Anafilaksis-Kelompok 3
Anafilaksis-Kelompok 3
Disusun oleh :
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Anafilaksis berasal dari bahsa yunani, dari 2 kata yang artinya jauh dan phylaxis
artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilankan perlindungan. Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh portier dan richet pada tahun 1902 ketika memberikan
dosis vaksinasi dari anemon laut untuk keduakalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing
tersebut mati mendadak
Reaksi ini harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala, terapi, dan resiko
kematiannya sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa keterlibatan atau
mediasi dari IgE. Data yang menjelaskan jumlah insidensi dan prevalensi dari syok dan
reaksi anapilaksis saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Indonesia
menunjukkan sepuluh dari 1000 orang mengalami reaksi anapilaksis tiap tahunnya. Saat
ini diperkirakan setiap 1 dari 3000 pasien rumah sakit di Indonesia mengalami reaksi
anapilaksis. Sehingga, mengalami resiko kematian sebesar 1% dari yang mengalami
reaksi anapilaksis, yaitu sebesar 500-1000 kematian yang terjadi. Pada kematian akibat
reaksi anapilaksis, onset gejala biasanya muncul pada 15 hingga 20 menit pertama, dan
menyebabkan kematian dalam 1-2 jam. Reaksi anafilaksis yang fatal terjadi akibat adanya
distress pernafasan akut dan kolabs sirkulasi. Oleh karena itu penting sekali memahami
dan mengetahui tentang syok anafilaksis. Dalam raferat ini, selain akan dipaparkan aspek
dari penyakit anafilaksis, dan penatalaksanaan terkini serta sedikit pembahasan tentang
sudut medikolegalnya akan turut pula disertakan (Brunner and Suddart, 2002)
Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam beberapa
tahun terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia terdapat 50
juta manusia menderita asma. Tragisnya lebih dari 180.000 orang meninggal setiap
tahunnya karena asma.
1.2 Tujuan Penlisan
A. Tujuan Umum
Diharapkan pembuat dan pembaca mampu untuk mendeskripsikan,
menggambarkan, menerapkan, dan menganalisis mengenai anafilaksis beserta
asuha keperawatannya.
B. Tujuan Khusus
1. Mendefinisikan Pengertian Anafilaksis
2. Menjabarkan Etiologi Anafilaksis
3. Menjelaskan Patofisiologi Anafilaksis
4. Menyebutkan Manifestasi Klinik Anafilaksis
5. Menjelaskan Penatalaksanaan Anafilaksis
6. Menjabarkan Pengkajian Fokus Anafilaksis
7. Menguraikan Pathways Anafilaksis
8. Menentukan Diagnosa Anafilaksis
9. Menentukan Fokus Intervensi dan Rasional Anafilaksis
a. Antigen melekat pada`antibodi IgE yang terikat dengan membran permukaan sel
mast serta basofil dan menyebabkan sel – sel target ini diaktifkan.
b. Sel mast dan basofil kemudian melepas mediator yang menyebabkan perubahan
vaskuler, pengaktifan trombosit, eosinofil serta neutrofil dan pengaktifan
rangkaian peristiwa koagulasi. Reaksi anafilaktoid (reaksi mirip anafilaksis)
secara klinis serupa dengan anafilaksis. Namun, reaksi ini tidak diantarai oleh
interaksi antigen-antibodi tetapi sebagai akibat dari substansi yang bekerja
langsung pada sel – sel mast atau jaringan yang menyebabkan pelepasan mediator.
Reaksi ini dapat terjadi pada penggunaan obat-obatan, konsumsi makanan, latihan
fisik dan transfusi antibodi sitotoksik.
Etiologi Anafilaksis
1. Obat-obat (penisilin, sefalosporin, kemoterapi, relaksan otot)
2. Makanan (makanan laut, kacang, kacang polong, telur, seledri, susu)
3. Sengat Serangga (Himenoptera: hama pencium,lalat rusa, semut api)
4. AgenBiologi (L-asparaginase,estrak alergen, produk
darah,insulin,imunoglubin)
5. Penambah Makanan (metabisulfit, monosodium glutamat,aspartam)
6. Getah (latex)
7. Terimbas Olahraga
8. Pseudoalergik (media radiokontras berjodium, opiat, D-tubokurarin,
tiamin, aspirin, kaptopril)
9. Idiopatik
b.3 PATOFISIOLOGI
Reaksi analfilaksis timbul bila sebelumnya telah terbentuk IgE spesifik terhadap
alergen tertentu. Alergen yang masuk kedalam tubuh lewat kulit, mukosa, sistem
pernafasan maupun makanan, terpapar pada sel plasma dan menyebabkan pembentukan
IgE spesifik terhadap alergen tertentu. IgE spesifik ini kemudian terikat pada reseptor
permukaan mastosit dan basofil. Pada paparan berikutnya, alergen akan terikat pada Ige
spesifik dan memicu terjadinya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan terlepasnya
mediator yakni antara lain histamin dari granula yang terdapat dalam sel. Ikatan antigen
antibodi merilis histamin, komponen dari komplemen, sitokin dan zat vasoaktif lain yang
menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler dan bronkokonstriksi dan
ikatan ini juga memicu sintesis SR -A (Slow reacting substance of Anaphylaxis) dan
degradasi dari asam arachidonik pada membran sel, yang menghasilkan leukotrine dan
prostaglandin. Reaksi ini segera mencapai puncaknya setelah 15 menit. Efek histamin,
leukotrine (SRS-A) dan prostaglandin pada pembuluh darah maupun otot polos bronkus
menyebabkan timbulnya gejala pernafasan dan syok.
Jika kesadaran pasien menurun dan ditemukan keadaan cardiac arrest maka hal yang
harus dilakukan adalah RJPO (Resusitasi Jantung Paru) Tahap-tahap RJPO yang
dilakukan pada dental chair yaitu:
a. Singkirkan semua barang atau benda-benda berbahaya dan mengganggu seperti
dental instrument
b. Posisikan kursi mengarah horizontal dari lantai
c. Posisi operator berada di samping dental chairdan lutut operator sejajar dengan tubuh
pasien
d. Lakukan tahap RJPO.
Penatalaksanaan akut : anafilaksis adalah kegawat daruratan medis akut, yang bila
tidak diberi terapi yang tepat dapat menyebabkan mortalitas yang cukup bermakna:
a. Pertahankan jalan napas: obstruksi laring yang berat bisa membutuhkan trakeostomi,
bronkospasme berat membutuhkan bronkodilator dan mungkin membutuhkan
ventilasi. Oksigen.
b. Penggantian cairan: kristaloid atau koloid.
c. Adrenalin: 0,3-1,0 mL. Larutan 1/1000 IM, diulangi dengan interval 10-2- menit jika
dibutuhkan. Di rumah, adrenalin IV dapat diberikan dengan monitoring yang tepat
d. Steroid: hidrokortison atau netilprednisolon IV.
e. Antihistamin: klorfeniramin
Penatalaksanaan : Alergen harus dihindari. Selain itu, mungkin perlu juga terapi
pemeliharaan (meintenance) antihistamin, kortikosteroid atau kromoglikat secara inhalas.
Reaksi alergi akut biasanya berespons terhadap antihistamin oral atau, jika berat,
prednisolon oral jangka pendek.
Sistem Sirkulasi
Palpitasi,kulit pucat,
akral
Gangguan Perfusi
Jaringan
b.8 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme otot bronkiolus .
b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kapasitas
vaskuler.
c. Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah jantung dan
vasodilatasi arteri.
Behrman, Kliegman, & Arvin. (2012). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Brunner and suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8volume 3.
Jakarta : EGC