagai maestro filsafat sampai saat ini.

B. Standar Kompetensi

Memahami dinamika perkembangan pemikiran yang


dikembangkan oleh Socrates, Plato dan Aristoteles.

64
C. Kompetensi Dasar

Mengetahui pemikiran dasar filsafat serta perkembangannya.

D. Tujuan Pembelajaran

8. Mahasiswa dapat menjelaskan pemikiran tiga tokoh


penting dalam filsafat

E. Kegiatan Belajar

Orang Atena

Ketika kita berpikir tentang Yunani kuno, kita berpikir


tentang Athena. Beberapa filsuf menganggap puncak karir
mereka yaitu mendatangan dan mengajar di kota besar ini.
Athena adalah sebuah desa yang terdiri dari beberapa lahan
pertanian, dan merupakan dareah termiskin di Yunani. Hanya
terdapat anggur dan zaitun di Athena.
Terdapat Jarak antara keluarga kaya - keluarga aristokrat
yang berkuasa, pedagang yang miskin - petani menggarap
tanah. Penindasan oleh kaum feodal mewarnai kota Athena.
Pada 594 SM, para pemimpin dari kelas menengah
merekrut seorang pedagang bernama Solon untuk menerima
kepemimpinan kota dan mengembalikan kedamaian dan
kemakmuran. Dia mulai dengan membatalkan semua hutang
dan membebaskan semua orang yang telah diperbudak
rentenir. Lalu dia merancang konstitusi di mana penduduk
dibagi ke dalam empat kelas berdasarkan tingkat ekonomi,
orang ekonomi rendah dibebaskan dari pajak.
65
Setelah transisi yang sulit, demokrasi pertama di dunia
didirikan di bawah kepemimpinan Cleisthenes di 507 SM,
ketika ia mencela bahwa semua orang bebas akan diizinkan
untuk memilih. Ini, tentu saja, merupakan sebuah demokrasi
yang lengkap, Perbudakan tidak akan dilarang sampai tahun
1814, ketika Meksiko akan menjadi bangsa yang berdaulat
pertama yang secara permanen larangan perbudakan. AS tidak
akan membebaskan budak sampai 1865 dengan amandemen
ke-13. Dan perempuan tidak bisa memilih sampai Selandia
Baru memberi mereka suara di 1893. Ini akan mengambil AS
sampai 1919 dan amandemen ke-19.
Sayangnya, pada waktu yang sama eksperimen
demokrasi dimulai, Kekaisaran Persia yang besar ke timur
memutuskan untuk memperluas ke, pertama, Ionia, dan
kemudian Yunani yang tepat. Tapi di 490 SM, 20.000 orang
Yunani mengalahkan 100.000 pasukan Persia di Marathon,
sebelah utara Athena (Seorang utusan bernama Pheidippides
berlari 26 mil - 42,195 km - ke Athena untuk memberi mereka
kabar baik, maka olahraga lari marathon!)
Pada 481, kaisar Persia Xerxes mengirimkan tentara
lebih dari dua juta orang, dibantu oleh armada kapal 1200,
untuk menyerang Yunani lagi. Tentara melanda utara Yunani
dan siap untuk menyerang Athena. Mereka menemukan kota
kosong. Angkatan Laut Persia, bagaimanapun, menemukan
armada Yunani menunggu untuk itu di Teluk dari Salamis.

66
Orang Yunani memenangkan hari melawan rintangan besar.
Dengan 479, Persia dipaksa kembali ke Asia Kecil.
Jika ini tampaknya seperti hanya sepotong kecil dari
sejarah, pertimbangkan: Kemenangan ini memungkinkan
petualangan Yunani untuk terus menghasilkan jenis pemikiran
yang akan mengatur nada selama dua ribu tahun depan di
Eropa dan Mediterania.
Selama periode waktu yang kita cari di dalam bab ini,
Athena memiliki sebanyak 300.000 orang, menjadikannya
salah satu kota terbesar di dunia. Sekitar setengah bebas,
sepertiga adalah budak, dan seperenam adalah orang asing
(metics). Laki-laki dewasa bebas yang bisa memilih berjumlah
sekitar 50.000.

Socrates Socrates

Socrates (470-399) adalah anak dari


pematung dan bidan, dan disajikan dengan
perbedaan dalam tentara Athena selama
bentrokan Athena 'dengan Sparta. Dia
menikah, tetapi memiliki kecenderungan
untuk jatuh cinta dengan pria muda
tampan, seorang tentara muda bernama
Alcibiades. Bentuk tubuhnya pendek dan gemuk, tidak
diberikan perawatan yang baik, dan pencinta anggur dan

67
percakapan. Mahasiswa yang terkenal, Plato, yang disebut dia
"yang paling bijak, dan terbaik dari semua orang yang pernah
saya kenal" (Phaedo).
Dia jengkel oleh Sofis dan kecenderungan mereka untuk
mengajarkan logika sebagai sarana mencapai egosentris dan
bahkan lebih promosi mereka gagasan bahwa segala sesuatu
adalah relatif. Ini adalah kebenaran bahwa ia dicintai,
diinginkan, dan percaya masuk
Filsafat, cinta kebijaksanaan, Sokrates sendiri adalah
untuk jalan suci, sebuah pencarian suci - bukan permainan bisa
dianggap enteng. Dia percaya - atau setidaknya mengatakan ia
dalam dialog Meno - dalam reinkarnasi jiwa yang kekal yang
berisi semua pengetahuan. Sayangnya kami kehilangan kontak
dengan pengetahuan pada setiap kelahiran, dan jadi kita perlu
diingatkan tentang apa yang kita sudah tahu (bukan belajar
sesuatu yang baru).
Dia mengatakan bahwa dia tidak mengajar, melainkan
melayani, seperti ibunya, sebagai bidan terhadap kebenaran
yang sudah di dalam kita! Memanfaatkan pertanyaan dan
jawaban untuk mengingatkan siswa tentang pengetahuan
disebut maieutics (kebidanan), dialektika, atau metode
Socrates.
Salah satu contoh efek nya pada filosofi ditemukan
dalam Euthyphro dialog. Dia menunjukkan bahwa apa yang
dianggap sebagai tindakan yang baik adalah tidak baik karena

68
allah mengatakan itu, tapi itu baik karena hal ini berguna untuk
kami dalam usaha kami untuk menjadi orang yang lebih baik
dan lebih bahagia. Ini berarti bahwa etika tidak lagi menjadi
masalah survei para dewa atau kitab suci untuk apa yang baik
atau buruk, melainkan berpikir tentang kehidupan. Dia bahkan
menempatkan hati nurani individu di atas hukum - cukup
berbahaya untuk mengambil posisi!
Socrates sendiri tidak pernah menulis setiap ide ke
bawah, melainkan terlibat murid-muridnya - pemuda kaya
Athena - dalam percakapan tanpa akhir. Dalam pertukaran
untuk mengajar, mereka pada gilirannya memastikan bahwa ia
diurus. Karena ia mengaku memiliki kebutuhan sedikit, ia
mengambil sangat sedikit, banyak penderitaan istri Xanthippe
nya.
Plato direkonstruksi diskusi ini dalam satu set besar
tulisan-tulisan yang dikenal sebagai Dialog. Sulit untuk
membedakan apa yang Socrates dan Plato dalam apa yang
dialog ini, jadi kita hanya akan membahas mereka bersama-
sama.
Pandangan ortodoks-Nya politik dan agama memberi
warga terkemuka Athena alasan mereka perlu menghukumnya
mati karena merusak moral pemuda kota. Pada 399, ia
diperintahkan untuk minum racun hemlock menyeduh dari,
yang dia lakukan di perusahaan murid-muridnya. Acara ini
didokumentasikan dalam Apology Plato.

69
Kata-kata terakhir Sokrates adalah "Crito, kita berhutang
seekor ayam jantan untuk Asclepius (dewa obat) Bayar dan.
Jangan mengabaikan hal itu."

Plato

Plato (437-347) adalah mahasiswa


berharga Sokrates. Dari keluarga kaya
dan kuat, nama yang sebenarnya adalah
Aristocles - Plato nama panggilan,
mengacu pada fisik yang lebar. Ketika ia
sekitar dua puluh, ia berada di bawah
mantra Socrates dan memutuskan untuk mengabdikan dirinya
untuk filsafat. Hancur oleh kematian Sokrates, ia berkeliaran di
Yunani dan Mediterania dan dibawa oleh bajak laut. Teman-
temannya mengumpulkan uang untuk menebus dirinya dari
perbudakan, tetapi ketika dia dibebaskan tanpa itu, mereka
membelikannya sebuah properti kecil yang disebut Academus
untuk memulai sekolah - Akademi, didirikan pada tahun 386.
Akademi itu lebih mirip komunitas Pythagorus '- semacam
kuasi-religius persaudaraan, di mana orang-orang muda yang
kaya belajar matematika, astronomi, hukum, dan, tentu saja,

70
filsafat. Itu gratis, tergantung sepenuhnya pada donasi. Sesuai
dengan cita-citanya, Plato juga diizinkan untuk menghadiri
perempuan! Akademi ini akan menjadi pusat pembelajaran
bahasa Yunani selama hampir satu milenium.
Plato dapat dipahami sebagai idealis dan rasionalistis,
seperti Pythagorus tapi tidak terlalu mistis. Dia membagi
realitas menjadi dua: Di satu sisi kita memiliki ontos, ide atau
ideal. Ini adalah realitas terakhir, permanen, kekal, rohani. Di
sisi lain, ada fenomena, yang merupakan manifestasi dari yang
ideal. Fenomena merupakan penampakan - hal-hal
sebagaimana yang tampak bagi kita - dan terkait dengan
materi, waktu, dan ruang.
Fenomena ilusi yang membusuk dan mati. Ideals are
unchanging, perfect. Cita-cita tidak berubah, sempurna. Ide
segitiga - matematika mendefinisikan itu, bentuk atau esensi
dari itu - adalah kekal. Setiap segitiga individu, segitiga dunia
sehari-hari pengalaman, tidak pernah cukup sempurna: Mereka
mungkin menjadi sedikit bengkok, atau garis-garis sedikit tebal,
atau sudut kurang tepat Mereka hanya perkiraan yang
sempurna segitiga, segitiga yang ideal.
Jika tampak aneh untuk berbicara tentang ide-ide atau
cita-cita yang entah bagaimana lebih nyata daripada dunia
pengalaman kita, pertimbangkan ilmu pengetahuan. Hukum
gravitasi, 1 +1 = 2, "menarik magnet besi," E = mc2, dan
sebagainya - ini adalah universal, tidak berlaku untuk satu hari

71
di satu lokasi kecil, tapi benar selamanya dan mana-mana. Jika
Anda percaya bahwa ada keteraturan di alam semesta, bahwa
alam memiliki hukum, Anda percaya pada ide-ide!
Ide yang tersedia untuk kita melalui pikiran, sementara
fenomena yang tersedia untuk kita melalui indera kita. Jadi,
secara alami, pikiran adalah sarana jauh lebih unggul untuk
mendapatkan kebenaran. Inilah yang membuat Plato seorang
rasionalis, sebagai lawan dari empiris, dalam epistemologi.
Indera hanya dapat memberikan informasi tentang dunia
yang selalu berubah dan tidak sempurna tentang fenomena,
dan sehingga hanya dapat menyediakan Anda dengan
implikasi tentang realitas tertinggi, bukan realitas itu sendiri.
Anda "ingat," atau secara intuitif mengenali kebenaran, seperti
Socrates disarankan dalam dialog Meno.
Menurut Plato, dunia fenomenal berusaha untuk menjadi
yang ideal, sempurna, lengkap.. Cita-cita, dalam arti bahwa,
kekuatan motivasi. Bahkan, dia mengidentifikasi ideal dengan
Allah dan kebaikan yang sempurna.. Allah menciptakan alam
semesta dari materia (bahan baku, materi) dan bentuk sesuai
dengan "rencana" nya atau "cetak biru" - ide atau cita-cita. Jika
dunia tidak sempurna, itu bukan karena Allah atau cita-cita,
tetapi karena bahan baku tidak sempurna. Saya pikir Anda
dapat melihat mengapa gereja Kristen awal dibuat Plato
seorang Kristen kehormatan, meskipun ia meninggal tiga
setengah abad sebelum Kristus!

72
Plato menerapkan dikotomi yang sama dengan manusia:
Ada tubuh, yang merupakan bahan, fana, dan "bergerak"
(korban sebab-akibat). Lalu ada jiwa, yang sangat ideal, abadi,
dan "tergerak" (menikmati kehendak bebas).
Jiwa mencakup alasan, tentu saja, serta kesadaran diri
dan moral. Plato mengatakan jiwa akan selalu memilih untuk
berbuat baik, jika ia mengakui apa yang baik. Ini adalah
konsepsi serupa baik dan buruk sebagai Buddhis memiliki:
Daripada dosa yang buruk, itu dianggap masalah
ketidaktahuan. Jadi, seseorang yang melakukan sesuatu yang
buruk memerlukan pendidikan, bukan hukuman.
Jiwa ditarik ke yang baik, yang ideal, dan begitu ditarik
kepada Allah. Kami secara bertahap bergerak lebih dekat dan
lebih dekat kepada Tuhan melalui reinkarnasi serta dalam
kehidupan pribadi kita. Tujuan etika kita dalam hidup adalah
kemiripan kepada Allah, untuk datang lebih dekat ke dunia ide-
ide murni dan ideal, untuk membebaskan diri dari materi,
waktu, dan ruang, dan menjadi lebih nyata dalam arti yang
lebih dalam. Tujuan kami adalah, dalam kata lain, realisasi diri.
Plato berbicara tentang tiga tingkat kesenangan. Pertama
adalah kenikmatan sensual atau fisik, yang seks adalah contoh
yang bagus. Tingkat kedua adalah kesenangan sensual atau
estetik, seperti mengagumi kecantikan seseorang, atau
menikmati hubungan seseorang dalam pernikahan. Tetapi
tingkat tertinggi adalah kesenangan yang ideal, kenikmatan

73
pikiran. Berikut contoh akan Platonis cinta, cinta intelektual bagi
orang lain tak ternoda oleh keterlibatan fisik.
Bersamaan dengan tiga tingkat kesenangan tiga jiwa.
Kami memiliki satu jiwa disebut nafsu makan, yang fana dan
berasal dari usus. Jiwa kedua disebut roh atau keberanian. Hal
ini juga fana, dan kehidupan di dalam hati. Jiwa ketiga adalah
alasan. Ini adalah abadi dan berada di otak. Ketiga dirangkai
oleh kanal serebrospinal.
Plato menyukai analogi. Nafsu makan, katanya, adalah
seperti kuda liar, sangat kuat, tapi suka pergi dengan caranya
sendiri. Roh adalah seperti, ras halus, daya terlatih, diarahkan.
Dan alasannya adalah kusir, tujuan-diarahkan, kemudi kedua
kuda menurut kehendak-Nya.
Analogi lainnya berlimpah, terutama dalam karya Plato
terbesar, Republik. In The Republic. Dalam Republik, ia
desain (melalui Socrates) masyarakat dalam rangka untuk
menemukan makna keadilan. Sepanjang jalan, dia
membandingkan elemen masyarakatnya (suatu utopia, Yunani
untuk "tidak ada tempat") untuk tiga jiwa: Para petani adalah
dasar dari masyarakat. Mereka sampai tanah dan
menghasilkan barang, yaitu mengurus selera dasar
masyarakat. Para prajurit mewakili semangat dan keberanian
masyarakat. Dan raja-filsuf panduan masyarakat, sebagai
pemandu alasan hidup kita.

74
Sebelum Anda mengasumsikan bahwa kita hanya melihat
sebuah versi Yunani dari sistem kasta India, harap dicatat:
Semua orang anak dibesarkan bersama-sama dan
keanggotaan dalam salah satu dari tiga lapisan masyarakat
didasarkan pada bakat, bukan pada orang tua kelahiran
seseorang! Dan Plato termasuk perempuan sebagai laki-laki
sama dalam sistem ini.
Aku meninggalkan Anda dengan beberapa kutipan:
" Keajaiban perasaan seorang filsuf, dan filsafat dimulai
dengan takjub."
Jika Anda bertanya apa adalah pendidikan yang baik
secara umum, jawabannya adalah mudah,. Pendidikan yang
membuat pria baik, dan bahwa laki-laki yang baik bertindak
mulia "
(Saya) lakukan untuk orang lain seperti saya akan harus
mereka lakukan untuk saya."
" Objek kami dalam pembangunan Negara adalah
kebahagiaan terbesar dari keseluruhan, dan bukan dari setiap
kelas satu."

Aristotle Aristoteles

Aristoteles (384-322) lahir di sebuah koloni


Yunani kecil di Thrace disebut Stagira. Ayahnya
adalah seorang dokter dan melayani kakek

75
Alexander Agung. Agaknya, itu adalah ayahnya yang
mengajarkan kepadanya untuk mengambil minat dalam rincian
kehidupan alam.
Dia adalah murid Plato hadiah, meskipun dia tidak setuju
dengan dia di banyak poin. Ketika Plato meninggal, Aristoteles
tinggal untuk sementara waktu dengan siswa lain Plato, yang
telah membuat dirinya seorang diktator di bagian utara Asia
Kecil. Dia menikah dengan putri diktator, Pythias. Mereka
pindah ke Lesbos, di mana Pythias meninggal saat melahirkan
anak tunggal mereka, seorang anak perempuan. Meskipun ia
menikah lagi, cintanya untuk Pythias tidak pernah mati, dan ia
meminta agar mereka dimakamkan berdampingan.
Selama empat tahun, Aristoteles menjabat sebagai guru
Alexander selama tiga belas tahun, putra Philip dari
Makedonia. In 334, he returned to Athens and established his
school of philosophy in a set of buildings called the Lyceum
Pada 334, ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah filsafat
dalam satu set bangunan yang disebut Lyceum (dari nama
untuk Apollo, "gembala (the shepherd”).Dengan alasan yang
indah dan jalan setapak tertutup yang kondusif untuk diskusi
berjalan santai, sehingga siswa dikenal sebagai peripatoi
("covered walkways )
Pertama, kita harus menunjukkan bahwa Aristoteles
sebanyak ilmuwan sebagai seorang filsuf. Dia terpesona
dengan alam tanpa henti, dan pergi jauh menuju

76
mengklasifikasikan tumbuhan dan hewan dari Yunani. Dia
sama tertarik dalam mempelajari anatomi hewan dan perilaku
mereka di alam liar. Kecuali untuk bentuk simbolik, adalah
dasarnya sama sekarang ini.
Mari kita mulai dengan metafisika: Sementara Plato
memisahkan dunia yang terus berubah fenomenal dari realitas
yang ideal benar dan abadi, Aristoteles menunjukkan bahwa
ideal ditemukan "dalam" fenomena, yang universal "di dalam"
fakta-fakta.
Apa yang disebut Plato ide atau ideal, Aristoteles disebut
esensi, dan kebalikannya, ia disebut sebagai materi. Materi
tanpa bentuk atau bentuk atau tujuan. Hal ini hanya "barang."
Potensi murni, tidak ada aktualitas. Esensi adalah apa yang
menyediakan bentuk atau bentuk atau tujuan untuk materi.
Esensi adalah "sempurna," "lengkap," tetapi tidak memiliki
substansi, tidak ada soliditas. Essence and matter need each
other! Esensi dan materi saling membutuhkan!
Esensi menyadari ("membuat nyata") materi. Proses ini,
gerakan dari hal-hal yang tak berbentuk untuk menyelesaikan,
disebut entelechry, yang beberapa diterjemahkan sebagai
aktualisasi.
Ada empat penyebab yang berkontribusi terhadap
gerakan entelechry. Mereka jawaban untuk pertanyaan
"mengapa?" Atau "apa penjelasan ini?"
1) Sebab material: apa sesuatu yang terbuat dari.

77
2) Penyebab efisien: gerakan atau energi yang perubahan
materi.
3) Penyebab resmi: bentuk hal itu, bentuk, atau esensi;
definisi.
4) Penyebab terakhir: alasannya, tujuannya, niat di balik itu.
1. Sebab material: materi Hal atau substansi. Mengapa patung
perunggu? Logam terbuat dari. Hari ini, kita menemukan
penekanan pada sebab-akibat material dalam reduksionisme,
menjelaskan, misalnya, pikiran dalam hal aktivitas saraf,
perasaan dalam hal hormon, dll Kami sering pergi ke
"tingkat" karena kita tidak dapat menjelaskan sesuatu di
tingkat itu di.
2. Penyebab efisien: Gerakan atau energi yang perubahan
materi. Yang diperlukan untuk pekerjaan perunggu, palu,
panas, energi kekuatan .... Ini adalah apa yang ilmu
pengetahuan modern berfokus pada, ke titik di mana ini
adalah apa yang menyebabkan sekarang cenderung berarti,
secara eksklusif. Perhatikan bahwa psikologi modern
biasanya bergantung pada reduksionisme untuk menemukan
penyebab efisien. Tapi tidak selalu begitu: Freud, misalnya,
berbicara tentang energi psikoseksual dan Skinner berbicara
tentang stimulus dan respon.
3. Penyebab resmi: bentuk Hal itu, bentuk, definisi, atau esensi.
Mengapa patung itu? Karena rencana pematung itu untuk
perunggu, itu bentuk atau bentuk, penataan non-acak dari

78
materi itu. Dalam psikologi, kita melihat beberapa teori fokus
pada struktur - Piaget dan skema nya, misalnya. Orang lain
berbicara tentang struktur yang melekat dalam kode genetik,
atau sekitar skrip kognitif.
4. Penyebab terakhir: Akhir, tujuan, yaitu teleologi dari hal
yang. Mengapa patung itu? The Tujuan itu, niat di balik
membuatnya. Hal ini populer dengan para sarjana Abad
Pertengahan: Mereka mencari penyebab akhir akhir, tujuan
akhir dari semua eksistensi, yang mereka tentu saja berlabel
Allah! Perhatikan bahwa, di luar ilmu-ilmu keras, ini sering
jenis menyebabkan kita paling tertarik pada: Mengapa ia
melakukan itu, apa tujuannya atau niat? Misalnya dalam
hukum, peluru mungkin telah "efisien" penyebab kematian,
namun maksud dari orang yang menarik pelatuk adalah apa
yang kita prihatin dengan. Ketika kita berbicara tentang niat,
tujuan, nilai, dan seterusnya, kita berbicara tentang penyebab
akhir.
Aristoteles menulis buku pertama tentang psikologi
(sebagai topik yang terpisah dari sisa filsafat). Para Psyche,
Yunani untuk Hal ini lebih dikenal dalam bentuk bahasa Latin,
De Anima "tentang pikiran atau jiwa. Dalam buku ini, kita
menemukan pertama menyebutkan banyak ide yang mendasar
bagi psikologi saat ini, seperti hukum-hukum asosiasi.
Di dalamnya, dia mengatakan pikiran atau jiwa adalah
"entelechry pertama" dari tubuh, "sebab dan prinsip" dari tubuh,

79
realisasi tubuh. Kita mungkin mengatakannya seperti ini:
Pikiran adalah fungsi tujuan dari sistem saraf.
Seperti Plato, ia postulat tiga macam jiwa, meskipun
sedikit berbeda didefinisikan. There is a plant soul, the essence
of which is nutrition. Ada jiwa tanaman, esensi yang gizi.
Kemudian ada jiwa hewani, yang berisi dasar sensasi,
keinginan, rasa sakit dan kesenangan, dan kemampuan untuk
menyebabkan gerak. Terakhir, namun tidak sedikit, adalah jiwa
manusia. Inti dari jiwa manusia, tentu saja, alasan. Dia
menunjukkan bahwa, mungkin, ini jiwa terakhir adalah mampu
keberadaan terpisah dari tubuh.
Dia meramalkan banyak konsep yang akan menjadi
populer hanya dua ribu tahun kemudian. Libido, misalnya:
"Dalam semua hewan ... it is the most natural function to beget
another being similar to itself... itu adalah fungsi yang paling
alami untuk melahirkan lain yang mirip dengan dirinya agar
mereka mencapai sejauh mungkin, yang abadi dan ilahi .... Ini
adalah penyebab akhir dari setiap kehidupan makhluk alam. "
Dan perjuangan dari id dan ego: "Ada dua kekuatan dalam
jiwa yang tampak bergerak pasukan - keinginan dan alasan.
Tetapi keinginan meminta tindakan yang melanggar alasan ...
desire... keinginan ... may be wrong.” mungkin salah. "
Dan prinsip kesenangan dan prinsip realitas: "Meskipun
keinginan timbul yang bertentangan satu sama lain, seperti
halnya ketika akal dan nafsu makan yang menentang, itu

80
terjadi hanya dalam makhluk diberkahi dengan rasa waktu.
Untuk alasan, pada rekening masa depan, tawaran kami
menolak, sementara keinginan menganggap ini; yang
menyenangkan sesaat tampaknya sebagai benar-benar
menyenangkan dan benar-benar baik, karena tidak melihat
masa depan ".
Dan akhirnya, aktualisasi diri: Kita mulai sebagai materi
berbentuk dalam rahim, dan melalui tahun pembangunan dan
pembelajaran, kita menjadi orang dewasa yang matang, selalu
meraih kesempurnaan. "Jadi baik telah menjelaskan dengan
baik seperti yang di mana segala sesuatu tujuan."

Agustinus dari Hippo

Platonis dan Filsuf Kristen

354-430 354-430

Agustinus, seorang penulis produktif tentang masalah


filsafat dan hubungannya dengan agama dianggap salah satu
bapak gereja yang paling penting dari lama. Dimulai dengan
Confessions (C400) Agustinus mencatat hidupnya dan konversi
ke Kristen dari Manichaeanism. Ia adalah kuat neo-Platonis,
dan pelatihan sedikit filosofisnya jelas terbukti dari naskah itu,
meskipun jelas bahwa ia memiliki intelek yang kuat.

81
Menggunakan latar belakangnya dalam retorika, ia
membangun sebuah versi Kristen dari komentar platonis
bahwa ia melatih dirinya dengan.
Beberapa karyanya yaitu Contra Academicos (386), De
Ordine (386), De Libero Arbitrio (386), dan beberapa karyanya
paling terkenal On the Trinity(399-412,420), On Genesis
According to the Letter (401-15), and On the City of God(413-
26). Karya-karyanya terinspirasi oleh agama Kristen, ia
mendiskusikan isu-isu penting filosofis dalam Alkitab, dan
pengaruh pagan kepada masyarakat. Beberapa aspek penting
dari filosofi termasuk ide penerangan ilahi, doktrin anugerah,
dan gagasan tentang ruang dan waktu.

Rangkuman:
Berdasarkan priodesasi sejarah perkembangan ilmu terlihat
adanya akselerasi atau percepatan perkembangan ilmu
pengetahuan

82
Modul 4
FILSAFAT ISLAM
Pengantar :
Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani
Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi
pada abad VII Masehi, yaitu delapan abad sebelum Galileo
Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam
menaklukkan Persia pada abad VIII Masehi telah mendirikan
sekolah Kedokteran dan Astronomi di Jundishapur. Pada
zaman keemasan kebudayaan Islam dilakukan penerjemahan
berbagai karya Yunani. Bahkan khalifah Al-Ma’mun telah
mendirikan rumah kebijaksanaan (House of Wisdom) pada
abad IX Masehi.

B. Standar Kompetensi

Memahami perkembangan filsafat dalam Islam.

C. Kompetensi Dasar

Mengetahui pemikiran tokoh filsafat Islam.


D. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat menurut asal


kata dan para ahli

83
9. Mahasiswa dapat menjelaskan peran Islam dalam
perkembangan filsafat
10. Mahasiswa dapat menguraikan tokoh filsafat Islam
dan ide-ide yang dikembangkan-nya.

E. Kegiatan Pembelajaran.

1. Al-Kindi (185-252 H/806-873 M)


Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin Ishak Al-
Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin Kays Al-Kindi. Beliau
biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kufah.
Keturunan dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak
dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq
Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada
masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani
Abbas. Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil
dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah
adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah
selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan
yang tinggi.
Sebagai orang yang dilahirkan di kalangan para
intelektual, maka pendidikan yang pertama-tama diterima
adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Disamping
itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama, juga
menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria
kuno, dan bahasa Arab. Al-Kindi mengarang buku-buku yang
menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku yang ditulisnya

84
berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika,
astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik,
matematika dan sebagainya. Al-Kindi dikenal sebagai filosof
Muslim pertama, karena dialah orang Islam pertama yang
mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, filsafat
masih didominasi orang Kristen Suriah. Al-Kindi tak sekedar
menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani, namun dia juga
menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Mengenai
filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara
kedua hal ini; Filsafat dan agama. Salah satu kontribusinya
yang besar adalah menyelaraskan filsafat dan agama.
Menurut al-Kindi, agama dan filsafat tidak mungkin
bertentangan. Agama di samping sebagai wahyu juga
menggunakan akal, dan filsafat juga menggunakan akal. Jika
terjadi pertentangan antara nalar logika dengan dalil-dalil
agama dalam al-Qur`an, mestinya ditempuh dengan jalan ta`wīl
(interpretasi, kontekstualisasi, atau rasionalisasi atas teks-teks
keagamaan). Hal ini karena dalam bahasa (termasuk bahasa
Arab), terdapat dua makna: makna hakīkī (hakikat, esensi) dan
makna majāzī (figuratif, metafora). Namun demikian, menurut
al-Kindi, memang terdapat perbedaan dari segi sumber data
(informasi) antara agama dan filsafat. Agama diperoleh melalui
wahyu tanpa proses belajar. Sedang filsafat diperoleh melalui
proses belajar (berpikir dan berkontemplasi). Sedang dari segi

85
pendekatan dan metode, agama dilakukan dengan pendekatan
keimanan, sedang filsafat dilakukan dengan pendekatan logika.
Sebagai penggagas filsafat murni dalam dunia Islam, Al-
Kindi memandang filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
mulia. Sebab, melalui filsafat-lah, manusia bisa belajar
mengenai sebab dan realitas Ilahi yang pertama dan
merupakan sebab dari semua realitas lainnya. Baginya, filsafat
adalah ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan.
Filsafat, dalam pandangan Al-Kindi bertujuan untuk
memperkuat agama dan merupakan bagian dari kebudayaan
Islam.
Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa
Tuhan adalah wujud yang hak (benar), yang bukan asalnya
tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, ia selalu
ada dan akan selalu ada. Jadi Tuhan adalah wujud sempurna
yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir
wujudNya dan tidak wujud kecuali denganNya. Filsafatnya
tentang keesaan Tuhan selain didasarkan pada wahyu juga
proposisi filosofis. Menurut dia, Tuhan tak mempunyai hakikat,
baik hakikat secara juz’iyah atau aniyah (sebagian) maupun
hakikat kulliyyah atau mahiyah (keseluruhan). Menurut Al-Kindi,
Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut lain yang
terpisah dengan-Nya, tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut
tersebut haruslah tak terpisahkan dengan Zat-Nya.

86
2. Al-Farabi (257-337 H/870-950 M)
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950,
Bahasa Persia: ‫ )محمد فارابی‬singkat Al-Farabi adalah ilmuwan
dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga
dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa
sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di
dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan
Abunasir.
Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan seorang
wanita Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara
Turkestan. Karena itu, Al-Farabi dikatakan berasal dari
keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari
keturunan Iran.Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar dan ia
mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa.
Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran,
Turkistan, dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal
bahasa Yunani dan Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu
pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.
Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk
menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu
pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada
Abu Bisyr bin Mattius. Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di
Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi kemudian
mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria,

87
dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani
di Asia kecil. Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen
terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.
Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke
Damaskus dan bertemu dengan Sayf al Dawla al Hamdanid,
Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai
simpatisan para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota
Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950
M) di masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti
Abbasiyyah). Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika
ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat
ditinjau menjdi 6 bagian.
Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi
dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa.
Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan
bebagai alat musik. Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru
kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam
memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama
dalam ilmu filsafat. Sebagian besar karangan-karangan Al-
Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat
Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika,
fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat
yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai
pengulas Aristoteles. Di antara karangan-karangannya ialah:
Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah.

88
Al-Jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan
Pendapat Kedua Filosof; maksudnya Plato dan
Aristoteles).
Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan).
‘Uyun al-Masail (Pokok-Pokok persoalan).
Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadhilah (Pikiran-Pikiran Penduduk
Kota Utama Negeri Utama).
Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu).
Meskipun Al-Farabi telah banyak mengambil dari Plato,
Aristoteles dan Plotinus, namun ia tetap memegangi
kepribadian, sehingga pikiran-pikiranya tersebut merupakan
filsafat Islam yang berdiri sendiri, yang bukan filsafat stoa, atau
Peripatetik atau Neo Platonisme. Memang bisa dikatakan
adanya pengaruh aliran-aliran tersebut, namun bahannya yang
pokok adalah dari Islam sendiri.
Al-Farabi adalah seorang filosof muslim dalam arti yang
sebenarnya. Ia telah menciptakan sistem filsafat yang relatif
lengkap, dan telah memainkan peranan penting dalam
perkembangan pemikiran filsafat di dunia Islam. Ia menjadi
anutan/guru dari filosof-filosof Islam sesudahnya, seperti Ibnu
Sina dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi terkenal sebagai filosof
sinkretisme yang mempercayai filsafat. Al-Farabi berusaha
memadukan beberapa aliran filsafat yang berkembang
sebelumnya, terutama pemikiran plato dan plotinus, juga antara
agama dan filsafat. Usaha Al-Farabi diperluas lagi, bukan

89
hanya mempertemukan aneka aliran filsafat yang bermacam-
macam, tapi ia berkeyakinan bahwa aliran-aliran tersebut pada
hakikatnya satu, meskipun berbeda-beda corak dan macamnya
.
Menurutnya, tujuan filsafat itu memikirkan kebenaran,
karena kebenaran itu hanya ada satu, tidak ada yang lain . Al-
Farabi berkeyakinan bahwa agama dan filsafat tidak
bertentangan, justru sama-sama membawa kebenaran . Hal ini
terbukti dengan karangannya yang berjudul Al-Jami’ Baina
Ra’yani Al-Hakimain dengan maksud mempertemukan pikiran-
pikiran Plato dengan Aristoteles. Kendatipun begitu, Al-Farabi
juga mempertemukan hasil-hasil pemikiran filsafat dengan
wahyu dengan bersenjatakan ta’wil (interpretasi batin) . Al-
Farabi umumnya dianggap sebagai pendiri dan seorang wakil
paling terkemuka aliran utama filsafat Islam, yaitu aliran
Masysyai (Peripaterik) filosof-keilmuan. Tidak heran jika ia
mendapat gelar Al-Mu’alim Al-Tsani.
Al-Farabi adalah orang pertama yang memberikan uraian
sistematik terhadap hirearki wujud dalam kerangka hirearki
intelegensi dan jiwa serta pemancaran (faidh)-nya dari Tuhan.
Al-Farabi membagi wujud menjadi tiga jenis berdasarkan
jumlah sebabnya. Pertama, wujud keberadaannya sama sekali
tidak memiliki sebab. Al-Farabi menyebut wujud ini sebagai
wujud pertama atau sebab pertama yang merupakan prinsip
tertinggi eksistensi setiap wujud lainnya. Tentang prinsip

90
tertinggi ini hanya terbatas pada pengetahuan tentang hal itu
dan bukan prinsip-prinsip wujudnya. Kedua, wujud yang
memiliki keempat sebab Aristetolian: material, formal, efisien,
dan final. Ketiga, wujud yang sepenuhnya immaterial - yang
lain daripada wujud benda di dalam atau menempati benda-
benda.
Al-farabi adalah filsuf Islam pertama yang berupaya
menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin
menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta
berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks
agama-agama wahyu. Dalam kondisi demikian, al-Farabi
berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli Filsafat
Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba
mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno
dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara
pemerintahan yang ideal (Negara Utama).
3. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad bin
Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H di
Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Kata-kata al-Ghazali
kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dengan dua z). dengan
menduakalikan z, kata-kata al-Ghazzali diambil dari kata-kata
Ghazzal, artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan
ayahnya ialah memintal benang wol, sedang al-Ghazali dengan

91
satu z, diambil dari kata-kata Ghazalah, nama kampung
kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir ini yang banyak dipakai.
Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Tus,
kemudian meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur
pada Imam al-Juwaini, sampai yang terakhir ini wafat tahun
478 H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada Nidzam al-Mulk
di kota Mu’askar, dan dari padanya ia mendapat kehormatan
dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu
enam tahun lamanya. Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat
menjadi guru di sekolah Nidzamah Baghdad, dan pekerjaannya
itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad,
selain mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan
terhadap pikiran-pikiran golongan Bathiniyah, Isma’iliyyah,
golongan filsafat dan lain-lain.
Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar
sekali, sehingga menurut pandangan orang-orang ahli
ketimuran (Orientalis), agama Islam yang digambarkan oleh
kebanyakan kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi al-
Ghazali. Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam
ilmunya, dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-
karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi
berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu Kalam),
Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab
kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-

92
buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain
ditulisnya dalam bahasa Persia.
Karyanya yang terbesar yaitu Ihya ‘Ulumuddin yang
artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya
selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah
antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan yang berisi
tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat,
bukan saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di
kalangan dunia Barat dan luar Islam.
Bukunya yang lain yaitu al-Munqidz min ad-Dlalal
(Penyelamat dari Kesesatan), berisi sejarah perkembangan
alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir
terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai
Tuhan. Diantara penulis-penulis modern banyak yang
mengikuti jejak al-Ghazali dalam menuliskan autobiografi.
Pikiran-pikiran al-Ghazali telah mengalami
perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh kegoncangan
batin, sehingga sukar diketahui kesatuan dan kejelasan corak
pemikirannya, seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap
filosof-filosof dan terhadap aliran-aliran akidah pada masanya.
Namun demikian, al-Ghazali telah mencapai hakikat agama
yang belum pernah diketemukan oleh orang-orang yang
sebelumnya dan mengembalikan kepada agama nulai-nilai
yang telah hilang tidak menentu. Jalan yang terdekat kepada

93
Tuhan ialah jalan hati dan dengan demikian ia telah membuka
pintu Islam seluas-luasnya untuk tasawuf.
Pengaruh al-Ghazali besar sekali di kalangan kaum Muslimin
sendiri sampai sekarang ini, sebagaimana juga di kalangan
tokoh-tokoh pikir abad pertengahan bahkan juga sampai pada
tokoh-tokoh pikir abad modern.
Al Ghazali memberikan reaksi keras terhadap neo
platonisme Islam, menurutnya banyak sekali terdapat
kesalahan filsuf, karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam
lapangan logika dan matematika. Menurut al Ghazali, para
pemikir bebas tersebut ingin menanggalkan keyakinan-
keyakinan Islam dan mengabaikan dasar-dasar pemuajan ritual
dengan menganggapnya sebagai tidak berguna bagi
pencapaian intelektual mereka.
Menurut Al Ghazali ilmu Tuhan adalah suatu tambahan
atau pertalian dengan zat, artinya lain dari zat, kalau terjadi
tambahan atau pertalian dengan zat, zat Tuhan tetap dalam
keadaannya.
4. Ibnu Miskawaih
Nama lengkap beliau adalah Abu ‘ali al-Khazin ahmad
bin ya’qub bin miskawaih, dipanggil ibnu Miskawaih atau ibnu
Maskawaih. Dia dilahirkan di Ray (Teheran), mengenai
tahunnya masih banyak kontroversi atasnya ada yang
menyangka 330 H dan ada juga yang mengatakan 325 H. Dia
dilahirkan dalam masa bani Abbasiyyah. Ibnu Maskawaih

94
seorang keturunan Persia, yang konon dulunya keluarganya
dan dia beragama Majuzi dan pindah ke dalam Islam dan
menjadi pemikir Islam sangat berpengaruh dizamannnya. Ibnu
Maskawaih berbeda dengan al-Kindi dan al-Farabi yang lebih
menekankan pada aspek metafisik, ibnu Maskawaih lebih pada
tataran filsafat etika seperti al-Ghazali.
Ibnu Maskawaih merupakan filsuf yang bergelar guru
ketiga setelah al-Farabi yang digelari guru kedua. Sebagai
bapak etika islam, beliau telah merumuskan dasar-dasar etika
didalam kitabnya Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-A’raq
(pendidikan budi dan pembersihan akhlaq). Sementara itu
sumber filsafat etika ibnu Maskawaih berasal dari filsafat
Yunani, peradaban Persia, ajaran Syariat Islam, dan
pengalaman pribadi.
Akhlaq merupakan bentuk jamak dari Khuluq, yang oleh
beliau Khuluq dimaknai peri keadaan jiwa yang mengajaknya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa difikirkan dan
diperhitungkan sebelumnya. Sehingga dapat dijadikan fitrah
manusia maupun hasil dari latihan-latihan yang telah dilakukan,
hingga menjadi sifat diri yang dapat melahirkan khuluq yang
baik. Menurutnya ada kalanya manusia mengalami perubahan
khuluq sehingga disana dibutuhkan aturan-aturan syariat,
nasehat-nasehat, dan ajaran-ajaran tradisi terkait sopan
santun.

95
Ibnu Maskawaih membedakan antara al-Khair
(kebaikan), dan as-sa’adah (kebahagiaan). Beliau mengambil
alih konsep kebaikan mutlak dari Aristoteles, yang akan
mengantarkan manusia pada kebahagiaan sejati. Menurutnya
kebahagiaan tertinggi adalah kebijaksanaan yang menghimpun
dua aspek; aspek teoritis yang bersumber pada selalu berfikir
pada hakekat wujud dan aspek praktis yang berupa keutamaan
jiwa yang melahirkan perbuatan baik. Dalam menempuh
perjalananannya meraih kebahagiaan tertinggi tersebut
manusia hendaklah selalu berpegangan pada nilai-nilai syariat,
sebagai petunjuk jalan mereka.
Mengenai filsafat etika nya ibnu Maskawaih memiliki
berbagai pernyataan: menurutnya setiap manusia memiliki
potensi asal yang baik dan tidak akan berubah menjadi jahat,
begitu pula manusia yang memiliki potensi asal jahat sama
sekali tidak akan cenderung kepada kebajikan, adapun mereka
yang yang bukan berasal dari keduanya maka golongan ini
dapat beralih pada kebajikan atau kejahatan, tergantung
dengan pola pendidikan,pengajaran dan pergaulan.

5. Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana
Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri
yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut

96
mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota
Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah
Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun
334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun
447 H. Di antara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah
Daulah Samani di Bukhara, dan di antara khalifahnya ialah Nuh
bin Mansur. Pada masanya, yaitu di tahun 340 H (980 M), di
suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu
Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal
Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi,
sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia
mempelajari matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika.
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin
Yahya, seorang Masehi.
Belum lagi usianya melebihi enam-belas tahun,
kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang,
bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru
kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori-teori kedokteran, taoi
juga melakukan praktek dan mengobati orang-orang sakit.
Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami
ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak
kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak
banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia
telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.
Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal ialah:

97
Asy-Syifa. Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan
terbesar dari Ibnu Sina, dan trediri dari enpat bagian, yaitu:
logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan).
An-Najat. Buku ini merupakan keringkasan buku as-Syifa, dan
pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku al-Qanun
dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada
tahun 1331 M di Mesir.
Al-Isyarat wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan
yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun
1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa
Perancis.
Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakan orang,
karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-
naskahnya yang masih ada memuat bagian logika.
Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan
orang-orang Barat. Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dan pernah menjadi buku standar untuk
universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas
Masehi.
Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus
terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita
lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan atau
pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan
filsafat. Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat
diremehkan, baik pada dunia pikir Arab sejak abad kesepuluh

98
Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada
Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger
Bacon, dan Dun Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan
pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.
Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan
mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan
hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah
mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi.
Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan,
pada usia 58 tahun.
6. Ibnu Rusyd
Nama lengkapnya Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin
Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari
kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan
mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya
adalah seorang hakim, dan kakeknya yang terkenal dengan
sebutan “Ibnu Rusyd kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim di
Cordova.
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas
yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Kegemarannya
terhadap ilmu sukar dicari bandingannya, karena menurut
riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tidak pernah terputus
membaca dan menelaah kitab, kecuali pada malam ayahnya
meninggal dan dalam perkawinan dirinya.

99
Karangannya meliputi berbagai ilmu, seperti: fiqih, ushul,
bahasa, kedokteran, astronomi, politik, akhlak, dan filsafat.
Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya.
Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, atau
ulasan, atau ringkasan. Karena sangat tinggi penghargaannya
terhadap Aristoteles, maka tidak mengherankan kalau ia
memberikan perhatiannya yang besar untuk mengulaskan dan
meringkaskan filsafat Aristoteles. Buku-buku lain yang telah
diulasnya ialah buku-buku karangan Plato, Iskandar
Aphrodisias, Plotinus, Galinus, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali,
dan Ibnu Bajah.
Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai
kepada kita ada empat, yaitu:
Bidayatul Mujtahid, ilmu fiqih. Buku ini bernilai tinggi, karena
berisi perbandingan mazhabi (aliran-aliran) dalam fiqih dengan
menyebutkan alasannya masing-masing.
Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was-Syari’at min al-Ittisal
(ilmu kalam). Buku ini dimaksudkan untuk menunjukkan
adanya persesuaian antara filsafat dan syari’at, dan sudah
pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun
1895 M oleh Muler, orientalis asal Jerman.
Manahijul Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah (ilmu kalam). Buku ini
menguraikan tentang pendirian aliran-aliran ilmu kalam dan
kelemahan-kelemahannya, dan sudah pernah diterjemahkan
ke dalam bahasa Jerman, juga oleh Muler, pada tahun 1895 M.

100
Tahafut at-Tahafut, suatu buku yang terkenal dalam lapangan
filsafat dan ilmu kalam, dan dimasukkan untuk membela filsafat
dari serangan al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah.
Buku Tahafut at-Tahafut berkali-kali diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman, dan terjemahannya ke dalam bahasa Inggris
oleh van den Berg yang terbit pada tahun 1952 M.
Ibnu Rusyd adalah tokoh pikir Islam yang paling kuat,
paling dalam pandangannya, paling hebat pembelaannya
terhadap akal dan filsafat, sehingga ia benar-benar menjadi
filosof-pikiran dikalangan kaum Muslimin. Pada garis besar
filsafatnya, ia mengikuti Aristoteles dan berusaha
mengeluarkan pikiran-pikirannya yang sebenarnya dari celah-
celah kata-kata Aristoteles dan ulasan-ulasannya. Ia juga
berusaha menjelaskan pikiran tersebut dan melengkapkannya,
terutama dalam lapangan ketuhanan, di mana kemampuannya
yang tinggi dalam mengkaji berbagai persoalan dan dalam
mempertemukan antara agama dengan filsafat nampak jelas
kepada kita.
7. Ibnu Bajah
Ia adalah Abubakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal
dengan sebutan Ibnus-Shaigh atau Ibnu Bajah. Orang-orang
Eropa pada abad-abad pertengahan menamai Ibnu Bajah
dengan “Avempace”, sebagaimana mereka menyebut nama-
nama Ibnu Sina, Ibnu Gaberol, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd,

101
masing-masing dengan nama Avicenna, Avicebron, Abubacer,
dan Averroes.
Ibnu Bajah dilahirkan di Saragosta pada abad ke-11
Masehi. Tahun kelahirannya yang pasti tidak diketahui,
demikian pula masa kecil dan masa mudanya. Sejauh yang
dapat dicatat oleh sejarah ialah bahwa ia hidup di Serville,
Granada, dan Fas; menulis beberapa risalah tentang logika di
kota Serville pada tahun 1118 M, dan meninggal dunia di Fas
pada tahun 1138 M ketika usianya belum lagi tua. Menurut
satu riwayat, ia meninggal dunia karena diracuni oleh seorang
dokter yang iri terhadap kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya.
Buku-buku yang ditinggalkannya ialah:
Beberapa risalah dalam ilmu logika, dan sampai sekarang
masih tersimpan di perpustakaan Escurial (Spanyol).
Risalah tentang jiwa.
Risalah al-Ittisal, mengenai pertemuan manusia dan akal-faal.
Risalah al-Wada’, berisi uraian tentang penggerak-pertama
bagi manusia dan tujuan yang sebenarnya bagi wujud manusia
dan alam.
Beberapa risalah tentang ilmu falak dan ketabiban.
Risalah Tadbir al-Mutawahhid.
Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara lain dari
Aristoteles, al-Farabi, Porphyrus, dan sebagainya.
Menurut Carra de Vaux, di perpustakaan Berlin ada 24 risalah
manuskrip karangan Ibnu Bajah. Ibnu Bajah telah memberi

102
corak baru terhadap filsafat Islam di negeri Islam barat dalam
teori ma’rifat (epistemology, pengetahuan), yang berbeda sama
sekali dengan corak yang telah diberikan oleh al-Ghazali di
dunia timur Islam, setelah ia dapat menguasai dunia pikir
sepeninggal filosof-filosof Islam.

Kesimpulan :
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya
adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat
Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf
muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama
Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya
dengan ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat
lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan
'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan
tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan
perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana
kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah
pembahasan yang tak pernah ada finalnya.

Pertanyaan.
1. Jelaskan pemikiran filsafat Ibnu Sina

103
2. Jelaskan kontribusi Islam dalam pengembangan Filsafat.
3. Sebutkan karya-karya filsafat Ibnu Rusyd dan Ibnu Bajjah
4. Jelaskan kontribusi filsafat Islam bagi perkembangan
filsafat Barat.

104
Modul 5
FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
(Masa Patristik dan Masa Skolastik)

Pengantar

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya


dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan
peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat,
dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak
peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat
dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah
warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan
Romawi Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan
kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak
ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa.
Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang mencipta masa
keemasan kesusastraan Latin, kesenian, dan arsitektur
Romawi. Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua
masa yaitu: masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik
terbagi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan
Skolastik Akhir.

B. Standar Kompetensi

Memahami perkembangan filsafat pada masa patristik dan


masa skolastik.
C. Kompetensi Dasar

105
Mengetahui tokoh-tokoh filsafat pada masa patristik dan masa
skolastik

D. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat menurut asal


kata dan para ahli

11. Mahasiswa dapat menguraikan tentang


perkembangan filsafat pada masa patristik dan skolastik.
12. Mahasiswa dapat menguraikan ide-ide tokoh filsafat
pada masa patristik dan skolastik

E. Kegiatan Pembelajaran

1. Masa Patristik

Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak,


yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini
dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari
golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam
pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan
ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena
beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran
yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari
sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi
mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan
bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman
Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani
hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga,
106
walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi
manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi,
memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama
dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga
orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa
mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu
munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik
tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap
fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat
Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup
sejalan dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen,
yaitu para apologis (pembela iman Kristen) dengan
kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat
Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus
Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa,
Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.

3.1. Justinus Martir

Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil


dari istilah "orang-orang yang rela mati hanya untuk
kepercayaannya". Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan
agama barn karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan

107
Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato.
Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan
hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya
dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab
Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah
logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang
Yunani (Socrates, Plato dan lain-lain) kurang memahami apa
yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu
pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan
menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka
menyimpang? Karena orang-orang Yunani terpengaruh
oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat
mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan.
Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat
Yunani. Demikian pembelaan

3.2. Klemens (150 - 215)

Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak


membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah
sebagai berikut:

 memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen


untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani;
 memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan
menggunakan filsafat Yunani;

108
 bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela
iman Kristen, dan memikirkan secara mendalam.

3.3. Tertullianus (160 - 222)

Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah


melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela
Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran. filsafat
Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu.
Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan suclahlah
cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat,
tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama)
dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara
gereja dengan akademi, ticlak ada hubungan antara Kristen
dengan penemuan bare.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding
dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para
filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan
oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya
sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena
kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut
dipalsukan.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya
menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berpikir yang
rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir yang
rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran
filsafat yang diharapkan ticlak dibakukan, saat itu filsafat
109
hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani
saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya
dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai
cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran
keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.

3.4. Augustinus (354 - 430)


Sejak muclanya ia telah mempelajari bermacam-
macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan
Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam
membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar
dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki
sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar
di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia
kemudian tidak menyetujui atau menyukainya, karena di
dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat
meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan
bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu
sebenarnya ia berpikir clan seseorang yang berpikir
sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada
batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai
kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang
bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat
berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.

110
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai
sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu
diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai
pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus
sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir
sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai
metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya
mampu meresap sampai masa skolastik.
2. Masa Skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata


school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau
yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah.filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik,
sebagai berikut.
a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak
semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari
kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi
atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan
mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik
buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul istilah skolastik
Yahudi, skolastik Arab dll.
c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk
jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke

111
dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan
dan akal.
d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipe-
ngaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena be-
berapa faktor berikut :
1) Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran
filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah
keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius.
Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu
perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan
negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata
saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah
airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah
airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga
harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya
mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan)
oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan
berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. la akan
memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka,
hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat
tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan
dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
2) Faktor Ilmu Pengetahuan

112
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran
yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari
keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis
Latin, Arab (Islam), dan Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200 M;
2. Skolastik Puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300 M;
3. Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450 M.

a) Skolastik Awal

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat


Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7
dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu
terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah
dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah
Karel Agung (742 - 814) dapat memberikan suasana
ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu
pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan
kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah
pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

113
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal
ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak
diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-
sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di
biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau
arses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika
(Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan,
dan musik. Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-
805), Johannes Scoter Eriugena (815 - 870), Peter Lombard
(1100 - 1160), John Salisbury (1115 - 1180), Peter
Abaelardus (1079 - 1180).

Peter Abaelardus (1079 - 1180)

Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai


kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam
sehingga Bering kah bertengkar dengan para ahli pikir dan
pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan
sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai
rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan ke-
kuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus
dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima
oleh akal.

114
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa
berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan
alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar
kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang
tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa
teologi harus memberikan tempat bagi semua buktibukti.
Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan
tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga
berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu
Tuhan.

b) Skolastik Puncak

Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung


dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa
berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara
bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan
ilmu pengetahuan, juga peranan universitas sebagai
sumber/pusat ilmu dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik
mencapai pada puncaknya.
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina
sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah
tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.

115
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis.
Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa
sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio)
berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier,
di Cambridge dan lain-lainnya.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul
karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat
untuk memberikan suasana yang semarak pads abad
ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan
kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya
memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti
Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.
Scotus, William Ocham.

1) Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles

Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang


membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan
tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari
Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu
anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal
pads abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir
Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan
ajaran Kristen. Keadaan yang demikian ini bertolak
belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di

116
fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran
yang penting dan hares dipelajari.
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut
di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus
dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-
unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan
menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga,
bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan
dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori barn
yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan
diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir,
dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan
ajaran ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan
akal).
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil
dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologise dan
sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah
mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi
seluruh perkembangan skolastik.

1. Albertus Magnus (1203- 1280)

Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga


dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan. Ia
lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga
dikenal sebagai "doktor universalis" dan "doktor

117
magnus", kemudian bernama Albertus Magnus
(Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar
biasa. Di universitas Padua ia belajar antes liberates,
ilmu-ilmu pengetahuan slam, kedokteran, filsafat
Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk
ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke
Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola
pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis
tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan,
ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu
kimia.

2. Thomas Aquinas (1225-1274)


Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas,
yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping
sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa
Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan
tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja
Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi
filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada
Albertus Magnus. Pads tahun 1250 ia menjadi guru besar
dalam ilmu agama di Prancis dan tahun 1259 menjadi guru
besar dan penasihat istana Paus.
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang
tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan.

118
Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman
Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran
logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai
otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari
Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang
berbeda-beds, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan
pemikiran. Ia mengimbau agar orangorang untuk
mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang ter-
ungkap dalam kepercayaan. Tidak ads kontradiksi antara
pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul
secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat
beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa
Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan
yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai
pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya
tetap abadi.
Selanjutnya ia katakan bahws iman lebih tinggi dan
berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan
alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang aktual dan
praktis dari gagasannya adalah "pemikirannya dan
kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak
yang harus diterima oleh orang-orang lain".

119
Pandangannya inilah yang menjadikan perlawanan kaum
Protestan karena sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat
menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Bahkan ia
menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem
pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini
didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V
(1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan
filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah
sebagai berikut :
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman
sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan
baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan
Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, dan
upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari
dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan spa yang
dianggap Kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles,
tetapi diupayakan selaras dengan ajaran Kristen.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah
dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih
bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal).
Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologise.

c) Skolastik Akhir

120
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala
macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga
memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-
tokohnya adalah William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas
Cusasus (1401-1464).

1. William Ockham (1285 - 1349)

Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran


skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum
dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia
dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada
Kaisar Louis IV.
Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa
kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu
demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda
abstrak Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya
dapat mengeta hui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan
umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan
tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat
dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping
itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika
dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan
membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai
penguasanya Paus John XXII.

121
2. Nicolas Cusasus (1401 - 1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir
masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara
untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi.
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan
tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak
sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-
bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian
atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya
dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa
yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga
banyak hal yang seharusnya dapat diketahui Karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat
diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan
sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana
segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya
mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan,
yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih lugs. Sintesis ini
mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat
suatu pemikiran para humanis.

Rangkuman

122
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 - 1492) juga dapat
dikatakan sebagai "abad gelap". Pendapat ini didasarkan pada
pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga
manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan
potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat
itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran
gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan
hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya
penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama.
Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak
berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan
yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap
agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga
yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang
murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi).
Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini mencapai
puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII,
dan yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang
murtad ini di Spanyol.

Pertanyaan
1. Jelaskan perkembangan filsafat pada masa patrialistik
2. Sebutkan fase-fase filsafat dalam pada masa skolastik

123
3. Sebutkan tokoh-tokoh filsafat pada masa patrialistil
4. Sebutkan model filsafat pada masa skolastik
5. Jelaskan perbedaan filsafat patrialistik dan skolastik.

Daftar Pustaka

Achmadi, Asmoro, Filsafat Islam. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta, 2005.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. UI
Press. Jakarta, 2002
Pringgodigdo. (Ed). Ensiklopedia Umum. Yogyakarta :
Kanisius, 1972
Poedjawijatna, Pembimbing ke Alam Filsafat. Jakarta : PT.
Pembangunan, 1966
Epping, et.al., Filsafat ENSIE, Jemmars, Bandung, 1983

Samuel Smith, Gagasan-gagasan Besar Tokoh-tokoh dalam


Bidang Pendidikan, Bumi Aksara, jakarta, 1986, hlm. 79
Hasbullah Bakry, Disekitar Filsafat Skolastik Islam. Solo : AB
Sitti Syamsiyah.., him. 9
Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Filsafat Islam dari Barat (Spanyol).
Surabaya : Bina Ilmu.

124
Modul 6
FILSAFAT KONTEMPORER
Pengantar

Zaman Kontemporer dimulai pada abad ke 20 hingga


sekarang. Filsafat Barat kontemporer memiliki sifat yang sangat
heterogen. Hal ini disebabkan karena profesionalisme yang
semakin besar. Sebagian besar filsuf adalah spesialis di bidang
khusus, seperti matematika, fisika, sosiologi, dan ekonomi.
Akan tetapi bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi
dan paling banyak dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout,
fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek
materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang
membentuk alam semesta. Aliran-aliran terpenting yang
berkembang dan berpengaruh pada abad 20 adalah
pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat
analitis, strukturalisme, postmodernisme, dan semiotika.

B. Standar Kompetensi

Memahami perkembangan filsafat kontemporer

C. Kompetensi Dasar

Mengetahui tokoh-tokoh filsafat kontemporer

D. Tujuan Pembelajaran

125
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat menurut asal
kata dan para ahli

13. Mahasiswa dapat menguraikan tentang


perkembangan filsafat pada masa kontemporer
14. Mahasiswa dapat menguraikan ide-ide tokoh filsafat
kontemporer

E. Kegiatan Pembelajaran

Francis Bacon

Sir Francis Bacon, Viscount St Alban pertama (lahir 22


Januari 1561, wafat 9 April 1626) adalah seorang filsuf,
negarawan dan penulis Inggris. Ia juga dikenal sebagai
pendukung Revolusi Sains. Bahkan, menurut John Aubrey,
dedikasinya menggabungkannya ke dalam sebuah kelompok
ilmuwan yang bersejarah yang meninggal dunia akibat
eksperimen mereka sendiri.
Karya-karyanya membangun dan memopulerkan
matodologi induksi untuk penelitian ilmiah, seringkali disebut
metode Baconian atau, secara sederhana, metode ilmiah.
Dalam masanya, metode-metode tersebut dihubung-
hubungkan dengan trend kepercayaan Hermes dan Alchemy.
Walaupun demikian, kebutuhannya terhadap sebuah prosedur
yang terencana untuk meneliti semua hal yang alami menandai
sebuah pembaruan dalam kerangka retoris dan teoritis untuk

126
ilmu pengetahuan. Kebanyakan dari kerangka-kerangka
penelitian ilmiah ini masih menjadi dasar lahirnya metodologi
yang lebih baik hari ini.
Francis Bacon dianugerahi gelar ksatria (Sir) pada tahun
1603, diangkat menjadi Baron Verulam pada tahun 1618, dan
menjadi Viscount St. Alban pada tahun 1621. Tanpa keturunan,
kedua gelar kebangsawanan tersebut hilang pada saat
kematiannya. Ia menerima julukan sebagai pencipta esai
Inggris.

Perjalanan Hidup

Bacon lahir di London tahun 1561, putra pegawai eselon


tinggi masa Ratu Elizabeth. Tatkala menginjak usia dua belas
tahun dia masuk belajar di Trinity College di Cambridge, tetapi
baru tiga tahun keluar begitu saja tanpa menggondol gelar apa
pun. Mulai umur enam belas dia kerja sebentar di staf Kedubes
Inggris di Paris. Tetapi begitu umurnya masuk delapan belas
sang ayah mendadak meninggal dengan hanya
mewariskannya uang sedikit. Mungkin lantaran itu, dia belajar
hukum dan di umur dua puluh satu dia jadi pengacara.
Karier politiknya segera mulai sesudah itu. Umur dua puluh
tiga dia terpilih jadi anggota Majelis Rendah. Tetapi, kendati dia
punya sanak famili dan kerabat tingkat atas, dan kendati
kecerdasannya yang menonjol, Ratu Elizabeth senantiasa
menolak pengangkatannya pada kedudukan yang penting dan

127
menguntungkan. Salah satu alasan adalah karena
keberaniannya menentang suatu rancangan pajak di parlemen
yang dengan gigih disokong sang Ratu. Karena hidup Bacon
boros, slebor, dan seenaknya, dia senantiasa dikepung oleh
hutang sana hutang sini (satu kali pernah ditahan karena
urusan hutang tidak bayar) dia bisa atasi hidup secara bebas
begitu.
Bacon jadi sahabat dan penasihat Pangeran Essex,
seorang bangsawan muda yang populer dan punya ambisi
politik besar. Sebaliknya, Pangeran Essex punya teman Bacon
yang jujur dan sekaligus bertindak sebagai pelindungnya.
Tetapi, tatkala Pangeran Essex punya ambisi yang keterlaluan,
minta pimpin dia susun rencana sebuah kup menggulingkan
Ratu Elizabeth, Bacon menasihatinya supaya tetap setia
kepada Ratu. Biar sudah dinasihati begitu, Pangeran Essex
nekad meneruskan niat percobaan kupnya. Ternyata kup itu
gagal dan Bacon pegang peranan aktif dalam proses
penuntutan sang Pangeran atas tuduhan pengkhianatan.
Pangeran Essex dipancung kepalanya, menggelinding bagai
kelereng. Keseluruhan peristiwa itu menimbulkan kesan buruk
pada publik terhadap Bacon.
Ratu Elizabeth tutup usia tahun 1603 dan Bacon menjadi
penasihat penggantinya, Raja James I. Raja James I tak selalu
mengindahkan nasihat Bacon, kendati dia menghormatinya.
Dalam masa pemerintahan James I, Bacon maju pesat di

128
kalangan pemerintahan. Tahun 1607 jadi konsultan umum
bidang hukum dan tahun 1613 dia menjadi jaksa agung. Anak
tangganya tidak sampai di situ, tahun 1618 dia ditunjuk jadi
ketua Majelis Tinggi, satu kedudukan yang kasarnya setarap
dengan hakim agung pada Mahkamah Agung di Amerika
Serikat. Pada tahun itu juga dia peroleh gelar "baron" dan
tahun 1621 dinobatkan lagi jadi "viscount", satu gelar
kebangsawanan di atas "baron" tetapi di bawah "earl."
Tetapi, datanglah pukulan. Selaku hakim, Bacon terima
"hadiah" dari tertuduh. Meskipun macam begini agak umum
juga terjadi saat itu, toh tetap merupakan perbuatan terlarang.
Lawan-lawan politiknya di parlemen tak menyia-nyiakan
kesempatan baik ini untuk mendepaknya dari kursinya. Bacon
mengaku dan dijebloskan di penjara yang terletak di "Tower of
London," menara kota London. Bukan cuma itu, dia pun mesti
bayar denda yang besar jumlahnya. Dan bukan cuma itu, dia
dilarang kerja di kantor pemerintahan selama-lamanya. Raja
segera membebaskan Bacon dari penjara dan membebaskan
pula beban dendanya. Tetapi, dengan kejadian ini tamatlah
riwayat politik Bacon. Sekarang, orang hanya bisa ingat sedikit
sekali contoh-contoh politikus kelas kakap yang ditangkap
karena memeras, atau tingkah laku semacamnya yang
merusak kepercayaan umum. Biasanya, yang sering, jika
orang-orang macam begituan tertangkap, mereka melolong-
lolong dan pertahankan diri dengan umbar omong bahwa yang

129
lain-lain pun sama brengseknya, sama penipunya, sama
bangsatnya. Jika lolongan ini didengarkan dan diterima dengan
serius, tak akan ada bajingan politik yang harus dihukum
kecuali semua bajingan sejenis dihukum lebih dulu. Komentar
Bacon dalam pengakuannya berbeda. Dia bilang, "Saya adalah
hakim terjujur di Inggris selama lima puluh tahun, dan saya
tukang ngomel dan tukang kritik yang terpolos di parlemen
Inggris selama 200 tahun."
Karier politik yang begitu aktif dan begitu kreatif tampaknya
cuma punya sedikit waktu tersisa buat kerjaan-kerjaan lain.
Kendati begitu, kemasyhuran Bacon yang begitu tahan lama,
dan tempatnya dalam daftar buku ini, adalah karena
pertimbangan tulisan-tulisan filosofisnya ketimbang keaktifan
politiknya. Karya penting pertamanya ialah bukunya yang
berjudul Essays, pertama muncul tahun 1597 dan sedikit demi
sedikit diperluas. Essays ini yang ditulis dengan padat dan
gaya luar biasa bagus, mengandung kekayaan mendalam,
bukan saja dalam masalah politik melainkan juga menyangkut
hal ihwal pribadi pula. Beberapa contoh yang khas misalnya:
Orang muda lebih cocok mencipta ketimbang mengambil
keputusan, lebih cocok bertindak ketimbang beri pertimbangan,
lebih cocok untuk menggarap proyek baru ketimbang berbisnis
yang sudah mapan ... Orang berumur terlalu sering menolak,
berunding terlalu lama, berbuat terlalu sedikit ... Tentu bagus
jika bisa menggabungkan kedua pekerjaan itu, karena nilai

130
yang terkandung pada masing-masing usia bisa
melempangkan kekurangan yang melekat pada tubuh
keduanya ...
Dia adalah bapak science modern
Tentang Orang muda dan usia
Dia yang punya istri dan anak-anak punya risiko yang tak
mengenakkan di masa depan.
Tentang perkawinan dan hidup membujang
(Bacon sendiri kawin, tetapi tak punya anak).
Tetapi, tulisan Bacon terpenting adalah menyangkut
falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja
besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam
bagian. Bagian pertama dimaksud untuk meninjau kembali
keadaan ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan
sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga bersisikan
kumpulan data empiris. Bagian keempat berisi ilustrasi sistem
baru ilmiahnya dalam praktik. Bagian kelima menyuguhkan
kesimpulan sementara. Dan bagian keenam suatu sintesa ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya. Taklah
mengherankan, skema raksasa ini --mungkin pekerjaan yang
paling ambisius sejak Aristoteles--tak pernah terselesaikan.
Tetapi, buku The Advancement of Learning (1605) dan Novum
Organum (1620) dapat dianggap sebagai penyelesaian kedua
bagian dari kerja raksasanya.

131
Novum Organum atau New Instrument mungkin buku
Bacon terpenting. Buku ini dasarnya merupakan pernyataan
pengukuhan untuk penerimaan metode empiris tentang
penyelidikan. Praktek bertumpu sepenuhnya pada logika
deduktifnya Aristoteles adalah tak ada guna, merosot, absurd.
Karena itu diperlukan metode baru penelaahan, suatu metode
induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat
bertolak dan mengambil kesimpulan darinya; tetapi ilmu
pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan. Untuk
memahami dunia ini, pertama orang mesti "mengamati"nya.
Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian, kata Bacon, ambil
kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi
induktif yang logis. Meskipun para ilmuwan tidak mengikuti
metode induktif Bacon dalam semua segi, tetapi ide umumnya
yang diutarakannya penelitian dan percobaan penting yang
ruwet jadi gerak dorong dari metode yang digunakan oleh
mereka sejak itu.
Buku terakhir Bacon adalah The New Atlantis, sebuah
penjelasan tentang negeri utopis terletak di pulau khayalan di
Pasifik. Meskipun pokok cerita diilhami oleh Utopia Sir Thomas
More, keseluruhan pokok masalah yang terdapat dalam buku
Bacon sepenuhnya berbeda. Dalam buku Bacon, kemakmuran
dan keadilan dalam negara idealnya tergantung pada dan hasil
langsung dari hasil pemusatan penyelidikan ilmiah. Dengan
tersirat, tentu saja, Bacon memberitahu. pada pembacanya

132
bahwa penggunaan intelegensia dalam penyelidikan ilmiah
dapat membuat Eropa makmur dan bahagia seperti halnya
penduduk yang hidup di pulau khayalan itu.
Orang selayaknya boleh bilang bahwa Francis Bacon
merupakan filosof modern pertama. Pandangan
keseluruhannya adalah sekuler dan bukannya religius (kendati
dia percaya kepada Tuhan dengan keyakinan teguh). Dia
seorang rasionalis dan bukan orang yang percaya kepada
takhayul; seorang empiris dan bukannya seorang dogmatis
yang logikanya mencla-mencle. Di bidang politik dia seorang
realis dan bukan seorang teoritikus. Dengan pengetahuannya
yang mendalam dalam pengetahuan klasik serta keahlian
sastranya yang mantap, dia menaruh simpati terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Meskipun dia seorang Inggris yang setia, Bacon punya
pandangan berjangka jauh melampaui batas negerinya. Dia
membedakan 3 jenis ambisi:
Pertama, mereka yang berselera meluaskan kekuasaannya
di negerinya sendiri, suatu selera yang vulgar dan tak bermutu.
Kedua, ialah mereka yang bekerja meluaskan kekuasaan atas
negerinya sendiri dan penguasaannya atas penduduk. Ini tentu
lebih bermutu meskipun kurang baik. Tetapi, jika orang
mencoba mendirikan dan meluaskan kekuasaan dan dominasi
terhadap umat manusia di seluruh jagad, ambisinya ini tak
salah lagi lebih bijak dari kedua ambisi yang disebut duluan.

133
Bacon juga menghindari 4 idola yang membatasi kita untuk
menerima pengetahuan yaitu.
pertama, idola tribus yaitu berasal dari kata tribe. yaitu
halangan yang berasal dari manusia itu sendiri. kedua, idola
specus yaitu berasal dari kata specus. idola ini ada pada sudut
pandang tiap- tiap individu yang berasal dari pendidikan,
kebiasaan dan lain-lain. ketiga, idola fori yaitu fori adalah pasar
yang berarti perbincangan yang tidak bermakna seperti orang
di pasar. keempat, idola theatri yaitu terlalu terpesona terhadap
satu teori sehingga tidak mengkritisinya.
setelah melepaskan diri dari 4 idola kita harus melakukan
penyelidikan dalam 3 tahap yaitu.
pertama, collectio yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin
data yang ada di pengalaman kita. kedua, exclusio yaitu
menyaring dan membuang bagian- bagian yang tidak
diperlukan. ketiga, dindeminatio yaitu menyimpulkan data-data
yang ada ke dalam kesimpulan umum dan membuat teori baru.
Biarpun Bacon seorang pengkhotbah ilmu pengetahuan,
dia sendiri bukan seorang ilmuwan, ataupun setara dengan
kemajuan-kemajuan yang diperbuat orang sezamannya. Bacon
anggap sepi samasekali Napier (yang baru saja menemukan
logaritma) dan Kepler, bahkan teman sejawat Inggrisnya
William Harvey. Bacon dengan tepat mengganggap bahwa
"panas merupakan bentuk dari gerak," suatu ide ilmiah yang
penting. Tetapi, di bidang astronomi dia menolak pikiran-pikiran

134
Copernicus. Haruslah diingat, Bacon tidak mencoba
menyuguhkan hukum-hukum ilmiah secara komplit dan tepat.
Dia sekadar hanya mencoba menyuguhkan hasil pengamatan
apa-apa yang perlu dipelajari. Perkiraan-perkiraan ilmiahnya
hanya bermaksud mendorong adanya diskusi lebih lanjut, dan
bukannya suatu jawaban final.
Francis Bacon bukanlah orang pertama yang menemukan
arti kegunaan penyimpulan akliah secara induktif, dan juga
bukan dia orang pertama yang memahami keuntungan-
keuntungan yang mungkin diraih oleh masyarakat
pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak ada orang
sebelum Bacon yang pernah menerbitkan dan menyebarkan
gagasan seluas itu dan sesemangat itu. Lebih dari itu,
sebagian karena Bacon seorang penulis yang begitu bagus,
dan sebagian karena kemasyhurannya selaku politikus
terkemuka, sikap Bacon terhadap ilmu pengetahuan betul-betul
punya makna penting yang besar. Tatkala "Royal Society of
London" (kelompok elit orang pilihan) didirikan tahun 1662
untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para pendirinya
menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya. Dan ketika
Encyclopedie yang besar itu ditulis zaman "Pembaharuan
Perancis," para penyumbang tulisan utama seperti Diderot dan
d'Alembert, juga menyampaikan pujiannya kepada Bacon yang
memberikan inspirasi terhadap kerjanya. Andaikata Novum
Organum dan The New Atlantis agak kurang dibaca orang

135
ketimbang dulu, ini disebabkan pesan-pesan yang disampaikan
oleh buku itu sudah begitu luas diterima orang.
Bacon layak dibandingkan setara dengan filosof Perancis
Rene Descartes, tokoh pendorong lain bagi masa depan ilmu
pengetahuan mendatang. Bacon hidup lebih dulu segenerasi
dari Descartes dan dia lebih gigih dari Descartes dalam hal
mengumandangkan pentingnya penelitian dan percobaan-
percobaan. Tetapi, arti penting orang Perancis ini dalam hal
penemuan matematika membuat ia sedikit lebih tinggi dalam
perbandingannya dengan Bacon.

René Descartes

René Descartes
René Descartes (IPA: ʀəˈne deˈkaʀt; lahir di La Haye,
Perancis, 31 Maret 1596 – meninggal di Stockholm, Swedia, 11
Februari 1650 pada umur 53 tahun), juga dikenal sebagai

136
Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin,
merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis.
Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637)
dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern"
dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir
paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern.
Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya,
membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita
kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi
filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa
karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak
ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa
berpikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum
sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je
suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia
juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat
Kartesius, yang memengaruhi perkembangan kalkulus modern.
Ia juga pernah menulis buku Sekitar tahun 1629 yang
berjudul Rules for the Direction of the Mind yang memberikan
garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan

137
tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk
pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun sesudah Descartes
tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634, Descartes menggunakan
metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih
mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan
penjajagan secara terpisah-pisah. Dia bergumul dalam bidang-
bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi,
matematik dan pelbagai cabang ilmu lainnya.
Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh
penting terhadap jalan pikiran Eropa: (a) pandangan
mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya yang positif
terhadap penjajagan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya
pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan; (d)
pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis; dan (e)
penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi.

Baruch de Spinoza

138
Baruch de Spinoza

Baruch de Spinoza (24 November 1632 – 21 Februari 1677)


(Bahasa Ibrani: ‫ )ברוך שפינוזה‬adalah filsuf keturunan Yahudi-
Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di Belanda.
Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran
Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi
tunggal Allah atau alam. Hal ini ia katakan karena baginya
Tuhan dan alam semesta adalah satu dan Tuhan juga
mempunyai bentuk yaitu seluruh alam jasmaniah. Oleh karena
pemikirannya ini, Spinoza pun disebut sebagai penganut
panteisme-monistik.

Riwayat Hidup
Awal Kehidupan

Baruch de Spinoza lahir di kota Amsterdam pada tanggal 24


November 1632. Ayahnya merupakan seorang pedagang yang

139
kaya. Di masa kecilnya, Spinoza telah menunjukkan
kecerdasannya sehingga banyak orang yang mengatakan
bahwa ia bisa menjadi seorang rabbi. Dalam kehidupannya, ia
tidak hanya belajar matematika dan ilmu-ilmu alam, ia juga
mempelajari bahasa Latin, Yunani, Belanda, Spanyol,
Perancis, Yahudi, Jerman, dan Italia. Pada usianya yang ke 18
tahun, Spinoza membuat marah komunitas Yahudi karena ia
meragukan Kitab Suci sebagai Wahyu Allah, mengkritik posisi
imam Yahudi, mempertanyakan kedudukan bangsa Yahudi
sebagai umat pilihan Yahweh, dan keterlibatan Allah secara
personal dalam sejarah manusia.

Dikucilkan dari Sinagoga

Sikap yang ditunjukkan Spinoza kepada orang Yahudi,


membuat para tokoh agama Yahudi mengambil sebuah sikap.
Para tokoh agama Yahudi pada saat itu menjadi gelisah
dengan semua ajaran-ajaran Spinoza. Para tokoh agama ini
terus menerus memaksa agar Spinoza kembali lagi pada
ortodoksi agama, namun hal ini tidak pernah berhasil. Akhirnya
pada tahun 1656, Spinoza dikucilkan dari Sinagoga. Tidak
hanya kelompok Yahudi yang mengucilkan Spinoza,
keluarganya pun turut mengucilkan dirinya. Meskipun demikian,
Spinoza tetap tenang mengatasi masalah hidupnya. Hingga
Akhirnya ia mengganti nama dirinya dengan Benedictus de
Spinoza, sebagai tanda kehidupan barunya.

140
Akhir Hidup

Dalam keadaan yang telah dikucilkan, Spinoza mencari nafkah


dengan cara mengasah lensa sambil terus menerus
menuliskan pemikiran-pemikirannya. Tidak lama setelah
pengucilan ini, Spinoza mengidap penyakit TBC. Pada tahun
1673, dia diundang untuk mengajar di universitas Heidelberg
namun ia menolaknya. Alasan Spinoza menolak undangan ini
dikarenakan baginya tidak ada yang lebih mengerikan daripada
kenyataan bahwa orang-orang dihukum mati karena berpikir
bebas. Semasa hidupnya, Spinoza juga bekerja sebagai guru
pribadi pada beberapa keluarga kaya dan dari sinilah Spinoza
bertemu dengan tokoh-tokoh partai politik Belanda saat itu,
antara lain Jan de Witt. Akhirnya pada tanggal 21 Februari
1677 Spinoza meninggal pada usia 44 tahun karena penyakit
TBC paru-paru yang telah lama ia derita.

Pemikirannya
Substansi Tunggal
Pandangan Spinoza mengenai substansi tunggal
merupakan tanggapannya atas pemikiran Descartes tentang
masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh.
Dalam filsafat Descartes, terdapat sebuah permasalahan yaitu
bagaimana Allah, jiwa, dan dunia material dapat dipikirkan
sebagai satu kesatuan utuh? Dalam bukunya Ethica, ordine
geometrico demonstrata (Etika yang dibuktikan dengan cara
geometris), Spinoza mencoba menjawab permasalahan ini. Ia
141
memulai menjawab permasalahan dari filsafat Descartes
dengan memberikan sebuah pengertian mengenai substansi.
Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya
sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri, artinya sesuatu yang
konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk
membentuknya. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi,
tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya
ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah. Menurut
Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak,
dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat
memenuhi definisi ini yaitu Allah. Hanya Allah yang memiliki
sifat yang tak terbatas, abadi, mutlak, tunggal, dan utuh. Selain
itu, Spinoza juga mengajarkan apabila Allah adalah satu-
satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan
berasal dari pada Allah. Hal ini berarti semua gejala pluralitas
dalam alam baik yang bersifat jasmaniah (manusia, flora dan
fauna, bahkan bintang) maupun yang bersifat rohaniah
(perasaan, pemikiran, atau kehendak) bukanlah hal yang
berdiri sendiri melainkan tergantung sepenuhnya dan mutlak
pada Allah. Untuk menyebut gejala ini, Spinoza menggunakan
sebuah istilah yaitu modi. Modi merupakan bentuk atau cara
tertentu dari keluasan dan pemikiran. Dengan demikian, semua
gejala dan realitas yang kita lihat dalam alam hanyalah modi
saja dari Allah sebagai substansi tunggal. Dengan kata lain,

142
alam dan segala isinya adalah identik dengan Allah secara
prinsipil.
Kata kunci ajaran Spinoza adalah Deus sive natur (Allah
atau alam). Yang berbeda dari ajaran ini hanyalah istilah dan
sudut pandangnya saja. Sebagai Allah, alam adalah natura
naturans (alam yang melahirkan). natura naturans dipandang
sebagai asal-usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya
pencipta yang asali. Sebagai dirinya sendiri, alam adalah
natura naturata (alam yang dilahirkan) yaitu sebuah nama
untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut
perkembangannya yaitu alam yang kelihatan. Dengan ini
Spinoza membantah ajaran Descartes bahwa realitas
seluruhnya terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi). Bagi
Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni Allah/alam.
Karya-karyanya

143
Halaman Pembuka dari salah satukarya Spinoza magnum
opus, Ethics

 Renati Descartes Principiorum Philosophiae, 1663


(Prinsip Filsafat Descartes)
 Tractatus Theologico-Politicus, 1670 (Traktat Politis-
Teologis)
 Tractatus de intellectus emendatione, 1677 (Traktat
tentang Perbaikan Pemahaman)
 Ethica more geometrico demonstrata, 1677 (Etika yang
dibuktikan secara geometris)

Gottfried Leibniz

Leibniz

Gottfried Wilhem Leibniz atau kadangkala dieja sebagai


Leibnitz atau Von Leibniz (1 Juli (21 Juni menurut tarikh
kalender Julian) 1646 – 14 November 1716) adalah seorang
filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Ia
terutama terkenal karena faham Théodicée bahwa manusia
hidup dalam dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini
diciptakan oleh Tuhan Yang Sempurna. Faham Théodicée ini
144
menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan
Voltaire.
Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan,
diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum
duniawi dan hukum gereja. Ia dianggap sebagai Jiwa
Universalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf
yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18.
Kontribusinya kepada subyek yang begitu luas tersebar di
banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip
yang belum semuanya diterbitkan. Sampai sekarang masih
belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan Leibniz dan
dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat
dilakukan.

Leibniz lahir di Leipzig dan meninggal dunia di Hannover.

Riwayat hidup singkat

Karier Leibniz secara singkat adalah berikut:

 1646-1666: Tahun-tahun formatif


 1666–74: Terutama bekerja pada Kurfürst Mainz, Johann
Philipp von Schönborn, dan menterinya, Baron von
Boineburg.
o 1672–76. Tinggal di Paris, dan membuat dua
perjalanan penting ke London.
 1676–1716. Mengabdi pada Keluarga Bangsawan
Hannover.
145
o 1677–98. Menjadi punggawa, pertama dari Johann
Friedrich dari Braunschweig-Lüneburg, lalu pada
saudaranya, adipati, kemudian kurfuerst, Ernst
August dari Hannover.
 1687–90. Bepergian secara luas di Jerman,
Austria, dan Italia, mebuat penelitian mengenai
buku yang diperintahkan oleh sang kurfürst
mengenai sejarah Kelurga Braunschweig.
o 1698–1716: Mengabdi pada kurfurst Georg Ludwig
dari Hannover.
 1712–14. Tinggal di Wina. Ditunjuk menjadi
anggota Dewan Kekaisaran pada tahun 1713
oleh Karl VI, Kaisar Romawi Suci, pada istana
Habsburg di Wina.
o 1714–16: Georg Ludwig, setelah menjadi George I
dari Britania Raya, melarang Leibniz mengikutinya ke
London. Leibniz mengakhiri hayatnya dalam keadaan
yang kurang lebih diterlantarkan.

Latar belakang

146
Patung Gottfried-Wilhelm-Leibniz di Leipzig
Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun 1646.
Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak
awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-
masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya merupakan seorang ahli
hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah
putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar
bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat
kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Pada usia 12 tahun ia
telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi
bahasa simbol matematika.
Pada tahun 1661 Leibniz mendaftarkan diri di Universitas
Leipzig dan kuliah filsafat pada ahli teologi Johann Adam
Schertzer dan teoretikus filsafat Jakob Thomasius. Pada tahun
1663 ia berubah universitas, sekarang di Universitas Jena

147
untuk belajar lebih lanjut di bawah ahli matematika, fisika dan
astronomi Erhard Wiegel untuk membedah pemikiran
Pythagoras. Dengan usia 20 tahun ia ingin promosi dalam
bidang doktor hukum, namun para profesor Leipzig
menganggapnya terlalu muda. Leibniz maka pergi ke
Nürnberg, untuk belajar lebih lanjut di Universitas Altdorf.
Kebanyakan ahli sejarah percaya bahwa Newton dan
Leibniz mengembangkan kalkulus secara terpisah. Keduanya
pula menggunakan notasi matematika yang berbeda pula.
Menurut teman-teman dekat Newton, Newton telah
menyelesaikan karyanya bertahun-tahun sebelum Leibniz,
namun tidak mempublikasikannya sampai dengan tahun 1693.
Ia pula baru menjelaskannya secara penuh pada tahun 1704,
manakala pada tahun 1684, Leibniz sudah mulai
mempublikasikan penjelasan penuh atas karyanya. Notasi dan
"metode diferensial" Leibniz secara universal diadopsi di
Daratan Eropa, sedangkan Kerajaan Britania baru
mengadopsinya setelah tahun 1820. Dalam buku catatan
Leibniz, dapat ditemukan adanya gagasan-gagasan sistematis
yang memperlihatkan bagaimana Leibniz mengembangkan
kalkulusnya dari awal sampai akhir, manakala pada catatan
Newton hanya dapat ditemukan hasil akhirnya saja. Newton
mengklaim bahwa ia enggan mempublikasi kalkulusnya karena
takut ditertawakan. Newton juga memiliki hubungan dekat
dengan matematikawan Swiss Nicolas Fatio de Duillier. Pada

148
tahun 1691, Duillie merencanakan untuk mempersiapaan versi
baru buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica
Newton, namun tidak pernah menyelesaikannya. Pada tahun
1693 pula hubungan antara keduanya menjadi tidak sedekat
sebelumnya. Pada saat yang sama, Duillier saling bertukar
surat dengan Leibniz.
Pada tahun 1699, anggota-anggota Royal Society mulai
menuduh Leibniz menjiplak karya Newton. Perselisihan ini
memuncak pada tahun 1711. Royal Society kemudian dalam
suatu kajian memutuskan bahwa Newtonlah penemu
sebenarnya dan mencap Leibniz sebagai penjiplak. Kajian ini
kemudian diragukan karena setelahnya ditemukan bahwa
Newton sendiri yang menulis kata akhir kesimpulan laporan
kajian ini. Sejak itulah bermulainya perselisihan sengit antara
Newton dengan Leibniz. Perselisihan ini berakhir sepeninggal
Leibniz pada tahun 1716.

John Locke

John Locke
Filsuf Barat
Filsafat Modern

149
Nama: John Locke
29 Agustus 1632,
Lahir: Wrington, Somerset,
Inggris
29 Agustus 1632,
Meninggal:
Essex, Inggris
Empirisme Inggris,
Aliran/tradisi: Kontrak Sosial, Hukum
Alam
Metafisika,
Minat utama: Epistemologi, Filsafat
Politik, Pendidikan
Tabula rasa, keadaan
Gagasan alamiah; hak-hak
penting: dasariah, kebebasan
and hak milik
Plato, Aristoteles, Ibnu
Sina, Ibnu Tufail,
Aquinas, Grotius,
Dipengaruhi:
Samuel Rutherford,
Descartes, Hooker,
Robert Filmer, Hobbes
Hume, Kant, Berkeley,
Memengaruhi: Paine, Smith dan
banyak filsuf politik

150
setelahnya, termasuk
bapak-bapak pendiri
Amerika Serikat, Arthur
Schopenhauer
John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28
Oktober 1704 pada umur 72 tahun) adalah seorang filsuf dari
Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan
empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke
juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Bersama dengan
rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu
figur terpenting di era Pencerahan. Selain itu, Locke menandai
lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-
Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi
satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan
filsafat waktu itu. Kemudian Locke juga menekankan
pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya
eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan
filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan
medis. Karya-karya Locke yang terpenting adalah "Esai tentang
Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human
Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of
Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two
Treatises of Government).
o

151
Biografi

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di


Wrington, Somerset. Keluarganya berasal dari kelas menengah
dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar
Pensford, sebuah kota kecil di bagian selatan Bristol. Selain
bekerja sebagai pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga
sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di
pemerintahan lokal.
Pada tahun 1647, Locke belajar di Sekolah Westminster,
yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.
Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa
kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, kemudian bahasa
Yunani, dan juga bahasa Ibrani. Setelah itu, pada tahun 1652,
Locke mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di
Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di
sana sejak bulan Mei 1652.
Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik
dalam berdebat dan juga tema-tema metafisika dan logika.
Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan
ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua. Ia lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk membaca karya-karya sastra,
seperti drama, roman, dan sebagainya.
Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis,
sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke
yang ditulis pada periode akhir dekade 1650-an. Ia membuat

152
banyak catatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan dan pengobatan.
Melalui minatnya dalam bidang medis, Locke mulai
meminati filsafat alam sejak tahun 1658. Pada awal tahun
1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak
memengaruhinya kelak. Sejak tahun 1660, Locke menambah
minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul,
yang dimulai dengan membaca karya Boyle. Selain itu, ia juga
mulai rajin membaca karya-karya Descartes.
Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada
bidang medis dan filsafat alam saja, namun juga kepada
bidang politik. Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang
sedang bergejolak. Cromwell, yang pada waktu itu telah
mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658
sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja
Charles II. Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan
kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada
waktu itu mendukung pemerintahan Charles II. Pada bulan
November hingga Desember 1660, ia membuat suatu
karangan singkat untuk menanggapi pandangan Edward
Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam
menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan. Kemudian
pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam
bahasa Latin. Karya pertama menegaskan lagi tesis yang
dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw, dan karya

153
kedua berisi penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma
yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa ada kesalahan
melalui lembaga magisterium. Di sini, Locke menggunakan
teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan pendapatnya.
Pada tahun 1661, Locke diangkat menjadi dosen di
sekolah Gereja Kristus tempatnya belajar dulu. Ia mengajar
bahasa Yunani dan bahasa Latin. Kemudian pada tahun 1664,
ia menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral. Selama
periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang
pengobatan dan filsafat alam. Kemudian Locke belajar kepada
Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia
pada tahun 1663 kepada Boyle. Selain itu, Locke juga
membantu penelitian-penelitian yang mereka lakukan.
Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan untuk
menjadi sekretaris Walter Vane yang bertugas melakukan misi
diplomatik ke beberapa negara. Locke meninggalkan Inggris
pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.
Melalui surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati
kunjungan luar negeri pertamanya itu. Setelah itu, Locke
ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris untuk pekerjaan
diplomasi ke Spanyol namun ia menolak. Sekembalinya Locke
ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan
fisiologi.
Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang
di kemudian hari membuat perubahan besar dalam hidup

154
Locke. Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju
London untuk bekerja di rumah Lord Ashley. Locke tinggal di
sini selama delapan tahun. Selama di London, Locke juga
membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia
mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis
karena ia menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang adalah
seorang dokter. Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-
perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-
soal kesehatan. Di sini, Locke membuat catatan yang akhirnya
dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya
dipakai pendekatan empiris.
Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan
kesehatan yang cukup parah. Locke melakukan operasi
terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin membaik.
Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sebagai
penyelamat hidupnya. Setelah itu, untuk mendukung studi
Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan
laboratorium di rumahnya.
Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan
dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan
Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke
dalam bidang politik. Setahun setelah datang ke London, Locke
menulis "Essay tentang Toleransi" yang isinya amat berbeda
dengan dua karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662. Pada
tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan

155
pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat
konstitusi Carolina. Locke menjalani tugasnya dalam
membantu Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju
Perancis pada tahun 1675.

Di Perancis

Hingga tahun 1670, Locke belum dapat dikatakan sebagai


seorang filsuf. Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu
pertemuan dengan beberapa temannya untuk berdiskusi
mengenai topik-topik tertentu. Ada tulisan tentang epistemologi
yang ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang
dilakukan Locke.
Selama tahun 1672 hingga 1675, kebanyakan waktu Locke
dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas administratif. Pada
bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkat sebagai pangeran dari
Shaftesbury dan Locke tetap membantunya hingga Lord Ashley
keluar dari jabatan tersebut pada tahun 1673. Pada bulan
November 1675, tugas Locke usai dan Locke pergi ke
Perancis. Locke tinggal di sana selama kurang lebih tiga
setengah tahun. Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di
Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun. Ia berteman
dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac
dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain
Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke. Setelah

156
mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-
buku dalam bahasa Perancis.
Selama di Montpellier, Locke meneruskan
pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di
dalam jurnal pribadinya. Bulan Februari 1677, Locke
meninggalkan Montpellier dan menuju Paris. Ia bermukim
sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun
1678 kembali ke Inggris.

Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda

Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan


Mei 1679, situasi politik Inggris sedang mengalami krisis.
Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya
pembunuhan terhadap Raja Charles II untuk digantikan dengan
saudaranya, James, yang beragama Katolik. Selama empat
tahun berikutnya, hingga Locke melarikan diri ke Belanda untuk
mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada
politik. Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan
sahabat Locke, adalah salah satu pemimpin kaum yang anti
terhadap pemerintahan Raja Charles II.
Raja Charles II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya
yang amat berbahaya dan ingin membunuhnya, namun
beberapa kali usahanya gagal. Hal itu mendorong Lord Ashley
untuk melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada akhir
tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari

157
1683. Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena
gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih
terus ada sehingga ia terus dicurigai sebagai pengkhianat oleh
pemerintah. Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun
1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.
Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang
Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda. Tentu
saja proses penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya. Di
dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku
"Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer
menganjurkan monarki absolut.
Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam
bidang politik pada periode ini. Pada periode ini, Locke juga
berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku
untuk menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau
menerima Gereja Anglikan. Jikalau pada tahun 1660-1662
Locke pernah berdebat untuk membela Gereja Anglikan, kini
justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan. [9] Locke
menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama
dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James
Tyrrell.
Di Belanda, Locke melakukan kontak kepada beberapa
politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga. Pada tahun
1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang
dari pemerintahan Belanda sehingga Locke harus bersembunyi

158
dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685. Di sinilah
Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang
Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke
Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati. Pada akhir
tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir selesai dan
menyerupai bentuk akhir yang ada saat ini.
Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat
terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain,
"Surat Perihal Toleransi". Karya itu dikerjakan selama tahun
1685 hingga 1686 di Amsterdam. Locke memang telah lama
bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris,
namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu
adalah pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober
1685. Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan
bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa
secara luas. Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah
Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.

Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari


Orange

159
John Locke pada tahun 1697
Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari
Orange berhasil menjadi pemimpin Inggris dan menyebabkan
James II harus melarikan diri dari Inggris. Locke kini dapat
pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689,
bahkan ditawari posisi sebagai diplomat namun ia menolak
karena alasan kesehatan.
Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan
dengan Newton. Locke menjadi salah satu pembaca pertama
dari "Principia", karya penting Newton. Keduanya juga sering
bertemu untuk berdiskusi dan mengirim surat untuk membahas
topik-topik tertentu. Topik yang menjadi minat utama mereka
berdua bukanlah ilmu alam tetapi penafsiran Alkitab.
Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia"
terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga
buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Selain itu, buku
"Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan
dalam bahasa Inggris oleh William Popple. Setelah diterbitkan
160
pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan
menimbulkan beragam reaksi. Salah satu yang menanggapi
buku itu dengan keras adalah Jonas Proast pada tahun 1690
dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.
Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia. Perdebatan
mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat
Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.
Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap
beberapa waktu di London. Ia kehilangan posisinya di Sekolah
Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya
kembali. Pada awal tahun 1691, ia diundang untuk tinggal di
Oates, Essex bagian utara, yang merupakan kediaman Francis
Masham. Istri Masham, Damaris, adalah anak dari Ralph
Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melalui surat
selama bertahun-tahun. Akhirnya, Oates menjadi kediaman
Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an,
Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di
pemerintahan.
Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya
dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang
Pendidikan". Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan
edisi baru berisi penambahan materi terbit dua tahun
kemudian.
Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang
berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness

161
of Christianity). Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi",
karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera
menimbulkan kontroversi. Kontroversi itu muncul karena
pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu
melemahkan agama Kristen. Lawan polemik Locke kali ini
adalah John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi
hingga tahun 1697.
Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan
waktunya untuk beristirahat di Oates. Pada bulan Juni, ia mulai
melakukan pekerjaannya untuk pemerintah, khususnya dalam
bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun
berikutnya. Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke
pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet,
seorang uskup Gereja Anglikan. Polemik mereka berlangsung
dari bulan November 1696 hingga akhir tahun 1698 ketika
kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya
menanggapi pandangan Locke lagi.

Akhir hidup

Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di


pemerintahan. Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun
dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.
Meskipun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya
yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat
Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St

162
Paul). Karya ini menyatakan kedalaman karakter religius dari
pemikiran Locke.
Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun
terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma.
Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698
karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya
semakin buruk.
Bulan-bulan akhir tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir
kehidupannya. Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan
dikuburkan di High Laver.

Pemikiran

Tentang pengetahuan

Sampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia".

163
Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di
dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia
mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan
bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya.
Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari
pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang
menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber
pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau
pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran
berperan juga di dalam proses manusia memperoleh
pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa
sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau
rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi
tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula
rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman
yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi
untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi
pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut
Locke adalah pengalaman.

Ragam pengalaman Manusia

Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam


pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau
eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense
atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang

164
menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material
yang berhubungan dengan panca indra manusia. Kemudian
pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran
terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat',
'menghendaki', 'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk
pengalaman manusia inilah yang akan membentuk
pengetahuan melalui proses selanjutnya.

Proses manusia mendapatkan pengetahuan

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia,


pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa
yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple
ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris. Ada empat
jenis pandangan sederhana:
Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia
saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima
oleh telinga.
 Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya
saja ruang dan gerak.
 Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran
manusia, misalnya ingatan.
 Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses
penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa
heran, dan waktu.

165
Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan
sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau
belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana ini
tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk
'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio
bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara
membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan
pandangan-pandangan sederhana tersebut. Ada tiga jenis
pandangan kompleks yang terbentuk:
 substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya
pengetahuan tentang manusia atau tumbuhan.
 modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks
yang keberadaannya bergantung kepada substansi.
Misalnya, siang adalah modus dari hari.
 hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja,
pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air mendidih
karena dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

Tentang negara

166
Sampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".

Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam


bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan"
(Two Treatises of Civil Government). Ia menjelaskan
pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap
perkembangan masyarakat. Locke membagi perkembangan
masyarakat menjadi tiga, yakni keadaan alamiah (the state of
nature), keadaan perang (the state of war), dan negara
(commonwealth).

[sunting] Tahap keadaan alamiah

Keadaan alamiah adalah tahap pertama dari


perkembangan masyarakat. Konsep Locke ini serupa dengan
pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan
alamiah sebagai keadaan "perang semua lawan semua", maka
Locke berbeda. Menurut Locke, keadaan alamiah sebuah
masyarakat manusia adalah situasi harmonis, di mana semua
manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama.
Dalam keadaan ini, setiap manusia bebas menentukan dirinya
dan menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung
kepada kehendak orang lain. Meskipun masing-masing orang
bebas terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan
karena masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan
hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan. Yang dimaksud
hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke adalah larangan untuk

167
merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta
milik orang lain. Dengan demikian, Locke menyebut ada hak-
hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan
merupakan pemberian Allah. Konsep ini serupa dengan konsep
Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.

Tahap keadaan perang

Tahap kedua adalah keadaan perang. Locke


menyebutkan bahwa ketika keadaan alamiah telah mengenal
hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai
berubah. Penyebab utamanya adalah terciptanya uang.
Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara
berlebihan, sedangkan di dalam keadaan alamiah tidak ada
perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang
mengumpulkan secukupnya untuk konsumsi masing-masing.
Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal
status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang
hierarkis lainnya. Untuk mempertahankan harta miliknya,
manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaing. Masing-
masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya
sendiri. Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai
tersebut kemudian berubah menjadi keadaan perang yang
ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan
saling menghancurkan. Situasi seperti ini berpotensi

168
memusnahkan kehidupan manusia jika tidak ada jalan keluar
dari keadaan perang.

Tahap terbentuknya negara

Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar


dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka
masyarakat sepakat untuk mengadakan "perjanjian asal". Inilah
saat lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).
Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah untuk
menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan untuk
menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara
yang mengadakan perjanjian tersebut.
Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua
kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan
alamiah kepada negara. Kedua kuasa tersebut adalah hak
untuk menentukan bagaimana setiap manusia
mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap
pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan. Ajaran
Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:
1. Kekuasaan negara pada dasarnya adalah terbatas dan
tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari warga
masyarakat yang mendirikannya. Jadi, negara hanya
dapat bertindak dalam batas-batas yang ditetapkan
masyarakat terhadapnya.

169
2. Tujuan pembentukan negara adalah untuk menjamin hak-
hak asasi warga, terutama hak warga atas harta miliknya.
Untuk tujuan inilah, warga bersedia melepaskan
kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang diancam
bahaya perang untuk bersatu di dalam negara.
Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes
tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi semua
warga negara.

Pembatasan kekuasaan negara

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga


masyarakat yang merupakan pembuatnya. Untuk itu, sistem
negara perlu dibangun dengan adanya pembatasan kekuasaan
negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat
dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan
membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang
ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas. Cara
kedua adalah adanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur:
legistlatif, eksekutif, dan federatif.
Unsur legislatif adalah kekuasaan untuk membuat
undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili
golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan
kekayaannya, paling banyak menyumbangkan sesuatu kepada
negara. Dalam membuat undang-undang, kekuasaan legislatif

170
terikat kepada tuntutan hukum alam yaitu keharusan
menghormati hak-hak dasar manusia. Unsur eksekutif adalah
pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan
para bawahannya. Terakhir, unsur federatif adalah kekuasaan
yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti
mengadakan perjanjian damai, kesepakatan kerja sama, atau
menyatakan perang. Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat
dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam keadaan darurat
pihak eksekutif dapat mengambil tindakan yang melampaui
wewenang hukum yang dimilikinya.
Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap ada
kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak
yang berkuasa atas rakyat. Oleh karena itu, menurut Locke,
rakyat memiliki hak untuk mengadakan perlawanan dan
menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka
telah bertindak di luar wewenang mereka. Di sini, rakyat
merebut kembali hak yang telah mereka berikan.

Tentang hubungan agama dan negara

171
Tulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat mengenai Toleransi".

Pandangan Locke lain yang penting dan masih


berhubungan dengan konsep negara adalah mengenai
hubungan antara agama dan negara. Pemikiran Locke
mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul
'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration). Locke
menyatakan bahwa perlu ada pemisahan tegas antara urusan
agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah
berbeda. Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi
jika membatasi atau meniadakan suatu agama. Tujuan negara
adalah melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini
sedangkan tujuan agama adalah mengusahakan keselamatan
jiwa manusia untuk kehidupan abadi di akhirat kelak setelah
kematian. Jadi, negara berfungsi untuk memelihara kehidupan
di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi untuk
menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan
kekal. Agama adalah urusan pribadi, berbeda dengan negara

172
yang merupakan urusan masyarakat umum. Pemisahan antara
keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh
mencampuri urusan yang lain. Negara tidak boleh mencampuri
urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak
boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi atau
menggagalkan pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak
menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka
rakyat berhak untuk melawan.

Tentang agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik. Ia


menganggap agama Kristen adalah agama yang paling masuk
akal dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran
Kristen dapat dibuktikan oleh akal manusia. Pengertian tentang
Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian. Locke
berangkat dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk
berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena adanya
'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah. Ia
meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga
menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio
manusia.

Pengaruh

Dalam filsafat pengetahuan

173
Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh
besar terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume
di Inggris dan Kant di Jerman. Pandangan Locke tentang
proses manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi
penting. Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh
pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya
pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman)
sebagaimana yang dikatakan Descartes. Kedua, semua hal
yang manusia ketahui melalui pengalaman, bukanlah obyek
atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan
indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari


pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya
hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman
sederhana. Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh
David Hume di kemudian hari, dan akhirnya mendapat bentuk
paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang
filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak
semua kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak
dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2]
Lebih jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau
pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak
mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi
manusia. Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik,
namun pengaruhnya tetap besar.
174
Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya
sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang
ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal
tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan
subyektivisme. Maksudnya subyektivisme adalah pandangan
yang menolak adanya sesuatu yang obyektif, yang berlaku
umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme. Hal itu
disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat
menarik kesimpulan berbeda mengenai kesan-kesan indrawi
mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda. Apa
yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada
dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.

Dalam bidang politik

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat


besar di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis,
Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat. Bapak-bapak pendiri
negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton,
dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.
Kemudian para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan
Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga
memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli
1789.

175
Dalam bidang keagamaan

Pandangan Locke tentang agama memengaruhi


perkembangan deisme atau agama alamiah. Pandangan
tersebut meluas di Barat pada abad ke-19 dan ke-20.

Munculnya negara-negara sekularistik

Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan


urusan agama dengan sangat ketat merupakan awal dari
munculnya negara-negara sekularistik di kemudian hari.
Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan
dengan ketat urusan negara dan urusan agama.

Terhadap psikologi dan epistemologi

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah


membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.
Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke
adalah David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-
1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-
1836), dan Étienne Condillac (1715-80). Mereka mendapat
pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia
berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur
tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.

Kritik terhadap Locke

Kritik terhadap model negara Locke

176
Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang
model negara terlalu mengedepankan kepentingan kaum
bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan kepentingan
seluruh rakyat. Hal itu terlihat dari model pembatasan
kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan
antara legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif
dan federatif diduduki oleh raja dan para menteri, sedangkan
golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang
kaya. Tidak ada tempat bagi rakyat biasa di dalam model
pembagian kekuasaan ini. Jikalau tidak ada tempat bagi rakyat
biasa untuk mengawasi jalannya pemerintahan, maka
pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja
disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah dan kaum
bangsawan saja. Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat
memperjuangkan kepentingannya melalui sistem negara yang
ada, dan akhirnya hanya akan membuat negara kembali ke
"keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan. [7] Padahal
situasi "keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.

Kritik terhadap pemisahan negara dan agama

Locke merumuskan wewenang negara dan agama


dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan
tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain. Urusan
agama adalah keselamatan akhirat sedang urusan negara
adalah keselamatan di dunia saat ini, ketika manusia masih

177
hidup. Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi,
apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu
sendiri? Kebanyakan agama memiliki pandangan bahwa
agama harus ikut campur dalam soal-soal publik, seperti
keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral
umum. Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali
harus berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum,
sehingga pemisahan antara agama dan agama seperti yang
diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama
tertentu dan tidak dapat diterima.

Bibliografi karya-karya utama Locke

 (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter


Concerning Toleration)
o (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second
Letter Concerning Toleration)
o (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third
Letter for Toleration)
 (1689) "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two
Treatises of Government)
 (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay
Concerning Human Understanding)
 (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some
Thoughts Concerning Education)

178
 (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana
Dikatakan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of
Christianity, as Delivered in the Scriptures)
o (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama
Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of
Christianity)

Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan


setelah neninggal

 (1660) "Traktat Pertama tentang Pemerintahan" (First


Tract of Government atau the English Tract)
 (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua tentang Pemerintahan
(Second Tract of Government atau the Latin Tract)
 (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam"
(Questions Concerning the Law of Nature) *(1667) "Essay
Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
 (1706) "Mengenai Proses Mencapai Pemahaman" (Of the
Conduct of the Understanding)
 (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-
Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the
Epistles of St. Paul)

Karya-Karya Locke

 (Inggris) Karya-karya John Locke di Proyek Gutenberg


 Links to online books by John Locke
 The Works of John Locke
o 1823 Edition, 10 Volumes on PDF files, and
additional resources
o 1824 Edition, 9 volumes in multiple formats
 John Locke Manuscripts
 Updated versions of Essay Concerning Human
Understanding and Second Treatise of Government,
edited by Jonathan Bennett

179
 Locke, Two Treatises of Government, ed. Thomas Hollis
(A. Millar et al., 1764) See original text in The Online
Library of Liberty

 Locke on Property: A Bibliographical Essay by Karen


Vaughn The Online Library of Liberty.

David Hume

David Hume
Filsafat Barat
Filsafat abad ke-18

David Hume
Nama: David Hume
7 Mei 1711, Edinburgh,
Lahir:
Skotlandia
25 Agustus 1776
Meninggal: (umur 65), Edinburgh,
Skotlandia
Pencerahan
Skotlandia;
Naturalisme,
Aliran/tradisi: Skeptisisme,
Empirisisme,
Utilitarianisme,
Liberalisme klasik
Epistemologi,
Metafisika, Filsafat
pikiran, Etika, Filsafat
Minat utama:
politik, Aestetika,
Filsafat agama,
Ekonomi klasik
Gagasan Masalah sebab-akibat,
penting: induksi, masalah

180
adalah-seharusnya,
Utilitas, Sains manusia
Locke, Descartes,
Berkeley, Hobbes,
Hutcheson, Newton,
Leibniz, Epicurus,
Dipengaruhi:
Cicero, Malebranche,
Earl Shaftesbury,
Sextus Empiricus,
Pyrrho, Pierre Bayle
Adam Smith, Adam
Ferguson, Immanuel
Kant, Jeremy
Bentham, James
Madison, Alexander
Hamilton, Arthur
Schopenhauer, African
Spir, Auguste Comte,
John Stuart Mill, Baron
d'Holbach, Charles
Darwin, Thomas
Huxley, William James,
Memengaruhi: Johann Georg
Hamann, Bertrand
Russell, Albert
Einstein, Karl Popper,
A. J. Ayer, J. L.
Mackie, Noam
Chomsky, Simon
Blackburn, David
Kellogg Lewis, W.V.O.
Quine, Daniel Dennett,
Jerry Fodor, Kenneth
Binmore, Gilles
Deleuze

181
David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25 Agustus
1776 pada umur 65 tahun) adalah filsuf Skotlandia, ekonom,
dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling
penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia.
Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada
tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan
dan penghormatan. Karyanya The History of England
merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70
tahun sampai Karya Macaulay.
Hume merupakan filsuf besar pertama dari era modern
yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian
mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari
pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci;
sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam
doktrin 'Image of God'. Doktrin ini diasosiasikan dengan
kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan
dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan.
Skeptisme Hume datang dari penolakannya atas ideal di
dalam'.
Hume sangat dipengaruhi oleh empirisis John Locke dan
George Berkeley, dan juga bermacam penulis berbahasa
Perancis seperti Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam
landasan intelektual berbahasa Inggris seperti Isaac Newton,
Samuel Clarke, Francis Hutcheson, Adam Smith, dan Joseph
Butler.

182
183

Anda mungkin juga menyukai