Anda di halaman 1dari 41

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman
Di sususn sebagai tugas terstruktur mata kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.TH.I, M.S

Disusun oleh:

Nama : Anggi Trisna Dewi

NIM : E1S020008

Fakultas&Prodi : FKIP/Pendidikan sosiologi

Semester : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya
tugas ini tepat pada waktunya

Sholawat dan salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju ke zaman islamiyah.

Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.TH.I, M.S
sebagai dosen pengampuh mata kuliah pendidikan Agama Islam yang telah
membemberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah pengetahuan dan
menyelesaikan artikel ini pada tepat waktu.

harapan saya artikel ini akan memberi manfaat bagi setiap pembaca.Saya
menyadari bahwa tugas yang saya buat ini jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca guna menjadi acuan agar penulisan bisa menjadi lebih baik lagi
dalam menyusun suatu artikel lainnya.

Penyusun,Mataram 17 Desember 2020

Anggi Trisna Dewi

E1S020008

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

I. Iman, Islam, Ihsan .................................................................................................. 4

II. Islam dan Sains...................................................................................................... 12

III. Islam dan Penegakan Hukum............................................................................... 18

IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar .................................. 26

V. Fitnah Akhir Zaman 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 39

LAMPIRAN ............................................................................................................... 40

3
4
BAB I

IMAN,ISLAM DAN IHSAN

A. IMAN

1. Pengertian Iman

Definisi dari iman secara etimologi berasal dari bahasa arab amana-yukminu-
imanan yang artinya percaya. Sedangkan secara terminologi menurut jumhur ulama’
iman adalah at-tasdiqu bil qolbi,al-qoulu bil lisan,wa al a’malu bil arkaan artinya
membenarkan atau dalam hati,mengucapkan atau mengikrarkan dengan
lisan,mengamalkan dengan perbuatan.

Iman sendiri sebenarnya adalah sebuah pembuktian terhadap penyerahan diri


kepada Tuhan yang maha esa (Allah) sebagai pencipta sekeligus penguasa mutlak
semesta alam. Dalam al-qur’an surat Al-hujarat potongan ayat 15 Allah Subhanallahu
ta’ala berfirman:

‫اّلل ٰا َمنُ ۡوا الَّذ ِۡينَ ۡال ُم ۡؤمِ نُ ۡونَ اِنَّ َما‬
ِ ٰ ِ‫س ۡول ِٖهب‬
ُ ‫َو َر‬

Artinya :

“Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman ialah orang yang percaya kepada Allah
dan Rasullnya.”

2. Penjelasan definisi iman

➢ Membenarkan dengan hati

“Membenarkan dengan hati” maksudnya adalah menerima kebenaran atas segala


sesuatu yang di sampaikan dan di ajarkan oleh rasulullah salallahu alaihi wasalam serta
rasul sebelumnya.

Allah Subhanallahu ta’ala berfirman QS.AL-Mudatsir : 31:

‫ب َويَ ْزدَادَ ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا‬ َ َ ‫ار إِ َّّل َم ٰلَئِكَة َو َما َجعَ ْلنَا ِعدَّت َ ُه ْم إِ َّّل فِتْنَة لِلَّذِينَ َكف َُروا ِليَ ْستَ ْيقِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱ ْل ِك ٰت‬
ِ َّ‫ب ٱلن‬ ْ َ ‫َو َما َجعَ ْلنَا أ‬
َ ‫ص ٰ َح‬
َ‫ب َوٱ ْل ُمؤْ مِ نُونَ َو ِليَقُو َل ٱلَّذِينَ فِى قُلُو ِب ِهم َّم َرض َوٱ ْل ٰ َكف ُِرونَ َماذَا أَ َرادَ ٱ َّّللُ ِب ٰ َهذَا َمثَل ۚ َك ٰذَلِك‬ َ َ‫َاب ٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱ ْل ِك ٰت‬
َ ‫ِإي ٰ َمنا َو َّل يَ ْرت‬
‫ِى ِإ َّّل ِذ ْك َر ٰى ل ِْل َبش َِر‬
َ ‫ُضل ٱ َّّللُ َمن َيشَا ُء َو َي ْهدِى َمن َيشَا ُء ۚ َو َما َي ْعلَ ُم ُجنُودَ َر ِبكَ ِإ َّّل ه َُو ۚ َو َما ه‬ ِ ‫ي‬

Artinya :
5
“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami
menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir,
supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman
bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang
mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit
dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan
ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak
ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain
hanyalah peringatan bagi manusia.” ( QS.AL-Mudatsir : 31 )

3. Mengucapkan dengan lisan

“mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan” maksudnya adalah menyatakan


dengan lisan bahwa dirinya beriman kepada allah dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat yaitu “Asyhaduallah Ilaha Illallah Wa Asyhaduanna Muhammad Rasulullah”
yang artinya ( Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah ).

Di riwayatkan Imam Muslim dari abu hurairah Radhiallaahu anhu,ia berkata


bahwasanya Rasulullah salallahu alaihi wasalam bersabda :

”Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling
utama adalah ucapan “LA ILAHA ILLALLAHU” dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedang rasa malu (juga) salah satu
cabang dari iman.”(HR.Muslim)[2]

4. Mengamalkan dengan perbuatan

“Mengamalkan dengan perbuatan” maksudnya adalah sesuatu yang di yakininya


dalam hati dan yang di ikrarkannya dengan lisan di implementasikan dengan perbuatan
sebagai bukti bahwa dirinya benar-benar beriman kepada allah. Mengamalkannya dengan
ibadah-ibadah yang di perintahkan allah kepadanya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Allah subhanallahu ta’ala berfirman QS Al-anfal 3-4 :

َ‫أ ُ ْولَئِكَ هُ ُم ْال ُمؤْ مِ نُ ْونَ َحقا لَ ُه ْم دَ َر َجاة ِع ْن ِد َربِ ِه ْم َو َم ْعف َِرة َّو ِر ْزق ك َِري ِْم‬, ََ‫ص َلة َ َومِ َّما َرزَ ْقنَا هُ ْم يُ ْن ِفقُ ْو ِن‬
َّ ‫اَلَّ ِديْنَ يُ ِق ْي ُم ْونَ ال‬
6
Artinya :

“Orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang
kami berikan kepada mereka.Itulah orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia.

Ulama’ terdahulu yang biasa di kenal saat ini dengan sebutan Ulama’ salaf
menggolongkan amal termasuk dalam kategori pengertian Iman.Oleh sabab itu Ulama’
salaf menganggap dan meyakini bahwa iman dapat bertambah dan berkurang atas sesuatu
yang di lakukannya.

5. Bertambah dan berkurangnya iman

Dalam masalah bertambah dan berkurangnya iman dapat di ketahui dari segi amal
perbuatan meskipun hanya terkadang sedikit salah menilainya,kita dapat mengetahui
bertambahnya iman bila seseorang mengerjakan hal-hal yang baik atau menjauhi
perbuatan yang buruk, dan sebaiknya apabila seseorang melakukan perbuatan yang
menentang syari’at atau perbuatan yang dilarang oleh allah maka imannya telah meredup
dan berkurang.Ulama’ salaf membenarkan tentang adanya bertambah dan berkurangnya
iman.dan mereka menguatkannya dengan dalil-dalil yang telah di sebutkan di atas.

6. Rukun-rukun iman

Ada 6 rukun iman yang harus tertanam dan yang kita imani dalam hati. Enam
rukun tersebut adalah yang paling utama dan menjadi inti dari cabang-cabang iman dan
hukumnya wajib kita imani, sebagaimana yang telah di sebutkan dalam Sabda rasulullah
di atas. Adapun enam rukun tersebut ialah :

Pertama : Iman kepada Allah subhanallahu ta’ala

Kedua : Imana kepada malaikat-malaiktNya

Ketiga : Iman kepada kitab-kitabNya

Kempat : Iman kepada rasul-rasulnya

Kelima : Iman kepada hari akhir (Kiamat)

Kenam : Iman kepada Qada’ dan qadar.


7
B. ISLAM

1. Pengertian islam

Defenisi Islam dari secara etimologi berasal dari bahasa arab aslama-yuslimu-islaman
yang artinya pasrah, atau tunduk. Sedangkan secara terminologi yaitu agama yang berisi
ajaran tauhid menyerah diri serta tunduk kepada Tuhan Allah maha Esa yang di bawa
nabi Muhammad Salallahu alaihi wasalam untuk menunjukkan jalan yang lurus kepada
ummatnya.

KH Endang Saifuddin Anshari. mengemukakan, setelah mempelajari sejumlah


rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan
pengertian Islam, bahwa agama Islam adalah:

• Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan
kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
• Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan
dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam lainnya.
• Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
• Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak.
• Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah
SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh
Sunnah Rasulullah Saw. Wallahu a'lam.

Orang-orang yang telah islam atau orang yang telah memeluk agama islam di sebut
muslim. Orang-orang yang telah memeluk agama islam berarti dia telah memasrahkan
dirinya kepada allah dan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya Dan
orang tersebut telah terbebani hukum (mukallaf).
Nama “Islam” bagi agama ini diberikan oleh Allah Subhanallahu ta’ala sendiri. Dia
juga menyatakan hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang memeluk agama
selain Islam kehidupannya akan merugi di akhirat nanti. Islam juga dinyatakan telah
sempurna sebagai ajaran-Nya yang merupakan rahmat dan karunia-Nya bagi umat
manusia, sehingga mereka tidak memerlukan lagi ajaran-ajaran selain Islam.Ini
membuktikan bahwa islam adalah agama yang peling benar, dan hal ini telah di jelaskan
dalam Al-qur’an surat Al-imran ayat 19.

Allah Subhanallahu ta’ala berfirman :

8
ِ ْ ‫ِإ َّن الَّ ِديْنَ ِع ْندَهللا‬
‫آْل ْسلَم‬

Artinya :

“Sesungguhnya agama di sisi allah ialah islam”.(QS. 3 : 19)

Dan Allah berfirman dalam ayat lain :

َ‫اْل ْسلَ ِم ِد ْينَا فَلَ ْن ي ْقبَل مِ ْنهُ َوه َُو فِي ْاْلَخِ َرة مِ نَ ْال َخس ِِريْن‬
ِ ‫َو َم ْن يَّ ْبت َِغ ِغيْر‬

Artinya :

“Dan siapa saja yang memeluk agama selain islam, tidak akan di terima (oleh Allah) dan
dia termasuk orang-orang yang merugi di akhirat nanti.” (QS. Al-imran : 85)

Di tambah lagi dalam surat lain Allah subhanallahu ta’ala berfirman :

‫آْل ْسلَ ِم ِد ْينَا‬


ِ ‫ضيْتُ لَ ُك ْم‬ َ ُ‫وم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت‬
ِ ‫علَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر‬ َ َ‫الي‬

Artinya :

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu (islam) dan Aku telah limpahkan
nikmat-Ku kepada mu dan Aku ridha islam sebagai agamamu.” (QS. 5:3)

Bahkan menurut Al-Quran, semua agama yang diturunkan kepada para Nabi dan
Rasul sebelum Muhammad pun pada hakikatnya adalah agama Islam dan pemeluknya
disebut Muslim (Q.S. 2:136), (Q.S. 10:72) dan banyak lagi ayat-ayat lainnya. Bahkan,
Hawariyun, yakni sebutan bagi pengikut Nabi Isa a.s., menyebut diri mereka Muslim
(Q.S. 3:52).

2. Rukun-rukun islam

1. Mungucapkan Syahadat

Mengucapkan syhadat ( ُ‫س ْو ُل محمد ا َ َّن َوا َ ْش َهدُ هلل َْلاِلَهَ ا َ ْن اَ ْش َهد‬ َّ ‫ ) ا َِّّلهللا‬adalah sesuatu
ُ ‫الر‬
yang harus dilakukan oleh orang islam maupun orang yang menghendaki masuk islam.
Karna syahadat adalah sebuah kesaksian diri bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah
kecuali Tuhan (Allah) yang maha Esa, dan Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasalam
adalah utusan-Nya.

2. Mendirikan Sholat

9
Mendirikan sholat adalah salah satu bentuk cara berhubungan vertikal secara langsug
dari seorang hamba kepada Allah subhanallahu Ta’ala.

3. Menunaikan Zakat

Menunaikan zakat adalah salah satu perintah Allah kepada hambanya untuk membagi
hartanya kepada orang-orang yang tidak mampu. Sehingga rasa kepedulian antara sesama
manusia terwujud. Kesolidaritasan da saling tolong menolong akan semakin kuat
ikatannya.

4. Melaksanakan Puasa

Puasa adalah salah satu perintah tuhan yang sebagia besar manusia mampu
melaksanakannya. Rasa lapar dan haus, menahan hawa nafsu adalah bentuk kepedulian
atau kesetaraan semua manusia. Puasa mengajarkan kita bagaiman rasannya lapar dan
haus, agar kita peduli kepada manusia yang kelaparan dan tidak mampu.

5. Menunaikan Haji

Haji adalah perintah Allah yang dimana keharusan pelaksananya adalah bagi orang-
orang yang mampu saja untuk menunaikannya. Haji adalah ajang tempat memper erat
ukhuwah atau persaudaraan antara ummat muslim se dunia.

C. IHSAN

1. Pengertian Ihsan

Defenisi ihsan secara etimologi berasal dari bahasa arab (isim masdar) ahsana-
yuahsinu-ihsanan berarti baik atau penuh perhatian. Sedangkan secara terminologi ihsan
adalah menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, atau setidaknya kita selalu
merasa di awasi oleh-Nya.

ihsan sendiri merupakan usaha untuk selalu melakukan yang lebih baik, yang
lebih afdhal, dan bernilai lebih sehingga seseorang tidak hanya berorientasi untuk
menggugurkan kewajiban adalah beribadah, melainkan justru berusaha bagaimana amal
ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah. SWT. Karena dia akan merasa
diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul dihatinya tuntutan untuk selalu meng upgrade

10
amal perbuatannya dari yang kurang baik menjadi yang baik, dari yang sudah baik, terus
berusaha untuk yang lebih baik demi diterimanya amal perbuatan mereka.

Sebagai contoh, seseorang yang melakukan sholat, cukup dengn melakukan syarat
dan rukun sholat saja, tanpa harus khusu’ maupun khudu’. Orang itu sudah tidak dituntut
lagi kelak karena dia sudah melakukan kewajibannya walaupun hanya sebatas
menggugurkan kewajiban belaka. Beda dengan orang yang muhsin (ihsan), maka dia
akan melakukan sholat tersebut dengan sesempurna mungkin, dia tidak hanya
memperhatikan syarat dan rukun saja, melainkan adab dalam sholat, kekhusyu’an,
khudu’, dan hal-hal yang dapat menghalangi sampainya ibadah tersebut sampai kepada
hadroh sang kholiq.

Ihsan memiliki potensi untuk menjuhkan kita dari sifat buruk di hati atau bisa di
sebut penyakit hati seperti; sombong, riya’, hasud, dengki dan lain sebagainya. Ihsan juga
salah satu cara agar bagaimana Allah menerima ibadah-ibadah kita.

D. HUBUNGAN ANTARA ISLAM, IMAN, DAN IHSAN

Islam, iman dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan, ketiganya
saling berhubungan atau terdapat sangkut paut yang perlu di terapkan untuk menuju
keridhoa-Nya.Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah, keyakinan tersebut di
implementasikan melalui islam yang di dalamnya terdapat rukun-rukun yang wajib di
kerjakan, kemudian pelaksanaannya di lakukan dengan ikhlas setulus hati karena Allah
Subhanallahu ta’ala merasa seakan-akan kita melihat Allah, atau setidaknya merasa Allah
melihat dan mengawasi kita.

11
BAB II

ISLAM dan SAINS

A. Pengertian Islam dan Sains

12
Kata Islam memiliki konseptual yang luas, sehingga ia dipilih menjadi nama agama
(din) yang baru diwahyukan Allah. melalui Nabi Muhammad kata Islam secara umum
mempunyai dua kelompok kata dasar yaitu selamat, bebas, terhindar, terlepas dari,
sembuh, meninggalkan. Bisa juga berarti: tunduk, patuh, pasrah, menerima. Kedua
kelompok ini saling berkaitan dan tidak dapat terpisah satu sama lain.

Adapun kata Islam secara terminologi dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat
dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-Nya kepada Nabi
Muhammad untuk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran Islam kepada seluruh
manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.

B. Keselarasan Islam dan Sains

Harun Nasution menerangkan bahwa Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya
diwahyukan kepada seluruh masyarakat melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul.
Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi
tetapi mengenai bebagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
mengadung berbagai aspek itu adalah al-Qur’an dan hadis.

Kata sains dalam Webste’s New Word Dictonary berasal dari bahasa latin yakni
scire, yang artinya mengetahui. Jadi secara bahasa sains adalah keadaan atau fakta
mengetahui.Sains juga sering digunakan dengan arti pengetahuan scientia. Secara
istilah sains berarti mempelajari berbagai aspek dari alam semesta yang teroganisir,
sistematik dan melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains
terbatas pada beberapa yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan, dan pengecapan) atau dapat dikatakan bahwa sains itu
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian.

C. Asal Pengetahuan

13
Ada sebuah pertanyaan tentang pengetahuan manusia, apakah dalam diri
manusia terdapat sejumlah pengetahuan yang bersifat fitri? Ada tiga teori untuk
menjawabnya.6 Teori pertama, dalam diri setiap manusia terdapat banyak konsep dan
banyak pula hal-hal yang muktasabah (diperoleh melalui Restiana Mustika Sari dan
Yudi Setiadi: Keselarasan Islam dan Sains | 5usaha). Seperti yang diterangkan Allah
dalam Q.S al-Nahl: 78,

ُ ُ‫ۡعلَ ُم ۡونَ ش َۡيـــًٔا َل تَا ُ َّمهٰ ِت ُكمۡ ِم ۡن ب‬


ٰ ‫ط ۡو ِن مۡ ا َ ۡخ َر َجكُ َو‬
ُ‫ّللا‬

َ ۡ ‫ال ۡبصٰ َر َو‬


َ‫ال ۡفـِٕ َدة َ لَعَلَّ ُكمۡ ت َۡش ُك ُر ۡون‬ َ ۡ ‫َّو َجعَ َل لَـ ُك ُم السَّمۡ َع َو‬

Artinya:

“Dan Alah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” Secara lahiriyah ayat tersebut menerangkan bahwa “Sesungguhnya ketika
kamu dilahirkan, kamu belum mengetahui sesuatu apapun.” Artinya lembaran hati
manusia masih dalam keadaan putih bersih, maka manusia diberi penglihatan,
pendengaran, dan hati agar manusia dapat menuliskan berbagai hal dalam
lembarannya hatinya.

Teori kedua, sesungguhnya manusia ketika dilahirkan sudah mengetahui segala


sesuatu tanpa terlewatkan. Sebagai penjelasan, roh manusia sebelum ditempatkan di
badan, ia berada di alam lain, yakni alam ide. Ide adalah hakikat dari segala sesuatu
yang ada di alam semesta dan roh telah mengetahuinya. Ketika roh itu dimasukkan ke
dalam badan maka muncullah penghalang yang memisahkan roh dari pengetahuan-
pengetahuan ide tersebut. Rupanya teori kedua ini terpengaruh dari teori plato tentang
ide, ia mencontohkan seorang bayi dilahirkan telah mengetahui segala sesuatu,
adapun kemudian adanya proses pembelajaran adalah untuk mengingatkan sesuatu
yang terlupakan.

Teori ketiga, manusia mengetahui sesuatu melalui fitrahnya. Sehingga


pengetahuan yang diperoleh melalui cara ini sangat sedikit, prinsip berfikir itu bersifat
fitrah. Dalam prinsip berfikir ini manusia membutuhkan6 | Restiana Mustika Sari dan
Yudi Setiadi: Keselarasan Islam dan Sainsguru untuk membuat bangunan
intelektualitas manusia agar sedemikian rupa. Teori ketiga inilah yang umumnya
dipakai oleh para filsuf muslim.

D. Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam


14
➢ Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui dengan dua sudut pandang.

Pertama, apakah konsepsi dalam Islam melahirkan keimanan dan sekaligus


rasional, atau semua gagasan ilmiah itu bertentangan dengan agama. Sudut pandang
kedua, merupakan landasan dalam membahas hubungan antara Islam dan sains,
yakni bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia. Agama dan sains sama-
sama memberikan kekuatan, sains memberi manusia peralatan dan mempercepat laju
kemajuan, agama menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan sekaligus
mengarahkan upaya tersebut. Sains membawa revolusi lahiriah (material), agama
membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains memperindah akal dan pikiran, agama
memperindah jiwa dan perasaan. Sains melindungi manusia dari penyakit, banjir,
badai, dan bencana alam lain. Agama melindungi manusia dari keresahan,
kegelisahan dan rasa tidak nyaman. Sains mengharmoniskan dunia dengan manusia
dan agama menyelaraskan dengan dirinya. Muhammad Iqbal menerangkan bahwa
manusia membutuhkan tiga hal: pertama, interpretasi spiritual tentang alam semesta.
Kedua, kemerdekaan spiritual. Ketiga, prinsip- prinsip pokok yang memiliki makna
universal yang mengarahkan evolusi masyarakat manusia dengan berbasiskan rohani.”

Mengingat hal tersebut, Eropa modern membangun sebuah sistem yang realistis,
bahwa pengalaman yang diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu
memberikan semangat yang ada dalam keyakinan hidup, dan ternyata keyakinan itu
hanya dapat diperoleh dari pengetahuan personal yang bersifat spiritual. Hal inilah
yang kemudian membuat akal semata tidak memberikan pengaruh pada manusia,
sementara agama selalu meninggikan derajat orang dan mengubah
masyarakat.Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu, wahyu
berperan menginternalisasi (menjadikan dirinya sebagai bagian dari karakter manusia
dengan cara manusia memperlajarinya) aspek-aspek lahiriahnya sendiri. Bagi
intelektual muslim, basis spiritual dari kehidupan adalah tentang keyakinan. Demi
keyakianan inilah seroang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat
mempertaruhkan jiwanya.

15
wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah perintah iqra’ yang
menunjukkan bahwa dunia Islam memberikan perhatian yang besar terhadap research
dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Dorongan faktor eksternal ialah diperoleh melalui kekuatan sistem pendidikan yang
integral dan dinamis, di antaranya ketersediaan perpustakaan yang memadai pada
setiap lembaga pendidikan. Kuatnya dukungan dari penguasa yakni menyediakan
sarana yang lengkap untuk para ilmuan dalam mengembangkan teori-teori bahkan
akan menghargai dengan sangat tinggi setiap temuan-temuan yang ada.

Pembahasan diatas membuktikan bahwa pada saat Eropa berada pada abad
pertengahan (zaman kegelapan), umat Islam tengah mengalami kejayaan dan
kemajuan peradabannya, kemajuan inipun dirasakan non-muslim termasuk
Barat.8 Seiring dengan mundurnya umat Islam di akhir abad pertengahan,
sentuhan dunia barat dengan Islam pada akhirnya memunculkan tranformasi
intelektual dari dunia Islam ke dunia Barat, sehingga melahirkan gerakan
renaissance, reformasi, rasionalisme,dan aufklarung di dunia Barat. Dengan
demikian, kemajuan sains dan teknologi serta semangat intelektualisme yang
berkembang begitu pesat di Barat pada saat ini, tidak terlepas dari kontribusi
kemjaun umat Islam pada masa sebelumnya.

Salah satu faktor utama bagi timbulnya majunya peradaban Islam ketika abad
pertengahan adalah membanjirnya proses penerjemahan berbagai literatur ke dalam
bahasa Arab. Di antara literatur yang diterjemahkan tersebut adalah buku- buku India,
Iran, dan buku Suriani-Ibrani, terutama sekali buku-buku Yunani.

Pada pusat-pusat kebudayaan seperti Syria, Mesir, Persia, juga Mesopotamia,


pemikiran filsafat Yunani ditemukan oleh orang muslim. Namun kota Baghdad yang
menjadi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah menjadi jalur utama masuknya filsafat
Yunani ke dalam Islam, dan di sinilah timbul gerakan penerjemahan buku- buku
Yunani ke dalam bahasa Arab.

Berkat adanya usaha-usaha penerjemahan tersebut, umat Islam telah mampu


mewarisi tradisi intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang sangat maju, yakni
Yunani, Persia, dan India. Warisan intelektual tersebut dimanfaatkan dalam
membangun suatu kebudayaan ilmu pengetahuan yang lebih maju, seperti yang
terlihat dalam berbagai bidang ilmu dan mazhab filsafat pemikiran Islam.

16
Di Bagdad, dibuka jasa penerjemahan. Bagi penerjemah buku-buku bahasa
asing, akan dibayar dengan emas seberat buku yang diterjemahkan. Selain itu, di
Baitul Hikmah, terdapat 400 ribu judul buku. Fenomena ini kemudian melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.Berhasilnya pencapaian kemajuan Islam di berbagai bidang,
khususnya ilmu pengetahuan yang demikian pesat dan beragam itu adalah berkat
dorongan internal (faktor teologis) dan faktor eksternal yang antara lain berupa
sentuhan dengan peradaban dan budaya luar yang berupa kontak intelektual dengan
filsafat dan budaya Yunani pada masa itu. Persentuhan antar kebudayaan dimaksud
sebenarnya sudah berlangsung sejak masa Umayyah, namun kemudian mencapai
puncaknya pada era Abbasiyah berkat terlembagakannya upaya-upaya
penterjemahan, yang kemudian dikenal dengan nama Khizāna al-Ḥikmah maupun
Bait al-Ḥikmah.

Menurut Iqbal Dawami mengutip Myer, setidaknya ada empat hal yang menjadi
akar atau potensi munculnya peradaban Islam dalam hal ilmu

1. Di tengah kemunduran Yunani dan munculnya Islam,


berkembanglah sebuah kebudayaan yang memainkan peranan
penting setelah kebudayaan Yunani dan juga merupakan sebuah
perpaduan dari elemen-elemen timur, yaitu peradaban Helenisme,
yang mulai muncul di permukaan setelah 300 SM. Tempat yang
menjadi pusat intelektualnya adalah Alexandria. Sebuah institusi
penelitian yang besar, di museum, telah dibangun di kota ini.
2. Filsafat Yunani mengalami stagnasi sejak tahun 529 M seiring
dengan penutupan Akademi Athena secara resmi oleh
Justianian.
3. Akademi Jundishapur di Parsi, sebuah akademi yang menjadi
pusat pertukaran dan sinkretisme pengetahuan terbesar pada
abad ke-7 M. Institusi ini menjadi surga bagi para Nestorian
(pengikut Nestorius) yang diusir dari Edessa pada tahun 489 M
dan juga bagi para Platonis yang terusir. Para Nestorian itu
membawa bersama mereka ke Jundishapur terjemahan-
terjemahan Syiria dari berbagai macam karya, khususnya
karya-karya dalam bidang pengobatan. Di Jundishapur pula
17
Kisra Anushirwan memerintahkan penerjemahan karya-karya
Aristoteles dan Plato ke dalam bahasa Parsi.
4. Aktivitas para Nestorian. Pada pertengahan pertama abad kelima
masehi, pendeta Suriah, Nestorius, dipecat dan diusir dari kota
Antioch ke wilayah Arab dan kemudian ke Mesir. Para pengikutnya
dengan tulus dan penuh dedikasi mereka pindah sambil
mengajarkan ilmunya ke wilayah Timur, tepatnya kota Edessa. Di
sana terdapat sebuah akademi kedokteran yang sedang
berkembang. Akademi itu menjadi pusat bagi aktivitas Nestorian
dan memperoleh dukungan dari Akademi Nisbis di Mesopotamia
dan juga dari Akademi Jundishapur.
5. Aktivitas para Nestorian. Pada pertengahan pertama abad kelima
masehi, pendeta Suriah, Nestorius, dipecat dan diusir dari kota
Antioch ke wilayah Arab dan kemudian ke Mesir. Para pengikutnya
dengan tulus dan penuh dedikasi mereka pindah sambil
mengajarkan ilmunya ke wilayah Timur, tepatnya kota Edessa. Di
sana terdapat sebuah akademi kedokteran yang sedang
berkembang. Akademi itu menjadi pusat bagi aktivitas Nestorian
dan memperoleh dukungan dari Akademi Nisbis di Mesopotamia
dan juga dari Akademi Jundishapur.

Selain hal-hal di atas, munculnya akar peradaban Islam boleh jadi


lantaran semangat keagamaan yang tinggi dalam memajukan ilmu.

BAB III

ISLAM DALAM PENEGAKAN HUKUM

Kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat dewasa ini,mendesak


diadakan suatu pengaturan hukum untuk menata dan mengendalikan aktivitas
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Untuk maksud
tersebut,dibutuhkan pula ketajaman visi bagi penentu dalam kebijakan
politik(decisionmaker)dalam merancang dan membentuk politik yang sesuai budaya
18
hukum masyarakat.

Hukum sebagai sarana rekayasa sosial(atoolofsocialengineering) perlu


diberdayakan sedemikian rupa sehingga dapat terwujud supremasi hukum dalam
kehidupan masyarakat.Dalam kaitan ini terdapat perbedaan dengan pandangan aliran
hukum positif yang menganggap hukum tidak lain hanya kumpulan peraturan,tujuan
hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum,karena aliran
tersebut hanya melihat hukum dari segi apa yang seharusnya(dassollen),dan bukan
pada kenyataan(dassein). Aliran hukum positif diatas banyak mempengaruhi pemikiran
para penguasa(pemerintah),sehingga kadang mereka terlalu optimis bahwa semakin
banyak peraturan akan semakin menjamin terwujudnya kepastian hukum.Namun dalam
kenyataan,masih ditentukan adanya penyimpangan dalam bentuk Korupsi,Kolusidan
Nepotisme (KKN).Kondisi tersebut untuk jangka panjang dapat menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan lembaga-lembaga
hukum.Bahkan dewasa ini muncul kesan dimasyarakat,hukum hanya sebagai simbol
belaka.Kesan(image)tersebut disebabkan karena supremasi hukum tidak dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.Oleh sebab itu,penegakan hukum merupakan
masalah yang sangat didambakan masyarakat Indonesia dewasa ini.

Dalam hukum Islam,telah menjadi prinsip keharusan adanya lawin books dan lawin
action,yakniAl-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai dasar hukum fundamental,sedang
penjabarannya dalam bentuk action telah diatur dalam fiqih,yaitu ketentuan yang
mengatur perilaku dan kenyataan hidup dalam

masyarakat melalui metode ijtihad.Prinsip Hukum Islam tersebut sesungguhnya


secara tidak langsung telah dipahami oleh banyak ahli hukum,seperti apa
yang.dikemukakan Soerjono,bahwa faktor hukum,penegakhukum,sarana hukum,
masyarakat dan kebudayaan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum sebagaimana diuraikan dibawah ini:

1. Faktor Hukum itu sendiri


Hukum yang dimaksudkan adalah undang-undang dalam arti material.Agar
supaya undang-undang mempunyai dampak yang positif,maka setidaknya harus
memenuhi asas-asas yaitu:
a. undang -undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut
dalam undang-undang,dan terjadi setelah undang- undang itu dinyatakan
berlaku;

19
b. undang-undang yang dibuat peguasa yang lebih tinggi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi pula;
c. undang- undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang
yang bersifat umum jika pembuatnya sama;
d. undang-undang yang berlaku belakangan,membatalkan undang-undang
yang berlaku terdahulu;
e. undang-undangtidakdapatdiganggugugat;
f. undang- undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan material bagi masyarakat maupun pribadi seseorang.
2. Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum yang dimaksudkan adalah penegak hukum yang mencakup
mereka yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum
yaitu(law enforcementandpeacemaintenance)yang meliputi
hakim,jaksa,polisi,pengacara dan masyarakat,demikian pula mereka yang secara
tidak langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum,seperti pemerintah
dalam arti umum,pelaku ekonomi,elit-elitpolitik.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas


Yang dimaksud sarana atau fasilitas dalam hal ini mencakup
a. Sumberdaya manusia (manpower),
b. organisasiyang baik,
c. Peralatan yang memadai,dan
d. keuanganyangcukup.

Keempat faktor tersebut harus terpenuhi dalam penegakan hukum demi terwujudnya
tujuan hukum.

4. Faktor Masyarakat

Karena penegakan hukum berasal dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam arti
umum,maka masyarakat adalah salah satu fenomena yang sangat mempengaruhi
penegakan hukum.Dari sudut sosial dan budaya,masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk (pluralsociety) dengan sekian banyak golongan etnik dan
budaya.Disamping itu,bagian terbesar penduduk tinggal diwilayah pedesaan yang
berbeda gaya hidup pada wilayah perkotaan.Karena itu,para penegak hukum harus
memperhatikan stratifikasi sosial,tatanan status dan peranan yang ada dilingkungan

20
tersebut.Setiap stratifikasi sosial pasti ada dasar-dasarnya,seperti kekuasaan,kekayaan
materi,kehormatan dan pendidikan.Dari pengetahuan dan terhadap stratifikasi sosial
tersebut,akan dapat diketahui lambang-lambang kedudukan yang berlaku dengan
segala macam gaya,disamping akan dapat diketahui pula faktor- faktor yang
mempengaruhi kekuasaan dan wewenang beserta penerapannya di dalam
kenyataan.Karena itu para pembuat dan penegak hukum harus memahami masyarakat
dimana hukum akan diterapkan

5. Faktor kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dari faktor-faktor lainnya
yang mempengaruhi penegakan hukum.Sebab kebudayaan(sistem)hukum pada
dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku,nilai-nilai mana
merupakan konsepsi- konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga
dianutnya),dan apa yang dianggap buruk(sehingga di hindari).Nilai- nilai tersebut
lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim
yang harus diserasikan. Pasangan nilai yang dimaksud adalah terhadap stratifikasi
sosial tersebut,akan dapat diketahui lambang- lambang kedudukan yang berlaku
dengan segala macam gaya,disamping akan dapat diketahui pula faktor-faktoryang
mempengaruhi kekuasaan dan wewenang beserta penerapannya didalam kenyataan.
Karena itu para pembuat dan penegak hukum harus memahami masyarakat dimana
hukum akan diterapkan. Dalam keadaan sehari-hari nilai ketertiban disebut sebagai
keterikatan atau disiplin,sedang nilai ketenteraman atau disiplin,sedang kan nilai
ketenteraman suatu kebebasan.Keadaan tidak tenteram atau tidak bebas akan terjadi
apabila,dipaksa,terpaksa,atau takut;
a. Nilai kebendaan dan keakhlakan.
Dalam kenyataan pada masing-masing masyarakat timbul perbedaan karena
berbagai macam pengaruh, katakanlah pengaruh dari kegiatan modernisasi
dibidang material tidak mustahil akan menempatkan nilai kebendaan pada posisi
yang lebih tinggi daripada nilai keakhlakan. Penempatan nilai kebendaan pada
posisi yang lebih tinggi dan lebih penting,akan mengakibatkan berbagai aspek
proses hukum akan mendapat penilaian dari segi kebendaan belaka.
b. Nilai konservatisme dan inovatisme. Pasangan nilai konservatisme dengan
nilai inovatisme senantiasa berperan didalam perkembangan hukum,oleh
karena disatu pihak ada yang menyatakan hukum hanya mengikuti
perubahan yang terjadi dan bertujuan untuk
mempertahankan“statusquo”,dilain pihak ada anggapan yang kuat bahwa
hukum juga berfungsi sebagai sarana untuk mengadakan perubahan dan

21
menciptakan hal yang baru.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum


Berdasarkan pada rumusan,kenyataan,dan pandangan yang dikemukakan pada
bagian pendahuluan diatas,maka pada dasarnya supremasi hukum di Indonesia
belum dapat terwujud, yang disebabkan oleh beberapa kendala,yaitu:
a. Kualitas Hidup Masyarakat
Indonesia sebagai negara berkembang yang kehidupan masyarakatnya masih berada pada
tingkat menengah kebawah,mengakibatkan masyarakat selalu“berdesakan”untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang kian meningkat.Dalam kondisi yang demikian dapat
mengakibatkan terjadinya pelanggaran dan kejahatan.Rendahnya tingkat kesejahteraan
masyarakat menjadi kendala besar dalam berprilaku sesuai hukum.Sebab iklim yang kurang
kondusif dapat berakibat lemahnya penerapan terhadap hukum.Dalam sejarah,sebagai
perbandingan,telah dipraktekkan oleh Khlaifah Umar bn Khattab r.a. bahwa: pada masa
pemerintahannya terjadi masa paceklik(masakrisis) yang melanda bangsa Arab. Dalam
kondisi krisis tersebut,banyak orang melakukan pelanggaran hukum, seperti mencuri untuk
mempertahankan kehidupan keluarga mereka,padahal mereka telah memahami bahwa
mencuri adalah suatu pelanggaran dalam hukum Islam yang ditetapkan Allah
SWT.Sebagaimana dalam firman Nya surah Al-Maidah ayat 38:

‫ع ِز ۡيز َحك ِۡيم‬


َ ‫ّللا‬ ِ ٰ َ‫سبَا نَـكَال ِمن‬
ُ ٰ ‫ّللا ؕ َو‬ َ ‫َّارقَةُ فَ ۡاق‬
َ ‫طعُ ۡۤۡوا اَ ۡي ِديَ ُه َما َجزَ آء بِ َما َك‬ ِ ‫َّار ُق َوالس‬
ِ ‫َوالس‬

Artinya:

“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”

Pada ayat tersebut menetapkan bahwa pencuri harus dihukum


potongtangan,namun dalam kenyataannya khalifah Umar bin Khattab tidak
melaksanakan hukum potong tangan,bahkan beliau mengampuninya dengan alasan
mereka dalam keadaan terdesak untuk memenuhi kepentingan hidupnya yang
bersifat“dharuriyah”.

Tindakan yang dilakukan oleh khalifah Umarbin Khattab r.a. tersebut sesuai dengan
22
tujuan hukum diadakan oleh pembuat hukum menurut hukum Islam,sebagaimana yang
dikemukakan oleh MukhtarYahyabahwa:
“Tujuanhukum (syari’ah) di adakan oleh pembuat hukum (Syari’) adalah Berdasarkan
pada tujuan hukum menurut hukum Islam,maka tindakan kebijaksanaan yang dilakukan
oleh Khalifah Umar bin Khattab R.A. diatas,merupakan tindakan dharuriyah untuk
merealisir kemaslahatan masyarakat Arab yang berada pada kondisi krisis dimasa
tersebut.Ini berarti bahwa masyarakat dapat saja melakukan pelanggaran disebabkan
iklim yang kurang kondusif.Adapun tujuan hukum berdasarkan aturanya:

1. Tujuan aturan hukum yang bersifat simbolis,yaitu tidak tergantung pada


penerapannya agar aturan hukum tadi mempunyai efek tertentu.
2. Tujuan aturan hukum yang bersifat instrumental,suatu aturan hukum yang
bersifat instrumental apabila tujuan terarah pada suatu sikap
b. Kualitas Sumber Daya Manusia(Masyarakat)

Peningkatan mutu bukan hanya diharapkan bagi penegak hukum yang terlibat
langsung dan yang tidak langsung,tetapi juga sangat diharapkan bagi masyarakat
secara keseluruhan.Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat merupakan salah satu
kendala penegakan hukum untuk mencapai supremasi hukum.Karena itu,peningkatan
pengetahuan masyarakat dalam berbagai bentuk dan cara perlu ditingkatkan,sebab
kalau tidak demikian,masyarakat sulit untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
dunia yang semakin kompleks.Berkenaan dengan penegakan hukum di
Indonesia,peranan masyarakat sangat diharapkan keterlibatannya.Keterlibatan
masyarakat tersebut memerlukan pengetahuan yang cukup memadai dalam
melaksanakan aktivitas mereka sesuai bidang masing-masing.Dalamajaran Islam
dengan berdasarkan padaAl-Qur’an dan Hadits Rasullullah SAW.Menegaskan
pentingnya pengetahuan(keahlian) seseorang dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya,sebagaimana firman- Nya surahAl-Isra’(17)ayat36

ٰۡۤ ُ ُ
‫ع ْنهُ َمسْـُٔ ْول‬
َ َ‫ولىِٕكَ كَان‬ ‫ص َر َو ْالفُ َؤا َد كل ا‬
َ ‫س ْم َع َو ْال َب‬
َّ ‫ْس لَكَ ِبه ع ِْلم ۗا َِّن ال‬ ُ ‫َو َل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

Artinya:

“Dan janganlah kamu mengikuti(menyelesaikan) apa yang kamu tidak mempunyai

23
pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati,semuanya
itu akan dimintai pertanggungjawaban”.

Menelaah makna yang terkandung pada ayat diatas,menunjukkan pentingnya


sumberdaya yang handal terhadap suatu persoalan yang dihadapi,sehingga Rasulullah
SAW menegaskan kembali dalam sabdanya yang artinya:
“Apabila suatu persoalan diserahkan kepada yang bukan ahlinya,maka tunggulah
kehancurannya”.

Alternatif Pendekatan

Berkenaan dengan tiga faktor sebagai kendalautan yang dihadapi bangsa


Indonesia dalam menegakkan hukum,untuk mencapai supremasi hukum,telah menjadi
penyebab terpuruknya Indonesia,baik dibidang ekonomi maupun dibidang politik dan
sosial.Untuk mengantisipasi keterpurukan tersebut,maka alternatif yang dapat
dipertimbangkan adalah pendekatan agama dan moral”.Satu-satunya jalan untuk
mengantisipasi tiga kendala yang dikemukakan diatas adalah kembali pada dasar
agama dan moral.Agama dan moral(aqidah dan akhlaq)tidak dapat terpisah dalam
pengamalan hukum,karena agama tanpa moral tidak dapat dilaksanakan dengan baik,
sebaliknya moral tanpa agama tidak akan dapat terkendali.“Dengan kata lain,perlunya
keseimbangan antara zikir,fikir dan amaliyah.Sebab dengan agama akan terbentuk
kualitas moral(moral intelligent) seseorang seperti sabar,jujur,adil,berani,bertanggung
jawab, ikhlas.Selanjutnya melalui moral tersebut mendorong seseorang untuk
melaksanakan perintah Allah

SWT dalam Al-Qur’an,Tuhan meletakkan dasar-dasar penegakan hukum,sebagaimana


yang ditegaskan dalam beberapa firman-Nya seperti Surah An-Nisa ayat 58:

۞ َ‫ّللا كَان‬ َ َّ ‫اس أ َ ْن تَحْ ُك ُموا ِب ْالعَ ْد ِل ؕ إِ َّن‬


ُ ‫ّللا ِن ِع َّما َي ِع‬
َ َّ ‫ظ ُك ْم ِب ِه ۗؕ إِ َّن‬ ِ ‫ّللا َيأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدوا ْاْل َ َمانَا‬
ِ ‫ت إِلَ ٰى أ َ ْه ِل َها َوإِذَا َح َك ْمت ُ ْم َبيْنَ ال َّن‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
‫صيرا‬
ِ ‫سمِ يعا َب‬
َ

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya,dan bila menetapkan keputusan hukum antara manusia hendaklah kamu
tetapkan dengan adil.Dengan itu Allah telah memberikan pengajaran dengan sebaik-
baiknya kepadam tentang pelaksanaan amanat dan keadilan hukum.Sesungguhnya

24
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. An-nisaayat135

‫۞يأيهاٱلذينءامنواكونواقومينبٱلقسطشهدآءللهولوعلىأنفسكمأوٱلولدينوٱألقربين‬

‫إنيكنغنياأوفقيرافٱللهأولىبهمافالتتبعواٱلهوىأنتعدلواوإنتلواأوتعرضوافإنٱهلل كانبماتعملونخبيرا‬

artinya:

“Hai orang-orang yang beriman,jadilah kamu yang benar-benar menegakkan


keadilan,menjadi saksi(dalam menegakkan keadilan) karena Allah,walaupun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu,jika ia kaya atau miskin,maka Allah
lebih utama(tahu)atas(kemaslahatan)keduanya.Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu sehingga kamu tidakberlaku adil.Dan jika kamu memutarbalikkan keadilan atau
menolak menjadi saksi,maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang
kamu kerjakan”. Mencermati makna yang terkandung pada ayat diatas,maka ayat 58
adalah dasar kejujuran untuk menegakkan hukum yakni kepada siapa hukum itu
ditujukan,sedang pada ayat 135 adalah dasar keberanian penegak hukum untuk
menetapkan hukum tanpa melihat siapa yang dihukum. Namun untuk menegakkan
keberanian dalam pelaksanaan hukum,harus ditunjang dengan sifat sabar,sebab pada
dasarnya orang yang bersabar dalam menegakkan kebenaran dari Allah akan dilindungi
oleh Allah SWT. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya surah Al-Baqarah ayat 153:

َ‫صبِ ِر ۡين‬ َ ٰ َّ‫ٰ ٓياَي َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُوا اسۡ تَع ِۡين ُۡوا بِالص َّۡب ِر َوالص َّٰلوةِؕ  اِن‬
ٰ ‫ّللا َم َع ال‬
artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dalam menghadapi musibah


dengan sikap tabah dan mengerjakan shalat.Sesungguhnya Allah bersama orang yang
bersabar”.

Bersabar menurut ayat diatas adalah tolak ukur keberhasilan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan aktifitasnya.Kesabaran merupakan“sejata untuk mencapai
suatu kebenaran dan kesuksesan”.

Untuk itu Sayyidinah Ali bin Abi Thalib R.A.yang artinya:“Sabar adalah bagian
dari iman,merupakan kepala dari tubuh”.Dari ungkapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib
R.A.diatas,dijadikan sebagai landasan masing-masing pihak bahwa kesabaran adalah
salah satu sifat termulia dan merupakan sumber keberanian dan kejujuran,sedangkan
kejujuran dan keberanian adalah inti dari penegakan hukum dalam arti supremasi
25
hukum.

BAB IV
KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR

A. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai amar ma’ruf dan nahi
mungkar, maka terlebih dahulu kita akan berbicara mengenai definisi
amar ma’ruf dan nahi mungkar.

Makna ma’ruf secara bahasa kebanyakannya berputar di atas makna


semua perkara yang diketahui dan dimaklumi oleh manusia satu
dengan yang lainnya dan mereka tidak mengingkarinya. Adapun
secara istilah, ma’ruf bermakna semua perkara yang diketahui,
diperintahkan, dan dipuji pelakunya oleh syari’at, maka masuk di
dalamnya semua bentuk ketaatan, dan yang paling utamanya adalah
beriman kepada Allah Ta’ala dan mentauhidkan-Nya[1]. Yang
dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang
lain untuk bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub
kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai dengan
jalan fitrah dan kemaslahatan.[2]

Mungkar secara bahasa, maka maknanya kebanyakan berputar di


atas makna semua perkara yang tidak diketahui dan tidak diakui oleh
manusia dan mereka mengingkarinya. Adapun secara istilah,
mungkar adalah semua perkara yang diingkari, dilarang, dicela, dan
dicela pelakunya oleh syari’at, maka masuk di dalamnya semua
26
bentuk maksiat dan bid’ah, dan yang paling jeleknya adalah
kesyirikan kepada Allah ’Azza wa Jalla, mengikari keesaan-Nya
dalam peribadahan atau ketuhanan-Nya atau pada nama-nama dan
sifat-sifat-Nya.

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan


Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar
dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban
menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting
dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan
kemampuan melakukannya. Bahkan Allah swt beserta RasulNya
mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan
kewenangan dalam hal tersebut.[3]

Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk Ushul Ad-


Din, dengan dicapai tujuan perutusan (bi;tsah) para nabi. Hal itu
berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran: 104.

َ َ‫َو ْلت َ ُكن م ْن ُك ْم أ ُ َّمة يَدْعُونَ ِإلَى ٱ ْل َخي ِْر َويَأْ ُم ُرونَ بِٱ ْل َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
‫ع ِن ٱ ْل ُم ْنك َِر َوأ ُ ْولَ ٰـئِكَ هُ ُم‬
)۱۰ ۴: ‫آل عمران‬.( َ‫ٱ ْل ُم ْف ِل ُحون‬

“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar dan merekalah termasuk orang-orang yang
beruntung”(Ali Imran: 104)

Dan dalam Surah Ali Imran: 110

Yang artinya:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan


untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar,” (Ali Imran: 110)

27
B. Karakteristik Masyarakat Menyikapi Amar Ma’ruf
Nahi Munkar
Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi
munkar:

1. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau


dinamakan karakter orang mukmin.

2. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau


dinamakan karakter orang munafik.

3. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan


melarang sebagian yang ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter
orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.[4]

Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa


tugas beramar ma’ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang
da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun merupakan kewajiban
setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang
diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar
siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia harus mengubah dengan
tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’
Ulumuddin, beliau menekankan, bahwa aktivitas amar ma’ruf dan
nahi munkar adalah kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah
sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus
para nabi. Jika aktivitas amar ma’ruf nahi munkar hilang, maka syiar
kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar,
kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga
umat secara keseluruhan.

28
C. Perintah Mencegah Kemunkaran
‫و‬: ‫ح )و حدثنا محمد بن المثنى‬. (‫حدثنا وكيع عن سفيان‬: ‫حدثنا ابو بكر بن ٲبي شيبة‬
‫وهذا‬. ‫عن طأرق بن شهاب‬, ‫كلهما عن قيس بن مسلم‬, ‫حدثنا شعبة‬: ‫حدثنا محمد بن جعفر‬
‫قال أول من بدأ بالخطبة يوم العيد قبل الصلة مروان فقام إليه رجل فقال‬. ‫حديث أبي بكر‬
‫الصلة قبل الخطبة فقال قد ترك ما هنالك فقال أبو سعيد أما هذا فقد قضى ما عليه سمعت‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فٳن لم يستطع‬
)‫فبلسانه فٳن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف اّل يمان (أخرجه مسلم في كتاب اّل يمان‬

Dari Thariq ibn’ Syihab. Ini merupakan cerita Abu Bakr. Dia
berkata: “Salah seorang yang mula-mula memulai Hari Raya dengan
khutbah adalah Marwan. Pada saat itu, berdirilah seorang lelaki dan
ia berkata: “Shalat Idul Fitri sebelum khutbah.” Marwan pun
menjawab: “Yang demikian sudah ditinggalkan.” Abu Sa’id
menyahut: “Hal ini telah diputuskan oleh Rasulullah saw. Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Siapa pun diantara kamu yang
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya. Namun jika ia tidak mampu (dengan tangannya), maka
hendaklah dengan lidahnya (berbicara). Jika ia juga tidak sanggup
melakukannya (dengan lidahnya), maka hendaklah ia mengubahnya
dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.

Kalau kita tidak sanggup mencegahnya atau takut akan


membahayakan diri sendiri, kita berusaha memberikan nasihat, kita
pergunakan akal kita agar dia membatalkan niatnya. Kalau tidak ada
juga kesanggupan memberikan nasihat, maka hendaklah kita
menanamkan rasa benci kita, seperti menjauhkan diri dari dia, tidak
menggaulinya, tidak bermu’amalah dengan dia, tidak memberikan
salam dan tidak menyahut salamnya.

Nabi pernah bersikap seperti ini pada Ka’ab Ibn Malik, Mirarah bin
Rabi’ dan Hilal Ibn Umaiyah yang tidak mau ikut pertempuran
Tabuk. Nabi menyuruh para sahabat supaya menjauhkan diri dari
tiga orang itu dan tidak menyapanya. Lima puluh malam mereka
29
dibiarkan begitu. Sehingga mereka merasa gundah akibat boikot itu
dan mereka menyesali perbuatannya lantaran itu mereka bertaubat,
taubat mereka diterima Allah.[5]

Dalam hadits lain juga dijelaskan seperti hadits di bawah ini:

‫من دعا الى هوى كان له‬: ‫عن ابى هريرة ايضا ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قا ل‬
‫من اّلجر مثل اجور من تبعه ّلينقص ذلك من اجور هم شئا ومن دعا الى ضل لة كان‬
)‫عليه من اّلثم مثل ثام من تبعه ّل ينقص ذلك من ثا مهم شيء(رواه مسلم‬

“Dari Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :


“Barang siapa mengajak orang kepada suatu petunjuk (kebenaran)
maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang-orang yang
mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.
Dan barang siapa mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendaat
dosa seperti dosa-dosa orang yang mengerjakannya dengan tidak
mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR. Muslim)[6]

Ada tiga jenis perbuatan munkar yang harus dicegah secara sungguh-
sungguh:

1. Yang menyangkut hak Allah SWT.

2. Yang menyangkut hak manusia.

3. Yang menyangkut hak Allah dan manusia.

Ibadat merupakan hak Allah bila kita mengingkari hak Allah


tersebut, dianggap telah mengerjakan munkar . Di samping itu kita
melanggar larangan Allah, tidak berpuasa, minum-minuman yang
memabukkan. Orang yang memperdayakan minuman keras, jika dia
beragama Islam, haruslah dihukum dan dagangannya dirampas untuk
dimusnahkan.

Sebagai anggota masyarakat, kita harus memperhatikan


kemaslahatan dan kepentingan orang lain. Dalam kaitan dengan
kemunkaran terhadap hak manusia , seperti contoh mendirikan

30
bangunan yang menyebabkan tetangga tak punya jalan keluar /
masuk.

Ada pun perbuatan munkar yang menyangkut kepentingan Allah dan


kepentingan manusia, adalah seperti memindahkan jenazah dari
tempatnya, tanpa alasan yang jelas. Pemindahan yang mempunyai
alasan yang jelas demi kepentingan umum, tentu tidak termasuk
perbuatan munkar.[7]

D. Penurunan Azab Menimpa Semua Masyarakat


Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya,
Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara
merata.

Seperti kisah bani israil yang ada dalam Al-qur’an:

Yang artinya:

“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan


Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan
mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain
selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.
(Q.S Almaidah: 78-79).”

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

َ ‫ق أَنَّهُ اي َها إِنَّ ُكم تَق َر ُءونَ َهذِه اّليَة (يَا اَي َها الذينَ امنُوا‬
‫علَي ُكم ّلَيَض ُُر ُكم‬ ِ ‫صدَي‬
َ ‫عن أبِي بَكر ال‬
َ
‫اس إذَا راَ ُوا الظا ل َِم فَلَم‬ َّ ‫سمِ عتُ رسول هللا عليه وسلم يَقُو ُل‬
َ ‫إن الن‬ َ ‫ض َّل ِإذَاهتَدَيتُم ) َوإنى‬
َ ‫َمن‬
ِ ‫َيا ُخذُوا على َيدَي ِه اَوشَكَ اَن َيعُم ُه ْم هللا ِبعِقا‬
)‫رواه ابو د و الترمذي و النساء‬. (ُ‫ب مِ نه‬

“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia,


hendaklah kalian membaca ayat ini : “Hai orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan

31
sesungguhnya saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :”
sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak
aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan
besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan
perbuatan tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An-Nasa’i)[8]

Bila kemungkaran telah mewabah di masyarakat, maka siksa akan


turun menimpa semua orang, apakah dia sholeh ataukah tidak
sholeh. Bila tindakan orang-orang dzalim tidak ada yang
mencegahnya, maka hampir saja Allah Swt meratakan seluruh
masyarakat dengan azabnya.[9]

E. Manfaat Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar
ditegakkan:

1. Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin.

2. Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang melakukan aksi


amar ma’ruf nahi munkar, yaitu, orang-orang yang lahir dari umat
terbaik (umat muslim).

3. Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh.

4. Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita mencegah


perbuatan buruk (munkar).

5. Kita akan menjadi orang-orang yang meraih kemenangan.

6. Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum


tersebut, sehingga tercipta kerukunan, kedamaian dan ketentraman.

7. Akan dijauhkan dari Azab Allah.

8. Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai pewaris para nabi)
akan terjaga dengan baik, sehingga dijauhkan dari kesesatan dalam
menuntut ilmu, yaitu niat/motivasi yang salah dan belajar pada orang
32
yang salah. Dengan terjaganya para ulama yang sholeh, maka akan
lahirlah umara (penguasa) yang baik dan mampu memimpin
umatnya dengan adil.[10]

Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah digerus oleh
derasnya arus kemunkaran. Hal ini terjadi karena kemunkaran telah
dibungkus dengan performa yang menarik, sehingga hampir seluruh
lapisan masyarakat mampu menikmatinya. Begitu mudahnya
kemunkaran sudah masuk dalam celah-celah sempit dalam rumah
melalui media cetak dan elektronik, yang setiap hari dikonsumsi oleh
masyarakat. Tentu ini sangat berbahaya, karena
kemunkaran/kebathilan yang secara terus-menerus disuguhkan dan
diinformasikan, apalagi didesain dengan performa yang menarik,
maka sangat mungkin kemunkaran itu akan dianggap sebagai
kebaikan dan kemudian dijadikan sebagai kebiasaan.

Untuk menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang


kokoh, yaitu dari diri kaum muslim sendiri yang harus sadar akan
tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah. Kesadaran inilah yang
akan mengantarkannya untuk menjadi seorang yang muttaqin, dan
mampu menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan baik.

Ketika kita ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari


bahaya kemunkaran, maka hendaklah dimulai dari diri sendiri dan
keluarga kita. Dan jika Allah dan Rasul Nya telah memberikan
rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka sebagai seorang muslim
yang taat sudah sepatutnya untuk berucap sami’na wa atho’na.

BAB V
FITNAH AKHIR ZAMAN

33
Pada saat ini, banyak sekali bahaya yang mengintai kita sebagaimana
yang dikabarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
banyak hadits tentang fitnah akhir zaman. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai rasul yang penuh kasih sayang kepada
umatnya, tidak hanya memberitahukan tentang fitnah ini saja, tapi
juga memberitahukan solusinya. Al-Qur’ân dan sunnah Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan solusi yang tidak bisa
ditawar-tawar. Kalau tidak, kesengsaraan mesti akan menimpa.
ْ
Allâh Azza wa Jalla befirman : ‫ضل‬ َ َ‫فَإِ َّما َيأ ِت َينَّ ُك ْم مِ نِي هُدى فَ َم ِن اتَّ َب َع هُد‬
ِ ‫اي فَ َل َي‬
‫ش ُرهُ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة أ َ ْع َم ٰى‬ َ ‫ع ْن ِذ ْك ِري فَإِ َّن لَهُ َمعِيشَة‬
ُ ْ‫ض ْنكا َونَح‬ َ ‫ض‬ َ ‫﴾ٰ َو َم ْن أَع َْر‬۱٢٣﴿ ‫َو َّل يَ ْشقَى‬
﴿ ۖ ‫﴾ قَا َل َك ٰذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَ َها‬۱٢٥﴿ ‫صيرا‬ ِ َ‫ب ل َِم َحش َْرتَنِي أ َ ْع َم ٰى َوقَدْ ُك ْنتُ ب‬
ِ ‫﴾ قَا َل َر‬۱٢٤
َ ‫ َو َك ٰذَلِكَ ْاليَ ْو َم ت ُ ْن‬Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka
‫س ٰى‬
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan
tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Berkatalah ia, “Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang
melihat ?” Allâh berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada
hari ini kamupun dilupakan”. [Thaha/20:123-126] Kini, fitnah-fitnah
itu sudah banyak sekali disekitar kita, siap menerkam siapa saja yang
lalai. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa waspada dan
menjaga diri. Diantara ujian-ujian itu adalah ujian harta.
Diriwayatkan dari Ka’ab bin ‘Iyadh Radhiyallahu anhu, dia
mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : ‫ إِ َّن ِل ُك ِل أ ُ َّمة فِتْنَة َوإِ َّن فِتْنَةَ أ ُ َّمتِي ْال َما ُل‬Sesungguhnya
masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah
harta [HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‫ّللا َما ْالفَ ْق َر أ َ ْخشَى‬
ِ َّ ‫فَ َو‬
ُ َ‫علَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم فَتَنَاف‬
‫سوهَا َك َما‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم الد ْن َيا َك َما بُ ِس‬
ْ ‫ط‬
َ ‫ت‬ َ ‫ط‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم َولَكِنِي أ َ ْخشَى أ َ ْن ت ُ ْب‬
َ ‫س‬ َ
‫سوهَا َوت ُ ْه ِل َك ُك ْم َك َما أَ ْهلَ َكتْ ُه ْم‬
ُ َ‫ تَنَاف‬Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya
khawatirkan atas kalian, namun yang saya khawatirkan adalah kalian
34
diberi kemakmuran dunia sebagaimana pernah diberikan kepada
umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana
mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa
sebagaimana mereka.

[HR. Bukhâri dan Muslim] Harta itu ujian dari semua sisi. Dimulai
saat mengumpulkan dan mengembangkannya, kesibukan ini sering
melalaikan seseorang dari beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla .
Juga kegemaran menumpuk harta yang tidak pernah bisa mencapai
titik klimaks, diperparah lagi dengan prilaku menghalalkan segala
cara demi memenuhi ambisinya. Harta juga menjadi fitnah atau
musibah bagi yang empunya saat harta dibelanjakan di jalan yang
tidak dibenarkan syari’at atau enggan mengeluarkan zakat yang
menjadi kewajibannya. Akibatnya, berbagai keburukan pun
bermunculan akibat harta. Baca Juga Nasehat Di Bulan Rajab Dalam
hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh
َ ‫لَيَأْتِيَ َّن‬
ِ َّ‫علَى الن‬
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‫اس زَ َمان َّل يُبَالِي‬
‫ ْال َم ْر ُء ِب َما أَ َخذَ ْال َما َل أَمِ ْن َح َلل أَ ْم مِ ْن َح َرام‬Sungguh akan datang suatu masa,
saat itu manusia tidak lagi peduli dengan cara apa dia menghasilkan
harta, apakah dari sesuatu yang halal ataukah haram ! [HR. Bukhâri]
Diantara ujian yang juga ada pada saat ini yaitu keburukan yang
datang melalui media elektronik dan media cetak. Karya tulisan
menyesatkan, foto dan gambar wanita dengan dandanan seronok,
nyanyian pembangkit nafsu syahwat, pentas yang sering membuat
suatu keburukan menjadi tidak jelas bahkan membalikkan fakta,
yang buruk dianggap bagus dan indah, semuanya ada di media.
Terkadang suatu yang tidak pantas ikut serta ditayangkan, seperti
cara mencuri atau aksi kriminal lainnya. Semua keburukan ini
ditayangkan di berbagai channel tv, baik dalam maupun luar negeri
dan dengan mudah bisa diakses lewat internet. Sehingga betapa
sedih hati dan tercabiknya hati kita ketika mendengar berbagai
perbuatan kriminal yang dilakukan oleh para pelajar yang bahkan
diantara mereka sangat muda belia dan seakan tidak bisa dipercaya
kalau dia melakukan kriminalitas yang seharusnya hanya bisa
35
dilakukan oleh orang dewasa. Sebagian orang, na’udzu billah,
merasa tidak cukup dengan berbagai keburukan di atas, dia
menambahkannya dengan membeli atau menyewa kaset CD film
porno yang sangat tidak layak lalu diputar di tengah keluarganya.
Tidakkah dia tahu keburukan di sekitarnya sudah begitu banyak
meski dia tidak menghendaki keburukan itu datang ke rumahnya ?
Ataukah dia merasa keburukan itu belum lengkap ? na’udzu billah.
Dimanakah rasa cemburu itu dicampakkan ? Tidakkah para penyebar
keburukan ini takut ketika mereka dimintai pertanggungjawaban atas
beragam keburukan yang diakibatkan keburukannya ? Semoga Allâh
Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada kita semua untuk tetap
istiqamah di atas jalan yang telah tetapkan syari’at. Saat ini, betapa
banyak rumah kaum Muslimin yang seharusnya bersinar dengan
dzikrullah justru hampa darinya.

Rumah-rumah itu menjadi tempat yang di senangi setan dan di jauhi


para Malaikat pembawa rahmat. Bahkan ada yang lancang
mengundang para pemuda untuk serta begadang, pentas atau
menghidupkan budaya yang bertentangan dengan nilai agama. Ini
merupakan fitnah besar yang menimbulkan kekhawatiran yang harus
kita waspadai. Kita wajib menjaga anak-anak kita agar tidak terjebak
dalam perangkap setan. Hendaklah kita senantiasa memohon
pertolongan kepada Allâh agar kita diberik kekuatan dan kesabaran.
Baca Juga Nasihat Untuk Jalan Kebangkitan Islam Diantara ujian
yang juga sangat mengkhawatirkan pada zaman ini yaitu fitnah yang
ditimbulkan kaum wanita. Dalam hadits yang diriwayatkan Usâmah
bin Zaid Radhiyallahu anhu Radhiyallahu anhuma, beliau
Radhiyallahu anhu mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
ِ ‫علَى‬
sallam bersabda : ‫الر َجا ِل مِ ْن‬ َ َ ‫ِي أ‬
َ ‫ضر‬ َ ‫َما ت ََر ْكتُ َب ْعدِي فِتْنَة ه‬
‫ساء‬
َ ََِ َِ َِ َِ َِ َِ َِ َِ َِ ‫ِالن‬
ِ Saya tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih
berbahaya bagi kaum lelaki selain (ujian) wanita [HR. Bukhâri dan
Muslim] Ujian yang diakibatkan prilaku kaum wanita pada masa ini
semakin parah, karena prilaku sebagian wanita yang tidak merasa
malu sema sekali. Dengan dalih mengikuti perkembangan zaman,
36
mereka mengenakan pakaian tipis nan ketat, sehingga bentuk
anggota tubuh mereka nampak dengan jelas. Ada juga yang berdalih
untuk menambah penghasilan, semua dilakukan tanpa
memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan syari’at.
Akibatnya, bukan kebaikan yang timbul namun sebaliknya. Berbagai
media massa, sekan tidak pernah sepi dari perbuatan kriminal akibat
dari ujian ini. Tidakkah kita mau mengambil pelajaran dari berbagai
peristiwa menyedihkan ini ? Akankah kita membiarkan diri kita,
saudara atau keluarga kita terjebak dalam ujian ini ? Diantara ujian
yang juga harus diwaspadai adalah ujian yang merupakan efek
negatif dari era informasi. Arus informasi yang lancar dan cepat
menjadikan batas antar Negara seakan tidak ada. Suara dan gambar
bisa ditransfer dalam hitungan detik. Banyak faidah yang bisa kita
ambil darinya. Namun kita tidak boleh lengah, karena setan dan
musuh-musuh Allah tidak pernah tinggal diam. Mereka akan
memanfaatkan semua fasilitas modern ini untuk menyebarkan
keyakinan rusak dan kebiasaan buruk mereka serta untuk menjaring
mangsa.

Semoga Allah Azza wa jalla menjaga kita dan keluarga kita dari
segala keburukan yang disebarkan oleh setan dan musuh-musuh
Allah Azza wa Jalla itu. Namun ujian yang paling besar dan paling
berbahaya bagi kaum Muslimin yang selalu kita waspadai yaitu ujian
dajjal yang akan datang menjelang hari kiamat. Maka hendaklah kita
senantiasa waspada dan menjaga diri serta keluarga kita. Hendaklah
kita memperbanyak do’a kepada Allâh Azza wa Jalla agar senantiasa
menjaga kita dari keburukan berbagai fitnah ini. ‫اس أ َ ْن‬ َ ‫﴾ أ َ َحس‬۱﴿ ‫الم‬
ُ َّ‫ِب الن‬
َ َ‫ّللاُ الَّذِين‬
‫صدَقُوا‬ َّ ‫﴾ َولَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِ ْن قَ ْب ِل ِه ْم ۖ فَلَيَ ْعلَ َم َّن‬٢﴿ َ‫يُتْ َر ُكوا أ َ ْن يَقُولُوا آ َمنَّا َوهُ ْم َّل يُ ْفتَنُون‬
َ‫ َولَ َي ْعلَ َم َّن ْالكَا ِذ ِبين‬Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allâh
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
37
38
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/ida_faridatul_khasanah/565e80bc4ef9fd
8d06b5351c/iman-islam-dan-ihsan-jalan-menuju-surga

https://www.kompasiana.com/putex/5e10cb10d541df2b826d5012/ima
n-dalam-pandangan-islam?page=1

https://republika.co.id/berita/pr48ew313/arti-ihsan

Imam an-nawawi al-jawi, Hadis arba’in

Sayyid Abdullah ibn Alawi A-


Haddad,,TerjemahRisalatulMuawanah, Mutiara ilmu, bandung;
2012

http://my.opera.com/ilmyaku/blog/2009/11/04/sains-dalam-islam

http://klubbelajar.com/definisi-sains-detail-46860.html

http://sains4kidz.wordpress.com/2009/07/19/definisi-sains/

http://www.junaidi.co.cc/2010/03/pengertian-sains-teknologi-dan-
seni.html

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786489-pengertian-
filsafat-sains/log

Ahmad AzharBasyir, 2001, Hukum Waris Islam, Yogyakarta : UII


Perss, Hal.8

Efendi Perangin, 2011, Hukum Waris, Jakarta: PT.


RajagrafindoPersada, Hal. 3

M.Marwan, 2009, Kamus Hukum, Surabaya : Reality Publisher,


Hal. 264

https;//journal.iain-
samarinda.ac.id/index.php/mazahib/article/view/116

39
40
LAMPIRAN

Isi kandungan surat al-baqarah ayat 153

1. Tegakkanlah sifat sabar dan dirikanlah shalat, karena sesungguhnya itu adalah
penolong kita.
2. Allah SWT. selalu bersama dengan orang-orang yang mampu mengendalikan diri
(sabar).

Isi kandungan surat an-nisa ayat 135

1.Jadilah penegak keadilan di dunia, walaupun terhadap diri sendiri, kedua orang tua,
kerabat dan orang lain
2.Jadilah saksi karena Allah
3.Walaupun dia miskin atau kaya, keadilan harus ditegakkan
4.Jangan mengikuti hawa nafsu hanya untuk menyimpang dari kebenaran
5.Jika bersaksi palsu dan enggan menjadi saksi, maka Allah maha mengetahui apa yg
kamu kerjakan

Kandungan surat an-nisa yat 58

kandungan dari ayat ini adalah perintah ALLAH kepada para pemimpin dan orang yang
berhak memutuskan untuk berlaku adil dalam menentukan hukum kepada manusia,
dan agar pemimpin dapat memberikan amanah mengenai suatu perkara sesuai
dengan kemampuan dari orang yang berkah diberikan amanah itu

41

Anda mungkin juga menyukai