Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

SIA- 406 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam senempuh mata kuliah SIA – 406
Pendidikan Agama Islam pada program studi Teknik Sipil

Dosen Pengampu:
Dr. Hj Siti Chodijah, M.Ag.

Disusun Oleh:
Firda Cahyaning Widayanti
22-2017-137

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
Contoh Hukum dan Etika dalam Islam

Contoh Etika dalam Islam

Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari perbedaan manusia
dalam segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia.

Bila ditinjau dari perbuatan manusia, etika dibedakan menjadi dua yaitu
akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah (etika terpuji).

Contoh dari akhlak mahmudah (etika terpuji) yaitu hubungan manusia dengan
Allah SWT yang meliputi shalat lima waktu dan puasa Ramadlan serta hubungan
manusia dengan sesamanya yang meliputi etika terhadap orang tua, etika terhadap
guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat pada umumnya.

a. Etika terhadap Allah

Etika terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara
berhubungan dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah,
seperti salat, puasa dan haji.

b. Etika manusia terhadap manusia

Etika terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik
kepada orang lain. Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan
manusia yang lain, yang terdiri dari:

1) Etika terhadap orang tua

Orang tua (ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-
anaknya mereka memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa
mengharapkan imbalan apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri
yang shaleh dan shalehah.

Allah S.W.T. berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’: 23


Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali kamu
jangan mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak dan ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia (QS. Al-Isra’:
23).

Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan bahawa perintah berbakti


kepada orang tua ditetapkan pada urutan setelah perintah untuk tidak
menyekutukan Allah S.W.T. yakni perintah untuk tidak berkata kasar
kepadanya melainkan harus memepergauli keduanya dengan tutur kata yang
sopan.

2) Etika terhadap guru

Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya,
karena gurulah yang mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang
diterima dalam keluarga, oleh karena itu seorang murid harus selalu
menghormati dan memuliakan gurunya. Sebagaiman
penuturan Azzarnuji sebagai berikut:

Artinya: Ketahuilah bahwasannya seorang yang mencari ilmu tidak akan


mendapat ilmu dan manfaat kecuali dengan menghormati dan memuliakan
ilmu dan pemikirannya serta menghormati dan memuliakan gurunya.
3) Etika terhadap keluarga

Keluarga merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan anak-


anaknya yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan yang sah menurut hukum, dimana di dalamnya ada
interaksi (saling berhubungan dan mempengaruhi) antara satu dengan
lainnya. Kehidupan dalam keluarga mampu menumbuhkembangkan
potensi anak sebagai wahana menstranfer nilai-nilai dan sebagai agen
transformasi kebudayaan. Oleh karena itu penanaman keimanan dan
pembiasaan beribadah kepada Allah yang dimulai dari kehidupan keluarga
amat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ajaran Allah
yang ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam ayat 151:

Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas


kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu
supaya kamu memahami (nya). (QS. Al-An'aam : 151).

Ayat ini menjelaskan tentang larangan menyekutukan Allah, perintah


memelihara dan mendidik anak-anak mereka, larangan berbuat keji. Hal ini
menunjukkan bahwa pengajaran budi pekerti kepada anak-anaknya tentang
bagaimana membentuk keluarga yang baik dan bagaimana memelihara
keturunan merupakan hal yang sebenarnya telah ditetapkan oleh Allah. Oleh
karena itu tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak menikah dan tidak
membentuk keluarga sakinah, karena hal itu merupakan perbuatan yang
benar-benar telah diatur berdasarkan petunjuk Allah.

4) Etika terhadap tetangga

Tetangga merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup


bersama berdampingan dengan kita. mereka selalu bersama-sama
membentuk sebuah masyarakat yang baik dan saling menghormati dan
menjaga diri dan keluarga mereka masing-masing sesuai dengan aturan
yang telah disepakati bersama. Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat An-
Nisaa' Ayat 36:

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisaa': 36).

Ayat ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada tetangga


baik yang dekat maupun yang jauh. Berbuat baik dapat diterjemahkan
sebagai perilaku yang baik untuk saling menghormati dan saling
menghargai karena mereka harus hidup untuk saling berdampingan satu
sama lainnya. Perbuatan yang baik kepada tetangga akan membuahkan hasil
yang baik pula yaitu mendapatkan perlakuan yang baik diantara mereka dan
mendapatkan ketentraman hidup selama mereka hidup bermasyarakat.

5) Etika terhadap teman sebaya


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Ia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kehadiran
teman sangat diperlukan baik perorangan maupun kelompok. Dalam
bahasan ini yang terutama adalah teman sebaya baik sebaya dari segi usia
maupun sebaya dari segi lainnya.

Agar diterima sebagaimana teman atau sahabat maka setiap orang harus
dapat membawa diri, menjaga perasaan serta mengetahui hak-hak yang
harus dipenuhi. Seperti hadits Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim;

Artinya: Hak orang Islam terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila
engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya, apabila
mengundangmu penuhilah undangannya, apabila meminta nasihat padamu
nasihatilah dia, apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T. maka
doakanlah ia olehmu, apabila ia sakit tengoklah dia dan apabila dia
meninggal dunia iringlah dia.

Dalam kehidupan sehari-hari seorang teman harus senantiasa menjaga


dan memenuhi hak-hak yang lain serta dapat memberikan manfaat. Adapun
manfaat yang dapat diberikan antara lain dalam bentuk saling membantu
atau saling menolong dalam hal-hal yang dibenarkan oleh agama. Firman
Allah S.W.T. dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah Ayat 2:
Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran (QS. Al-Maidah: 3).

Demikian Islam telah meletakkan dasar persatuan di kalangan umat


Islam. Dengan dipenuhi hak-hak teman, saling membantu dan menolong
serta menghindari sifat-sifat dan perbuatan yang menjadi sebab perpecahan
maka akan terbina kerukunan dan kebersamaan antar sesama manusia.

6) Etika terhadap masyarakat pada umumnya


Sebagai mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat maka setiap
manusia harus dapat menempatkan dirinya pada posisi yang tepat sehingga
kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat tersebut, karena di dalam
masyarakat inilah sesungguhnya hakikat kehidupan manusia.
Masyarakat tersusun dari pribadi-pribadi yang beraneka ragam. Agar
dapat bergaul dengan mereka secara baik, menurut pandangan Islam,
seorang mu’min adalah saudara bagi mu’min lainnya. Tidak hanya
memandang kaya atau miskin, berpangkat atau jelata, berkulit putih atau
hitam, semuanya adalah saudara sekeyakinan. Sebagaimana firman Allah
S.W.T. dalam Surat Al-Hujarat: 10

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antar kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat: 10).
Contoh Hukum dalam Islam

Pentingnya etika dalam Islam ini juga dapat dilihat dari keberadaan hukum-
hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Al-Ahkam Al-I’toqdiyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan keimanan


kepada Allah, kepada Kitab Allah, kepada Malaikat Allah, kepada Rasul
Allah dan hari akhir.
2) Al-Ahkam al-Khuluqiyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
keutamaan-keutaman yang digunakan oleh manusia untuk menghiasi
dirinya, dan keburukan-keburukan yang harus dijauhi olehnya.
3) Al-Ahkam Al-‘Amaliyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
pekerjaan orang-orang mukalaf seperti ibadah, muamalah, jinayat dan lain-
lain.

Selanjutnya Abdul Wahab Khalaf menjelaskan bahwa hukum yang pertama,


yaitu Al-Ahkam Al-I’toqdiyah merupakan asas al-din (dasar agama), yang kedua,
yaitu Al-Ahkam al-Khuluqiyah merupakan mukmil hadza al asas wa
mutammuhu (penyempurna dasar yang pertama, yaitu Al-Ahkam Al-I’toqdiyah),
yang ketiga, Al-Ahkam Al-‘Amaliyah, yang disebut dengan fiqih.

Pada waktu Islam pertama kali datang di Makkah, orang-orang Makkah tidak
diajak bicara kecuali tentang masalah aqidah dan akhlak, karena penguatan aqidah
dan pelurusan akhlak merupakan dasar yang digunakan sebagai pondasi atas semua
pembentukan syari’at dan peraturan-peraturan yang ada.

Hal ini kiranya dapat dimaklumi, bahwa berapapun jumlah peraturan yang ada
jika tidak dilandasi dengan aqidah dan akhlak yang baik, maka peraturan tersebut
niscaya tidak akan ada artinya. Betapa banyak undang-undang yang ada di
Indonesia, tapi betapa banyak pula orang yang melanggar dan mengabaikan
undang-undang tersebut karena diantaranya disebabkan lemahnya aqidah dan
rusaknya etika dari para pelakunya.
Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan keberadaan akhlak, bahkan
menjadikan akhlak sebagai penyempurna aqidah -sebagai dasar agama- sebelum
diwajibkan hukum amaliyah bagi umat Islam.

Keberadaan etika atau akhlak dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat
penting dan fundamental dalam Islam, karena dengan etika yang baik manusia akan
siap dalam melaksanakan syari’at, mentaati perintah, dan mentaati peraturan-
peraturan yang wajib ditaati.

Anda mungkin juga menyukai