Dosen Pengampu:
Dr. Hj Siti Chodijah, M.Ag.
Disusun Oleh:
Firda Cahyaning Widayanti
22-2017-137
Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari perbedaan manusia
dalam segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia.
Bila ditinjau dari perbuatan manusia, etika dibedakan menjadi dua yaitu
akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah (etika terpuji).
Contoh dari akhlak mahmudah (etika terpuji) yaitu hubungan manusia dengan
Allah SWT yang meliputi shalat lima waktu dan puasa Ramadlan serta hubungan
manusia dengan sesamanya yang meliputi etika terhadap orang tua, etika terhadap
guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat pada umumnya.
Etika terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara
berhubungan dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah,
seperti salat, puasa dan haji.
Etika terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik
kepada orang lain. Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan
manusia yang lain, yang terdiri dari:
Orang tua (ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-
anaknya mereka memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa
mengharapkan imbalan apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri
yang shaleh dan shalehah.
Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya,
karena gurulah yang mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang
diterima dalam keluarga, oleh karena itu seorang murid harus selalu
menghormati dan memuliakan gurunya. Sebagaiman
penuturan Azzarnuji sebagai berikut:
Agar diterima sebagaimana teman atau sahabat maka setiap orang harus
dapat membawa diri, menjaga perasaan serta mengetahui hak-hak yang
harus dipenuhi. Seperti hadits Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim;
Artinya: Hak orang Islam terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila
engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya, apabila
mengundangmu penuhilah undangannya, apabila meminta nasihat padamu
nasihatilah dia, apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T. maka
doakanlah ia olehmu, apabila ia sakit tengoklah dia dan apabila dia
meninggal dunia iringlah dia.
Pentingnya etika dalam Islam ini juga dapat dilihat dari keberadaan hukum-
hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits dibagi menjadi tiga, yaitu:
Pada waktu Islam pertama kali datang di Makkah, orang-orang Makkah tidak
diajak bicara kecuali tentang masalah aqidah dan akhlak, karena penguatan aqidah
dan pelurusan akhlak merupakan dasar yang digunakan sebagai pondasi atas semua
pembentukan syari’at dan peraturan-peraturan yang ada.
Hal ini kiranya dapat dimaklumi, bahwa berapapun jumlah peraturan yang ada
jika tidak dilandasi dengan aqidah dan akhlak yang baik, maka peraturan tersebut
niscaya tidak akan ada artinya. Betapa banyak undang-undang yang ada di
Indonesia, tapi betapa banyak pula orang yang melanggar dan mengabaikan
undang-undang tersebut karena diantaranya disebabkan lemahnya aqidah dan
rusaknya etika dari para pelakunya.
Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan keberadaan akhlak, bahkan
menjadikan akhlak sebagai penyempurna aqidah -sebagai dasar agama- sebelum
diwajibkan hukum amaliyah bagi umat Islam.
Keberadaan etika atau akhlak dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat
penting dan fundamental dalam Islam, karena dengan etika yang baik manusia akan
siap dalam melaksanakan syari’at, mentaati perintah, dan mentaati peraturan-
peraturan yang wajib ditaati.