Anda di halaman 1dari 13

komunikasi dalam pelayanan kesehatan

Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007) menyatakan,
komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan
pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal
yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.

2. Prinsip-prinsip Komunikasi
Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :
• Perawat harus mengenal dirinya sendiri
• Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai
• Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
• Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
• Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
• Kejujuran dan terbuka
• Mampu sebagai role model
• Altruisme
• Bertanggung jawab
3. Komponen-komponen dalam Komunikasi
a. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
b. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang
diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
c. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila
jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
d. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan,
diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah
penciuman (dicium), dan lain-lain.
e. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan
dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue karena
memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim
pesan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
a.Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum
proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang
dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat
mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan
kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu
saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak
berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
b.Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat
berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami
pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap individu
melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang
dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu
komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas
diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting
dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan
memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik
seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai
kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan rumah sakit
diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan
kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen
internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu
yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal.
Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya,
unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan
konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara
individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit.Seringkali
hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya
sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang
ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang buruk.Keperawatan yang menjadi unsur
terpenting dalam memberikan pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus
perhatian terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan.
Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
(1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi
dengan klien.
(2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara
terapeutik.
(3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang berdampak terhadap
lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim
keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam
melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang dikembangkan oleh
Hildegard E.Peplau.

Fungsi Keperawatan
Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya ,secara bertahap mulai
berkembang.Keperawatan diartikan oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam
berbagai bentuk rumusan,seperti oleh Florence Nightingale,Goodrich,Imogene King,Virginia
Henderson,dsb.
PERAWAT Sesuai PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, dijelaskan PERAWAT adalah: Seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan,baik
di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
PERAN PERAWAT Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Doheny ( 1982 )mengidentifikasi beberapa elemen peran Perawat Profesional, meliputi :Care
Giver, Client Advocate, Counsellor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change Agent, dan
Consultant
FUNGSI PERAWAT suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
Kozier (1991) mengemukakan 3 (tiga) fungsi perawat : Fungsi Keperawatan mandiri
(independen), Fungsi Keperawatan Ketergantungan (dependen), dan Fungsi Keperawatan
kolaboratif (interdependen).
KEPERAWATAN LOKAKARYA NASIONAL tentang KEPERAWATAN bulan JANUARI
1983 di JAKARTA merupakan awal diterimanya KEPERAWATAN SEBAGAI SUATU
PROFESI.
KEPERAWATAN Adalah : suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang komprehensif,ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Dari pengertian tersebut diatas ada 4 (empat) elemen utama (mayor elements) yang menjadi
perhatian (concern),Yaitu : 1.Keperawatan adalah ilmu dan kiat -sains terapan (applied science) ,
2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan _helping health illness problem,
3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu,keluarga,kelompok, dan komunitas
dan ,4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan-3th level
preventions dengan metodologi proskep .
APA ITU PROFESI…????
Beberapa pengertian profesi
1. Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada
pelayanan.
2. Schein E. H (1962)
Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma
yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
3. Hughes,E.C ( 1963 )
Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
dibandingkan orang lain (pasien).
Ciri-ciri profesi menurut Winsley,(1964 ):
1. Didukung oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan bidangnya, jelas
wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya.
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan
bertahap
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-
undangan
4. Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-
peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi

Dikatakan juga oleh Shortridge,L.M ( 1985 ), Ciri-ciri profesi esensial suatu profesi adalah sbb:
1.Berorientasi pada pelayanan masyarakat
2.Pelayanan keperawatan yang diberikan didasarkan pada ilmu pengetahuan
3.Adanya otonomi
4.Memiliki kode etik
5. Adanya organisasi profesi.
Mari kita lihat apakah Keperawatan termasuk PROFESI..???
1. MEMPUNYAI BODY OF KNOWLEDGE
Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan ( nursing science ) yang
mencakup ilmu – ilmu dasar ( alam, sosial, perilaku ),ilmu biomedik,ilmu kesehatan
masyarakat,ilmu keperawatan dasar,ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.
2. PENDIDIKAN BERBASIS KEAHLIAN PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI
Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai standar
kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
3. MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI PRAKTIK
DALAM BIDANG PROFESI
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan.

Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada


kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4. MEMILIKI PERHIMPUNAN/ORGANISASI PROFESI
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat menentukan
keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu
berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan
dalam inovasi keperawatan di Indonesia.
5. PEMBERLAKUAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan
tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
6. OTONOMI
Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur kehidupan
profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan,penyelenggaraan pendidikan,riset keperawatan dan
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 )
7. MOTIVASI BERSIFAT ALTRUISTIK
Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan mendudukkan
peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam pembangunan kesehatan
serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi
kepada kepentingan masyarakat.

http://ainurrhosyidah.blogspot.com/2012/12/komunikasi-dalam-pelayanan-kesehatan_17.html
Penerapan Prinsip Komunikasi dalam Bidang Kesehatan Masyarakat

Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai makhluk Tuhan, individu dan
sosial budaya. Yang saling berkaitan dimana kepada Tuhan memiliki kewajiban untuk mengabdi
pada Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai
makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan dengan orang lain dalam kehidupan selaras
dan saling membantu. Dalam menjalani kehidupan selaras dengan manusia lain, diperlukan
adanya komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima
melalui saluran atau media. Sehingga terbentuk interaksi dalam masyarakat yang membentuk
suatu sistem sosial.
Interaksi yang terjadi dalam masyarakat melibatkan berbagai aspek misalnya pendidikan,
kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan lain-lain. Aspek yang akan dibahas di artikel ini adalah
aspek kesehatan. Khususnya tindakan pencegahan terhadap penyakit yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan di masyarakat. Masalah kesehatan pada dasarnya merupakan masalah semua
manusia. Karena tidak ada satu manusiapun yang dapat terbebas dari penyakit. Namun,
terkadang ada beberapa orang yang kurang memperhatikan kesehatan sehingga menimbulkan
berbagai masalah kesehatan bagi dirinya maupun orang lain disekitarnya. Masalah kesehatan
juga dapat timbul dari faktor penyakit (agent) yang dapat menyebabkan seseorang menderita
sakit. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli dalam bidang kesehatan masyarakat, yang dapat
membawa masyarakat ke hidup yang lebih sehat. Tenaga ahli tersebut salah satunya adalah
sarjana kesehatan masyarakat atau biasa disebut SKM.
Seorang SKM memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut adalah
dengan melakukan interaksi langsung dengan masyarakat. Dalam interaksi ini terjadi proses
komunikasi. Suatu interaksi sosial yang baik harus menggunakan komunikasi yang efektif.
Untuk dapat memperoleh komunikasi yang efektif seorang SKM harus dapat memahami prinsip
komunikasi yang ada.
Prinsip yang pertama menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses simbolik.
Komunikasi merupakan proses pembentukan simbol. Simbol dapat berupa huruf, angka, kata ,
bahasa, penampilan, makanan dan lain-lain. Dalam bidang kesehatan masyarakat, prinsip
komunikasi sebagai proses simbolik dapat diterapkan pada saat penyuluhan. Penyuluhan
hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat yang sedang diberi
penyuluhan. Selain itu, proses simbolik yang lain contohnya adalah dandanan. Pada saat
memberi penyuluhan tentang kesehatan, sebaiknya dandanan jangan terlalu mencolok (mewah),
namun jangan juga terlalu biasa saja. Pakaian yang terlalu mewah mendatangkan kesan sombong
bagi masyarakat sehingga mempengaruhi keefektifan penyampaian materi pada saat penyuluhan.
Sedangkan pakaian yang terlalu biasa menimbulkan persamaan antara orang yang memberi
penyuluhan dan orang yang diberi penyuluhan. Sehingga mungkin orang yang diberi penyuluhan
akan menganggap enteng materi penyuluhan tersebut. Dengan demikian penampilan harus
disesuaikan dengan keadaan. Karena penampilan merupakan suatu simbol, dimana orang atau
masyarakat akan memberikan arti terhadap penampilan seseorang.
Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi komunikasi.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang SKM harus paham dengan apa yang dilakukan
masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya, disaat menyampaikan informasi
kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon mereka. Apakah mereka senyum, atau diam
saja, atau malah menunjukkan muka yang kurang sedap. Dengan demikian dapat diketahui
tindakan apa yang dapat dilakukan. Misalnya jika respon audience hanya diam saja atau
menunjukkan respon yang kurang baik seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang
dengan tatapan sinis, mungkin cara penyampaian informasi harus diubah. Menjadi lebih menarik
dan menyenangkan sehingga penyampaian informasi menjadi lebih efektif.
Prinsip yang selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi memiliki dimensi isi dan
hubungan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu pesan. Ada
kalanya satu pesan artinya sama, namun karena cara menyampaikannya berbeda, pesan tersebut
dimaknakan berbeda pula. Contohnya dalam bidang kesehatan masyarakat adalah proses
penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang dewasa. Seorang SKM harus
dapat membedakan pesan kepada anak kecil dan orang dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang
sampah sembarangan”, akan berbeda artinya dengan, “bapak, jangan buang sampah
sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan
mengikuti perintah tersebut yaitu tidak membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa
atau bapak-bapak akan menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin
merasa dirinya dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si penyampai
informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan. Dengan demikian, seorang SKM
harus memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan sampai menimbulkan salah persepsi pada
masyarakat.
Komunikasi juga berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Hal ini juga termasuk
dalam prinsip komunikasi. Kadang seseorang bermaksud untuk tidak melakukan komunikasi,
namun orang lain menganggapnya melakukan komunikasi. Inilah yang dimaksud komunikasi
yang tidak disengaja. Sedangkan komunikasi yang disengaja, merupakan komunikasi yang real,
dimana adanya timbal balik yang jelas antara komunikator dan komunikan. Prinsip ini juga
penting dalam bidang kesehatan masyarakat. Misalnya, seorang petugas kesehatan sebelum
makan selalu mencuci tangan. Dan hal tersebut diamati oleh seorang masyarakat yang kebetulan
memang memiliki hubungan yang dekat. Pada awalnya, kegiatan mencuci tangan ini merupakan
bentuk rutinitas yang memang sudah biasa dilakukan sang petugas kesehatan. Namun tanpa
sengaja, masyarakat yang mengamatinya menjadi terpengaruh untuk meniru kegiatan tersebut.
Dengan demikian, hendaknya kesengajaan ini terjadi dalam hal-hal positif yang dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Prinsip selanjutnya adalah komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Suatu
pesan yang artinya sama, namun disampaikan dalam ruang dan waktu yang berbeda,
menimbulkan makna yang berbeda pada pesan tersebut. Seorang SKM misalnya dalam memberi
penyuluhan kesehatan harus tahu ruang dan waktu yang tepat dalam penyampaiannya. Misalnya
tidak melakukan penyuluhan di malam hari, karena itu dapat menimbulkan persepsi tidak baik
dari masyarakat seperti tidak tahu aturan dan mengganggu tidur orang. Padahal maksudnya baik,
yaitu untuk memberi informasi kesehatan.
Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Pada saat berkomunikasi dengan
seseorang, peserta komunikasi yaitu komunikator dan komunikan pasti akan mempunyai prediksi
tentang tanggapan lawan komunikasinya saat dia mengatakan sesuatu. Dengan demikian, sebagai
seorang SKM dalam melakukan penyuluhan, tentunya sudah mempunyai prediksi tentang
bagaimana respon masyarakat terhadap informasi yang disampaikan. Seorang SKM harus
menyiapkan antisipasi respon buruk terhadap informasi kesehatan yang kurang berkenan bagi
masyarakat. Misalnya, dalam penyuluhan gizi, petugas kesehatan menjelaskan tentang porsi
makanan yang bergizi. Namun, tidak semua masyarakat atau warga dapat membeli makanan
bergizi seperti yang dicontohkan. Petugas kesehatan harus sudah mengantisipasi keluhan dari
masyarakat, misalnya dengan menerangkan bahwa makanan yang bergizi tidak harus selalu
mahal.
Komunikasi bersifat sistemik. Komunikasi merupakan gabungan dari sistem internal dan
sistem eksternal dalam diri kita. Sistem internal meliputi pengalaman dan rujukan. Kesamaan
pengalaman dan rujukan membangun komunikasi antar individu. Sebagai seorang SKM, dalam
melakukan komunikasi dengan masyarakat, harus membangun kesamaan pengalaman dan
rujukan antar dirinya dengan masyarakat. Dengan adanya kesamaan ini, masyarakat akan merasa
lebih nyaman berkomunikasi dan informasi kesehatan dapat lebih mudah disampaikan.
Sedangkan sistem eksternal adalah environtment atau lingkungannya. Seorang SKM dalam
menjalankan tugasnya harus bisa menyesuaikan cara penyampaian informasi kesehatan dengan
keadaan di masyarakat. Misalnya, penyuluhan dipedesaan dilakukan dengan suasana hikmat
tanpa terlalu banyak pengeras suara. Karena kondisi di pedesaan yang memang sudah sepi.
Semakin mirip latar belakang sosial budaya, komunikasi menjadi lebih efektif. Status
sosial dan budaya yang ada di masyarakat sangat mempengaruhi komunikasi yang terjadi pada
masyarakat tersebut. Contohnya adalah status sosial. Seseorang akan lebih mudah berhubungan
atau menjalin interaksi dengan orang yang status sosialnya sam karena mereka memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang sama. Begitu pula dengan budayanya. Seseorang akan
merasa nyaman melakukan interaksi dengan orang yang memiliki budaya yang sama dengannya.
Seorang SKM harus menyadari bahwa dunia ini terdiri dari berbagai sistem sosial dan budaya
yang berbeda satu sama lain. Seorang SKM harus dapat menempatkan diri dalam suatu status
sosial dan budaya. Misalnya dalam proses penyampaian informasi kepada masyarakat dengan
status sosial dan budaya A, jangan disampaikan dengan menggunakan budaya B atau dalam
lingkup status sosial B. Meskipun budaya mereka berbeda, hendaknya seorang SKM dapat
menyesuaikan diri dengan budaya setempat. Sehingga informasi kesehatan menjadi mudah
disampaikan.
Komunikasi bersifat nonsekuensial. Komunikasi berlangsung dua arah. Artinya, dalam
berkomunikasi komunikator dapat menjadi komunikan dan komunikan dapat menjadi
komunikator. Sebagai seorang SKM, hendaknya jangan hanya menjadi komunikator. Namun
juga harus dapat mendengarkan aspirasi dan keluhan masyarakat. Sehingga berperan sebagai
komunikan. Dengan menjadi pendengar yang baik bagi masyarakat, dapat mengerti masalah
mendasar yang terjadi di masyarakat. Dan dapat ditentukan solusi untuk menanganinya.
Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Komunikasi merupakan suatu
proses, dimana proses ini tidak disadari kapan awal dan kapan akhirnya. Komunikasi bersifat
dinamis, artinya komunikasi tidaklah konstan. Tapi melalui tahapan-tahapan dan perubahan.
Komunikasi bersifat transaksional, artinya komunikasi terjadi timbal balik antara komunikator
dan komunikan. Dengan demikian, sebagai seorang SKM, kita tahu bahwa proses komunikasi
tidak hanya terjadi pada saat penyuluhan saja. Tetapi, akan terus membekas di hati masyarakat.
Sehingga, proses penyampaian informasi harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh.
Agar masyarakat dapat benar-benar mengerti maksud dari materi yang disampaikan dan
menerapkan dalam kehidupannya.
Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat kembali. Maksudnya, apa yang
telah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi dan dianggap ucapan itu tidak ada. Mungkin memang
kadang terjadi seseorang menarik kembali ucapannya. Namun, ucapan itu tetaplah pernah
diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja. Sehingga sebagai seorang SKM, dalam
menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat harus selalu berhati-hati. Jangan sampai
informasi-informasi tersebut disampaikan dengan cara yang kurang sopan atau mungkin
menyakiti hati audience. Sekali hati seseorang terluka, akan sulit untuk mengobatinya. Dengan
demikian untuk mencapai sebuah komunikasi yang efektif, prinsip yang satu ini juga harus
diperhatikan.
Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah, khususnya masalah
kesehatan. Komunikasi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan.
Memang komunikasi penting dalam menyelesaikan masalah. Namun komunikasi saja tidak
cukup. Perlu adanya tindakan untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam menanggulangi
penyakit DBD di masyarakat, tidak cukup hanya memberikan penyuluhan di puskesmas. Tapi
juga harus dilakukan tindakan seperti melakukan kegiatan 3M secara masal dengan pengawasan
dari petugas kesehatan.

http://chayangyanisayunika.blogspot.com/2012/01/penerapan-prinsip-komunikasi-dalam.html
PERAN KOMUNIKASI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

Kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan salah satu cabang dari ilmu kesehatan yang
berfokus pada masyarakat. Permasalahan kesehatan dalam kesmas tidak dipandang dari sisi
individu, tetapi secara keseluruhan di dalam masyarakat. Dalam konteks ini, komunikasi menjadi
penting mengingat ilmu kesmas berhubungan langsung dengan masyarakat yang merupakan
sekumpulan orang yang memiliki latar belakang ilmu, budaya, adat-istiadat dan kebiasaan yang
berbeda-beda.
Pentingnya komunikasi dalam kesmas dapat dijabarkan melalui 3 fungsi inti kesmas.
Dalam prakteknya, ilmu kesmas memiliki 3 fungsi inti yaitu fungsi assessment, policy
development dan assurance. Ketiga fungsi ini harus dilaksanakan secara sistematis, sehingga
tujuan akhir untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dapat tercapai.
Pada tahap pertama, dalam menjalankan fungsi assessment atau penilaian, komunikasi
sangat diperlukan untuk memahami betul kebutuhan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat.
Kebutuhan kesehatan masyarakat tidak akan sama satu dengan yang lain. Misalnya saja
kebutuhan pelayanan kesehatan antara masyarakat desa dan kota tentu tidak sama. Untuk
mengetahui kebutuhan kesehatan masyarakat, maka komunikasi dilakukan. Sebagai contoh,
Gubernur DKI Jakarta saat ini, Bapak Joko Widodo, terjun langsung ke masyarakat DKI Jakarta
dan berkomunikasi langsung dengan mereka untuk mengetahui kondisi kesehatan warga DKI
dan menilai pelayanan apa yang memang sangat dibutuhkan oleh warga DKI saat ini.
Berdasarkan hasil penilaian kebutuhan (assessment), kemudian dibuatlah kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat. Bayangkan jika tidak adanya komunikasi antara
pembuat kebijakan dan masyarakat, maka kebutuhan kesehatan tidak akan terpenuhi. Misalnya
saja di suatu daerah terdapat fasilitas pelayanan kesehatan. Akan tetapi, jaraknya cukup jauh
sehingga membutuhkan waktu yang lama bagi warga yang sakit untuk dapat mencapai fasilitas
kesehatan tersebut. Dalam kasus ini, yang diperlukan warga adalah akses yang mempermudah
warga ke pelayanan kesehatan seperti transportasi. Namun karena tidak adanya komunikasi,
pemerintah justru mengeluarkan kebijakan dengan menambah tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Kebijakan ini mungkin tidak sepenuhnya salah, akan
tetapi belum tepat untuk mengatasi sulitnya akses warga ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Setelah kebijakan dibuat, fungsi terakhir dari kesmas adalah fungsi assurance,
mengawasi pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat. Dalam fungsi ini, tenaga kesmas juga
bertugas memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kebijakan yang telah
dibuat. Pemberian informasi dan edukasi yang dilakukan kepada masyarakat tentunya
memerlukan komunikasi sebagai medianya. Sebagai contoh, untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan bahaya merokok, Departemen Kesehatan membuat poster-poster yang berisi
gambar-gambar organ tubuh yang rusak akibat kebiasaan merokok. Poster-poster ini merupakan
suatu bentuk komunikasi massa yang berisi pesan kesehatan. Dengan gambar yang
menyeramkan diharapkan masyarakat menjadi sadar akan bahaya merokok dan mulai
mengurangi kebiasaan merokok.
Selain pemberian informasi dan edukasi, kesmas juga berperan membangun kemitraan
antara pemangku kekuasaan dengan berbagai elemen masyarakat. Untuk menjadi jembatan
antara masyarakat dan pengambil kebijakan, maka tenaga kesmas harus menguasai teknik
komunikasi yang baik. Teknik komunikasi efektif diperlukan oleh tenaga kesmas karena dalam
menjalankan fungsinya, tenaga kesmas akan berhadapan dengan orang-orang yang berbeda.
Misalnya saja ketika berhadapan dengan pemangku kekuasaan/ pengambil kebijakan, maka
teknik berkomunikasinya akan berbeda ketika berhadapan dengan masyarakat biasa. Contoh lain,
ketika berhadapan dengan masyarakat yang mempunyai kebudayaan atau kepercayaan tertentu,
maka cara berkomunikasi pun harus disesuaikan agar tercapai kesepahaman antar kedua belah
pihak.
Beberapa ilustrasi di atas merupakan gambaran pentingnya komunikasi dalam kesehatan
masyarakat. Berbicara tentang kesehatan masyarakat artinya berbicara tentang suatu sistem yang
harus dijalankan secara berurutan sehingga semua elemennya dapat terlaksana dengan baik.
Untuk mencapai tujuan ini, maka komunikasi sangat diperlukan agar semua komponen dalam
kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik sehingga derajat kesehatan masyarakat
dapat dicapai setinggi-tingginya.

http://arraniaisasih.blogspot.com/2013/02/peran-komunikasi-dalam-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai