Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO I

Miopi-MATA
Ny. Zulaikha, 26 tahun, datang ke tempat praktik dokter dengan keluhan pandangan kabur.
Pandangan kabur dirasakan jika melihat jauh dan terutama malam hari. Pasien mempunyai
riwayat memakai kaca mata sejak SMA, tapi tidak ingat ukuranya berapa.
Pada pemeriksaan mata kanan didapatkan visus 2/60 pada kedua mata, tekanan intraokular
(TIO) mata kanan 15 mmHg, mata tidak merah, tidak ada secret. Riwayat keluarga
didapatkan ibunya juga berkacamata.

1. Analisis scenario
Anamnesis:
- JK: perempuan
- 26 tahun
- Pandangan kabur (jika melihat jauh terutama mlm hari)
- Riwayat memkai kaca mata sejak SMA
- Tidak ingat ukurannya berapa
- Ibunya juga berkacamata
Px fisik:
- Visus 2/60 pd kedua mata
- TIO mata kanan 15 mmHg
- Mata tidak merah
- Tidak ada secret

2. Definisi
Myopia atau rabun jauh merupakan suatu kondisi dimana cahaya yang memasuki
mata terfokus didepan retina sehingga membuat objek yang jauh terlihat kabur
(james,2006)

3. Penyabab/etiologic pada penyakit diatas


Beberapa hal yang bisa menyebabkan mata minus:

a. Jarak yang terlalu dekat pada waktu membaca buku, menonton televisi, bermain
video games, bermain komputer, bermain telepon selular/ponsel, dan
sebagainya. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata itu sendiri.

b. Genetik atau keturunan.

c. Terlalu lama beraktivitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan berkas, dan lain-lain. Mata
membutuhkan istirahat yang teratur dan cukup agar tidak terus berkontraksi
secara monoton.

d. Kebisaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca
sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah
matahari langsung yang silau, menatap sumber terang langsung, dan lain
sebagainya.
e. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok dengan
mata dapat mengganggu kesehatan mata seperti terlalu lama memakai helm,
terlalu lama memakai kacamata/lensa kontak yang tidak sesuai dengan mata
normal kita, dan sebagainya.

f. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga
kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja
terlalu dipaksakan. Vitamin A, betakaroten, alpukat merupakan beberapa
makanan yang baik untuk kesehatan mata.

Selain itu, beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya miopia
yaitu usia, status gizi, onset miopia, tekanan intraokular, stress dan faktor social
ekonomi.

4. Epidemiologi
Miopia merupakan masalah kesehatanmasyarakat yang cukup menonjol
danpenyebab utama kelainan penglihatan didunia. Kelainan ini terdapat pada
25%penduduk di Amerika. Persentase yang lebih tinggi didapatkan di Asia yang
mencapai 70%-90% populasi dibeberapa negaranya (Fredrick, 2002; Gwiazda et al,
2002; Liang et al, 2004). Berdasarkan The Child Heart and Health Study in England
(CHASE) tahun 2010, prevalensi miopia di asia tenggara menempati urutan yang
pertama sebesar 25,2% pada anak usia sekolah (Rudnicka et al, 2010). Prevalensi
miopia pada anak usia sekolah terus meningkat signifikan di seluruh dunia (You et al,
2012).
Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak penderita miopia atau rabun jauh, hal ini
dikarenakan kebiasaan buruk yang sering kali dilakukan, ada pula karena faktor
keturunan. Diperkirakan penderita miopia atau rabun jauh antara 800 juta - 2,3
milyar orang. Di negara-negara seperti Cina, India dan Malaysia 41% penduduk
negara tersebut dari orang dewasa menderita miopia dengan minus 1 (-1,00).

5. Factor risiko terjadinya penyakit tersebut


1. Keturunan
Anak dengan salah satu orangtua yang mengalami miopia
memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk menderita miopia dibandingkan anak dengan
orangtua tanpa miopia. Anak dengan orangtua yang mengalami miopia memiliki
risiko 8 kali lebih besar untuk menderita miopia dibandingkan dengan anak dengan
orangtua tanpa miopia (Wei Pan, 2011).

2. Aktivitas jarak dekat


Aktivitas jarak dekat antara lain aktivitas membaca,bermain komputer, dan
menonton TV dapat berpengaruh terhadap kejadian miopia. Hal ini dikarenakan
aktifitas jarak dekat dalam waktu lama akan menyebabkan otot siliaris menjadi tinggi
sehingga lensa menjadi cembung dan mengakibatkan bayangan objek jatuh di depan
retina sehingga menimbulkan miopia (Arianti, 2013).

3. Pendidikan
Prevalensi miopia meningkat pada orang yang memiiki tingkat pendidikan yang
tinggi. Paparan sistem pendidikan yang lebih intensif pada usia dini akan
meningkatkan kejadian miopia (Wei Pan, 2011).

6. Klasifikasi penyakit tersebut


- Berdasarkan beratnya myopia (tingginya dioptri), myopia dibagi dalam kelompok,
sebagai berikut:
1. Myopia sangat ringan : ≤ 1 dioptri
2. Myopia ringan : < 3.00 dioptri
3. Myopia sedang : 3.00 – 6.00 dioptri
4. Myopia berat : > 6.00 – 9.00 dioptri
5. Myopia sangat berat. : > 9.00 dioptri

- Miopia berdasarkan penyebabnya :


a. Miopia aksial, yaitu sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter
antero-posterior lebih panjang, bola mata lebih panjang).
Untuk setiap millimeter tambahan panjang sumbu, mata kira-kira lebih
mioptik 3 dioptri.
b. Myopia kurvatura/refraktif, yaitu kurvatura kornea atau lensa lebih kuat /
lebih retraktif dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai
kecembungan yang lebih kuat).
c. Myopia indeks, dimana indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya
pada diabetes mellitus.

- Myopia berdasarkan perjalanan penyakitnya:


a. Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.
b. Miopia progresif yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

7. Gejala klinis selain yang disebutkan di scenario


 Gejala subjektif
Penglihatan jauh kabur, sedangkan untuk dekat tetap terang. Kadang-kadang pada
daerah lapang pandangan ia melihat seperti benang– benang, dan lain-lain
disebabkan oleh jaringan retina perifer mengalami proses degenerasi dan terlepas
dalam corpus vitreus (muscae volitantes). Pada miopia tinggi, punctum remotum
terletak lebih dekat maka titik terjauh masih terang terlihat sehingga ia harus
berkonvergensi lebih banyak dari pada biasa sehingga akan menimbulkan astenopia
oleh konvergensi yang berlebihan (astenopia konvergensi ).
 Gejala objektif
1. Diameter kornea lebih besar
2. Bilik mata depan lebih dalam
3. Iris termulans
4. Pupil dilatasi
5. Vitreus floaters (bercak kecil yg menghalangi penglihatan)
6. Pada miopia aksial terlihat perubahan pada fundus okuli misalnya tigroid fundus
dan myopic cresent

8. Patomekanisme/patofisiologi

9. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan pupil, untuk melihat respons pupil terhadap cahaya dengan


menyinari mata menggunakan senter atau lampu khusus.
 Pemeriksaan gerakan mata, untuk melihat apakah mata pasien bergerak
dengan selaras atau tidak.
 Pemeriksaan penglihatan samping, untuk mengetahui kondisi dan
kemampuan penglihatan samping pasien.
 Pemeriksaan bagian depan bola mata, untuk melihat adanya luka atau
katarak pada bagian kornea, iris, lensa dan kelopak mata.
 Pemeriksaan retina dan saraf mata, untuk melihat adanya kerusakan pada
retina atau saraf mata.
 Pemeriksaan tekanan bola mata, untuk melihat apakah ada peningkatan
tekanan bola mata dengan cara menekan mata dengan lembut menggunakan
alat khusus. Peningkatan tekanan bola mata dapat menjadi gejala glaukoma.

10. Penatalaksanaan pasien pd scenario

11. Komplikasi pada penyakit tersebut


Komplikasi yang dapat timbul pada penderita miopia antara lain ablasi retina dan
strabismus esotropia.
- Ablasi retina terjadi karena pada miopia tinggi terbentuk stafiloma sklera posterior
yang terletak dipolus posterior, maka retina harus meliputi permukaan yang lebih
luas sehingga teregang dan menimbulkan fundus tigroid. Akibat regangan mungkin
dapat menyebabkan ruptura dari pembuluh darah retina dan mengakibatkan
perdarahan yang dapat masuk kedalam badan kaca, mungkin juga terjadi ablasi
retina akibat timbulnya robekan karena tarikan.
- Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki pungtum remotum
yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap,
maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat juling
keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.

12. Pencegahan
Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah kelainan anak atau mencegah jangan
sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti
pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi,
penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata. Pencegahan lainnya adalah
dengan melakukan visual hygiene, yaitu seperti mencegah terjadinya kebiasaan
buruk, melatih pandangan jauh atau melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat
mencegah miopia, kenali dan perbaiki sejak awal jika ada kelainan pada mata jangan
menunggu sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal, maka
kelainan yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi prematur harus terus
dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang inkubator untuk melihat apakah ada
tanda-tanda retinopati, segera lakukan konsultasi dengan dokter spesialis mata anak
untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi supaya tidak terjadi juling.
Patuhi setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut, memperhatikan
nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama hamil memeriksakan mata anak sedini
mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai kacamata, kenali kemampua melihat
yang kurang, dan segeralah melakukan pemeriksaan, dan yang terakhir adalah
melakukan skrining pada anak- anak di usia sekolah (Curtin, 2002).

13. Prognosis
Kacamata dan kontak lensa dapat mengkoreksi ( tetapi tidak selalu ) penglihatan
pasien menjadi 5/5. Operasi mata dapat memperbaiki kelainan mata pada orang
yang memenuhi syarat. Faktor genetik yang mempengaruhi perkembangan dan
derajat keparahan miopi tidak dapat diubah, tetapi kita dapat mempengaruhi faktor
lingkungan sebagai sebab timbulnya miopi. Cara pencegahan yang dapat kita lakukan
adalah dengan membaca di tempat yang terang, menghindari membaca pada jarak
dekat, beristirahat sejenak ketika bekerja di depan komputer atau mikroskop, nutrisi
yang baik dan terapi penglihatan.
Tidak ada angka kejadian berdasarkan penelitian yang menjelaskan bahwa kontak
lensa atau latihan mata dapat menghentikan progresifitas dari miopi. Ketegangan
mata dapat dicegah dengan menggunakan cahaya yang cukup pada saat membaca
dan bekerja, dan menggunakan kacamata atau lensa yang disarankan. Pemeriksaan
secara teratur sangat penting untuk penderita degeneratif miopi karena mereka
mempunyai faktor resiko untuk terjadinya ablasi retina, degenerasi retina atau
masalah lainnya.

Referensi Minimal
1. Gan,S.,1998,FarmakologidanTerapi,FakultasKedokteranUniversitasIndonesia, Jakarta
2. Guyton&Hall,1997,FisiologiKedokteran,Edisi9,PenerbitBukuKedokteranEGC, Jakarta
3. Soemarsono.A.,1998,DiagnosisFisikPenyakitMata,GadjahMadaUniversityPress,
Yogyakarta
4. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan-Eva, P. 1995, Oftalmologi Umum, Alih bahasa:
Tambajong J., Pendit, B.U., 2000. edisi 14. Widya Medika, Jakarta.
5. Suhardjo, Angela Nurini Agni.2017. Buku Ilmu Kesehatan Mata Edisi Ke 3. Departemen
Ilmu Kesehatan Mata Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai