Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Pada By.A Ny.I Dengan Diagnosa Medis Asfiksia Neonatorum Di
Ruang Mawar RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini
dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Peritonitis.
Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................
1.1 Konsep Penyakit...............................................................................................................
1.1.1 Definisi............................................................................................................................
1.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................................
1.1.3 Etiologi............................................................................................................................
1.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................................
1.1.5 Patofisiologi (Pathway)...................................................................................................
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)..........................................................................
1.1.7 Komplikasi......................................................................................................................
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................
1.1.9 Penatalaksanaan Medis...................................................................................................
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................................
1.2.1 Pengkajian.......................................................................................................................
1.2.2 Diagnosa.........................................................................................................................
1.2.3 Intervensi.........................................................................................................................
1.2.4 Implementasi...................................................................................................................
1.2.5 Evaluasi...........................................................................................................................
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................
2.1Pengkajian...........................................................................................................................
2.2 Diagnosa.............................................................................................................................
2.3 Intervensi............................................................................................................................
2.4 Implementasi......................................................................................................................
2.5 Evaluasi..............................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................
3.1 Saran...................................................................................................................................
DaftarPustaka
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor Apgar) .
1.1.4 Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
g. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
h. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
i. Paralisis pusat pernafasan
j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
k. Trauma dari dalam : akibat obat bius
Menurut Betz et al. (2001), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia, yaitu :
1) Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4) Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang
terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital
pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernapasan, hipoplasia paru.
1.1.5 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin.Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi.Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz,
2010)
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan
kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b. USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b. Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c. Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan
glikogen akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami
hipoglikemi.
d. Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30
mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas
jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau
frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan
frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam
perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3
kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus
dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti
hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
2. Asfiksia sedang
Berikan stimulasi agar timbul reflek pernapasan, bila dalam waktu 30-60
detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran
1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti
gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker.
Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi
dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali
permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat
terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi
endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.
1.2 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur
bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsangPemeriksaan fisik:
1) Keadaan umum
a. B1 (Breathing)
Skor APGAR: skor optimal antara 7-10. Rentang dari 30-60 permenit,
pola periodik dapat terlihat.Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang
krekels umum awalnya silindrik thorak: kertilago xifoid menonjol
umum terjadi.
b. B2 (Blood)
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1
vena.
c. B3 (Brain)
Meliputi tingkat kesadaran, keadaan rambut, Kulit lembut, fleksibel,
pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna merah muda atau
kemerahan, mungkin belang-belang menunjukan memar minor (misal:
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie
pada kepala/wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis dan mata atau pada nukhal),
atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat
terlihat.
d. B4 (Bladder)
Dapat berkemih saat lahir.
e. B5 (Bowel)
Berat badan : 2500-4000 gram. Panjang badan : 44 - 45 cm. Turgor
kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).
f. B6 (Bone)
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.Sadar dan aktif
mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).Menangis kuat, sehat, nada sedang
(nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik,
hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
1.2.4 IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
1.2.5 EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2. 1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal, 20 April 2020 pukul
19.30 WIB bertempat di ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ,
dengan teknik anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, di dapat data – data sebagai
berikut :
2.1.1 Identitas
1) Identitas bayi
Nama bayi : By. A Ny. I
TTL : Palangkaraya, 20-04-2020
Jam kelahiran : 09.40 Wib
2) Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. F
Umur ayah : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama ayah : Islam
Nama ibu : Ny. I
Umur ibu : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama ibu : Islam
Penatalaksanaan Medis
Senin, 20-04-2020
Nama Obat Dosis Obat Rute Indikasi
Infus Dektrose 10 cc/jam Infus Infus dektrose adalah obat yang membantu
10% memenuhi kebutuhan gula di dalam tubuh,
mengatasi hipoglikemia atau kadar gula
rendah.
Ampisilin 2x180 m/12 IV Berfungsi untuk membunuh bakteri
jam penyebab infeksi. Obat ini digunakan
untuk mengobati infeksi saluran
pernafasan,infeksi saluran
kemih,meningitis,salmonelosis, dan
endokarditis.
Susu formula 1x18cc/8jam Dot Susu formula untuk bayi prematur atau
BBLR yang memiliki berat badan rendah usia 0-
12 bulan. Susu pertumbuhan ini dibuat
dengan berbagai nutrisi terbaik agar bayi
dapat tumbuh secara maksimal.
ANALISA DATA
N DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
O OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : - Suplai O2 keparu-paru Pola Nafas
DO : menurun Tidak Efektif
- Pasien tampak merintih
- Pasien tampak lemah Nafas Cepat
- Pernafasan tidak teratur
- Cuping hidung Sesak nafas (Apnea)
- Terdapat retraksi dada
- Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm Pola Nafas Tidak
- RR : 63x/menit Efektif
o
S : 33,5 C
N : 130x/menit
SPO2 : 96%
2. DS : - Lemak subkutan tipis
DO : Hipotermi
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 1. Observasi tanda-tanda vital klien
berhubungan dengan jam diharapkan Pola nafas dapat teratasi dengan 2. Monitor pola nafas(frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
Suplai O2 keparu-paru kriteria hasil:
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
menurun 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif
pengisapan lender
2. Ekspansi dada simetris
4. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan
penurunan ventilasi
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2. Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 1. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan
dengan Suhu tubuh di jam diharapkan hipotermi dapat teratasi dengan 36oC
bawah nilai normal kriteria hasil:
2. Pantau suhu setiap 3 jam sekali
1. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
2. Akral hangat
dingin/panas
3. Bayi tidak menggigil dan kepanasan
4. Ganti popok bila basah
4. Tidak sianosis
5. Hindarkan untuk sering membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
6. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :By. A Ny. I
Ruang Rawat :Mawar
Hari/Tanggal Tanda Tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, 20 April 2020 S: -
09.10 wib 1. Mengobservasi tanda-tanda vital klien O:
10.14 wib 2. Memonitor pola 1. TTV :
nafas(frekuensi,kedalaman,usaha nafas RR : 65x/menit ,S : 33,5oC, N :
11.22 wib 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 130x/menit, SPO2 : 96%
dengan melakukan pengisapan 2. Cuping hidung , terdapat retraksi dada
lender(suction) 3. Cairan dalam tabung suction tampak
12.20 wib 4. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan jernih
4. Terpasang O2 nasal kanul 1 lpm
P: Masalah belum teratasi
A: Lanjutkan intervensi
Senin, 20 April 2020 S: -
10.22 wib 1. Mempertahankan bayi pada inkubator O:
o
dengan kehangatan 35 C 1. Bayi dalam inkubator dengan suhu
10.40 wib 2. Memantau suhu setiap 3 jam sekali 35oC
10.50 wib 3. Menghindarkan bayi kontak langsung 2. Bayi di beri selimut dan jangan
11.20 wib dengan sumber dingin/panas membuka penutup inkubator
4. Mengganti popok bila basah 3. Popok diganti bila basah
5. Menghindarkan untuk sering membuka 4. Inkubator dalam keadaan tertutup,
penutup karena akan menyebabkan keculi memberi susu dan mengganti
fluktuasi suhu dan peningkatan laju popok
metabolisme 5. Suhu bayi normal : 36oC
6. Mengatur suhu ruangan dengan panas yang P: Masalah teratasi sebagian
stabil A: Lanjutkan intervensi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia,
hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan
alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua
(diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap Asfiksia pada bayi baru lahir.Oleh karena itu, perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul.2012. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo