Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Pada By.A Ny.I Dengan Diagnosa Medis Asfiksia Neonatorum Di
Ruang Mawar RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini
dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Peritonitis.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katayang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 20 April 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................
1.1 Konsep Penyakit...............................................................................................................
1.1.1 Definisi............................................................................................................................
1.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................................
1.1.3 Etiologi............................................................................................................................
1.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................................
1.1.5 Patofisiologi (Pathway)...................................................................................................
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)..........................................................................
1.1.7 Komplikasi......................................................................................................................
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................
1.1.9 Penatalaksanaan Medis...................................................................................................
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................................
1.2.1 Pengkajian.......................................................................................................................
1.2.2 Diagnosa.........................................................................................................................
1.2.3 Intervensi.........................................................................................................................
1.2.4 Implementasi...................................................................................................................
1.2.5 Evaluasi...........................................................................................................................
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................
2.1Pengkajian...........................................................................................................................
2.2 Diagnosa.............................................................................................................................
2.3 Intervensi............................................................................................................................
2.4 Implementasi......................................................................................................................
2.5 Evaluasi..............................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................
3.1 Saran...................................................................................................................................
DaftarPustaka
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi Asfiksia Neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak
bernapas secara spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi
selama kehamilan atau persalinan (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono,
2011).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan
karbondioksida(Sarwono, 2010).
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan
janin (fetal distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan
ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 dan nutrisi janin sehingga
menimbulkan perubahan metabolism janin menuju metabolism anaerob,
yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO 2 (Manuaba,
2008).

1.1.2 Anatomi Fisiologi


a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan.Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.Juga terdapat konka
yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan
udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan
nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan
2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan
saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian
belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara.Fungsi utama faring adalah
menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan
makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
c. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada (torak).Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia.Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk
ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan
kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi
dua cabang tenggorok (bronkus).Di dalam paru-paru, cabang tenggorok
bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut
bronkiolus.Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut
gelembung paru-paru (alveolus).
d. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring.Salah satu tulang
rawan pada laring disebut epiglotis.Epiglotis terletak di ujung bagian
pangkal laring.Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari
epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring.Fungsi utama laring adalah menghasilkan
suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.
e. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea,
hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian
bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.Batang
tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan
sebelah kanan.Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi
menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang
menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus
sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling
kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus.Dinding alveolus
mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus
inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah.Fungsi utama bronkus
adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
f. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat.Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang
terdiri atas 2 lobus.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura.Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada
yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis).Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga
bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang
lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada
dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut
alveolus
1.1.3 Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum  pemeriksaan fisik
sama asfiksia berat (Kamarullah, 2005).
Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah
dengan:
1). Menghitung frekuensi jantung.
2). Melihat usaha bernafas.
3). Menilai tonus otot.
4). Menilai reflek rangsangan.
5). Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang
dialami bayi:
Tanda tanda
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
vital
Appearance Seluruh tubuh biru Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
(warna kulit) atau putih Ekstermitas biru kemerah-merahan
Pulse
(Frekuensi Tidak ada < 100 x/ menit > 100 x/ menit
jantung)
Grimance
Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menangis
(reflek)
Activity Tidak Ada Fleksi ekstremitas
Fleksi kuat, gerak aktif
(tonus otot) Gerakan (Lemah)
Respiration Tidak ada Lambat atau  Menangis kuat atau
tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor Apgar) .

1.1.4 Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
g. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
h. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
i. Paralisis pusat pernafasan
j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
k. Trauma dari dalam : akibat obat bius
Menurut Betz et al. (2001), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia, yaitu :

1) Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4) Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang
terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital
pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernapasan, hipoplasia paru.

1.1.5 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin.Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi.Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz,
2010) 

1.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda Dan Gejala )


a. Asfiksia ringan
1). Takipnea dengan napas >60x/menit
2). Bayi tampak sianosis
3). Adanya retraksi sela iga
4). Bayi merintih
5). Adanya pernapasan cuping hidung
6). Bayi kurang aktif
7). Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing
positif
b. Asfiksia sedang
1). Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2). Usaha napas lambat
3). Adanya pernapasan cuping hidung
4). Adanya retraksi sela iga
5). Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
6). Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun
tampak lemah
7). Bayi tampak sianosis
8). Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses
persalinan
c. Asfiksia berat
1). Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
2). Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
3). Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4). Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
5). Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6). Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan
kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b. USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.

2. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b. Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c. Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan
glikogen akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami
hipoglikemi.
d. Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan ET (endotracheal tube) untuk memastikan
pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30
mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas
jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau
frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan
frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam
perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3
kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus
dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti
hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
2. Asfiksia sedang
Berikan stimulasi agar timbul reflek pernapasan, bila dalam waktu 30-60
detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran
1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti
gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker.
Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi
dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali
permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat
terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi
endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.
1.2 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur
bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsangPemeriksaan fisik:
1) Keadaan umum
a. B1 (Breathing)
Skor APGAR: skor optimal antara 7-10. Rentang dari 30-60 permenit,
pola periodik dapat terlihat.Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang
krekels umum awalnya silindrik thorak: kertilago xifoid menonjol
umum terjadi.
b. B2 (Blood)
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1
vena.
c. B3 (Brain)
Meliputi tingkat kesadaran, keadaan rambut, Kulit lembut, fleksibel,
pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna merah muda atau
kemerahan, mungkin belang-belang menunjukan memar minor (misal:
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie
pada kepala/wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis dan mata atau pada nukhal),
atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat
terlihat.
d. B4 (Bladder)
Dapat berkemih saat lahir.
e. B5 (Bowel)
Berat badan : 2500-4000 gram. Panjang badan : 44 - 45 cm. Turgor
kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).
f. B6 (Bone)
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.Sadar dan aktif
mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).Menangis kuat, sehat, nada sedang
(nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik,
hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
banyak.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/ hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
d. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau
tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
e. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya
suplai O2 dalam darah.
f. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam status
kesehatan anggota keluarga
1.2.3 INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1.Tentukan kebutuhan oral/
nafas tidak efektif keperawatan selama proses suction tracheal.
berhubungan keperawatan diharapkan 2.Auskultasi suara nafas
dengan produksi jalan nafas lancar. Kriteria sebelum dan sesudah
mukus banyak. hasil : suction
Tujuan : Setelah 1. Tidak menunjukkan 3.Bersihkan daerah bagian
dilakukan tindakan demam. tracheal setelah suction
keperawatan 2. Tidak menunjukkan selesai dilakukan.
selama proses cemas. 4.Monitor status oksigen
keperawatan 3. Rata-rata repirasi dalam pasien, status hemodinamik
diharapkan jalan batas normal. segera sebelum, selama dan
nafas lancar. 4. Pengeluaran sputum sesudah suction.
melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas
tambahan.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1.Pertahankan kepatenan
efektif keperawatan selama proses jalan nafas dengan
berhubungan keperawatan diharapkan melakukan pengisapan
dengan pola nafas menjadi efektif. lendir.
hipoventilasi. Kriteria hasil : 2.Pantau status pernafasan
1. Pasien menunjukkan dan oksigenasi sesuai
pola nafas yang efektif dengan kebutuhan.
2. Ekspansi dada simetris 3.Auskultasi jalan nafas
3. Tidak ada bunyi nafas untuk mengetahui adanya
tambahan penurunan ventilasi.
4. Kecepatan dan irama 4.Kolaborasi dengan dokter
respirasi dalam batas untuk pemeriksaan AGD
normal. dan pemakaian alat bantu
nafas
5.Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan.
3. Kerusakan Tujuan : Setelah dilakukan 1.Kaji bunyi paru, frekuensi
pertukaran gas tindakan keperawatan nafas, kedalaman nafas dan
berhubungan selama proses keperawatan produksi sputum.
dengan diharapkan pertukaran gas 2.Auskultasi bunyi nafas,
ketidakseimbangan teratasi. catat area penurunan aliran
perfusi ventilasi. Kriteria hasil : udara dan / bunyi
1. Tidak sesak nafas tambahan.
2. Fungsi paru dalam batas 3.Pantau hasil Analisa Gas
normal Darah

4. Risiko cedera Tujuan : Setelah dilakukan 1.Cuci tangan setiap sebelum


berhubungan dengan tindakan keperawatan dan sesudah merawat bayi.
anomali kongenital selama proses keperawatan 2.Pakai sarung tangan steril.
tidak terdeteksi atau diharapkan risiko cidera 3.Lakukan pengkajian fisik
tidak teratasi dapat dicegah.Kriteria hasil secara rutin terhadap bayi
pemajanan pada : baru lahir, perhatikan
agen-agen infeksius. 1. Bebas dari cidera/ pembuluh darah tali pusat
komplikasi. dan adanya anomali.
2. Mendeskripsikan 4.Ajarkan keluarga tentang
aktivitas yang tepat dari tanda dan gejala infeksi dan
level perkembangan melaporkannya pada
anak. pemberi pelayanan
3. Mendeskripsikan teknik kesehatan.
pertolongan pertama 5.Berikan agen imunisasi
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis B
dari vaksin hepatitis
5. Risiko Tujuan : Setelah dilakukan 1.Hindarkan pasien dari
ketidakseimbangan tindakan keperawatan kedinginan dan tempatkan
suhu tubuh selama proses keperawatan pada lingkungan yang
berhubungan diharapkan suhu tubuh hangat.
dengan kurangnya normal.Kriteria Hasil : 2.Monitor gejala yang
suplai O2 dalam 1. Temperatur badan dalam berhubungan dengan
darah. batas normal hipotermi, misal fatigue,
2. Tidak terjadi distress apatis, perubahan warna
pernafasan kulit dll.
3. Tidak gelisah 3.Monitor TTV.
4. Perubahan warna kulit 4.Monitor adanya bradikardi
5. Bilirubin dalam batas dan status pernafasan.
normal.
6. Proses keluarga Tujuan : Setelah dilakukan 1.Tentukan tipe proses
terhenti berhubungan tindakan keperawatan keluarga.
dengan pergantian selama proses keperawatan 2.Identifikasi efek pertukaran
dalam status diharapkan koping keluarga peran dalam proses
kesehatan anggota adekuat. keluarga.
keluarga. Kriteria Hasil : 3.Bantu anggota keluarga
1. Percaya dapat mengatasi untuk menggunakan
masalah mekanisme support yang
2. Kestabilan prioritas ada.
3. Mempunyai rencana 4.Bantu anggota keluarga
darurat untuk merencanakan
4. Mengatur ulang cara strategi normal dalam
perawatan. segala situasi.

1.2.4 IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

1.2.5 EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2. 1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal, 20 April 2020 pukul
19.30 WIB bertempat di ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ,
dengan teknik anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, di dapat data – data sebagai
berikut :
2.1.1 Identitas
1) Identitas bayi
Nama bayi : By. A Ny. I
TTL : Palangkaraya, 20-04-2020
Jam kelahiran : 09.40 Wib
2) Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. F
Umur ayah : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama ayah : Islam
Nama ibu : Ny. I
Umur ibu : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama ibu : Islam

2.1.2 Riwayat Persalinan


1) Awal Persalinan (hari/tanggal/jam)
Ny. I melahirkan pada Senin, 20-04-2020 pukul 09.40 Wib dengan jenis
kelamin perempuan.
2) Lama Persalinan
Lama persalinan Ny. I 1 jam
3) Komplikasi Persalinan
Tidak ada komplikasi selama persalinan
4) Cara Melahirkan
Ny. I melahirkan dengan cara Spontan
5) Tempat Melahirkan
Ny. I melahirkan di ruang VK Ponek
6) Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Ny. I 36 minggu
7) Riwayat Kesehatan Ibu
Sewaktu hamil Ny. I mempunyai riwayat tekanan darah rendah (TD:
90/80mmHg), selama hamil ibu tidak ada pernah mengalami trauma
fisik/psikologis. Riwayat kehamilan G4P3A0, Usia kehamilan 36
minggu.Selama kehamilan ibu rajin kontrol ke bidan trimester 1 (kontrol 3x
obat yang diterima Vit dan Fe) trimester kedua (kontrol 3x obat yang
diterima Vit dan Fe).34 Ibu naik 16 kg selama kehamilan dari 52 kg menjadi
67 kg.
2.1.3 Pemeriksaan Fisik Neonatus
1) Antropometri
a. Berat badan
By. A Ny.I memiliki berat badan 1.400 kg
b. Panjang badan
By. A Ny. I memiliki panjang badan 43 cm
c. Lingkar kepala
By.A Ny. I memiliki lingkar kepala 29 cm
d. Lingkar dada
By. A Ny. I memiliki lingkar dada 26 cm
2) Perrnapasan dan peredaran darah
a. Pernapasan/RR
Pernapasan By.Ny. H 65x/menit , type pernapasan By. A Ny. I dada dan
perut , suara nafas vesikuler tidak ada suara nafas tambahan, APGAR
score : 4/5
Tanda tanda
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
vital
Tubuh
Appearance Seluruh tubuh biru Seluruh tubuh
kemerahan
(warna kulit) atau putih kemerah-merahan
Ekstermitas biru
Pulse
(Frekuensi Tidak ada < 100 x/ menit > 100 x/ menit
jantung)
Grimance
Tidak ada Gerakan sedikit Batuk/Bersin/Menangis
(reflek)
Fleksi
Activity Tidak Ada
ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
(tonus otot) Gerakan
(Lemah)
Lambat atau 
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)

b. Frekuensi denyut jantung


Frekuensi By.A y. I : 130x/menit
c. Kelainan/keluhan lain
By.A Ny.I menangis lemah, bayi merintih, warna kulit pucat, ektremitas
sianosis, pasien tampak lemah,ekstremitas sedikit flexi, air ketuban hijau,
lama ketubah pecah 15 menit.Bayi dalam inkubator, dilakukan
penghangatan infant warmer.
d. Suhu tubuh(axial)
Suhu tubuh axial By. A Ny.I S 33,5oC
e. Kepala/leher
Kepala simetris
f. Mata
Mata By. A Ny. I simetris, bersih
g. THT
Telinga By.A Ny. I normal, pernafasan By.A Ny. I cuping hidung ,
palatum By. A Ny. I normal
h. Toraks
Toraks By. A Ny. I simetris, klavikula normal, ada retraksi dinding dada,
pernapasan tidak teratur
i. Abdomen
Abdomen By.A Ny. I datar
j. Spina/tulang belakang (spina bifida)
By.A Ny. I tidak mengalami kelainan tulang belakang (spina bifida)
k. Kulit
Struktur kulit By.A Ny.I keadaan kulit bayi halus dan telihat kulit bersih,
Warna kulit pucat, ekstremitas sianosis.
l. Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas
Bentuk normal, jari-jari tangan lengkap, akral dingin, tidak terdapat
benjolan dan lesi
m. Tali pusat
Terlihat bersih dan tidak ada infeksi
n. Anus
memiliki lubang anus yang terbentuk sempurna
o. Mekonium
Tidak ada
p. Refleks: (moro,menggengam, menghisap, berjalan)
Refleks moro baik, belum dapat menggengam dengan baik, dapat
menghisap susu dot dengan baik, dan belum bisa berjalan.
Data Penunjang
Senin, 20-04-2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 9,11 x 10^3/ul 4,50 – 11,00
HGB 12,5 g/dl 12,5 – 18.0
PLT 328 x 10^3/ul 150-400
Glukosa sewaktu 59 mg/dl <200

Penatalaksanaan Medis
Senin, 20-04-2020
Nama Obat Dosis Obat Rute Indikasi
Infus Dektrose 10 cc/jam Infus Infus dektrose adalah obat yang membantu
10% memenuhi kebutuhan gula di dalam tubuh,
mengatasi hipoglikemia atau kadar gula
rendah.
Ampisilin 2x180 m/12 IV Berfungsi untuk membunuh bakteri
jam penyebab infeksi. Obat ini digunakan
untuk mengobati infeksi saluran
pernafasan,infeksi saluran
kemih,meningitis,salmonelosis, dan
endokarditis.
Susu formula 1x18cc/8jam Dot Susu formula untuk bayi prematur atau
BBLR yang memiliki berat badan rendah usia 0-
12 bulan. Susu pertumbuhan ini dibuat
dengan berbagai nutrisi terbaik agar bayi
dapat tumbuh secara maksimal.

Palangka Raya, 20 April 2020


Mahasiswa

ANALISA DATA
N DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
O OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : - Suplai O2 keparu-paru Pola Nafas
DO : menurun Tidak Efektif
- Pasien tampak merintih 
- Pasien tampak lemah Nafas Cepat
- Pernafasan tidak teratur 
- Cuping hidung Sesak nafas (Apnea)
- Terdapat retraksi dada 
- Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm Pola Nafas Tidak
- RR : 63x/menit Efektif
o
S : 33,5 C
N : 130x/menit
SPO2 : 96%
2. DS : - Lemak subkutan tipis
DO :  Hipotermi

- Bayi menangis lemah Suhu tubuh di bawah


- Warna kulit pucat nilai normal
- Ekstremitas sianosis 
- Kulit teraba dingin Kulit teraba dingin
- Suhu : 33,5oC 
- Bayi dalam inkubator Hipotermi
- Penghangatan infant warmer
PRIORITAS MASALAH
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Suplai O2 keparu-paru
menurunditandai Pasien tampak merintih, Pasien tampak lemah, Pernafasan
tidak teratur, Akral dingin, Terdapat retraksi dada, Terpasang O2 Nasal Kanul 1
lpm, RR : 63x/menit , S : 33,5oC, N : 130x/menit, SPO2 : 96%
2. Hipotermi berhubungan dengan Suhu tubuh di bawah nilai normalberhubungan
yang ditandai dengan bayi menangis lemah, warna kulit pucat, ekstremitas
sianosis, kulit teraba dingin, suhu : 33,5oC, bayi dalam inkubator, penghangatan
infant warmer
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. A Ny. I
Ruang Rawat : Mawar
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 1. Observasi tanda-tanda vital klien
berhubungan dengan jam diharapkan Pola nafas dapat teratasi dengan 2. Monitor pola nafas(frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
Suplai O2 keparu-paru kriteria hasil:
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
menurun 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif
pengisapan lender
2. Ekspansi dada simetris
4. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan
penurunan ventilasi
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

2. Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 1. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan
dengan Suhu tubuh di jam diharapkan hipotermi dapat teratasi dengan 36oC
bawah nilai normal kriteria hasil:
2. Pantau suhu setiap 3 jam sekali
1. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
2. Akral hangat
dingin/panas
3. Bayi tidak menggigil dan kepanasan
4. Ganti popok bila basah
4. Tidak sianosis
5. Hindarkan untuk sering membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
6. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :By. A Ny. I
Ruang Rawat :Mawar
Hari/Tanggal Tanda Tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, 20 April 2020 S: -
09.10 wib 1. Mengobservasi tanda-tanda vital klien O:
10.14 wib 2. Memonitor pola 1. TTV :
nafas(frekuensi,kedalaman,usaha nafas RR : 65x/menit ,S : 33,5oC, N :
11.22 wib 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 130x/menit, SPO2 : 96%
dengan melakukan pengisapan 2. Cuping hidung , terdapat retraksi dada
lender(suction) 3. Cairan dalam tabung suction tampak
12.20 wib 4. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan jernih
4. Terpasang O2 nasal kanul 1 lpm
P: Masalah belum teratasi
A: Lanjutkan intervensi
Senin, 20 April 2020 S: -
10.22 wib 1. Mempertahankan bayi pada inkubator O:
o
dengan kehangatan 35 C 1. Bayi dalam inkubator dengan suhu
10.40 wib 2. Memantau suhu setiap 3 jam sekali 35oC
10.50 wib 3. Menghindarkan bayi kontak langsung 2. Bayi di beri selimut dan jangan
11.20 wib dengan sumber dingin/panas membuka penutup inkubator
4. Mengganti popok bila basah 3. Popok diganti bila basah
5. Menghindarkan untuk sering membuka 4. Inkubator dalam keadaan tertutup,
penutup karena akan menyebabkan keculi memberi susu dan mengganti
fluktuasi suhu dan peningkatan laju popok
metabolisme 5. Suhu bayi normal : 36oC
6. Mengatur suhu ruangan dengan panas yang P: Masalah teratasi sebagian
stabil A: Lanjutkan intervensi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia,
hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan
alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua
(diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.

3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap Asfiksia pada bayi baru lahir.Oleh karena itu, perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul.2012. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif,


Obstetri Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai