2411-Article Text-4248-1-10-20170822 PDF
2411-Article Text-4248-1-10-20170822 PDF
2, 2014
Oleh :
Nusa Idaman Said
Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT
Abstrak
Sistem pengolahan air asam tambang secara umum dapat dikategorikan sebagai sistem
pengolahan aktif atau sistem pengolahan pasif, yang berbeda sesuai dengan kemampuannya
untuk menangani keasaman, laju alir serta beban keasaman di dalam influen air asam tambang.
Kebanyakan sistem pasif dan aktif memanfaatkan agregat karbonat untuk menetralkan pH dan
untuk mempercepat pengendapan logam sebagai hidroksida atau mineral sulfida. Selain itu,
sistem pengolahan pasif sering menggunakan bahan organik untuk meningkatkan alkalinitas,
dan untuk menciptakan kondisi reduksi yang mendukung pengendapan sulfida logam.
Pengolahan aktif dapat dirancang untuk mengatasi setiap permasalahan air asam tambang
dengan berbagai tingkat keasaman, laju alir dan beban asiditas (acidity). Pengolahan aktif air
asam tambang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang tetap atau peralatan
portabel untuk pengolahan ditempat (in-situ). Sistem pengolahan pasif hampir selalu digunakan
sebagai solusi permanen untuk berbagai jenis air asam tambang (AMD) dengan biaya yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan proses pengolahan aktif, dan sangat sesuai untuk pengolahan
air asam tambang dengan laju alir serta asiditas yang rendah.
Faktor kunci dalam pemilihan dan desain sistem pengolahan asam tambang baik pengolahan
aktif maupun pengolahan pasif adalah sifat kimia air termasuk pH, konsentrasi logam,
konsentrasi sulfat dan kondisi redoks dan laju alir, serta tujuan pengolahan air asam tambang.
Faktor penting lainnya adalah modal dan biaya operasi, ketersediaan material atau bahan kimia
yang cocok untuk pengolahan serta isu-isu pengelolaan lumpur.
Kata Kunci: Air asam tambang, pengolahan aktif, pengolahan pasif, tambang batubara.
Abstract
Acid Mine Drainage (AMD) treatment systems can be broadly categorised as either active or
passive systems, which differ according to their ability to handle Acidity, flow rate and Acidity
Load of the influent AMD. Most passive and active systems utilise aggregate carbonate to
neutralise the pH and encourage precipitation of metals as hydroxides or sulphide minerals. In
addition, passive treatment systems often use organic matter to provide alkalinity and create
reducing conditions which favour the precipitation of metal sulphides.
Active treatment systems can be engineered to accommodate essentially any acidity, flow rate
and acidity load. Active treatment of AMD can be achieved using fixed plants or portable
equipment for in-situ treatment. Passive treatment systems are almost invariably used for post
closure treatment scenarios, and are best suited to AMD with low Acidity and low flow rates.
The key factors in selection and design of active and passive AMD treatment systems are
water chemistry including pH, metals, sulphate levels and redox state and flow rate of
influent AMD, and the objectives of AMD treatment. Other important factors include capital and
operating costs, availability of suitable treatment reagents or materials and sludge management
issues.
Keywords: Acid Mine Drainage, Active Treatment, Passive Treatment, Coal Mining.
119
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
120
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
ferri terhidrolisa menjadi ferri hidroksida (FeOH)3 dan 2.1 Pembentukan Air Asam Tambang
+ +
ion H (persamaan reaksi 2.3). Keasaman (acidity, H )
yang terbentuk dapat bertindak sebagai katalis dalam Dalam penambangan batubara, timbulnya
memecah pyrite (FeS2) menghasilkan lebih banyak potensi pengasaman sebagian besar terjadi karena
2+ +
lagi ion ferro (Fe ), sulfat dan H (persamaan reaksi adanya mineral sulfida pyrite dan marcasite,
2.4). Jika reaksi seperti yang ditunjukkan pada keduanya mempunyai susunan kimia yang sama,
persamaan di atas melambat atau berhenti, maka yaitu FeS2 (53,4 persennya berupa S). Keduanya
pembentukan air asam tambang juga akan melambat hanya berbeda dalam bentuk kristalnya.
atau berhenti. Mineral sulfat umumnya terjadi sebagai
Penghilangan atau pengurangan air dan atau mineral sekunder hasil pelapukan dari oksidasi
oksigen dapat mencegah atau menghambat oksidasi mineral pyrite. Berbagai mineral sulfat yang sering
pyrite. Pyrite biasanya ditemukan di bawah lapisan dijumpai pada batuan di tambang batubara adalah
air (water table) dimana hampir tidak terdapat pickeringite, halotrichite, alunogen, copiapite,
oksigen sama sekali, sehingga kondisi oksidasinya coquimbite, dll. Sedangkan sulfur organik yang
terbatas. Pada kondisi seperti ini bisanya tidak terjadi berasal dari material asal tanaman atau dari proses
reaksi sama sekali. Pada saat pyrite terkurung di diagenenses molekul organik bukan merupakan
dalam batuan yang massive (padat), hanya sebagian formasi yang mengakibatkan pengasaman. Ketika
kecil saja yang dapat teroksidasi melalui kondisi timbunan material dianalisa, prosentase berat total
alami. Akibatnya, asam yang terbentuk pun hanya sulfur biasanya ditentukan sebagai rerata perkiraan
sedikit dan seringkali terencerkan secara alamiah sulfur pyritic dan merupakan potensi pengasaman
atau ternetralisir material alkali yang terdapat pada dari batuan.
batuan di sekitarnya. Jika sejumlah besar batuan Alkalinitas merupakan kebalikan (penetral)
yang mengandung pyrite terpecah atau terpapar proses pengasaman. Alkalinitas sebagian besar
akibat kegiatan penambangan, maka pyrite ini akan terjadi karena adanya mineral karbonat, yaitu kalsit
bereaksi dan menghasilkan ion Fe atau logam dan dolomit. Mineral-mineral silikat (seperti kuarsa,
+
lainnya, sulfat, dan H atau asam yang akan masuk ke kaolinite, illite, smectite, muscovite) juga dapat
dalam air tanah atau air permukaan. menetralkan pengasaman, meskipun kecepatan
Pada beberapa kondisi, persamaan (2.2) akan reaksinya jauh lebih lambat dibandingkan dengan
berjalan hanya sampai tahap oksidasi pyrite karena mineral karbonat.
konversi ion ferro ke bentuk ion ferri pada kondisi Di antara batuan sedimen yang mengandung
abiotik berjalan lambat pada pH lebih kecil dari 5 lapisan batubara terdapat juga lapisan-lapisan batuan
(Singer & Stumm 1968, 1970). Bakteri pengoksidasi yang memiliki potensi tinggi untuk menghasilkan air
besi, terutama Thiobacillus, dapat mempercepat asam batuan (acid rock drainage atau ARD).
reaksi tersebut. Dengan demikian aktivitas bakteri Permukaan batuan yang teroksidasi oleh oksigen dan
juga sangat berperan dalam proses pembentukan air kemudian terkena air akan menghasilkan air asam
asam tambang (Leathen et al.1953, Waksman 1922). batuan. Miller (1995) mengembangkan metoda Nett
Mekanisme oksidasi pyrite secara sederhana dapat Acid Generation (NAG) test untuk mengklasifikasi
dilihat pada Gambar 1. jenis-jenis lapisan tanah atau batuan yang berpotensi
menimbulkan air asam batuan.
121
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
pemukiman atau sering dimanfaatkan sebagai water Air Tambang Tipe 4 adalah air asam tambang tipe
front city area. 1 yang dinetralkan hingga pH-nya > 6 dan
Air asam tambang adalah air bersifat asam mengandung partikel tersuspensi dengan
dan mengandung zat besi dan sulfat, yang terbentuk konsentrasi yang tinggi. Pengendapan hidroksida
pada kondisi alami pada saat strata geologi yang logam di dalam air belum terjadi. Dengan waktu
mengandung pyrite terpapar ke atmosfir atau tinggal yang cukup di dalam kolam, maka partikel
lingkungan yang bersifat oksidasi. Air asam tambang tersuspensi akan mengendap.
dapat terbentuk dari tambang batubara, baik pada Air Tambang Tipe 5 adalah air asam tambang
pertambangan permukaan maupun pertambangan yang telah dinetralkan sehingga pH-nya > 6 dan
bawah tanah. mengandung zat padat terlarut dengan
Air tambang alkali (alkaline mine drainage) konsentrasi yang tinggi. Setelah hampir seluruh
adalah air tambang yang mempunyai tingkat hidroksida logam diendapkan di dalam kolam
keasaman (pH) 6 atau lebih, mengandung alkalinitas pengendap, kation utama yang masih tertinggal di
tetapi masih mengandung logam terlarut yang dapat dalam air dengan konsentrasi yang tinggi
menghasilkan asam seperti pada persamaan reaksi umumnya adalah kalsium (Ca) dan magnesium
(2.2) dan (2.3). Kualitas air tambang, asam atau alkali, (Mg) terlarut. Anion terlarut seperti bikarbonat
bergantung pada ada atau tidaknya kandungan dan sulfat masih tertinggal di dalam air. Jika pada
mineral asam (sulfida) dan material alkali (material proses netralisasi mengalami kekurangan
karbonat) di dalam strata geologi. Umumnya material alkalinitas, air tambang tipe 5 ini tidak akan
yang banyak mengandung sulfida dan mengandung terbentuk.
sedikit material alkali cenderung membentuk air Tipe lain dari air tambang terjadi dari tambang
asam tambang. Sebaliknya material yang banyak yang mengandung sedikit sulfida dan karbonat
mengandung alkali, walaupun mengandung material dengan konsentrasi rendah sampai sedang. Air tipe
sulfida dengan konsentrasi yang banyak, sering ini biasanya mendekati pH netral, spesifik konduktan
menghasilkan air alkali (net akaline water). rendah (< 100 μS/mm) dan alkalinitas mendekati
Menurut Skousen dan Ziemkiewicz (1996) air setimbang. Air tipe ini dikelompokkan sebagai air
tambang dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe yaitu: netral atau inert.
Air Tambang Tipe 1 adalah air tambang yang Di antara tipe-tipe air tambang di atas
tidak atau sedikit mengandung alkalinitas (pH < terdapat kemungkinan adanya tipe transisi sehingga
4,5) dan mengandung Fe, Al, Mn, dan logam pengambilan data yang sesuai dan analisa
+
lainnya, asam (H ) dan oksigen dengan konsentrasi logam, pH air, serta status oksigen perlu
konsentrasi yang tinggi. Air tambang tipe ini dilakukan untuk menentukan tipe atau karakteristik
disebut air asam tambang (acid mine drainage, air tambang.
AMD). Air asam tambang (AMD) mungkin juga
merujuk pada air yang mempunyai pH < 6 dan 2.3 Bentuk Sulfur Di Dalam Batuan
mengandung keasaman bersih (net acidity), yaitu
keasamannya lebih besar daripada alkalinitasnya. Sulfur di dalam batubara atau batuan yang
Air Tambang Tipe 2 adalah air tambang yang berasosiasi dengan batubara terdapat dalam bentuk
mempunyai kandungan zat padat terlarut yang sulfur organik, sulfat atau pyrite. Sulfur organik
tinggi, yakni mengandung besi ferro dan Mn yang ditengarai bergabung dengan senyawa organik
tinggi, sedikit atau tanpa megandung oksigen, dan kompleks di dalam batubara, dan umumnya senyawa
pH > 6. Pada kondisi teroksidasi, pH air tipe ini sulfur jenis ini kurang reaktif terhadap senyawa kimia
dapat turun secara tajam sehingga berubah sehingga kurang berperan dalam pembentukan air
menjadi air tipe 1. asam tambang.
Air Tambang Tipe 3 adalah air tambang yang Sulfur dalam bentuk sulfat biasanya
mengandung zat padat terlarut dengan ditemukan dalam jumlah yang sedikit di dalam
konsentrasi sedang sampai tinggi, mengandung batubara atau batuan yang mengandung pyrite yang
besi ferro dan Mn dengan konsentarsi rendah masih baru ditambang. Sulfur dalam bentuk sulfat
sampai sedang, tanpa atau sedikit mengandung umumnya terjadi akibat oksidasi sulfida. Beberapa
oksigen, pH > 6, dan alkalinitas lebih besar dari mineral sulfat, misalnya jarosite (KFe3(SO4)2(OH)6),
keasaman (acidity). Umumnya disebut juga dapat terlarut dan menghasilkan larutan asam di
dengan air tambang alkali (alkaline mine dekat lingkungan permukaan.
drainage). Pada kondisi teroksidasi, asam yang Senyawa sulfur dalam bentuk pyrite atau
terbentuk dari hidrolisa logam dan reaksi sulfida merupakan bentuk sulfur yang paling
pengendapan akan dinetralkan oleh senyawa dominan di dalam kebanyakan batubara. Senyawa
alkali yang sudah terdapat di dalam air. tersebut merupakan bentuk sulfur yang mendapat
perhatian yang paling besar. Dari seluruh mineral
122
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
3
sulfida yang mungkin ada, besi disulfida (FeS 2) limbah maksimum adalah 2 m per ton produk
merupakan bentuk yang paling dominan dan batubara
merupakan pembentuk asam yang utama. Oleh
karena itu potensial keasaman maksimum (maximum Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan
potential acidity, MPA) dari contoh lapisan tanah Penambangan Batubara.
penutup yang baru sangat dipengaruhi oleh
kandungan sulfur dalam bentuk pyrite. Dari hasil Kadar
Parameter Satuan
beberapa studi ditunjukkan bahwa variasi kandungan Maksimum
total sulfur di dalam contoh lapisan tanah penutup pH - 6-9
sebanding dengan variasi kandungan pyrite yang ada Residu Tersuspensi mg/l 400
di dalam contoh tersebut. Besi (Fe) mg/l 7
Beberapa type pyrite diketahui berdasarkan Mangan (Mn) mg/l 4
bentuk kenampakan fisiknya dan secara umum
dikelompokkan menjadi 6 grup yaitu (i) primary 3. TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR ASAM
massive, (ii) plant replacement pyrite, (iii) primary TAMBANG
euhedral pyrite, (iv) secondary cleat (joint) coats, (v)
mossy pitted pyrite, dan (vi) framboidal pyrite. Pengolahan air asam tambang dapat
Caruccio (1988) telah melakukan review secara dilakukan dengan cara netralisasi, yaitu dengan
ekstensif terhadap beberapa bentuk yang berbeda, menambahkan bahan kimia yang bersifat basa.
morfologi dan reaktivitas material pyrite. Bahan kimia yang umum digunakan untuk netralisasi
Persamaan untuk oksidasi pyrite menunjukkan ini adalah kapur (CaCO3), hydrated lime (Ca(OH)2),
bahwa material yang mengandung 1% sulfur dalam soda-ash (Na2CO3), atau caustic soda (NaOH).
bentuk pyrite akan menghasilkan reaksi sempurna Secara umum ada dua metoda yang dapat
membentuk sejumlah asam sulfat yang memerlukan digunakan untuk pengolahan air asam tambang,
31,25 mg CaCO3 untuk menetralkan 1000 mg yaitu teknologi pengolahan aktif dan teknologi
material (Sobek 1978). pengolahan pasif. Pada teknologi pengolahan aktif,
Reaksi oksidasi pyrite dipengaruhi oleh proses-proses yang digunakan adalah netralisasi,
beberapa factor, antara lain: aerasi dan pengendapan. Netralisasi adalah proses
Luas permukaan aktif dari pyrite (Singer & penambahan bahan kimia untuk menetralisir pH air
Stumm 1968), asam tambang agar proses penghilangan besi di air
Bentuk formasi dari pyrite (Caruccio et al. 1988), dapat berjalan dengan baik. Proses aerasi adalah
Konsentrasi oksigen. (Smith & Shumate 1970), penambahan oksigen dalam air asam tambang agar
pH larutan (Smith & Shumate 1970). besi yang terdapat di dalam air asam tambang
Adanya senyawa yang bersifat katalis (Caruccio bereaksi dengan oksigen dimana selanjutnya Fe akan
et al. 1988), dipisahkan melalui proses pengendapan.
Frekuensi pencucian (Caruccio et al. 1988), Sementara itu, pada teknologi pengolahan
Adanya bakteria Thiobacillus (U.S. secara pasif, air diolah tanpa membutuhkan bahan
Environmental Protection Agency 1971). kimia dan hanya menggunakan proses kimia dan
biologi yang terjadi di alam. Beberapa teknologi
2.4 Standar Efluen Kegiatan Penambangan pengolahan pasif untuk air asam tambang yang dapat
Batubara digunakan adalah rawa alamiah (natural wetland),
rawa buatan (constructed wetland), saluran anoksik
Operator tambang batubara harus memenuhi batu kapur (anoxic limestone drain, ALD), Sistem
standar kinerja untuk reklamasi tanah bekas aliran vertikal (vertical flow system), dan saluran
tambang, terutama yang berhubungan dengan air terbuka batu kapur (open limestone channe, OLC).
asam tambang. Oleh karena itu, pengolahan air asam
tambang perlu dilakukan agar efluen air limpasan 3.1 Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang
dari bekas tambang yang masuk ke perairan tidak Secara Aktif (Active Treatment)
mencemari lingkungan. Standar efluen atau baku
Sistem pengolahan aktif adalah pengolahan
mutu air limbah kegiatan penambangan menurut
air asam tambang dengan menggunakan bahan kimia
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No.113
alkali untuk meningkatkan pH air, menetralkan
Tahun 2003 diberikan pada Tabel 1. Sedangkan
keasaman dan pengendapan logam. Meskipun
standar efluen atau baku mutu untuk kegiatan
efektif, pengolahan aktif mahal bila biaya peralatan,
pengolahan/pencucian batubara sama dengan Tabel
bahan kimia, dan tenaga kerja dianggap sebagai
1 hanya saja kadar maksimum nilai residu
pertimbangan (Skousen, 1990). Pengolahan kimia
tersuspensinya adalah 200 mg/l, dan volume air
mungkin akan dilakukan dalam jangka panjang. Jika
123
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
masalah air asam tambang (AMD) terjadi selama faktor konversi untuk setiap bahan kimia untuk
waktu penambangan atau setelah reklamasi, rencana menentukan jumlah bahan kimia yang diperlukan
untuk mengolah air pembuangan harus (Tabel 2).
dikembangkan. Pengolahan AMD meliputi netralisasi Beberapa bahan kimia yang sering digunakan
keasaman dan presipitasi ion logam untuk memenuhi di dalam pengolahan air asam tambang secara aktif
persyaratan baku mutu lingkungan. Berbagai metode antara lain adalah batu kapur (limestone), kalsium
alternatif pengolahan dapat digunakan untuk hidroksida (hydrate lime), Kalsium oksida atau kapur
memenuhi batas-batas yang ditentukan. tohor (quick lime), soda api atau caustic soda,
Pengolahan air asam tambang secara aktif amoniak dan lainnya (Tabel 2).
(active treatment) umumnya menggunakan bahan
kimia yang mengandung kapur, bisa dalam bentuk Tabel 2. Bahan Kimia Yang Banyak Digunakan Untuk
CaCO3, Ca(OH)2, CaO atau penambahan soda kaustik Pengolahan Air Asam Tambang.
(NaOH) dan amoniak (NH3). Reaksi penetralan asam
Nama Nama Kimia Rumus Faktor Efisiensi
dengan bahan yang mengandung kapur adalah Umum Molekul Konversi Netrali
sebagai berikut : 1)
sasi 2)
Batu kapur Kalsium CaCO3 1,00 50 %
Ca(OH)2 + H2SO4 <==> CaSO4 + 2 H2O (3.1) (Limestone) Karbonat
Hydrate Kalsium Ca(OH)2 0,74 95 %
Ca(OH)2 + FeSO4 <==> Fe(OH)2 + CaSO4 (3.2) Lime Hidrok
3 Ca(OH)2 + Fe2(SO4)3 <==> 2 Fe(OH)3 (3.3) sida
+ 3 CaSO4 Kapur Tohor Kalsium CaO 0,56 90 %
(Pebble Oksida
Quicklime)
Untuk melakukan pemilihan sistem Soda Abu Sodium Na2CO3 1,06 60 %
pengolahan aktif, beberapa hal yang harus (Soda Ash) Karbonat
diperhatikan antara lain adalah debit aliran air baku, Soda Api Sodium NaOH 0,80 100 %
(Caustic Hidroksida
pH, total padatan tersuspensi (TSS), keasaman atau Soda)
alkalinitas dalam mg/l sebagai CaCO3, konsentrasi Fe Padatan
dan Mn, badan air penerima dan penggunaannya, Soda Api cair Sodium NaOH 784 100 %
ketersediaan listrik, jarak antara penambahan bahan 25 % Hidroksida
Soda Api cair Sodium NaOH 256 100 %
kimia dan tempat air masuk ke kolam pengendap, 50 % Hidroksida
volume serta bentuk kolam pengendap. Setelah Amoniak Amonia NH3 0,34 100 %
mengevaluasi variabel-variabel tersebut selama Anhidrous
periode waktu tertentu, operator dapat
mempertimbangkan secara ekonomi terhadap bahan 1) Faktor konversi dikalikan dengan perkiraan jumlah
kimia berbeda dan alternatif sistem pengolahan aktif. ton per tahun keasaman (acidity) untuk mendapatkan
Kebanyakan sistem pengolahan aktif secara jumlah bahan kimia untuk netralisasi per tahun (ton).
2) Efisiensi netralisasi adalah perkiraan efektifitas relatif
kimia terdiri dari pipa aliran masuk (inflow pipe) atau
dari bahan kimia yang digunakan untuk menetralkan
parit atau ditch (kadang-kadang sebuah kolam
air asam tambang (AMD). Sebagai contoh : jika
penampungan air baku dan aerator untuk aliran yang jumlah keasaman (acidity) air asam tambang yang
besar), sebuah tangki penyimpanan atau tangki (bin) akan dinetralkan adalah 100 ton per tahun (sebagai
untuk melakukan pengolahan kimia, peralatan CaCO3), maka jika dinetralkan dengan menggunakan
kontrol penggunaan bahan kimia, kolam pengendap hydrate lime (CaOH2),perkiraan kebutuhan bahan
untuk memisahkan endapan logam-logam oksi- kimia yang diperlukan adalah 100 x 0,74/0,95 = 78
hidroksida, dan titik pengeluaran atau pembuangan. ton per tahun.
Diagram proses pengolahan air asam tambang secara
aktif dapat dilihat pada Gambar 2 (Lampiran). Bahan kimia oksidator atau oksidan (Tabel 3) kadang-
Di titik pembuangan inilah dilakukan kadang digunakan untuk membantu proses oksidasi
pemantauan nilai kepatuhan baku mutu sesuai untuk meningkatkan pengendapan logam hidroksida
dengan peraturan yang berlaku. Jumlah CaCO 3 dan mengurangi volume flok logam. Senyawa
(ton/thn) diperlukan untuk netralisasi dapat dihitung hipoklorit, hidrogen peroksida, dan kalium
dengan mengalikan debit aliran (gpm), nilai permanganat telah digunakan untuk pengolahan air
keasaman AMD (mg/l sebagai CaCO3), dan faktor asam tambang (AMD) dan telah menunjukkan
0,0022 adalah unit konversi untuk mendapatkan sebagai bahan oksidator yang sangat efektif. Kalsium
berat dalam ton per tahun). Hasilnya adalah jumlah peroksida (Trapzene) telah diketahui sebagai bahan
ton CaCO3 yang diperlukan untuk menetralkan pengoksidasi AMD dan bahan menetralkan keasaman
beban keasaman (acidity) per tahun. Nilai ini (ton AMD (Lilly dan Ziemkiewicz 1992).
CaCO3/tahun) kemudian dapat dikalikan dengan
124
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
125
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
Aluminium hidroksida umumnya mengendap 3.1.2 Netralisasi dan Penghilangan Zat Besi (Fe)
pada pH > 5,0, tetapi akan larut kembali pada pH 9,0. atau Mangan (Mn) Dengan Kontrol pH Secara
Pengendapan Mangan hidroksida adalah bervariasi Otomatis
sesuai dengan tingkat oksidasinya, tetapi pada
umumnya akan mengendap pada pH 9,0-9,5. Namun Permasalahan yang sering dijumpai di dalam
untuk beberapa kasus, kadang-kadang diperlukan pH pengolahan air asam tambang adalah fluktuasi pH
10,5 agar penghilangan Mn dalam air dapat dilakukan serta debit air asam tambang terutama pada saat
dengan sempurna. Penghilangan Mn secara hujan. Selain itu konsentrasi zat besi dan mangan
sempurna dalam prakteknya relatif sangat sulit untuk yang ada di dalam air asam tambang juga sering
dicapai. Kondisi pH tinggi untuk penghilangan berfluktuasi tergantung dengan curah hujan serta
mangan tersebut dapat menyebabkan larutnya waktu kontak antara air dengan batuan yang
kembali Al ke dalam air. Untuk pengolahan air mengandung pyrite. Dengan sistem pembubuhan
dengan konsentrasi Mn dan Al yang tinggi, mungkin manual hasilnya sering berfluktuasi sehingga sering
diperlukan sistem pengolahan dua fasa. Seperti telah terjadi pemborosan kebutuhan kapur. Oksidasi zat
diterangkan sebelumnya, pengolahan secara kimia besi dan mangan sangat dipengaruhi oleh pH air,
yang tepat sangat tergantung pada tingkat oksidasi konsentrasi oksigen terlarut serta waktu reaksi.
dan konsentrasi logam yang ada di dalam air asam
tambang (US Environmental Protection Agency
1983).
Interaksi di antara logam-logam juga
mempengaruhi kecepatan dan sejauh mana
pengendapan logam terjadi. Misalnya, pengendapan
ferri hidroksida akan menghilangkan sebagian besar
Mn dalam air pada pH 8 karena adanya co-
precipitation, tetapi hal ini terjadi hanya jika
konsentrasi Fe dalam air jauh lebih besar daripada
konsentrasi Mn (sekitar 4 kali lebih banyak atau lebih
besar). Jika konsentrasi Fe dalam AMD kurang dari
empat kali lipat dari konsentrasi Mn, Mn mungkin
tidak dapat dihilangkan oleh co-presipitasi dan perlu
pH 9 untuk menghilangkan Mn. Gambar 4. Pembubuhan Kalsium Hidroksida Bubuk
Karena AMD berisi beberapa kombinasi pada Air Asam Tambang Secara Manual.
keasaman dan logam, maka tiap-tiap AMD adalah
unik dan pengolahannya dengan bahan kimia Untuk menjaga agar pH air dapat diatur secara
tersebut bervariasi secara luas di berbagai tempat. lebih stabil dan konsisten dapat dilakukan dengan
Sebagai contoh, AMD dari satu tempat mungkin akan cara pembubuhan larutan kapur yang dilengkapi
benar-benar dinetralisir dan tidak mengandung dengan sistem kontrol pH secara otomatis. Sistem
logam terlarut pada pH 8.0, sedangkan di tempat lain pembubuhan larutan kapur dengan kontrol pH secara
mungkin masih memiliki konsentrasi logam dengan otomatis dapat dilihat seperti pada Gambar 5.
konsentrasi melebihi baku mutu, bahkan setelah pH
air dinaikkan sampai pH 10.
Beberapa contoh unit peralatan pengolahan
untuk menetralkan air asam tambang secara aktif
dapat dilihat seperti pada Gambar 3 dan Gambar 4.
126
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
127
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
Dimana :
Q1 = Kapasitas pompa air asam tambang
3
= 17.280 m /hari
C1 = Konsentrasi Kapur (Alkalinitas) di dalam air
asam tambang = 0 mg/l
Q2 = Jumlah atau debit larutan kapur yang
3
diinjeksikan (m /hari)
Gambar 12. Salah Satu Contoh Baffle Aerator C2 = Konsentrasi Kapur (Lime) di dalam Larutan
(Maelstrom Oxidizer). kapur yang digunakan (umumnya 10 %)
128
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
3
= 100.000 mg/l (g/m )
Q3 = Debit air asam tambang setelah 91,238 kg/hari
pembubuhan (dianggap sama dengan Q1) =
3
C3 = Konsentrasi Kapur yang diharapkan setelah 1,1725 kg/m x 0,232 g O2/g Udara
3
pembubuhan = 128,85 mg/l (g/m )
3
= 335,4 m /hari.
Jumlah larutan kapur yang dibubuhkan =
3 3
Efisiensi Difuser = 2,5 %
7.280 m /hari x 128,85 g/m
= 3
3
335,4 m /hari
100.000 g/m Kebutuhan Udara Aktual =
3
= 22,27 m /hari. 0,025
3 3
= 13.416 m /hari = 9,32 m /menit.
Jika pemompaan dilakukan selama 24 jam, maka
jumlah kapur (lime) yang diperlukan : Untuk Oksidasi besi dan mangan pada kondisi pH 7
3 3
= 22, 27 m /hari x 100.000 g/m memerlukan waktu kontak sekitar 15 menit.
= 2.227.000 g/hari= 2.227 kg/hari= 2,227 ton/hari Jika menggunakan Bak Aerator (Baffle Aerator) maka
perhitungan dimensi bak aerator adalah sebagai
berikut :
Jika debit air asam 200 liter per detik (17.280
3
m /hari), maka volume aerator yang diperlukan
15
3
adalah = hari x 17.280 m /hari
60 x24
3
=192 m .
129
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
dalam air. Padatan tersebut kemungkinan berasal koagulan berfungsi untuk mengatur pH agar kondisi
dari mineral-mineral, misalnya pasir yang sangat air baku dapat menunjang proses flokulasi serta
halus, silt, lempung atau berasal dari zat organik membantu agar pembentukan flok dapat berjalan
misalnya asam humus, asam vulvat yang merupakan dengan lebih cepat dan baik.
hasil penguraian jasat tumbuh-tumbuhan atau Pemilihan zat koagulan harus berdasarkan
binatang yang telah mati. Di samping itu, padatan pertimbangan antara lain : jumlah dan kualitas air
tersuspensi ini juga dapat berasal dari yang akan diolah, kekeruhan atau konsentrasi total
mikroorganisme, misalnya plankton, bakteria, alga, padatan tersuspensi yang ada di dalam air, biaya
virus dan lain-lainnya. Semua elemen-elemen bahan kimia dan peralatan serta kemudahan
tersebut umumnya menyebabkan kekeruhan atau operasional. Bahan kimia koagulan yang sering
warna dalam air. Partikel koloid hampir sama dengan dipakai antara lain aluminium sulfat (alum), poly
padatan tersuspensi hanya mempunyai ukuran yang aluminium chloride (PAC). Bahan ini juga disebut
lebih kecil yakni kurang dari 1 m (mikron), dengan polyelectrolytes dan menghasilkan ion bermuatan
kecepatan pengendapan yang sangat rendah sekali. tinggi ketika dilarutkan dalam air. Di samping itu ada
Ada beberapa teknologi yang dapat digunakan senyawa polimer tertentu yang dapat dipakai
untuk memisahkan total padatan tersuspensi di bersama-sama dengan senyawa koagulan lainnya.
dalam air asam tambang, yaitu dengan proses Polimer anionic jika dilarutkan di dalam air akan
koagulasi-flokulasi dengan menggunakan bahan membentuk ion bermuatan negatif yang digunakan
kimia atau dengan proses fisika menggunakan proses untuk menghilangkan partikel padatan yang
penyaringan Ultrafiltrasi. bermuatan positif. Sebaliknya terjadi dengan flokulan
kationik. Polimer polyampholytes bermuatan netral,
3.1.4.1 Penghilangan Padatan Tersuspensi (TSS) tapi ketika dilarutkan dalam air akan membentuk ion
Dengan Proses Koagulasi-Flokulasi positif atau ion bermuatan negatif sesuai dengan
kondisi pH air.
Proses koagulasi yaitu penambahan bahan
kimia agar partikel-partikel yang sukar mengendap 3.2 Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang
menggumpal menjadi besar dan berat sehingga (AMD) Secara Pasif (Passive Treatment)
kecepatan pengendapannya lebih besar. Proses
koagulasi dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama Sistem pengolahan air asam secara pasif
yaitu koagulasi partikel-partikel kotoran menjadi flok- umumnya mencontoh sistem lahan basah dan proses
flok yang masih halus/kecil dengan cara pengadukan alami lainnya, dengan modifikasi yang diarahkan
cepat segera setelah koagulan dibubuhkan. Tahap ini untuk tujuan pengolahan khusus. Penelitian
disebut dengan pencampuran cepat dan prosesnya sebelumnya termasuk penelitian lahan basah gambut
dilakukan pada bak pencampur cepat (mixing basin). Sphagnum Sp untuk mengolah air asam tambang
Tahap selanjutnya adalah proses pertumbuhan flok (Weider, 1982). Dengan sistem tersebut mampu
agar menjadi besar dan stabil, yaitu dengan cara meningkatkan pH dan dapat menurunkan
pengadukan lambat pada bak flokulator. Proses konsentrasi besi.
tersebut dinamakan flokulasi.
Bahan kimia yang sering digunakan untuk 3.2.1 Rawa Alamiah (Natural Wetland)
proses koagulasi – flokulasi umumnya diklasifikasikan
menjadi tiga golongan yakni zat koagulan, zat alkali Umumnya ditanami dengan Sphagnum bogs
dan zat pembantu koagulan (flokulan). Beberapa di Ohio dan Virginia. Penelitian yang dilakukan oleh
bahan kimia untuk proses koagulasi dan flokulasi Brooks (1985), menemukan fenomena yang sama
yang digunakan di dalam pengolahan air asam pada rawa yang ditanami dengan Typha.
tambang (AMD) dapat dilihat pada Tabel 3.
Penggunaan bahan tersebut biasanya terbatas pada 3.2.2 Rawa Buatan (Constructed Wetland)
kasus-kasus dimana komposisi logam unik 3.2.2.1 Rawa Aerobik (Aerobic Wetland)
memerlukan sistem pengolahan khusus, atau di
mana aerasi dan waktu tinggal dalam kolam Sistem rawa ini ditanami dengan Typha dan
pengendap tidak mencukupi untuk pengendapan tanaman rawa lainnya dengan kedalaman < 30 cm,
secara sempurna. dengan sedimen impermiabel yang terdiri dari tanah,
Zat koagulan digunakan untuk lempung, mine spoil. Rawa aerobik cocok dipilih
menggumpalkan partikel-partikel padatan untuk kondisi air yang nett alkaline, karena sistem ini
tersuspensi, zat warna, koloid dan lain-lain agar memberikan aerasi pada air kolam yaitu dengan
membentuk gumpalan partikel yang besar (flok), adanya zona perakaran dari vegetasi.
sehingga dapat dengan cepat dapat diendapkan pada Salah satu desain awal yang digunakan adalah
bak pengendap. Zat alkali dan zat pembantu aliran permukaan lahan basah dangkal (± 1 kaki),
130
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
yang ditanami cattails (Typha sp.) (Hedin dan lain- mendorong pembentukan alkalinitas bikarbonat
-
lain, 1994, Skousen et al., 1998). Substrat untuk lahan (HCO3 ) karena penguraian senyawa organik oleh
basah ini bervariasi tanah alam sampai material mikroba anaerobik pereduksi sulfat dan pelarutan
organik (kompos). Di dalam sistem lahan basah kalsium karbonat. Selanjutnya, bikarbonat yang
"aerobik", air asam tambang yang akan diolah akan terbentuk akan menetralkan keasaman AMD, dan
mengalir melalui sela-sela vegetasi dan bercampur meningkatkan pH serta meningkatkan pengendapan
dengan udara. Dengan demikian hal ini logam yang larut di dalam asam seperti Fe.
2+
memungkinkan terjadi oksidasi Fe dan membentuk Reaksi kimia yang terjadi di dalam sistem
endapan sebagai FeOOH. Lahan basah aerobik sering lahan basah anaerobik adalah sebagai berikut :
digunakan untuk pengolahan air asam tambang
2- -
dengan tingkat keasaman yang tidak terlalu tinggi 2 CH2O + SO4 H2S + 2 HCO3 (8)
+ 2+ -
(sedang) atau air basa yang mengandung konsentrasi CaCO3 + H Ca + HCO3 (9)
- +
Fe tinggi. HCO3 + H H2O + CO2 (aq) (10)
Kriteria desain lahan basah aerobik untuk
menghilangkan zat besi (Fe) yang telah dipublikasikan Diagram penampang sederhana sistem Anaerobic
2
adalah 310 mg/hari per ft luas lahan basah dimana Wetland dapat dilihat pada Gambar 16.
hal ini dirancang untuk memenuhi standar
2
kepatuhan, dan 620 mg/hari per ft apabila standar
kepatuhan tidak dipermasalahkan (Hedin, 1994).
Penggunaan lahan basah aerobik untuk
menghilangkan Fe umumnya menyebabkan
penurunan pH disebabkan karena pembentukan
proton oleh hidrolisis Fe sesuai dengan persamaan
3+ +
reaksi Fe + 3 H2O <==> Fe(OH)3 + 3 H (Skousen dan
lain-lain, 1997). Penampang sederhana sistem lahan
basah aerobik (aerobic wetland) dan salah satu Gambar 16. Diagram Penampang Sederhana Sistem
contoh aplikasinya dapat dilihat pada Gambar 15. Anaerobic Wetland.
131
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
3+ +
Al + 3 H2 O Al(OH)3 (s) + 3 H (11) Dibandingkan dengan rawa anaerobik aliran
horisontal, sistem ini lebih baik karena dapat
Sistem saluran batu kapur anoksik (ALD) telah meningkatkan interaksi antara AMD dengan batu
menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan kapur dan zat organik. Di bawah lapisan batu kapur
alkalinitas dan atau menetralkan keasaman terdapat pipa yang mengalir ke kolam aerobik
sebanyak 300 mg/l (setara CaCO3) dengan waktu dimana terjadi reaksi terhadap logam. Sistem ini
tinggal hanya 14 - 23 jam (Hedin dan Watzlaf, 1994, memiliki drainase dengan konstruksi mendatar dan
Hedin dan lain-lain, 1994a), meskipun laju berdiri untuk menjaga kedalaman air dan menjaga
pembentukan alkalinitas hanya berikisar antara 150 - lapisan organik dan batu kapur tetap tenggelam.
250 mg/l. Air limpasan ditampung di dalam kolam
pengendap untuk memungkinkan netralisasi asam,
penyesuaian pH dan pengendapan logam. Skousen
dan lain-lain (2000) menyatakan bahwa ALD telah
berhasil digunakan untuk pengolahan AMD dengan
konsentrasi oksigen terlarut hingga 2 mg/l dan
konsentrasi Al sampai dengan 25 mg/l, apabila
kurang dari 10 persen dari total Fe berada dalam
3+
bentuk Fe . Jika konsentrasi Al di dalam air lebih
besar dari 1 mg/L dan pH air di ALD mencapai pH 4.5
atau lebih , Al akan mengendap sebagai Al (OH)3.
Diagram penampang sederhana sistem
Saluran Batu Kapur Anoksik (Anoxic Limestone Drain,
ALD) ditunjukkan seperti pada Gambar 17, sedangkan
salah satu contoh ALD dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Salah satu contoh ALD yang
3.2.2.4 Sistem Aliran Vertical (Vertical Flow dikembangkan oleh Tennessee Division of Water
System) Pollution Control (TDWPC) (Turner dan McCoy 1990).
Sistem aliran vertikal (vertical flow systems) Dua hal penting pada aliran tersebut adalah
sering juga disebut dengan sistem produksi alkalinitas adanya aktivitas bakteri aerobik pada lapisan organik
berlanjut (successive alkalinity producing systems, yang menangkap oksigen terlarut untuk
SAPS). (Kepler and McCleary, 1994). Sistem ini mendegradasi kandungan organik pada lapisan
merupakan kombinasi antara rawa anaerobik dan tersebut dan aktivitas bakteri pereduksi sulfat pada
ALD yang bertujuan untuk saling menutupi zona aerobik di lapisan organik yang menciptakan
kekurangan yang ada pada kedua sistem tersebut. kondisi alkali. Lapisan organik mampu menurunkan
Prinsip dasar sistem aliran vetikal sama dengan konsentrasi oksigen terlarut hingga < 1 mg/l. Pada
anaerobic wetland, tetapi terdapat penambahan lapisan batu kapur, CaCO3 akan larut oleh asam
saluran pada lapisan batu kapur agar AMD membentuk alkalinitas bikarbonat.
mengalami kontak langsung dengan material organik Untuk menghindari penyumbatan pada
dan batu kapur. Arah aliran AMD menuju ke bawah lapisan batu kapur digunakan katup pengatur
secara meresap di dalam kolam yang terdiri dari pembuangan. Diagram penampang sederhana Sistem
material organik dan melalui lapisan batu kapur. Aliran Vertikal (Vertical Flow System) dapat dilihat
pada Gambar 19, sedangkan salah satu contoh
132
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
aplikasi SAPS untuk pengolahan air asam tambang batu kapur dengan tebal 0,5 - 1 m (Gambar 19). Di
dapat dilihat pada Gambar 20. bawah batu kapur adalah rangkaian pipa drainase
untuk mengalirkan air ke kolam aerobik untuk
mengendapkan oksida logam.
Konsentrasi oksigen di dalam air asam 3.2.2.6 Sumur Pembagi (Diversion Wells)
tambang (AMD) sering menjadi keterbatasan desain
untuk ALD. Dalam situasi di mana konsentrasi DO > 1 Air dimasukkan ke dalam pipa untuk dialirkan
mg/l, oksigen harus dihilangkan sebelum dimasukkan ke sumur yang mengandung batu kapur dengan arah
kedalam tumpukan atau unggun kapur anoksik. Di aliran ke atas. Kecepatan aliran harus cukup cepat
dalam sistem aliran vertikal atau SAPS, tinggi lapisan sehingga AMD dapat bercampur dengan partikel batu
air asam adalah 1 - 3 m di atas lapisan material kapur. Air asam akan larut dalam batu kapur untuk
organik (kompos), tebal lapisan kompos organik peningkatan alkalinitas, dan dihasilkan flok logam
adalah 0,2 -0,3 m. Lapisan dasar atau bawah adalah dengan proses hidrolisis dan netralisasi.
133
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
134
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
diperkirakan volume atau luas lahan yang diperlukan aktif maupun pengolahan pasif adalah sifat kimia air
untuk mengolah air asam tambang sesuai dengan termasuk pH, konsentrasi logam, konsentrasi sulfat
kapasitas yang diperlukan. Beberapa kriteria desain dan kondisi redoks (reduksi-oksidasi) dan laju
untuk tiap-tiap sistem pengolahan dapat dilihat pada mengalir, serta tujuan pengolahan air asam tambang,
Tabel 4. misalnya perlindungan infrastruktur tambang,
ekosistem perairan hilir atau sumber daya air. Faktor
4. PENUTUP penting lainnya termasuk modal dan biaya operasi,
ketersediaan material atau bahan kimia yang cocok
Air Asam Tambang (AMD) adalah salah satu untuk pengolahan serta isu-isu manajemen
masalah utama yang mempengaruhi operasi lingkungan.
pertambangan batu bara. Air asam tambang biasanya
ditandai dengan pH rendah, serta konsentrasi logam DAFTAR PUSTAKA
(Fe, Mn) dan konsentrasi sulfat yang tinggi. Namun,
tidak semua air asam tambang memiliki pH rendah, Anonim. 2006. “Statistik Batubara Indonesia“,
kadang pH nya mendekati netral tetapi mengandung Dikompilasi oleh Tim Kajian Batubara Nasional
konsentrasi padatan tersuspensi tinggi. Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan
Jika pembentukan air asam tambang tidak Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan
dapat dicegah, maka diperlukan strategi minimisasi Batubara.
dan/atau pengolahan air asam tambang. Teknologi Brooks, R.P. 1984. Optimal designs for restored
pengolahan air asam tambang biasanya wetlands. IN Treatment of Mine Drainage by
dikategorikan menjadi dua yaitu pengolahan pasif Wetlands. Contribution #264. Dept. of Biology,
dan pengolahan aktif, dengan kebanyakan sistem Pennsylvania State University. pp. 19-29.
menggunakan agregat karbonat atau bahan kimia University Park, PA.
yang berbasis kapur. Caruccio, F.T., and G. Geidel. 1980. The geologic
Sistem pengolahan aktif umumnya distribution of pyrite and calcareous material
memerlukan penambahan bahan kimia dan and its relationship to overburden sampling.
pemeliharaan secara rutin. Pengolahan aktif dapat USDI, Bureau of Mines IC-8863. Washington,
dirancang untuk mengatasi setiap permasalahan air D.C.
asam tambang dengan berbagai tingkat keasaman, Hedin, R. S., R. W. Nairn, and R. L. P. Kleinmann.
laju alir dan beban asiditas (acidity). Pengolahan aktif 1994. Passive Treatment of Coal Mine Drainage.
air asam tambang dapat dilakukan dengan Bureau of Mines Inf. Circ. IC9389. US. Dep. of
menggunakan peralatan yang tetap (fixed) atau the Int., Bureau of Mines, Washington, DC.
peralatan portabel untuk pengolahan ditempat (in- Kepler, D.A., and E.C. McCleary. 1994.
situ). Successive alkalinity-producing systems (SAPS)
Sistem pengolahan pasif umumnya selalu for the treatment of acidic mine drainage. p.
digunakan untuk skenario pengolahan air asam 195-204. In: International Land Reclamation and
tambang paska penutupan, dan paling cocok untuk Mine Drainage Conference, U.S. Bureau of
air asam tambang dengan asiditas (acidity) rendah Mines SP 06A-94, April 24-29, 1994, Pittsburgh,
yakni <800 mg CaCO3/L, debit aliran kecil (<50 L/ PA.
detik) dan beban keasaman karena itu rendah yakni Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI
<100- 150 kg CaCO3 / hari. No.113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Sistem pengolahan pasif dapat digunakan Limbah Kegiatan Penambangan Batubara.
sebagai solusi permanen untuk berbagai jenis air Leathen, W.W., S.A. Braley, and L.D. Mcintyre.
asam tambang (AMD) dengan biaya yang jauh lebih 1953. The role of bacteria in the formation of
rendah dibandingkan dengan proses pengolahan acid from certain sulfuritic constituents
aktif. Sistem pengolahan pasif memerlukan waktu associated with bituminous coal Applied
retensi atau waktu kontak lebih lama dan ruang yang Microbiology 1: 61-68.
lebih besar, dan efisiensi pengolahan kurang Lilly, R., and P. Ziemkiewicz. 1992. Manganese
memberikan hasil yang pasti. Namun demikian, removal at a lower pH with calciumperoxide:
banyak sistem pengolahan pasif telah memberikan results of field trials. In: Proceedings, Thirteenth
hasil yang baik di beberapa lokasi tambang dengan Annual West Virginia Surface.
biaya yang relatif rendah. Pemilihan sistem Miller, S.D. 1995. Geochemical Indicators Of
pengolahan pasif yang tepat didasarkan pada sifat Sulphide Oxidation And Acid Generation In The
kimia air, laju aliran dan topografi lokal, serta Field. Second Australian Acid Mine Drainage
karakteristik lokasi tambang. Workshop. Charters Towers, NJ Grundon & LC
Faktor kunci dalam pemilihan dan desain
sistem pengolahan asam tambang, baik pengolahan
135
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
Bell Eds, Australian Centre for Minesite U.S. Environmental Protection Agency. 1983.
Rehabilitation Research, Brisbane, 117-20. Neutralization of acid mine drainage, design
Singer, P.C., and W.W. Stumm. 1968. Kinetics of manual. USEPA 600/2-83-001, Cincinnati, OH.
the oxidation of ferrous iron. p.12-34. In 2nd Wilmoth, R.C. 1973. Applications of reverse
Symp. on Coal Mine Drainage Research. osmosis to acid mine drainage treatment.
Bituminous Coal Research, Inc., Monroeville, Waksman, S.A. 1922. Microorganisms
PA. concerned in the oxidation of sulfur in the soil
Skousen, J., K. Politan, T. Hilton, and A. Meek. IV. A solid medium for the isolation and
1990. Acid mine drainage treatment systems: cultivation of Thiobacillus thiooxidans. J.
chemicals and costs. Green Lands 20(4): 31-37. Bact.7:605608
Skousen, J.G., and P.F. Ziemkiewicz. 1996. Acid Watzlaf, G.R., J.W. Klemherz, J.O. Odoski, and
mine drainage control and treatment. 2nd R.S. Hedin. 1994. Performance of the Jennings
Edition. National Research Center for Coal and Center anoxic limestone drain. U.S. Bureau of
Energy, West Virginia University, Morgantown, Mines Report SP 0613-94, Pittsburgh, PA.
WV. 356 pp. Wieder, R K., and G. E. Lang. 1982. Modification
Smith, E.E., and K.S. Shumate. 1970. Sulfide to of Acid Mine Drainage in a Freshwater Wetland.
sulfate reaction mechanism. Water Pollution pp. 43-53. In Proceedings of the Symposium on
Control Res. Series 14010 FPS. USDI, FWQA. Wetlands of the Unglaciated Appalachian
Washington, D.C.15 Region. Morgantown, WV.
Sobek, A.A., W.A. Schuller, J.R. Freeman, and Ziemkiewicz, P.F., J.G. Skousen, and R. Lovett.
R.M. Smith. 1978. Field and laboratory methods 1994. Open limestone channels for treating acid
applicable to overburdens and minesoils. US mine drainage: a new look at an old idea. Green
EPA 600/2-78-054. Washington, DC. Lands 24(4):36-41.
Stumm, W., and J.J. Morgan. 1996. Aquatic
chemistry: an introduction emphasizing
chemical equilibria in natural waters. 3rd Ed.
John Wiley and Sons. New York.
U.S. Environmental Protection Agency. 1971.
Inorganic sulfur oxidation by iron-oxidizing
bacteria. Water Pollution Control Res. Series
14010 DAY. USDI, FWQA. Washington, D.C.
136
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
137
Nusa Idaman Said : Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “ Alternatif ….. JAI Vol.7 No. 2, 2014
Tabel 4. Beberapa Kriteria Perencanaan Sistem Pengolahan Air Asam Tambang Secara Pasif.
Sistem
Persyaratan Konstruksi Kriteria Desain References
Pengolahan
Aliran pada lokasi 2 Heidin et al (1994)
Wetland 10-20 g Fe/m /hari.
Air basa ditanami Cattail di 2
aerobik 0,5-1 g Mn/m /hari.
atas substrat
2
3,5 g acidity per m per hari. Heidin et al (1994)
Wetland Air asam, 3 4
Aliran horisontal di Konduktivitas hidrolik 10 –10 Wildeman (1993)
anaerobik umumnya
atas substrat cm/detik. Eger (1994)
aliran kecepatan
organik Kecepatan reduksi sulfat -300
horizontal aliran rendah 3
mmoles/m /hari.
Waktu kontak 15 jam. Heidin and Walzlaf
Air asam DO, Aliran horisontal
Saluran anoksik 3+ Diameter batu kapur 6 – 15 cm. (1994)
Fe , Al <1,0 melalui lapisan batu
batu kapur Penggunaan sesuai umur teknis
mg/l kapur
batu kapur.
15-30 cm lapisan organik
dengan permeabilitas cukup
Aliran vertikal
Sistem produksi Waktu kontak 15 jam di batu
melalui lapisan
alkalinitas kapur.
Air asam organik yang
bertahap Penggunaan sesuai umur teknis
terletak di atas
(SAPS) batu kapur.
lapisan batu kapur
Diameter batu kapur 6 – 15 cm.
138