Anda di halaman 1dari 33

ULASAN TEMA KEISLAMAN:

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Zeith Alfatih


NIM : F1C020105
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Mesin
Semester : Satu (1)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ulasan tema
keislaman tepat pada waktunya

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabatnya, dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah sampai
akhir zaman

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Taufik Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islamatas
bimbingannya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ihklas kepada bapak. Amiin ya rabbal alamiin
Besar harapan penulis tugas ini akan memberi manfaat untuk para pembaca guna
menambah wawasan terkait “Iman, Islam, dan Ihsan”

Tak ada gading yang tak retak, untuk itu penulis pun menyadari bahwa tugas
yang telah penulis susun dan kemas ini masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis
membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan
saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang. Dan apabila di dalam tugas ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak
berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Mataram, 12 Desember 2020


Penulis

Muhammad Zeith Alfatih


F1C020105

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
I. Iman, Islam dan Ihsan ...................................................................................................1
II. Islam dan Sains .............................................................................................................7
III. Islam dan Penegakan Hukum ....................................................................................16
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar .......................................19
V. Fitnah Akhir Zaman ...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................28
LAMPIRAN ....................................................................................................................29

iii
I. Iman, Islam, dan Ihsan
Dasar agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun rukun yang membangunnya. Jika Islam dan Iman disebut
secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak
(lahir) dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah
amalamal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-
sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri. Ketiga
konsep di atas, yaitu islam, iman dan ihsan telah menjadi pokok ajaran agama Islam
sendiri yang juga sangat berperan penting dalam proses pendidikan Islam.

1. Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan


a. Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja
‫ ملسي – ملسا‬- ‫امالسا‬. Yang secara etimologi mengandung makna “Sejahtera,
tidak cacat, selamat”. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti :
Kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk
kata salam sebagai istilah dengan pengertian: Sejahtera, tidak tercela,
selamat, damai, patuhdan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian
Islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.
Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan,
ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa
melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai
kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat. Islam
sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur
pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
1) Membaca dua kalimat Syahadat
2) Mendirikan shalat lima waktu
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Ramadhan
5) Haji ke Baitullah jika mampu
b. Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja

1
(fi’il), “ ‫ “ اناميا – نمؤي – نما‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya,
tunduk, tentram dan tenang. Imam Al-Ghazali memaknakannya dengan
kata tashdiq ( ‫ ) قيدصتال‬yang berarti “pembenaran”. Pengertian Iman adalah
membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan
perbuatan. Iman secara bahasa berasaldari kata Asman-Yu’minu limaanan
artinya meyakini atau mempercayai. Pembahasan pokok aqidah Islam
berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam rukun Iman, yaitu:
1) Iman kepada Allah
2) ImankepadaMalaikat-Nya
3) Imankepadakitab-kitab-Nya
4) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
5) Iman kepada hari akhir
6) ImankepadaTakdir Allah
c. Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu : – ‫نسحا ن‬
‫ – نسحي اسحا‬artinya: ‫( نسحال لعف‬Perbuatan baik). Para ulama
menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:
1) Ihsan kepada Allah
2) Ihsan kepada diri sendiri
3) Ihsan kepada sesama manusia
4) Ihsan bagi sesama makhluk
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ihsan memiliki satu rukun
yaitu engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya,
jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Umar bin al – Khaththab
Radhiyallahu ‘anhu dalam kisah jawaban Nabi saw kepada Jibril ketika ia
bertanya tentang ihsan, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
‫ك ن أ ك هلال د ب عت ن أ‬ ‫ه نِإ ف ها رت ن كت مل نِإ ف ها رت‬

‫كا ر ي‬
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila
engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

2
2. Korelasi Islam, Iman dan Ihsan
Secara teori iman, Islam, dan ihsan dapat dibedakan namun dari segi prakteknya
tidak dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi, iman menyangkut
aspek keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan, sedangkan Islam
artinya keselamatan,kesentosaan, patuh, dan tunduk danihsan artinya selalu
berbuat baikkarena merasa diperhatikan oleh Allah.
Beribadah agar mendapatkan perhatian dari sang Khaliq, sehingga dapat
diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
laranganNya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa
bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas
kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari Tuhan, sebisa mungkin kita
bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridhoNya.
Inilah hakikat dari ihsan.

3. Hadits tentang Islam, Iman, dan Ihsan


Diriwayatkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Nabi Muhammad SAW pernah
menjelaskan tentang Islam, iman dan ihsan dalam majelis yang dihadiri para
sahabat dan didatangi Malaikat Jibril. Islam, iman, dan ihsan ini tidak bisa
dipisahkan karena semuanya adalah satu kesatuan yang disebut agama Islam.

ُ‫صلَّى الله‬ ُ ‫س ِع ْن َد َر‬


َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ٌ َُ‫نمََ ا نحََْ نُ ُج ْلو‬ َ : ‫أيََ ضا ً قَا َل‬
َ َْ ‫بي‬ ْ ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ع ْن‬
ِ ‫ع َم َر َر‬ َ
َ‫ ال‬،‫ش ْع ِر‬
َّ ‫س َوا ِد ال‬
َ ‫ش ِد ْي ُد‬
َ ‫ب‬
ِ ‫ث يَا‬
ِ ‫اض ال‬
ِ ََ‫بي‬ َ ‫علَ ْينَا َر ُج ٌل‬
َ ‫ش ِد ْي ُد‬ َ ‫س ل َّمََ َذاتَ يَ ْو ٍم ِإ ْذ‬
َ ََ‫طل َع‬ َ ‫عل ْيََ ِه َو‬
َ
َُُ‫ َوالَ ي َع َْ ِرفه‬، ََ‫فر‬ َّ ََ‫علَ ْي ِه أثَ ُر‬
ِ ‫الس‬ َ ‫يرَُ ى‬
َ
‫أسََ ندَََ ُر ْكبَت ْيََ ِه إ ِلََ ى‬
ْ َ‫لسََ إ ِلََ ى النَّب ي ِ َِ صلى هللا عليه وسلم ف‬ َّ ‫ َحت‬،ٌ‫ِمنَّا أ َحََ د‬
َ ‫ى َج‬
ِ ‫ع ِن اْ ِإلس‬
ُ ‫ فَقَا َل َر‬، ََ‫ْالم‬
‫س ْو ُل الل ِه‬ َ ِ ‫بر َْني‬ ِ ‫علَى‬
ْ ‫ َيا ُم َح َّمد‬:َ‫فخََ َذ ْي ِه َوقَال‬
ِ ََ‫أخ‬ َ ‫ُر ْك َبت ْيََ ِه َو َو‬
َ ‫ض َع َكفَّ ْي ِه‬
‫تش َْ َه َد‬
َ ََ‫أن‬ ِ ْ : ‫صلى هللا عليه وسلم‬
ْ ََ‫اإل ِسال ُم‬
‫تصََ ْو َم‬ َّ ‫ي‬
ُ ‫الزكاةَََ َو‬ َ ِ‫صالةَََ َوتؤْ َُ ت‬
َّ ‫قَُ ي َْم ال‬
ِ ‫س ْو ُل هللاِ َوت‬ َّ ‫أنََ الَ إ ِلََ هَ إِالَّ هللاُ َو‬
ُ ‫أنََ ُم َح َّمدًا َر‬ ْ
ْ
َ‫ضا نَ َوتحََُ َّج البَيْت‬َ ‫َر َم‬

3
:َ‫قَال‬، َُُ‫يصَُ دِقه‬ َ ‫جََ بْنا َ َل هُ يَسْأ َلهَُُ َو‬ ِ ‫ ف َع‬، َ‫ص َد ْقت‬
َ : ‫س ِب ْيالً قَا َل‬ َ ‫طََ عْتَ إ ِلََ ْي ِه‬ َ ‫ِإ ِن اسْت‬
: ‫ان قَا َل‬ ِ ْ ‫ع ِن‬
ِ ‫اإل ْي َم‬ َ ‫بر َْنِي‬ ِ ََ‫أخ‬ ْ َ‫ف‬
‫ قَا َل‬.ِ‫ش ِره‬ َ ‫اآلخ ِر َوتؤْ َُ ِمنَ بِ ْالقَ َد ِر َخي ِْر ِه َو‬
ِ ‫س ِل ِه َو ْاليَ ْو ِم‬
ُ ‫أنََ تؤْ َُ ِمنَ بِاهللِ َو َمالئ َِكََ ت ِه َِ َو ُكتبُ ِه َِ َو ُر‬
ْ
‫إن َْ ل ْمََ تكَ َُ ْن‬
ِ َ‫ترََ اهُ ف‬
َ ََ َّ‫هللا كَأنَك‬
َ َُ‫تعََ ب َد‬ ْ : ‫ قَا َل‬،‫ان‬
ْ ََ‫أن‬ ِ ‫س‬َ ْ‫ع ِن اْ ِإلح‬
َ ِ ‫بر َْني‬ ْ َ‫ قَا َل ف‬، َ‫ص َد ْقت‬
ِ ََ‫أخ‬ َ
.َِ ‫عََ لَ َم ِمنَ السَّائ ِل‬ َ ‫ َما ْال َم ْسؤ ُْو ُل‬:َ‫ قَال‬،‫ع ِة‬
ْ ‫ع ْن َها بِأ‬ َ ‫بر َْنِي‬
َ ‫ع ِن السَّا‬ ْ َ‫ ف‬:َ‫ قَال‬. َ‫يرََ اك‬
ِ ََ‫أخ‬ َ ََُّ‫ترََ اهُ فَإنِه‬
َ
ُ ‫أنََ ت ِلََ َد ْاْل َمََ ة‬
ْ ‫ قَا َل‬،‫اراتهََِ ا‬ َ ‫ع ْن‬
َ ََ‫أم‬ َ ِ ‫بر َْني‬ ْ َ‫قَا َل ف‬
ِ ََ‫أخ‬
َ ‫ ث َّمَُ ا ْن‬،‫ان‬
ََ َ‫طلق‬ ْ ‫طََ َاو ْلوَُ نَ فِي ْال‬
ِ َ‫بنَُي‬ َ َ‫اء يت‬
ِ ‫ش‬ َ ‫عرَُ اةَ ْال َعالَةَ ِر‬
َّ ‫عا َء ال‬ َ ‫ترََ ى ْال ُحفاَةَ ْال‬ ْ ‫َر بَّتهَََ ا َو‬
َ ََ‫أن‬
‫ ث َّمَُ قَا َل‬،‫ف لَََ بث َِْتُ َم ِليًّا‬
‫ج ب ِْر ْي ُل أتَـا َ ُك ْم‬ ِِّ َ‫ قَا َل ف‬. ‫عََ لَ َم‬
ِ ُ‫إنََ ه‬ ُ ‫ هللاُ َو َر‬: ُ‫ع َم َر أتَ ْدََ ِري َم ِن السَّائ ِل َِ ؟ قل َُْت‬
ْ ‫س ْولهَُُ أ‬ ُ ‫ يَا‬:
. ‫يعُ ِلََ ُم ُك ْم ِديْنكَ َُ ْم‬

[‫مسلم‬ ‫]رواه‬

Arti hadits / ‫ ترجمة الحديث‬:

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku
tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-

4
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau
bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia
berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “
Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku
tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya
dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala
domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah
engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “.

Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)

4. Pelajaran yang terdapat dalam hadits / ‫ الفوائد من الحديث‬:


a. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan
kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan
penguasa.
b. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang
hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang
bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia
mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
c. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya
untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi
kedudukannya.
d. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.

5
e. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap
kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya
sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
f. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya
sepanjang tidak ada kebutuhan.
g. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang
mengetahuinya selain Allah ta’ala.
h. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis
ilmu.

6
II. Islam dan Sains
Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui melalui banyak
sudut pandang. Keduanya ini mempunyai pengaruh pada manusia, di
antaranya: Islam dan Sains sama-sama memberikan kekuatan, sains
memberi manusia peralatan dan mempercepat laju kemajuan, Islam
menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan sekaligus mengarahkan
upaya tersebut. Sains membawa revolusi lahiriah (material), Islam
membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains memperindah akal dan
pikiran, Islam memperindah jiwa dan perasaan. Sains melindungi manusia
dari penyakit, banjir, badai, dan bencana alam lain. Islam melindungi
manusia dari keresahan, kegelisahan dan rasa tidak nyaman. Sains
mengharmoniskan dunia dengan manusia dan Islam menyelaraskan
dengan dirinya.
Seiring berkembangnya zaman, Eropa modern membangun sebuah
sistem yang realistis, bahwa pengalaman yang diungkapkan dengan
menggunakan akal saja tidak mampu memberikan semangat yang ada
dalam keyakinan hidup, dan ternyata keyakinan itu hanya dapat diperoleh
dari pengetahuan personal yang bersifat spiritual.
Hal inilah yang kemudian membuat akal semata tidak memberikan
pengaruh pada manusia, sementara agama selalu meninggikan derajat orang
dan mengubah masyarakat.
Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu, Bagi
intelektual muslim, basis spiritual dari kehidupan adalah tentang keyakinan.
Demi keyakinan inilah seorang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat
mempertaruhkan jiwanya.
Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah
telah memberikan informasi-informasi tentang alam semesta, khususnya
yang berhubungan dengan matahari, bulan dan bumi. Ada 20 ayat yang
menyebut kata matahari, dan ada 463 ayat yang menyebut kata bumi serta
ada 5 ayat yang menyebut kata bulan. Belum lagi ayat yang menjelaskan

7
tentang langit, pergantian siang dan malam, serta ayat yang menyebut
tentang bintang-bintang.
Dalam hal ini Islam secara terang melalui al-Qur’an mendorong
umatnya untuk senantiasa melakukan pembaharuan di berbagai aspek
kehidupan. Sebab dengan mempelajari dan mengembangkan sains (ilmu
pengetahuan) umat Islam dapat mencapai kesadaran akan keagungan Allah.
dan sains dapat mengharmoniskan dunia dengan manusia, dan Islam
menyelaraskan dengan dirinya.

1. Pengertian Islam dan Sains


Kata Islam memiliki konseptual yang luas, sehingga ia dipilih
menjadi nama agama (din) yang baru diwahyukan Allah. Melalui Nabi
Muhammad kata Islam secara umum mempunyai dua kelompok kata
dasar yaitu selamat, bebas, terhindar, terlepas dari, sembuh,
meninggalkan. Bisa juga berarti: tunduk, patuh, pasrah, menerima.
Kedua kelompok ini saling berkaitan dan tidak dapat terpisah satu sama
lain.
Adapun kata Islam secara terminologi dalam Ensiklopedi Agama
dan Filsafat dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diperintahkan-Nya kepada Nabi Muhammad untuk mengajarkan tentang
pokok-pokok ajaran Islam kepada seluruh manusia dan mengajak
mereka untuk memeluknya.
Harun Nasution menerangkan bahwa Islam adalah agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan kepada seluruh masyarakat melalui Nabi
Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi tetapi mengenai bebagai
segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
mengandung berbagai aspek itu adalah al-Qur’an dan hadis.
Kata sains dalam Webste’s New Word Dictonary berasal ari
bahasa latin yakni scire, yang artinya mengetahui. Jadi secara bahasa

8
sains adalah keadaan atau fakta mengetahui. Sains juga sering
digunakan dengan arti pengetahuan scientia.

Secara istilah sains berarti mempelajari berbagai aspek dari alam


semesta yang teroganisir, sistematik dan melalui berbagai metode
saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada beberapa
yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran,
rabaan, dan pengecapan) atau dapat dikatakan bahwa sains itu
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian.

2. Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam


Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui dengan dua sudut
pandang. Pertama, apakah konsepsi dalam Islam melahirkan keimanan
dan sekaligus rasional, atau semua gagasan ilmiah itu bertentangan
dengan agama.
Sudut pandang kedua, merupakan landasan dalam membahas
hubungan antara Islam dan sains, yakni bagaimana keduanya ini
berpengaruh pada manusia. Agama dan sains sama-sama memberikan
kekuatan, sains memberi manusia peralatan dan mempercepat laju
kemajuan, agama menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan
sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Sains membawa revolusi
lahiriah (material), agama membawa revolusi batiniah (spiritual).
Sains memperindah akal dan pikiran, agama memperindah jiwa
dan perasaan. Sains melindungi manusia dari penyakit, banjir, badai,
dan bencana alam lain. Agama melindungi manusia dari keresahan,
kegelisahan dan rasa tidak nyaman. Sains mengharmoniskan dunia
dengan manusia dan agama menyelaraskan dengan dirinya.
Muhammad Iqbal menerangkan bahwa manusia membutuhkan tiga
hal: pertama, interpretasi spiritual tentang alam semesta. Kedua,
kemerdekaan spiritual. Ketiga, prinsip-prinsip pokok yang memiliki

9
makna universal yang mengarahkan evolusi masyarakat manusia dengan
berbasiskan rohani.”
Mengingat hal tersebut, Eropa modern membangun sebuah sistem
yang realistis, bahwa pengalaman yang diungkapkan dengan
menggunakan akal saja tidak mampu memberikan semangat yang ada
dalam keyakinan hidup, dan ternyata keyakinan itu hanya dapat
diperoleh dari pengetahuan personal yang bersifat spiritual. Hal inilah
yang kemudian membuat akal semata tidak memberikan pengaruh pada
manusia, sementara agama selalu meninggikan derajat orang dan
mengubah masyarakat.
Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu,
wahyu berperan menginternalisasi (menjadikan dirinya sebagai bagian
dari karakter manusia dengan cara manusia memperlajarinya)
aspekaspek lahiriahnya sendiri. Bagi intelektual muslim, basis spiritual
dari kehidupan adalah tentang keyakinan. Demi keyakianan inilah
seroang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat mempertaruhkan
jiwanya.
Will Durant (Penulis History of Civilization) pernah mengatakan:
Harta itu membosankan, akal dan kearifan hanyalah sebuah cahaya redup
yang dingin. Hanya dengan cintalah kelembutan yang terlukiskan dapat
menghangatkan hati.
Bisakah sains dan agama saling menggantikan posisi
masingmasing? Pengalaman sejarah telah menunjukkan bahwa akibat
dari memisahkan keduanya telah membawa kerugian yang tidak dapat
ditutup. Agama harus dipahami dengan perkembangan sains, sehingga
terjadi pembaruan agama dari cengkrama mitos-mitos. Agama tanpa
sains berakhir dengan kemandekan. Sehingga apabila agama tanpa
sains hanya akan dijadikan alat orang-orang munafik mencapai
tujuannya.
Sains tanpa agama bagaikan lampu terang yang dipegang pencuri
yang membantu pencuri lain untuk mencuri barang berharga di tengah

10
malam. Atau bahkan sains tanpa agama adalah pedang tajam ditangan
pemabuk yang kejam.

3. Sains dan Ayat-ayat al-Qur’an


Ketika kita berbicara tentang sains dan teknologi, maka kita tidak
boleh melupakan peran cendekiawan Islam terhadap khazanah
intelektual Timur dan Barat. Sebagai contoh Ibnu Sina, al-Ghazali,
alBiruni, al-Tabari, Nasiruddin, Abu al-Wafa, Al-Battani, dan Omar
Khayam yang berasal dari Persia. Al-Kindi, orang Arab, al-Khawarizmi
adalah dari Khiva al-Farghani dari Trasoxiania (Yordania), al-Farabi
dari Khurasan, al-Zarkali (Arzachel), al-Betragius (al-Bitruji), dan
Averroes (Ibn Rusyd) adalah Arab Spanyol. Kita tidak bisa menafikan
sumbangan intelektual Muslim tentang matematik, ilmu kedokteran,
ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu arsitektur, ilmu geografi, dan lain-lain.

Pada abad pertengahan, dunia Islam telah memainkan peranan


penting baik di bidang sains teknologi. Harun Nasution menyatakan
bahwa cendekiawan-cendekiawan Islam tidak hanya mempelajari sains
teknologi dan filsafat dari buku Yunani, tetapi menambahkan ke dalam
hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan dalam lapangan
sainsteknologi dan hasil pemikiran mereka dalam ilmu Filsafat. Dengan
demikian, lahirlah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsuf-filsuf Islam,
seperti, al-Farazi (abad VIII sebagai astronom Islam yang pertama kali
menyusun Astrolabe (alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
bintang) dan sebagainya. Para ilmuwan tersebut memiliki pengetahuan
yang bersifat desekuaristik, yaitu ilmu pengetahuan umum yang mereka
kembangkan tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak terlepas dari
nilai-nilai Islam. Ibnu Sina misalnya, di samping hafal al-Qur‘an dia
dikenal ahli di bidang kedokteran. al-Biruni, seorang ahli filsafat,
astronomi, geografi, matematika, juga sejarah. Ibnu Rusyd, yang oleh
dunia barat dikenal dengan Averous, dia bukan hanya terkenal dalam

11
bidang filsafat, akan tetapi juga dalam bidang Fiqh. Bahkan kitab fiqih
karangannya, yakni Bidayatul Mujtahid dipakai sebagai rujukan umat
Islam di berbagai Negara.
Begitu tingginya nilai ilmu dalam peradaban manusia, Allah
menegaskan dalam al-Qur‘an bahwa Dia akan meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu dan beriman sebagaimana dalam Al
Mujadalah ayat 11, Allah Berfirman:
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

Ayat di atas menunjukkan kepada kita betapa Islam memberikan


perhatian yang besar terhadap ilmu. Apapun bentuk ilmu itu, selama bisa
memberikan kemanfaatan, maka ilmu tersebut harus dicari. Allah dan
Rasul-Nya tidak menyebut suatu disiplin ilmu tertentu yang menjadi
penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah, demikian juga
tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk dipelajari.
Islam dan Sains tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya yakni
memiliki keselarasan. Ada banyak ayat yang telah ditafsirkan oleh
cendekiawan atau pengkaji al-Qur’an terkait dengan kesesuaiannya
dengan sains.

Salah satu yang telah diteliti untuk menguatkan argumentasi di atas


adalah ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesesuaian dengan teori
Heliosentris. Teori ini beranggapan bahwa matahari adalah merupakan
pusat peredaran planet-planet, termasuk di dalamnya adalah bumi,
sedangkan bulan adalah mengelilingi bumi yang kemudian

12
bersamasama bumi berputar mengelilingi matahari. Sedangkan
matahari hanyalah berputar mengelilingi sumbunya saja.

Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari


Allah telah memberikan informasi-informasi tentang alam semesta,
khususnya yang berhubungan dengan matahari, bulan dan bumi. Ada
20 ayat yang menyebut kata matahari, dan ada 463 ayat yang menyebut
kata bumi serta ada 5 ayat yang menyebut kata bulan. Belum lagi ayat
yang menjelaskan tentang langit, pergantian siang dan malam, serta ayat
yang menyebut tentang bintang-bintang.
Terkait dengan teori Heliocentris, ada beberapa ayat yang menjelaskan
tentang gerak matahari, bulan dan bumi, yaitu surat Yunus: 5, surat
Yasin: 38, dan surat al-Naml: 88. Beberapa ayat tersebut adalah:
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui”.
Secara khusus Allah menjelaskan perjalanan matahari dalam surat Yāsīn
ayat 38:
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
Sedangkan mengenai gerak bumi, sebagaimana dijelaskan dalam surat
al-Naml: 88:
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

13
Selain itu, ada juga kajian yang telah menafsirkan ayat al-Qur’an
yang memiliki kesesuaian dengan ilmu geologi yang ditulis oleh Izzatul
Laila. Ia mengatakan bahwa lempeng-lempeng litosfer bergerak dan
saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-tempat tertentu saling
bertemu dan pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi.
Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan
tiga lempeng: Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia. Bila dua lempeng
bertemu maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus. Dan bila
lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban) maka lepaslah
beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, akhirnya dikeluarkan
dalam bentuk gempa bumi. Sebagaimana termaktub dalam Surat
alZalzalah, 99: 1–4:
“Apabila bumi ‘digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).’

Dan bumi telah ‘mengeluarkan beban-beban beratnya.’ Dan manusia


bertanya: ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi
menceritakan beritanya.”

Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi


merupakan suatu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun.
Begitupun seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses
pengumpulan beban terjadi. Proses geologi atau ‘berita geologi’ ini
dapat direkam baik secara alami maupun dengan menggunakan
peralatan geofisika ataupun geodesi. Sebagai contoh adalah
gempagempa yang beberapa puluh atau ratus tahun yang lalu, peristiwa
pelepasan beban direkam dengan baik oleh terumbu karang yang berada
dekat sumber gempa. Pada masa modern, pelepasan energi ini terekam
oleh peralatan geodesi yang disebut GPS (Global Position System).

14
.

15
III. Islam dan Penegakan Hukum
Penegakan hukum dalam konteks law enforcement sering diartikan
dengan penggunaan force (kekuatan) dan berujung pada tindakan represif.
Dengan demikian penegakan hukum dalam pengertian ini hanya
bersangkutan dengan hukum pidana saja. Pengertian penegakan hukum itu
dalam arti luas secara represif, maupun preventif. Konsekuensinya
memerlukan kesadaran hukum secara meluas pula baik warga negara, lebih-
lebih para penyelenggara negara terutama penegak hukumnya. Adapun
penegak hukum meliputi instrumen administratif yaitu pejabat administratif
di lingkungan pemerintahan. Sedangkan dalam lingkungan pidana
dimonopoli oleh negara melalui alat-alatnya mulai dari kepolisian,
kejaksaan dan kehakiman sebagai personifikasi negara. Penegakan hukum
saja tidaklah cukup tanpa tegaknya keadilan. Karena tegaknya keadilan itu
diperlukan guna kestabilan hidup bermasyarakat, hidup berbangsa dan
bernegara. Tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian dari
masyarakat bisa mengakibatkanrusaknya kestabilan bagi masyarakat
keseluruhan, sebab rasa keadilan adalah unsur fitrah kelahiran seseorang
sebagai manusia.

Kepastian hukum akan tercapai jika penegakan hukum itu sejalan


dengan undang-undang yang berlaku dan rasa keadilan masyarakat yang
ditopang oleh kebersamaan tiap individu di depan hukum (equality before
the law). Bahwa hukum memandang setiap orang sama, bukan karena
kekuasaan dan bukan pula karena kedudukannya lebih tinggi dari yang lain.
Persamaan setiap manusia sesuai fitrah kejadiannya: “Manusia itu adalah
umat yang satu, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar
gembira dan peringatan dan beserta mereka Dia turunkan kitab dengan
membawa kebenaran, supaya kitab itu memberi keputusan antara manusia
tentang apa yang mereka perselisihkan (QS.2:213).

16
Berbagai masalah hukum, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga,
pungutan liar, penistaan agama, hingga korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) datang silih berganti. Diperlukan kecepatan dalam
menyelesaikannya. Jika lamban, satu masalah belum selesai maka akan
tumbuh masalah baru yang lebih banyak dan pelik.

Penegakan supremasi hukum adalah keniscayaan. Tegaknya supremasi


hukum akan melahirkan suatu kepastian. Kepastian tentang yang benar
(alhaq) dan mana yang salah (al-bathil).

Dari penglihatan sehari-hari, sering kali kita menyaksikan keadilan masih


lebih berpihak kepada orang berduit, sehingga muncul istilah yang
dipelesetkan, kasih uang habis perkara, atau istilah wani piro.

Dalam masalah hukum, rakyat kecil sering kali terpinggirkan. Persoalan


sederhana ditangani secara berlebihan. Persoalan yang seharusnya
diselesaikan menurut ukurannya, malah menjadi lebar dan luas hanya karena
tidak mampu menempatkan persoalan secara proporsional.

Keadilan menuntut kejujuran dan objektivitas, artinya tidak berpihak kecuali


kepada kebenaran dan rasa keadilan itu sendiri. Berkaitan dengan penegakan
hukum, Rasulullah SAW berpesan secara khusus kepada penegak hukum
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.

Pertama, memutuskan perkara secara adil. Rasulullah SAW bersabda,


"Barang siapa yang menjadi hakim lalu menghukumi dengan adil, niscaya
ia akan dijauhkan dari keburukan." (HR Tirmidzi).

Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua
di neraka dan satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak benar,

17
padahal ia mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka. Seorang
hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia maka ia masuk
neraka. Dan, seorang hakim yang menghukumi dengan benar maka ia masuk
surga." (HR Tirmidzi).

Ketiga, tidak meminta jabatan hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang


siapa mengharap menjadi seorang hakim maka (tugas dan tanggung jawab)
akan dibebankan kepada dirinya. Dan barang siapa tidak menginginkannya
maka Allah akan menurunkan malaikat untuk menolong dan
membimbingnya dalam kebenaran." (HR Tirmidzi).

Keempat, jangan silau menjadi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang


siapa yang diberi jabatan hakim atau diberi kewenangan untuk memutuskan
suatu hukum di antara manusia, sungguh ia telah dibunuh tanpa
menggunakan pisau." (HR Tirmidzi).

Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat penegak
hukum yang masih tegar dan setia membela kebenaran dan keadilan.
Wallahu a'lam.

18
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
Amar makruf nahi mungkar (bahasa Arab: ‫األمر بالمعروف والنهي‬
‫عنالمنكر‬, al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar) adalah sebuah frasa
dalam bahasa Arab yang berisi perintah menegakkan yang benar dan
melarang yang salah. Dalam ilmu fikih klasik, perintah ini dianggap wajib
bagi kaum Muslim. "Amar makruf nahi mungkar" telah dilembagakan di
beberapa negara, contohnya adalah di Arab Saudi yang memiliki Komite
Amar Makruf Nahi Mungkar (Haiʾat al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-
lmunkar). Di kekhalifahan-kekhalifahan sebelumnya, orang yang
ditugaskan menjalankan perintah ini disebut muhtasib. Sementara itu, di
Barat, orang-orang yang mencoba melakukan amar makruf nahi mungkar
disebut polisi syariah. Dalil amar ma'ruf nahi munkar adalah pada surah
Luqman, yang berbunyi sebagai berikut:

“ Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang


baik dan laranglah mereka dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman

17) ”

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan


keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam.
Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

‫عن ا‬
ِ ‫اس ت أ م رو ن بِا ل م ع روفِ وت ن ه و ن‬ ِ َّ‫خر ج ت لِلن‬ِ ‫كنت م خ ي ر أ َّم ٍة أ‬
‫ب ل كا‬
ِ ‫ا‬ ‫ِت‬
‫ك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ءا‬ ‫و‬ ‫ول‬ ‫هلل‬
ِ ِ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ن‬ ِ‫ؤم‬ ‫وت‬ ‫كر‬
ِ ‫من‬ ‫ل‬
‫يرا ل هَّ م ِم ن ه م ا ل م ؤمِ ن و ن وأ كث ره م ا لف اسِق و‬ ً ‫ن خ‬
‫ن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]

19
Ada 73 golongan yang disebutkan dalam sebuah hadis yang akan selamat
di hari akhir. Riwayat hadis tersebut sangat terkenal di antara umat Islam
dan sering disampaikan dalam majelis-majelis taklim.
Riwayat hadis tersebut, yaitu dari Imam Thabrani, Orang- orang
Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang
Nasrani bergolong- golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku
(kaum Muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang
selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka.

Ditanyakan, Siapakah yang selamat itu? Rasulullah SAW


menjawab, Ahlusunnah wal jamaah. Dan kemudian ditanyakan lagi,
Apakah Ahlusunnah wal jamaah itu? Beliau menjawab, Apa yang aku
berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan oleh
Rasulullah SAW dan diamalkan beserta para sahabat).

Ustaz Sofyan Chalid Ruray dalam kajian di Masjid Nurul Iman


Blok M, Jakarta Selatan, menjelaskan tentang apa ciri dari orang
penganut Aswaja tersebut. Salah satunya adalah melaksanakan amar
makruf nahi mungkar.

"Amar makruf nahi mungkar adalah membantah dan menjelaskan


kesalahan yang menyelisihi kebenaran, ujar Ustaz Sofyan saat mengisi
materi kajian dengan tema 6 Prinsip Utama Ahlusunnah wal Jamaah (dari
kitab Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar), belum lama ini.

Ustaz Sofyan menegaskan, upaya mengingatkan kebenaran juga


termasuk dari prinsip ajaran Islam.Ia mengatakan, melaksanakan amar
makruf nahi mungkar akan menjadikan seseorang menjadi umat yang
mulia.

Mereka juga akan termasuk orang dalam golongan yang beruntung.


Sebagaimana dalam surah Ali Imron ayat 104, Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.

Keberadaan manusia di muka bumi mempunyai tanggung jawab


yang sangat besar. Terlebih, dia menjelaskan, sebagaimana disebutkan
dalam Alquran surah al- Baqarah ayat 30 bahwa ma nusia di dunia
sebagai khalifah di bumi.

"Kita umat Islam punya misi, yaitu memerintahkan amar makruf nahi
mungkar dan melarang kemungkaran dan beriman kepada Allah, kata
Ustaz Sof yan.
20
Sebaliknya, menurut Ustaz Sofyan, umat Islam yang membiarkan
terjadinya kemungkaran, dia pun akan mendapatkan imbalannya berupa
keburukan. Ia mengatakan, hal tersebut sudah d ijelaskan dalam Alquran
surah al-Maidah ayat 79, Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan mungkar yang mereka perbuat.

Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.


Mengajak seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegah
melakukan kemungkaran, menurutnya, merupakan investasi jangka
panjang. Amar makruf nahi mungkar yang dilaksanakan oleh seseorang
selamanya akan mendapatkan posisi yang mulia.

Seperti Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka mendapatkan


kedudukan yang mulia hingga sekarang.Para sahabat selalu
menyampaikan setiap perintah Rasulullah kepada umat Islam lainnya.
Sehingga, pahala akan terus mengalir kepada mereka.

Ustaz Sofyan juga mengajak umat Islam agar tidak mengajarkan


kesesatan kepada orang lain. Pasalnya, mereka akan ikut menanggung
dosa pada setiap kesesatan yang dikerjakan oleh seseorang.Untuk itu, ia
menegaskan, mereka juga termasuk orang- orang yang tidak berada pada
posisi umat yang mulia.

Ia mengingatkan, di era media sosial (medsos) merupakan ujian


tersendiri bagi seorang Muslim. Seseorang dengan mudah melakukan
dosa konten-konten negatif yang disebarkan melalui medsos. Karena itu,
umat Islam harus bijak menggunakan medsos. Di era medsos ini
mempermudah berita tersebar menjadi viral.

"Ini lebih berbahaya. Di upload dan disebarkan semua menjadi


berdosa," tuturnya.

Dalam posisi ini, melaksanakan amar makruf nahi mungkar jelas sangat
dibutuhkan. Tujuannya, agar dosa seseorang tidak bertambah akibat
dampak buruk dari ketidakmampuan menggu- nakan medsos. Menurut
Ustaz Sof yan, perintah amar makruf nahi mungkar bentuk kasih sayang
Allah kepada manusia.

Tujuan lainnya adalah untuk menyelematkan umat agar tak


terjerumus kepada kesesatan. Termasuk, untuk menjaga keaslian agama
Islam. Karenanya mengingatkan setiap kesalahan wajib dilakukan bagi
setiap Muslim. Kendati demikian, mengingatkan seseorang juga harus
menggunakan cara supaya mereka tidak merasa direndahkan.

21
V. Fitnah Akhir Zaman

Yaum al-Qiyamah (Arab:‫ )يوم القيامة‬adalah hari akhir bagi seluruh


makhluk ciptaan Allah. Islam memberikan pedoman yang jelas kepada para
pengikutnya mengenai akhir zaman. Ada berbagai tanda (hingga 100) yang
terdapat dalam Sunnah dan Al-Quran mengenai kedatangan akhir zaman.
Tanda-tanda ini dapat dibagi menjadi dua bagian, besar (Kubra) dan kecil
(Sughra). Tanda-tanda yang besar mencakup kedatangan Dajjal, Imam Mahdi
dan kemudian Nabi Isa (yang akan menyatukan semua kekuatan baik untuk
melawan yang jahat), ditiupnya sangkakala dan tanda-tanda yang kecil akan
mendahuluinya.

Eskatologi Islam berkaitan dengan Qiyamah (kiamat), akhir dunia, dan


penghakiman terakhir umat manusia. Eskatologi ini adalah salah satu dari
keenam rukun Iman (aqidah) dalam Islam. Seperti agama-agama Abrahamik
lainnya, Islam mengajarkan kebangkitan tubuh orang mati, penggenapan
rencana ilahi untuk penciptaan, dan keabadian jiwa manusia; orang-orang
benar akan diganjar dengan kesenangan Jannah (surga), sementara yang jahat
akan dihukum dalam Neraka. Al-Quran banyak sekali membahas keyakinan
ini, dengan banyak hadits yang menguraikan tema-temanya dan rinciannya.
Literatur apokaliptik Islam yang menggambarkan Harmagedon sering dikenal
sebagai fitnah (ujian) dan malahim (atau ghayba dalam tradisi Syi’ah).

Para ulama membagi kiamat menjadi 2 bagian yaitu:

1. Kiamat Shugra (kecil), yaitu matinya setiap manusia dan bisa pula
bencana-bencana alam
2. Kiamat Kubra (total), yaitu dihancurkan dan diakhirinya seluruh fisik dan
hukum dunia fana

22
A. Waspada Fitnah Akhir Zaman
Salah satu tanda kecil akan datangnya kiamat adalah mun culnya
berbagai macam fitnah (ujian) yang menghantam kaum Muslim dari
berbagai sisi. Di antara fitnah akhir zaman itu ditimbulkan oleh kaum
khawarij. Pertanyaannya, siapakah kaum khawarij itu?

Dalam satu kajian Islam yang digelar di Masjid al-Ikhlas Perum


Grand Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, belum lama ini, Ustaz Muhtarom
mencoba menjelaskan siapa orang-orang khawarij itu sebenarnya. Pada
kesempatan tersebut, dia mengatakan, kaum khawarij adalah satu golongan
dalam tubuh umat Islam. Mereka tidak sekadar pandai membaca Alquran,
tetapi juga memahaminya. Sayangnya, mereka tidak mengamalkan isi Kitab
Suci tersebut seperti yang diajarkan Nabi SAW.

Orang-orang khawarij sangat luar biasa ibadahnya. Baik shalatnya,


puasanya, juga bacaan Alqurannya. Begitu berlebihannya orang-orang
khawarij itu dalam beribadah, sehingga Nabi SAW pun menyebut ibadah
yang dilakukan para sahabat tidak ada apa-apanya jika dibandingkan
mereka, ujar Ustaz Muhtarom.

Jika dilihat dari penampilannya, orang- orang khawarij sulit dibedakan


dengan kaum Muslim pada umumnya. Sebagian dari mereka ada yang
sehari-harinya mengenakan celana cingkrang seperti yang kerap dilakukan
para pengikut sunah. Mereka juga mahir mengutip ayat-ayat Alquran dalam
berbagai kajiannya.

Sayangnya, mereka itu suka mengafirkan para Muslim yang


melakukan dosa besar. Di sinilah letak kesalahan kaum khawarij itu.
Menurut akidah mereka, Muslim yang berbohong adalah kafir, Muslim yang

23
mencuri pun adalah kafir. Begitu pula dengan Muslim yang berzina, juga
disebut kafir dan keluar dari Islam oleh mereka,kata Ustaz Muhtarom.

Ciri lain dari kaum kahwarij adalah me reka menyatakan diri keluar
dari pemerintahan yang sah yang dipimpin oleh kaum Muslim.Tidak hanya
itu, mereka juga tidak segan-segan menghalalkan darah kaum Muslim yang
tidak sepemahaman dengan mereka.

Dalam satu hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya di


antara umatku ada orang-orang yang membaca Alquran, tapi tidak
melampaui tenggo rokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan
membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak
panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti
aku akan bunuh mereka seperti (Nabi Hud) membunuh kaum Aad, (HR
Muslim No 1. 762).

Ustaz Muhtarom mengatakan, kemu-nculan kaum khawarij sendiri


bermula sejak wafatnya Khalifah Umar bin Khattab RA. Ketika itu, mereka
berhasil memecah belah umat Islam menjadi dua golongan, yaitu kelompok
mereka sendiri dan kelompok salaf (orang-orang yang mengikuti sunah
Nabi SAW). Mereka selanjutnya memiliki andil besar dalam peristiwa
pembunuhan Khalifah Usman bin Affan RA.

Di zaman pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA, tentara


Muslim pernah menghancurkan pasukan khawarij dengan telak. Namun,
sepeninggalnya Ali RA, generasi dari sisa-sisa kelompok khawarij itu
kembali menunjukkan eksistensinya.

Ustaz Muhtarom menjelaskan, kemunculan kaum khawarij akan terus


berlangsung hingga akhir zaman. Di dalam hadis lain dijelaskan, kaum

24
khawarij generasi ter akhir kelak akan menjadi pengikut Dajjal. Akan
muncul sekelompok manusia dari arah timur, yang membaca Alquran, tapi
tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali generasi mereka putus,
muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama
Dajjal, (HR Thabrani dan Ahmad).

Ustaz Muhtarom mengingatkan, umat Islam harus mewaspadai fitnah


yang ditim-bulkan oleh kelompok khawarij. Pasalnya, kajian-kajian agama
yang mereka sam- paikan nyaris sulit sekali dibedakan dengan dakwah yang
disampaikan oleh para ulama salaf. Ketika membahas kitab-kitab tauhid
atau pun kitab fikih dalam pengajiannya, materi yang disam- paikan
orangorang khawarij hampir sama dengan yang dipakai oleh kelompok
salaf. Namun, mereka pada akhirnya akan meng- giring dan mengajak kita
untuk mengafirkan sesama saudara Muslim, ujar dia.

Di Indonesia sendiri, kata Muhtarom, pernah muncul satu aliran yang


suka menga firkan sesama Muslim. Aliran itu dicetuskan oleh seorang tokoh
bernama Nur Hasan Ubaidah pada dekade 1960-an silam. Dalam berbagai
kajiannya, Nur Hasan Ubaidah menyatakan, orang-orang Islam yang berada
di luar kelompoknya sebagai golongan kafir.

Tidak hanya itu, para pengikut Hasan Ubaidah pun mengganggap


umat Islam di luar kelompok mereka sebagai najis sehingga mereka pun
tidak mau shalat di masjid- masjid selain dari masjid mereka sendiri. Dulu,
kelompok ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

B. Kisah Orang Yahudi Menunggu


Kemunculan Dajjal merupakan salah satu tanda dari terjadinya Kiamat

25
Besar. Dajjal akan menapaki muka bumi dengan menyebarkan kerusakan di
mana-mana. Makhluk ini akan meneror orang-orang beriman serta
mengalihkan mereka agar kufur kepada Allah.

Rasulullah SAW bersabda, "Wahai manusia, tak akan ada huru-hara di


muka bumi ini sejak masa Adam yang lebih besar dari pada huru-hara
Dajjal. Sesungguhnya setiap Nabi yang dikirim Allah akan
memperingatkan ummatnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi terakhir dan
kalian adalah ummat terakhir.” (HR Ibnu Majah)

Akan tetapi, ternyata ada suatu kaum yang justru menanti-nantikan


kedatangan Dajjal. Hal ini berdasarkan kisah pada zaman Nabi SAW,
sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Aliyah.

Suatu hari, orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW


membicarakan tentang Dajjal. Mereka lantas berkata, “Ia (Dajjal) akan
muncul di akhir zaman dari golongan kami.”

Tak berhenti di situ. Orang-orang Yahudi ini lantas membual untuk


mengagung-agungkan perihal Dajjal. Mereka mengatakan bahwa Dajjal
nanti akan melakukan ini dan itu.

Allah SWT menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi SAW saat itu. Wahyu
yang dimaksud ialah surah al-Mu'min (disebut pula surah Gafir) ayat 56.
Artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat
Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka, yang ada dalam
dada mereka hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang tidak akan
mereka capai, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dia
Maha Mendengar, Maha Melihat."

26
Ayat itu sebagai peringatan dari Allah kepada mereka yang seolah-olah
mengetahui perihal Dajjal sehingga merasa tinggi hati. Padahal,
pengetahuan tentang Dajjal hanya Allah Yang Mahamengetahui.
Nabi SAW kemudian diperintahkan-Nya untuk memohon perlindungan
kepada Allah dari kejahatan Dajjal. Rasul SAW juga bersabda kepada
kaumnya, “Sungguh, penciptaan langit dan bumi jauh lebih hebat
dibandingkan penciptaan seorang manusia seperti Dajjal.”

Tentang siapa yang dimaksud oleh ayat ini, dari Ka’ab bin Ahbar
diriwayatkan, “Mereka adalah orang-orang Yahudi. Ayat ini sebagai
respons terhadap mereka yang menunggu-nunggu informasi tentang
Dajjal.”

27
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/intelektual

Restiana Mustika Sari dan Yudi Setiadi: Keselarasan Islam dan Sains | 1

Anam, Nurul -. “Al-Qur’an Dan Hadits: Dialektika Sains-Teknologi Dan Ilmu


Agama.” Al-Adalah 7, no. 1 (2008): 213–26.

www.jurnal.ar-raniry.com/index.php/elkawnie.
Muslih, M. “Sains Islam Dalam Diskursus Filsafat Ilmu.” Kalam: Jurnal Studi
Agama dan Pemikiran Islam 8, no. 1 (2014): 1.

https://doi.org/10.24042/klm.v8i1.162.
Hambali, Slamet. “Astronomi Islam Dan Teori Heliocentris Nicolaus
Copernicus.” Al-Ahkam 23, no. 2 (2013): 225

https://muslim.or.id/425-islam-iman-ihsan.html

https://republika.co.id/berita/qcjm5u366/islam-iman-dan-ihsan-tak-bisadipisahkan

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/16/11/25/oh6pth313-4-
pesanrasulullah-untuk-penegak-hukum

Mizan; Jurnal Ilmu Syariah, FAI Universitas Ibn Khaldun (UIKA) BOGOR
Vol. 1 No. 2 (2013), pp. 143-148

https://www.academia.edu/31651189

https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_makruf_nahi_mungkar

https://republika.co.id/berita/peojie313/menegakkan-amar-makruf-nahi-mungkar

https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukumislam.html

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/04/27/p7tntb313waspadai-fitnah

https://id.wikipedia.org/wiki/Akhir_zaman#Islam
28
‫‪https://republika.co.id/berita/q82csz458/kisah-orang-yahudi-‬‬
‫‪menunggukedatangan-dajjal‬‬
‫‪LAMPIRAN‬‬

‫‪Lampiran 1‬‬

‫صلَّى‬ ‫س ِع ْن َد َر ُ‬
‫س ْو ِل هللاِ َ‬ ‫أيََ ضا ً قَا َل ‪َ :‬‬
‫بي َْ َ‬
‫نمََ ا نحََْ نُ ُج ْلوَُ ٌ‬ ‫ع ْنهُ ْ‬
‫ي هللاُ َ‬
‫ض َ‬ ‫ََ ََ ْن ُ‬
‫ع َم َر َر ِ‬
‫س َوا ِد‬
‫ش ِد ْي ُد َ‬
‫ب َ‬
‫ض الث يََِ ا ِ‬ ‫علَ ْينَا َر ُج ٌل َ‬
‫ش ِد ْي ُد َبيا َ ِ‬ ‫سل َّمََ ذاَتَ َي ْو ٍم ِإ ْذ َ‬
‫طل َعََ َ‬ ‫عل ْيََ ِه َو َ‬
‫هللاُ َ‬
‫لسََ إ ِلََ ى النَّ ِ‬
‫ب‬ ‫فرََ ‪َ ،‬والَ يَ ْع ِرفهَُُ ِمنا َّ أ َحََ دٌ‪َ ،‬حت َّ‬
‫ى َج َ‬ ‫الس ِ‬
‫َّ‬ ‫علَ ْي ِه أثَ ُرََ‬ ‫ش ْع ِر‪ ،‬الَ َ‬
‫يرَُ ى َ‬ ‫ال َّ‬
‫أسََ نَ َد ُر ْكبَت ْيََ ِه إ ِلََ ى ُر ْكبَت ْيََ ِه‬
‫ي ِ صلى هللا عليه وسلم فَ ْ‬
‫ع ِن اْ ِإلس ِ‬
‫ْالمََ ‪ ،‬فَقَا َل َر ُ‬
‫س ْو ُل هللاِ صلى‬ ‫بر َْنِي َ‬
‫أخََ ِ‬ ‫علَى ِ‬
‫فخََ َذ ْي ِه َوقَالَ‪ :‬يَا ُم َح َّمد ْ‬ ‫ض َع َكفَّ ْي ِه َ‬
‫َو َو َ‬
‫س ْو ُل الل ِه‬ ‫أنََ الَ إ ِلََ َه ِإالَّ هللاُ َو َّ‬
‫أنََ ُم َح َّمدًا َر ُ‬ ‫تش َْ َه َد ْ‬ ‫هللا عليه وسلم ‪ :‬اْ ِإل ِسال ُمََ ْ‬
‫أنََ َ‬

‫ضا نَ َوتحََُ َّج ْال َ‬


‫بي َْتَ ِإ ِن‬ ‫تصََ ْو َم َر َم َ‬ ‫ي َّ‬
‫الزكاةَََ َو ُ‬ ‫صالةَََ َوت ؤْ َُ تِ َ‬
‫قَُ ي َْم ال َّ‬
‫َوت ِ‬
‫يس َْألَهَُُ‬ ‫ص َد ْقتَ ‪ ،‬فعَ ِ‬
‫جََ ْبنَا لَهُ َ‬ ‫سبِ ْيالً قَا َل ‪َ :‬‬ ‫اسْت َ‬
‫طََ عْتَ إ ِلََ ْي ِه َ‬
‫أنََ تؤْ َُ ِمنَ بِاهللِ َو َمالئ َِكََ تِ ِه َو ُكت ِ‬
‫بَُ ِه‬ ‫ان قَا َل ‪ْ :‬‬ ‫ع ِن اْ ِإل ْي َم ِ‬
‫بر َْنِي َ‬ ‫يصَُ دِقهَُُ ‪،‬قَالَ‪ :‬فَ ْ‬
‫أخََ ِ‬ ‫َو َ‬
‫ْ‬
‫س ِل ِه َوال ْيوََ ِم‬
‫َو ُر ُ‬
‫ان‪َ ،‬قا لَ‪:‬‬‫س ِ‬‫اإلحْ َ‬ ‫ع ِن ْ ِ‬
‫بر َْنِي َ‬ ‫أخََ ِ‬ ‫ص َد ْقتَ ‪َ ،‬قا َل َف ْ‬ ‫ش ِرهِ‪َ .‬قا َل َ‬ ‫اآلخ ِر َوتؤْ َُ ِمنَ بِ ْال َق َد ِر َخي ِْر ِه َو َ‬
‫ِ‬
‫بر َْنِي‬ ‫يرََ اكَ ‪ .‬قَالَ‪ :‬فَ ْ‬
‫أخََ ِ‬ ‫ترََ اهُ فإ َ ِِّنََ هُ َ‬
‫إن َْ ل ْمََ تكَ َُ ْن َ‬
‫ترََ اهُ فَ ِ‬
‫تعََ ب َدَُ هللاَ كَأنَكَّ ََ َ‬ ‫ْ‬
‫أنََ ْ‬
‫ع ْن‬‫بر َْنِي َ‬ ‫أخََ ِ‬‫لمََ ِمنَ السَّائ ِل َِ‪ .‬قَا َل فَ ْ‬
‫عََ َ‬ ‫ع ِة‪ ،‬قَالَ‪َ :‬ما ْال َم ْسؤ ُْو ُل َ‬
‫ع ْن َها ِبأ ْ‬ ‫ع ِن السَّا َ‬
‫َ‬
‫عا َء‬‫عرَُ اةَ ْالعَالَةَ ِر َ‬
‫ترََ ى ْال ُحفَاةَ ْال َ‬‫أنََ َ‬ ‫أنََ ت ِلََ َد اْ َ‬
‫ْلمََ ة ُ َربتَّهَََ ا َو ْ‬ ‫اراتهََِ ا‪ ،‬قَا َل ْ‬ ‫أمََ َ‬
‫َ‬
‫طلقَ ََ فلَََ ِبثْتُ َم ِليًّا‪ ،‬ث َّمَُ قَا َل ‪ :‬يا َ ُ‬
‫ع َم َر أتَ ْدََ ِري‬ ‫ان‪ ،‬ث َّمَُ ا ْن َ‬ ‫طََ َاو ْلوَُ نَ ِفي ْال ْ‬
‫بنَُ َي ِ‬ ‫اء َيت َ‬
‫ش ِ‬‫ال َّ‬
‫عََ لَ َم ‪ .‬قَا َل فَ ِِّ‬
‫إنََ هُ ِجبْ ِر ْي ُل أتَـا َ ُك ْم يعُ ِلََ ُم ُك ْم‬ ‫َم ِن السَّائ ِل َِ ؟ قل َُْتُ ‪ :‬هللاُ َو َر ُ‬
‫س ْولهَُُ أ ْ‬
‫ِديْنكَ َُ ْم ‪.‬‬

‫مسلم[‬ ‫]رواه‬

‫‪29‬‬
30

Anda mungkin juga menyukai