Anda di halaman 1dari 11

Nama : Resta Intan Maharani Lomanto

NIM : 1757201007
Prodi : Sistem Informasi
BAB I
Pendahuluan Pemerintah yang terbuka (Open Government) dan Pelayanan
Publik ke Depan

Mengapa Open Government?


Hampir disemua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan pentingnya
teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan oleh
organisasi yang ingin menang dalam persaingan termasuk orgasisasi publik.
Paradigma lain yang tak kalah penting dalam mendorong implementasi egovernment
adalah mengenai keterbukaan pemerintahan.
Apa pemerintahan yang terbuka? Dalam arti yang paling dasar, itu gagasan
bahwa orang-orang memiliki hak untuk mengakses dokumen dan proses
pemerintahan. Pemerintahan yang terbuka juga berarti meningkatkan komunikasi dan
operasi dalam berbagai cabang dan tingkat pemerintahan. Aktivitas berbagi atau
sharing secara internal diyakini dapat menyebabkan efisiensi dan akuntabilitas yang
lebih besar.
Sejalan dengan hal di atas, Open Government Indonesia (OGI) hadir sebagai
suatu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat Indonesia. OGI ada untuk mendorong
terciptanya pemerintahan yang lebih transparan dan masyarakat yang lebih
partisipatif. Dengan adanya gerakan bersama ini, pelayanan yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan sehari-hari, seperti pendidikan, kesehatan, dan
transportasi, diharapkan dapat menjadi lebih baik. Akuntabilitas anggaran, yang
notabene berasal dari uang rakyat, juga diupayakan agar menjadi lebih jelas
pertanggungjawabannya. Perubahan itu begitu dekat, sehingga mau tidak mau semua
komponen harus mendukung dan bergabung (OpenGov).
Oleh karena itu, adalah tepat, bahkan mendesak, bahwa transparansi dan
pengungkapan melatih wawasan mereka pada semua ancaman ini: mereka yang
berasal dari organisasi ekonomi dan kemasyarakatan serta mereka yang berasal dari
pemerintah. Mereka harus membangun pelajaran sejalan dengan berkembangnya
ketersedian jaringan TIK, aspek sosial untuk menciptakan responsif, berkembang dan
bersemangat dalam platform transparansi.
BAB II

Prinsip-prinsip E-Government

Visi e-government adalah tinjauan berdasarkan komponen seperti jaringan


broadband, berbagi informasi, sistem dokumen elektronik dan situs portal
pemerintah. Gambaran pada komponen egovernment diikuti dengan diskusi tentang
bagaimana kemajuan e-government langkah demi langkah. Akhirnya berbagi
informasi dan portal pemerintah terpilih sebagai elemen penilaian e-government
untuk mengartikulasikan prinsip-prinsip e-government, dan untuk menunjukkan
isuisu kebijakan yang muncul dalam pelaksanaannya.
a. Revolusi Teknologi Informasi dan Evolusi Masyarakat Informasi
Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi telah memiliki pengaruh
pada setiap aspek masyarakat. Seperti layanan sektor publik, dalam e-
marketplace, layanan e-learning, koran internet, dan layanan penyiaran, sulit
untuk menemukan bidang yang tidak terpengaruh oleh teknologi informasi.
Fenomena ini disebut Revolusi Informasi atau Technology Revolusy dapat
dibandingkan dengan Revolusi Industri di akhir abad 18 dan awal abad 19.
Sebuah masyarakat yang berubah, sebagai hasil dari difusi dengan aplikasi
komputer dan teknologi komunikasi, disebut masyarakat informasi.
b. Penyebaran Revolusi Teknologi Informasi
Mata revolusi teknologi informasi adalah internet. Dilihat dari sudut ini,
revolusi informasi disebut revolusi Internet. Internet mempengaruhi setiap aspek
masyarakat termasuk bisnis dan pelayanan publik. Munculnya pelayanan
pemerintah kepada masyarakat bisnis dan global sedang dibentuk ulang oleh
Internet. Internet juga menciptakan peluang baru di wilayah politik seperti
pemilu Internet untuk mengumpulkan opini publik, kampanye pemilu, dan
partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan menggunakan internet. Sebagai
sarana untuk demokrasi langsung, Internet memainkan peranan utama dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Menghadapi Tantangan Pemerintah di Era Internet
Revolusi informasi telah memiliki pengaruh pada setiap aspek
masyarakat dan di lingkungan pemerintah juga. Hal ini diakui bahwa komputer
dan teknologi berbasis web secara efektif dapat memecahkan berbagai masalah
pemerintahan yang ada daripada cara lain. Dengan latar belakang pemahaman
seperti itu, ada terletak pada fitur teknologi pengolahan data yang cepat,
memungkinkan komunikasi informasi melampaui batas waktu, ruang, dan
beberapa perubahan lingkungan yang membutuhkan fitur tersebut.
d. e-Government: Konsep Baru dari Administrasi Publik
Konsep e-government adalah untuk melayani warga melalui pelayanan
publik yang sangat maju yang tidak mungkin dalam pemerintahan yang
sebelumnya. Dalam keadaan ini e-government secara efektif membuat reformasi
di organisasi pemerintah dan penyampaian layanan melalui teknologi informasi.
Hal ini penting untuk mengamankan efisiensi administrasi secara maksimum dan
mengembangkan interface dalam memberikan informasi dan berbagai pelayanan
publik kapan saja dan di mana saja.
e. Pemerintah dan Teknologi
Potensi teknologi baru dalam mengubah cara pemerintah beroperasi
semakin diakui. Penggunaan teknologi informasi (TI) oleh pemerintah sekarang
lebih mapan, menjadi bagian integral dari bagaimana pemerintah melakukan
bisnis. Memotong TI di semua sektor pemerintahan untuk membawa efisiensi dan
kesempatan yang lebih besar dari semua layanan kesejahteraan sosial untuk
tenaga kerja dan perdagangan, dan dari partisipasi masyarakat menuju demokrasi.
Sebuah visi yang jelas, didorong oleh penggunaan dari Internet yang lebih
berkembang menunjukkan bahwa hal itu bisa memberikan Korea keunggulan
kompetitif utama dalam ekonomi global.
f. Visi untuk e-Government
Proses kerja internal dan harapan warga dengan berbagai tingkat
pemerintahan menjadi lebih tergantung pada teknologi informasi dan komunikasi
membentuk e-government. Visi e-government adalah untuk membentuk
kerangka TI menjadi faktor kunci dalam keberhasilan transisi ke pemerintah
yang jelas, transparan, dan efisien.
g. Munculnya Tahapan e-Government
E-government mencakup empat elemen, proses kerja internal, pelayanan
kepada masyarakat, informasi manajemen sumber daya, dan pembaharuan hukum.
Jadi model evolusi e-government merupakan empat cakupan hal tersebut secara
selaras. Meskipun bentuk e-government telah berkembang lebih jauh, tidak ada
kesepakatan tentang cara mendefinisikan bagaimana ia telah muncul langkah
demi langkah.
h. Berbagi Informasi dan Portal Pemerintah
Komponen e-government termasuk membangun database administrasi,
berbagi informasi, interchanging dokumen elektronik, membangun jaringan
informasi administrasi, aplikasi layanan online, dan pemberian layanan.
Komponen-komponen ini ditunjukkan pada visi egovernment. Komponen inti
dapat dikurangi ke berbagi informasi dan Portal pemerintah. Berbagi informasi
memungkinkan proses administrasi untuk diintegrasikan, sehingga pemerintah
muncul sebagai satu kesatuan. Warga dapat mengurangi jumlah perjalanan ke
kantorkantor pemerintah serta sejumlah dokumen verifikasi untuk menyerahkan
saat melamar layanan tertentu.
BAB III
MODEL E-GOVERNMENT

Sebuah model kematangan portal e-government adalah seperangkat tahapan


(dari dasar sampai yang canggih) yang menentukan kematangan dari portal
egovernment. Concha dkk. (2012) membagi model kematangan e-government
dalam tiga jenis berikut:
1. Model Pemerintah: model-model yang dikembangkan oleh pemerintah, konsultan
dan akademisi untuk membantu lembaga mengidentifikasi dan meningkatkan
tingkat kematangan e-government.
2. Model Pendekatan Holistik: model-model yang dirancang untuk diterapkan
dalam proyek pembangunan pelayanan publik untuk membantu lembaga
mengidentifikasi apakah sebuah proyek egovernment akan berhasil atau tidak.
3. Model Evolusi Kematangan E-government: model-model ini fokus pada evolusi
langkah-langkah berurutan dalam pemanfaatan e-government, misalnya dari
belum matang menjadi lebih matang di dalam pemanfaatan e-government
dengan peningkatan kualitas.

Model e-Government (Kim, 2003)


Model e-government telah berkembang melalui empat langkah: birokrasi,
manajemen informasi, partisipasi warga, dan pemerintahan. Keragaman dan
kedewasaan sosial adalah faktor yang signifikan untuk meningkatkan e-government.
Oleh karena itu e-government adalah teknologi, melainkan salah satu dari masyarakat,
budaya, dan politik. Berikut adalah empat model e-government menurut Kim (2003).
1. Model birokrasi, memiliki tujuan kebijakan utama yang berfokus pada fungsi
administrasi yang efisien dalam struktur pemerintahan dan sektor individu.
2. Model manajemen informasi adalah hubungan antara pemerintah dan warga
dalam hal pelayanan publik elektronik. Namun, masih terdapat input yang tidak
signifikan terhadap keputusan kebijakan, karena partisipasi warga negara dalam
masyarakat sipil telah melemah.
3. Model partisipasi warga memiliki keterlibatan warga yang positif dan kuat dalam
keputusan kebijakan melalui interaksi dua arah. Model mencoba untuk
menekankan demokrasi dan transparansi dengan menggunakan teknologi
informasi.
4. Model tata kelola menjelaskan bahwa berbagai kelompok sipil dan warga negara
secara aktif berpartisipasi dalam semua proses pengambilan keputusan kebijakan
dan mengekspresikan pendapat mereka melalui Internet. Semua kegiatan politik
dan administrasi memiliki tempat di bidang e-government.

Model Interaksi pada Implementasi e-Government


Banyak lembaga pemerintah telah memanfaatkan revolusi digital dan
menyediakan berbagai layanan pemerintah dan layanan informasi publik secara
online untuk para stakeholder e-government. Stakeholder tersebut meliputi:
Masyarakat, Kalangan bisnis, Pegawai pemerintah, Lembaga, departemen,
kementerian pemerintah, Pemimpin perserikatan, Pemimpin masyarakat, organisasi
nirlaba, Politikus, Investor Asing, dan lain-lain. Model e-government berdasarkan
jenis interaksi antar stakeholder. Ada delapan model atau jenis egovernment:
1. Pemerintah ke masyarakat (G2C): Penyampaian layanan publik dan informasi satu
arah oleh pemerintah ke masyarakat.
2. Masyarakat ke pemerintah (C2G): Memungkinkan pertukaran informasi dan
komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
3. Pemerintah ke bisnis (G2B): transaksi-transaksi elektronik di mana pemerintah
menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk
bertransaksi dengan pemerintah.
4. Bisnis ke pemerintah (B2G): Mengarah kepada pemasaran produk dan jasa ke
pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien; peningkatan proses
bisnis dan manajemen data elektronik.
5. Pemerintah ke pegawai (G2E): Terdiri dari inisiatifinisiatif yang memfasilitasi
manajemen pelayanan dan komunikasi internal dengan pegawai pemerintahan.
6. Pemerintah ke pemerintah (G2G): Memungkinkan komunikasi dan pertukaran
informasi online antar departemen atau lembaga pemerintahan melalui basisdata
terintegrasisehingga berdampak pada efisiensi dan efektivitas.
7. Pemerintah ke organisasi nirlaba (G2N): Pemerintah menyediakan informasi bagi
organisasi nirlaba, partai politik, atau organisasi sosial.
8. Organisasi nirlaba ke pemerintah (N2G): Memungkinkan pertukaran informasi
dan komunikasi antara pemerintah dan organisasi nirlaba, partai politik dan
organisasi sosial.
BAB V
MANFAAT E-GOVERNMENT BAGI STAKEHOLDER

Ada tiga stakeholder yang secara luas akan dipengaruhi oleh diterapkannya
e-government yaitu masyaratkan/warga, pelaku bisnis yang mengakses layanan,
lembaga yang memberikan layanan dan para staf. Dampak positif ini tentu dapat
dianggap sebagai suatu keuntungan.
e-Government membantu dalam mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat/warga dan pelaku bisnis untuk memperoleh layanan dari instansi
pemerintah. Warga masyarakat hanya menghabiskan sedikit usaha untuk mencari
tahu bagaimana layanan dapat diperoleh karena informasi tersebut tersedia di situs
web (aturan penerbitan dan prosedur). Layanan dapat diakses dari rumah/kantor atau
dikirim ke pusat lokasi layanan. Warga masyarakat memiliki dokumentasi yang
lebih baik untuk tindak lanjutnya. Waktu proses yang cepat mengurangi total waktu
transaksi dan mengurangi waktu tunggu. Ini juga melibatkan lebih sedikit kunjungan
ke pusat-pusat layanan pemerintah. Meningkatkan layanan ke warga masyarakat
membantu meningkatkan produktivitas dengan mengurangi waktu yang terbuang
diperjalanan, berdiri di antrian dan mencari informasi.
BAB IV
DAMPAK E-GOVERNMENT BAGI KETERBUKAAN DAN PEMBERANTASAN
KORUPSI

e-Government : Keterbukaan Pemerintah di Era Digital


Secara umum, implementasi e-government diyakini akan memperbaiki
kinerja pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia
menunjukkan rendahnya kualitas manejemen pemerintahan Indonesia. Oleh karena
itu, diperlukan suatu menejemen yang sangat menonjolkan transparansi, sebagai
salah satu faktor penting untuk menghilangkan KKN di pemerintahan. Transparansi
dapat diciptakan dengan sistem pengelolaan pemerintahan secara elektronik atau
electronic government.
Aplikasi e-Government telah menunjukkan dampak berarti pada tujuan reformasi
pemerintahan dan sektor publik sebagaimana tabel berikut :
Tabel Tujuan Reformasi Sektor Publik melalui eGovernment.

Tujuan Reformasi Ukuran Pencapaian Tujuan


Tata Kelola (Measure Of Achievement Of Goals)
(Governance
Reform Goals )
Meningkatkan transparansi Warga dapat mengakses dan memahami peraturan dan
prosedur pemerintah untuk mendapatkan layanan.
Pengungkapan aset publik, anggaran pemerintah dan
pengadaan informasi.

Warga dapat mengakses keputusan PNS.


Mengurangi korupsi Proporsi transaksi yang memerlukan pembayaran suap.
administrasi Jumlah suap yang dibayarkan langsung kepada PNS atau
melalui agen.
Meningkatkan Mengurangi biaya mengakses layanan.
Pelayanan Meningkatkan kualitas dan kenyamanan.
Meningkatkan cakupan geografis untuk mencapai
segmen yang lebih besar dari populasi.
Pemberdayaan Memberikan saluran untuk umpan balik dan konsultasi.
Membuat pemerintah lebih akuntabel.
Mengurangi kekuatan broker perantara (mafia).
BAB V
IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI INDONESIA

Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah
otonom berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi
dan informasi. Inefisiensi dalam administrasi pemerintah dapat ditemukan dengan
keberadaan basisdata nasional yang terpisah-pisah, seperti basis data kependudukan,
pertanahan, kendaraan bermotor, dan pajak. Dalam sistem ini, pemerintah
menyediakan berbagai layanan, meliputi penerbitan berbagai surat/izin, konsultasi,
pemrosesan petisi masyarakat, pembayaran elektronik, dan penyebaran informasi
pemerintah.

Infrastruktur
Secara faktual sebagian besar kantor pemerintah daerah sudah memiliki
koneksi LAN dan sebagian kecil yang telah memiliki koneksi WAN. Meskipun
sudah memiliki koneksi LAN di kantor pemerintah daerah, tetapi pertukaran data
melalui komunikasi data belumlah banyak dilakukan, mengingat ketiadaan data dan
informasi yang diharapkan karena masih rendahnya konsepsi basis datanya. Hal ini
disebabkan karena kultur mendokumentasikan belum lazim. Bahkan arsip atau
dokumen pribadi belum terkelola dengan baik, sehingga ini juga menjadi hambatan
dalam integrasi dan pertukaran data.
Dalam hal koneksi ke internet Instansi pemerintah di daerah secara sekilas
kadang tidak mempunyai pilihan yang terlalu banyak untuk dapat melakukan koneksi
ke Internet, mengingat di beberapa daerah hanya tersedia sedikit provider internet
sehingga sering ditemui pemda yang hanya bergantung pada satu provider saja tanpa
ada pilihan lain. Poin di atas tentunya memiliki keterkaitan terbatasnya tempat akses
informasi.

Hambatan implementasi e-Government di Indonesia


Dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan Kementrian Komunikasi
yang menyimpulkan bahwa mayoritas situs pemerintah pusat dan pemerintah daerah
masih berada pada tingkat persiapan, apabila ditinjau dari sejumlah aspek,
diantaranya :
a. E-Leadership. Prioritas dan inisiatif negara di dalam mengantisipasi dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi;
b. Infrastruktur Jaringan Informasi. Kondisi infrastruktur telekomunikasi serta akses,
kualitas, lingkup dan biaya jasa akses;
c. Pengelolaan Informasi. Kualitas dan keamanan pengelolaan informasi;
d. Lingkungan Bisnis. Kondisi pasar, sistem perdagangan, dan regulasi yang
membentuk konteks perkembangan bisnis teknologi informasi; dan
e. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia.

Kelemahan Pembentukan E-governent di Indonesia


Terdapat sejumlah kelemahan pembentukan e-government di Indonesia yaitu:
a Pelayanan yang diberikan situs. pemerintah belum ditunjang oleh sistem
manajemen dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan
keterbatasan SDM sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem
pemerintah.
b Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang dialokasikan
untuk pengembangan egovernment.
c Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendirisendiri, dengan demikian
sejumlah faktor seperti standarisasi, keamanan informasi, otentifikasi dan berbagai
aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal,
aman, dan terpercaya kurang mendapat perhatian.
d Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet.

Perkembangan e-Government di Indonesia.


Perkembangan e-government yang sudah diterapkan di Indonesia saat ini
diperoleh dari hasil pengukuran terhadap data sekunder (hasil pemeringkatan PeGI)
berupa skala kematangan implementasi egovernment. Berdasarkan hasil
pemeringkatan, dipilih data yang mempunyai kriteria baik sebagai tolak ukur tingkat
perkembangan e-government.
Pengukuran e-Government.
Pengukuran e-government diukur menggunakan parameter variabel indikator
dari indikator penilaian Waseda, UN, Brown dan PeGI. Berdasarkan parameter yang
ada, dapat dilihat pola pengukuran e-government untuk e-government 0.0, 1.0, 2.0
dan 3.0. Hasil akhir berupa roadmap dan gambaran perkembangan egovernment di
Indonesia sudah sampai tingkat berapa. Data sekunder (hasil pemeringkatan e-
government PeGI) akan didefinisikan ke dalam pola pengukuran egovernment,
pentahapan e-government dan tingkat kematangan e-government.
Untuk data yang akan diuji dipilih enam lembaga terbaik untuk tingkat
pemerintah pusat dan empat lembaga terbaik untuk tingkat pemerintah daerah.
Tingkat kematangan akan diukur menggunakan skala kematangan COBIT. Hasil
interpretasi yang diperoleh merupakan hasil analisa terhadap perkembangan e-
government Indonesia saat ini.

Pentahapan e-Government.
Pentahapan e-government dapat diukur menggunakan parameter variabel
indikator dari beberapa indikator berikut yaitu indikator penilaian Waseda, UN,
Brown dan PeGI. Berdasarkan parameter yang ada, dapat dilihat pola pentahapan e-
government yang mengadopsi pola pentahapan UN: (1) Emerging; (2) Enhanced; (3)
Interaction; (4) Transaction; dan (5) Seamless. Hasil akhir berupa roadmap dan
gambaran perkembangan egovernment di Indonesia sudah sampai tingkat berapa.
Tingkat Kematangan e-Government
Berdasarkan parameter yang ada, dapat dilihat pola tingkat kematangan yang
menggunakan skala kematangan COBIT (level 0,1,2,3 atau level 4). Hasil akhir
berupa roadmap dan gambaran tingkat kematangan dari perkembangan egovernment
di Indonesia.
Implementasi e-government Indonesia saat ini masih tertinggal jauhLayanan
back office masih belum memberikan dukungan sepenuhnya terhadap layanan front
office hal itu juga disebabkan oleh kurangnya komitmen dari para stakeholder.
Penerapan TIK yang belum merata, tingkat kemampuan sumber daya manusia yang
masih kurang handal juga tercermin pada budaya kerja, budaya organisasi dan
kepemimpinan.
Pengembangan e-government belum sepenuhnya dilaksanakan. Sampai saat
ini layanan portal hampir dimiliki oleh hampir semua lembaga pemerintah, lembaga
pemerintah non departemen, dan pemerintah daerah, tetapi pemanfaatan IT dalam hal
ini masih sangat minim, administrator web hanya melakukan update berdasarkan
informasi sekunder seperti dari surat kabar, internet dan hasil perbandingan opini
publik.

Anda mungkin juga menyukai