Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

AIDS  (Acquired  Immune  Deficiency  Syndrome)  merupakan  penyakit 


menular dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan
masyarakat dari mulai  bayi  sampai  dewasa  baik  laki-laki maupun  perempuan. Di 
Indonesia, sejak tahun 1987 perkembangan jumlah kasus AIDS mupun HIV (+)
cenderung meningkat pada setiap tahunnya.

Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune


Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang
dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ),
AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia,
AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti
1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.

AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak
di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan
1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada
bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak
dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak –
anak tertinggi didunia adalah di Afrika.

Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta
orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena
AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000
diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru
pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka
transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun
2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun. (WHO 1999)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari HIV/AIDS?
2. Apa etiologi dari HIV/AIDS?
3. Apa klasifikasi dari HIV/AIDS?
4. Apa manifestasi klinis dari HIV/AIDS?
5. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
6. Apa komplikasi dari HIV/AIDS?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan HIV/AIDS?
8. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan HIV/AIDS pada kebutuhan nutrisi?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami apa itu HIV/AIDS dan mengetahui asuhan keperawatan
HIV/AIDS pada kebutuhan nutrisi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui klasifikasi HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui komplikasi dari HIV/AIDS
7. Untuk mengethui pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari HIV/AIDS
8. Untuk memahami asuhan keperawatan HIV/AIDS pada kebutuhan nutrisi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang


menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi
tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedangkan Human Imuno Deficiency
Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian
mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel
T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus
sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak
materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui
proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem


kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz
Alimul Hidayat, 2006)

AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana


mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )
dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat
yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan
imunolegik. (Price, 2000 : 241)

2.2 Etiologi

Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral
(HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah
melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang
menggunakan RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan
materi genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.

Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah Retrovirus yang


telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah semen, sekresi
vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan
amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI merupakan sarana transmisi
HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah
(transfusi darah/komponen darah jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum)
seksual (homo bisek/heteroseksual) perinatal (intra plasenta dan dari ASI).

2.3 Klasifikasi

2.4 Manifestasi klinik

Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita


AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya
adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita
penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :

1. Rasa lelah dan lesu


2. Berat badan menurun secara drastis
3. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
4. Mencret dan kurang nafsu makan
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru-paru
8. Kanker kulit
2.5 Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan
menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh
tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam
waktu singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut
limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam
sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan
partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang
terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki
reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya
limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan
sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong,
sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak
800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya
menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada
orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh
berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6
bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada
setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu
dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun
sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan
antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini
terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini
tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat
yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.

Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer
antibodi terhadap HIV positif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila
diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa
tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan
sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS
membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah
diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

F. Komplikasi

G. Pemeriksaan penunjang

H. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai