Anda di halaman 1dari 21

PNEUMOTORAKS DAN

PNEUMOTORAKS VENTIL
Muhammad A’raaf

Ehh ketemu lagi kita. Setelah sekian purnama aku ga nulis


diktat. Dari sekian banyak lembar kertas diktat ini, mudah-
mudahan kalian sempet buka lembaran yang ini yaa. Karna
biasanya diktat cuma jadi bahan koleksi lemari aja karena
desainnya bagus kan. Soalnya aku gitu. Heuheu.

STANDAR KOMPETENSI
Okee langsung aja yaa, jadi sekarang kita mau bahas
tentang pneumotoraks. Pertama, kalo dari Standar Nasional
Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNPPDI), ini SKDI nya
versi baru yang tahun 2019, kalo SKDI kan 2012, itu
kompetensinya 4. Jadi kita harus bisa ngatasin pneumotoraks ini
all in tanpa tapi. Tapi habis itu bisa dirujuk buat tataksana
penyebabnya lebih lanjut yaa.
DEFINISI
Mulanya, jadi kan kbt tau kalo di paru-paru itu dilapisi
sama pleura. Ada pleura parietal (nempel ke toraks) dan pleura
visceral (nempel ke paru). Rongga diantara mereka berdua itu
namanya rongga pleura. Didalemnya ada cairan serous dalam
jumlah kecil yang gunanya buat lubrikasi atau pelumas biar paru-
parunya bisa kembang-kempis secara sempurna. Biar ga seret
gitu. Bisa ngebayangin kan ya?
Nah pneumotoraks ini, keadaan ketika didalam rongga
pleuranya ada udara / gas. Titik. Udah sampe situ. Kalo
pneumotoraks ventil (kalo bahasa inggrisnya Tension
Pneumothorax jadi ini artinya sama ya) itu keadaan ketika udara
/ gas bisa masuk kedalam rongga pleura, tapi ga bisa keluar. Kalo
ga bisa keluar, jadi makin lama, makin banyak dong udara
didalem pleuranya? Emang iya. Makanya namanya Tension,
karena tekanan di rongga pleuranya makin lama makin tinggi.
Kenapa bisa gitu? Sabaar..

EPIDEMIOLOGI
*part ini pake bahasa jurnal, wkwk* Dalam penelitian di
Israel menunjukkan, pneumotoraks spontan terjadi pada 723
(60,3%) dari 1199 kasus; dari jumlah tersebut, 218 pneumotoraks
primer dan 505 pneumotoraks sekunder. Pnumotoraks traumatis
terjadi pada 403 (33,6%) pasien, 73 (18,1%) di antaranya
menderita pneumotoraks iatrogenik. Dalam penelitian terbaru,
12% pasien dengan luka tusuk dada asimtomatik mengalami
delayed pneumothorax atau hemotoraks.
Insiden mengenai pneumotoraks ventil tidak terdokumentasi
dengan baik. Akan tetapi, pneumotoraks ventil terjadi pada 5,4%
pasien trauma mayor. Selain itu, studi pada pasien post mortem
yang dirawat di ICU, didapatkan kejadian pneumotoraks ventil
yang tidak terdiagnosis sebesar 1,1% – 3,8%.

ETIOLOGI
Kalo kbt notice sama epidnya, pneumotoraks itu
penyebabnya, mostly karna penyakit paru kronis dan trauma.
Trauma di Pnenumotoraks bisa Iatrogenik dan Non-Iatrogenik.
Iatrogenik ini karena tindakan medis ya, nanti ada contohnya di
klasifikasi.
Tapi bisa juga yang terjadi karna non-trauma atau
namanya pneumotoraks spontan. Bisa idiopatik, bisa juga karna
ada faktor risiko; misalnya karna PPOK, TB, asma juga bisa. Nah
sekarang kenapa orang yang lagi serangan asma bisa kena
Pneumotoraks coba? Coba dijawab dulu ntar penjelasannya
dibawah yaa.

KLASIFIKASI
Nah kalo klasifikasi, pertama bisa berdasarkan etiologi
atau penyebabnya :
1. Pneumotoraks Spontan (Non-Traumatik)
• Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)
Pneumotoraks ini terjadi secara idiopatik.
• Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)
Kalo yang sekunder ada riwayat penyakit parunya.
Misalnya : PPOK, infeksi, tuberkulosis, asma
bronkial akut, dll.
Kenapa pada pasien Asma Bronkial Akut bisa
terjadi Pneumotoraks Spontan Sekunder? Jawabannya
adalah, karena pada pasien asma itu kan ada obstruksi
jalan napas bawah kan (kalo atas namanya stridor).
Nah ini ada kemungkinan udara yang saluran napas
bawah itu ga bisa keluar, istilah keren-nya (air
trapping), terus alveolinya ngembang kan keisi udara,
sampai pada akhirnya alveolinya ini pecah dan
udaranya pindah ke ruang pleura visceral. Ini yang
bikin penumotoraks spontan non-trauma. Gimana
mantep kan penjelasan akuhh wkwk.
2. Pneumotoraks Traumatik
• Non-iatrogenik
Ada dua macem, pertama ada yang karena
trauma tusuk (penetrating trauma) jadi ada kontak
langsung paru-paru sama dunia luar.
Kedua, karena trauma tumpul (blunt trauma),
jadi ini misalnya kalo ada fraktur iga yang
menyebabkan pneumotoraksnya.
• Iatrogenik
Ini berati terjadi karna tindakan medis. Ada
banyak sebenernya. Sebentar aku copasin tabelnya
dari jurnal.

Tabel 1. Etiologi terjadinya Pneumotoraks Iatrogenik


berdasarkan Frekuensi Kejadian :
Etiologi Persentase Kejadian
Aspirasi jarum transtorakal
24%
atau biopsi
Kateterisasi vena jugular atau
22%
subclavia
Torakosentesis 20%
Biopsi pleural tertutup 8%
Ventilasi mekanik 7%
Resusitasi jantung paru
Pemasangan pipa nasogastrik
Biopsi transbronkial
Trakeostomi
Biopsi hepar
Penyebab lain :
Fraktur tulang belakang dada yang bergeser.
Akupunktur telah dilaporkan menyebabkan pneumotoraks
dalam beberapa tahun terakhir.
Kolonoskopi dan gastroskopi telah terlibat dalam laporan
kasus.
Penyalahgunaan obat intravena jika mereka memilih vena
leher.

Udah kan sampai sini ngerti? Soalnya ada lagi klasifikasi


lain wkwk. Kalo aku baca-baca dia bilangnya berdasarkan jenis
luka :
1. Pneumotoraks Tertutup (intact thoracic cage / simple
pneumothorax)
Inget-inget ya. Simpel. Jadi dadanya masih aman.
Ga kenapa-kenapa. Gada trauma. Nanti bakalan
disebut lagi ditatalaksana.
2. Pneumotoraks Terbuka (sucking chest wound)
Nah yang ini berati ada kontak antara paru dengan
dunia luar. Efeknya, berati tekanan di intrapleural-nya
sama dengan tekanan dunia luar.
Jadi nanti pas inspirasi tekanannya jadi negatif,
sedangkan pas ekspirasi tekanannya jadi positif.

PATOFISIOLOGI
Masih inget kan pneumotoraks ini, keadaan ketika
didalam rongga pleuranya ada udara atau gas. Kalo pneumotoraks
ventil / Tension Pneumothorax keadaan ketika udara atau gas bisa
masuk kedalam rongga pleura, tapi ga bisa keluar.
Kenapa udaranya bisa masuk, tapi ga bisa keluar gitu?
Nah itu karna dia kaya sistem katup kbt. Kaya katup vena gitu ya.
Katup satu arah (one way valve). Bentar aku fotoin gambar yang
ada di buku bedah.
Kalo ga bisa keluar, jadi makin lama, makin banyak dong
udara didalem pleuranya? Emang iya. Makanya namanya
Tension, karena tekanan di rongga pleuranya makin lama makin
tinggi. Makanya dia bisa mendorong, paru yang sehat, trakea,
mediastinum, kadang juga jantung atau vena kava nya ikut
kegencet. Pokoknya organ yang ada di toraks. Nah keadaan ini
yang bikin pneumotoraks ventil ini termasuk kasus
kegawatdaruratan paru.

5.6.1 : Pneumotoraks Ventil (Buku Ajar Ilmu Bedah)


Keterangan :
Pada pneumotoraks ventil, mediastinum semakin terdorong
pada sisi yang sehat :
A. Pada inspirasi, udara masuk ke rongga pleura melalui luka di
pleura parietalis dan di dinding dada atau melalui luka di
pleura visceralis.
B. Pada eskpirasi, (1) udara tidak dapat keluar karena luka
bersifat katup tertutup. Perhatikan posisi mediastinum dan
paru kiri. (2) Tekanan tinggi mendorong dan mendesak vena
kava inferior maupun superior.
Ini gambar dan keteranganya literally aku fotoin dari buku
kbt hwuhuw. Gambar ini kira-kira bisa menjelaskan gimana paru-
paru kolaps. Jadi bukan ekonomi negara doang yang bisa kolaps.
Paru sama vaskular juga bisa kolaps.

MANIFESTASI KLINIS
Pertama, jelas pasiennya sesak. Kan tadi udah dibilang
paru-parunya kolaps. Pasien juga bisa merasakan nyeri dada
isitilahnya, nyeri pleuritik, terutama pas inspirasi. Bisa takikardi,
takipnea. Terus tergantung kondisi pasiennya sesuai dengan
derajat pneumotoraksnya.

DIAGNOSIS
Pertama, ini yang penting-penting aja ya, kalo anamnesis
coba ditanyain semua penyebab tadi. Ada trauma ga, ada sakit
pernapasan kronis ga? Kan tadi ada yang pneumotoraks spontan
sekunder kan.
Habis itu ke pemeriksaan fisik, cek tanda vital. Janlup ya.
Keadaan umum, kesadaran, Heart Rate (HR) nya naik,
Respiration Rate (RR) nya naik juga; ini karna kompensasi tubuh
biar perfusi oksigen ke perifer terpenuhi ya. Periksa juga TD,
suhu, kadang skor VAS (Visual Analogue Score) untuk nyeri juga
ditulis. Skor VAS gimana coba ngeceknya?
Pemeriksaan rongga toraks, pertama dari inspeksi.
Inspeksi ini ada inspeksi statis dan inspeksi dinamis. Kalo yang
statis dada yang sakit lebih cembung. Kalo yang dinamis berati
keliatan dadanya ngembang-kempisnya ga simetris. Ada yang
tertinggal, kan yang satu tadi kolaps. Kalo cek fremitus, fremitus
pada dada yang sakit menurun. Terus kalo didengerin pake steto,
suara napasnya dibagian dada yang sakit juga lemah karna
ketutupan ama udara atau bisa aja malah hilang sama sekali. Jauh
gitu kan penghantaran getarannya. Terus bisa cek saturasi oksigen
(SpO2). Pake Pulse Oximeter yaa namanya. Normalnya berapa
hayo? Kalo parah, SpO2 nya turun karna kan dia kesusahan buat
dapet oksigen.
Kalo pemeriksaan penunjang, bisa rontgen. Nanti kita cek
itu pneumotoraksnya berapa persen. Ada cara ngitungnya pake
rumus Kircher and Swartel. Bentar aku cari gambarnya …
5.6.2 : Rumus Kircher and Swartel (Bagian Paru FK Unand)

Cek presentase luas pneumotoraksnya, mirip-mirip kalo


kita mau cek CTR jantung sih :
(" $ %)'(( $ ))
= " $ %
𝑥 100%

Gunanya buat nentuin langkah tindakan apa yang mau kita


lakuin abis ini. Selain itu, bisa juga buat ngecek tatalaksana yang
udah kita ngasih itu ngefek apa engga. Bahasa kerennya follow up
pasien.
Terus ini kalo perbandingan rontgen pasien yang dia
posisinya berdiri sama tiduran. Jadi harus dipikirin itu foto pas
orangnya lagi berdiri apa tiduran yaa

5.6.3 : Rontgen Erect / Berdiri (Radiopaedia)

5.6.4 : Rontgen Supine / Berbaring (Radiopaedia)


Nah sekarang baru deh, aku kasih rontgen pasien
penumotoraks beneran. Kalo gambarnya digital keliatan sih. Kalo
udah diprint gatau deh keliatan apa engga.
Pasien ini sesak napas dan nyeri dada setelah jatuh dari
tangga dan ada fraktur iga 8-10. Pas dicek rontgen fase
ekspirasinya kaya gambar dibawah.

5.6.5 : Pneumotoraks di Paru Kanan (Radiopaedia)

Jadi taunya itu sebelah kanan, sebenernya kalau bisa


kalian nyari Pleural Line. Garis pleura yang keliatan kearah
medial, tanda kalo parunya itu mengecil. Tapi emang susah sih.
Mungkin yang bisa jadi patokan pnumotoraksnya di
kanan atau kirinya, coba liat di corakan bronkovaskularnya (duh
istilah apalagi ini). Corakan bronkovaskularnya bakalan < 1/3
atau sedikit atau gada samsek (avaskular) atau hiperlusen atau
kalo ga ngerti2 juga, paru-nya warnanya item doang
dibandingkan paru yang sehat. Udah itu udah paling gampang.
Etapi kalo ternyata pneumotoraks bilateral yauda tamat aja.
Keliatan kan ya paru kanannya lebih item legam ketimbang yang
kiri?

TATALAKSANA
Kalo pasiennya pneumotoraks karna trauma, tatalaksana
pasien trauma di semua negara sama ya. Namanya Advance
Trauma Life Support (ATLS), itu ada sejarahnya loh. Jadi ATLS,
ceritanya ada dokter bedah yang pinteeer gilak, terus somehow
dia meragukan kemampuan orang lain buat ngobatin dia,
sebagaimana dia ngobatin orang sakit. Yauda deh terciptalah
Guideline Advance Trauma Life Support untuk menstandardisasi
kemampuan dokter. Gituu. Intinya tetep ABCDE ya, itu terdiri
dari :
A : Airway maintenance with cervical spine protection
B : Breathing and ventilation
C : Circulation with bleeding control
D : Dissability / neurologic assessment
E : Exposure and environmental control
Habis itu, bisa diobservasi aja. Ini kalo pasiennya
pneumotoraks yang simpel ya, bukan ventil dan gada keluhan.
Luas pneumotoraksnya < 20% karna udaranya itu bisa terabsorbsi
secara fisiologis + 1,25% per hari. Tapi tetep follow up ya pakai
rontgen dan kondisi klinis.
Selain itu ada tatalaksana yang Non-Operatif. Ini udara di
paru-nya kita tarik keluar (pungsi) atau pake Mini Water Sealed
Drainage (Mini WSD). Mini WSD ya. Bukan WSD. Mini WSD
itu kompetensi 4 kalo di SNPPDI, kalo WSD bukan kompentensi
dokter umum. Trakir tatalaksana yang Operatif, contohnya
Torakotomi, ini kalo pasiennya penumotoraks berulang, hemato-
pneumotoraks. Jadi ada darah juga disana bukan cuma udara aja.
Sedikit tentang mini WSD ya, soalnya kan harusnya kita
yang ngerjain. Jadi tindakan ini tu buat dekompresi, biar parunya
bisa kembang-kempis lagi seperti sediakala. Yaa.. atau
seenggaknya membaiklah. Caranya, toraksnya ditusuk lagi ulang
pakai IV Cath no 14-16G. Dengan catetan, kalo pasiennya ada
trauma tusuk, udah ditutup dulu pake bahan yang steril dan kedap
udara. Pertama, tentuin dulu lokasinya. Kan tadi udara, jadi dia
harusnya diatas dong, kalo dibawah namanya aer (efusi). Nah
diatasnya, tepatnya di ruang intercostal 2 (RIC 2). Abis tentuin
dimana, desinfektan dulu pake betadine dua kali abis itu pake
alkohol, biar keliatan. Habis itu masukin dikasi anestesi lokal
pake lidokain 2-5 cc tergantung gimana orangnya. Maksudnya
berat badannya, bukan amalnya heuheu. Terus masukin deh IV
cath-nya, habis itu dialirin ke botol yang berisi air. Sambil cek ada
gelembung udara yang keluar apa engga. Dan tanyain apakah
keluhan sesak pasiennya kurang apa engga. Kalo udah baru deh
dirujuk ke Sp.P buat tatalaksana lebih lanjut. Gituu..
Dah lah udah banyak. Nanti kalo kurang baca-baca lagi
ya. Kalo yang mini WSD ada tu di Youtube FK Unand yang sama
dr. Russilawati. Udah ya, ntar aku dimarahin editor diktatnya
karna kemana-mana nulisnya sama jadi kepanjangan. Mudah-
mudahan bermanfat! Janlup dikerjain soalnya yes. Oiyaa aku
nulis juga yang Hematotoraks. Baca juga yaa WKWKWK~
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat dan de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi


ketiga. Jakarta. EGC:504-508.
2. Shields TW. General Thoracic Surgery. Lippincott Williams
& Wilkins. 2009. ISBN:0781779820.
3. Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2. 2016. UKK
Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Smith SL, Harris T. Tension pneumotoraks-time for a re-
think?. Emergency Medicine Journal. 2005;22:8-16.
5. Sharma A, Jindal P. Principle of diagnosis and management of
traumatic pneumothorax. Journal of Emergencies, Trauma,
and Shock I 1:1 Jan-Jun 2008.
6. Yoon et all. Tension pneumotoraks, is it a really life-
threatening condition?. Journal of Cardiothoracic Surgery.
2013,8;197.
7. Zarogoulidis P et all. Pneumothorax: from definition to
diagnosis and treatment. Journal Thoracic Disease.
2014;6(S4):S372-S376.
8. Idrees, MM. et all. Evaluation and management of
Pneumothorax. National Library of Medicine. 2003; 24(5):
447-52.
9. Case courtesy of Dr Nikos Karapasias, Radiopaedia.org, rID:
25667.
10. Case courtesy of Dr Sajoscha Sorrentino, Radiopaedia.org,
rID: 14780.
SOAL
1. Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan sesak napas
dan nyeri dada sejak 1 jam sebelum masuk RS. Riwayat sakit
pernapasan kronis (-), Riwayat trauma dari sepeda motor (+).
Sesak napas dirasakan semakin memberat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan keadaan umum sedang, HR 110x/menit, RR
25x/menit. SpO2 92%. Krepitasi pada tulang iga (+). Pada foto
rontgen ditemukan corakan avaskular pada paru kiri.
Diagnosis pada pasien diatas adalah?
A. Pneumotoraks Spontan Primer
B. Pneumotoraks Spontan Sekunder
C. Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik
D. Pneumotoraks Traumatik Non-Iatrogenik
E. Pneumotoraks Katamenial

2. Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan sesak napas


dan nyeri dada sejak 1 jam sebelum masuk RS. Riwayat sakit
pernapasan kronis (-), Riwayat trauma dari sepeda motor (+).
Sesak napas dirasakan semakin memberat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan keadaan umum sedang, HR 110x/menit, RR
25x/menit. SpO2 92%. Krepitasi pada tulang iga (+). Pada foto
rontgen ditemukan corakan avaskular pada paru kiri. Tindakan
awal yang dilakukan pada pasien diatas adalah?
A. Pemasangan Oksigen Nasal Kanul 2-4 L / menit
B. Pemeriksaan Vital Sign
C. Pemeriksaan Rontgen Toraks (Serial)
D. Pemeriksaan EKG
E. Penilaian Visual Analogue Score
KUNCI JAWABAN
1. D
Pembahasan :
Karena ada riwayat trauma sebelumnya, berati ini
pneumotoraks traumatik. Sekarang karna jatuh dari motor itu
bukan tindakan medis. Makanya, Traumatik Non-Iatrogenik
ya.
2. A
Pembahasan :
Tatalaksana awal pada pasien diatas itu pemberian
oksigen lewat nasal kanul. Kalo pake nasal kanul cuma
direntang 2-4 L / menit. Boleh juga rentang 1-6 L / menit. Kalo
mau lebih berati pakenya yang sungkup / mask. Bisa
Rebreathing Mask atau Non-Rebreathing Mask (NRM). Kalo
ventil, abis itu langsung dekompresi ya.

Anda mungkin juga menyukai