Anda di halaman 1dari 13

PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009

The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition


Semarang, 13 – 14 October 2009

TINGKAT KERENTANAN BENCANA GEOLOGI LINGKUNGAN


DI KABUPATEN PURWOREJO DAN KEBUMEN,
PROVINSI JAWA TENGAH

Teguh Dwi Paryono1) & Andi Sungkowo2)

1) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi Jawa Tengah.


2) Program Studi Teknik Lingkungan “Kebumian”, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Email : andi.sungkowo@yahoo.com

ABSTRACT

Purworejo and Kebumen Regency that are located in the South of Central Java or in the
South of Central Java Island. There are often to disaster of environment geology. That disaster is
caused by the location that is influenced by physiographic aspect, tectonic, and the activity of
human life. There are many kinds of that disaster such as earthquake, landslide, flooding,
tsunami, and dryness.
The susceptibility level of that disaster in one area is very important as one of the basic
information for land use and spatial planning in our environment, for example for the resident of
village and city, agriculture, industry, tourism, infrastructure, etc.
Generally, this research use surveying and mapping method, and for the analysis and
evaluation use quantitative-empirical method in disaster of environment geology unit map that is
from overlying the thematic map.
Based of the analysis have shown that area of research can divide to unsafe of
environment geology disaster low, middle, high, and very high zones.

Key Words : unsafe, environment geology

ABSTRAK

Kabupaten Purworejo dan Kebumen terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah atau
bagian selatan pulau Jawa bagian tengah, merupakan wilayah yang sering mengalami bencana
geologi lingkungan. Terjadinya bencana geologi lingkungan disebabkan letaknya yang dikontrol
dan dipicu oleh aspek fisiografi (fisik-kimia bumi), tektonik, dan aktivitas kehidupan. Jenis
bencana geologi lingkungan, berupa : gempa, gerakan massa tanah dan/atau batuan, banjir, dan
tsunami.
Tingkat kerentanan bencana geologi lingkungan pada suatu lahan adalah sangat penting sebagai
salah satu informasi dasar bagi pengguna lahan dan penata ruang wilayah untuk lingkungan
binaan, meliputi kawasan : Permukiman desa dan kota, pertanian, industri, pariwisata, sarana dan
prasarana, dan lain-lain.
Secara umum penelitian menggunakan metoda survei dan pemetaan, sedangkan untuk
analisis dan evaluasi menggunakan metoda kwantitatif – empiris terhadap peta satuan bencana
geologi lingkungan hasil tumpangsusun (overlay) peta tematik.

1
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Berdasarkan analisis daerah penelitian dapat dikelompokkan kedalam zona kerentanan


bencana geologi lingkungan rendah, menengah, tinggi, dan sangat tinggi.

Kata kunci : Kerentanan, geologi lingkungan.

METODE PENELITIAN
PENDAHULUAN
Parameter bencana geologi
Daratan wilayah Kabupaten Purworejo lingkungan yang digunakan, adalah
dan Kebumen – Provinsi Jawa Tengah bagian Gempa, tsunami, gerakan tanah, dan banjir.
selatan berada dalam sistem tektonik, dalam Untuk mendapatkan informasi dan
bentuk penunjaman antara lempeng tektonik memvisualkannya (dalam bentuk peta)
Indo-Australia dan Eurasia sejak Zaman Kapur bencana geologi lingkungan tersebut, yaitu
Akhir atau Tersier Awal. Sistem tektonik dengan metode Survey dan Pemetaan. Peta-
tersebut mengakibatkan gempa yang dapat peta tersebut dengan metoda tumpang
menggetarkan/ menggerakkan tanah dan susun/penampalan (overlay) dari peta
batuan, bahkan dapat berkembang menjadi primer maupun sekunder akan diketahui
Tsunami. Di sisi lain kondisi medan (terrain) Peta Satuan Bencana Geologi Lingkungan.
berdasarkan letaknya pada fisiografi Jawa (van Lebih lanjut dengan metoda kwantitatif –
Bemmelen, 1949), terdiri dari : Zona empiris berupa pengharkatan dalam bentuk
Pegunungan Serayu Selatan, Pegunungan pembobotan dan nilai kemampuan, maka
Selatan, dan Dataran Aluvial. Letak terhadap akan diketahui zonasi kerawanan bencana
zona fisiografi tersebut, menjadikan wilayah geologi lingkungan.
Kabupaten Purworejo dan Kebumen merupakan Dalam menerapkan metoda
wilayah yang rentan/berpotensi terjadi bencana kwantitatif – empiris, maka perlu masing-
geologi lingkungan, berupa : Gerakan massa masing parameter ditentukan Nilai
tanah dan/atau batuan, dan Banjir. Kejadian Kemampuan/harkat dan Bobotnya. Nilai
bencana geologi lingkungan sudah sangat kemampuan/harkat berdasarkan
sering terjadi di wilayah penelitian dan tidak keterkaitannya dengan kestabilan daerah,
sedikit merekrut korban jiwa, harta benda, serta sedangkan Bobot berdasarkan professional
merusak infra struktur yang ada. judgment, dengan pertimbangan : kepekaan/
Pemanfaatan lahan oleh lingkungan binaan kedasyatan bencana, luasan, dan kesulitan
khususnya untuk permukiman dari tahun ke dalam pengelolaan. Wawancara terhadap
tahun semakin bertambah. Jika jalan lintas penduduk setempat juga dilakukan, untuk
selatan (menghubungkan Jawa Barat – Tengah mendapatkan informasi tentang waktu,
– Timur) telah dibangun dan berfungsi, maka luasan, dan dampak kejadian bencana
jenis/macam lingkungan binaan (Permukiman geologi lingkungan.
desa dan kota, pertanian, industri, pariwisata,
sarana dan prasarana, dan lain-lain) semakin BENCANA GELOGI LINGKUNGAN
bartambah dan berkembang. Oleh karena itu
diperlukan informasi tentang tingkat kerentanan Gempa
bencana geologi lingkungan di wilayah Gempa adalah bergetarnya atau bergeraknya
penelitian guna Penataan Ruang Wilayah. oleh energi berupa gelombang seismik yang
menjalar pada massa tanah dan/atau batuan.
Keterkaitan gempa terhadap lahan berupa
Percepatan tanah maksimum dan

2
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Amplifikasi tanah. Data gempa yang digunakan kekuatan gempa dalam Skala Richter akan
bersumber dari BMG dari tahun 1900 hingga naik satu level. Amplifikasi tanah dapat
2007. merepresentasikan tingkat kerentanan suatu
a. Percepatan tanah maksimum tempat/ wilayah terhadap gempa.
Percepatan (acceleration dalam satuan gal atau Di Kabupaten Purworejo dan Kebumen
cm/det2) gelombang seismik atau sering disebut terdapat tempat – tempat konsentrasi yang
percepatan tanah (percepatan gelombang gempa solum tanahnya bersifat memperbesar
yang sampai di permukaan bumi) merupakan gelombang gempa (beramplifikasi) dengan
salah satu parameter yang penting dalam intensitas tinggi (6 – 9 kali) sampai dengan
seismologi teknik atau earthquakes sangat tinggi ( > 9 kali). Adapun tempat –
engineering. Nilai percepatan tanah maksimum tempat tersebut : (lihat Peta 2.)
(peak ground acceleration) menunjukkan - Kabupaten Purworejo, meliputi Kecamatan
tingkat resiko gempa, semakin besar nilainya dan bagiannya : Pituruh tengah – selatan,
maka semakin besar resiko gempa yang terjadi. Kemiri barat daya dan timur, Butuh utara,
Tingkat resiko gempa penting untuk Grabag utara, Bruno utara, Bayan tenggara,
perencanaan bangunan tahan gempa. banyuurip barat, Gebang barat dan utara,
Zona tingkat resiko gempa dengan nilai Bener barat, banyuurip tenggara, Ngombol
percepatan tanah maksimum di Kabupaten timur, Purwodadi hampir semua wilayah
Purworejo dan Kebumen berkembang mengecil kecamatan, Bagelen barat, Loano tengah –
dari tenggara ke arah barat laut. Kabupaten timur, Bener selatan, Purworejo timur laut
Purworejo terbagi dalam 2 (dua) zona dan tenggara, Kaligesing hampir seluruh
percepatan tanah maksimum dengan tingkat wilayah kecamatan.
resiko sangat besar (300 – 600 gal, kesebanding - Kabupaten Kebumen, meliputi Kecamatan
intesitas MMI : IX – X) dan besar (200 – 300 dan bagiannya: Rowokele selatan, Ayah
gal, kesebanding intensitas MMI : VIII – IX). timur laut-timur, Buayan tengah-selatan,
Di Kabupaten Kebumen juga terbagi dalam 2 Puring barat dan utara, Sempor selatan dan
(dua) zona percepatan tanah maksimum dengan barat laut, Gombong utara dan selatan,
tingkat resiko sangat besar (300 – 600 gal, Kawurasan timur, Karanganyar selatan,
kesebanding intesitas MMI : IX – X) dan besar Adimulyo tengah, Sadang selatan, Alian
(150 – 300 gal, kesebanding intensitas MMI : barat, Kebumen utara dan barat daya,
VIII – IX). (lihat Peta 1.) Klirong timur laut, Bulu Pesantren barat
b. Amplifikasi tanah daya, Mirit tengah hingga timur laut,
Amplifikasi tanah adalah suatu angka yang Prembun tenggara.
menunjukkan nilai berapa kali tanah dapat
memperbesar getaran gempa, oleh terjebaknya Tsunami
gelombang gempa di dalam perlapisan sedimen. Tsunami berpotensi terjadi pada pesisir
Ilustrasi sebagai berikut : misalnya suatu tanah (sepanjang pantai) di bagian selatan
mempunyai amplifikasi sebesar 10 kali, maka Kabupaten Purworejo dan Kebumen.
gelombang gempa yang melewati tanah tersebut Pesisir yang membentang Timur – Barat
getarannya akan diperkuat sebesar 10 kali lipat. dikedua kabupaten tersebut terdapat :
Jadi apabila ada gempa berkekuatan 6 SR, maka - Gumuk pasir (sand dunes) sepanjang ± 21,6
tanah tersebut seolah-olah merasakan gempa km lebar 950 – 1.120 meter, terdiri dari 3 –
yang berkekuatan 7 SR, karena Skala Richter 7 jalur gundukan tipe longitudinal dengan
merupakan fungsi logaritma getaran gelombang ketinggian 5 – 16 meter dpl, dibatasi oleh
gempa, artinya bahwa apabila amplitudo cekungan (swale) antar gundukan gumuk
getaran tersebut naik sepuluh kali maka pasir, tersusun oleh akumulasi pasir lepas.
2
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Kemiringan lereng gumuk pasir 8 – 20 % a. Zona berpotensi rendah, menempati


(miring – sedang). Lahan selain sebagai perbukitan karst dan breksi vulkanik
hamparan pasir digunakan untuk pertanian meliputi selatan kecamatan Ayah.
tanaman palawija, hortikultural, dan tanaman b. Zona berpotensi menengah, menempati
pohon perkebunan. Peran gumuk pasir sangat daerah gumuk pasir meliputi selatan
penting sebagai penghambat (barrier) kecamatan Mirit, Ambal, dan
hempasan dan penyebaran tsunami. Energi Buluspesantren.
tsunami akan berkurang, sehingga pencapaian c. Zona berpotensi tinggi, menempati daerah
ke permukiman yang terdekat berjarak 1,334 berombak – bergelombang meliputi selatan
km dari tepi pantai diharapkan tidak terjangkau. kecamatan Petanahan, Puring, dan Klirong.
Jikalau genangan tsunami bisa mencapai d. Zona berpotensi sangat tinggi, menempati
permukiman, itupun kecepatan arus telah dataran pantai meliputi selatan kecamatan
melemah, genangan menaik semakin lambat Ayah di Desa Pasir, sekitar muara sungai
dan terbatas (dangkal) sehingga penduduk Cingcinggulin (desa Tambakmulyo, Kec.
berpeluang untuk menyelamatkan diri. Puring), sungai Lok Ulo (desa
- Perbukitan karst dan breksi vulkanik Tanggulangin Kec. Klirong), sungai Wawar
yang pada pantainya terdapat tebing (clift), (desa Lembupurwo, Kec. Mirit).
kemiringan lereng secara umum 14 – 70 %, dan
elevasi > 25 m dpl. Gerakan massa tanah dan/atau batuan
- Topografi berombak – bergelombang Gerakan massa tanah dan/atau batuan
berpasir lepas dengan kemiringan 8 – 13 % dan (khalayak umum menyebutkan sebagai
elevasi < 8 m dpl. gerakan tanah atau longsor) adalah
- Dataran pantai yang bertopografi/relief perpindahan materi penyusun lereng berupa
datar dengan kemiringan lereng 0 – 7 % dan tanah, batuan, bahan timbunan, atau
ketinggian < 5 meter dpl. Secara genetik campuran material tersebut yang bergerak
merupakan bentuk lahan asal fluvial dan ke arah bawah atau keluar lereng.
material penyusunnya adalah pasir dan Gerakan massa tanah dan/atau batuan
lempung, dibeberapa tempat terdapat sungai merupakan salah satu bencana geologi
dengan muaranya. Lahan dataran diantaranya lingkungan yang sering terjadi dimusim
digunakan untuk dermaga nelayan – pelelangan penghujan. Di Kabupaten Purworejo dan
ikan dan wisata. Kebumen, zona gerakan massa tanah
Oleh karena itu dalam uraian ini pembagian dan/atau batuan terdapat tingkat kerentanan
tingkat potensi tsunami berdasarkan pada rendah, menengah, dan tinggi. Tingkat
satuan bentuk lahannya (faktor relief dan kerentanan menengah dan tinggi yang
elevasi) dan material/batuan penyusunnya dipetakan dengan skala 1 : 50.000.,
(faktor kekerasan dan/atau sifat urai atau lepas). umumnya tersebar menempati medan
(lihat Peta 3.) dengan bentuk lahan/berelief topografi
Pantai di selatan Kabupaten Purworejo yang berombak – bergelombang berlereng landai
bergumuk pasir, umumnya berpotensi tsunami – miring (7 – 15 %), perbukitan dan
tergolong tingkat menengah, sedangkan punggungan dengan slope berkisar terjal (15
berpotensi tinggi di selatan Kec. Ngombol – 30 %) – amat sangat terjal (> 140 %),
(Desa Malang, Pagak, dan Wero), Kecamatan dan tebing sungai.
Purwodadi Desa Ngentak. Adapun daerah penyebaran gerakan tanah
Kabupaten Kebumen terdapat 3 (tiga) zona dan/atau batuan yang mempunyai tingkat
potensi tsunami, yaitu : kerentanan menengah dan tinggi di

3
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Kabupaten Purworejo dan Kebumen, sebagai geologi lingkungan. Metode yang


berikut : (lihat Peta 4.) digunakan dalam menentukan satuan
- Kabupaten Purworejo, gerakan tanah dan/atau bencana geologi lingkungan yang
batuan tersebar di bagian utara dan timur, divisualkan dalam bentuk peta tematik
berada pada beberapa tempat di kecamatan adalah dengan menggunakan metode
meliputi Kecamatan : Pituruh, Bruno, Kemiri, tumpangsusun (overlay) peta tematik dari
Gebang, Bener, Loano, Kaligesing, Purworejo peta Percepatan tanah maksimum,
bagian utara – timur, Begelen. Amplifikasi tanah, Tsunami, Tingkat
- Kabupaten Kebumen, gerakan tanah dan/atau reaktivitas struktur geologi (sesar), Gerakan
batuan tersebar di bagian barat dan utara, massa tanah dan/atau batuan, dan Banjir.
berada pada beberapa tempat di kecamatan
meliputi Kecamatan : Ayah, Biayan, Rowokele, Nilai kemampuan yang telah dibobot
Sempor, Karanganyar, Karanggayam, Sadang, (weighted capability value).
Pejagoan, Alian, prembun. Nilai kemampuan yang telah dibobot atau
dalam tulisan ini disingkat NKB adalah cara
Banjir analisis secara kwantitatif/matematis untuk
Banjir di Kabupaten Purworejo dan Kebumen menghitung daya dukung suatu fenomena
terjadi dimusim penghujan, menyebar lahan. Cara analisis ini dipakai sebagai
menempati dataran fluvio vulkanik pada tahapan awal untuk mengetahui tingkat
persawahan serta beberapa tempat di kerentanan bencana geologi lingkungan.
permukiman. Faktor penyebab terjadinya Nilai bobot (weight value) ditentukan oleh
genangan disebabkan tingginya curah hujan, pendapat ahli (professional judgment)
medan datar hingga berbentuk depresi, terhadap setiap jenis bencana geologi
permeabilitas tanah yang sedang – lambat, lingkungan, berdasarkan kepekaan/
koefisien aliran permukaan yang sedang – kedahsyatan, luasan, dan kesulitan dalam
besar, dan kurang baiknya sistem drainase. pengelolaan. Nilai kemampuan (capability
Persebaran banjir dengan kualitas value) yang terdiri dari skore/harkat setiap
lingkungannya berada pada wilayah : (lihat tingkat/klas pada masing-masing jenis
Peta 5.) bencana geologi lingkungan, mempunyai
- Kabupaten Purworejo, berada pada beberapa pemahaman bahwa semakin kecil nilai
tempat di kecamatan : Grabag dan Butuh. harkat akan menunjukkan semakin stabil
- Kabupaten Kebumen, berkualitas lingkungan daerah tersebut dari pengaruh bencana
klas sedang berada pada beberapa tempat di geologi lingkungan. Adapun nilai harkat
kecamatan : Ambal, Klirong, Petanahan, untuk masing-masing bencana geologi
Puring; berkualitas lingkungan klas jelek, lingkungan yang dipakai sebagai acuan
berada pada beberapa tempat di kecamatan kesebandingan, adalah sebagai berikut :
Buluspesantren dan Ayah. a. Gempa
Percepatan tanah maksimum
ANALISIS KERENTANAN BENCANA
GEOLOGI LINGKUNGAN

Peta satuan bencana geologi lingkungan


Satuan bencana geologi lingkungan adalah peta
yang menggambarkan zona pada suatu medan
(terrain) yang mempunyai tingkat kerentanan
yang sama dari bermacam jenis bencana
4
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Tabel 1. Zona dan Tingkat Resiko Percepatan Tanah c. Gerakan massa tanah dan/atau batuan
Maksimum Tabel 4. Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah
Tingkat Nilai Harkat Kesebandingan dan/atau Batuan
Resiko Percepatan Intensitas Tingkat Kriteria Harkat
Gempa (gal. Atau (MMI) Kerentanan
cm/det2) Kerentanan Jarang atau tidak pernah 1
Sangat < 50 1 ≤ VII sangat rendah terjadi gerakan tanah. Jika
Kecil terjadi pada medan datar –
Sedang 50 – 125 2 VII – VIII berlereng landai dengan slope
Besar 125 – 300 3 VIII – IX < 7 % (hampir landai) dan
Sangat > 300 4 ≥ IX pada tebing-tebing sungai.
Besar Kerentanan Jarang terjadi gerakan tanah, 2
Sumber : Fauzi, dkk. 2002. rendah jika terjadi itupun pada tebing-
tebing sungai dan medan datar
1) Amplifikasi tanah – bergelombang rendah
Tabel 2. Tingkat Amplifikasi dan Kerentanan Tanah dengan slope < 15 % (miring).
Tingkat Tingkat Amplifikasi Harkat Kerentanan Banyak terjadi gerakan tanah 3
Amplifikasi Kerentanan (kali) menengah pada medan yang berbatasan
Tanah dengan lembah sungai, tebing
Rendah Ringan 0–3 1 pemotongan jalan, dan pada
batas peralihan litologi.
Sedang Menengah 3–6 2 Gerakan tanah lama mungkin
Tinggi Tinggi 6–9 3 bisa aktif kembali. Slope agak
Sangat Sangat >9 4 curam (15 – 30 %) – curam
Tinggi Tinggi (30 – 70 %).
Kerentanan Medan sangat tidak stabil, 4
b. Tsunami tinggi Kisaran slope umumnya terjal
(15 – 30 %) – amat sangat
Tabel 3. Kriteria Tingkat Potensi Bencana Tsunami
curam (> 140 %).
Catatan : Berdasarkan penilaian kondisi medan di Kab.
Purworejo dan Kebumen.
d. Banjir
Tingkat Potensi Kriteria Harkat Tabel 5. Skala Kualitas Lingkungan untuk Banjir
Bencana Kualitas lingkungan
Potensi rendah Perbukitan 1 Kriteria
Klas Harkat
Karst/vulkanik, F.0 (Bebas) Sangat baik 1
14 – 55 %
F.1.1; F.2.1; F.3.1 Baik 2
(sedang – terjal),
F.1.2; F.2.2; F.3.2; F.4.1 Sedang 3
> 25 m dpl.
F.1.3; F.2.3; F.3.3; F.3.2 dan Jelek 4
Potensi menengah Gumuk pasir, 8 – 2
F.2.2 (rumah/jalan tergenang)
20 % (miring –
F.1.4; F2.4; F.3.4; F.4.2; F.4.3; Sangat Jelek 5
sedang), 5 – 16
F.4.4
m dpl.
Sumber : LREPP II (1992)
Potensi Tinggi Berombak – 3
bergelombang, 8 Keterangan kriteria:
– 13 % (miring), Tinggi
2 – 12 m dpl. <25 25- 50- >75cm
Potensi sangat tinggi Dataran, 0 – 7 % 4 Durasi
cm 50 75
(datar – landai), cm cm
< 5 m dpl. <2 hari F.1.1 F.2.1 F.3.1 F.4.1
2-7 F.1.2 F.2.2 F.3.2 F.4.2
hari
1-2 F.1.3 F.2.3 F.3.3 F.4.3
minggu
>2 F.1.4 F.2.4 F.3.4 F.4.4
minggu

5
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Tingkat kerentanan bencana geologi Berdasarkan rumus/formula dan Tabel 6,


lingkungan maka diketahui julat adalah sebesar = 12,
Dalam mengetahui tingkat kerentanan bencana selanjutnya dibuat kisaran NKB untuk
geologi lingkungan dilakukan dengan menentukan klasifikasi sebagai acuan
pendekatan daya dukung satuan bencana tingkat kerentanan bencana geologi
geologi lingkungan. Daya dukung satuan lingkungan pada Tabel 7.
bencana geologi lingkungan adalah kemampuan
pada satuan medan (terrain unit) yang
mempunyai berbagai tingkat kerentanan Tabel 7. Klasifikasi dan Tingkat Kerentanan Bencana
Geologi Lingkungan
bencana geologi untuk/dalam mendukung
prikehidupan manusia dan makhluk hidup Kisaran Kerentanan Bencana
lainnya. Pada setiap satuan bencana geologi NKB Klasifikasi Tingkat
lingkungan dihitung perkalian antara bobot dan 16 – I Rendah
kemampuannya, kemudian hasilnya 28
dikesebandingkan dengan klasifikasi kisaran 28 – II Menengah
40
tingkat kerentanan bencana geologi lingkungan. 40 – III Tinggi
Untuk mengetahui kisaran tingkat kerentanan 52
bencana geologi lingkungan untuk masing- 52 – IV Sangat
masing satuan, diawali menghitung julat dengan 64 tinggi
memakai rumus sebagai berikut :
Adapun tingkat kerentanan bencana geologi
Σ nilai maksimal – Σ nilai minimal lingkungan di Kabupaten Purworejo dan
I =
Banyaknya kelas Kebumen, adalah sebagai berikut : (lihat
I = julat (lebar interval). Peta 6.)
1. Kabupaten Purworejo, terdapat :
Tabel 6. Nilai Maksimal dan Minimal Dari Nilai a. Tingkat kerentanan tinggi dicirikan
Kemampuan Yang Telah Dibobot (NKB)
Parameter
dengan pembatas medan berupa :
Kemampuan NKB
Bencana - Gerakan massa tanah dan/atau batuan
No Geologi
Bobot
Maks Min Maks Min (kerentanan tinggi) di daerah perbukitan,
Lingkungan
1. Gempa 4 - Tsunami (potensi sangat tinggi) di pantai
a. 4 1 16 4 selatan Kec. Ngombol (Desa Malang, Pagak,
Percepata dan Wero), Kecamatan Purwodadi Desa
n tanah Ngentak,
maksimu
- Banjir (kelas sedang) di desa Bakurejo dan
m
b. 4 1 16 4 Nambangan, Kecamatan Grabag.
Amplifika - Amplifikasi tanah (sangat tinggi), berada di
si tanah Kecamatan Butuh, pituruh, Bener, Kaligesing,
2. Tsunami 4 4 1 16 4 dan selatan Purwodadi.
4. Gerakan 3 4 1 8 2 b. Tingkat kerentanan menengah yang
massa
tanah
menempati sebagian besar daerah penelitian
dan/atau dicirikan dengan pembatas medan, berupa
batuan gerakan tanah dan/atau batuan (sangat
5. Banjir 2 4 1 8 2 rendah – menengah), percepatan tanah
Jumlah 64 16 maksimum (besar – sangat besar), dan
amplifikasi tanah (sedang – tinggi).

6
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

c. Tingkat kerentanan rendah, dicirikan dengan 1. Kabupaten Purworejo terdapat tingkat


sangat sedikit faktor pembatas medan berupa kerentanan bencana geologi lingkungan
percepatan tanah maksimum (besar). tinggi, menengah, dan rendah. Sedangkan
Kabupaten Kebumen terdapat semua tingkat
2. Kabupaten Kebumen, terdapat : kerentanan geologi lingkungan, yaitu sangat
a. Tingkat kerentanan sangat tinggi dicirikan tinggi, tinggi, menengah, dan rendah.
dengan pembatas medan berupa : 2. Tingkat kerentanan diketahui dari
- Tsunami (potensi sangat tinggi) selatan perhitungan (metoda kwantitatif-empiris)
kecamatan Ayah di Desa Ayah dan Pasir, serta berdasarkan kesamaan besaran tingkat
di pantai selatan sekitar muara sungai karakteristik dari jenis-jenis bencana
Cingcinggulin (desa Tambakmulyo, Kec. (gempa : percepatan tanah maksimum dan
Puring), sungai Lok Ulo (desa Tanggulangin amplifikasi tanah; tsunami; gerakan tanah
Kec. Klirong), sungai Wawar (desa dan/atau batuan; dan banjir) yang berpotensi
Lembupurwo, Kec. Mirit). terjadi di daerah penelitian. Tingkat
- Banjir (jelek) di Desa Ayah, Kecamatan Ayah. kerentanan menunjukkan adanya akumulasi
b. Tingkat kerentanan tinggi dicirikan dengan dari berbagai jenis bencana geologi
pembatas medan berupa : lingkungan yang mempunyai tingkat
- Gerakan massa tanah dan/atau batuan sama/relatif sama pada daerah yang sama.
(kerentanan tinggi) di daerah perbukitan, 5.2. Saran
- Tsunami (potensi tinggi) di pantai selatan 1. Bagi pengguna medan/lahan dan
kecamatan Petanahan, Puring, dan Klirong. perencana ruang wilayah untuk lingkungan
- Banjir (Jelek) Kecamatan Ayah dan binaan dapat memanfaatkan hasil penelitian
Bulupesantren. ini sebagai acuan, sehingga dampak dari
- Amplifikasi tanah (sedang - sangat tinggi), bencana geologi lingkungan yang dapat
yang sangat tinggi berada di Kecamatan Buayan kompleks pada daerah yang sama dapat
(desa Nogodadi, Rangka, dan Gebluk), diminimalkan.
Kecamatan Ayah (desa Argopeni), Kec. 2. Penelitian ini masih perlu disempurnakan
Adimulyo (Desa Arjesari), Kec. Kebumen dengan skala yang lebih besar, agar lebih
(Desa Tamanwinangun dan Kawadusan), Kec. detail dan perlu disosialisasikan kepada
Klirong (Desa Podoluhur). masyarakat.
- Percepatan tanah maksimum (besar) menyebar
diwilayah Kabupaten Kebumen. DAFTAR PUSTAKA
c. Tingkat kerentanan menengah dicirikan
dengan pembatas medan berupa : Asikin, S., Handoyo, A., Busono, H., & Gafoer,
Gerakan massa tanah dan/atau batuan S., 1992, Geologi Lembar Kebumen, Jawa,
(kerentanan sangat rendah - menengah), Departemen Pertambangan dan Energi
Tsunami (potensi menengah), Banjir (sedang), Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Amplifikasi tanah (sedang – tinggi), Percepatan
Hal, 5, 12, 20.
tanah maksimum (besar). Bappeda Kabupaten Kebumen, 2003, Rencana
d. Tingkat kerentanan rendah dicirikan dengan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kebumen
pembatas medan berupa : Gerakan massa tanah Tahun 2004-2013, Bappeda Kabupaten
dan/atau batuan (sangat rendah - rendah), Kebumen
Banjir (sedang), Amplifikasi tanah (rendah), Bappeda Kabupaten Purworejo, 2002, Rencana
Percepatan tanah maksimum (besar). Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo
5. KESIMPULAN DAN SARAN Tahun 2003-2013, Badan Perencanaan Daerah
5.1. Kesimpulan. Kabupaten Purworejo

7
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Bammelen, Van, R.W., 1949, The Geology of Richter, C.F., 1969, Elementary Seismology.
Indonesia – Volume I A, General Geology ; The W.H., Freeman and co, San Fransisco and
Haque, Martinus Nijhoff. h 732. London.
Bullen, K.E., & Bruce A.B., 1987, An Introduction Sungkowo A, 2007, Ekosistem Gumuk Pasir
to The Theory of Seismology. Cambridge Di Bagian Selatan Kabupaten Kebumen
University Press. Berperan Sebagai Penghambat Hempasan
Dinas Pertambangan dan Energi, Provinsi Jawa Tsunami, Seminar Nasional UPN “Veteran”
Tengah, 2007, Inventarisasi Zona Rawan Gempa Yogyakarta.
Tektonik (Kabupaten Cilacap, Kebumen, dan Zuidam, Van R.A., 1983, Guide to
Purworejo), Laporan Penelitian. Geomorphology Aerial Photograhic
Fauzi, dkk., 2002, Aplikasi Sistem Informasi Geografi Interpetation and Maping, I.T.C, Enschede the
Untuk Peta Bencana Alam di Indonesia. Netherland.
Fauzi, dkk., 2001, Pemetaan Gempabumi di
Indonesia. BMG (CD ROM).
Ibrahim Gunawan dan Subardjo, 2006, Seismologi,
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Jakarta,

8
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

LAMPIRAN

Peta 1

Peta 2

1
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Peta 3

Peta 5

2
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Peta 4

1
PROCEEDINGS PIT IAGI SEMARANG 2009
The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang, 13 – 14 October 2009

Peta 6

Anda mungkin juga menyukai