Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan berkembangnya pertumbuhan ekonomi maka berkembang
pula kehidupan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terutama pada sektor
industri dan perdagangan. Dimana dari sektor industri itulah berbagai produk
yang beranekaragam dihasilkan dengan menggunakan teknologi-teknologi yang
cangggih dan modern. Yang mana hal tersebut dipersiapkan untuk menghadapi
persaingan yang lebih berkompeten dalam era globalisasi. Dalam menghadapi
persaingan tersebut sekarang ini diharapkan pertumbuhan ekonomi sangat
memerlukan atau tidak mengesampingkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Karena Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah satu faktor yang dominan dalam
memenangkan persaingan dengan menggunakan keunggulan berupa kemampuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang sangat berkaitan dengan bidang kekayaan
intelektual. Dengan itu Hak Atas Kekayaaan Intelektual menjadi sangat penting,
dikarenakan Hak Atas Kekayaaan Intelektual merupakan sesuatu Undang-undang
yang dibuat untuk melindungi mengenai bidang-bidang yang bersangkutan
dengan kekayaan intelektual serta untuk menghindari kemungkinan pemalsuan
atau persaingan yang curang.Dengan adanya persaingan tersebut maka Hak Atas
Kekayaaan Intelektual mempunyai peranan yang sangat penting untuk melindungi
agar pemalsuan itu tidak terjadi dan Hak Atas Kekayaan Intelektual mempunyai
kaitan yang sangat erat terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maupun
Ekonomi. Disebabkan Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan hak yang
berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang di
ekspresikan dalam berbagai bentuk yang memiliki atau mempunyai manfaat dan
berguna dalam kehidupan manusia, yang artinya bahwa Hak Atas Kekayaaan
Intelektual adalah suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya dan dari
kepemilikannya itulah seorang mendapat keuntungan. Sehingga dengan hasil
karya yang diciptakan itu akan mempunyai peranan penting bagi ekonomi serta
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Di dalam bidang milik intelektual (Intelektual

1
Property), ada bidang yang di khususkan berkenaan dengan Ilmu Pengetahuan dan
diterapkan dalam industri, dimana pengetahuan dibidang ini sering disebut
sebagai Hak Atas Kekayaan Industri. Yang utama adalah hasil penemuan atau
karya-karya yang dapat digunakan untuk dieksploitasi dalam industri. Penggunaan
dibidang industri inilah yang merupakan aspek terpenting dari Hak Atas
Kekayaan Industri. Hak Atas Kekayaan Industri dibagi menjadi lima bagian yaitu
Paten, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, dan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu. Dalam perkembangan perindustrian untuk menciptakan produk industri
memerlukan rancangan model sebuah produk yang sering disebut desain industri
dalam mengeluarkan produk tersebut dipasaran. Dan untuk melindungi desain
industri ini maka diperlukan pengaturan tersendiri dalam Undang-Undang yang
bersangkutan dengan desain industri tersebut yaitu dalam Undang-Undang
Nomer. 31 tahun 2000.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Merk dan Design Industri pada Haki?
2. Apa Saja Dasar Hukum Merek dan Design Industri pada Haki ?
3. Bagaimana Perlindungan Merk dan Design Industri pada Haki?
C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengetahui lebih lengkap tentang merk dan desain industri dan Manfaat yang
dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini berdasarkan tujuan diatas adalah :

1. Untuk Mengetahui tentang Merk dan Design Industri Pada Haki.


2. Untuk Mengetahui tentang Dasar Hukum Merk dan Design Pada Haki.
3. Untuk Mengetahui tentang Perlindungan Merk dan Design Industri Pada Haki.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MERK DAN DESIGN INDUSTRI


David I Brainbridge dalam bukunya Computer and The Laws memberikan
penjelasan arti desain. Menurutnya desain merupakan aspek-aspek dari atau fitur-
fitur yang terdapat pada suatu barang. Sementara itu Jeremy Phillips dan Alison
Firth menyatakan bahwa desain mencakup segala aspek tentang bentuk atau
konfigurasi susunan baik internal maupun eksternal baik yang merupakan bagian
maupun keseluruhan dari sebuah benda. Dari pendapat ini dapat dikemukakan
bahwa desain merupakan suatu aspek-aspek yang mencakup pada bentuk dan
konfigurasi.
1. Definisi Design Industri
Menurut Undang-Undang Desain Industri No. 31 Tahun 2000 BAB I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) yang menyatakan:“Desain industri adalah
suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau
garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau
dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis serta dapat
dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri,
kerajinan tangan.“
Dari pengertian ini tampak bahwa salah satu yang disebut dengan desain
industri itu adalah suatu kreasi bentuk, konfigurasi dan komposisi garis atau
warna yang memberikan kesan estetis dan dapat dipakai untuk menghasilkan
kerajinan tangan. Jelaslah, bahwa desain industri yang dihasilkan oleh
pengrajin sebenarnya masuk dalam cakupan desain industri sebagaimana yang
dirumuskan dalam UU Desain Industri. Ketika desain industri yang dihasilkan
oleh pengrajin, maka patutlah untuk diberikan perlindungan hukum.
Perlindungan hukum diberikan agar desain industri yang dihasilkan pengrajin
tidak ditiru atau dimanfaatkan oleh pihak lain yang tidak berhak. Untuk desain
industri yang dapat dilindungi hendaknya desain industri tersebut memenuhi

3
beberapa kriteria. Kriteria yang dimaksudkan meliputi pada: Pertama, desain
industri tersebut baru. Artinya, tidak sama dengan pengungkapan yang telah
ada sebelumnya; Kedua, Tidak bertentangan dengan moralitas/kesusilaan;
Ketiga, merupakan satu desain industri/beberapa desain industri yang
merupakan satu kesatuan desain industri yang memiliki kelas yang sama dan;
Keempat, desain industri yang didaftarkan tidak ditarik kembali
permohonannya.
Apabila keempat kriteria ini telah dipenuhi, maka desain industri dapat
didaftarkan. Konsekuensi dari pendaftaran desain industri, maka desain industri
diharapkan akan mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum atas
desain industri diberikan terhitung sejak tanggal penerimaan. Jangka waktu
perlindungan yang diberikan oleh UU Desain Industri adalah untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun.
a) Hak Desain Industri
Apabila Pendesain/pengrajin mengajukan permohonan pendaftaran
ia akan mendapatkan hak desain industri sekaligus sebagai pemegang hak
desain industri. Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain (pengrajin) atas hasil
kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut.

2. Definisi Merk
Hak Merek adalah bentuk perlindungan HKI yang memberikan hak
eksklusif bagi pemilik merek terdaftar untuk menggunakan merek tersebut
dalam perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis
barang/jasa untuk mana merek tersebut terdaftar. Satu hal yang perlu dipahami
adalah, pendaftaran Merek untuk memperoleh Hak Merek bukan berarti ijin
untuk menggunakan merek itu sendiri. Siapapun berhak memakai merek
apapun - didaftar ataupun tidak - sepanjang tidak sama dengan merek terdaftar
milik orang lain di kelas dan jenis barang/jasa yang sama. Hanya saja, dengan

4
merek terdaftar, si pemilik merek punya hak melarang siapapun untuk
menggunakan merek yang sama dengan merek terdaftar miliknya tadi, tentunya
untuk kelas dan jenis barang/jasa yang sama.
Merek menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
tentang Merek adalah tanda atau simbol yang dapat berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa. Sementara itu, menurut A.B Susanto. dan
Wijanarko,  merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk
atau jasa dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi. Hal ini menunjukan
bahwa produk adalah apa yang dibuat oleh pabrik. Sedangkan, apa yang
sesungguhnya dibeli oleh konsumen/pelanggan adalah mereknya. Dengan
demikian merek bukan hanya apa yang dibentuk oleh produk atau kemasannya,
tetapi juga apa yang ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen
mengasosiasikan.
Berdasarkan definisi merek menurut undang-undang di atas, dapat diketahui
unsur-unsur apa saja yang harus dipenuhi dalam menentukan sesuatu sebagai
merek. Penjelasan berikut ini adalah Ilustrasi yang dapat diuraikan berdasarkan isi
pasal tersebut. Merek adalah tanda atau simbol, yang berupa:
1) Gambar. Misalnya merek yang menggunakan gambar gajah, hal ini bisa dilihat
pada merek sarung Gajah Duduk ;
2) Nama. Merek yang menggunakan nama orang untuk merek parfum misalnya
Charlie, atau coklat Van Houten dan lain-lain;
3) Kata. Merek yang menggunakan kata,  misalnya Family untuk merek kue ;
4) Angka. Misalnya, angka 555 digunakan sebagai merek rokok;
5) Huruf. Misalnya kumpulan huruf-huruf. Merek ABC untuk macam-macam
produk makanan dan minuman;
6) Susunan warna. Susunan warna merah, hijau, kuning, biru. Misalnya warna
pelangi yang digunakan untuk merek pensil berwarna;
7) kombinasi dari itu semua dari nomor (1) – (6). Misalnya pada kemasan rokok
Djie Sam Soe. Ada kumpulan kata, simbol beberapa bintang, angka 234.

5
Sementara itu, secara teknis ada beberapa macam bentuk merek, yaitu:
1) Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya (Pasal
1 angka 2 UU No 15 Tahun 2001).Misalnya Toyota.
2) Merek barang atau jasa, adalah Merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. misalnya
merek yang digunakan atau dilekatkan pada barang atau jasa atau kemasannya
yang diperdagangkan. Misalnya merek Kijang, Tiki (jasa pengiriman)/ (Pasal 1
angka 3 UU No 15 Tahun 2001).
3) Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan atau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau
badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya. Misalnya Ayam Suharti, Es Teller 77, dll (Pasal 1
angka 4 UU No 15 Tahun 2001).

B. DASAR HUKUM MEREK DAN DESIGN INDUSTRI

1. Dasar Hukum Design Industri


Dasar hukum desain industri yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri.
a) Ruang Lingkup
Terbitnya UU mengenai Desain Industri memang tergolong baru –
UU Nomor 31 Tahun 2000 yang berlaku sejak 20 Desember 2000.
Pendaftarannya sendiri baru dimulai pada 16 Juni 2001. Tak heran, bila
desain industri kalah beken dibandingkan Hak Cipta, Paten atau Merek.
Padahal desain bagi masyarakat menjadi indikator akan nilai sebuah produk.
Lihat saja, bagaimana desain telepon selular, mobil, motor, produk
elektronik atau produk lain berubah demikian cepat. Dengan desain yang
semakin menarik maka nilai sebuah produk ikut terdongkrak.

6
Menurut UU desain industri pasal 1 ayat (2) menyatakan : ” Pendesain
adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Industri”.
Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru. Desain
Industri dianggap baru apabila pada Tanggal Penerimaan, Desain Industri
tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.
Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaannya,
Desain Industri tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional
ataupun international di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui
sebagai resmi; atau telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam
rangka percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau
pengembangan.
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 9 UU Desain industri ditegaskan
bahwa hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak desain industri
mencakup pada: Pertama, hak untuk melaksanakan hak desain industri yang
dimilikinya; dan Kedua, hak untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,
dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri. Hal yang
harus diketahui meskipun pemegang hak desain industri mempunyai hak
eksklusif bukanlah berarti tidak ada pembatasan. Sesungguhnya ada
pembatasan yang diberikan oleh UU Desain Industri. Pembatasan itu
terletak tatkala desain industri yang telah terdaftar tersebut dipakai untuk
kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri. Perlindungan
terhadap Hak desain Industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.

2. Dasar Hukum Merk


Khusus mengenai hak merek secara eskplisit disebut sebagai benda
materil dalam konsiderans UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek bagian
menimbang butir a, yaitu berbunyi; ‘’bahwa di dalam era perdagangan global,

7
sesuai dengan konvensi-konvensi internasioanal yang telah diratifikasi
Indonesia, peranan merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga
persaingan usaha yang sehat”. Mengapa merek dapat mencegah terjadinya
persaingan usaha yang tidak sehat? Karena dengan merek, produk barang atau
jasa sejenis dapat dibedakan asal muasal pruduksinya, kualitas serta
keterjamijnan bahwa produk itu original.kadang kala yang membuat harga
suatu produk itu mahal adalah mereknya bukan bersumber dari produknya,
merek adalah sesuata yang di tempelkan atau dilekatkan pada satu produk baik
berbentuk nama, logo, angka atau gambar sehingga konsumen mudah
mengenali suatu barang yang dimaksudkan.
UUM 2001 tidak menyebutkan bahwa merek merupakan salah satu
wujud dari karya karyai ntelektual. Sebuah karya yang didasarkan kepada hasil
olah pikir manusia, yang kemudian dijadikan dalam bentuk benda immateril.
Suatu hal yang perlu dipahami dalam setiap kali menempatkan hak merek
dalam karangka hak atas kekayaan intelektual adalah bahwa kelahiran hak atas
merek itu diawali dari temuan-temuan dalam bidang hak atas kekayaan
intelektual lainnya, minsalnya hak cipta.
Pada merek terdapat unsur ciptaan, minsalnya desain logo,ataudesain
huruf. Ada hak cipta dalam bidang bidang seni. Oleh karena itu, dalam hak
merek bukan hak cipta dalam bidang seni itu yang dilindungi, tetapi mereknya
itu sendiri sebagai tanda pembeda. Dapat diambil contoh adalah pemegang hak
merek atas bumbu masak dengan merek “ajinomoto’. Yang dilindungi sebagai
hak merek adalah logo/tulisan “ajinomoto”beserta lukisan/cap mangkok merah.
Produsen bumbu masak lainnya tidak berhak menggunakan merek logo/tulisan
atau gambar/cap yang sama. Jika ia gunakan maka ia telah melanggar hak
merek. Tetapi pada saat bersamaan lukisan ajinomoto dan magkok merah
adalah karya dalam bidang seni yang dilindungi berdasarkan hak cipta. Pada
saat bersamaan juga komposisi dari bumbu masaka tersebut adalah sebagai
salah satu temuan yang dilindungi berdasarkan hak paten. Bumbu masak
tersebut kemudian dikemas dalam sebuah bungkus atau wadah yang

8
menggunakan desain tertentu, maka perlindungan atas kemasan bumbu masak
itu ditetapkan pula sebagai perlindugan hak atas desain industri.
Dari contoh di atas dapat dikemukakan bahwa hak merek itu terbatas
hanya pada penggunaan atau pemakaiannya pada pada produk-produk yang
dipasarkan dan mengandung nilai ekonomis sehingga dapat terjangkau
dikalangan konsumen. Seseorang akan tertarik atau tidak untuk mengonsumsi
sesuatu hanya karena adanya merek dari setiap produk. Lihatlah bagaimana
para konsumen berlomba-lomba untuk mengonsumsi bumbu masak dengan
mererk “X” ketimbang bumbu masak merek “Y”. Padahal jika bumbu masak
dengan merek “X” itu diganti dengan merek “Y”, dengan komposisi resep yang
sama,konsumen juga tidak akan merasa kecewa.
Jadi, ada sesuatu “yang tak terlihat” dalam hak merek itu. Itulah hak
kekayaan immateril (tidak berwujud) yang selanjutnya dapat berupa hak atas
intelektual. Dalam karangka ini hak merek termasuk pada kategori hak atas
kekayaan industri (industriele eigendom) atau Industrial Property Rights.

C. PERLINDUNGAN MERK DAN DESIGN INDUSTRI


1. Perlindungan Hukum Terhadap Merek
Salah satu satu aspek yang berperan didalam memberikan perlindungan
hukum terhadap suatu merek tertentu adalah pendaftaran merek. Pendaftaran
merek penting, karena dapat berguna sebagai alat bukti yang sah atas merek
terdaftar. Selain itu, menurut Pasal 6 UU No 15 tahun 2001 pendaftaran merek
juga berguna sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama
keseluruhannya atau sama pada pokoknya yang dimohonkan oleh orang lain
untuk barang atau jasa sejenis. Selain itu, sebagai dasar mencegah orang lain
memakai merek yang sama pada pokoknya atau secara keseluruhan dalam
peredaran barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang akan memiliki hak
terhadap suatu merek tertentu jika ia telah melakukan pendaftaran terhadap
merek tersebut. Dimana, jika terdapat dua orang atau lebih mengklaim atau
menyatakan hak terhadap suatu merek tertentu, maka pihak yang telah

9
melakukan pendaftaran terhadap merek tersebutlah yang berhak atas merek.
Tidak semua merek dapat didaftarkan.  Dimana, merek tidak dapat didaftar atas
dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beretikad tidak baik.
Pemohon beritikad tidak baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya
secara tidak layak  dan tidak jujur, ada niat tersembunyi misalnya
membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran  menimbulkan persaingan
tidak sehat dan mengecohkan atau menyesatkan konsumen.
Pasal 5 UU No 15 tahun 2001 tentang Merek menyatakan bahwa merek
tidak dapat didaftar bila:
a) tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Misalnya
kata atau lukisan/gambar yang melanggar kesusilaan, menyinggung
kehormatan dan perasaan agama;
b) merupakan tanda yang terlalu sederhana dan tidak memiliki daya pembeda.
Contohnya garis atau titik. Terlalu rumit, misalnya benang  kusut, susunan
puisi;
c) tanda yang sudah menjadi milik umum. Misalnya jempol;
d) tanda yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang yang
dibubuhi merek tersebut. Misalnya gambar jeruk untuk sirup jeruk
mengandung rasa jeruk;
Selain itu, permohonan suatu merek harus ditolak dengan alasan
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang/jasa
sejenis dengan alasan (Pasal 6 ayat (1)UU No 15 tahun 2001):
a) ada merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu.
b) ada merek yang sudah terkenal milik pihak lain.
c) berkaitan dengan indikasi geografis yang sudah terkenal.
Yang dimaksud dengan Persamaan Pada Pokoknya adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antar merek yang satu dan
merek lainnya. Menurut yurisprudensi persamaan pada pokoknya  adalah sebagai
berikut:

10
a) Persamaan pada pokoknya yang menyangkut bunyi. Misalnya kasus Salonpas
dengan Sanoplas.  Akhirnya merek Sanoplas harus dihapus; Merek Sony
dengan Sonni.
b) Persamaan pada gambar. Misalnya kasus Miwon dan Ajinomoto yang
keduanya bergambar mangkok merah, walau mangkok dalam posisi berbeda.
c) Persamaan yang berkaitan dengan arti sesungguhnya.
d) Persamaan pada pokoknya karena tambahan kata. Misalnya kasus minuman air
mineral Aqua dengan  Aquaria.
e) Indikasi Geografis. Misalnya Kopi Toraja yang berasal dari daerah Toraja.
Brem Bali dari Bali, Batik Pekalongan dari Pekalongan, dan lain-lain.
Selain itu, Permohonan Pendaftaran merek juga harus ditolak bila Merek
tersebut merupakan.
a) Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak;
b) Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
c) Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang.
Berdasarkan berbagai uraian tersebut, dapat diketahui bahwa apabila
konsumen membeli atau memanfaatkan suatu produk lain yang mirip dengan
produk yang diasosiasikannya maka hal tersebut menunjukan bahwa konsumen
tidak mendapatkan perlindungan sebagai seorang konsumen. Masa perlindungan
Hak Merek berlaku selama 10 tahun sejak Tanggal Penerimaan. Jika Tanggal
Penerimaan permohonan pendaftaran suatu merek adalah 1 Oktober 2017, maka
perlindungannya akan berlaku hingga 1 Oktober 2027. Masa perlindungan Hak
Merek dapat diperpanjang setiap 10 tahun secara terus menerus. Pemegang Hak
Merek sudah dapat mengajukan permohonan perpanjangan merek dari sejak enam
bulan sebelum berakhirnya masa perlindungan merek sampai dengan 6 bulan

11
sesudah masa perlindungan berakhir. Dalam contoh di atas, pemegang hak merek
sudah dapat mengajukan permohonan perpanjangan sejak 1 April 2027 hingga 1
April 2028.

2. Perlindungan Hukum Terhadap Desain Industri


Dalam perlindungan atas hak desain industri ini akan lebih memudahkan
dalam melakukan sosialisasi kepada kalangan perusahaan dan pendesain dalam
pemasaran sebuah produk kemasyarakat. Karena dalam realitanya atau
kenyataannya yang terjadi dalam masyarakat adalah mengenai kesadaran
masyarakat khususnya perusahaan dan pendesain terhadap pemahaman desain
industri yang masih sangat rendah yaitu dalam prakteknya pengusaha tidak
atau belum mendaftarkan desain industri barunya dari produk barang tersebut
yang dimilikinya, dimana produk itu akan dipasarkan. Sehingga ada persaingan
yang curang dengan membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor
dan/atau mengedarkan barang yang diproduksi, dimana barang tersebut sudah
diberi hak desain industri.
Dengan demikian obyek desain adalah barang atau komoditi yang
merupakan desain yang digunakan dalam proses industri, karena itu desain
industri merupakan karyaintelektual di bidang industri. Maka pemegang hak
harus mendapatkan perlindungan atas desain industrinya agar pendesain
tersebut akan menjadi lebih bersemangat untuk menciptakan inovasi desain-
desain baru untuk barang yang diproduksioleh perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hubungan dengan industrialisasi adanya suatu pengaturan tentang
desain industri ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengacu
pada perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual. Dalam mengawasi
persaingan dan perputaran ekonomi serta pemasaran, maka mutu danharga
suatu produk adalah sangat penting. Demikian pula desain industri sangat
penting sebagai salah satu unsur yang dapat membedakan satu produk dengan
produk yang lainya.
Dengan mengingat hal-hal tersebut diatas dan berhubungan mengenai
perlindungan hukum tentang desain industri yaitu untuk menjamin

12
perlindungan hak-hak pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya serta
menjaga agar pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan hak desain
industri tersebut. Yang menjadi landasan bagi perlindungan yang efektif
terhadap berbagai bentuk kecurangan dengan cara membuat, memakai,
menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang itu yang
sudah diberi hak desain industri yang telah dikenal secara luas.
Adapun prinsip pengaturannya adalah pengakuan kepemilikan atas karya
intelektual yang memberikan kesan estetis dan dapat diproduksi secara
berulangulang serta dapat menghasilkan suatu barang dalam bentuk tertentu
yaitu berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan demikian desain
industri dalam dunia industri dan perdagangan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan disinilah desain industri
harus lebih dipacu dan lebih ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan
yang ada dalam dunia industri dan perdagangan.
Demi memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong
kreasi dan inovasi di bidang Desain Industri. Desain Industri adalah suatu
kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis
dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu
produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Nah, untuk
menjamin perlindungan terhadap desain industri, Pemerintah telah membentuk
Undang-Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,
dimaksudkan untuk merangsang aktivitas kreatif dari pendesain untuk terus-
menerus menciptakan desain baru.
Pendesain diberikan hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain
Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan
atau mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri. Namun,
dikecualikan apabila pemakaian Desain Industri untuk kepentingan penelitian

13
dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pemegang hak Desain Industri. Hak Desain Industri tidak dapat diberikan
apabila Hak Desain Industri tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan.

a. Pengalihan Hak Desain Industri


Menurut UU Desain Industri Pasal 31, hak desain industri dapat dialihkan
dengan cara: pewarisan; hibah; wasiat;perjanjian tertulis; atau sebab-sebab
lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Segala bentuk pengalihan Hak Desain Industri akan dicatat dalam Daftar
Umum Desain Industri pada Direktorat Jenderal dengan membayar biaya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Pengalihan Hak Desain Industri
harus disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak. Pengalihan Hak Desain
Industri yang tidak dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Industri tidak
berakibat hukum pada pihak ketiga. Pengalihan Hak Desain Industri akan
diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri. Meskipun sudah dialihkan
hak desainnya, tapi menurut UU Desain Industri pasal 32 dijelaskan bahwa
Pengalihan Hak Desain Industri tidak menghilangkan hak Pendesain untuk
tetap dicantumkan nama dan identitasnya, baik dalam Sertifikat Desain
Industri, Berita Resmi Desain Industri, maupun dalam Daftar Umum Desain
Industri.

b. Sanksi Atas Pelanggaran


Sanksi atas pelanggaran Hak desain industri di atur dala UU Desain
Industri pasal 54 yang menerangkan bahwa : ” Barangsiapa dengan sengaja
dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
Republik Indonesia kepada pendesain (pengrajin) atas hasil kreasinya untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Dasar hukum desain industri
yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Hak Desain
Industri tidak dapat diberikan apabila Hak Desain Industri tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama,
atau kesusilaan. Sanksi atas pelanggaran Hak desain industri di atur dalam UU
Desain Industri pasal 54 yang menyebutkan bahwa dikenakan sanksi dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Desain Industri terdaftar dapat dibatalkan
oleh Direktorat Jenderal atas permintaan tertulis yang diajukan oleh pemegang
Hak Desain Industri. Pembatalan Hak Desain Industri tidak dapat dilakukan
apabila penerima Lisensi Hak Desain Industri yang tercatat dalam Daftar Umum
Desain Industri tidak memberikan persetujuan secara tertulis, yang dilampirkan
pada permohonan pembatalan pendaftaran tersebut.

B. SARAN

Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan


sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

15
DAFTAR   PUSTAKA
 
AB Susanto dan Himawan Wijanarko, 2008, disarikan dari “Power Branding: 
Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya” Jakara: Mizan
Pustaka.
 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
 
Minesota departement of Trade and Economic Development dalam Ahmadi Miru
dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
 
Ruhi Prasetya dalam Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum
Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
 
Sudarga gautama, dalam Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum
Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
 

16

Anda mungkin juga menyukai