Anda di halaman 1dari 34

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Putri Rahma Praptiwi


NIM : G1A020054
Fakultas&Prodi : FMIPA/ BIOLOGI
Semester :1

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya dan nikmat sehat-Nya, baik sehat
fisik maupun mental tentunya penulis tidak akan mampu menyelesaikan tugas secara
baik dan benar.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas perjuangan beliau sehingga kita mampu keluar dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita kelak mendapatkan syafa‟at
beliau di akhirat nanti.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam, karena melalui
tugas yang diberikan ini penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
materi yang penulis tekuni.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat serta wawasan kepada pembaca
terkait materi yang penulis bahas pada artikel ini. Selain itu, penulis menyadari bahwa
artikel ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik
serta saran yang baik dari pembaca agar artikel ini nantinya dapat menjadi artikel yang
lebih baik kedepannya. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan
artikel ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun, Mataram 17 Desember 2020

Putri Rahma Praptiwi


G1A020054

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

I. Iman, Islam, Ihsan ............................................................................................. 1

II. Islam dan Sains .................................................................................................. 6

III. Islam dan Penegakan Hukum ............................................................................. 15

IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar ................................. 20

V. Fitnah Akhir Zaman ............................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30

iii
BAB I

IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Di dalam agama Islam, terdapat tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain
yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Islam secara umum memiliki arti syariat-syariat Allah
SWT yang diturunkan oleh Allah kepada semua Nabi dan Rasul, sedangkan secara
khusus Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai penutup atas syariat-syariat para Nabi dan Rasul terdahulu. Kemudian iman
yaitu ketetapan dengan sesuatu yang ia akui kebenarannya atau ketika seseorang
mendapatkan suatu kabar yang ia yakini kebenarannya maka ia mengikrarkan di dalam
hatinya bahwa kabar tersebut benar adanya. Sebagai seorang muslim, tentulah kita harus
beriman. Jika kita beragama muslim tetapi tidak memiliki iman itu sama sekali tidak ada
gunanya, karena keislaman seseorang akan sempurna jika dihatinya tertanam iman atau
keyakinan yang kuat akan adanya Allah, selain itu seseorang yang tidak beriman maka
tidak bisa dikatakan sebagai seorang muslim. Iman yang sejati yaitu iman yang berada
di dalam hati, dinyatakan oleh lisan, dan diwujudkan dengan perbuatan. Seperti yang
dijelaskan di dalam sebuah hadits riwayat Muslim :

1
Artinya : “Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk
disisi Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-
laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kedua lututnya (Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam) seraya berkata:
“ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah
(Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu “, kemudian dia berkata: “ Anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya
dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang
Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ Anda benar“. Kemudian dia
berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang Ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah
engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku
tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih
tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu
dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan
agama kalian”.

Di dalam hadits tersebut sudah sangat jelas diterangkan keterkaitan antara Islam,
Iman, dan Ihsan. Islam yaitu bahwasannya kita bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang pantas disembah selain Allah SWT dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, melaksanakan puasa Ramadhan, menunaikan
dzakat, serta melaksanakan haji ke Baitullah jika mampu. Hal-hal tersebut merupakan

2
bagian dari keislaman seorang muslim yang dinamakan dengan rukun islam. Seorang
muslim seharusnya taat dan selalu bertawakkal kepada ajaran agama Islam secara
keseluruhan dengan cara beribadah ikhlas hanya kepada Allah SWT bukan karena riya‟
kepada manusia. Selain itu, kita sepatutnya tidak menyekutukan Allah dengan cara
percaya kepada dukun, para normal, serta ramalan-ramalan lainnya.

Di dalam hadits juga dijelaskan terkait dengan iman. Rukun iman ada 6 yaitu :

1. Percaya kepada Allah

2. Percaya kepada malaikat

3. Percaya kepada kitab suci

4. Percaya kepada Nabi dan Rasul

5. Percaya kepada hari kiamat

6. Percaya kepada qadha‟ dan qadhar

Pengertian dari masing-masing rukun iman tersebut antara lain yaitu pertama,
mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT satu-satunya Tuhan yang pantas
disembah serta satu-satunya Tuhan yang ada, tidak ada satu makhluk pun yang mampu
menandingi kebesaran Allah SWT. Kedua, iman yaitu percaya akan adanya makhluk
ciptaan Allah yang bernama malaikat walaupun kita tidak dapat melihat wujud dari
malaikat itu sendiri, Allah memberikan tugas kepada malaikat sesuai dengan tugas
mereka masing-masing. Ketiga, percaya kepada kitab-kitab yang Allah wahyukan
kepada Rasul-Nya, artinya membenarkan dengan sungguh-sungguh apa yang telah
difirmankan oleh Allah SWT di dalam kitab-kitab tersebut untuk disampaikan kepada
umat manusia sebagai petunjuk. Keempat, yaitu percaya bahwa Allah SWT telah
mengutus para nabi dan rasul yang diberi tugas untuk menyampaikan pesan-pesan atau
firman Allah kepada manusia. Kelima, yaitu percaya kepada hari kiamat yang berarti
meyakini bahwa akan ada hari dimana seluruh kehidupan di alam semesta ini akan
berakhir, tidak ada satupun makhluk yang akan selamat pada hari itu, kapan waktu
terjadinya hari kiamat tidak ada seorang pun yang tahu bahkan Nabi Muhammad SAW
pun tidak mengetahuinya. Terakhir yaitu beriman kepada qadha‟ dan qadhar Allah,

3
yaitu segala takdir baik maupun takdir buruk yang telah menjadi ketetapan Allah
terhadap makhluk ciptaan-Nya, percaya bahwa Allah memiliki kehendak, ketetapan,
keputusan atas semua makhluk-Nya.

Iman seseorang akan bertambah karena ketaatan kepada Allah SWT dan akan
berkurang jika melakukan kemaksiatan. Syaikh Ibnu „Utsaimin mengatakan bahwa
manfaat yang dapat diambil dari hadits diatas tentang perbedaan antara islam dan iman
yaitu, jika islam dan iman disebut secara bersama-sama, maka ketika itu islam diartikan
sebagai amalan-amalan anggota badan, sedangkan iman diartikan sebagai amalan-
amalan hati. Akan tetapi, apabila keduanya disebut secara terpisah atau salah satunya
saja, maka yang disebut sudah mencakup yang lainnya. Seperti yang terkandung di
dalam Al-Qur‟an surah Al-Maidah ayat 3 yang artinya “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Kata islam pada ayat tersebut sudah
mencakup islam dan iman.

Selain islam dan iman, di dalam hadits juga dijelaskan tentang ihsan. Pengertian
ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT yaitu ketika seorang hamba melaksanakan
ibadah seakan-akan ia melihat Allah SWT, apabila ia tidak melihatnya maka
sesungguhnya Allah SWT melihatnya. Selain itu, ihsan kepada sesama makhluk Allah
mengandung arti berbuat baik atau melakukan segala jenis kebaikan kepada siapapun
makhluk Allah baik itu manusia atau hewan. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT
di dalam Al-Qur‟an surah An-Nahl ayat 90 :

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”

4
Berdasarkan penjelasan di atas, antara iman, islam, dan ihsan dapat dibedakan.
Namun, dari segi penerapannya antara ketiganya tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Antara ketiganya saling mengisi, iman yaitu kepercayaan atau
keyakinan yang diyakini di dalam hati, sedangkan islam yaitu keselamatan, kepatuhan,
dan tunduk, dan ihsan yang memiliki arti selalu melakukan perbuatan baik karena
merasa selalu diperhatikan oleh Allah SWT.

Selain itu, dari penjelasan di atas juga Ibnu Taimiyah melihat antara ketiganya
saling menopang satu sama lain. Menurutnya, islam merupakan tahapan pertama, iman
merupakan tahapan kedua, dan ihsan merupakan tahapan ketiga. Islam menjadi dasar
dari keimanan dan keimanan merupakan dasar dari ihsan. Seseorang yang beriman
kepada Allah dan meyakini Allah merupakan satu-satunya Tuhan di dunia ini, maka ia
sudah pasti beragama islam. Seseorang yang melakukan ibadah karena ikhlas untuk
beribadah hanya kepada Allah dan selalu melakukan kebaikan maka ia sudah
menerapkan sikap ihsan. Begitulah ketiganya saling berkaitan dan akan menjadi
sempurna jika ketiganya dilakukan secara bersamaan.

Sebagai seorang muslim, sepatutnya kita mampu meresapi makna yang


terkandung di dalam ketiga hal tersebut serta menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Beribadah dengan ikhlas untuk mendapatkan perhatian Allah SWT,
sehingga ibadah yang kita lakukan dapat diterima di sisi Allah SWT, jangan hanya asal
mengerjakan ibadah untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
saja, tapi kita juga harus memikirkan bagaimana ibadah yang kita lakukan dapat bernilai
lebih dihadapan-Nya.

5
BAB II

ISLAM DAN SAINS

Sains yaitu pengetahuan manusia tentang alam yang digunakan sebagai sumber
kesepakatan para ahli untuk mengambil suatu kesimpulan yang diperoleh melalui
analisis data. Pengembangan ilmu pengetahuan pada saat ini sangatlah pesat, berbagai
macam teknologi sudah mampu diciptakan oleh manusia. Dengan pengembangan
teknologi yang semakin maju ini tetaplah harus berpegangan pada ajaran agama islam,
yaitu pada Al-Qur‟an dan hadits. Menurut ketua persatuan ulama umat Islam dunia, Dr
Yusuf Al-Qaradhawi, tidak ada pertentangan antara Islam dan sains. Para saintis
modern barat telah banyak membuktikan bahwa ajaran agama islam sejalan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan modern.

Di dalam Al-Qur‟an sendiri, banyak sekali ayat yang menyarankan manusia agar
memperbanyak membaca, hal ini berarti di dalam agama islam sangat mendukung umat
manusia untuk meningkatkan kualitas diri dengan cara menambah ilmu yang dimiliki
demi memajukan ilmu pengetahuan. Islam dan sains sama-sama memiliki pengaruh
yang besar terhadap manusia, seperti :

1. Islam dan sains sama-sama memberikan kekuatan kepada manusia, sains


memberikan manusia peralatan dan membuat kemajuan semakin cepat
terjadi, sedangkan islam menetapkan maksud dan tujuan manusia serta
mengarahkan tujuan tersebut.

2. Sains membawa revolusi material atau lahiriah, sedangkan islam membawa


revolusi spiritual atau batiniah.

3. Sains memperindah akal dan pikiran, sedangkan islam memperindah jiwa dan
perasaan.

6
4. Sains melindungi manusia dari bencana seperti banjir, penyakit, badai, dan
bencana alam lainnya, sedangkan islam melindungi manusia dari
kegelisahan, keresahan, dan rasa tidak nyaman.

Pada abad pertengahan, dunia islam telah banyak memberikan peranan penting
dalam bidang sains dan teknologi. Para cendikiawan islam tidak hanya mempelajari
sains dan teknologi serta filsafat dari buku Yunani, tetapi menambahkan hasil pemikiran
mereka yang diperoleh dari percobaan-percobaan yang telah mereka lakukan. Dengan
demikian, lahirlah cendikiawan yang ahli dalam ilmu pengetahuan serta para filsuf-
filsuf islam, seperti Al-Farizi pada abad ke VIII sebagai astronom islam yang pertama
kali meyusun Astrolabe (alat yang digunakan untuk mengukur tinggi bintang) dan
sebagainya.

Para ilmuwan tersebut memiliki pengetahuan yang bersifat desekuaristik, yaitu


ilmu pengetahuan yang dikembangkan dengan tidak terlepas dari nilai-nilai islam.
Seperti beberapa ilmuwan sebut saja Ibnu Sina, selain ahli dalam bidang kedokteran, ia
juga seorang penghafal Al-Qur‟an, Al-Biruni yaitu seorang ahli dalam bidang filsafat,
astronomi, geografi, matematika, dan sejarah, ada juga Ibnu Rusyd yang terkenal dalam
bidang filsafat di dunia barat tetapi ahli juga di dalam ilmu fiqih, buku karangan Ibnu
Rusyd yang berjudul “ Bidayatul Mujtahid ” yang digunakan sebagai rujukan umat
muslim dari berbagai negara.

Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu. Bahkan, ketika kita


menuntut ilmu atau sedang dalam perjalanan mencari ilmu hal tersebut masuk ke dalam
perjalanan jihad di jalan Allah. Allah menegaskan di dalam Al-Qur‟an bahwa Dia akan
meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman. Hal itu dijelaskan di dalam
Al-Qur‟an surah Al-Mujadalah ayat 11 :

7
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ”

Di dalam ayat tersebut, sangat jelas diterangkan bahwa islam sangatlah memiliki
perhatian yang besar kepada ilmu pengetahuan. Apapun bentuk ilmu tersebut, selama
ilmu tersebut mampu memberikan manfaat, maka ilmu itu harus dicari. Apalagi pada
era seperti sekarang ini, semua orang dari berbagai belahan dunia berlomba-lomba
untuk menciptakan suatu teknologi baru yang mampu bersaing untuk menciptakan
dunia yang lebih maju.

Kemajuan teknologi tidak semuanya memberikan hasil yang baik untuk


lingkungan. Untuk itu, diperlukan suatu cara dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan konteks agama islam. Dalam konteks sains, Al-Qur‟an
mengembangkan beberapa langkah sebagai berikut :

1. Al-Qur‟an memerintahkan agar manusia mengenali alam sekitarnya, sifat-


sifat, serta proses alamiah yang terjadi.

2. Al-Qur‟an mengajarkan kepada manusia agar melakukan pengukuran


terhadap gejala-gejala alam.

3. Al-Qur‟an menekankan pentingnya melakukan analisis terhadap fenomena


alam melalui proses penalaran yang kritis untuk mendapatkan kesimpulan
yang rasional.

Tiga langkah tersebut yang manjadi pedoman para ilmuwan, yaitu observasi
(pengamatan), melakukan pengukuran, kemudian menarik kesimpulan berdasarkan
observasi dan pengukuran yang dilakukan agar terciptanya suatu pengembangan
teknologi yang sesuai dengan ajaran agama islam.

8
Akibat dari pengembangan pengetahuan yang semakin maju, banyak fakta baru
yang diketahui oleh manusia setelah melakukan berbagai macam penelitian yang
tentunya dengan bantuan alat yang sangat canggih. Tetapi, jauh sebelum para peneliti,
Al-Qur‟an sudah lebih dahulu mengungkapkan berbagai macam fakta terkait makhluk
hidup bahkan tentang fenomena alam yang terjadi. Hal tersebut membuktikan bahwa
sains dan islam sangat berkaitan erat dan tentunya tidak saling bertentangan, bahkan
fenomena sains sudah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an jauh sebelum perkembangan
teknologi manusia ada. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Q.S Al-Baqarah
ayat 2 :

َِ‫ ِىّ ْي َُزَّقِي‬ًٙ‫ْت ۛ فِي ِٔ ۛ ُٕذ‬ ُ َ ‫َٰرَىِلَ ْٱى ِن َٰز‬


َ ‫ت ََل َسي‬

Artinya : “Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi


mereka yang bertakwa.”

Dalam firman Allah tersebut sudah sangat jelas bahwa isi atau kandungan Al-
Qur‟an tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Bahkan, sudah sangat banyak peneliti
yang masuk Islam setelah mempelajari apa yang terkandung di dalam Al-Qur‟an.
Mereka menjadi takjub akan kebesaran Allah yang dijelaskan di dalam Al-Qur‟an
sesuai dengan fenomena alam yang mereka teliti.

Banyak fenomena alam yang sudah diteliti oleh para ilmuwan, hal ini untuk
mengetahui penyebab fenomena tersebut bisa terjadi untuk dijadikan pengetahuan bagi
manusia, seperti halnya dengan proses terjadinya hujan. Para ilmuwan sudah banyak
mempelajari tentang berbagai jenis awan, proses pembentukannya, sampai pada proses
terjadinya hujan. Namun, didalam Al-Qur‟an sendiri, proses terjadinya hujan ini sudah
dijelaskan secara akurat seperti pada Al-Qur‟an surah An-Nur ayat 43 :

‫ ْٱى َ٘ ْدقَ َي ْخ ُش ُج ٍِ ِْ ِخ َٰيَ ِيِۦٔ َٗيُْ ِ َّض ُه‬ٙ‫ف ثَ ْيَْ ۥُٔ ث ُ ٌَّ َيجْ َعيُ ۥُٔ ُس َمب ًٍب فَز ََش‬
ُ ّ‫ع َذبثًب ث ُ ٌَّ ي َُؤ ِى‬ َّ َُّ َ ‫أَىَ ٌْ ر ََش أ‬
َ ٚ‫ٱَّللَ ي ُْض ِج‬
ُ ٕ‫عَْب َث ْشقِِۦٔ َي ْز‬
‫َت‬ َ ُ‫شب ٓ ُء ۖ َي َنبد‬ َ ‫عِ ٍَِّ َي‬ َ ُٔ‫ص ِشفُ ۥ‬
ْ َ‫شب ٓ ُء َٗي‬
َ ‫يت ِثِۦٔ ٍَِ َي‬ ُ ‫ُص‬ ِ ‫غ ََب ٓ ِء ٍِِ ِججَب ٍه فِي َٖب ٍِ ِۢ َث َش ٍد فَي‬ َّ ‫ٍَِِ ٱى‬
َ َٰ ‫ِث ْٱْل َ ْث‬
‫صش‬

Artinya : “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian


mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih,

9
maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan
seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Pengetahuan lain yang juga dijelaskan didalam Al-Qur‟an adalah tentang


pentingnya ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi. Seperti yang diketahui, bahwa ASI memiliki
kandungan manfaat yang tinggi dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan
perkembangan otak pada bayi. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa ASI lebih baik
dan terserap dengan baik oleh tubuh bayi daripada susu formula atau susu sapi. Terkait
anjuran memberi ASI pada bayi ini sudah dijelaskan pada Al-Qur‟an surah Al-Baqarah
ayat 233 :

ُٔ‫ ْٱى ََ ْ٘ىُ٘ ِد ىَ ۥ‬َٚ‫عي‬


َ َٗ ۚ َ‫عخ‬ َ ‫ضب‬ َ ‫ٱىش‬ ِ ‫ض ْعَِ أ َ ْٗ َٰىَذَ ُٕ َِّ َد ْ٘ىَي ِِْ َم‬
َّ ٌَّ ِ‫بٍيَي ِِْ ۖ ِى ََ ِْ أ َ َسادَ أَُ يُز‬ ِ ‫َٗ ْٱى َٰ َ٘ ِى َٰذَدُ ي ُْش‬
ۚ ٓ‫ضب ٓ َّس َٰ َٗ ِىذَ ۢح ٌ ثِ َ٘ىَ ِذَٕب َٗ ََل ٍَ ْ٘ىُ٘دٌ ىَّ ۥُٔ ِث َ٘ىَ ِذِۦ‬
َ ُ ‫ظ ِإ ََّل ُٗ ْع َع َٖب ۚ ََل ر‬ ٌ ‫ف َّ ْف‬ ِ ‫ِس ْصقُ ُٖ َِّ َٗ ِمغ َْ٘ر ُ ُٖ َِّ ِث ْٱى ََ ْع ُش‬
ُ َّ‫ٗف ۚ ََل ر ُ َني‬
َُ‫ع َي ْي ِٖ ََب ۗ َٗ ِإ ُْ أ َ َسدر م ٌْ أ‬َ ‫َبٗ ٍس َف ََل ُجَْب َح‬ ُ ‫اض ِ ٍّ ْْ ُٖ ََب َٗرَش‬ ٍ ‫عِ ر ََش‬ َ ‫ص ًبَل‬ َ ِ‫س ٍِثْ ُو َٰرَىِلَ ۗ َفئ ِ ُْ أ َ َسادَا ف‬ ِ ‫ ْٱى َ٘ ِاس‬ٚ‫ع َي‬ َ َٗ
َّ َُّ َ ‫ٱَّللَ َٗٱ ْعيَ َُ ٓ٘ ۟ا أ‬
‫ٱَّللَ ِث ََب‬ ۟ ُ‫ٗف ۗ َٗٱرَّق‬
َّ ‫٘ا‬ ِ ‫عيَّ َْزٌُ ٍَّب ٓ َءار َ ْيزٌُ ِث ْٱى ََ ْع ُش‬ َ ‫ضعُ ٓ٘ ۟ا أ َ ْٗ َٰىَذَ ُم ٌْ فَ ََل ُجَْب َح‬
َ ‫عيَ ْي ُن ٌْ ِإرَا‬ ِ ‫ر َ ْغز َْش‬
‫يش‬ٌ ‫ص‬ ِ َ‫ر َ ْع ََيَُُ٘ ث‬

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

10
Hal lain yang juga menghebohkan dunia adalah tentang pertemuan dua lautan
yang memiliki temperatur, kadar garam, serta massa jenis yang berbeda, hal tersebut
diungkapkan oleh para ilmuwan yang melakukan penelitian terhadap kedua lautan
tersebut. Fenomena dua lautan yang bertemu ini sudah dijelaskan didalam Al-Qur‟an
sejak 14 abad yang lalu, yang dimana para ilmuwan baru bisa mengungkapkan
penyebabnya beberapa waktu belakangan, yaitu laut Mediterania yang memiliki air
yang hangat dan kadar air garam serta massa jenisnya yang berbeda dengan Samudra
Atlantik. Hal ini terdapat pada Al-Qur‟an surah Ar-Rahman ayat 19-20 :

ِ َ‫) ٍَ َش َج ْٱىجَذْ َشي ِِْ يَ ْيز َ ِقي‬٠٢ ُ‫ب‬


ُ‫ب‬ ِ َ‫ ) ثَ ْيَْ ُٖ ََب ثَ ْشصَ ٌر ََّل يَ ْج ِغي‬٩١

Artinya : “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian


bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Surah lain yang menjelaskan tentang pertemuan dua lautan ini adalah Al-Qur‟an
surah Al-Furqan ayat 53 :

‫ع ْزةٌ فُ َشادٌ َٗ َٰ َٕزَا ٍِ ْي ٌخ أ ُ َجب ٌج َٗ َج َع َو ثَ ْيَْ ُٖ ََب ثَ ْشصَ ًخب َٗ ِدجْ ًشا‬
َ ‫ ٍَ َش َج ْٱىجَذْ َشي ِِْ َٰ َٕزَا‬ِٙ‫َٗ ُٕ َ٘ ٱىَّز‬
‫٘سا‬
ً ‫ٍَّذْ ُج‬

Artinya : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir


(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia
jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Selain di dalam Al-Qur‟an, banyak hadits yang juga mendukung keterkaitan


antara islam dan sains. Banyak fenomena yang juga dijelaskan di dalam hadits. Seperti
contohnya di dalam hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan tentang bersin dan
menguap, yaitu:

“Dari Abu Hurairah Radhiallahu `anhu, dari Rasulullah Shallallahu `alaihi


wasallam, Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT menyukai bersin dan membenci
menguap, maka apabila seseorang bersin lalu ia memuji Allah SWT maka menjadi satu
keharusan bagi saudaranya yang mendengarkannya untuk menjawab bersinnya, dan
adapun menguap maka sesungguhnya ia datang dari syaitan, maka hendaklah seseorang

11
berupaya menghindarinya sebisanya, dan apabila ia berkata Haa (saat menguap) maka
syaitan menertawakannya.” (HR. Al-Bukhari).

Hal ini di buktikan oleh para ilmuwan yang mengatakan bahwa di saat seseorang
menguap itu adalah indikasi dari otak dan tubuhnya yang sedang membutuhkan oksigen
dan udara serta gizi, sementara alat pernapasannya tidak sanggup memenuhi kebutuhan
tersebut, maka apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka pada saat menguap maka
udara akan masuk bersama debu, bakteri dan penyakit lainnya, oleh karena itulah
Rasulullah SAW menganjurkan kepada ummatnya agar menutup mulutnya pada saat
menguap. Sedangkan, bersin sangat menguntungkan bagi manusia dimana bersin adalah
dorongan kuat secara tiba-tiba dari dalam tubuh yang mengeluarkan penyakit, bakteri
dan debu seiring dengan keluarnya udara dari hidung dan mulut pada saat bersin
tersebut, maka bersin adalah mengeluarkan penyakit dan itu baik bagi tubuh sehingga
sangat pantas bagi kita untuk memuji Allah SWT, sedangkan menguap itu memasukkan
penyakit kedalam tubuh dan itu tidak baik bagi kita sehingga kita harus
menghindarinya.

Selain itu, ada juga hadits yang menjelaskan tentang DNA. Seperti yang kita
ketahui bahwa DNA merupakan materi pembawa sifat keturunan pada manusia. Para
ilmuwan banyak meneliti tentang sifat DNA yang merupakan komponen utama dalam
pewarisan sifat keturunan pada manusia, hal ini sudah terdapat di dalam sebuah hadits
riwayat Bukhari dan Muslim, yaitu:

“Dari Abu Hurairah (ra) berkata: Seseorang dari bani fazarah datang kepada
Nabi SAW lalu ia berkata: Sesungguhnya isteri saya melahirkan bayi yang berwarna
hitam, lalu Nabi berkata kepada laki-laki tersebut: Apakah punya onta? Ia menjawab:
Iya, lalu Nabi bertanya lagi: Apa warnanya? Laki-laki itu menjawab: Merah, lalu nabi
bertanya lagi: Apakah ada di antara anak-anaknya yang berwarna coklat? Laki-laki itu
menjawab: Ya ada, lalu Nabi bertanya lagi: Kira-kira warna yang berbeda itu datangnya
darimana? Laki-laki itu menjawab: Barangkali datang dari keturunannya yang dulu, lalu
Nabi berkata: Barangkali anak kamu ini juga disebabkan oleh sifat-sifat turunannya.”
(HR. Al-Bukhari dalam kitab shohehnya, 6847 dan Muslim hadits ke 3839).

12
Begitu banyak dalil Al-Qur‟an beserta hadits yang membuktikan tentang
fenomena sains serta membuktikan bahwa sains dan Al-Qur‟an sangat berkaitan erat.
Al-Qur‟an merupakan sumber ilmu pengetahuan baik itu ilmu tentang agama maupun
ilmu tentang pengembangan sains modern. Maka dari itu, banyak ilmuwan modern pada
era sekarang ini yang masuk islam karena menemukan hal luar biasa dari apa yang
mereka teliti, banyak dari mereka yang takjub dengan Al-Qur‟an. Sebab, apa yang
mereka teliti sudah dijelaskan lebih dulu di dalam Al-Qur‟an. Ilmuwan-ilmuwan yang
kemudian masuk islam antara lain:

1. Masaru Emoto

Seorang peneliti asal Jepang yang meneliti tentang air zam-zam. Ia


mengungkapkan bahwa air zam-zam memiliki struktur yang sangat unik
sehingga bermanfaat untuk penyembuhan. Setelah mengetahui hal tersebut,
Masaru Emoto pun masuk Islam. Pada tahun 2003, Masaru melanjutkan
penelitiannya terkait dengan air dan mendapat bahwa partikel molekul air dapat
berubah sesuai perasaan manusia.

Masaru Emoto terus melakukan penelitian terkait molekul air dan melakukan
beberapa percobaan, seperti pada air murni yang bersumber dari mata air
Khonsu. Ketika di doakan menurut tradisi Shinto lalu didinginkan hingga -5‟C,
setelah diamati melalui mikroskop elektron ternyata molekul air berubah
membentuk kristal segi enam yang indah. Selanjutnya, ia menggunakan kata
“Arigatou” yang artinya terimakasih di depan molekul air tersebut yang
kemudian berubah menjadi kristal yang sangat indah. Ketika dibacakan doa-doa
Islam, kristal segi enam dengan lima cabang daun muncul dengan sangat indah
dan berkilauan. Namun, ketika diperdengarkan kata-kata buruk seperti setan,
molekul air tersebut rusak dan hancur. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman di
dalam Q.S Al-Anbiya ayat 30 :

ْ ‫ض َمبَّز َب َسرْقًب فَفَز َ ْق ََْٰ ُٖ ََب ۖ َٗ َج َع ْيَْب ٍَِِ ْٱى ََب ٓ ِء ُم َّو ش‬
ٍ‫ء‬َٚ َ ‫د َٗ ْٱْل َ ْس‬ َّ ‫أ َ َٗىَ ٌْ َي َش ٱىَّزِيَِ َمفَ ُش ٓٗ ۟ا أ َ َُّ ٱى‬
ِ َ٘ َٰ ََ َٰ ‫غ‬
ٍَُُِْ٘ ْ‫ ۖ أَفَ ََل يُؤ‬ٚ
ّ ٍ ‫َد‬

13
Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

2. Maurice Bucaille

Seorang peneliti yang meneliti jasad Fir‟aun yang lahir pada 19 Juli 1920 dan
merupakan ahli bedah asal Perancis. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
sisa garam pada mumi Fir‟aun disebabkan karena Fir‟aun yang mati tenggelam.
Hal tersebut sesuai yang dijelaskan didalam Al-Qur‟an surah Yunus ayat 92 :

Artinya : “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Maurice yang mengetahui hal tersebut dari seorang ilmuwan muslim kemudian
masuk Islam. Ia menyadari bahwa apa yang terkandung didalam Al-Qur‟an itu
benar adanya.

Dari penjelasan dan bukti-bukti kebesaran Allah yang telah dijelaskan di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa sains dan islam sangatlah berkaitan erat. Banyak para
ilmuwan yang mendapatkan pengetahuan baru bahkan hidayah dari Allah SWT untuk
masuk islam. Selain itu, banyak sekali ilmu pengetahuan yang dikembangkan lagi
setelah mempelajari Al-Qur‟an dan hadits. Maka dari itu, dalam mengembangkan suatu
teknologi haruslah berdasarkan kepada ajaran islam seperti yang terdapat di dalam Al-
Qur‟an dan hadits. Selain mendapatkan pengetahuan baru, tentunya ilmu yang kita
dapatkan menjadi berkah di mata Allah SWT.

14
BAB III

ISLAM DAN PENEGAKAN HUKUM

Pada era seperti saat ini, banyak kita temui kasus hukum yang tidak ditangani
secara adil. Banyak orang-orang yang sudah tidak perduli terhadap keadilan dan lebih
tertarik dengan materi. Orang-orang lemah yang tidak memiliki dukungan materi
ataupun jabatan yang tinggi menjadi tertindas akibat dari tidak keseimbangan hukum
yang terjadi. Sedangkan, orang-orang dengan jabatan tinggi dengan mudahnya terbebas
dari kasus hukum sebesar apapun kerugian yang dilakukan terhadap masyarakat bahkan
negara.

Di dalam agama Islam sangat menentang hal tersebut, karena hal itu tentunya
dapat mengakibatkan kerugian besar serta merupakan suatu dosa yang sangat besar
dimata Allah SWT. Islam selalu mengajarkan kita untuk berbuat adil dalam kondisi
apapun. Jika kita melakukan tindakan yang tidak adil maka sesungguhnya kita telah
melakukan suatu perbuatan yang merugi.

Allah sangat membenci orang-orang yang mengesampingkan keadilan demi


menuruti hawa nafsu. Padahal, Allah SWT telah menegaskan perintah berbuat keadilan
ini di dalam berbagai firman-Nya di dalam Al-Qur‟an, seperti Al-Qur‟an surah An-Nisa
ayat 135 :

ۚ َِ‫ أ َ ّْفُ ِغ ُن ٌْ أ َ ِٗ ْاى َ٘ا ِىذَي ِِْ َٗ ْاْل َ ْق َشثِي‬َٰٚ َ‫عي‬


َ ْ٘ َ‫ش َٖذَا َء ِ ََّّللِ َٗى‬ ِ ‫يَب أَيم َٖب اىَّزِيَِ آ ٍَُْ٘ا ُمُّ٘٘ا قَ َّ٘ ِاٍيَِ ثِ ْبى ِقغ‬
ُ ‫ْط‬
َّ َُّ ِ ‫ض٘ا فَئ‬
َُ‫َّللاَ َمب‬ ُ ‫ أ َ ُْ ر َ ْع ِذىُ٘ا ۚ َٗإِ ُْ ر َْي ُ٘ٗا أ َ ْٗ ر ُ ْع ِش‬َٰٙ َ٘ َٖ ‫ ثِ ِٖ ََب ۖ فَ ََل رَزَّجِعُ٘ا ْاى‬َٰٚ َ‫بَّللُ أ َ ْٗى‬ ً ‫غِْيًّب أ َ ْٗ فَ ِق‬
َّ َ‫يشا ف‬ َ ِْ ‫إِ ُْ يَ ُن‬
ً ِ‫ثِ ََب ر َ ْع ََيَُُ٘ َخج‬
‫يشا‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.”

15
Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam Islam tidak
memandang perbedaan agama, ataupun jabatan. Seperti ditegaskan dalam Al-Qur‟an
surah Asy-Syura ayat 15 :

ُ‫ة ۖ َٗأ ُ ٍِ ْشد‬ َّ ‫ع ۖ َٗا ْعز َ ِق ٌْ َم ََب أ ُ ٍِ ْشدَ ۖ َٗ ََل رَزَّجِ ْع أ َ ْٕ َ٘ا َء ُٕ ٌْ ۖ َٗقُ ْو آ ٍَ ْْذُ ثِ ََب أ َ ّْضَ َه‬
ٍ ‫َّللاُ ٍِ ِْ ِمز َب‬ ُ ‫فَ ِي َٰزَىِلَ فَب ْد‬
َّ ۖ ٌُ ‫َّللاُ َسثمَْب َٗ َسثم ُن ٌْ ۖ ىََْب أ َ ْع ََبىَُْب َٗىَ ُن ٌْ أ َ ْع ََبىُ ُن ٌْ ۖ ََل ُد َّجخَ ثَ ْيََْْب َٗثَ ْيَْ ُن‬
ِٔ ‫َّللاُ يَجْ ََ ُع ثَ ْيََْْب ۖ َٗ ِإىَ ْي‬ َّ ۖ ٌُ ‫ِْل َ ْع ِذ َه ثَ ْيَْ ُن‬
‫يش‬
ُ ‫ص‬ِ ََ ‫ْاى‬

Artinya : “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah
sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-
lah kembali (kita).”

Ayat lain yang menjelaskan pentingnya keadilan yaitu di dalam Al-Qur‟an surah
Al-Maidah ayat 42:

ٌْ ُٖ ْْ ‫ع‬ ْ ‫ع ْْ ُٖ ٌْ َٗ ِإ ُْ ر ُ ْع ِش‬
َ ‫ض‬ َ ‫ض‬ ْ ‫ذ فَئ ِ ُْ َجب ُءٗكَ فَبدْ ُن ٌْ ثَ ْيَْ ُٖ ٌْ أ َ ْٗ أَع ِْش‬ ِ ْ‫ة أ َ َّمبىَُُ٘ ِىيغمذ‬ ِ ‫ع ََّبعَُُ٘ ِى ْي َن ِز‬
َ
َِ‫ِطي‬ ِ ‫َّللاَ ي ُِذتم ْاى َُ ْقغ‬
َّ َُّ ِ‫ْط إ‬ ِ ‫ش ْيئًب َٗ ِإ ُْ َد َن َْذَ فَبدْ ُن ٌْ َث ْيَْ ُٖ ٌْ ِث ْبى ِقغ‬َ َ‫ض مشٗك‬ ُ ‫فَيَ ِْ َي‬

Artinya : “Mereka sangat suka mendengar berita bohong, lagi banyak memakan
(makanan) yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad
untuk meminta putusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari
mereka. Dan jika engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan
membahayakanmu sedikit pun, tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka), maka
putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (Q.S
Al-Maidah: 42).

Di dalam hadits riwayat Ibnu Majah juga dijelaskan betapa pentingnya berlaku
adil di dalam agama islam, yaitu:

“Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum


kalian adalah, apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan, tetapi bila ada

16
orang lemah dan miskin mencuri, mereka tegakkan hukuman kepadanya. Demi Allah,
andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR:
Ibnu Majah).

Begitu pentingnya berlaku adil sehingga Allah memperingatkan bagi orang-


orang beriman agar berbuat keadilan tidak dipengaruhi oleh rasa kebencian yang
dimiliki. Oleh sebab itu, hendaknya kita memegang teguh keadilan dalam menjalankan
prinsip hidup guna mencari ridha Allah SWT.

Imam Ali mengatakan mengatakan bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip


yang signifikan dalam memelihara keseimbangan masyarakat dan mendapat perhatian
publik. Penerapannya dapat menjamin kesehatan masyarakat dan membawa kedamaian
kepada jiwa mereka. Sebaliknya penindasan, kezaliman, dan diskriminasi tidak akan
dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan.

Menurut M. Natsir, hukum dan keadilan dalam islam adalah suatu penegasan,
terdapat undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanya berlaku dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang
maju dalam berjama‟ah (Society).

Lebih lanjut lagi, M. Natsir menjelaskan bahwa kestabilan hidup bermasyarakat


memerlukan tegaknya keadilan. Setiap sesuatu yang menyakiti atau melukai rasa
keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka dapat merusak kestabilan secara
keseluruhan. Menegakkan keadilan ditengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali
dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Di dalam hukum, semua orang
berkedudukan sama, tidak ada yang mendapatkan perlakuan istimewa berdasarkan
dengan jabatan atau harta kekayaan, mulai dari Presiden sampai dengan rakyat biasa
pun memiliki posisi yang sama di dalam hukum. Seperti yang dijelaskan di dalam
firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an surah

17
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Tentang keadilan hukum dan kesetaraan hukum di dalam Islam ini juga
dijelaskan di dalam sebuah hadits yaitu:

“Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum atasmu


seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama dijalankannya hukum
Allah SWT .” (H.R.Bukhari dari Anas).

Hukum dan keadilan tidak mungkin dapat tegak berdiri apabila konsep
kesamaan hukum diabaikan. Banyak orang-orang yang mulai melenceng terhadap apa
yang di ajarkan di dalam agama Islam, seperti banyaknya orang-orang yang memiliki
posisi rendah tertindas oleh orang yang memiliki posisi jauh lebih tinggi akibat dari
tergiur atas imbalan yang akan didapatkan dengan cara mengesampingkan hukum islam
yang sesuai dengan ketetapan dari Allah SWT.

Perbedaan pandangan di dalam hukum harus segera diatasi, jangan sampai sikap
membeda-bedakan terus berjalan dan menindas kaum yang lemah. Lebih jauh kesamaan
di dalam hukum itu dijabarkan Rachman di bukunya yaitu “Political Science and
Government dalam Ramly” dan Hutabarat di bukunya “Hukum dan Demokrasi (1999)”
yaitu:

a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)

b. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil

c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan


pekerjaan

d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.

18
Tujuan kita menegakkan keadilan di dalam agama Islam yaitu untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Allah pasti akan
memberikan pahala besar kepada orang-orang yang teguh terhadap keadilan. Adapun
tujuan hukum Islam menurut tokoh Islam yaitu Abu Ishaq Al-Shatibi, yaitu:

1. Agama, merupakan tujuan hukum islam yang pertama, karena merupakan


pedoman hidup bagi manusia itu sendiri.

2. Akal, merupakan hal yang paling penting dalam penegakkan hukum di dalam
islam. Sebab, orang yang memiliki akal pasti akan dapat berfikir tentang Allah
SWT, alam semesta, orang lain, dan tentunya hidupnya sendiri.

َ‫ْط َٗأ َ ّْضَ ْىَْب ْاى َذذِيذ‬ِ ‫بط ِث ْبى ِقغ‬


ُ َّْ‫ً٘ اى‬َ ُ‫َبة َٗ ْاى َِيضَ اَُ ِىيَق‬
َ ‫د َٗأ َ ّْضَ ْىَْب ٍَ َع ُٖ ٌُ ْاى ِنز‬ِ ‫عيََْب ِث ْبىجَيَِّْب‬
ُ ‫ع ْيَْب ُس‬
َ ‫ىَقَ ْذ أ َ ْس‬
ٌ ‫ع ِض‬
‫يض‬ َ ٛ ٌّ ِ٘ َ‫َّللاَ ق‬ ِ ‫عئَُ ِث ْبىغَ ْي‬
َّ َُّ ‫ت ِإ‬ ُ ‫ص ُشُٓ َٗ ُس‬ َّ ٌَ َ‫بط َٗ ِىيَ ْعي‬
ُ ْْ َ‫َّللاُ ٍَ ِْ ي‬ ِ َّْ‫شذِيذٌ َٗ ٍََْبفِ ُع ِىي‬َ ‫ط‬ ٌ ْ ‫فِي ِٔ ثَأ‬

Artinya : “Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti


yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang memiliki kekuatan, hebat
dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S Al-Hadid: 25).

Maka dari itu, hendaklah kita sebagai manusia yang tunduk terhadap perintah
Allah. Karena sesungguhnya jika kita menjalankan perintah Allah, maka itu baik untuk
diri kita sendiri dan sudah pasti mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT.
Sebaliknya, jika kita mengerjakan keburukan seperti tidak berlaku adil, maka hal
tersebut dapat mendatangkan kemudharatan bagi diri kita sendiri.

19
BAB IV

KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR

Menurut kamus bahasa Arab arti kata dari amar adalah memerintahkan,
sedangkan Ma‟ruf artinya adalah kebajikan. Kemudian Nahi artinya melarang atau
mencegah dan Munkar artinya adalah keji. Maka, arti dari amar ma‟ruf nahi munkar
yaitu mengajak atau memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari mengajak
kepada perbuatan keji atau keburukan. Sedangkan di dalam syari‟at islam, artinya
mengajak kepada hal-hal yang dipandang baik oleh agama dan mencegah diri dari hal-
hal yang tidak baik atau buruk bagi diri sendiri maupun orang lain di dalam syari‟at.

Sedangkan menurut Imam Ghazali, amar ma‟ruf nahi munkar adalah dua
perkara yang disebut dengan ushuluddin, dengan kedua perkara tersebut terwujudlah
tujuan dari keputusan nabi-nabi. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an surah Ali-
Imran ayat 104:

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S Ali-Imran :104).

Diriwayatkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq RA, berkata dalam khutbah yang
disampaikannya, sesesungguhnya kalian membaca ayat ini dan kalian termasuk
mentakwilkanya, yaitu surat al-Maidah ayat 105 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.

20
Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maidah :105).

Di dalam Al-Qur‟an sendiri sudah banyak ayat yang menjelaskan tentang hal-hal
yang boleh dan tidak boleh kita lakukan sebagai orang muslim. Di dalam al-Qur‟an
terdapat sejumlah ayat yang memerintahkan yang ma‟ruf dan melarang mengerjakan
yang munkar. Di dalam al-Qur‟an ditemukan sebanyak 71 kali kata ma‟ruf dengan
seluruh kata derivasinya,3 dan kata munkar dengan berbagai bentuk kata derivasinya
ditemukan sebanyak 37 kali.4 Dari kata-kata tersebut, yang dirangkai dengan sebutan
amar ma‟ruf dan nahi munkar ditemukan sebanyak delapan kali di beberapa surat dan
ayat, yang di dalam masyarakat Islam dikenal dan sudah cukup populer dengan istilah
amar ma‟ruf nahi munkar.

Menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar merupakan suatu kewajiban yang bagus,
karena menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar merupakan bagian dari upaya
menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat manusia. Tujuan utama
dari amar ma‟ruf nahi munkar ini adalah untuk menjauhkan setiap hal negatif di tengah
masyarakat sebelum menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.

Amar ma‟ruf nahi mungkar harus dijadikan sebagai prinsip bagi setiap muslim,
karena semangat ini yang akan menjadi kontrol dalam mewujudkan terciptanya
masyarakat yang beradab dan sesuai dengan ajaran islam. Demikian pentingnya,
sehingga banyak sekali ayat-ayat alquran yang berbicara tentang amar ma‟ruf nahi
mungkar. Seperti ayat-ayat berikut ini:

1. Al-Qur‟an surah At-Taubah ayat 71

Artinya : “Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian dari


mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang
makruf dan mencegah dari yang mungkar, menegakkan shalat, menunaikan zakat, serta

21
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S At-Taubah: 71).

2. Al-Qur‟an surah Al-Qasas ayat 86-87

Artinya : “Dan engkau (Muhammad) tidak pernah berharap agar Kitab (Al-
Qur‟an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu,
sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir, (86)
dan jangan sampai mereka menghalang-halangi engkau untuk (menyampaikan) ayat-
ayat Allah setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah (manusia) agar
(beriman) kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk orang-orang musyrik.
(87).” (Q.S Al-Qasas: 86-87).

3. Al-Qur‟an surah Al-Ankabut ayat 46

Artinya : “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara
yang baik, kecuali terhadap orang-orang yang dzalim di antara mereka, dan katakanlah,
”Kami beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu, Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu, dan hanya kepada-Nya lah kami
berserah diri.” (Q.S Al-Ankabut: 46).

4. Al-Qur‟an surah Al-A‟raf ayat 157

22
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-
A‟raf: 157)

Untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar juga diperlukan beberapa tahapan
agar apa yang dilakukan tidak menimbulkan salah paham. Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:

Artinya: ““Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya


ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya.
Orang yang tidak mampu _dengan lisannya_, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini
adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

Maksud dari hadits di atas bukanlah seperti yang banyak disalahpahami oleh
orang-orang yang beranggapan bahwa kalau mampu menghilangkan dengan tangan
maka harus langsung dengan tangan. Anggapan seperti ini salah besar dan bertentangan
dengan nilai yang ada di dalam agama Islam. Akan tetapi pemahaman yang benar dari
hadits di atas adalah, seseorang yang melihat kemunkaran dan ia mampu
menghilangkan dengan tangan, maka ia tidak boleh berhenti dengan lisan jika
kemungkaran tidak berhenti dengan lisan, dan orang yang mampu dengan lisan, maka ia
tidak boleh berhenti hanya dengan hati.

23
Dalam proses amar ma‟ruf nahi munkar, tetap harus mendahulukan tindakan
yang paling ringan sebelum bertindak yang lebih berat. Syekh Abdul Hamid asy-
Syarwani berkata di dalam kitabnya:

“Wajib bagi orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar untuk bertindak
yang paling ringan dulu kemudian yang agak berat. Sehingga, ketika kemungkaran
sudah bisa hilang dengan ucapan yang halus, maka tidak boleh dengan ucapan yang
kasar, dan begitu seterusnya.”

Selain itu, dalam melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, seseorang harus lebih
arif dan bijak, Sayyid Abdullah ibn Husain ibn Tohir berkata:

“Bagi orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar harus bersikap lembut
dan belas kasih kepada manusia, ia harus bertindak pada mereka dengan bertahap.
Ketika ia melihat mereka meninggalkan beberapa kewajiban, maka hendaknya ia
memerintahkan pada mereka dengan perkara wajib yang paling penting kemudian
perkara yang agak penting. Kemudian ketika mereka telah melaksanakan apa yang ia
perintahkan, maka ia berpindah pada perkara wajib lainnya. Hendaknya ia
memerintahkan pada mereka dan menakut-nakuti mereka dengan lembut dan belas
kasih... begitu juga ketika mereka melakukan larangan-larangan agama yang banyak
dan mereka tidak bisa meninggalkan semuanya, maka hendaknya ia berbicara kepada
mereka di dalam sebagiannya saja hingga mereka menghentikannya kemudian baru
berbicara sebagian yang lain, begitu seterusnya.”

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa pentingnya kita mengikuti perintah
amar ma‟ruf nahi munkar adalah untuk menciptakan kedamaian. Jika kita
melaksanakan perintah Allah, maka Allah akan menambahkan pahala yang kita
dapatkan. Sedangkan, jika kita mengerjakan larangan Allah, maka tentu saja kita tidak
akan mendapatkan ridha dari Allah SWT.

24
BAB V

FITNAH AKHIR ZAMAN

Di dalam agama Islam, yakni pada rukun iman yang kelima, sudah dijelaskan
bahwa kita harus mengimani akan datangnya hari akhir. Hari akhir yaitu hari dimana
seluruh alam semesta dan isinya akan hancur, tidak ada satu makhluk pun yang akan
selamat. Tidak ada yang mengetahui kapan persisnya hari akhir itu akan tiba kecuali
Allah SWT, bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak mengetahui kapan tibanya hari
akhir tersebut. Untuk itu, yang harus kita ketahui adalah tanda-tanda akan tibanya hari
akhir tersebut. Allah SWT berfirman di dalan Al-Qur‟an surah Al-Hajj ayat 7:

Artinya : “Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan
padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Q.S
Al-Hajj: 7).

Selain itu, Allah juga berfirman di dalam Al-Qur‟an surah Al-A‟raf ayat 187:

Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"


Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu
amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak
akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya
pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (Q.S Al-A‟raf: 187).

25
Ciri-ciri akhir zaman yang terdapat di dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
yaitu:

“Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri


kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, „Apa yang kalian
bicarakan?‟ Kami menjawab, „Kami membicarakan kiamat.‟ Ia bersabda, „Kiamat
tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.‟ Rasulullah
menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya
Isa bin Maryam AS, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat
dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman
menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka.” (Lihat Abul Husain Muslim
bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi, Al-Jāmi‟us Ṣaḥīḥ, [Beirut, Dārul Afaq Al-Jadidah:
tanpa tahun], juz VIII, halaman 178).

Di dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW memberikan beberapa tanda atau ciri-
ciri datangnya hari akhir, yaitu:

1. Munculnya kabut (dukhan).


2. Munculnya Dajjal
3. Munculnya Dabbah Keempat
4. Terbitnya matahari dari barat
5. Keluarnya Ya‟juj dan Ma‟juj Keenam
6. Munculnya Isa bin Maryam
7. Adanya tiga gerhana di timur
8. Adanya gerhana di barat
9. Adannya gerhana di jazirah Arab
10. Adanya api yang muncul dari Yaman kemudian menggiring manusia menuju tempat
berkumpul.
Semakin dekat hari akhir, maka semakin besar pula fitnah atau ujian yang
menimpa umat manusia. Seperti semakin banyaknya kemaksiatan yang merajalela.
Banyak orang yang sudah tidak memikirkan akhirat dan lebih senang dengan
kenikmatan dunia yang hanya bersifat sementara.
Pada masa sekarang ini, banyak sekali bahaya akhir zaman yang mengintai kita.
Maka, sudah sepatutnya kita lebih mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu bahaya

26
yang mengintai yaitu adanya fitnah akhir zaman. Fitnah secara bahasa dapat bermakna
ujian, cobaan, bala‟, bencana, dan siksaan. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an
surah Thaha ayat 123-126:

Artinya : “Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang


mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah
ia, “Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal
aku dahulunya adalah seorang yang melihat ?” Allâh berfirman, “Demikianlah, telah
datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari
ini kamupun dilupakan.” (Q.S Thaha: 123-126).

Diantara fitnah atau ujian tersebut, salah-satunya adalah ujian harta.


Diriwayatkan dari Ka‟ab bin „Iyadh Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, “Aku pernah
mendengar Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :

Artinya : “Sesungguhnya masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi
umatku adalah harta.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya).

Rasulullah SAW juga bersabda:

Artinya : “Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian,
namun yang saya khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana
pernah diberikan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana

27
mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka.”
(HR. Bukhâri dan Muslim).

Terdapat 3 fitnah yang akan mengepung umat muslim pada akhir zaman yaitu:

1. Fitnah Ahlas

Fitnah pertama yang mengepung umat muslim yakni fitnah peperangan dan
pembantaian antara sesama umat muslim. Sering kali kita temukan pada saat ini
kasus pembunuhan yang terjadi antara sesama umat muslim. Hal itu terjadi
akibat dari perebutan harta hingga karena melakukan perbuatan zina. Sedangkan,
pada zaman dahulu peristiwa pembunuhan antara sesama umat muslim terjadi
dari pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW yaitu, bahwa sekali pedang seorang mukmin tertancap pada
tubuh seorang mukmin lainnya maka itu akan sangat sukar diangkat.

2. Fitnah Sarra‟

Fitnah besar kedua yang mengepung umat muslim adalah fitnah Sarra‟, yaitu
fitnah yang menyangkut harta dan kesenangan dunia. Banyak orang yang rela
melakukan apapun demi mendapatkan harta. Sudah banyak kasus criminal yang
terjadi pada zaman sekarang yang disebabkan karena harta duniawi. Fitnah yang
demikian ini menimpa umat muslimin sejak berkuasanya Dinasti Umayyah dan
puncaknya terjadi ketika industri minyak ditemukan.

3. Fitnah Duhaima‟

Fitnah terakhir yang mengepung umat muslim di dunia saat ini yakni fitnah
duhaima‟. Fitnah tersebut berupa fitnah aliran sesat dan pemikiran menyimpang.
Banyak orang pada masa sekarang ini yang pergi untuk mencari ramalan
terhadap hidup mereka di masa depan, padahal hal tersebut adalah perbuatan
dosa besar yakni menyekutukan Allah dan tidak percaya atas ketetapan yang
Allah berikan. Banyak media yang menyebarkan tentang ramalan berdasarkan
zodiak atau tanggal lahir yang nyatanya itu adalah perbuatan yang sesat.
Semakin banyaknya media yang menyebarkan hal tersebut membuktikan bahwa
pada zaman sekarang orang-orang lebih percaya terhadap ramalan yang

28
diberikan oleh manusia yang belum tentu kebenarannya dan sudah pasti
perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang menyekutukan Allah SWT. Fitnah
yang satu ini banyak kita temukan di sekitar lingkungan tempat tinggal. Saat ini
pemikiran sekulerisme, pluralisme dan libralisme dan sebagainya berkembang
dengan sangat pesat.

Selain itu, terdapat juga fitnah terbesar yang akan menghampiri umat manusia,
yakni fitnah dajjal. Dari hadits yang bersumber dari An-Nawwas bin Sam'an Al-Killabi
Rasulullah SAW bersabda:

“Jika Dajjal keluar, dan aku masih bersama kalian, maka akulah yang akan
melindungi kalian darinya. Namun, jika ia keluar dan aku tidak lagi bersama kalian,
maka setiap orang harus bisa melindungi dirinya sendiri. Allah adalah pelindung bagiku
dan setiap Muslim. Barang siapa dari kalian berjumpa dengannya, hendaklah ia bacakan
awal surah al-Kahfi. Sebab, itu akan melindungi kalian dari fitnahnya."

Sungguh besar akibat dari fitnah dajjal ini, jika kita tidak mendekatkan diri
kepada Allah, maka fitnah dajjal akan sangat mudah mempengaruhi kita. Maka kita
disunnahkan untuk membaca surah Al-Kahfi untuk menghindari fitnah dajjal tersebut.
Begitu dasyatnya akibat dari fitnah dajjal ini yaitu seluruh umat muslim akan terpecah
belah akibat fitnah ini. Terjadi banyaknya kemaksiatan serta pembunuhan dimana-
mana. Banyak orang yang akan terpecah-belah dan akan saling membunuh akibat dari
terpengaruh dari fitnah dajjal bahkan antar sesame saudara.

Maka dari itu, perbanyaklah amal ibadah dengan cara selalu mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Hindari perbuatan-perbuatan maksiat atau perbuatan yang mampu
membuat Allah murka. Selalu berpegang teguh kepada Al-Qur‟an dan sunnah
Rasulullah SAW agar senantiasa selamat di dunia maupun di akhirat.

29
DAFTAR PUSTAKA

https://islam.nu.or.id/post/read/84166/memahami-amar-maruf-nahi-munkar-
secara-benar

Kumpulan Ayat-Ayat Alquran Tentang Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar


(mutiaraislam.net)

https://almanhaj.or.id/3693-mewaspadai-fitnah-ujian-di-zaman-modern.html

Waspadai Fitnah Dajjal | Republika Online

https://m.merdeka.com/jateng/10-tanda-tanda-kiamat-menurut-rasulullah-saw-
yang-perlu-diketahui-kln.html

https://www.islampos.com/fitnah-akhir-zaman-seperti-malam-gelap-gulita-142928/

https://www.islampos.com/3-fitnah-yang-mengepung-umat-muslim-171667/

https://www.nasehatquran.com/2018/07/pengertian-iman-kepada-allah.html?m=1

https://www.alkhoirmoslemwear.com/pengertian-islam-menurut-bahasa-arab-quran-
hadits-dan-ulama/

https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-ihsan-dalam-islam.html?m=1

https://muslim.or.id/425-islam-iman-ihsan.html

https://www.google.com/amp/s/galamedia.pikiran-rakyat.com/humaniora/amp/pr-
35705657/ini-dia-penjelasan-islam-iman-dan-ihsan-sebagai-perwujudan-dari-agama

Fakhri, Jamal. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Implikasinya dalam
Pembelajaran, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

Basri, Helmi. Relevansi antara Hadits dan Sains Kaedah dan Aplikasinya dalam
Bingkai I’Jaz Ilmi, UIN Sultan Syaif Kasim Riau.

Sumarna, Elan. Kaitan Antara Islam, Iman, dan Ihsan.

30
Hadi, Nur. Islam, Iman, dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba’in An-Nawawi:
Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadits Nabi
Muhammad SAW. Riau : STAI Al-Azhar.

Ahmad, Rais, M. Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam.


Bogor: UIKA.

Sari, Mustika, Restiana. Setiadi, Yudi. Keselarasan Islam dan Sains.

Syeikh, Karim, Abdul. Rekontruksi Makna dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf
dan Nahi Munkar Berdasarkan Al-Qu’an. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

31

Anda mungkin juga menyukai