Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhamad Alfaridhi

NIM : 11171120000082
Kelas : Politik 5B
Al-Jihad
A. Pengertian dan Makna Jihad
Kata jihad memiliki dua arti sebagaimana kata yang dipakai dalam ibadah
yang lain seperti shlat, zakat, puasa, dan haji. Dua arti itu adalah arti menurut
bahasa dan syara.1 Jihad menurut bahasa berarti, “bersungguh-sungguh” atau “
menarahkan segala kemampuan”. Dan menurut Syara’ berarti, “perang untuk
menolong agama Allah” atau “menyeru kepada agama yang benar, dan
memerangi siapa yang menolak seruan tersebut dengan harta dan jiwa.
Jihad yang dianjurkan oleh islam itu ada beberapa macam: ada jihad yang
bersifat militer, yakni berperang melawan para musuh, baik dengan tindakan, jika
para musuh itu melakukan penganiayaan terhadap orang-orang islam mencakup
jiwa, tempat tinggal ataupun keyakinan mereka. Atau dengan kekuataan, dalam
arti melakukan persiapan untuk berperang pada saat adanya penyebab atau hal-hal
yang mendorong untuk berperang. Itu semua menuntut agar orang-orang islam
menyiapkan kekuatan dengan segenap kemampuan mereka untuk menghadapi
para musuh.2
Ada juga jihad yang berkaitan dengan jiwa, yaitu jihad yang medannya adalah
nafsu manusia beserta pendorong-pendorongnya. Jihad ini adalah seperti tertuang
dalam hadist nabi yang menyebutkan, “seorang mujahid adalah yang berjuang
melawan hawa nafsunya.” Mengenai jihad ini, di dalam Al-Quran Makkiyah
(turun sebelum nabi hijrah) disebutkan.3
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan), kami benar-
benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut:69).
Selain itu, dalam ilmu tasawuf pengertian jihad lebih berorientasi pada
perjuangan batin (mujahadah), yakni dapat mengendalikan diri dan hawa nafsu
yang selalu ingin mengajak untuk melakukan hal yang jahat dengan menggunakan
cara mendekatkan diri kepada Tuhan.4 Kata jihad itu diambil dari kata “jahd”
yang artinya “letih atau sukar” karena dalam melakukan jihad sendiri
menyebabkan adanya keletihan, ada juga yang menyebutkan dari kata “juhd”
yang artinya yaitu kemampuan, karena dalam berjihad dituntut untuk memiliki
kemampuan dan juga sesuai dalam kemampuan masing-masing dan berasal dari
susunan kata “jahida bir-rajul” yang bermaknanya “seseorang sedang mengalami
ujian”. Dari uraian kata tersebut terkandung bahwa ujian dan juga cobaan

1
Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, (Jakarta: Republika, 2007), Hlm.179
2
Yusuf Al-Qaradhawi, Ringkasan Fiqih Jihad (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm.150
3
Ibid., hlm.151
4
Rohimin, Jihad: Makna & Hikmah, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm.51-52
merupakan hal yang sering ditemui dalam berjihad sehingga mampu melihat
kualitas dari seseorang.5

B. Rukun-rukun Jihad.
Jihad di jalan Allah Sebagai puncak yang tertinggi dalam Islam yang
menghasilkan salah satu dari dua kebaikan, hidup mulia menjadi pemenang dan
mati syahid, mempunyai beberapa rukun, yaitu:6
1. Niat Yang Baik
Niat ikhlas karena Allah semata adalah salah satu syarat diterimanya
sauatu amal. Maka niat dalam jihad harus dimaksudkan hanya untuk
meninggikan kalimat Allah saja.
2. Di Bawah Seorang Imam
Jihad wajib dilaksanakan di bawah kepemimpinan seorang imam
(pemimpin) yang Muslim, di bawah panji dan atas izinnya. Hal ini
sebagaimana diharuskannya kaum Muslimin untuk hidup di bawah imam
(pemimpin), baik mereka dalam jumlah sedikit ataupun banyak. Mereka
tidak boleh melaksanakan jihad tanpa imam, tidak di bawah benderanya,
dan tanpa izinnya.
3. I’dad (Mempersiapkan Kekuatan)
Yang dimaksud dengan I’dad adalah menyiapkan apa saja yang diperlukan
dalam jihad, misalnya senjata, perlengkapan perang, mempersiapkan
pasukan, dan melatih mereka dengan mengerahkan segala kemampuan.
4. Restu Orang Tua
Orang yang akan berangkat berjihad harus atas restu dan izin kedua orang
tuanya atau salah satu dari keduanya. Kecuali jika musuh menyerang salah
satu daerah (desa atau kota) kaum Muslimin atau imam menyuruh
(menunjuk) seseorang untuk berangkat berjihad, makai zin kepada orang
tua menjadi gugur, karena dalam dua keadaan tersebut jihad telah menjadi
fardhu’ain.
5. Patuh Kepada Imam
Sebagaimana wajibnya berjihad di bawah imam (pemimpin), maka wajib
pula dalam berjihad patuh kepadanya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan terdapat empat pembagian jihad ke dalam
tiga belas tingkatan, diantaranya adalah:7
 Jihad al-Nafs, atau Jihad untuk memperbaiki diri terdiri dari empat
tingkatan, pertama, melawan hawa nafsu dengan mempelajari agama dan
konteksnya dengan benar. Kedua, berjihad melawan hawa nafsu dengan

5
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhudh’I Atas Pelbagai Persoalan
Umat, 14th ed. (Jakarta: Mizan. 2003) XIV, h 501.
6
Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, (Jakarta: Republika, 2007), Hlm. 182-183
7
Rif’at Husnul Ma’afi, “Konsep Jihad dalam Perspektif Islam,” Kalimah, Vol. 11, No.1, (Maret
2013), Hlm. 143
mengamalkan ilmu yang telah didapat dan dipelajari. Ketiga, berjihad
melawan hawa nafsu dengan mengajak orang lain untuk memperdalam
ilmu dan mengajaknya untuk menyebarluaskan ilmunya kepada orang
yang belum mendapatkannya. Keempat,berjihad melawan hawa nafsu
dengan bersabar dalam berdakwah.
 Jihad al-Syaithan, atau jihad melawan setan terdiri atas dua tingkatan,
pertama, berjihad dengan menolak segala sesuatu yang dimasuki oleh
setan, seperti sebuah keragu-raguan. Kedua, melawan setan dengan
menolak semua keinginan syahwat yang dapat merusak.
 Jihad al-Kuffar wa al-Munaffuqin, atau jihad melawan orang kafir dan
orang munafik, terdiri dari empat tingkatan, yakni melawan mereka
dengan hati, lisan, harta dan jiwa.
 Jihad al-Babi al-Zhulmi wa al-Bida’ wa al-Munkarat, atau jihad melawan
orang-orang zalim, ahli bid’ah dan para pelaku kemungkaran, terdiri dari
tiga tingkatan, pertama, dengan menggunakan tangan jika memungkinkan
dan mampu. Kedua, dengan menggunakan lisan. Ketiga, dengan hati.

C. Jenis-jenis Jihad
Jihad sendiri terbagi menjadi dua, yakni: 8
1. Jihad Difa’i, yaitu jihad untuk mempertahankan diri. Hal ini jika musuh masuk
menyerang negara Islam dan berusaha untuk menguasai serta menjajahnya,
meskipun hanya sedikit. Atau ketika orang-orang kafir memusuhi kaum muslimin,
harta maupun kehormatan mereka.
2. Jihad Thalab, jika musuh berada di daerahnya sendiri dan tidak memusuhi kita
kaum muslimin. Bahkan yang memulai dan menabuh genderang peperangan
adalah kaum muslimin.
Selain itu ada pula menurut Ar-Raghin setidaknya ada 3 (tiga) macam jihad, yaitu:
 Berjihad menghadapi musuh, adanya persiapan dalam menyusun strategi
dalam menghadapi orang kafir dan kaum munafik
 Barjihad menghadapi setan dan nafsu, dalam hal tersebut perlu adanya
memerangi segala tipu muslihat yang menimbulkan keraguan dalam
keimanan, memerangi orang yang melebihi kemampuan dalam syariat
Islam.
 Berjihad dengan senjata, peperangan mengusir orang-orang yang
menduduki tanah tumpah darah, gugur dalam memperjuangkan
kemerdekaan dinilai sebagai syahid.
Jihad atau perang akan terlaksana apabila tidak menemui titik temu
melalui jalur dakwah atau jalur damai, tetapi jihad tidak akan terjadi apabila tidak
8
Yusuf Al-Qaradhawi, Ringkasan Fiqih Jihad (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), Hlm.40
ada hal yang melanggar dalam menjalani syariat Islam. Jihad juga masuk dalam
aspek kehidupan manusia, yakni:9
 Jihad ilmu, adanya peran ilmu dalam memberikan kekuatan dalam
masyarakat.
 Jihad sosial, dalam memelihara keutuhan keluarga dan hubungan sosial
dalam masyarakat. Dalam hadist: At-Thabarani meriwayatkan daripada
Anas Bin Malik bahwa seorang lelaki datang menemui Nabi Muhammas
SAW lalu berkata,
“Aku mau berjihad, tetapi aku tidak mampu”. Nabi bertanya. “adakah salah
seorang daripada orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab. “Ibuku”. Nabi
berkata, “Bertakwalah kepada Allah dan berbakti kepadanya. Sekiranya kamu
melakukan demikira, kepada kamu pahala orang yang mengerjakan haji, umrah,
dan jihad”.
 Jihad ekonomi, memerjuangkan dalam mencari rezeki dengan semangat
karena Allah ta’ala.
 Jihad pendidikan, usaha melahirkan umat yang mampu membawa risalah
yang mulia untuk dirinya dan dunia.
 Jihad kesehatan, usaha dalam menjaga alam sekitar dalam memeliharanya
dan tidak menyebabkan kerusakan.

D. Adab Jihad
Jihad fi sabilillah adalah syariat dari Allah berupa perang untuk meninggikan
kalimat Allah, menegakkan keadilan, menyebarkan kebaikan, melindungi
kebenaran, menghentikan kemungkaran dan keburukan yang lainnya. Oleh karena
itu maka jihad memiliki etika (adab) yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya
supaya dalam pelaksanaannya tidak keluar dari syariat Allah. Adab-adab itu
diantaranya adalah :10
1. Memberi Dakwah dan Peringatan Sebelum Menyerang
Memberi dakwah adalah menyampaikan Islam kepada orang-orang
kafir, menerangkan kebenaran Islam kepada mereka, mengajak
mereka masuk Islam, dan menyampaikan sebab-sebab mereka
harus diperangi.
2. Larangan Berbantah-bantahan
Terdapat dalam QS. Al-Anfal : 46 yang artinya :
“ Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-
bantahan yang menyebabkan kalian gentar dan hilang kekuatan,
9
Yusuf Al-Qordhiwi, Fiqh Jihad Jilid 1 dan Jilid 2, penerjemah Fauwaz Fadzil (Selangor: PTS
Islamika. 2013), h 319.
10
Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, (Jakarta: Republika, 2007), Hlm.184-197
dan bersabarlah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar “
3. Larangan Menghadapkan Senjata Ke Sesama Muslim
Hadist Rasulullah yang artinya :
“ Janganlah kalian mengarahkan senjata ke saudaranya, karena
sesungguhnya dia tidak tahu kiranya setan mencabut senjata
tersebut dari tangannya, sehingga menyebabkan dia jatuh ke
lubang neraka “ (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Larangan Mengharap Bertemu Dengan Musuh
Hadist Rasulullah yang artinya :
“ Wahai manusia, janganlah kalian berharap bersua dengan musuh
dan mohonlah keselamatan kepada Allah. Apabila kalian bersua
dengan mereka hadapilah dengan sabar (teguh hati) dan ketahuilah
bahwa surge itu terletak di bawah naungan pedang. Kemudian
beliau berdoa, ‘Ya Allah yang menurunkan kitab, Yang
menggiring awan, Yang mengalahkan golongan-golongan
bersekutu, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami dalam
menghadapi mereka’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Larangan Membunuh Anak-Anak
QS Al-Baqarah : 190 yang artinya :
“ Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kalian, dan janganlah kalian melampaui batas, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”
Termasuk ke dalam pengertian bertindak melampaui batas yang
dilarang dalam perang adalah membunuh anak-anak. Abdulullah
bin Umar r.a berkata yang artinya :
“ Bahwa seorang wanita didapati terbunuh dalam suatu peperangan
yang diikuti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, maka
sejak itu beliau melarang membunuh kaum wanita dan anak-anak
kecil.” (Diriwayatkan Bukhori dan Muslim”
6. Larangan Membunuh Wanita
Hadist Rasulullah yang artinya :
“ Berangkatlah kalian dengan nama Allah, dengan Allah, dan atas
agama Rasulullah. Jangan kalian membunuh orang lanjut usia,
bayi, anak kecil, dan wanita. Dan jangan kalian mencuri harta
rampasan perang, satukan harta rampasan kalian, perbaikilah diri
kalian, dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah itu bersama
orang-orang yang berbuat baik.” (HR. Abu Daud)

Pengecualian
Membunuh atau terbunuhnya wanita diperbolehkan jika :
- Menjadi tantara atau bagian dari pasukan musuh.
- Membantu dan yang menjadi pengobar semangat bagi
pasukan musuh.
- Berada di tengah-tengah musuh ketika terjadi peperangan.
- Bagian dari keluarga musuh dan berada di tempat
berkecamuknya peperangan.
7. Larangan Membunuh Orang Lanjut Usia
QS. Al-Baqarah : 190
“ Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kalian, dan janganlah kalian melampaui batas, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

Pengecualian
Membunuh dan terbunuhnya orang lanjut usia dibolehkan jika
lanjut usia diperbolehkan jika :
- Menjadi tantara musuh, sebagai pemikir musuh, dan bagian
dari pasukan musuh. Ini berdasarkan kepada dibunuhnya Duraid
bin Ash-Shimmah dalam perang Hunain. Dia tua renta namun ikut
peang Hunain sebagai pemikir strategi kaum musyrik.
- Bagian dari keluarga musuh dan berada di tempat
berkecamuknya peperangan.
8. Larangan Membunuh Pendeta dan Orang-orang Yang Aada di
Dalam Gereja
Hadist Rasulullah yang artinya :
“ Berangkatlah dengan nama Allah, perangilah orang-orang yang
kafir kepada Allah. Dan jangan kalian curang, mencuri harta
rampasan, mencincang, membunuh anak-anak, dan membunuh
yang ada di Gereja-gereja.” (HR. Ahamd)

Pengecualian
Pendeta dan orang-orang yang ada di dalam gereja boleh
dibunuh atau boleh diperangi dan tempat ibadah mereka boleh
diserang jika :
- Mereka ikut serta memerangi Islam dan kaum Muslimin atau
ikut membantu memerangi Islam dan kaum Muslimin.
- Mereka turut serta memusuhi Islam dan kaum Muslimin
- Rumah ibadah mereka dijadikan sebagai tempat membuat
makar terhadap Islam dan kaum Muslimin.
- Rumah Ibadah mereka dijadikan sebagai tempat penyimpanan
senjata dan peralatan-peralatan yang digunakan memerangi Islam
dan kaum Muslimin.
9. Larangan Membunuh Utusan
Terdapat dalam Hadist Rasulullah yang artinya :
“ Sesungguhnya aku tidak akan menyelisihi perjanjian dan tidak
akan menahan utusan “ ( HR. Abu Daud)
10. Larangan Mutslah
Mutslah berarti memotong-motong atau mencincang anggota
tubuh. Larangan ini berlaku terhadap yang masih hidup dan yang
sudah mati

Hadist Rasulullah yang artinya :


“Berperanglah kalian dengan nama Allah di jalan Allah, perangilah
orang-orang yang kafir kepada Allah. Berperanglah dan jangan
kalian mencuri harta rampasan, curang, mencincang, dan
membunuh anak-anak (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).
11. Larangan Membakar dan Membunuh dengan cara Dibakar
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasullah shallahu’alaihi wasallam
mengirim kami dalam suatu ekspedisi, beliau berpesan, “Jika
kalian berjumpa si fulan dan si fulan, maka bakarlah keduanya
dengan api”. Akan tetapi, tatkala kami akan berangkat beliau
bersabda yang artinya :
“ Sesungguhnya aku telah memrintahkan kalian untuk membakar
fulan dan fulan, tetapi sesungguhnya tidak ada yang berhak
menyiksa dengan api kecuali Allah. Maka jika kalian menjumpai
mereka berdua, bunuh saja lah keduanya (jangan dibakar).” (HR.
Bukhari)
12. Menghindari Menyerang Wajah
Hadist Rasulullah yang artinya :
“ Apabila salah seorang dari kalian membunuh maka hindari
menyerang wajah “ (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Larangan Menebang dan Membakar Pohon Yang Berbuah,
Membunuh dan Melenyapkan Sesuatu Yang Tidak Dimanfaatkan
Termasuk ke dalam pengertian bertindak melampaui batas yang
dilarang dalam perang adalah menebang dan membakar pohon
yang berbuah, membunuh, dan melenyapkan sesuatu yang tidak
dimanfaatkan.
14. Larangan Berkhianat
Yang dimaksud berkhianat disini adalah berkhianat terhadap
perjanjian damai yang telah disepakati dengan orang-orang kafir
atau dengan pihak musuh.
15. Larangan Mencuri Harta Rampasan Perang
Hadist Rasulullah:
“berperanglah kalian dengan nama Allah di jalan Allah, pergilah
orang-orang yang kafir kepada Allah. Berperanglah dan jangan
kalian mencuri harta rampasan orang, mencincang, dan membunuh
anak-anak.
16. Larangan Berperang di Bulan-bulan Haram
Ada empat bulan haram, Muharram, Rajab, Dzul Qa’dah, dan Dzul
Hijjah. Di keempat bulan ini diharamkan berperang kecuali ada
sebab-sebab yang membolehkan berperang di bulan-bulan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai