Anda di halaman 1dari 16

TATAKELOLA PERUSAHAAN

“PERKEMBANGAN GCG DI INDONESIA, ASIA DAN DUNIA”

Nama : Nina Putriyana Br Nasution


NIM : 170203027
Prodi : Akuntansi 01
Mata Kuliah : Tatakelola Perusahaan

PRODI EKONOMI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAMUDRA

LANGSA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr……wb

Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. Sholawat serta salam
senantiasa saya tunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sehabatnya, dan para
pengikut-pengikutnya sekalian. Atas ridhonya saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
pribadi makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN GCG DI INDONESIA, ASIA DAN
DUNIA”.Adapun tugas makalah ini pada mata kuliah Tata Kelola Perusahaan. Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan maupun kekurangan baik dari penyusun
maupun susunan kata-kata yang kurang baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
saya mohon berkenan pembaca dan pengguna sekalian untuk memberikan kritik serta saran
yang membangun, perbaikan dan kesempurnaan makalah yang saya buat.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat kususnya bagi saya pribadi
dan umumnya bagi pengguna sekalian . Terimakasih.

Wassalamualikum wr……wb

Langsa , 22 October 2020

Penulis

Nina Putriyana Br Nasution

DAFATR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFATR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA.........................................4
2.2 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI ASIA......................................................9
2.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI DUNIA................................................12
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Munculnya Corporate Governance dapat diaktakan dilator belakangi dari berbagai


skala besar yang yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di Inggris maupun di
Amerika Serikat pada tahun 1980an dikarenakan tindakan yang cenderung serah dan
mementingkan tujuan pihak-pihak tertentu saja . Hal ini tidak terlepas dari pertentangan
kepentingan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif atau kepentingan bersama
dari organisasi hal ini menjadikannya sebagai pemicu dari kebutuhan dan akan corporate
governance.  Secara lebih luas pertentangan kepentingan di suatu organisasi itu terjadi antara
pemilik saham dan pimpinan perusahaan, antara pemilik saham majoritas dan minoritas,
antara pekerja dan pimpinan perusahaan, ada potensi mengenai pelanggaran lindungan
lingkungan, potensi kerawanan dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat setempat,
antara perusahaan dan pelanggan ataupun pemasok, dan sebagainya. Bahkan besarnya gaji
para eksekutif dapat merupakan bahan kritikan. Pada awalnya corporate governance hanya
berkembang di Inggris dan Amerika, tetapi seiring berkembangnya kompleksitas bisnis di
berbagai negara di dunia maka segara berkembang pula di negara-negara lain. Dalam
corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah aturan atau sistem
tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis? Apakah aturan dan sistem yang
sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak? Kedua hal tersebutlah yang
menentukan apakah sudah ada good corporate governance dalam suatu perusahaan. 

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA

Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate
Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di
posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan
bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini
muncul karena kegagalan penerapan GCG. Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di
Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia.
Harus dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara, melainkan
antarkorporat di negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih
atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat masing-masing.
Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar.
Dalam bahasa khusus, korporat kita belum menjalankan governansi. Survey dari Booz-Allen
di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks corporate
governance paling rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah Singapura (8,93), Malaysia (7,72)
dan Thailand (4,89). Rendahnya kualitas GCG korporasi-korporasi di Indonesia ditengarai
menjadi kejatuhan perusahaanperusahaan tersebut Tahap-Tahap Penerapan GCG Salah satu
tujuan utama ditegakannya good corporate governance ialah untuk menciptakan sistem yang
dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian perusahaan sedemikian rupa sehingga
mampu mengurangi peluang terjadinya kesalahan mengelola (miss management),
menciptakan insentif bagi manajer untuk memaksimumkan produktivitas penggunaan aset
sehingga menciptakan nilai tambah perusahaan yang optimal. Dalam pelaksanaan penerapan
GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan pentahapan yang
cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya,
sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapat dukungan dari seluruh unsur di
dalam perusahaan.

Beberapa tahapan dalam menerapkan GCG yaitu:

1. Tahap persiapan Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu: Awareness
Building Awareness Building merupakan langkah sosialisasi awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti pentingnya GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya.
Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perushaan. Kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.
GCG Assessment GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau memetakan
kondisi perusahaan dalam penerapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik
awal atau level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna
mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG
secara efektif. GCG Manual Building GCG Manual Building adalah langkah berikutnya
setelah GCG Assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan untuk
kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau
pedoman implementasi GCG dapat disusun.

2. Tahap implementasi Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu: Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG.
Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung
berada dibawah pengawasan Direktur Utama.

Implementasi Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman


GCG yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top
down approach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan. Internalisasi
Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses
bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi, sistem kerja, dan berbagai peraturan
perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekadar
dipermukaan atau sekadar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar
tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan. 3. Tahap evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap
yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana
efektifitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan
audit implementasi dan scoring atas praktek GCG yang ada.

Dalam hal membangun GCG, dan terkait dengan pengembangan sistem, yang
diharapkan akan mempengaruhi perilaku setiap individu dalam perusahaan yang pada
gilirannya akan membentuk kultur perusahaan yang bernuansa GCG, maka diperlukan
langkah-langkah berikut:

1. Menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta system


operasional pencapaiannya secara jelas;

2. Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan fungsi


organ perusahaan (check and balance);

3. Membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan


keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan;

4. Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan terhadap
peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup pengendalian risiko
perusahaan;

5. Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara adil dan
setara diantara pemegang saham;

6. Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran kinerjanya.

Penerapan GCG di Indonesia Krisis ekonomi yang menghantam Asia yang terjadi
beberapa tahun lalu. ternyata berdampak luas teutama dalam merontokkan rezim-rezim
politik yang berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang diawal
tahun 1990-an dipandang sebagai the Asian tiger, harus mengakui bahwa pondasi ekonomi
mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada krisis politik. Setelah itu, sejak krisis
tersebut melanda, kita sekarang dapat melihat pertumbuhan kembali Negara-negara yang
amat terpukul oleh krisis tersebut. Korea Selatan yang pernah terjangkit kejahatan financial
yang melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan blue-chip, kini telah pulih.
Perkembangan yang sama juga terlihat dengan Thailand maupun Negara-negara ASEAN
lainnya. Bagaimana dengan Indonesia?. Era pascakrisis ditandai dengan goncangan ekonomi
berkelanjutan.

Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset para konglomerat, yang
berakibat pada penurunan iklim berusaha (Bakrie,2003). Kajian yang dilakukan oleh Asian
Development Bank (ADB) menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada
krisis di Indonesia.

1. konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi;

2. tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris,

3. inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan


akuisisi perusahaan;

4. terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan

5. ketidak memadainya pengawasan oleh para kreditor.

Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas prinsip-prinsip
dan praktek good corporate governance oleh kumunitas bisnis dan publik pada umumnya
(Daniri, 2005). Akhirnya komunitas internasional masih menempatkan Indonesia pada urutan
bawah rating implementasi GCG sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA,
Pricewaterhouse Coopers, Moody`s Morgan, and Calper`s. Kajian Pricewaterhouse Coopers
yang dimuat di dalam Report on Institutional investor Survey (2002) menempatkan Indonesia
di urutan paling bawah bersama China dan India dengan nilai 1,96 untuk transparansi dan
keterbukaan. Jika dilihat dari ketersediaan investor untuk memberi premium terhadap harga
saham perusahaan publik di Indonesia, hasil survey tahun 2002 menunjukkan kemajuan
dibandingkan hasil survey tahun Pada tahun 16 investor bersedia membayar premium 27%,
sedang di tahun 2002 hanya bersedia membayar 25% saja.

Hal ini menunjukkan persepsi investor terhadap resiko tidak dijalankannya GCG,
menjadi lebih baik. Secara keseluruhan urutan teratas masih ditempati oleh Singapura dengan
skor 3,62, Malaysia dan Thailand mendapat skor 2,62 dan 2,19. Laporan tentang GCG oleh
CLSA (2003), menempatkan Indonesia di urutan terbawah dengan skor 1,5 untuk masalah
penegakan hukum, 2,5 untuk mekanisme institusional dan budaya corporate governance, dan
dengan total 3,2. Meskipun skor Indonesia di tahun 2004 lebih baik dibandingkan dengan
2003, kenyataannya, Indonesia masih tetap berada di urutan terbawah di antara Negaranegara
Asia. Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan
budaya corporate governance yang masih berada di titik paling rendah di antara Negara-
negara lain yang sedang tumbuh di Asia. Penilaian yang dilakukan oleh CLSA
didasarkanpada faktor eksternal dengan bobot 60% dibandingkan faktor internal yang hanya
diberi bobot 40% saja. Fakta ini menunjukkan bahwa implementasi GCG di Indonesia
membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan penegakan yang lebih nyata lagi
Implementasi GCG Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN,
1999) yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnaan kerangka nasional dan
membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan kerangka regulasi, Bapepam bersama
dengan self-regulated organization (SRO) yang didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah
menghasilkan beberap proyek GCG seperti JSX Pilot project.

Seiring dengan proyek-proyek ini, kementerian BUMN juga telah mengembangkan


kerangka untuk implementasi GCG. Dalam kaitan dengan peran dan fungsi tersebut,
BAPEPAM dapat memastikan bahwa berbagai peraturan dan ketentuan yang ada, terus
menerus disempurnakan, serta berbagai pelanggaran yang terjadi akan mendapatkan sanksi
sesuai ketentuan yang berlaku.dalam hal regulatory framework, untuk mengkaji peraturan
perundang-undangan yang terkait engan korporasi dan program reformasi hukum, pada
umumnya terdapat beberapa capaian yang terkait dengan implementasi GCG seperti
diberlakukannya undang-undang tentang Bank Indonesia di tahun 1998, undang-undang anti
korupsi tahun 1999, dan undang-undang BUMN, serta privatisasi BUMN tahun Demikian
pula dengan proses amandemen undang-undang perseroan terbatas, undang-undang
pendaftaran perusahaan, serta undang-undang kepailitan yang saat ini masih sedang dalam
proses penyelesaian. Dalam pelaksanaan program reformasi hukum, terdapat beberapa hal
penting yang telah diterapkan, misalnya pembentukan pengadilan niaga yang dimulai tahun
1997 dan pembentukan badan arbitrasi pasar modal tahun Bergulirnya reformasi corporate
governance masih menyisakan hal-hal strategis yang harus dikaji, seperti kesesuaian dan
sinkronisasi berbagai peraturan perundangan yang terkait.

Demikian pula yang terkait dengan otonomi daerah, permasalahan yang timbul dalam
kerangka regulasi adalah pemberlakuan undang-undang otonomi daerah yang cenderung
kebablasan tanpa diikuti dengan kesadaran dan pemahaman good governance itu sendiri.
Inisiatif di sektor swasta terlihat pda aktivitas organisasi-organisasi corporate governance
dalam bentuk upaya-upaya sosialisasi, pendidikan, pelatihan, pembuatan rating, penelitian,
dan advokasi. Pendatang baru di antara organisasi-organisasi ini adalah IKAI dan LAPPI.
IKAI adalah asosiasi untuk para anggota komite audit, sedangkan LAPPI (lembaga advokasi,
proxi, dan perlindungan investor) pada dasarnya berbagi pengalaman dalam shareholders
activism, dengan misi utama melindungi kepentingan para pemegang saham minoritas.
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut berpartisipasi.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi
Komite Nasional Kebijkan Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret
Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan Indonesia,
Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk komisaris independen di tahun Semua
publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG.
Pemerintah pun melakukan upaya-upaya khusus bergandengan tangan dengan komunitas
bisnis dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikan GCG.

Dua sektor penting yakni BUMN dan Pasar Modal telah menjadi perhatian
pemerintah. Aspek baru dalam implementasi GCG di lingkungan BUMN adalah kewajban
untuk memiliki statement of corporate intent (SCI). SCI pada dasarnya adalah komitmen
perusahaan terhadap pemegang saham dalam bentuk suatu kontrak yang menekankan pada
strategi dan upaya manajemen dan didukung dengan dewan komisaris dalam mengelola
perusahaan. Terkait dengan SCI, direksi diwajibkan untuk menanda tangani appointment
agreements (AA) yang merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan
kewajiban yang diembannya. Indikator kinerja direksi terlihat dalam bentuk reward and
punishment system dengan meratifikasi undang-undang BUMN. Pasar modal juga perlu
menerapkan prinsipprinsip GCG untuk perusahaan publik. Ini ditunjukkan melalui berbagai
regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menyatakan bahwa seluruh
perusahaan tercatat wajib melaksanakan GCG. Implementasi GCG dimaksudkan untuk
meningkatkan perlindungan kepentingan investor, terutam para pemegang saham di
perusahaanperusahaan terbuka.

Di samping itu, implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya mekanisme check


and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam member perhatian kepada
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini terkait dengan
peran pemegang saham pengendali yang berwenang mengangkat komisaris dan direksi, dan
dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di samping pelindungan investor, regulasi
mewajibkan system yang menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi bisnis
antar perusahaan dalam satu grup yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Semangat untuk memperoleh persetujuan publik dalam transaksi, merupakan bentuk
penerapan prinsip akuntabilitas. Diperkenalkannya komisaris independen, komite audit, dan
sekretaris perusahaan juga menjadi fokus regulasi BEJ. Independensi komisaris dimaksudkan
untuk memastikan bahwa komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan pemegang
saham, dengan direksi dan dengan komisaris; tidak menjabat direksi di perusahaan lain yang
terafiliasi; dan memahami berbagai regulasi pasar modal. Sedangkan terkait dengan
kewajiban untuk memiliki direktur independen, dalam sistem two tier yang kita anut, justru
akan lebih efektif bilamana bursa mewajibkan perusahaan untuk memiliki komite nominasi
dan remunerasi.

Tujuan pedoman tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas disclosure perusahaan-


perusahaan publik. Pedoman ini merupakan hasil kolaborasi antara BEJ, IAI, AEI, dan
Bapepam. Perkembangan terbaru di Pasar modal adalah batas waktu penyerahan laporan
tahunan yakni 90 hari sejak tutup buku, lebih pendek dari regulasi sebelumnya yakni 120
hari. Regulasi ini merupakan indikasi kekonsistenan penegakan GCG oleh Bapepam GCG di
Lingkungan Perbankan Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara
umum telah diatur ketentuan yang terkait dengan GCG baik yang termasuk governance
structure, governance process, maupun governance outcome. Governance structure terdiri
atas (LAN dan BPKP,2000) : pertama, uji kelayakan dan kepatutan, (fit and proper test), yang
mengatur perlunya peningkatan kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji
kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali, dewan komisaris,
direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank. Kedua, independensi
manajemen bank, di mana para anggota dewan komisaris dan direksi tidak boleh memiliki
hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan financial dengan dewan komisaris dan direksi
atau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain. Ketiga, ketentuan bagi direktur
kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank publik. Dalam standar penerapan fungsi internal
audit bank publik, bank diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung
jawab atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada. Strategi dan rencana Bank Indonesia
mewajibkan bank untuk memikili rencana dan anggaran jangka panjang dan menengah dalam
bentuk keputusan dewan direksi bank Indonesia tahun 1995, yang dimaksudkan bagi bank
untuk memiliki strategi korporasi dan yang tertuang dengan jelas, termasuk nilai-nilai yang
harus dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan di dalam organisasi dan resikoresiko
pengendalian. Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan
beberapa peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi keuangan bank dan
peningkatan peran auditor eksternal.

Bank diwajibkan untuk mengungkapkan non performingloan (NPL), pemegang


saham pengendali dan afiliasinya, praktik manajemen resiko dalam pelaporan keuangan
Peran BAPEPAM Bapepam secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong
implementasi prinsip-prinsip GCG di Indonesia, dengan menerbitkan peraturan dan kebijakan
yang terkait dengan GCG. Peraturanperaturan tersebut antara lain menyangkut keputusan
Bapepam mengenai prinsip transparansi yang mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan
informasi kepada publik, disclosure mengenai beberapa aspek yang terkait dengan pemegang
saham, transaksi material, dan perubahan dalam aktivitas bisnis inti, keputusan mengenai
merger dan akuisisi perusahaan publik, serta ketentuan tentang pengungkapan mengenai
apakah suatu perusahaan tengah dalam proses peradilan kepailitan.

2.2 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI ASIA

Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa tahun
terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang komprehensif.
Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting dalam Good Corporate
Governance. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam kerangka peraturan di banyak
negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk melumpuhkan manfaat apa yang telah
dicapai. Meskipun ada perusahaan yang sadar melebihi standar tata kelola juga ada bukti
yang jelas bahwa pendekatan terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia
berjumlah lebih sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good
Corporate Governance yang baik dan keuntungan finansial Pedoman Good Corporate
Governance Di Malaysia Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on
Corporate Governance) iniditerbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman inidiatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa efek
tersebut. Pedoman iniditerbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas pedoman yang
diterbitkansebelumnya.

1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance Penerapan Pedoman


Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat complyand explain. Dengan demikian
tidak ada sanksi apabila perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman
tersebut. Bagi perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip prinsip Good
Corporate Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaanjuga wajib mengidentifikasi prinsip dan
praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertaialasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila
perusahaan mengadopsi praktek tatakelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.

2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explains sehingga
tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman
Good Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban untuk mengungkapkan pelaksanaan
dari Pedoman tersebut dalam laporan tahunan. Dengan demikian bagi perusahaan yang
tercatat atau akan mencatatkan sahamnya di bursatidak mengungkapkan dalam laporan
tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat mengambil tindakan
terhadap perusahaan atau direksisebagaimana tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa
Malaysia.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance Pedoman Good Corporate
Governanc terdiri dari tiga bagian yaitu :

a. Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang berlaku di


Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk memungkinkan fleksibilitas
perusahaan dalam menerapkan prinsipprinsip sesuai dengan keadaan masingmasing
perusahaan.

b. Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan. Mengidentifikasi


seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam
merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya

c. Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang bersifat
sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar tetapi untuk investor dan
auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam tata kelola perusahaan.

Adapun ruang lingkup dari Pedoman Good Corporate Governance tersebut adalah
sebagai berikut:

The Board Structure, Duties and Effectiveness The Audit Committee and its
Challenges Assessing the Risk and Control Environment Effective Oversight of Financial
Reporting Internal and External Audit: Eyes And Ears of Audit Committee Conflict of
Interest and Related Party Transactions Nominating Committee Remuneration Committee
Shareholder Relations Pedoman Good Corporate Governance Di Singapura 1. Metode
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance Metode penerapan Pedoman Good
Corporate Governance bersifat comply and explain.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek Singapore


mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola mereka dalam
laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
Pedoman. Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan
pelaksanaannya dari Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk melakukan
konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan setiap
ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam laporan tahunan perusahaan.

Sanksi atas ketidakpatuhan Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh


perusahaan hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang
tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan untuk
tidak menerapkannya. 3 Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance Ruang
lingkung Tata Kelola perusahaan a) Board Matters b) Remuneration Matters c)
Accountability and Audit d) Communication with Shareholders e) Disclosure of Corporate
Governance Arrangements Pedoman Good Corporate Governance Di Thailand . Metode
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance Metode penerapan Pedoman Good
Corporate Governance di Thailand bersifat Comply or Explain. Oleh karena itu, Stock
Exchange of Thailand (SET) mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good
Corporate Governance tersebut. Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsipprinsip
Good Corporate Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap perusahaan.
Bagi perusahaan yang memilih untuk tidak mematuhi prinsip Good Corporate
Governance, diharuskan menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak
menerapkannya.perusahaan Tercatat telah diminta untuk mulai mengungkapkan pelaksanaan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan
perusahaan. Selain itu, perusahaan yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham, investor,
stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang disarankan adalah situs
web perusahaan. 2. Sanksi atas ketidakpatuhan Penerapan Pedoman Good Corporate
Governance oleh perusahaan hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi
perusahaan yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan
rinci alasan untuk tidak menerapkannya. 3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate
Governance Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate Governance
Perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock Exchange of Thailand)
mencakup 5 kategori yaitu: a Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)

Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of Shareholders)


Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders) Keterbukaan dan Transparansi
(Disclosure and Transparency) Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the
Board) Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina Sesuai dengan kebijakan Negara
untuk secara aktif mempromosikan reformasi tata kelola perusahaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kepercayaan investor, mengembangkan pasar modal dan membantu mencapai
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan untuksector korporasi dan ekonomi, Securities
Commission, melalui Resolusi No.135, Seri 4 April2002, menyetujui berlakunya dan
pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance ini.pedoman ini berlaku untuk
perusahaan efek yang tercatat atau terdaftar, perusahaan penerima izin/lisensi dan perusahaan
publik. Pedoman Good Corporate Governance ini juga berlaku untuk cabang atau anak
perusahaan dari perusahaan asing yang beroperasi difilipina yang terdaftar.

1 Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance Penerapan Pedoman


Good Corporate Governance di Philipina merupakan suatu kewajiban. Penegakan hukum atas
pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance tersebut dilakukan oleh Securities and
Exchange Commission dan dapat dikenakan sanksi. Bursa Efek Philipina mewajibkan
perusahaan tercatat untuk melaporkan secara periodic mengenai kepatuhan terhadap manual
tata kelola termasuk hal-hal yang belum dapat dipenuhi wajib diungkapkan lengkap dengan
alasannya.

2 Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance


Kegagalan untuk mengadopsi manual tata kelola perusahaan seperti yang ditentukan untuk
perusahaan, setelah pemberitahuan waktu dan alasan jatuh tempo dikenakandenda sebesar
P100, Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance a) The Board Governance b)
Supply Information c) Accountability and Audit d) Stockholders Rights and Protection of
Minority Stockholders Interests e) Evaluation Systems Disclosure and Transparency g)
Commitment to Corporate Governance h) Administrative Sanction .
2.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI DUNIA 

Pemicu Timbulnya Good Corporate Governance di Dunia Pada awal dekade 2000an
dunia dikejutkan oleh tumbangnya perusahaan perusahaan raksasa terkemuka di berbagai
negara industri maju termasuk Amerika Serikat, Inggris, Itali, Australia, Singapura, dan
Hongkong. Regulator pemerintah tiap negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan
bahwa penyebab utama tumbangnya perusahaan perusahaan besar tersebut adalah karena
lemahnya penerapan prinsip prinsip good corporate governance mereka. Kelemahan
corporate governance tersebut antara lain ditandai oleh berbagai macam hal, diantaranya
yaitu :

1. Renggangnya hubungan antara para pemegang saham dengan manajemen


perusahaan.

2. Lemahnya peranan dewan pengurus dalam mengarahkan dan mengendalikan


kebijaksanaan dan pengelolaan harta, utang, dan operasi bisnis perusahaan.

3. Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola dan mengambil keputusan


keputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan hidup perusahaan.

4. Tidak transparan, akurat, dan tepat waktunya penyampaian laporan perkembangan


bisnis dan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan kepada para pemegang
saham dan kreditur.

5. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak
bekerja di bawah pengawasan langsung dari komite audit Kelemahan - kelemahan
corporate governance itulah yang memberikan peluang dewan pengurus dan
manajemen perusahaan yang memiliki moral dan etika bisnis yang buruk
mengelola perusahaan demi kepentingan pribadi atau golongan mereka bukan demi
kepentingan perusahaan

Dalam melakukan penyalah gunaan jabatan tersebut tidak sedikit manajemen


perusahaan berkolusi dengan institusi profesi papan atas seperti penasehat hukum,
perusahaan konsultan, dan perusahaan akuntan publik. Skandal bisnis perusahaan perusahaan
raksasa dunia tersebut telah melukai kehidupan ekonomi banyak negara. Dampak negatif
skandal tersebut antara lain adalah menurunnya kepercayaan investor untuk menanamkan
dananya dalam perdagangan surat berharga. Selain itu bank dan lembaga keuangan non bank
lebih selektif dalam menyalurkan kredit mereka. Sejak terjadinya skandal bisnis tersebut
diatas para investor surat berharga dan bank - bank kreditur sadar 2

Bahwa hak dan kepentingan mereka di perusahaan dimana mereka menanamkan


dananya tidak sepenuhnya terlindungi. 3 Reaksi Dunia Internasional Kejatuhan perusahaan
raksasa multinasional pada awal tahun 2000an menyadarkan masyarakat bisnis dan
pemerintah bahwa corporate governance di negara mereka perlu di reformasi. Dua negara
yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan perusahaan publik di dunia itu
adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua negara
itu merupakan motor perkembangan ekonomi mereka.

Reaksi pemerintahan kerajaan Inggris terhadap skandal yang terjadi di perusahaan


perusahaan serta kejatuhan perusahaan publik adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Inggris mengeluarkan pendapat tentang reformasi persyaratan


perusahaan publik. Pendapat tersebut dituangkan dalam sebuah makalah yang
berjudul Modernizing Company Law. Selain itu regulator keuangan Inggris The
Financial Service Authority (FSA) menerbitkan pedoman tentang penyusunan
laporan keuangan perusahaan public, dimana mereka diharuskan untuk
mengungkapkan secara transparan semua transaksi bisnis yang dilakukan.

2. Pemerintah Inggris membentuk komite komite corporate governance. Komite


tersebut menyusun laporan laporan yang memuat pendapat dan saran bagaimana
cara memperbaharui peraturan tentang corporate governance dan nantinya
perusahaan perusahaan harus mematuhi saran saran yang diajukan komite tersebut.

Reaksi Amerika Serikat terhadap skandal yang terjadi di perusahaan perusahaan serta
kerjatuhan perusahaan publik adalah :

1. Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan undang undang tentang reformasi


corporate governance yang disebut Sarbanes Oxley Act yang memuat tentang
ketentuan ketentuan baru yang tegas tentang perlindungan hak dan kepentingan
pemegang saham dan karyawan perusahaan publik. Selain itu Sarbanes Oxley Act
menentukan bahwa anggota dewan pengurus wajib menguasai dasar dasar ilmu
manajemen keuangan.

2. Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan melakukan pengungkapan laporan


keuangan secara transparan serta diwajibkan untuk menggunakan auditor independen
dan menerapkan standar auditing yang ditetapkan US Public Accounting Oversight
Board (PCAOB).

Reaksi Australia terhadap skandal yang terjadi di perusahaan perusahaan serta


kerjatuhan perusahaan publik adalah :

1. Pemerintah Australia menerbitkan pedoman good corporate governance bagi


perusahaan perusahaan publik serta memperbaharui undang undang tentang
perusahaan Australia.

2. Pemerintah Australia menyusun program untuk meninjau kembali regulasi audit


dan pengungkapan informasi perusahaan yang disebut Corporate Law Economic
Reform Program (CLERP). Program tersebut juga mengaktifkan partisipasi pemegang
saham dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan perusahaan
public.
3.Perkembangan Good Corporate Governance Corporate governance sudah bukan
merupakan pilihan lagi bagi pelaku bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan
dan kebutuhan vital serta sudah merupakan tuntutan masyarakat. Setiap tindakan
memerlukan pertanggungjawaban yang baik. Penerapan GCG didukung oleh
Organisation for Economic Cooperation and Development dengan penerbitan prinsip
prinsip GCG yang bertujuan untuk membantu negara-negara baik negara anggota
OECD maupun bukan anggota OECD untuk menerapkan GCG di negaranya terutama
untuk dapat menyediakan pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor,
perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peranan dalam proses pengembangan
GCG.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi penghalang
untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance (GCG)
yang mampu memenangkan persaingan. GCG merupakan suatu keharusan dalam rangka
membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. Ia diperlukan untuk
menciptakan sistem dan struktur perusahaan yang kuat sehingga mampu menjadi perusahaan
kelas dunia.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang perlu diperbaiki.
Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran kepada setiap pembaca agar makalah
ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Apabila
ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, Etty Retno.Good Corporate Governance (Konsep, Prinsip dan Praktik).Lembaga


Komisaris dan Direktur Indonesia(LKDI) 18

Sutojo, Siswanto & Aldridge, John. Good Corporate Governance ( Tata Kelola Perusahaan
Yang Sehat), Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai