Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian, kemajuan teknologi dan

keterlibatan masyarakat meningkatkan kepedulian mengenai masalah kesehatan

gigi dan mulut (Benjamin, R, M., 2010). Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut

sangat membutuhkan perhatian khusus (Cahyaningrum, A, N., 2017).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018

oleh Kementrian Kesehatan Indonesia masalah kesehatan gigi dan mulut

mencatat proporsi masalah sebesar 57,6%. Hal ini menjadi perhatian bagi setiap

elemen kesehatan khususnya di bidang gigi dan mulut disebabkan beberapa

penyakit gigi dan mulut tidak hanya berakibat pada kesehatan gigi dan mulut

secara lokal namun juga berdampak pada masalah kesehatan secara general

seperti malnutrisi, tingkat kecerdasan, dan kepercayaan diri hingga sosial

ekonomi (Widayati, N., 2014 ; Susilawati, D, N et al. 2015 ; Pindobilowo, 2018).

Masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi yang tinggi yaitu

periodontitis. Penyakit periodontal ini merupakan kondisi mulut yang paling

umum pada manusia (Nazir, M,A., 2012). Periodontitis merupakan penyakit

inflamasi yang terjadi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh

mikroorganisme spesifik maupun kelompok mikroorganisme tertentu,

mengakibatkan terjadinya destruksi yang progresif pada ligament periodontal dan

tulang alveolar yang ditandai dengan adanya peningkatan probing depth

1
formation atau resesi gingiva maupun keduanya (Newman et al., 2012 ; Ramseir,

C, A et al. 2014 ; LaMonte, M, J., 2017).

World Health Organization (WHO) melakukan pengembangan bank data

global terhadap kesehatan oral dengan menggunakan Community Periodontal

Index (CPI). Data ini diambil secara global berdasarkan epidemiologi besar dari

negara berbeda yang menunjukan distribusi dari penyakit periodontal.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa prevalensi dari periodontitis

merupakan penyakit yang lazim di negara maju dan berkembang bahkan

mempengaruhi sekitar 20-50% dari populasi global (Nazir, M,A., 2012). Studi

Global Burden of Disease (GBD, 1990-2010) menunjukkan bahwa periodontitis

parah adalah penyakit keenam yang paling umum di seluruh dunia, sekitar 743

juta orang terdampak di seluruh dunia (Kassebaum. et al., 2014 ; Jin et al., 2016 ;

Tonetti, M, S et al., 2017).

Data World Health Organization (WHO) juga menunjukan prevalensi

penyakit periodontal tinggi terutama pada remaja, dewasa dan usia lanjut.

Dimana prevalensi periodontitis pada negara berkembang lebih tinggi

dibandingkan negara maju termasuk Indonesia (Nazir, M,A., 2012). Di

Indonesia penyakit periodontal menempati urutan kedua setelah karies dengan

prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur adalah 96.58%. dan

masih merupakan masalah di masyarakat. Hal ini dikarenakan, periodontitis

merupakan salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang cukup luas

dikalangan masyarakat (Susanto, A et al., 2016).

2
Periodntitis bagi kesehatan oral secara lokal jika dibiarkan dan tidak

diberikan perawatan segera dapat mengakibatkan kehilangan gigi dengan

kemungkinan sebanyak 10.6%, peningkatan kedalaman poket yang signifikan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya mobility, dan kehilngan tulang alveolar

secara vertical ataupun horizontal (Backer, W et al., 1979). Sebagai penyakit

multifaktorial, periodontitis dalam perkembangan yang lebih lanjut

mengakibatkan kerusakan pada jaringan disekitar akar gigi, tulang alveolar dan

memiliki keterkaitan dengan penyakit sistemik seperti diabetes, perubahan pada

hati, penyakit kardiovaskular hingga osteoporosis (Silva, M, K et al., 2017). Page

(1998) mengatakan bahwa periodontitis dapat mempengaruhi kerentanan host

terhadap penyakit sistemik dengan tiga cara yaitu faktor resiko bersama, dengan

biofilm sub gingiva yang bertindak sebagai reservoir bakteri gram negatf dan

melalui periodonsium yang bertindak sebagai rervoir mediator inflamasi (Li, C et

al., 2000). Untuk itu kebutuhan akan perawatan periodontitis yang optimal dan

sedini mungkin dari suatu tahap ke tahap berikutnya diperlukan untuk

menghindari dampak-dampak lebih lanjut dan mempertahankan gigi di rongga

mulut dalam keadaan fungsional untuk jangka waktu lama (Armitage, G, C et al.,

2009 ; Sahni, J et al., 2012 ; Azouni, K, G., 2014 ; Salih, S, M et al., 2014 ;

Carnio, J et al., 2015).

Penelitian telah mengamati bahwa nutrisi yang seimbang memiliki peran

penting dalam menjaga kesehatan periodontal. Pengaruh suplementasi nutrisi dan

pola makan yang seimbangan seperti asupan vitamin dan mineral tertentu

dibuktian mempengaruhi proses penyembuhan jaringan periodontal (Najeb, S et

3
al., 2016). Magnesium dan zinc memiliki banyak efek menguntungkan termasuk

tindakan anti-inflamasi dan antioksidan. Sejauh ini, terdapat data tentang efek

pemberian suplemen magnesium dan zinc pada biomarker peradangan dan stres

oksidatif dan ekspresi gen yang terkait dengan peradangan pada beberapa kasus

termasuk periodontitis (Ebrahimi, F, A et al., 2017).

Zinc(Zn) merupakan elemen yang penting untuk makhluk hidup karena

memiliki peran mendasar dalam ekspresi gen dan pengembangan sel.

Metabolisme zinc yang berubah dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti

periodontitis. Dalam penelitian yang dilakukan pada tikus, kesehatan oral dan

periodontal tikus yang diberi suplementasi zinc lebih baik daripada yang

mengalami defisiensi zinc (Salih, S, M et al., 2014). Mikronutrien ini

berpartisipasi dalam sintesis dan aksi hormon, yang terkait erat dengan

metabolisme tulang. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa Zn merangsang sel

osteoblastik untuk pembentukan tulang. Meningkatkan status zinc melalui nutrisi

dan suplemen dapat menjadi strategi yang layak untuk mengurangi risiko

penyakit radang seperti halnya periodontitis (Orbak, R et al., 2007 ; Thomas, B et

al., 2013 ; Salih, S, M et al., 2014 ; Taru, S, C et al., 2017).

Magnesium adalah salah satu kation yang melimpah ditemukan dalam sel

hidup. Mineral ini diperlukan untuk berbagai fungsi fisiologis (Meisel,P et al.,

2005). Magnesium diperlukan untuk metobolisme dan pemeliharan sel serta

pembentukan tulang. Kekurangan magnesium menggangu hormone paratiroid

dan secara langsung mempengaruhi tulang yang mengakibatkan osteoporosis,

seperti halnya yang terjadi pada tulang alveolar penderita periodontitis tingkat

4
lanjut (Najeeb, et al., 2016). Studi terbaru menunjukan bahwa periodontitis

merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang juga dikaitkan dengan

defisiensi magnesium (Meisel,P et al., 2005). Pemberian suplemen magnesium

terbukti mengurangi insiden patah tulang pada pasien osteoporosis, dan

menunjukan efek positif pada pemeliharaan tulang. Pada penderita penyakit

periodontal pemberian suplemen magnesium dapat menunjukan pengurangan

kedalaman probing dan penerunan attachment loss (Schifferle, R, E., 2005. ;

Najeeb, et al., 2016).

Keterkaitan antara dua jenis mineral ini, yaitu zinc dan magnesium dapat

menjadi terapi tambahan yang dipilih untuk memperbaiki kesehatan oral

terutama kebutuhan fungsional dan mencegah dampak tingkat lanjut yang

diakibatkan oleh penyakit periodontitis guna menekan prevalensi yang tidak

terkendali. Penelitian ini dibuat dengan judul “Perbedaan Gambaran Klinis pada

Penderita Periodontitis Paska Initial Terapi dengan Pemberian Suplementasi

Kombinasi Zinc dan Magnesium”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang tepat

adalah bagaimana pengaruh suplementasi kombinasi zinc dan magnesium pada

gambaran klinis periodontitis setelah initial terapi?

5
1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya maka, tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suplementasi kombinasi zinc

dan magnesium pada gambaran klinis periodontitis setelah initial terapi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Ilmu Pengetahuan

Memberikan informasi mengenai pengaruh suplementasi kombinasi

zinc dan magnesium pada gambaran klinis penderita periodontitis paska

initial terapi.

1.4.2 Praktisi

Dengan mengetahui hubungan antara suplementasi zinc yang

dikombinasikan dengan magnesium pada gambaran klinis dari penderita

periodontitis diharapkan dapat menjadi penatalaksanaan tambahan pada

periodontitis sehingga dapat mengurangi prevalensi penyakit periodontal

di masyarakat.

6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh suplementasi zinc yang

dikombinasikan dengan magnesium pada gambaran klinis penderita periodontitis

setelah initial terapi yang ditandai dengan perubahan bleeding on probbing,

periodontal indeks , gingival index, calculus index dan clinical attachment loss.

Anda mungkin juga menyukai