Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tahun, industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan dan
perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan
infrastruktur seperti pembangunan bandara, fasilitas lalu lintas, pembangunan jalur
kereta api secara khusus dan peningkatan jumlah maskapai penerbangan di dalam
negeri baik milik pemerintah maupun swasta. Peningkatan jumlah maskapai
penerbangan juga mempengaruhi adanya pembukaan rute baru yang semakin
berkembang dan beragam untuk mencapai kota-kota besar maupun kecil. Adapun
salah satu maskapai yang semakin berkembang dan beragam tersebut adalah
maskapai Garuda yang telah memesan 60 unit pesawat, guna meningkatkan
kapasitas pada rute jarak menengah dan jarak jauh.
Langkah yang ditempuh Indonesia dalam meningkatkan industri penerbangan
untuk mendukung adanya pertumbuhan permintaan akan transportasi Indonesia
yang meningkat secara konsisten setiap tahun, baik domestik maupun internasional.
.Directorate General of Civil Aviation (DGCA)., yang merupakan direktorat badan
aviasi dunia, mencatat bahwa peningkatan jumlah penumpang di Indonesia dari
tahun 2010 sebanyak 44,27 juta penumpang meningkat menjadi 62,1 juta
penumpang pada tahun 2014. Selain itu, INACA (Indonesia National Air Carriers
Association) juga mencatat adanya peningkatan penumpang pesawat sebesar 12%
hingga 15 % per tahun.

Gambar 1.1 Peningkatan permintaan jumlah penumpang 2005-2024


Sumber : Cetak Biru Transportasi Udara

Universitas Sumatera Utara


Peningkatan permintaan akan transportasi udara juga terjadi karena adanya
pengaruh kerjasama ekonomi negara–negara ASEAN dalam mewujudkan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) untuk membentuk pasar ekonomi yang lebih
besar, dan membangun konektivitas serta layanan yang lebih baik. Dalam
menghadapi MEA, permintaan akan transportasi udara berbanding lurus dengan
kebutuhan akan SDM (Sumber Daya Manusia) yang professional dan terampil
dalam dunia penerbangan , guna melaksanakan tugasnya dan memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. SDM yang dibutuhkan terdiri
dari pilot, cabin crew( pramugari/a) , FOO ( flight officer), ATC ( Air trafic
controller), teknisi pesawat udara, tim keselamatan penerbangan, manajemen
bandara, dan petugas lainnya.. Setiap profesi dalam dunia penerbangan berkaitan
satu sama lain dan tidak bisa bekerja secara sendiri-sendiri (terpisah) dalam
menciptakan suatu jaringan pelayanan yang bermutu bagi masyarakat pengguna
(konsumen). Dalam dunia penerbangan, mereka dituntut untuk berkomunikasi dan
bekerja sama dengan baik seperti hubungan komunikasi antara pilot sebagai
pengemudi pesawat, FOO sebagai perencana jalur lalu lintas udara, ATC sebagai
pengarah pilot , tim teknisi pesawat dalam mengecek kondisi dan kinerja pesawat,
tim keselamatan penerbangan untuk siaga dalam setiap penerbangan, dan tim
manajemen bandara dalam mengatur setiap jadwal dan pelayanan yang dibutuhkan
penumpang. Oleh karena itu, peningkatan SDM harus berbanding lurus dengan
peningkatan permintaan akan transportasi udara.
Ironisnya, SDM di Indonesia masih sangat minim dalam memenuhi permintaan
transportasi udara sehingga banyak maskapai penerbangan maupun bandara harus
mempekerjakan SDM asing ataupun memaksakan SDM yang sudah melewati batas
usia produktif untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pada saat ini, diperkirakan
Indonesia membutuhkan 800 pilot /tahun, sedangkan yang ada hanya 400-500 pilot
/ tahun. Sementara itu, kebutuhan personel ATC dalam dunia penerbangan
Indonesia setidaknya membutuhkan 200 personel/tahun, namun yang ada hanya
sekitar 40-60 personel/tahun. Serta teknisi yang dibutuhkan di dunia penerbangan
Indonesia adalah sekitar 4700 orang per tahun, sedangkan yang ada hanya 300-400
personel/tahun.

Universitas Sumatera Utara


Itu artinya, Indonesia masih membutuhkan wadah untuk menampung dan
mendidik generasi produktif untuk memenuhi kebutuhan tersebut di masa kini
maupun masa mendatang. Di Indonesia terdapat beberapa institusi penerbangan,
baik yang dikelola negara seperti STPI ( Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia),
ATKP (Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan) Makassar, ATKP
Surabaya, Politeknik Negri Bandung, ataupun yang dikelola swasta seperti
Dirgantara Pilot School, BIFA ( Bali International Flying School), Nusa Flying
School dan lainnya.

Gambar 1.2 Bandara Kualanamu


Sumber : Internet

Bandara Kualanamu termasuk dalam salah satu bandara internasional yang baru
dibangun oleh pemerintah sebagai pengganti dari Bandara Polonia Medan pada
tahun 2013. Bandara ini dibangun di lahan yang masih luas dan jauh dari kota
dengan perencanaan kawasan aerotropolis. Menurut Prof John D. Kasarda dari
University of North Carolina, konsep aerotropolis merupakan tata kota yang
terintegrasi dengan bandar udara. Hal ini menjadikan bandara sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti hotel, restoran,
sekolah, pusat perbelanjaan, business point, dan sebagainya. Dengan
berkembangnya kawasan aerotropolis yang berintegrasi dengan bandara, kegiatan
bandara akan semakin padat dan permintaan akan transportasi udara juga akan
semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada kebutuhan SDM yang tinggi
untuk mengisi peluang kerja dalam dunia penerbangan. Dengan adanya fasilitas
pendidikan yang dekat dengan kawasan bandara memberikan keuntungan bagi
taruna maupun bandara dalam melaksanakan OJT (On The Job Training) dan

Universitas Sumatera Utara


kemudahan pihak bandara untuk mencari tenaga kerja yang bersertifikasi,
professional dan handal.
Oleh karena itu, dengan dibangunnya fasilitas pendidikan Sekolah Tinggi
Aviasi Indonesia, dengan standar internasional diharapkan dapat menjadi sarana
edukasi yang memicu generasi produktif Indonesia untuk bergabung di dunia
industri penerbangan dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang
berkualitas dan berkompeten secara nasional maupun internasional serta memenuhi
kriteria dalam kemampuan dan kompetensi yang ditentukan untuk menekan potensi
human error dari setiap kegiatan penerbangan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan Sekolah Tinggi Aviasi
Indonesiaadalah:
1. Sebagai salah satu fasilitas pendidikan penerbangan untuk menghasilkan
tenaga penerbangan yang professional dan handal
2. Mewadahi potensi dari generasi muda untuk berpartisipasi dalam
pertumbuhan industri penerbangan.

1.3 Masalah Perancangan


Adapun masalah dalam perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia ini,
yaitu:
1. Bagaimana merancang sekolah tinggi penerbangan yang sesuai dengan
standard dan berfungsi secara optimal dalam mewadahi aktivitas
pendidikan?
2. Bagaimana menyusun massa dengan fungsi yang berbeda-beda di dalam
area sekolah untuk mewadahi kegiatan sekolah baik indoor maupun
outdoor?
3. Bagaimana merancang sirkulasi yang baik antar massa menjadi efisien dan
tertata?
4. Bagaimana menyusun hubungan antar ruang sesuai dengan divisi dan
golongan kegiatan?

Universitas Sumatera Utara


5. Bagaimana menerapkan prinsip arsitektur hijau dalam sekolah tinggi
penerbangan untuk mengurangi pemakaian energy berlebih?

1.4 Pendekatan
Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan berbagai metoda
sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada pada
perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori,
penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan,
kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan.
b. Studi Banding
Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan
masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus yang memiliki
kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber seperti buku,
internet, majalah, dan lainnya.

1.5 Lingkup / Batasan


Permasalahan perancangan dan perencanaan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia
mempunyai lingkup dan pembahasan yang sangat luas, agar dapat ditangani dengan
jelas, dalam pembahasan dan perencanaan ini diadakannya batasan-batasanan
berikut:
1. Sekolah tidak menyediakan landasan pacu khusus untuk kegiatan OJT
taruna/i. Pelatihan tersebut menggunakan fasilitas landasan pacu bandara
Kualanamu.
2. Pembiayaan baik untuk pembangunan maupun perawatan bangunan dianggap
memenuhi syarat serta Administrasi dan Perijinan bangunan Sekolah Tinggi
Penerbangan yang direncanakan ini dianggap tidak bermasalah
3. Pemilihan lokasi berada dekat dengan bandara Kualanamu karena sesuai
dengan rencana pengembangan kawasan dan pelatihan OJT taruna/i.

Universitas Sumatera Utara


4. Fasilitas Sekolah Tinggi Aviasi diperoleh dari standar, studi literatur,
peraturan, dan studi banding yang dikaji dan dipertiimbangkan
5. Sasaran pelayanan desain Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia adalah pelaku
kegiatan pendidikan, kegiatan pengelola dan administrasi, dan kegiatan penunjang.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara


1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika penyusunan laporan ini,yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang kajian latar beakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan,
pendekatan, lingkup/batasan, kerangka berpikir dan sistematika penulisan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang terminology judul, tinjauan lokasi proyek, tinjauan fungsi,
elaborasi tema, dan studi banding proyek tema sejenis

BAB III METODOLOGI


Berisi mengenai penjelasan kerangka pendekatan, metode, dan teknik
diagnosis/ analisis yang akan digunakan untuk menghasilkan desain/perancangan
bangunan

BAB IV ANALISA PERANCANGAN


Berisi tentang analisis terhadap kondisi tapak dan lingkungan, analisa
fungsional, analisis teknologi, analisis dan penerapan tema, dan kesimpulan

BAB V KONSEP PERANCANGAN


Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta penzoningan baik
luar maupun dalam.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR


Berisi gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai