Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 180810301084
MATKUL : Perpajakan 2
Kelas :C
Dalam pajak kini jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak, jumlah pajak ini harus
dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tariff
pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak atau laba fiscal
diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasrkan laporan
keuangan komersial (laporan akuntansi). Perbedaan pelakuan perpajakan pendapatan dan biaya
di kenal dengan beda waktu dan beda tetap
Masa Masa
Tahun Metode
Aset Harga Perolehan Manfaat Manfaat
Perolehan Penyusutan
(Komersial) (Fiskal)
Tanah 2017 Rp 200.000.000,00 - - -
Bangunan 2017 Rp 400.000.000,00 20 Tahun 20 Tahun Garis Lurus
Peralatan 2017 Rp 150.000.000,00 4 Tahum 6 tahun Garis Lurus
Reskonsiliasi fiskal PT JAYA SUKMA pada tahun 2018 dilakukan sebagai berikut :
Laba bersih komersial sebelum PPh Rp. 400.000.000,00
Beda waktu
- Depresiasi (Rp.12.500.000,00)
Beda Tetap
Dengan demikian, besarnya pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT JAYA SUKMA
adalah Rp.75.000.000,00
Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan disebabkan oleh perbedaan sementara antara laba fiskal dengan laba komersial.
- Jika laba pajak lebih besar dari laba komersial disebut aset pajak tangguhan
- Jika laba pajak lebih kecil dari laba komersial disebut kewajiban pajak tangguhan
Pengakuan pajak tangguhan didasarkan pada apabila dimasa mendatang akan terjadi pembayaran
pajak yang lebih besar berdasarkan standar akuntansi harus diakui sebagai kewajiban. Pengakuan
aset dan kewajiban pajak tanggguhan (perbedaan sementara) dapat dihitung dengan mengalikan
beda waktu antara laporan keuangan komersiar dengan laporan keuangan fiskal atau rugi fiskal
yang dapat dikompensasi dengan tarif yang berlaku. Namun tidak semua beda waktu dapat
dikurangkan.
Perhitungan Pajak Tangguhan
Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat di kompensasi
( Rp 25.000.000,00 X 25%)
Pencatatan aset pajak tangguhan yang bersal dari rugi fiskal yang di kompensasikan
( Rp 25.000.000,00 X 25%)
Pengakuan kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari beda temporer penyusutan
peralatan (Rp 12.500.000,00 X 25%)
2. Mengulik Euforia Amnesti Pajak: Hukum-Utang Pajak (Studi Kasus Pelayanan Pajak
Pratama Kabupaten X)
Dalam Pemahaman saya Keempat fungsi ini sebagai wujud prespektif Hukum-APBN-
Utang-Pajak tentang target realisasi pajak, oleh karenanya pajak diharapkan menjadi wujud
kesadaran masyarakat (voluntary compliance) dalam memberikan kontribusi terhadap Negara
melalui self assessment. Serta secara rinci memperlakukan Penyajian, Perhitungan dan Aspek
Keuangan lainnya yang berkaitan amnesti pajak. Pemahaman penjelasan ini bahwa selisih
diletakkan pada tambahan modal disetor (additional paid incapital). Kondisi seperti itu membuat
perusahaan akan meningkatkan utangnya untuk memperbesar modal kerja sehingga investasi dan
pinjaman perbankan akan besar, memperkuat kurs rupiah, dan cadangan devisa.
Sesuai UU No. 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan , dasar penyusutan atas
harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. Metode penyusutan harta
berwujud yang diperbolehkan dalam UU PPh dibagi menjadi dua, yaitu metode garis lurus (straight-line
method) sesuai pasal 11 ayat (1) dan metode saldo menurun (declining balance method) seuai pasal 11
ayat (2).Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud
ditetapkan sebagai berikut:
Penyusutan
Nilai mesin setelah 4 tahun yakni = harga perolehan – jumlah penyusutan – nilai residu
= Rp 0
Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat 6, sistem atau mekanisme
pencatatan yang diperkenalkan adalah sistem pencatatan perpetual. Selain itu, dalam ketentuan
perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dalam menghitung PhKP haruss berdasarkan data
yang benar dan tidak berdasarkan penaksiran. Penilaian persediaan akhir harus dihitung dengan
dasar harga perolehan melalui average dan FIFO. Berikut penjelasan perhitungan fisik dan
perpetual serta metodenya.
Tn. SULE EMAN memiliki transaksi persediaan pada tahun 2018 yaitu :
Tn. Aldi menggunakan metode pencatatan sistem periodik. Pada tanggal 31 Desember 2018 Tn.
SULE EMAN memiliki 100 unit persediaan akhir di gudang. Sehingga persediaan yang tejual
sebanyak 500 unit.
Perhitungan :
1. Harga rata-rata per unit = Rp. 1.600.000,00 / 600 unit = Rp. 2.666,67 Rp. 3.000,00
2. Harga Pokok Penjualan = 500 unit x Rp. 2.666,67 = Rp.1.333.335,00
Rp. 1.333.000,00
3. Persediaan Akhir = 100 unit x Rp. 2.666.67 = Rp.266.667,00 Rp. 267.000,00
b. Metode FIFO (First In First Out)
Perhitungan :
1. Total Pembelian :
Perhitungan Perpetuel
Tn SULE EMAN memiliki daftar transaksi persediaan barangnya pada bulan desember 2020
untuk usahanya sebagai berikut:
Perhitungan:
FIFO
HPP = Rp 29.000,00
AVERAGE
HPP = Rp 31.500,00
Persediaanakhir=Rp 12.500,00