Anda di halaman 1dari 3

Capitasime

Ingatan pertama saat merenungkan tentang kelemahan dan kekuatan adalah ajaran waktu
SMA yaitu adam smith division of labour dalam bukunya The Wealth of Nations dimana setiap
orang bisa spesialisasi pekerjaannya konsep yang revolusioner pada jamannya dan juga cikal
bakal dari capitalism. Saya melihat hal ini sebagai bentuk kerjasama antar manusia dimana kita
saling membantu untuk menutupi kelemahan masing-masing individu dan meningkatkan
kekuatan dalam diri kita. Namun capitalism beberapa decade ini menuai banyak kritik sperti
distribusi kekayaan dan kekuatan yang tidak imbang, imperialsm, tendensi monopoly atau
oligopoly dan sebagai penyebab berbagai skandal keuangan. Apakah hal ini terjadi karena
keserakahan? Atau hukum alam yang kuat akan menang?

Bertolak belakang dengan kehidupan kapitalis saya menonton dokumenter masyarakat baduy
dimana disana mereka tidak sekolah dan menyatu dengan alam, salah satu yang mengkagetkan
saya adalah ketika mereka di tanya kenapa tidak sekolah? Mereka menjawab supaya tidak pintar
dan nanti mengurui orang dan kita akan di gurui oleh orang yang lebih pintar. Mungkin itu yang
kurang dari kita dimana orang yang lebih pintar (kuat) lebih banyak mengurui “minteri” dari
pada menjadi guru "digugu lan ditiru".
Game theory

How to fix it

Akuntansi didominasi oleh sifat rasionalitas (Intelektualitas) sehingga mengabaikan


berbagai sudut pandang spiritualitas yang seharusnya diintegrasikan sebagai sebuah keutuhan
untuk peradaban. spiritualitas adalah kata kunci untuk membangun manusia yang berkarakter,
yang secara inklusif mengintegrasikan pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual
intelligence), kecerdasan emosional (emotional intelligence), dan kecerdasan spiritual (spiritual
intelligence). Hal ini memberikan gambaran bahwa penerapan konsep spiritualitas sebagai
refleksi perpanjangan tangan Tuhan untuk mengembalikan seluruh umat kepada fitrahnya dalam
meraih cita¬cita masyarakat yang madani, sekaligus secara khusus sebagai salah satu pilar yang
diyakini akan memperkokoh profesionalitas akuntansi.
Sikap etika yang dibentuk oleh kode etik, pemahaman kode etik, lingkungan etika
perusahaan, usia, jenis kelamin, tahap karir, kualifikasi profesional, dan kode instruksi
(Ghazali & Ismail,2013). Hal ini mempunyai pengertian bahwa dengan bertambahnya usia,
pengalaman dalam kinerja serta perkembangan pola pikir seorang akuntan sangat
mempengaruhi etika akuntan tersebut, disamping itu juga lingkungan akuntan sangat
mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan serta dasar dalam beraktivitas.

Anda mungkin juga menyukai