Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PENGELOLAAN

UNIT LAYANAN OBAT

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


DINAS KESEHATAN DAERAH
UPT. PUSKESMAS TROSOBO
Jl. RAYA TROSOBO TELP. (031) 7873664 SIDOARJO

PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI UNIT LAYANAN OBAT
PUSKESMAS TROSOBO

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama di satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang
difungsikan sebagai Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat
memberikan jaminan terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat
dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Dalam rangka memberikan Pelayanan kesehatan yang bermutu, maka di
unit layanan obat perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman
bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke
pasien pada umumnya, Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka dalam
melakukan pelayanan harus berdasarkan standar pelayanan di Puskesmas
Trosobo.

B. TUJUAN
Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan di unit
layanan obat, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang cepat dan
tepat dan memberikan kepuasan pada masyarakat.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan unit layanan obat meliputi :
1. Pengambilan resep sesuai urutan.
2. Skrining kelengkapan dan kejelasan resep.
3. Pengambilan serta peracikan obat sesuai resep.
4. Penyerahan resep ke pasien dengan disertai KIE (konsultasi,
informasi dan
edukasi).

D. BATASAN OPERASIONAL

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1691 tahun 2011
tentang keselamatan pasien rumah sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Unit layanan obat adalah :
No Jenis Kompetens Kompetensi tambahan Jumlah
ketenenagaan i (Ijazah) (pelatihan)
1 Nur Indah SMF - 1
Alrismawati
(Asisten Apoteker)
2 Sunarti SMEA - 1
(Administrasi)

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Petugas di unit layanan obat berjumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal
sudah melaksanakan pelatihan manajemen obat (dalam pengajuan).
Kategori :
1. Asisten Apoteker

C. JADUAL PELAYANAN
Jam buka pelayanan :
Jam buka pelayanan :
Senin- kamis : 07.30 – 14.30 WIB
Jumat : 07.30 – 11.30 WIB
Sabtu : 07.30 – 13.00 WIB
Diluar jam kerja : pelayanan obat 24 jam di UGD
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
I. Fasilitas & Sarana

Unit layanan obat berlokasi di lantai 1 gedung puskesmas Trosobo. Ruangan


terdiri dari 1 (satu) etalase obat , 2 (dua) lemari obat, 2 meja tulis, 3(tiga)
kursi,12 (dua belas) Rak Obat, 1(satu) lemari narkotika, 1 (satu) meja puyer
beserta 1 (satu) set alat puyer, 1 (satu) set komputer, 1(satu) lemari es, 1 (satu)
kipas angin, 1(satu) pendingin ruangan/AC (Air Conditioner) dan mempunyai
fasilitas air mengalir untuk cuci tangan dan cuci peralatan puyer setelah
digunakan.

Peralatan unit layanan obat adalah sejumlah alat yang dipergunakan untuk
melaksanakan pelayanan di unit layanan obat.

A. Bahan Habis Pakai :


1. Tisu
2. Sabun Tangan/ antiseptic
B. Perlengkapan :
1. Tempat sampah tertutup.
C. Meubeler :
1. Kursi kerja
2. Lemari arsip
3. Meja tulis
5. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku bantu bon obat ke gudang
2. LPLPO
3. Resep
4. Kartu stok
BAB IV

PELAYANAN OBAT

Tujuan :
Agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat
informasi bagaimana menggunakannya.
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan
non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien.
Semua resep yang telah dilayani oleh Puskesmas harus dipelihara dan
disimpan minimal 2 tahun.
Kegiatan pelayanan obat meliputi :
- Penataan ruang pelayanan obat
- Penyiapan obat
- Penyerahan obat
- Informasi obat
- Etika pelayanan
- Daftar perlengkapan peracikan obat

1. Penataan ruang pelayanan


a. Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan
penerimaan resep, penyiapan obat pencampuran , pengemasan,
pemberian etiket dan penyerahan obat.
b. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk
komunikasi dengan pasien.
c. Ruangan pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap
jendela dilengkapi dengan teralis.
d. Tempat penyimpanan obat
Obat disimpan di dalam lemari, rak atau kotak-kotak tertentu
- Untuk obat-obat narkotik, psikotropika hendaknya ditempatkan
dalam lemari yang terkunci.
- Tempatkan obat secara terpisah berdasarkanbentuk seperti kapsul,
tablet, sirup, injeksi dan lain-lain.
- Susun obat berdasarkan alfabetis dan terapkan FIFO
- Mewaspadai obat-obat yg sama tetapi beda dosisnya dengan
memberi tanda warna pada label obat tersebut seperti piroxicam 10
mg dengan piroxicam 20 mg, amlodipin 5mg dengan amlodipin 10
mg.
- Mewaspadai obat-obat yang bentuknya/bungkusnya hampir sama
tetapi berbeda jenisnya dengan cara penyimpanannya terpisah.

e. Tempat peracikan
- Ruangan harus selalu bersih, rapi, dan teratur
- Sediakan meja untuk peracikan obat
- Obat-obatan tidak boleh berserakan dimana-mana
- Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk
menghindari kemungkinan terkontaminasi dan udara lembab
- Wadah obat harus diberi label sesuai dengan obat yang ada
didalamnya

2. Perlengkapan peralatan peracikan


a. Blender dan alat perekat
b. Sudip/kuas untuk membantu mengambil obat yang sudah di puyer
c. Sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
d. Baki/wadah lain tempat menghitung tablet atau kapsul
e. Lap/serbet yang bersih untuk serbuk
f. Kertas pembungkus, kantong plastik dan etiket
g. Bolpoint atau spidol untuk menulis aturan pakai

3. Penyiapan obat
a. Memahami isi resep
 Baca resep dengan cermat meliputi :
- Nama obat
- Jenis dan bentuk sediaan obat
- Nama dan umur pasien
- Dosis
- Cara pemakaian, aturan pakai
 Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat
resep.
 Perhatikan dosis obat.
 Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif
/ pengganti kepada pembuat resep.
b. Tata cara menyiapkan obat
- Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat
- Pakai sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
- Setelah selesei menghitung, kembalikan sisanya ke dalam wadah
semula
- Periksa kembali etiket pada wadah
- Yakinkan sisa obat disimpan kembali ke dalam wadah semula
- Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja
c. Mengemas dan memberi etiket
- Untuk tablet dan kapsul
Kemasan yang dapat digunakan adalah kantong plastik
- Salep / krim
Kemasan yang dapat digunakan adalah plastik kecil
- Setelah dikemas perlu ditempeli etiket pada masnig-masing wadah
obat perlu ditulis pada etiket :
 Nama pasien
 Aturan pakai obat
 Waktu pakai obat
 Waktu pakai contoh :pagi hari, malam hari, sebelum makan,
sesudah makan

4. Penyerahan obat
 Sebelum obat diserahkan lakukan pengecekan terakhir tentang
nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan,
cara penyimpanan obat dan efek samping obat.
 Obat diberikan melalui loket
 Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien dengan
mengulang kembali identitas nama pasien dan meminta tanda
tangan serta nomer telepon pasien atau keluarga pasien.

5. Informasi
Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan
tepat, adalah karena penderita tidak mendapatkan penjelasan yang cukup
dari yang memberikan pengobatan atau yang menyerahkan obat.
Oleh karena itu sangatlah penting menyediakan waktu untuk
memberikan penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan.
a. Efek samping obat
Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai
efek sampng, beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat
ditimbulkan oleh obat tersebut.
Sebagai contoh obat :
- Antihistamin seperti CTM dianjurkan kepada pasien yang
meminum obat ini untuk tidak menjalankan kendaraan atau
mengoperasikan mesin karena efek sampingnya mengantuk
- Penisilin atau salep 2-4, jika mengalami keadaan seperti gatal dan
timbul merah disekitar kulit karena alergi, dianjurkan untuk
menghentikan pemakaian dan kembali ke Puskesmas untuk
berkonsultasi dengan dokter.
6. Cara Menyimpan Obat
Sarankan agar obat disimpan ditempat yang sejuk dan aman serta tidak
mudah dijangkau anak-anak.

Etika pelayanan
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, terutama pada
saat penyerahan obat dan pemberian informasi, karena disamping perlu sopan
santun dan
kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita
penyakit biasanya dalam keadan tidak sehat atau kurang stabil emosinya.
Kesadaran petugas bahwa pasien dan keluarganya perlu ditolong terlepas
dari status sosial, golongan dan agama atau kepercayaannya serta
pengetahuan yang terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami
bahaya karena ketidaktahuannya tentang penyakit.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau kalau perlu
Bahasa Daerah setempat sehingga pasien menerima dengan senang hati.
Petugas yang ramah dan sopan akan memberikan semangat kesembuhan pada
pasien., sehingga akan membantu penyembuhan secara psikologis.
Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi
yang baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit.
Begitu juga tentang penyampaian informasi yang menyangkut efek samping
serta keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan
secara hati-hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat diajaga dengan sebaik-
baiknya.
BAB V

PENGELOLAAN OBAT

Ruang lingkup pengelolaan obat meliputi :


1. Perencanaan
2. Permintaan
3. Penyimpanan
4. Distribusi
5. Pengendalian penggunaan
6. Pencatatan dan pelaporan

1. PERENCANAAN
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
- Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan
- Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
- Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas dilaksanakan oleh


pengelola obat setiap tahun dengan mengisi blanko usulan kebutuhan
obat tahunan untuk Puskesmas yang telah ditentukan oleh GFK
Kabupaten Sidoarjo, menggunakan rumus :

Jumlah kebutuhan obat = jumlah pemakaian rata – rata per bulan x 18 – sisa stok

2. PERMINTAAN
Tujuan permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di
masing –masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit
yang ada di wilayah kerjanya.
Permintaan obat puskesmas diajukan oleh Penanggung jawab kamar
obat kepada GFK dengan menggunakan format LPLPO , sedangkan
permintaan dari sub unit ke penaggungjawab kamar obat menggunakan
LPLPO Sub unit.
Kegiatan :
1. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai jadwal yang disusun oleh GFK tiap tiga bulan sekali
2. Permintaan khusus / bon tambahan
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan
meningkat,menghindari kekosongan,penanganan KLB, obat rusak
dan kadaluarsa.
- Menghitung Permintaan Obat
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan
pemakaian pada periode sebelumnya :
SO = SK + WK +WT + SP – SS
Atau kesepakatan GFK Kab Sidoarjo

SO – SS = Pemakaian rata-rata per bulan + 20 % x 3 – sisa


stok

Keterangan:
SO = Stok optimum
SK = Stok kerja ( stok pada periode berjalan )
WK = Waktu kekosongan obat
WT= Waktu tunggu
SP = Stok penyangga
SS = Sisa stok

3. PENERIMAAN
Tujuan: agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh puskesmas.
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang di
serahkan oleh unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola
dibawahnya.

4. PENYIMPANAN
Tujuan penyimpanan: agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan
mutunya dapat dipertahankan .
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman ( tidak hilang ) , terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat.
a. Persyaratan gudang :
- Luas minimal 3x4 m²
-Ruangan kering tidak lembab
-Ada ventilasi
-Cahaya cukup
-Lantai dibuat dari keramik
-Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
-Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
-Tersedia lemari / laci khusus untuk narkotik dan psikotropik yang
selalu terkunci
- Ada pengukur suhu ruangan
b. Pengaturan penyimpanan obat
1. Obat disusun berdasarkan farmakoterapi
2. Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
3. Obat disimpan pada rak
4. Obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan diatas palet
5. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
6. Cairan dipisahkan dari padatan
7. Vaksin, suppositoria disimpan dalam lemari pendingin.
- Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor- faktor
sebagai berikut :
a. Kelembapan
b. Sinar matahari
c. Temperatur /panas
d. Kerusakan fisik
e. Kontaminasi bakteri
f. Pengotoran
- Pengamatan Mutu
Setiap petugas pengelola yang melakukan penyimpanan obat,
perlu melakukan pengamatan mutu obat secara berkala.

5. DISTRIBUSI
Tujuan :
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub- sub unit pelayanan
kesehatan.

6. PENGENDALIAN
Tujuan:
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar :

a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan obat hilang

A. PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stok kerja , stok pengaman , waktu tunggu dan sisa
stok.Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan , perlu diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau
kalau dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang
dapat dipesan (Q ) dengan rumus berikut:

Q = SK + SP + ( WT X D) – SS

Keterangan :
Q = jumlah stok yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengamanan
WT = Waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata-rata perminggu / perbulan

B. PENGENDALIAN PENGGUNAAN
Tujuan pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi :
- Prosentase penggunaan antibiotik
- Prosentase penggunaan injeksi
- Prosentase rata-rata jumlah R /
- Prosentase obat penggunaan obat generik
- Kesesuaian dengan pedoman

C. PENANGANAN OBAT HILANG , OBAT RUSAK DAN KADALUARSA


1. Penanganan obat hilang.
Tujuan:
Sebagai bukti pertanggungjawaban kepada puskesmas sehingga
diketahui persediaan obat saat itu.

Langkah – langkah untuk menangani kejadian obat hilang :


1. Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang
segera menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta
melaporkan kepada Kepala Puskesmas. Daftar obat hilang
tersebut nantinya akan digunakan sebagai lampiran dari Berita
Acara Obat Hilang yang diterbitkan oleh Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
3. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten disertai Berita Acara Obat
Hilang bersangkutan.
4. Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah
obat yang hilang pada masing-masing Kartu Stok.
5. Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi
mencukupi kebutuhan pelayanannya, segera dipersiapkan
LPLPO untuk mengajukan tambahan obat.
6. Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan
kepada kepolisian dengan membuat berita acara (contoh berita
acara terlampir).

2. Penanganan Obat Rusak / Kadaluwarsa


Tujuan :
Melindungi pasien dari efek samping penggunaan oabt rusak /
kedaluwarsa.

Langkah-langkah Penanganan Obat Rusak / Kadaluwarsa :


1. Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan
lainnya segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat
tersebut kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat
Puskesmas.
2. Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan
obat rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak
layak pakai maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok
pada masing-masing kartu stok yang dikelolanya. Petugas
kemudian malaporkan obat rusak / kadaluwarsa yang diterimanya
dari satuan kerja lainnya, ditambah dengan obat rusak /
kadaluwarsa dalam gudang, kepada Kepala Puskesmas.
3. Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan
kembali obat rusak / kadaluwarsa kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten, untuk kemudian dibuatkan berita acara
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :


1. Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
3. Sumber data untuk pembuatan laporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakam


rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara
tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakandi Puskesmas dan atau unit pelyananan lainnya.
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan
pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung
pelaksanaan seluruh pengeolaan obat.
A. Sarana pencatatan dan pelaporan
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
Puskesmas adalah LPLPO dan kartu stok.
- LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus tepat data, tepat
isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik.
- LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan
kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan
pengelolaan obat.
1. Di gudang obat Puskemas
 Kartu stok obat
 LPLPO
2. Di kamar obat Pusksmas
 Catatan penggunaan obat
 LPLPO
3. Di Puskesmas pembantu
 Catatan penggunaaan obat
 LPLPO sub unit
4. Di posyandu / polindes / Bidan desa
 Laporan pemakaian obat dan sisa stok

B. Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan komplikasi dari data LPLPO sub unit dan
Puskesmas Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yaitu :
a. Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten melalui GFK, untuk diisi
jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani disertai satu rangkap
LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di GFK.
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas.

C. Periode pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan.
Untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO
dikirim setiap awal bulan, begitu juga untuk Puskesmas yang
mendapatkan distribusi setiap tribulan.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

 Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk
asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
 Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap
apsien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di
puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
 Puskesmas Trosobo wajib menerapkan standar keselamtan pasien yang
meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Melakukan cuci tangan setiap kali akan melakukan pelayanan dan


setelah pelayanan. Setiap selesai memberikan obat kepada pasien yang
beresiko penularan penyakit selalu melakukan cuci tangan atau penggunaan
hand rub.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di unit layanan obat Puskesmas Trosobo


dalam memberikan pelayanan adalah tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
obat kepada pasien.
BAB X
PENUTUP

Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan unit layanan obat ini dibuat


sebagai acuan pelayanan bagi petugas di puskesmas Trosobo. Mudah -
mudahan dengan adanya pedoman pelayanan ini, dapat lebih memudahkan
semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan
internal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai