Anda di halaman 1dari 42

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Dicky Darmawan
NIM : D1A020146
Fakultas & Prodi : Hukum & Ilmu Hukum
Semester : 1 (SATU)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas


selesainya tugas artikel ini tepat pada waktunya. Sholawat dan Salam semoga ALLAH
limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas bimbingannya yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang-benderang yakni Dinul
Islam.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat untuk menambah wawasan
tentang Iman Islam Ihsan, Islam dan Sains, Islam dan penegakan hukum, kewajiban
Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar dan fitnah akhir zaman bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Selain itu, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan bisa
meneladani sikap serta perilaku Rasulullah Muhammad SAW.

Penyusun, Mataram 17 Desember 2020

Dicky Darmawan
D1A020146

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Iman, Islam, Ihsan 1
II. Islam dan Sains 12
III. Islam dan Penegakan Hukum 19
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar 26
V. Fitnah Akhir Zaman 33
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 39

iii
I. Iman, Islam, Ihsan
A. Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
A.1. Pengertian Iman
Secara bahasa iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah
ialah “membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan
dengan perbuatannya”. Sedang menurut istilah yang sesungguhnya ialah
kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak
bercampur dengan syak dan ragu, serta memberi pengaruh terhadap pandangan
hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Kata iman dalam Al-Qur’an
digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Ar- Raghib Al-Ashfahani (Ahli
Kamus Al-Qur’an) mengatakan, iman didalam Al-Qur’an terkadang digunakan
untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati dan
perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya
terbatas pada perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan
ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari.
A.2. Pengertian Islam
Kata Islam merupakan pernyataan kata nama yang berasal dari bahasa
Arab aslama (َ‫)أَﺳْﻠَم‬, yaitu bermaksud “untuk menerima, menyerah, atau tunduk”
Dengan demikian Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada tuhan,
dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti
perintah-Nya dan menghindari politeisme. Perkataan ini memberikan beberapa
maksud dari Al-qur,an. Dalam beberapa ayat, kualitas islam sebagai kepercayaan
ditegaskan: “ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama islam)” . Ayat
lain menghubungkan islam dan din (lazimnya diterjemahkan sebagai “Agama”),
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku- cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam jadi agama bagimu”.
Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar kata yang sama dengan kata
salam yang berarti “Damai”. Kata muslim (sebutan bagi pemeluk agama Islam)
juga berhubungan dengan kata Islam, kata tersebut berarti ”Orang yang berserah
diri kepada Allah”.
1
Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut, umumnya di
galakan untuk memegang lima rukun islam, yaitu lima pilar yang menyatukan
muslim sebagai sebuah komunitas. Islam adalah syari’at Allah terakhir yang
diturunkan-Nya kepada penutup para nabi dan Rasul-Nya, Muhammad S.A.W. ia
merupakan satu-satunya agama yang benar. Allah tidak menerima agama dari
siapapun selainnya. Dia telah menjadikannya sebagai agama yang mudah, tidak
ada kesulitan dan kesusahan didalamnya, Allah tidak mewajibkan dan tidak pula
membebankan kepada para pemeluknya apa-apa yang mereka tidak sanggup
melakukunnya. Islam adalah agama yang dasarnya tauhid, syi’arnya kejujuran,
parosnya keadilan, tiangnya kebeenaran, ruhnya kasih sayang. Ia merupakan
agama agung yang mengarahkan manusia kepada seluruh hal yang bermanfaat,
serta melarang dari segala hal yang membahayakan bagi agama dan kehidupan
mereka di dunia.
A.3. Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik,
sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah S.W.T.
Berfirman dalam Al-Qur’an mengenai hal ini. “Jika kamu berbuat baik, (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri”.
Menurut bahasa adalah Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa
menjadi target seluruh hamba Allah S.W.T. Sebab ihsan menjadikan kita sosok
yang mendapatkan kemuliaan darin-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak
mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk
menduduki posisi terhormat dimata Allah S.W.T. Rasulullah S.A.W. pun sangat
menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah
kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang Ihsan itu hanya
sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari
aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga
landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh
Rasulullah S.A.W. dalam haditsnya yang sahih. Hadits ini menceritakan saat
Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malaikat Jibril – yang menyamar sebagai
seorang manusia – mengenai Iman, Islam dan Ihsan. Setelah Jibril pergi,
2
Rasulullah S.A.W. bersabda kepada sahabatnya, “Inilah jibril yang datang
mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian”. Beliau menyebutkan ketiga
hal diatas sebagai agama, dan bahkan Allah S.W.T. memerintahkan untuk berbuat
Ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur’an.
B. Macam-Macam Rukun Iman
Rukun iman dibagi menjadi 6, yaitu :
1) Iman kepada Allah
Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal:
Mengimani adanya Allah. Mengimani rububiyyah1 Allah, bahwa tidak ada yang
mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani
uluhiyyah2 Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah
dan mengingkari semua sembahan selain Allah S.W.T.
Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah
tetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta
menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan,
dan menyerupakan-Nya. Dan juga rukun iman yang pertama ini bukan hanya
semata-mata mengaku beriman kepada Allah kecuali ia dapat mengimani 4
perkara berikut ini, diantaranya mengimani Allah S.W.T., mengimani
rububiyyah Allah S.W.T., mengimani uluhiyyah Allah dan mengimani semua
sifat Allah yang telah ditetapkan pada diri-Nya.
2) Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada
mereka. Allah berfirman:
َ ‫و َ ﻟ َ ﮫ ُ ﻣ َ ﻦ ْ ﻓ ِﻲ اﻟ ﺴ ﱠ ﻤ َﺎ و َا ت ِ و َا ﻻ ْ َٔ ر ْ ض ِ ۚ و َ ﻣ َ ﻦ ْ ﻋ ِ ﻨ ْ ﺪ َ ه ُ ﻻ َ ﯾ َ ﺴ ْ ﺘ َ ﻜ ْ ﺒ ِ ﺮ ُو ن‬
َ ‫ﻋ َ ﻦ ْ ﻋ ِ ﺒ َﺎ د َ ﺗ ِ ﮫ ِ و َ ﻻ َ ﯾ َ ﺴ ْ ﺘ َ ﺤ ْ ﺴ ِ ﺮ ُو ن َ ﯾ ُ ﺴ َ ﺒ ﱢ ﺤ ُﻮ ن َ اﻟ ﻠ ﱠ ﯿ ْ ﻞ َ و َاﻟ ﻨ ﱠ ﮭ َﺎ ر َ ﻻ‬
َ ‫ﯾ َ ﻔ ْ ﺘ ُ ﺮ ُو ن‬
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada memiliki rasa
angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya: 19-20)
Bentuk dari berimannya mereka adalah beriman kepada semua tugas serta

3
amalan mereka yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.
3) Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah
ciptaan-Nya..
Kita juga pasti wajib untuk beriman dengan rinci yang namanya telah
disebutkan dalam Al-Quran, seperti injil, zabur, taurat dan lain sebagainya. Sesuai
dengan firman Allah:
ۤ‫وَاَﻧۡﺰَﻟۡﻨَﺎۤ اِﻟَﯿۡﻚَ اﻟۡﻜِﺘٰﺐَ ﺑِﺎﻟۡﺤَـﻖﱢ ﻣُﺼَﺪﱢﻗًﺎ ﻟﱢﻤَﺎ ﺑَﯿۡﻦَ ﯾَﺪَﯾۡﮫِ ﻣِﻦَ اﻟۡﻜِﺘٰﺐِ وَﻣُﮭَﯿۡﻤِﻨًﺎ ﻋَﻠَﯿۡﮫِ ﻓَﺎﺣۡﻜُﻢۡ ﺑَﯿۡﻨَﮭُﻢۡ ﺑِﻤَﺎ‬
ۡ‫اَﻧۡﺰَلَ ﷲُّٰ وَﻻَ ﺗَﺘﱠﺒِﻊۡ اَھۡﻮَآءَھُﻢۡ ﻋَﻤﱠﺎ ﺟَﺂءَكَ ﻣِﻦَ اﻟۡﺤَـﻖﱢؕ ﻟِﻜُﻞﱟ ﺟَﻌَﻠۡﻨَﺎ ﻣِﻨۡﻜُﻢۡ ﺷِﺮۡﻋَﺔً وﱠﻣِﻨۡﮭَﺎﺟًﺎ ؕ وَﻟَﻮ‬
ِّٰ‫ﺷَﺂءَ ﷲُّٰ ﻟَﺠَـﻌَﻠَـﻜُﻢۡ اُﻣﱠﺔً وﱠاﺣِﺪَةً وﱠﻟٰـﻜِﻦۡ ﻟﱢﯿَﺒۡﻠُﻮَﻛُﻢۡ ﻓِﻰۡ ﻣَﺎۤ اٰﺗٰٮﻜُﻢۡ ﻓَﺎﺳۡﺘَﺒِﻘُﻮا اﻟۡﺨَـﯿۡـﺮٰتِؕ اِﻟَﻰ ﷲ‬
َۙ‫ﻣَﺮۡﺟِﻌُﻜُﻢۡ ﺟَﻤِﯿۡﻌًﺎ ﻓَﯿُﻨَﺒﱢﺌُﻜُﻢۡ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨۡﺘُﻢۡ ﻓِﯿۡﮫِ ﺗَﺨۡﺘَﻠِﻔُﻮۡن‬
“Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhaddap kitab-kitab yang lain itu.” (QS Al-
Ma’idah : 48).
4) Iman kepada Rasul-Rasul Allah
Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah
S.W.T. pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya.
Seperti firman Allah S.W.T.
َ‫اِﻧﱠﺎۤ اَوۡﺣَﯿۡﻨَﺎۤ اِﻟَﯿۡﻚَ ﻛَﻤَﺎۤ اَوۡﺣَﯿۡﻨَﺎۤ اِﻟٰﻰ ﻧُﻮۡحٍ وﱠاﻟﻨﱠﺒِﯿّٖﻦَ ﻣِﻦۡۢ ﺑَﻌۡﺪِهٖ ۚ وَاَوۡﺣَﯿۡﻨَﺎۤ اِﻟٰٓﻰ اِﺑۡﺮٰھِﯿۡﻢَ وَاِﺳۡﻤٰﻌِﯿۡﻞ‬
َ‫وَاِﺳۡﺤٰﻖَ وَﯾَﻌۡﻘُﻮۡبَ وَاﻻَۡﺳۡﺒَﺎطِ وَﻋِﯿۡﺴٰﻰ وَاَﯾﱡﻮۡبَ وَﯾُﻮۡﻧُﺲَ وَھٰﺮُوۡنَ وَﺳُﻠَﯿۡﻤٰﻦَ ۚ وَاٰﺗَﯿۡﻨَﺎ دَاوٗد‬
‫زَﺑُﻮۡرًا‬
“Sesungguhnya Kami tellah memberikan wahhyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (Q.S. An-Nisa : 163).

5) Iman kepada Hari Akhir


4
Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat)
berupa fitnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari
kiamat.
Kemudian mereka semua akan dibangkitkan agar dapat
mempertanggungjawabkan semua amalan yang sudah mereka lakukan. Allah
berfirman :
‫ﯾَوْمَ ﻧَطْوِي اﻟﺳﱠﻣَﺎءَ ﻛَطَﻲﱢ اﻟﺳﱢﺟِلﱢ ﻟِﻠْﻛُﺗُبِ ۚ ﻛَﻣَﺎ ﺑَدَأْﻧَﺎ أَوﱠلَ ﺧَﻠْقٍ ﻧُﻌِﯾدُهُ ۚ وَﻋْدًا ﻋَﻠَﯾْﻧَﺎ ۚ إِﻧﱠﺎ‬
َ‫ﻛُﻧﱠﺎ ﻓَﺎﻋِﻠِﯾن‬
“... Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan perrtama begitulah
Kami akan mengulanginya, janji dari Kami, sesungguhnya Kami pasti
akan melakukannya.” (Q.S. Al- Anbiya : 104)
6) Iman kepada Qada dan Qadr
Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari
Allah S.W.T. Artinya disini adalah kita semua wajib untuk beriman dan percaya
bahwa semua yang sudah Alloh takdirkan, yaitu kejadian baik dan kejadian buruk.
C. Macam-Macam Rukun Islam
Rukun Islam terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Mengucapkan 2 Kalimat Syahadat
Syahadat ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan
hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan.
2. Mendirikan Shalat
Shalat merupakan ibadah yang sangat agung kedudukannya dan shalat mendapat
perhatian dan prioritas utama dalam Islam.
Sebagai seorang umat muslim pasti mempunyai kewajiban dalam mendirikan
shalat dalam sehari semalam dengan jumlah 5 waktu. Seperti yang telah disebutkan
dalam firman Allah :
ؕۡ‫ﺧُﺬۡ ﻣِﻦۡ اَﻣۡﻮَاﻟِﮭِﻢۡ ﺻَﺪَﻗَﺔً ﺗُﻄَﮭﱢﺮُھُﻢۡ وَﺗُﺰَﻛﱢﯿۡﮭِﻢۡ ﺑِﮭَﺎ وَﺻَﻞﱢ ﻋَﻠَﯿۡﮭِﻢۡؕ اِنﱠ ﺻَﻠٰﻮﺗَﻚَ ﺳَﻜَﻦٌ ﻟﱠﮭُﻢ‬
ٌ‫وَﷲُّٰ ﺳَﻤِﯿۡﻊٌ ﻋَﻠِﯿۡﻢ‬

“Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)


ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. At-Taubah : 103).
5
3. Menunaikan Zakat
Zakat adalah kewajiban menyisihkan jenis harta tertentu untuk disalurkan
kepada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu. Allah telah memerintahkan
kepada semua umat muslim yang memiliki harta yang telah mencapai nisabnya
agar dapat zakat harta untuk setiap tahunnya. Allah berfirman :
َ‫وَاَﻗِﯿۡﻤُﻮا اﻟﺼﱠﻠٰﻮةَ وَاٰﺗُﻮا اﻟﺰﱠﻛٰﻮةَ وَارۡﻛَﻌُﻮۡا ﻣَﻊَ اﻟﺮّٰﻛِﻌِﯿۡﻦ‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah : 43).
4. Berpuasa di Bulan Ramadhan
Pengertian puasa merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-
Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi
Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala. Dalam
syariat Islam puasa artinya menahan diri dari makan dan minum serta semua hal
yang dapat membatalkan puasa yang dimulai dari terbit fajar sampai dengan
terbenam matahari.
5. Menunaikan Haji Bagi yang Mampu
Haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah S.W.T. dengan ruh, badan dan
harta. Rukun Islam yang ke lima ini bahwa Allah telah mewajibkan untuk setiap
umatnya agar dapat berhaji sekali seumur hidup. Ada beberapa syarat haji
diantaranya adalah Islam, berakal sehat, baligh dan mampu.
D. Tingkatan-Tingkatan dalam Iman dan Islam dan Pencapaian Muhsin
D.1. Tingkatan Iman
a) Tingkatan iman pertama disebut dengan ilathitsu, yaitu iman yang
dimiliki oleh para malaikat, dimana tingkatan iman ini tidak
pernah berkurang dan tidak pula bertambah.
b) Tingkatan iman kedua disebut dengan iman ma’sum yaitu iman yang
dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah S.W.T. Dimana tingkatan iman
ini tidak pernah berkurang dan selalu bertambah ketika wahyu datang
kepada-Nya.
c) Tingkatan iman ketiga disebut dengan makbul yaitu iman yang dimiliki
oleh muslim dimana iman pada tingkatan ini selalu bertambah jika
6
mengerjakan amal kebaikan dan akan berkurang jika melakukan maksiat.
d) Tingkatan iman yang keempat disebut iman maohuf yaitu iamn yang
dimiliki oleh ahli bid’ah, yaitu iman yang ditangguhkan diaman jika
berhenti melakukan bid’ah maka iman akan diterima, diantaranya kaum
rafidhoh, atau dukun, sihir, dan sejenisnya.
e) Tingkatan iman yang kelima disebut dengan iman mardud, yaitu iman
yang ditolak, dimana iman ini yang dimiliki oleh orang-orang musyrik,
murtad, munafik, kafir, dan sejenisnya.
D.2. Tingkatan Islam
a) Islam muslim
b) Muslim, adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti
orangIslam atau orang yang patuh dan tunduk menurut perintah Allah
SWT.
c) Kata Muslim berasal dari kata salima yaslamu yang berarti selamat,
sentosa atau aslama yang berarti tunduk patuh atau beragama Islam.
Sehingga orang Muslim berarti orang yang patuh, taat dan berserah diri
kepada sang pencipta-Nya.
d) Dari akar kata yang sama, lahir pula kata salam atau salama yang artinya
memberi salam atau menyelamatkan. Orang yang mengucapkan salam
berarti mendoakan orang lain agar selamat.
e) Islam kaffah
Ajakan untuk menjadi mu’min yang kãffah didengungkan Allah melalui
surat Al-Baqarah ayat 208:
ِ ‫ﯾ َﺎ ا َٔ ﯾ ﱡ ﮭ َﺎ ا ﻟ ﱠ ﺬ ِﯾ ﻦ َ آ ﻣ َ ﻨ ُﻮا ا د ْ ﺧ ُ ﻠ ُﻮا ﻓ ِﻲ اﻟ ﺴ ﱢ ﻠ ْ ﻢ‬
ۚ ِ ‫ﻛ َﺎ ﻓ ﱠ ﺔ ً و َ ﻻ َ ﺗ َ ﺘ ﱠ ﺒ ِ ﻌ ُﻮا ﺧ ُ ﻄ ُ ﻮ َا ت ِ اﻟ ﺸ ﱠ ﯿ ْ ﻄ َﺎ ن‬
ٌ ‫ا ِ ٕ ﻧ ﱠ ﮫ ُ ﻟ َ ﻜ ُ ﻢ ْ ﻋ َ ﺪ ُ و ﱞ ﻣ ُ ﺒ ِﯿ ﻦ‬

“Hai orang-orang (yang mengaku) mu’min, masuklah kalian ke


dalam Islam secara kãffah, dalam arti janganlah kalian
mengikuti langkah-langkah setan, karena dia (setan itu) adalah
musuh yang nyata bagi kalian.”
Pengertian harfiah dari istilah kaffah adalah keseluruhan atau
7
totalitas (totality). Dengan demikian, menjadi mu’min yang total. Dalam
ayat di atas ada dua kata perintah udkhulu (masuklah kallian), dan yang
kedua adalah kata as-silm(u) yang merupakan sinonim sari as-salam(u)
yang artinya agama islam.
D.3. Pencapaian Muhsin
Allah berfirman :
ِ‫وَاَﻧۡﻔِﻘُﻮۡا ﻓِﻰۡ ﺳَﺒِﯿۡﻞِ ﷲِّٰ وَﻻَ ﺗُﻠۡﻘُﻮۡا ﺑِﺎَﯾۡﺪِﯾۡﻜُﻢۡ اِﻟَﻰ اﻟﺘﱠﮭۡﻠُﻜَﺔ‬
َ‫ۖ ۛۚ وَاَﺣۡﺴِﻨُﻮۡا ۛۚ اِنﱠ ﷲَّٰ ﯾُﺤِﺐﱡ اﻟۡﻤُﺤۡﺴِﻨِﯿۡﻦ‬
“… dan berbuat baiklah karena sesunggunya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-
Baqarah : 195).

َ‫اِنﱠ ﷲَّٰ ﻣَﻊَ اﻟﱠﺬِﯾۡﻦَ اﺗﱠﻘَﻮْا وﱠاﻟﱠﺬِﯾۡﻦَ ھُﻢۡ ﻣﱡﺤۡﺴِﻨُﻮۡن‬


“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. An-Nahl : 128).
Dan Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala
sesuatu.” (H.R. Ahmad, Muslim, Imam Empat)
Di dalam sebuah hadits diceritakan dialog Nabi Muhammad SAW,
dengan malaikat Jibril. Jibril berkata kepada beliau,
“terangkan aku tentang ihsan!”
Lalu beliau menjawab,
“yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-
Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka engkau yakin benarlah
bahwa Allah melihatnu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Nabi Muhammad S.A.W. menjelaskan dalam hadits tersebut bahwa iman
itu mempunyai 2 tingkat. Tingkat yang tertinggi (pertama) ialah beribadah
kepada Allah seolah-olah engaku melihat-Nya. Ini disebut maqam
(kedudukan) musyahadah, yaitu si hamba beramal menurut tuntutan
penyaksiannya kepada Allah Ta’ala dengan kalbunya, yaitu hatinya disinari
oleh iman dan mata hatinya menembus pengetahuan sehingga jadilah yang

8
gaib itu seperti kenyataan. Dan inilah hakikat maqam ihsan. Kedua, maqam
muraqabah, yaitu si hamba melakukan ibadah dengan merasa diawasi oleh
Allah serta ia selalu merasa dekat dengan-Nya. Bila perasaan si hamba
dalam melakukan semua amal adalah seperti itu, dan dia beramal dengan
perasaan seperti itu, maka amalnya akan tulus karena Allah. Perasaan hati
yang demikian akan mencegahnya berpaling kepada selain Allah. Para ahli
kedua maqam ini memiliki tingkat berbeda-beda, sesuai dengan ketajaman
hatinya.
Adapun tiga tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajad yang
berbeda-beda.
b. Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah dengan derajat yang berbeda-
beda.
c. Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling atas dengan derajat yang
berbeda-beda.
E. Penerapan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
E.1. Penerapan Iman
Percaya kepada Allah swt dan Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir
merupakan perwujudan salah satu dari iman dalam agama Islam. Iman sendiri
secara bahasa dapat berarti ‘membenarkan’. Menurut para ulama, iman kepada
Allah dan Rasulnya dilakukan dengan mengakui dalam hati, mengucapkan
secara lisan, dan mewujudkannya dalam perbuatan. Wujud iman dengan lisan
adalah dengan mengucapkan kalimat syahadat “asyhadu an-laa ilaaha
illallaah, wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” yang artinya “Saya
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan saya besaksi bahwa nabi
Muhammad adalah utusan/rasul Allah.” Mengucapkan kalimat syahadat sendiri
merupakan rukun Islam yang pertama, yang dapat dikatakan merupakan titik
awal atau permulaan Islam dalam diri kita.
Kalimat syahadat yang pertama sendiri, “asyhadu an-laa ilaaha illallaah”,
menunjukkan pengakuan kita bahwa Allah merupakan satu-satunya tuhan.
Seorang muslim harus menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam
hidup, satu-satunya penolong, dan satu-satunya dzat untuk disembah.
9
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an: Hanya kepada-Mu kami
menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan (Al Fatihah:4).
Sedangkan kalimat syahadat yang kedua,” wa asyhadu anna muhammadan
rasuulullaah”, adalah pengakuan kita terhadap Nabi Muhammad sebagai rasul
Allah. Pengakuan ini pun menunjukkan bahwa sebagai seorang muslim harus
meyakini ajaran Islam yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad. Percaya
kepada Allah dan rasul-Nya tidak hanya cukup diucapkan melalui kalimat
syahadat, yang lebih penting adalah hati kita sendiri membenarkan pernyataan
itu. Tidak akan berarti apa-apa ucapan kalimat syahadat secara lisan yang tidak
dibarengi dengan ucapan dalam hati kita. Dengan tidak sepenuhnya
mengucapkan dan membenarkan kalimat syahadat ini maka amalan seperti
sholat, puasa, zakat tentunya akan menjadi sia-sia.
Banyak sekali contoh penerapan yang dengan mudah dapat kita temui di
kehidupan sehairi-hari, misalnya saja, bersedekah kepada fakir miskin karena
Allah, bukan karena ingin dipuji masyarakat.
E.2. Penerapan Islam
Manusia memiliki dua kebutuhan pokok: jasmani dan rohani. Manusia sehat
bisa menyeimbangkan dua kebutuhan itu. Pendidikan spiritual (tarbiyah
ruhiyyah)termasuk dalam kebutuhan rohani. Pendidikan spiritual dalam Islam
tercantum dalam hadist, “Tebarkan salam, berikan makan, sambungkan tali
silaturrahim, biasakan qiyamul lail (shalat malam) pada saat orang lain tidur,
niscaya engkau akan dimasukkan oleh Allah dalam surga-Nya, Darus Salam.”
(HR Al-Bukhari dan Muslim).
Jika dijabarkan, tebarkan salam dapat diaktualisasikan dalam bentuk tegur
sapa, murah senyum, ramah, semangat memberi pelayanan, tidak sinis, tidak
emosional, mudah mengulurkan tangan, dan sebagainya. Sedangkan, ‘memberi
makan’ dapat diwujudkan dalam sikap empati, solidaritas sosial, mau
meringankan penderitaan orang lain, selalu berbagi, dan berusaha mencari solusi.
Menyambung tali silaturrahim dapat diaktualisasikan dalam bentuk : suka
dan supel bergaul, berkomunikasi terbuka dan efektif, tidak bermusuhan,
bersahabat, bekerjasama, saling melindungi, dan sebagainya. Sedangkan
‘qiyamul lail’ sebagai bentuk spiritualisasi diri dapat diterjemahkan dalam
10
perilaku yang selalu zikir kepada Allah, istiqamah dalam beribadah, tekun
berdoa, ikhlas beramal, sabar dalam menghadapi cobaan hidup, dan sebagainya.
E.3. Penerapan Ihsan
Sikap ihsan ini harus berusaha kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika kita berbuat amalan kataatan, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk
Allah. Sebaliknya jika terbesit niat di hati kita untuk berbuat keburukan, maka
kita tidak mengerjakannya karena sikap ihsan yang kita miliki. Seseorang yang
sikap ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat
senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan
karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.Ihsan adalah puncak prestasi
dalam ibadah, muamalah, dan akhlak seorang hamba. Oleh karena itu, semua
orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha agar sampai pada tingkat
tersebut. Siapa pun kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain,
kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam seluruh amalannya. Kalau
kita cermati pembahasan di atas, untuk meraih derajat ihsan, sangat erat
kaitannya dengan benarnya pengilmuan seseorang tentang nama-nama dan sifat-
sifat Allah.
Pembiasaan perilaku ihsan yang mempunyai pengaruh cukup besar
dalam membentuk perilaku, membina dan meningkatkan kualitas keimanan dan
pengetahuan dikalangan siswa. Pembiasaan bagi siswa ini lebih dituntut untuk
menekankan amaliah yang mendorong dalam berbuat baik, baik dalam
perbuatan, ucapan dan lainnya.

11
II. Islam dan Sains
A. Sains Dalam Islam
Ada perbedaan yang mendasaar antara belajar ilmu pengetahuan (sains) Dan
agama. Kalau kita belajar ilmu pengetahuan dengan tidak percaya sebelum ada bukti
empiris baik melalui pengukuran maupun secara eksperimen melakukan percobaan.
Tetapi kalau kita belajar agama mulailah percaya bahkan bukan sekedar percaya,
tetapi harus yakin. Misalnya, rasakan Allah ada di mana-mana. Sebaiknya kita tidak
bertanya mana ada Allah, jangan menggambarkan Allah SWT. Dari kebesaranNya,
pemurahNya, rahmatNya, kekuasaanNya Dan sebagainya.
Penjelasan sains (ilmu pengetahuan) di dalam Ayat-ayat Al-Qur’an mudah di
fahami bagi orang islam yang berilmu seperti firman Allah SWT. Dalam surat ke-29
Al-Ankabut ayat “Sebenarnya Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang nyata jelas di dalam
dada orang-orang berilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali
orang- orang yang zalim”
Maksudnya, ayat-ayat Al-Qur’an itu di fahami lebih jelas oleh kaum muslim
yang berilmu, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya. Catatan;
yang dimaksud dengan orang zalim adalah orang setelah diberi keterangan Dan
penjelasan dengan cara yang baik, ia tetap membantah, membangkang, Dan bahkan
menyatakan permusuhan.
Sains harus bersifat ilmiah yang diperoleh melalui tahapan-tahapan metode
ilmiah misalnya melalui pengamatan, perumusan masalah, perumusan hipotesis,
koleksi Dan klasifikasi data, serta m,embuat verifikasi. Tujuan sains adalah
memperoleh kebenaran melalui metode ilmiah. Kebenaran dari sains ini harus diuji
melalui tahap verifikasi.
B. Sains dan Teknologi
Al-Qur’an tidak seperti karya ilmiah sebagai hasil penelitian empiris yang
kebenarannya perlu diverifikasi Dan divalidasi secara faktual, tetapi Al-Qur’an
wajib diyakini oleh umat islam sebagai wahyu ilahi yang didalamnya mengandung
perumusan sains. Al-Qur’an bagaikan jendela sains yang bisa melihat alam semesta
(universe) beserta isinya seperti, bintang, planet-planet, termasuk bumi Dan benda-
benda angkasa lainnya. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan posisi Dan peran
planet bumi dalam kehidupan manusia, misalnya bumi sebagai hamparan, sebagai
12
tempat tinggal, sebagai tempat mata pencaharian untuk kelangsungan hidup dibumi.
Al-Qur’an mampu menjelaskan sains mutakhir Dan teknologi canggih pada
masyarakat modern. Ini berarti Al-Qur’an sebagai sumber ilmu ribuan tahun lebih
maju daripada sains yang dikembangkan oleh ilmuan modern.
Secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam
menyibak realita. Terkait dengan pengertian ini, maka sains juga menjadi tidak
tunggal; atau dengan kata lain, akan ada lebih dari satu sains, Dan sains satu dengan
yang lain dibedakan pada apa makna realitas Dan cara apa yang dapat diterima untuk
mengetahui realitas tersebutEinstain Versus Salam
C. Einstain Versus Salam
Listrik Dan magnet mulanya merupakan fenomena terpisah, tetapi serentenan
penemuan pada akhirnya membawa pada keterpaduan atau unufikasi keduanya Dan
lahirlah elektromagnetisme Maxwell. Didalam elektromagnetisme, medan listrik Dan
medan magnet muncul sebagai satu-kesatuan, dalam arti tidak dapat Dan tidak
mungkin muncul sendiri sebagai medan listrik saja atau medan magfnet saja. Cahaya
lampu, cahaya matahari, gelombang radio, maupun sinar-x merupakan gelombang
dari medan listrik Dan medan magnet.
D. Pencapaian Sains Pada Zaman Klasik
A.1 Ilmu Kedokteran
Ilmu ini mulai mendapat perhatian ketika Khalifah Al-Mansur 750 M Dan atas
saran menterinya, Khalid Ibn Barmak (seorang Persia), kepala rumasakit Yunde
Sahpur yang bernama Girgis bin Buchtyshu dipanggil keistana untuk mengobati.
Semenjak itu keturunan Girgis tetap menjadi Dokter Istana Dan pemerintah Dan
ilmu kedokteran mendapat perhatian. Khalifah ini memerintahkan untuk
menerjemahkannya dari bahasa yunani kedalam bahasa Arab. Ilmu kedokteran
pada masa ini masih bagian dari filsafat. Orang yang kemudian terkenal sebagai
dokter islam antara lain, Al-Razy Dan Ibnu Sina.
E. Tokoh Sains Muslim Zaman Klasik.
Adapun tokoh-tokoh Sains Muslim pada zaman klasik diantanya adalah:
1. Al-Khawarizmi (780-850M)
Dalam perjalanan Ilmu Aljabar, muncul seorang bernama Al- Khawarizmi.
Aljabar ciptaannya yang lebih tinggi lagi yang kemudian bernama Aritmatika.
Nama ini muncul ketika penyalin-penyalin barat menamakannya Aritmatika,
13
bahasa yunani, yang berarti ilmu hitung. Dan Arithmos inilah muncul kata
Aritmatika.
2. Al-Kindi (194-260H/809-873)
Ia adalah Abu Yusuf bin Ishaq Dan terkenal dengan sebutan-sebutan “filosof
Arab” keturunan arab asli. Al-Kindi bukan hanya filsuf tetapi juga ilmuan yang
menguyasai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada di zamannya. Buku-buku yang di
tinggalkannya mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti matematika,
geometri, astronomi, pharmacologi (teori Dan cara pengobatan.
3. Al-Farobi
Ia lahir di Farab Transoxania, pada tahun 1872 M. Dan berasal dari keturunan
Arab, ia bernama Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarhan Ibnu Uzlagh
Al-Farabi, anak seorang panglima dinasti samani. Al Farabi menulis .uku-buku
mengenai logika, ilmu politik, etika fisika, ilmu jawa, metafisika, matematika,
kimia, musik dan sebagainya. Kalau Al-Kindi mendapatkan gelaran failasuf Al-
‘Arab, Al-Farabi terkenal dengan nama Al- Muta’allim Al Sani (guru kedua), Al-
Mu’allim Al-Awal (guru pertama adalah Aristoteles). Di dunia latin ia dikenal
dengan nama Alpharabius.
F. Klasifikasi dalam Sains

Dalam islam tidak dikenal pemisah esensial antara “ilmu agama” dengan ilmu
“profan”. Berbagai ilmu Dan perspektif intelektual yang dikembangkan dalam islam
memang mempunyai suatu hirarki ilmu pengetahuan menurut islam. Dan ini pula
alasan kenapa para Ulama, pemikir, filosof, Dan ilmuan muslim sejak dari Al-Kindi,
al-Farabi, Dan Ibnu Sina, sampai al-Ghozali, Nashir al- Din al-Thusi Dan Mulla
shadra sangat peduli dengan klasifikasi ilmu-ilmu (Nashr 1976).
Berada dalam klasifikasi yang dikemukakan diatas, yakni ilmu-ilmu agama
Dan ilmu-ilmu umum, para pemikir keilmuan-keilmuan muslim di masa awal
membagi ilmu-ilmu pada intinya menjadi dua bagian yang diibaratkan dengan dua
sisi dari satu mata koin; jadi pada esensinya tidak bisa dipisahkan.
Yang pertama, adalah al ulum al naqliyyah, yakni ilmu-ilmu yang disampaikan
tuhan melalui wahyu, tetapi melibatkan penggunaan akal. Yang kedua adalah al-
‘ulum al aqliyyah , yakni ilmu-ilmu intelek, yang diperoleh hampir sepenuhnya
melalui penggunaan akal Dan pengalaman empiris. Kedua bentuk ini secara
14
bewrsama-sama disebut al-‘ulum al hushuli, yaitu ilmu-ilmu perolehan. Istilah
terakhir ini digunakan untuk membedakan dengan ilmu-ilmu (ma’rifat) yang
diperoleh melalui ilham (kasyf).
G. Apresiasi Sosial Terhadap Sains
Apresiasi adalah penilaian terhadap sesuatu. Maksudnya adalah kondisi
perkembangan sains pada zaman klasik termaksuk faktor pendukung yang
menyebabkan perkembangan sains masa tu.
Faktor pendukung perkembangan sains Muslim pada saat itu tidak terlepas dari
peran serta pusat pendidikan. Dalam sejarah Islam di kenal banyal sekali tempat pusat
pendidikan dengan jenis dan tingkatan serta sifatnya yang khas, namun secara garis
besar pusat pendidikan islam tertumpu pada dua tempat yaitu Baghdad Spanyol.
1. Pusat Pendidikan Islam Di Baghdad
Di Baghdad terkenal dengan Madrasah Nizamiyah sedangkan di Spanyol
Universitas Cardoba. Institusi pendidikan islam mengalami perkembangan, sesuai
dengan kebutuhan dan perubahan masyarkat Muslim saat itu, menurut Ma’sum
perkembangan dan kebutuhan masyarakat ditandai oleh dua hal yaitu:
a. Perkembangan Ilmu, kaum muslimin pada masa awal membutuhkan
pemahaman Al-Qu’an sebagaimana adanaya, begitu juga membutuhkan
keterampilan membaca .
b. Perkembangan kebutuhan, pada masa awal yang menjadi kebutuhan adalah
mendakwahkan islam. Karena itu sasaran pada mulanya di tujukan kepada
orang dewasa. Ketika keadaan semakin baik, penganut islam semakin
banyak Dan kuat, terdapatlah kebutuhan untuk mendidik guru, untuk
perkembangan ilmu Dan untuk kebutuhan masyarakat yang lebih maju.
H. Bagaimana Ilmuan Muslim Mengembangkan Sains Dalam Peradaban
Modern Seperti Ini
Nidhal Guessom, professor di American University Of Sharjah, ini mencoba
membangun jembatan epistemik Islam Dan sains. Dalam risetnya, Guessom mengkaji
Islam sebagai sumber ilmu sains, yang terintegrasi dengan ilmu agama. Melalui
penelusuran-penelusuran panjang, Guessom mengidealkan kajian sains Dan islam
dalam sosok ibn Rusyd.
Pada 1120, lahirlah ilmuan muslim Averroes beliau bernama asli Abu al-Walif

15
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd, yang sering disebut sebagai ibn Rusyd. Pada abad
12, Ibn Rusyd menjadi tokoh paling penting dalam jaringan peneliti Dan intelektual di
Cordoba. Kakeknya juga menjadi orang berpengaruh, sebagai hakim agung di
Cordoba Dan Sevilla.
Ayah Abu Al-Walid, Ahmad Ibn Rusyd juga seorang terpandang di Cordoba.
Beliau sebagai Akademisi Dan hakim, yang menjadi rujukan pengetahuan ketika
masih kanak-kanak, Ibn Rusyd tampak sebagai ahli Ilmuyang memiliki daya belajar
kuat. Ia mempelajari tiga bidang utama: agama, hukum, Dan kedokteran. Ketika
dewasa, Ibn Rusyd mengembangkan ilmu filsafat Dan kebudayaan yunani. Kegigihan
Dan ketekunan belajar, menjadikan Ibn Rusyd sebagai master dalam bidang filsafat
Dan kebudayaan yunani.
I. Mengkaji Sosok Ilmuan Muslim
Profesor Makdonald baru-baru ini telah mencoba membuktikan adanya
pengaruh Budha terhadap muncul Dan berkembangnya Atomisme dalam Islam. Tetapi,
masalah kultural yang saya coba kemukakan ini jauh lebih penting dari pada
pertanyaan yang hanya bersifat histories yang telah di jawab oleh profesor Macdonald.
Demikian juga profesor Bevan telah memberi kita pembahasan histories yang berharga
tentang kisah Mi’raj. Daya pikat yang selalu dimunculkan oleh kisah itu tewrhadap
muslim diilhami oleh kisah tersebut. Mi’raj pastilah lebih dari sekedar dogma
keagamaan, karena kisah ini mampu memesonakan pikiran agung Dante serta, lewat
Muhyiddin Ibn Al- Arabi, Kebudayaan. Dalam sudut pandang tradisional sains Islam,
awal Dan mungkin masa puncak zama keemasan adalah saat pemerintahan Khalifah Al
Makmun yang memerintah selama 20 tahun, yaitu mulai 813 sampai 833. Ia wafat pada
usia 47 tahun dalam peperangan melawan Byzantium.

Al Makmun adalah salah seorang dari dua putra Harun ar-Rasyid Dan menjadi
khalifah setelah perang saudara yang berdarah melawan kakaknya al- Amin. Al-Amin
adalah putra mahkota yang sah atas kehalifahan , tetapi dalam pengulangan sejarah
bagaimana bani abasiyyah merebut kekuasaan, Al- Makmun menilai dirinya adalah
orang yang lebih berhak sebagai orang yang menempati posisi tertinggi Dan
memerangi kakeknya sampai ke Baghdad.
J. Sains dan Islam Belajar Dari Sejarah
Sudah jelas penjajahan di banyak Negara berkembang berperan dalam

16
mempercepat kemerosotan sains Dan pendidikan dunia. Terlebih lagi, imperium islam
merasakan banyak tekanan mulai abad ke- 16 .
Dan para khalifah yang ingin menghemat biaya melihat pendanaan ilmuan Dan
berbagai program ilmiah sebagai anggaran yang pertama kali dipotong. Tidak seperti di
dunia modern, sains di zaman islam tidak berada dalam tingkatan yang sama seperti
sekarang. Tidak ada departemen di pemerintahan yang menangani sains ataupun
perusahaan multinasional berasaskan sains seperti Google atau Microsoft yang
mempekerjakan ribuan orang untuk menciptakan terobosan baru. Dan tidak ada fakultas
sains di berbagai lembaga yang bertahan lama seperti5 Universitas atau sekolah tinggi.
Kalaupun ada, cikal bakal universitas di dunia islam sepertinya menjadi tempat untuk
mengorganisir para cendekiawan yang menantangf filsafat Dan rasionalisme.
Pengetahuan dan sains pada masa lalu didukung oleh penguasa Dan kalau penguasa itu
mengalihkan prioritasnya, meninggal dunia , institusi yang mereka bangun kemungkinan
besar akan mati bersama para penguasa tersebut. Itu alasan utama mengapa tidak ada
observatorium yang bertahan lebih daripada 30 tahun di zaman imperium islam.
K. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Al-Qur’an
Dalam sejarah para nabi disebutkan, terjadi dialog antara Nabi Sulaiman a.s.
dengan Allah SWT. Dalam dialog tersebut, Nabi Sulaiman a.s. dipersilahkan oleh Allah
SWT. Untuk menerima segala kebutuhan yang Dia inginkan. Kesempatan ini tidak disia-
siakan oleh Nabi Sulaiman a.s. dengan memohon satu hal saja, yaitu meminta agar diberi
kebijaksanaan. Berkat kebijaksanaan ilah, dia senantiasa meraih kesuksesan Dan
keberuntungan, yaitu dalam bentuk kekuasaan Dan kekayaan.
Riwayat tersebut sesungguhnya hanya merupakan gambaran tentang
keunggulan ilmu pengetahyan jika dibandingkan dengan harta kekayaan Dan kekuasaan.
Artinya, jika seseorang dalam kehidupannya hanya mencari kekayaan Dan kekuasaan,
pasti ia tidak akan mendapatkan kebijaksanaan, namun sebaliknya, jika ia menuntut
kebijaksanaan ia akan memperoleh kekayaan Dan kekuasaan . kebijaksanaan yang
dimaksud dalam riwayat tersebut adalah ilmu pengetahuan, atau istilah yang disebut
dalam Al-Qur’an adalah hikmah, seperti ayat berikut ini:
Artinya:

“Allah menganugerahkan hikmah (kebijaksanaan) kepada siapa saja yang Dia


kehendaki, Dan barang siapa yang di anugerahi hikmah itu, ia benar-benar telah di
17
anugerahi karunia yang banyak.
Salah satu gambaran nabi Allah yang diberi hikmah (seperti tersebut dalam ayat
Al-Qur’an tadi) adalah nabi Sulaiman a.s. dengan hikmah yang diberikan Allah
kepadanya, dia dapat menguasai berbagai jenis makhluk yang aneka ragam bahasanya,
memiliki kekayaan yang melimpah serta kekuasaan atau kerjaan yang agung Dan besar.
Singkatnya Ia dapat menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk
kecanggihan teknologi yang melebihi kecanggihan teknologi abad modern sekarang.
L. Kedudukan Ilmuan Dalam Al-Qur’an
Banyak istilah Dalam Al-Qur’an untuk menyebut ilmuan atau cendekiawan ,
antara lain:
1. Ulama, yaitu orang yang berilmu (Q.S. Al-Fathir:28)
2. Ulu al-Nuha, yaitu orang yang berfikir secara tertib Dan sistematis, sehingga
mampu mengambil kesimpulan (Q.S. Thaha: 54-128)
3. Ulu Al-‘Ilmi, identik dengan istilah ulama, yaitu orang memiliki Dan menguasai
ilmu pengetahuan (Q.S. Ali-‘Imran: 18)
4. Ulu Al-Abshar, yaitu orang yang tajam Dan cermat dalam melihat realitas
objektif kehidupan (Q.S. An-Nur:44)
5. Ulu Al-Albab, yaitu orang yang aktif dalam memerankan rasa Dan rasionya
secara seimbang (Q.S. Ali-‘Imran:190-191)
Secara umum, keberadaan mereka dalam islam adalah sebagai orang yang
memiliki ilmu Dan dapat berbuat atau beramal lebih dari pada yang lainnya. Kedudukan
mereka Dan karakternya banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, antara lain:
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman Dan orang yang
diberi ilmu pengetahuan.
Dalam ayat terakhir ini, Allah menegaskan bahwa hamba yang mampu
membuka rahasia alam semesta ini hanyalah ‘alim al-‘ulama atau ilmuan muslim. Selain
mereka, tidaklah akan dapat memahami semua itu secara utuh Dan tuntas. Memahami
secara utuh Dan tuntas disini, bahwa penemuan- penemuan dari hasil renungan,
penyelidikan, Dan pengamatan terhadap tanda- tanda kekuasaan Allah berupa realitas
objektif yang terdapat diseluruh kosmos (ayat kauniah) Dan ayat qur’aniah ditujukan
untuk kebenaran Dan iman kepada Allah yang menciptakanya jika penemuan itu baruh
sampai pada kesenangan secara duniawi, belum dikatakan bahwah manusia mampu

18
memahami ciptaan Allah ini secara utuh dan tuntas.
III. Islam dan Penegakan Hukum
A. Konsep hukum
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan
untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah
terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian
hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarakat berhak untuk memperoleh
pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau
ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan
masyarakat dan menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum.
Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada
wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang
sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua
pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk
melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang
diperintahkan Allah Swt untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.
B. Konsep HAM
HAM adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam kandungan
dan setelah lahir ke dunia (kodrat) yang berlaku secara universal dan diakui oleh semua
orang.HAM adalah singkatan dari Hak Asasi Manusia, dimana masing-masing kata
tersebut memiliki makna. Kata “Hak” dalam hal ini berarti sebagai kepunyaan atau
kekuasaan atas sesuatu, sedangkan “Asasi” adalah sesuatu hal yang utama dan mendasar.
Jadi, pengertian HAM secara singkat adalah suatu hal yang mendasar dan utama yang
dimiliki oleh manusia.
Pada praktiknya, ada banyak sekali pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di
berbagai penjuru dunia. Pelanggaran HAM tersebut dilakukan semata-mata untuk
kekuasaan dan kepemilikan sumber daya yang ada di suatu tempat.
Ciri-ciri pokok hakikat HAM :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,

19
agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
C. Konsep Demokrasi Islam
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip
Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik Islam
menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh rakyat,
tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura", sebuah bentuk
konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan
dalam berbagai hadits dengan komunitas mereka
Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan


politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan
rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan,
dan sebagainya).

20
D. Kontribsi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum indonesia,
yaitu :
1. Lahirnya UUD 1945
Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar
Indonesia Merdeka.Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak
disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk
tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil yang
bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia. Panitia
terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim atau para ulama kecuali satu orang
beragama Kristen. Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara
Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin
Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok
nasionalis sekuler.
Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar Muzakir, H. Agus
Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam
dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah
pimpinan Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari
agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga
melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945,
yang berbunyi :
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari
Mukaddimah UUD 1945. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir
tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan

21
harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti
dengan kalimat “Yang Maha Esa”. Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam
dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan” Yang Maha Esa” tersebut tidak lain adalah tauhid.
Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu bertepatan
dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan
para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak berani. Saat itu Bung
Karno keliling menemui para ulama misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul
Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak
agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.

2. Lahirnya UU Perkawinan
Pengaturan perkawinan di Indonesia tidak dapat lepas dari keterlibatan tiga
pihak/kepentingan, yaitu kepentingan agama, kepentingan negara dan kepentingan
perempuan.M. Syura’i, S.H.I. dalam tulisannya tanggal 6 November 2010 yang
berjudul “Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan” menjelaskan
bahwa Kelahiran Undang-undang perkawinan telah mengalami rentetan sejarah yang
cukup panjang. Bermula dari kesadaran kaum perempuan Islam akan hak-haknya
yang merasa dikebiri oleh dominasi pemahaman fikih klasik atau konvensional yang
telah mendapat pengakuan hukum, mereka merefleksikan hal tersebut dalam
pertemuan-pertemuan yang kelak menjadi embrio lahirnya Undang-Undang
Perkawinan. Arso Sosroatmojo mencatat bahwa pada rentang waktu 1928 kongres
perempuan Indonesia telah mengadakan forum yang membahas tentang keburukan-
keburukan yang terjadi dalam perkawinan di kalangan umat Islam. Hal tersebut juga
pernah dibicarakan pada dewan rakyat (volksraad).
Umat Islam waktu itu mendesak DPR agar secepatnya mengundangkan RUU
tentang Pokok-Pokok Perkawinan bagi umat Islam, namun usaha tersebut menurut
Arso Sosroatmodjo tidak berhasil.Simposium Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI)
pada tanggal 1972 menyarankan agar supaya PP ISWI memperjuangkan tentang
Undang-Undang Perkawinan. Selanjutnya organisasi Mahasiswa yang ikut ambil
bagian dalam perjuangan RUU Perkawinan Umat Islam yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) yang telah mengadakan diskusi panel pada tanggal 11 Februari 1973.
22
Akhirnya setelah bekerja keras, pemerintah dapat menyiapkan sebuah RUU baru.
Tanggal 31 Juli 1973 pemerintah menyampaikan RUU tentang Perkawinan yang baru
kepada DPR, yang terdiri dari 15 (lima belas) bab dan 73 (tujuh puluh tiga) pasal.
RUU ini mempunyai tiga tujuan, yaitu memberikan kepastian hukum bagi masalah-
masalah perkawinan sebab sebelum adanya undang-undang maka perkawinan hanya
bersifat judge made law, untuk melindungi hak-hak kaum wanita sekaligus
memenuhi keinginan dan harapan kaum wanita serta menciptakan Undang-undang
yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Pada tanggal 17-18 September, wakil-wakil Fraksi mengadakan forum pandangan
umum atas RUU tentang Perkawinan sebagai jawaban dari pemerintah yang
diberikan Menteri Agama pada tanggal 27 September 1973. Pemerintah mengajak
DPR untuk secara bersama bisa memecahkan kebuntuan terkait dengan RUU
Perkawinan tersebut.
Secara bersamaan, untuk memecahkan kebuntuan antara pemerintah dan DPR
diadakan lobi-lobi antara fraksi-fraksi dengan pemerintah. Antara fraksi ABRI dan
Fraksi PPP dicapai suatu kesepakatan antara lain:
1) Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau ditambah;
2) Sebagai konsekuensi dari poin pertama itu, maka hal-hal yang telah ada dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1964 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun
1970 tetap dijamin kelangsungannya dan tidak akan diadakan perubahan; dan
3) Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin
disesuaikan dengan undang-undang perkawinan yang sedang dibahas di DPR,
segera akan dihilangkan.
Hasil akhir undang-undang perkawinan yang disahkan DPR terdiri dari 14 (empat
belas) bab yang dibagi dalam 67 (enam puluh tujuh) pasal, berubah dari rancangan
semula yang diajukan pemerintah ke DPR, yaitu terdiri dari 73 pasal.
3. Lahirnya Peradilan Agama
Peradilan Islam di Indonesia yang kemudian dikenal dengan istilah Peradilan
Agama telah ada dan dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Peradilan Agama ada
dan seiring dengan perkembangan kelompok masyarakat di kala itu, yang kemudian
memperoleh bentuk-bentuk ketatanegaraan yang sempurna dalam kerajaan Islam.
Hal ini diperoleh karena masyarakat Islam sebagai salah satu komponen anggota
23
masyarakat adalah orang yang paling taat hukum, baik secara perorangan maupun
secara kelompok.Perjalanan lembaga Peradilan Agama hingga era satu atap ini
mengalami pasang surut dan tantangan yang sangat berat, baik secara kelembagaan
maupun secara konstitusional.
Lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
memperkokoh keberadaan pengadilan agama. Di dalam undang-undang ini tidak ada
ketentuan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Pasa12 ayat (1) undang-undang ini
semakin memperteguh pelaksanaan ajaran Islam (Hukum Islam).
Suasana cerah kembali mewarnai perkembangan peradilan agama di Indonesia
dengan keluarnya Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
yang telah memberikan landasan untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri,
sederajat dan memantapkan serta mensejajarkan kedudukan peradilan agama dengan
lingkungan peradilan lainnya.
Dalam sejarah perkembangannya, personil peradilan agama sejak dulu selalu
dipegang oleh para ulama yang disegani yang menjadi panutan masyarakat
sekelilingnya. Hal itu sudah dapat dilihat sejak dari proses pertumbuhan peradilan
agama sebagai-mana disebut di atas. Pada masa kerajaan-kerajaan Islam, penghulu
keraton sebagai pemimpin keagamaan Islam di lingkungan keraton yang membantu
tug as raja di bidang keagamaan yang bersumber dari ajaran Islam, berasal dari ulama
seperti KaBjeng Penghulu Tafsir Anom IV pada Kesunanan Surakarta. Ia pemah
mendapat tugas untuk membuka Madrasah Mambaul Ulum pada tahun 1905. Namun
sejak tahun 1970-an, perekrutan tenaga personil di lingkungan peradilan agama
khususnya untuk tenaga hakim dan kepaniteraan mulai diambil dati alumni lAIN dan
perguruan tinggi agama.
Dari uraian singkat tentang sejarah perkembangan peradilan agama tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa peradilan agama bercita-cita untuk dapat memberikan
pengayoman dan pelayanan hukum kepada masyarakat.
4. Pengelolaan Zakat
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat menetapkan
bahwa tujuan pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan
ibadah Zakat.
24
2) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3) Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat.
Guna untuk tercapainya tujuan yang lebih optimal bagi kesejahteraan umum
untuk seluruh lapisan masyarakat, maka UU tentang Pengelolaan zakat mencakup
pula tentang pengelolaan infaq, sodhaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat. Hanya
saja sistem pengadministrasian keuangannya dilakukan secara terpisah. Terpisah
antara zakat dengan Infaq, shodaqah, dan lain sebagainya.

25
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
A. Hadits dan Terjemahannya
1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa semua
masyarakat

َ‫ }ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦ‬:َ‫ إِﻧﱠﻜُﻢْ ﺗَﻘْﺮَءُونَ ھَﺬِهِ اﻵﯾَﺔ‬،ُ‫ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎس‬:َ‫ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮٍ اﻟﺼﱢﺪﱢﯾﻖِ أَﻧﱠﮫُ ﻗَﺎل‬
ِ‫آﻣَﻨُﻮا ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ أَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻻَ ﯾَﻀُﺮﱡﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﺿَﻞﱠ إِذَا اھْﺘَﺪَﯾْﺘُﻢْ{ وَإِﻧﱢﻲ ﺳَﻤِﻌْﺖُ رَﺳُﻮلَ ﷲﱠِ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲﱠُ ﻋَﻠَﯿْﮫ‬
ُ‫ إِنﱠ اﻟﻨﱠﺎسَ إِذَا رَأَوُا اﻟﻈﱠﺎﻟِﻢَ ﻓَﻠَﻢْ ﯾَﺎْٔﺧُﺬُوا ﻋَﻠَﻰ ﯾَﺪَﯾْﮫِ أَوْﺷَﻚَ أَنْ ﯾَﻌُﻤﱠﮭُﻢُ ﷲﱠُ ﺑِﻌِﻘَﺎبٍ ﻣِﻨْﮫ‬:ُ‫وَﺳَﻠﱠﻢَ ﯾَﻘُﻮل‬
(‫) أﺧﺮﺟﮫ اﻟﺘﺮﻣﺬي ﻓﻲ ﻛﺘﺎب اﻟﻔﺘﻦ‬
Artinya: “Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia,
hendaklah kalian membaca ayat in : “Hai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan
sesungguhnya saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya
apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka
tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan
kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”

2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah kemungkaran

ُ‫ﻋَﻦْ طَﺎرِقِ ﺑْﻦِ ﺷِﮭَﺎبٍ ﻗَﺎلَ اَوْلُ ﻣَﻦْ ﺑَﺪَأَ ﺑِﺎﻟْﺨُﻄْﺒَﺔِ ﯾَﻮْمَ اﻟْﻌِﯿﺪِ ﻗَﺒْﻞَ اﻟﺼﱠﻼةِ ﻣَﺮْوَان‬
‫ﻓَﻘَﺎمَ إِﻟَﯿْﮫِ رَﺟُﻞٌ ﻓَﻘَﺎلَ اﻟﺼﱠﻼةُ ﻗَﺒْﻞَ اﻟﺨُﻄْﺒَﺔِ ﻓَﻘَﻞَ ﻗَﺪْ ﺗُﺮِكَ ﻣَﺎ ھُﻨَﺎﻟِﻚَ ﻓَﻘَﺎلَ أَﺑُﻮ ﺳَﻌِﯿﺪٍ أَﻣﱠﺎ‬
ْ‫ھَﺬَا ﻓَﻘَﺪْ ﻗَﻀَﻰ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﯿْﮫِ ﺳَﻤِﻌْﺖُ رَﺳُﻮلَ ﷲﱠِ ﺻَﻠَﻰ ﷲﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﯾَﻘُﻮلُ ﻣَﻦْ رَأَى ﻣِﻨْﻜُﻢ‬
ُ‫ﻣُﻨْﻜَﺮًا ﻓَﻠْﯿُﻐَﯿﱢﺮْهُ ﺑِﯿَﺪِهِ ﻓَﺎِٕنْ ﻟَﻢْ ﯾَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﺒِﻠِﺴَﺎﻧِﮫِ ﻓَﺎِٕنْ ﻟَﻢْ ﯾَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﺒِﻘَﻠْﺒِﮫِ وَذَ ﻟِﻚَ أَﺿْﻌَﻒ‬
( ‫) أﺧﺮ ﺟﮫ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﻛﺘﺎب اﻻﯾﻤﺎن‬ ‫اﻻﯾﻤَﺎن‬
Artinya : Dari Thariq bin Syihab berkata: orang yang pertama
melakukan khutbah ied setelah sholat, Marwan berkata: seorang lelaki
berdiri kemudian berkata sholat sebelum khutbah, kemudian berkata:
perkara itu sudah ditinggalkan, kemudian Abu Sa’id berkata: adapun ini,
apa yang telah diwajibkan padanya telah gugur. Saya mendengar
langsung dari Rasulullah SAW: “Barang siapa yang melihat
kemungkaran maka rubahlah kemungkaran itu dengan tangannya, ketika
26
tidak mampu maka dengan lisan, kemudian apabila masih tidak mampu
maka dengan hatinya, maka hal ini adalah paling lemahnya iman.”

B. Pembahasan
1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa semua
masyarakat
Di dalam hadits ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan
perbuatan aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha
mencegahnya, maka Allah akan memberikan siksaan yang sama dengan orang
yang melalukan penganiayaan itu. Karena menyaksikan orang yang berbuat
maksiat seperti kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung seperti orang yang
melakukan perbuatan tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf
dan nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf
dan nahi munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka
pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat
dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma’ruf dan nahi
munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu. Ada
beberapa siksaan bagi orang yang tidak mencegah kemungkaran, yaitu :
a. Azab yang menyeluruh
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa
merubahnya, Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara
merata.3 Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat,
sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan
membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab
kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-
orang yang shalih. Sebagaimana hadis Nabi Saw “sesungguhnya apabila
orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak
mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan
kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”

27
Dan firman Allah Swt :
.‫ واﻋﻠﻣوا ان ﷲ ﺷدﯾد اﻟﻌﻘﺎب‬,‫واﺗﻘوا ﻓﺗﻧﺔ ﻻ ﺗﺻﯾﺑن اﻟذﯾن ظﻠﻣواﻣﻧﻛم ﺧﺎﺻﺔ‬
Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.Dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”(Al-Anfal : 25 )

b. Tidak dikabulkannya do’anya


Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar
serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah
akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a
mereka.
c. Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar
adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah
sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf
dan nahy munkar. Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan
sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: Rasulullah bersabda: "Pertama
kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu
kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur: wahai fulan, bertaqwalah pada
Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak
halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu
juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan minum
dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka.
Allah berfirman :
‫ﻟﻌن اﻟذﯾن ﻛﻔرواﻣن ﺑﻧﻲ اﺳراﺋﯾل ﻋﻠﻰ ﻟﺳﺎن داود‬
‫ ذاﻟك ﺑﻣﺎ ﻋﺻوا وﻣﺎ ﻛﺎﻧوا‬,‫وﻋﯾﺳﻰ اﺑن ﻣرﯾم‬
‫ ﻟﺑﺋس‬,‫ ﻛﺎﻧو ﻻ ﯾﺗﻧﺎھون ﻋن ﻣﻧﻛر ﻓﻌﻠوه‬.‫ﯾﻌﺗدون‬
.‫ﻣﺎﻛﺎﻧوا ﯾﻔﻌﻠون‬
Artinya: “Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil
dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka

28
satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang
mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu
mereka perbuat itu.”( Al Ma’idah : 78-79)
d. Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan
dan paling keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan
ditinggalkannya hukum-hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini
terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak mencegahnya,
maka Allah akan menanamkan perpecahan dan permusuhan di kalangan
mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan menumpahkan
darah.
e. Pemusnahan mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah tidak
memusnahkan umat beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa
umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib
yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi
bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental. Maksudnya
umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun
melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran dan kebinasaan,
namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi
Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut,
serta kawan-kawannya tidak merasa hormat. Inilah yang diberitakan
Rasulullah SAW. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak
mencegah orang yang berbuat zalim.
Secara empiris membuktikan bahwasanya jika kemungkaran dibiarkan
begitu saja dan tidak diubah, maka tidak lama kemudian kemungkaran tersebut
akan dianggap sesuatu yang wajar dan di kerjakan oleh semua orang dewasa
dan anak-anak. Jika itu telah terjadi, maka kemungkaran tersebut sulit untuk di
hilangkan. Ketika itulah para pelakunya berhak mendapatkan hukuman dari
Allah SWT. Jika kemungkaran dalam masyarakat muslim di biarkan begitu
saja dan kebaikan tidak diperintahkan kepada mereka, maka tidak lama
berselang mereka berrohani buruk atau orang-orang jahat, tidak menyuruh
29
kepada kebaikan, dan tidak melarang dalam kemungkaran. Dari hasil
pengamatan sehari-hari dapat kita jika jiwa manusia terbiasa dengan
keburukan, maka keburukan tersebut akan menjadi wataknya. Itulah
kerja amar ma’ruf nahi mungkar.
Demikian besar keutamaan beramar ma’ruf sehingga Nabi menyatakan
bahwa pahala menyuruh kepada kebaikan itu sepadan dengan pahala orang
yang melakukannya. Demikian pula dalam sabdanya yang lain, Nabi
menegaskan bahwa pahala orang yang memerintahkan kepada kejahatan juga
sepadan dengan orang yang melakukannya.
2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah kemungkaran
Muslim meriwayatkan dari Thariq bin Shihab, dia berkata, orang yang pertama
mengawalkan khutbah pada sholat Ied adalah marwan kemudian laki-laki berdiri
dan berkata,” Sholat khotbah .” dia berkata, “ yang demikian itu telah ditinggalkan.
“ Maka Abu Said berkata , “Adapun ini, apa yang telah diwajibkan kepadanya
telah gugur.” Yaitu telah menunaikan kewajiban dengan menginkari perbuatan
yang menyalahi sunnah Rosulullah SAW- kemudian dia berkata, “ saya
mendegar .......”(al-hadist)
Dalam riwayat Al-Buhari dan Muslim, sesungguhnya Abu Said RA. adalah
orang yang menarik tanganya dan berkata apa yang dikatakan kepadanya
(Marwan). Maka Marwan menjawab seperti apa yang disebutkan. Barangkali laki-
laki itu mengingkari terlebih dahulu dengan ucapanya, kemudian Abu Sa’id
berusaha untuk mengubah kemungkaran dengan tanganya.wallahu a’lam.4
Hadits ini adalah hadits yang jami’ (mencakup banyak persoalan) dan sangat
penting untuk menjadi separuh dari agama (syari’at), karena amalan – amalan
syari’at terbagi menjadi dua: ma’ruf (kebaikan) yang wajib diperintahkan dan
dilaksanakan atau mungkar (kemungkaran) yang wajib diingkari, maka dari sisi ini,
hadits tersebut adalah separuh dari syari’at. Hadits ini juga menjelaskan bahwa
amar ma’ruf nahi munkar merupakan karakter seorang yang beriman. Dalam
mengingkari kemunkaran tersebut ada tiga tingkatan :
a. Merubah dengan Tangan

30
Merubah kemungkaran dengan tangan dimaknai merubah suatu
kemungkaran dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimilikinya. Yakni
melakukan menghentikan kemungkaran melalui kekuasaan yang dimiliki
seseorang. Misalnya polisi melakukan pencabutan ijin usaha kepada
perusahaan yang melakukan pelanggaran hukum, etika, norma atau aturan
agama. Kemudian aparat polisi yang menghukum penjual miras, penjual
barang- barang hasil curian, dan barang-barang haram lainnya.
Seorang atasan memecat secara tidak hormat bawahannya yang melakukan
pelanggaran etika/moral keagamaan. Langkah perubahan dengan tangan
atau kekuasaan merupakan tingkatan upaya paling tertinggi.
b. Merubah dengan Lisan
Langkah menghentikan kemungkaran dengan lisan dilakukan apabila
langkah pertama (menghentikan dengan kekuatan) tidak dapat
dilaksanakan,karena mungkin orang tersebut tidak memiliki hak atau
kekuasaan yang memungkinkan ia untuk melakukan pencegahan
dengan tangan. Merubah kemungkaran dengan lisan dapat dilakukan
dalam bentuk-bentuk yang bemacam-macam, seperti dengan
nasihat, mau'izah, gertakan, ucapan, tulisan, pernyataan dan lain-lainnya.
Melakukan perubahan dengan cara lisan dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kepribadian dan kejiwaan mereka yang
diajaknya. Karenanya, mengajak berbuat ma'ruf atau menghentikan
kemungkaran harus dilakukan dengan kebijaksanaan, memberikan nasihat
yang baik atau berdiskusi secara sehat.
c. Merubah dengan Hati
Adapun tingkatan terakhir (merubah dengan hati) artinya adalah membenci
kemungkaran – kemungkaran tersebut, ini adalah kewajiban yang tidak
gugur atas setiap individu dalam setiap situasi dan kondisi, oleh karena itu
jika tidak mengingkari dengan hatinya, maka ia akan binasa. Seseorang
yang tidak mengingkari dengan hatinya maka ia adalah orang yang mati
dalam keadaan hidup.

Agama Islam adalah agama yang sangat menegakkan amar ma’ruf nahi

31
munkar. Amar ma’ruf akhlak yang mulia. Kewajiban menegakkan kedua hal itu
adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja
yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah
SWT dan Rasul-Nya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannnya, sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan
dalam hal tersebut.
Dengan demikian, amar ma’ruf dan nahi munkar yang dibebankan
kepada setiap muslim, jika ia telah menjalankannya, sedangkan orang yang
diperingatkan tidak melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah terlepas
dari celaan, sebab ia hanya diperintah untuk menjalankan amar ma’ruf nahi
munkar, tidak harus sampai bisa diterima oleh Allah SWT.
Ada beberapa karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi
munkar, antara lain :
a. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan
karakter orang mukmin.
b. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan
karakter orang munafik.
c. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan mungkar, dan melarang
sebagian yang ma’ruf dan mungkar. Ini adalah karakter orang yang suka
berbuat dosa dan maksiat.
Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub
terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi
itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’
hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar,
kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga umat secara
keseluruhan.

32
V. Fitnah Akhir Zaman
Manusia setapak demi setapak menjalani tahap kehidupan-nya dari alam kandungan,
alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus dijalani sampai
akhirnya kita akan menemui alam akhirat yaitu suatu tempat untuk memperhitungkan
amalan-amalan kita saat di Dunia. Maka tatkala kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang keadaan hari Akhir, hendaklah hati
kita menjadi takut dan mata kita menjadi menangis sehingga menjadi dekatlah hati kita
kepada Allah.
Sebelum hari akhir itu terjadi maka akan muncul berbagai fitnah di akhir zaman.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah mengabarkan kepada umatnya tentang
fitnah-fitnah akhir zaman agar mereka selalu berhati-hati dan selalu bertakwa serta
berpegang teguh terhadap apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu sebelumnya.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian fitnah dan fitnah-fitnah yang akan
terjadi di akhir zaman.
A. Pengertian Fitnah
Kata fitnah berarti musibah, cobaan, dan ujian. Kata ini disebutkan secara
berulang di dalam al-Qur’an pada hampir 70 ayat (lihat al-Mu’jam al-Mufahras), dan
seluruh maknanya berkisar pada ketiga makna di atas. Kata fitnah bisa juga bermakna
sesuatu yang mengantarkan kepada adzab Allah, seperti firman-Nya:

ٌ ‫و َ ﻣ ِ ﻧ ْ ﮭ ُ م ْ ﻣ َ ن ْ ﯾ َ ﻘ ُو ل ُ ا ﺋ ْ ذ َ ن ْ ﻟ ِﻲ و َ ﻻ َ ﺗ َ ﻔ ْ ﺗ ِ ﻧ ﱢﻲ ۚ ا َ ٔ ﻻ َ ﻓ ِﻲ ا ﻟ ْ ﻔ ِ ﺗ ْ ﻧ َ ﺔ ِ ﺳ َ ﻘ َ ط ُوا ۗ و َ ا ِ ٕ ن ﱠ ﺟ َ ﮭ َ ﻧ ﱠ م َ ﻟ َ ﻣ ُ ﺣ ِﯾ ط َ ﺔ‬
َ ‫ﺑ ِﺎ ﻟ ْ ﻛ َﺎ ﻓ ِ ر ِﯾ ن‬

Artinya : Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak
pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah".
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya
Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (QS. at-Taubah: 49)

Di sisi lain, kata fitnah bermakna ujian, sebab keduanya bisa digunakan dalam
konteks kesulitan maupun kesenangan yang diterima seseorang. Hanya saja, makna
“kesulitan” lebih sering digunakan. Allah berfirman :

33
َ‫ﻛُﻞﱡ ﻧَﻔۡﺲٍ ذَآٮِٕﻘَﺔُ اﻟۡﻤَﻮۡتِؕ وَﻧَﺒۡﻠُﻮۡﻛُﻢۡ ﺑِﺎﻟﺸﱠﺮﱢ وَاﻟۡﺨَﯿۡﺮِ ﻓِﺘۡﻨَﺔً ؕ وَاِﻟَﯿۡﻨَﺎ ﺗُﺮۡﺟَﻌُﻮۡن‬
Artinya : “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya
kepada Kami”. (QS. al-Anbiyaa’: 35)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pengertian fitnah adalah hal-
hal dan kesulitan-kesulitan yang Allah timpakan kepada hamba-hamba-Nya sebagai
ujian dan cobaan yang mengandung hikmah. Biasanya fitnah terjadi secara umum,
namun ada juga fitnah yang terjadi secara khusus. Pada akhirnya, berkat karunia Allah,
fitnah itu diangkat sehingga meninggalkan dampak yang baik bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan dan yang beriman, sebaliknya meninggalkan dampak yang buruk
bagi mereka yang berbuat kejahatan dan tidak beriman. Wallaahu a’lam. (Fitnah Akhir
Zaman/al-Fitnah wa Mauqif al-Muslim minhaa”, Dr. Muhammad al-‘Aqil)
B. Fitnah-Fitnah Akhir Zaman
Diantara fitnah akhir zaman yang dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah:
1) Fitnah dalam agama, yaitu dengan mudahnya manusia berpindah dari agama Islam.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam menjelaskan: “Cepat-cepatlah kalian
beramal shalih sebelum datang fitnah, seperti malam yang gelap. Seorang pada
pagi harinya dalam keadaan mukmin, kemudian pada sore harinya menjadi kafir.
Pada sore harinya dalam keadaan mukmin, pada pagi harinya menjadi kafir; dia
menjual agamanya dengan benda-benda dunia.” (HR. Muslim)
2) Fitnah kebodohan, kerakusan, dan kekacauan dengan dicabutnya ilmu agama dari
hati manusia.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Zaman semakin dekat, ilmu
dicabut, muncul fitnah-fitnah, tersebar kebakhilan-kebakhilan, banyak terjadi al-
haraj. Para sahabat bertanya, ‘Apakah al-haraj itu, ya Rasulullah?” beliau
menjawab, ‘Pembunuhan.’ (Muttafaqun ‘alaih) Ilmu akan dicabut dari hati
manusia dengan cara diwafatkannya para ulama’ ahli ilmu agama. Maka setelah itu
akan terjadilah kebodohan dimana-mana dan akan ada muncul da’i-da’i
yang menyeru ke dalam neraka jahanam.

34
3) Diangkatnya amanah dari manusia.
Hal ini merupakan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Sebagaimana yang
telah di kabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang ketika itu
datang seorang Badui kepada beliau dan berkata, “Kapankah hari kiamat akan
terjadi?” Beliau menjawab dengan sabdanya: “Apabila telah disia-siakannya
amanah, maka tunggulah hari kiamat! Orang tersebut kembali bertanya,
‘Bagaimana disia-siakannya, wahai Rasulullah?’ beliau menjawab, ‘Apabila
suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tungguhlah hari
kiamat.’” (HR. Bukhari).
Pada kenyataan yang bisa kita amati adalah dengan dicabutnya sifat amanah dari
pundak-pundak para pemimpin. Kepemimpinan merupakan amanah yang sangat
besar. Sebagaimana sabda shallahu ’alaihi wasallam: “Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang
pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal tersebut telah muncul di zaman ini seperti yang bisa kita amati seksama,
yaitu banyaknya para pemimpin yang tidak melaksanakan amanahnya dengan baik.
Mereka malah menyelewengkan amanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan
keluarganya seperti halnya korupsi yang telah merajalela dimana-mana. Hal itu
termasuk bentuk penyelewengan amanah yang seharusnya disampaikan kepada
rakyat.
4) Fitnah harta.
Macam-macam fitnah tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda hari kiamat.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di antara tanda hari kiamat ialah; diangkat
ilmu (agama), tersebar kejahilan (terhadap agama), arak diminum (secara leluasa),
dan zahirnya zina (secara terang-terangan)”. (HR. al-Bukhari no. 78 dan Muslim
no. 4824).
Fitnah-fitnah tersebut mulai muncul setelah wafatnya Umar bin al-Khattab.
Karena beliau merupakan dinding pembatas antara kaum Muslimin dengan fitnah
tersebut, sebagaimana yang diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
beliau berkata kepada ‘Umar: “Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat
pintu yang akan hancur.” (HR. Bukhari dan Muslim).
35
Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah-fitnah tersebut, karena hal
tersebut akan menghancurkan semua umat. Sebagaimana firman Allah subhanahu
wa ta’ala

ِ‫وَاﺗﱠﻘُﻮۡا ﻓِﺘۡﻨَﺔً ﻻﱠ ﺗُﺼِﯿۡﺒَﻦﱠ اﻟﱠﺬِﯾۡﻦَ ظَﻠَﻤُﻮۡا ﻣِﻨۡﻜُﻢۡ ﺧَﺂﺻﱠﺔً ۚ وَاﻋۡﻠَﻤُﻮۡۤا اَنﱠ ﷲَّٰ ﺷَﺪِﯾۡﺪُ اﻟۡﻌِﻘَﺎب‬

Artinya : “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-
orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras
siksa-Nya.” (QS. al-Anfal: 25)

36
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bakri, Ahmad Abdurraziq. 2010. Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali cetakan
ke VI.
Al-Bugha, Mustafa Dieb dan Muhyidin. Al wafi fi Syarah Arba’in Nawawi. Beirut:
Muassasah
Al-jazairi, Abu Bakr. Minhajjul Muslim. Beirut: Darul Fikr, t.th
Anything Is Okay, 2015, Penjelasan Mengenai Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari,
http://kawaiiaddress.blogspot.co.id/2015/02/penjelasan-mengenai-ihsan-dalam.html,
diakses pada tanggal 26 April 2017 pukul 01:28 WIB)
Ash Shiddiqey, Teungku Muhammad Hasbi. 2001. Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra
Berbagi Ilmu, 2013, Iman, Islam, Ihsan,
http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/02/iman-islam-ihsan.html, diakses pada tanggal
25 April 2017 pukul 21:49 WIB.
Blog Hikmah Kebersamaan, 2014, 5 Rukun Islam dan 6 Rukun Iman serta
Penjelasannya, http://hikmahkebersamaan.blogspot.co.id/2014/07/rukun-islam-dan-
rukun-iman-serta.html, diakses pada tanggal 25 April 2017 pukul 23:29 WIB.
Dahlan, Ali Usman. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim. Bandung: CV.
Diponegoro.

DR. H. Ali Anwar Yusuf, Msi,

Dr. H. Ali Anwar Yusuf, MSI, Islam Sains Modern,


Drs. Maman Abd. Djaliel, Islam Sains Modern, Sentuhan Islam
Terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. (Bandung: CV PUSTAKA SETIA
2006) hlm 286-287

Ehsan Masood, ilmuwan-ilmuwan Muslim Pelopor hebat di bidang sains modern


(Gramedia Pustaka Utama, 2009)
Ghazali, Imam. 1990. Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin.Surabaya:
Terbit
Hikmah Islam, 2013, Pendidikan Spiritual dalam Islam,
https://hikmahagamaislam.wordpress.com/2013/05/03/pendidikan-spiritual-dalam-islam/,
diakses pada tanggal 26 April 2017 pukul 01:20 WIB.

37
http://buletin-aliman.blogspot.com/2013/02/fitnah-akhir-zaman.html
http://www.mohlimo.com/pengertian-hukum-islam-sumber-dan-tujuan/
https://astonishing24.wordpress.com/2012/10/17/ciri-ciri-pemerintahan-penganut-
demokrasi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Islam
https://inspiring.id/sumber-hukum-islam/
https://nuruljazilahaeny.wordpress.com/hukum-islam/fungsi-hukum-islam-dalam-
kehidupan-masyarakat/
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-ham.html
https://www.risalahislam.com/2013/10/sumber-ajaran-islam-al-quran-hadits.html
https://zyamassyaf.wordpress.com/2015/01/15/47/
Jakarta: Sahara Publishers.
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Sukses Offset.
Makalah Kita, 2015, Tauhid : Iman, Islam dan Ihsan,
http://myrealblo.blogspot.co.id/2015/11/tauhid-iman-islam-dan-ihsan.html, diakses pada
tanggal 25 April 2017 pukul 23:12 WIB.
Muslim Academy, 2012, Perwujudan Iman dalam Kehidupan Sehari-Hari,
http://muslim-academy.com/perwujudan-iman-dalam-kehidupan-sehari-hari/, diakses
pada tanggal 26 April 2017 pukul 01:16 WIB.
Mutiara Karya, 2015, Makalah Iman, Islam, Ihsan,
http://megisaputrapers.blogspot.co.id/2015/12/makalah-iman-islam-ihsan.html, diakses
pada tanggal 25 April 2017 pukul 23:12 WIB.
Referensi: https://tafsirweb.com/5547-quran-surat-al-anbiya-ayat-35.html
Sentuhan Islam Terhadap Berbagai Disiplin Ilmu: 2006 (Bandung, CV Pustaka Mizan:
2006) hlm 292-296
Terang.
Ulumil Qur’an, t.th

38
LAMPIRAN

39

Anda mungkin juga menyukai