Anda di halaman 1dari 26

TUGAS 6 ASISTENSI

SIA – 409 KONSTRUKSI JALAN


“PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL”

Diajukan sebagai syarat menyelesaikan mata kuliah SIA-409 Konstruksi Jalan

Asisten Pembimbing :
Ir. Widhi Mudjiyono, M.T.

Disusun oleh:
222017133 Puzi Faujiah W
222017137 Firda Cahyaning W

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas asistensi mata kuliah Konstruksi Jalan ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tugas ini merupakan syarat yang wajib dipenuhi
dalam mata kuliah Konstruksi Jalan.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sampaikan banyak
terimakasih khususnya kepada Dosen Pengajar dan Asisten Pembimbing mata
kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharaplan kritik dan saran
demi kesempurnaan laporan ini.

Bandung, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Lapis Permukaan (Surface Course) .......................................................... 2
2.1.1 Jenis Lapis Permukaan .................................................................. 2
2.2 Lapis Resap Pengikat ................................................................................ 4
2.2.1 Prosedur Pelaksanaan .................................................................... 4
2.3 Laston Lapisan Antara (AC-BC) .............................................................. 5
2.3.1 Peralatan ........................................................................................ 6
2.3.2 Bahan............................................................................................. 8
2.3.3 Prosedur Pelaksanaan .................................................................... 8
2.4 Lapis Resap Perekat (Tack Coat) .............................................................. 9
2.4.1 Tata Cara Pelaksanaan ................................................................ 10
2.4.2 Kondisi Cuaca yang diizinkan untuk bekerja.............................. 11
2.5 Laston – Lapis Antara (AC – WC) ......................................................... 11
2.5.1 Tata Cara Pelaksanaan ................................................................ 12
2.6 Campuran Beraspal Panas....................................................................... 12
2.6.1 Spesifikasi ................................................................................... 12
2.6.2 Bahan........................................................................................... 13
2.6.3 Prosedur Pelaksanaan .................................................................. 17
2.6.4 Quality Control ........................................................................... 20
BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
2. Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan atas:
1. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan
perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke
tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya.
Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu
perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat
berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku
diatas perkerasan lentur.

Salah satu tahapan pelaksanaan perkerasan jalan yaitu pekerjaan perkerasan


aspal konstruksi jalan baru meliputi metode perkerjaan, material, dan peralatan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pekerjaan lapisan beraspal.
2. Mengetahui langkah-langkah pekerjaan perkerasan aspal pada
konstruksi jalan raya.

1
2. BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lapis Permukaan (Surface Course)


Merupakan lapis paling atas dari struktur perkerasan jalan, dengan fungsi
utama sebagai:
1. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan;
2. Lapis aus (wearing course);
3. Lapis kedap air;
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi
Lapis permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal.
Lapis permukaan dapat dibedakan :
1. Lapis aus (wearing course), merupakan lapis permukaan yang kontak
dengan roda kendaraan dan perubahan cuaca;
2. Lapis permukaan antara (binder course), merupakan lapis permukaan
yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi.
Pekerjaan perkerasan aspal harus mencakup penyediaan dan penghamparan
bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Lapis resap pengikat harus dihampar di atas permukaan
pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat),
sedangkan Lapis perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat
semen atau aspal (seperti Semen, Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis
Penetrasi Macadam, Laston, Lataston, dll).

2.1.1 Jenis Lapis Permukaan

1. Laburan aspal merupakan lapis penutup yang tidak memiliki nilai


struktural, terdiri dari :

a. Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU = surface dressing) terdiri dari


lapis aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam dengan ukuran nominal maks. 13 mm. Burtu memiliki
ketebalan maksimum 2 cm;
b. Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA = surface dressing) terdiri dari
lapis aspal ditaburi agregat, dikerjakan dua kali secara berurutan
2
tebal padat maksimum 3,5 cm. Lapis pertama burda adalah lapis
burtu dan lapis keduanya menggunakan agregat penutup dengan
ukuran maks. 9,5 cm (3/8”).
2. Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir/sand sheet/SS)
Merupakan lapis Penutup permukaan jalan yang menggunakan
agregat halus atau pasir atau campuran keduanya, dicampur dengan
aspal, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Latasir/SS terdiri
dari SS-A dan SS-B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada tebal
nominal minimum. Latasir digunakan untuk lalu-lintas ringan yaitu <
0,5 juta lintas sumbu standar (lss).
3. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Roll Sheet /HRS)
Merupakan lapis permukaan jalan yang menggunakan agregat
begradasi senjang dengan ukuran agregat maks. 19 mm (3/4”). Terdapat
2 jenis Lataston:
a. Lataston Lapis Aus (HRS Wearing Course/HRS-WC);
b. Lataston Lapis Permukaan Antara (HRS Base Course/HRS-BC).
Lataston sebaiknya digunakan digunakan untuk lalu-lintas < 1
juta lss selama umur rencana.
4. Lapis Aspal Beton (Laston/Asphalt Concrete/AC),
Merupakan lapis permukaan jalan yang menggunakan agregat
bergradasi baik. Laston sesuai digunakan untuk lalu-lintas berat.
Terdapat 2 jenis Laston yang digunakan sebagai lapis permukaan:
a. Laston Lapis Aus (AC Wearing Course/AC-WC);
b. Laston Lapis Permukaan Antara (AC Base Course/AC-BC).
5. Lapis Penetrasi Madacam (LAPEN),

Merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan


agregat pengunci bergradasi seragam, kemudian dipadatkan dan
disemprotkan aspal, kemudia diberi agregat penutup dan dipadatkan.
Lapen sesuai digunakan untuk lalu-lintas ringan sampai sedang
Ukuran maks. Agregat pokok membedakan ketebalan yang
dapat dipilih, yaitu:

a. Tebal 7–10 cm, agregat pokok ukuran maks. 75 mm (3”)


b. Tebal 5-8 cm, agregat pokok ukuran maks. 62,5 mm (2,5”)
3
c. Tebal 4-5 cm, agregat pokok ukuran maks. 50 mm (2”).
6. Lapis Asbuton Agregat (LASBUTAG), adalah campuran antara
agregat, asbuton dan peremaja yang dicampur, dihampar dan dipadatkan
secara dingin. Lapis Lasbutag bertebal nominal minimum 40 mm
dengan ukuran agregat maks. 19 mm (3/4”).

2.2 Lapis Resap Pengikat


Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal
pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan
beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan
pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya lapis pondasi agregat).
Bahan lapis resap pengikat diencerkan dengan minyak tanah (kerosen).
Proporsi minyak minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh
direksi Pekerjaan. Pengambilan lapis resap pengikat pada distributor aspal pada saat
akan dilaksanakan pekerjaan.
Lapisan resap pengikat hanya dikerjakan pada suatu permukaan jalan yang
kering atau sedikit lembab. Sebelum lapis resap harus dibersihkan dari segala
kotoran yang tidak berguna. Penyemprotan dilakukan dengan mempertimbangkan
kelancaran arus lalu lintas.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah compressor dan alat
bantu lainnya. Segera setelah pekerjaan penyemprotan dikerjakan, pengaturan arus
lalu lintas dibuat dengan menggunakan tanda-tanda lalu lintas agar permukaan yang
baru disemprotkan tidak dilalui kendaraan.

2.2.1 Prosedur Pelaksanaan


1. Aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi
campuran aspal cair.
2. Permukaan yang akan dilapisi dibersihkan dari debu dan kotoran dengan
Air Compressor.

4
3. Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas
permukaan yang akan dilapis.

Gambar 2.1 Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer

2.3 Laston Lapisan Antara (AC-BC)


Tahapan pekerjaan ini harus sudah seslesainya pekerjaan lapir aus aspal
beton (AC – BC) dilaksanakan dan sudah mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, penghamparan, pemadatan di atas
permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan persyaratan. Aspal dihampar
pada jalan yang telah selesai dilapis Lapis Resap Pengikat atau biasa disebut Prime
Coat. Material yang digunakan mempunyai spesifkasi yang telah ditentukan oleh
Direksi Pekerjaan. Material Aspal diangkut dari AMP dengan menggunakan Dump
Truck. Bak Dump Truck harus terbuat dan pada bagian atas Dump Truck ditutup
rapat dengan terpal yang terbuat dari kain dan lahan terhadap air, agar material tidak
melekat pada bak Dump Truck dan tidak cepat turun suhunya. Dari Dump Truck
material aspal dicurahkan ke Asphalt Finisher yang dilengkapi dengan carang
curah dan ulir-ulir pendisiribusian, menempalkan material secara merala didepan
batang perata yang dapat distel. Dalam penghamparan selalu diikuti tenaga
surveyor dan Direksi Pekerjaan, agar dapat mengontrol ketebalan dan kemiringan
penghamparan. Penggilasan Aspal yang telah dihamparkan aleh Asphalt Finisher
dipadatkan dengan alat Tandem Roller. Untuk penghubung antar lokasi
penghamparqn dengan AMP digunakan radio komunikasi (HT). pekerjaan ini
dilaksanakan dengan langkah langkah yang sama dengan asphalt concrete.

5
2.3.1 Peralatan

1. Aspalt Mixing Plant (AMP)

Gambar 2.2 Aspalt Mixing Plant (AMP)


Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur
(limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang
yang sumbernya disetujui areh Direksi Pekerjaaan. Filler sebagai bahan
tambahan campuran Laston AC-BC selain Aspal Minyak yang telah
dicampur pada Lapisan AC-BC itu sendiri. Filler digunakan sebagai
bahan tambahan pengikat antara Lapis Resap Pengikat-Aspal cair dan
Laston AC- BC, bahan ini memberikan makna dan fungsi khusus untuk
menambah kekakuan ikatan antara kedua lapisan tersebut, sehingga
hasil maksimal yang dicapai untuk ikatan tersebut lebih terpenuhi dan
tercapai.
2. Aspalt Finisher

Gambar 2.3 Aspalt Finiher

(Sumber: https://www.alibaba.com/product-detail/Aspalt Finisher- steel-


with_50013870348.html )

6
3. Dump Truck

Gambar 2.4 Dump Truck


(sumber: diktat ppt kuliah ke xi pondasi bawah )
4. Tandem Roller

Gambar 2.5 Tandem Roller


(Sumber: https://www.alibaba.com/product-detail/ Tandem-Roller- steel-
with_50013870348.html

5. Wheel Loader

Gambar 2.6 Wheel Loarder


(Sumber: https://www.amazon.com/ Wheel-Loarder-
Vehicle/dp/B01FWHRMGU)
6. Pneumatic Tyre Roller

7
Gambar 2.7 Pneumatik Tyre Roller
(Sumber: https://www.amazon.com/ Pneumatik-Tyre-Roller-

Vehicle/dp/B01FWHRMGU)
2.3.2 Bahan
Agregat yang digunakan adalah sesuai dengan hasil pengujian Lab. (sesuai
dengan Job Mix Design) yang telah ditentukan sesuai dengan spesifikasi
leknis.setiap hasil campuran yang telah dimual kedalam dump truck untuk dibawa
ke lapangan pekerjaan terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui tonase
cqmpuran tersebut. Sebelum penghamparan dilaksanakan permukaan jalan harus
dibersihkan dari material lepas yang tidak dihendaki dengan menggunakan
comperessar atau alat manual.untuk memastikan lebar dan tebal hamparan Aspal,
maka pada tepi-tepi jalan dipasang balok pembatas atau benang garis atau garis
pembatas.
2.3.3 Prosedur Pelaksanaan
Aspal dihampar dengan aspal finisher, serta unit-unit mesin pemadat antara
lain Tandem Roller dan PTR penggilasan harus terdiri dari tiga operasi yaitu :
penggilasan awal 0-10 menit, penggilasan sekunder 10-20 menil dan penggilasan
akhir 20-45 menit.
Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan Tandem Roller dan PTR :
1. Pemadatan Awal (Breakdawn Rolling) menggunakan Tandem Roller
Pemadatan awal dilaksanakan sedekal mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan awal dilakukan pada saal temperatur 125°C -
l45°C atau sekiiar 0 - I0 menii setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller dengan jumlah lintasan
sesuai dengan hasil trial compection untuk masing- masing jenis lapiran
perkerasan.

8
2. Pemadatan Sekunder (Breakdawn Rolling) menggunakan Pneumatic Tyre
Roller
Pemadatan Sekunder (lntermediale Ralling) menggunakan PTR
Pemadatan skunder dilaksanakan sedekat mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan skunder dilakukan pada saat temperatur 100°C –
125°C atau sekitar 0 – 10 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller dengan jumlah lintasan
sesuai dengan hasil trial compection untuk masing-masing jenis lapisan
perkerasan.
3. Pemadatan Akhir (Finish Rolling) menggunakan Tandem Roller
Pemadatan akhir dilaksanakan sedekat mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan akhir dilakukan pada saat suhu > 95°C atau sekitar
> 45 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini dilakukan dengan
menggunakan Tandem Roller dengan Jumlah lintasan sesuai dengan hasil
trial compection untuk masing-masing jenis lapisan perkerasan.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan Asumsi :
a. Menggunakan alat berat (secara mekanik)
b. Lokasi Pekerjaan : Sepanjang Jalan
c. Kondisi Existing Jalan : Rusak dan Peningkatan
d. Jarak Rata-rata Base Camp ke Lokasi Pekerjaan
Prosedur pelaksanaannya yaitu Wheel Loader memuat aggregat dan Asphalt
ke dalam Cold Bin AMP.

Gambar 2.8 Wheel Loader memuat aggregat dan Asphalt ke dalam Cold
Bin AMP.

2.4 Lapis Resap Perekat (Tack Coat)


Lapis perekat (tack coat) merupakan lapisan aspal cair yang diletakkan di

9
atas lapisan beraspal atau lapis beton semen sebelum lapis berikutnya dihampar.
Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis AC-BC dengan
lapis AC-WC.

Gambar 2.9 Pekerjaan Lapis Perekat


Bahan lapis perekat terdiri dari aspal emulsi yang cepat menyerap atau
asapal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar antar 0,15 liter/m2
sampai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis resap
pengikat.

2.4.1 Tata Cara Pelaksanaan


1. Pelaksanaan pembersihan permukaan jalan

Gambar 2.10 Pelaksanaan Pembersihan Permukaan Jalan


2. Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat dilaksanakan setelah
permukaan lama dibersihkan dengan air compressor, sehingga tekstur
perkerasan lama menjadi bersih dan terlihat jelas.

10
Gambar 2.11 Pemasangan lapis resap pengikat
Penyedia jasa sebelum dilakukan penyemprotan, batas permukan yang akan
disemprot harus diukur dan ditandai. Pelaksanaan penyemprotan lapis resap
pengikat dan lapis perekat menggunakan alat asphalt distributor. Asphalt distributor
adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa, dan batang
penyemprot. Umumnya truk juga dilengkapi dengan pemanas untuk menjaga
temperatur aspal. Apabila diizinkan oleh direksi pekerjaan, pelaksanaannya dapat
menggunakan alat penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayer sering
digunakan untuk daerah – daerah yang sulit dijangkau dengan Asphalt Distributor.
Agar memperoleh hasil merata, sebaiknya pelaksanaanya dikerjakan oleh operator
terampil dan telah teruji coba dengan baik.
2.4.2 Kondisi Cuaca yang diizinkan untuk bekerja
Lapis resap pengikat dan lapis perekat hanya disemprot saat kondisi
permukaan jalan dalam keadaan kering, dan tidak boleh dikerjakan saat angin
kencang, huja atau akan terjadinya hujan
2.5 Laston – Lapis Antara (AC – WC)
Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan
permukaan ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja.
Oleh karena itu lapisan permukaan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi
untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas nya tidak meresap ke
lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan–lapisan tersebut.
3. Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya rem dari
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Lapisan yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain yang ada di bawahnya. Lapis aus permukaan (Wearing Course)
11
mempunyai fungsi:
1. Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air.
2. Menyediakan permukaan yang halus
3. Menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata
sehingga aman dan nyaman untuk dilalui pengguna.
4. Menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.

2.5.1 Tata Cara Pelaksanaan


Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan
pekerjaan sebagai berikut :
1. Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt Asbuton butir di campur di unit pencampuran asphalt
dengan komposisi yang telah disetujui dump truck membawa campuran
asphalt panas kelokasi pekerjaan. Campuran dihampar dengan
menggunakan Asphalt Finisher, kemudian pemadatan awal oleh Tandem
Roller, pemadatan utama oleh Type Roller dan pemadatan akhir kembali
dengan Tandem Roller . lintasan pemadatan dilakukan sesuai jumlah
lintasan yang telah disetujui. Semua rentang suhu yang disyaratkan selama
proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan kepadatan yang optimum.
Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan merapihkan tepian
sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi bertugas mengatur lalu
lintas yang lewat.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant +
Genset, Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump
Truck, dan alat bantu.

2.6 Campuran Beraspal Panas


Pekerjaan ini meliputi pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis
perata, lapis pondasi, atau Lapis Aus campuran beraspal panas yang terdiri dari
agregat dan bahan pengikat aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi
pencampuran, serta penghampar dan memadatkan di atas permukaan jalan yang
telah disiapkan.

2.6.1 Spesifikasi
12
Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal:

1. Stone Matrix Asphalt : -2,0 mm


2. Stone Matrix Asphalt : -3,0 mm
3. Stone Matrix Asphalt : -3,0 mm
4. Lataston Lapis Aus : -3,0 mm
5. Lataston Lapis Fondasi : -3,0 mm
6. Laston Lapis Aus : -3,0 mm
7. Laston Lapis Antara : -4,0 mm
8. Laston Lapis Fondasi : -5,0 mm
Tabel 2.1 Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

2.6.2 Bahan
1. Agregat Kasar
a. Tertahan ayakan No. 8 (2,36 mm), harus bersih, keras, awet, dan
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.
b. Harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran nominal
sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
c. Mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan. Angularitas
agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat yang lebih
besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
d. Agregat kasar untuk Latasir dibolehkan dari kerikil bersih.
e. Harus ditumpuk terpisah dan dipasok ke instalasi pencampur aspal
dengan menggunakan cold bin feeds, sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.

13
Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Kasar

Tabel 2.3 Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk


Campuran Beraspal

2. Agregat Halus
a. Harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri
dari bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm).
14
b. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
terpisah dari agregat kasar.
c. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas
yang tidak > 15% terhadap berat total campuran.
d. Merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung.
e. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan cold bin
feeds yang terpisah, sehingga gradasi gabungan dan presentasi pasir
di dalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 2.4 Ketentuan Agregat Halus

3. Bahan Pengisi (Filler) untuk Campuran Beraspal


a. Terdiri dari atas debu batu kapus (limestone dust), kapur padam
(hydrated lime), semen atau abu terbang (fly ash).
b. Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan, harus
mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron) tidak
kurang dari 75% terhadap beratnya.
c. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang
ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2% dari berat
total agregat.
4. Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan
dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi
batas-batas yang diberikan.
Tabel 2.5 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk
Campuran Beraspal

15
5. Bahan Aspal Keras
Tabel 2.6 Ketentuan untuk Aspal Keras

Tabel 2.7 Lanjutan Ketentuan untuk Aspal Keras

6. Serat (fiber) yang digunakan untuk membuat geotekstil dan tali (thread)
yang digunakan untuk menyambung geotekstil dengan cara dijahit,

16
harus terdiri dari polimer sintetik rantai panjang yang terbentuk dari
sekurang-kurangnya 95% berat poliolefin atau poliester.

Serat dan tali harus dibentuk menjadi suatu jaring yang stabil sehingga
filamen (serat menerus) atau untaian serat (yarn) dapat mempertahankan stabilitas
dimensinya relatif terhadap yang lainnya, termasuk selvage (bagian tepi teranyam
dari suatu lembar geotekstil yang sejajar dengan arah memanjang geotekstil).

2.6.3 Prosedur Pelaksanaan

Pada pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal, persiapan, penghamparan


dan pemadatan merupakan pekerjaan yang memegang peranan yang cukup penting.
Penghamparan yang tidak memnuhi syarat dapat menyebabkan tekstur permukaan
buruk, kerataan kurang baik dan ketebalan lapisan kurang. Pemadatan yang tidak
memenuhi syarat menyebabkan kepadatan tidak merata, lapisan mudah retak,
sambungan melintang dan memanjang tidak rata.

1. Pekerjaan Persiapan
a. Penghamparan di atas lapis pondasi agregat
1) Tekstur permukaan harus sesuai rencana, bagian yang
mengalami segregasi dan degradasi harus diperbaiki.
2) Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan.
3) Kerataan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan.
4) Permukaan bebas kotoran.
5) Untuk menjamin kekuatan yang merata, perlu dilakukan uji
kekuatan (proof rolling).
b. Penghamparan di atas lapisan beraspal (untuk peningkatan jalan)
1) Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan, seperti
retak, lubang, alur, amblas, dan lainnya harus diperbaiki.
2) Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah
memenuhi syarat.
c. Pemasangan lapis resap pengikat dan lapis resap ikat
1) Lapis resap pengikat
• Memberi daya ikat antara lapis pondasi dengan lapis
campuran beraspal.

17
• Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika
dilewati lalu-lintas sebelum dilapis dgn campuran beraspal.
• Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca.
• Bahan yang digunakan umumnya aspal keras pen. 60-70 atau
80-100 diencerkan dengan minyak tanah.
2) Lapis perekat
• Memberikan daya ikat antara lapis eksisting dengan lapisan
yang baru dan dapat dipasang pada permukaan lapisan
beraspal atau beton semen.
• Bahan yang digunakan adalah aspal emulsi yang cepat
mantap atau aspal keras yang diencerkan dengan minyak
tanah.
2. Penghamparan dan Pemadatan
a. Penerimaan campuran beraspal di lapangan harus memperhatikan:
1) Tiket pengiriman
Merupakan arsip penting untuk pengendalian kuantitas dan
kualitas.
2) Pemeriksaan dan Evaluasi
Campuran Beraspal secara visual.
Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal
yang dapat dilihat secara visual sebagai berikut:
• Berasap biru : Terjadi pemanasan yang berlebih
(overheating).
• Tampak kaku : Temperatur campuran rendah (campuran
dingin).
• Permukaan di atas truk tampak rata : campuran kelebihan
aspal.
• Tampak kering: campuran kurang aspal.
• Terkontaminasi: campuran terkontaminasi minyak, oli, dll.
• Agregat tidak terselimuti aspal: pencampuran kurang
sempurna.
• Pelelehan atau bleeding: campuran terkontaminasi atau
kelebihan aspal.
18
b. Penghamparan dan pembentukan
1) Lapis Campuran Beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang yang
disyaratkan.
2) Penghamparan dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bila pekerjaan yang dilaksanakan lenih dari
satu lajur.
3) Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan,
sisa campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur
yang disyaratkan.
4) Bila jalan akan dihampar hanya satu lajur setiap kali
pngoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa, sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan lajur yang bersebelahan
pada setiap akhir produksi dibuat seminimal mungkin.
5) Fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan dikendalikan untuk
menjamin terpenuhinya rancangan dan toleransi serta ketebalan:
• Tebal hamparan campuran beraspal gembur (perlu
pemeriksnaan secara manual)
• Kelandaian screed alat penghampar untuk terpenuhi nya
lereng melintang dan superelevasi yang diperlukan
• Elevasi yang sesuai pada sambungan sebelum diijinkan
dipadatkan.
• Kecepatan Pemadatan
Kecepatan pemadatan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain kecepatan penghamparan, ketebalan hamparan,
dan tahapan pemadatan.
Kecepatan alat pemadat harus konstan, perubahan
kecepatan akan menyebabkan bervariasinya usaha
pemadatan, akibat nya kepadatan yang dicapai jadi
bervariasi.
• Jumlah Lintasan

19
Setiap titik pada hamparan harus dilewati alat pemadat
dengan jumlah tertentu pada selang temperatur campuran
yang disyaratkan.
Jumlah lintasan sangat tergantung pada sifat-sifat
campuran, ketebalan dan kondisi lingkungan.
Untuk memperoleh jumlah lintasan yang sesuai, maka
harus dilakukan uji coba lapangan (trial compaction)
Perkiraan jumlah lintasan :
Pemadatan awal, 2 lintasan.
Pemadatan antara, 16 lintasan.
Pemadatan akhir, 4 lintasan.
• Temperatur
Pemadatan harus dilakukan pada saat campuran beraspal
masih mempunyai viskositas dan kekakuan yang cukup
rendah untuk dipadatkan.
2.6.4 Quality Control
1. Kerataan permukaan
a. Kerataan permukaan lapis aus segera setelah pekerjaan selesai harus
diperiksa dengan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-
3426-1994.
b. Cara Pengukuran/ pembacaan kerataan harus dilakukan setiap
interval 100 m.
2. Ketentuan kepadatan
a. Kepadatan semua jenis campuran beraspal > 97% kepadatan standar
kerja untuk Lataston, dan 98% untuk semua campuran beraspal
lainnya.
b. Benda uji untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji
untuk pengukuran tebal lapisan.
3. Jumlah total benda uji yg diambil acak dalam setiap segmen > 3 benda
uji untuk setiap kelipatan 200 m panjang.
4. Pengambilan benda uji campuran beraspal umum- nya dilakukan di
AMP.

20
5. Penyedia harus menyedia- kan mesin bor pengambil benda uji inti (core)
yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 4” pada
lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan.

21
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pekerjaan perkerasan aspal berfungsi sebagai lapis resap pengikat dan lapis
perekat. Pekerjaan perkerasan aspal harus mencakup penyediaan dan
penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya
untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis resap pengikat harus
dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen
(misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis perekat harus dihampar di atas
permukaan berbahan pengikat semen atau aspal (seperti Semen, Tanah, RCC, CTB,
Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston, dll).

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilmuproyek.com/2019/04/metode-pelaksanaan-pekerjaan-ac-bc-
levelling.html
https://fretswilsonlosa.blogspot.com/2019/10/metode-pelaksanaan-pekerjaan-
aspal-AC-BC.html
https://www.academia.edu/38395245/06_Pekerjaan_Perkerasan_Aspal_pdf
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2018). Spesifikasi Umum Divisi 6. Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai