Asisten Pembimbing :
Ir. Widhi Mudjiyono, M.T.
Disusun oleh:
222017133 Puzi Faujiah W
222017137 Firda Cahyaning W
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas asistensi mata kuliah Konstruksi Jalan ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tugas ini merupakan syarat yang wajib dipenuhi
dalam mata kuliah Konstruksi Jalan.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sampaikan banyak
terimakasih khususnya kepada Dosen Pengajar dan Asisten Pembimbing mata
kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharaplan kritik dan saran
demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
2. Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan atas:
1. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan
perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke
tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya.
Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu
perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat
berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku
diatas perkerasan lentur.
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas
permukaan yang akan dilapis.
5
2.3.1 Peralatan
6
3. Dump Truck
5. Wheel Loader
7
Gambar 2.7 Pneumatik Tyre Roller
(Sumber: https://www.amazon.com/ Pneumatik-Tyre-Roller-
Vehicle/dp/B01FWHRMGU)
2.3.2 Bahan
Agregat yang digunakan adalah sesuai dengan hasil pengujian Lab. (sesuai
dengan Job Mix Design) yang telah ditentukan sesuai dengan spesifikasi
leknis.setiap hasil campuran yang telah dimual kedalam dump truck untuk dibawa
ke lapangan pekerjaan terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui tonase
cqmpuran tersebut. Sebelum penghamparan dilaksanakan permukaan jalan harus
dibersihkan dari material lepas yang tidak dihendaki dengan menggunakan
comperessar atau alat manual.untuk memastikan lebar dan tebal hamparan Aspal,
maka pada tepi-tepi jalan dipasang balok pembatas atau benang garis atau garis
pembatas.
2.3.3 Prosedur Pelaksanaan
Aspal dihampar dengan aspal finisher, serta unit-unit mesin pemadat antara
lain Tandem Roller dan PTR penggilasan harus terdiri dari tiga operasi yaitu :
penggilasan awal 0-10 menit, penggilasan sekunder 10-20 menil dan penggilasan
akhir 20-45 menit.
Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan Tandem Roller dan PTR :
1. Pemadatan Awal (Breakdawn Rolling) menggunakan Tandem Roller
Pemadatan awal dilaksanakan sedekal mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan awal dilakukan pada saal temperatur 125°C -
l45°C atau sekiiar 0 - I0 menii setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller dengan jumlah lintasan
sesuai dengan hasil trial compection untuk masing- masing jenis lapiran
perkerasan.
8
2. Pemadatan Sekunder (Breakdawn Rolling) menggunakan Pneumatic Tyre
Roller
Pemadatan Sekunder (lntermediale Ralling) menggunakan PTR
Pemadatan skunder dilaksanakan sedekat mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan skunder dilakukan pada saat temperatur 100°C –
125°C atau sekitar 0 – 10 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller dengan jumlah lintasan
sesuai dengan hasil trial compection untuk masing-masing jenis lapisan
perkerasan.
3. Pemadatan Akhir (Finish Rolling) menggunakan Tandem Roller
Pemadatan akhir dilaksanakan sedekat mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan akhir dilakukan pada saat suhu > 95°C atau sekitar
> 45 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini dilakukan dengan
menggunakan Tandem Roller dengan Jumlah lintasan sesuai dengan hasil
trial compection untuk masing-masing jenis lapisan perkerasan.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan Asumsi :
a. Menggunakan alat berat (secara mekanik)
b. Lokasi Pekerjaan : Sepanjang Jalan
c. Kondisi Existing Jalan : Rusak dan Peningkatan
d. Jarak Rata-rata Base Camp ke Lokasi Pekerjaan
Prosedur pelaksanaannya yaitu Wheel Loader memuat aggregat dan Asphalt
ke dalam Cold Bin AMP.
Gambar 2.8 Wheel Loader memuat aggregat dan Asphalt ke dalam Cold
Bin AMP.
9
atas lapisan beraspal atau lapis beton semen sebelum lapis berikutnya dihampar.
Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis AC-BC dengan
lapis AC-WC.
10
Gambar 2.11 Pemasangan lapis resap pengikat
Penyedia jasa sebelum dilakukan penyemprotan, batas permukan yang akan
disemprot harus diukur dan ditandai. Pelaksanaan penyemprotan lapis resap
pengikat dan lapis perekat menggunakan alat asphalt distributor. Asphalt distributor
adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa, dan batang
penyemprot. Umumnya truk juga dilengkapi dengan pemanas untuk menjaga
temperatur aspal. Apabila diizinkan oleh direksi pekerjaan, pelaksanaannya dapat
menggunakan alat penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayer sering
digunakan untuk daerah – daerah yang sulit dijangkau dengan Asphalt Distributor.
Agar memperoleh hasil merata, sebaiknya pelaksanaanya dikerjakan oleh operator
terampil dan telah teruji coba dengan baik.
2.4.2 Kondisi Cuaca yang diizinkan untuk bekerja
Lapis resap pengikat dan lapis perekat hanya disemprot saat kondisi
permukaan jalan dalam keadaan kering, dan tidak boleh dikerjakan saat angin
kencang, huja atau akan terjadinya hujan
2.5 Laston – Lapis Antara (AC – WC)
Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan
permukaan ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja.
Oleh karena itu lapisan permukaan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi
untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas nya tidak meresap ke
lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan–lapisan tersebut.
3. Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya rem dari
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Lapisan yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain yang ada di bawahnya. Lapis aus permukaan (Wearing Course)
11
mempunyai fungsi:
1. Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air.
2. Menyediakan permukaan yang halus
3. Menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata
sehingga aman dan nyaman untuk dilalui pengguna.
4. Menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.
2.6.1 Spesifikasi
12
Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal:
2.6.2 Bahan
1. Agregat Kasar
a. Tertahan ayakan No. 8 (2,36 mm), harus bersih, keras, awet, dan
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.
b. Harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran nominal
sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
c. Mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan. Angularitas
agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat yang lebih
besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
d. Agregat kasar untuk Latasir dibolehkan dari kerikil bersih.
e. Harus ditumpuk terpisah dan dipasok ke instalasi pencampur aspal
dengan menggunakan cold bin feeds, sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.
13
Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Kasar
2. Agregat Halus
a. Harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri
dari bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm).
14
b. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
terpisah dari agregat kasar.
c. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas
yang tidak > 15% terhadap berat total campuran.
d. Merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung.
e. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan cold bin
feeds yang terpisah, sehingga gradasi gabungan dan presentasi pasir
di dalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 2.4 Ketentuan Agregat Halus
15
5. Bahan Aspal Keras
Tabel 2.6 Ketentuan untuk Aspal Keras
6. Serat (fiber) yang digunakan untuk membuat geotekstil dan tali (thread)
yang digunakan untuk menyambung geotekstil dengan cara dijahit,
16
harus terdiri dari polimer sintetik rantai panjang yang terbentuk dari
sekurang-kurangnya 95% berat poliolefin atau poliester.
Serat dan tali harus dibentuk menjadi suatu jaring yang stabil sehingga
filamen (serat menerus) atau untaian serat (yarn) dapat mempertahankan stabilitas
dimensinya relatif terhadap yang lainnya, termasuk selvage (bagian tepi teranyam
dari suatu lembar geotekstil yang sejajar dengan arah memanjang geotekstil).
1. Pekerjaan Persiapan
a. Penghamparan di atas lapis pondasi agregat
1) Tekstur permukaan harus sesuai rencana, bagian yang
mengalami segregasi dan degradasi harus diperbaiki.
2) Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan.
3) Kerataan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan.
4) Permukaan bebas kotoran.
5) Untuk menjamin kekuatan yang merata, perlu dilakukan uji
kekuatan (proof rolling).
b. Penghamparan di atas lapisan beraspal (untuk peningkatan jalan)
1) Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan, seperti
retak, lubang, alur, amblas, dan lainnya harus diperbaiki.
2) Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah
memenuhi syarat.
c. Pemasangan lapis resap pengikat dan lapis resap ikat
1) Lapis resap pengikat
• Memberi daya ikat antara lapis pondasi dengan lapis
campuran beraspal.
17
• Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika
dilewati lalu-lintas sebelum dilapis dgn campuran beraspal.
• Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca.
• Bahan yang digunakan umumnya aspal keras pen. 60-70 atau
80-100 diencerkan dengan minyak tanah.
2) Lapis perekat
• Memberikan daya ikat antara lapis eksisting dengan lapisan
yang baru dan dapat dipasang pada permukaan lapisan
beraspal atau beton semen.
• Bahan yang digunakan adalah aspal emulsi yang cepat
mantap atau aspal keras yang diencerkan dengan minyak
tanah.
2. Penghamparan dan Pemadatan
a. Penerimaan campuran beraspal di lapangan harus memperhatikan:
1) Tiket pengiriman
Merupakan arsip penting untuk pengendalian kuantitas dan
kualitas.
2) Pemeriksaan dan Evaluasi
Campuran Beraspal secara visual.
Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal
yang dapat dilihat secara visual sebagai berikut:
• Berasap biru : Terjadi pemanasan yang berlebih
(overheating).
• Tampak kaku : Temperatur campuran rendah (campuran
dingin).
• Permukaan di atas truk tampak rata : campuran kelebihan
aspal.
• Tampak kering: campuran kurang aspal.
• Terkontaminasi: campuran terkontaminasi minyak, oli, dll.
• Agregat tidak terselimuti aspal: pencampuran kurang
sempurna.
• Pelelehan atau bleeding: campuran terkontaminasi atau
kelebihan aspal.
18
b. Penghamparan dan pembentukan
1) Lapis Campuran Beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang yang
disyaratkan.
2) Penghamparan dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bila pekerjaan yang dilaksanakan lenih dari
satu lajur.
3) Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan,
sisa campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur
yang disyaratkan.
4) Bila jalan akan dihampar hanya satu lajur setiap kali
pngoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa, sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan lajur yang bersebelahan
pada setiap akhir produksi dibuat seminimal mungkin.
5) Fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan dikendalikan untuk
menjamin terpenuhinya rancangan dan toleransi serta ketebalan:
• Tebal hamparan campuran beraspal gembur (perlu
pemeriksnaan secara manual)
• Kelandaian screed alat penghampar untuk terpenuhi nya
lereng melintang dan superelevasi yang diperlukan
• Elevasi yang sesuai pada sambungan sebelum diijinkan
dipadatkan.
• Kecepatan Pemadatan
Kecepatan pemadatan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain kecepatan penghamparan, ketebalan hamparan,
dan tahapan pemadatan.
Kecepatan alat pemadat harus konstan, perubahan
kecepatan akan menyebabkan bervariasinya usaha
pemadatan, akibat nya kepadatan yang dicapai jadi
bervariasi.
• Jumlah Lintasan
19
Setiap titik pada hamparan harus dilewati alat pemadat
dengan jumlah tertentu pada selang temperatur campuran
yang disyaratkan.
Jumlah lintasan sangat tergantung pada sifat-sifat
campuran, ketebalan dan kondisi lingkungan.
Untuk memperoleh jumlah lintasan yang sesuai, maka
harus dilakukan uji coba lapangan (trial compaction)
Perkiraan jumlah lintasan :
Pemadatan awal, 2 lintasan.
Pemadatan antara, 16 lintasan.
Pemadatan akhir, 4 lintasan.
• Temperatur
Pemadatan harus dilakukan pada saat campuran beraspal
masih mempunyai viskositas dan kekakuan yang cukup
rendah untuk dipadatkan.
2.6.4 Quality Control
1. Kerataan permukaan
a. Kerataan permukaan lapis aus segera setelah pekerjaan selesai harus
diperiksa dengan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-
3426-1994.
b. Cara Pengukuran/ pembacaan kerataan harus dilakukan setiap
interval 100 m.
2. Ketentuan kepadatan
a. Kepadatan semua jenis campuran beraspal > 97% kepadatan standar
kerja untuk Lataston, dan 98% untuk semua campuran beraspal
lainnya.
b. Benda uji untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji
untuk pengukuran tebal lapisan.
3. Jumlah total benda uji yg diambil acak dalam setiap segmen > 3 benda
uji untuk setiap kelipatan 200 m panjang.
4. Pengambilan benda uji campuran beraspal umum- nya dilakukan di
AMP.
20
5. Penyedia harus menyedia- kan mesin bor pengambil benda uji inti (core)
yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 4” pada
lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan.
21
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pekerjaan perkerasan aspal berfungsi sebagai lapis resap pengikat dan lapis
perekat. Pekerjaan perkerasan aspal harus mencakup penyediaan dan
penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya
untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis resap pengikat harus
dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen
(misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis perekat harus dihampar di atas
permukaan berbahan pengikat semen atau aspal (seperti Semen, Tanah, RCC, CTB,
Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston, dll).
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmuproyek.com/2019/04/metode-pelaksanaan-pekerjaan-ac-bc-
levelling.html
https://fretswilsonlosa.blogspot.com/2019/10/metode-pelaksanaan-pekerjaan-
aspal-AC-BC.html
https://www.academia.edu/38395245/06_Pekerjaan_Perkerasan_Aspal_pdf
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2018). Spesifikasi Umum Divisi 6. Jakarta
23