1 PENDAHULUAN
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia
misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus
tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah hingga berjumlah ribuan kasus.
Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan
dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok.
Sampel isolat dari pasien yang diteliti didapatkan hasil menunjukkan adanya
infeksi Coronavirus, jenis Betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel
Coronavirus (2019-nCoV) (Burhan, 2020). Pandemi ini terus berkembang hingga
adanya laporan kematian dan kasus-kasus baru di luar China. Pada tanggal 30
Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of
International Concern/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan
Dunia (PHEIC/KKMMD) (Safrizal, 2020).
Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama
virus baru tersebut yaitu Severa Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah
dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring
dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah
satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke
manusia (Burhan, 2020).
Berdasarkan data terakhir, sampai dengan tanggal 13 Februari 2020,
website oleh Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Universitas
John Hopkins yang diperbaharui berkala, data terakhir menunjukkan total kasus
lebih dari 60.331 pasien, dengan total kematian lebih dari 1.369 pasien dan
perbaikan lebih dari 6.061 pasien. Saat ini data terus berubah seiring dengan
waktu. Banyak kota di Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok dilakukan karantina
(Burhan, 2020). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat
dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai
dengan 16 Februari 2020, secara global dilaporkan 51.857 kasus konfimasi di 25
negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%) (Safrizal,2020).
Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi
414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192
negara/wilayah. Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan
yang dilaporkan terinfeksi. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan
kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25 Maret
2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24
Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Lampung,
Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Wilayah dengan transmisi lokal di
Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kab. Tangerang, Kota Tangerang), Jawa
Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kab.
Bogor, Kab. Karawang), Jawa Timur (kab. Malang, Kab. Magetan dan Kota
Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota Surakarta) (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang
paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien
COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar
untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur
menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat
darurat (Kemenkes, 2020).
2.1 ETIOLOGI
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsu,l dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua sub-keluarga Orthocoronavirinae
dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus
yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma
coronavirus (Burhan, 2020).
Sebagian besar virus corona menginfeksi hewan. Saat ini, tiga jenis virus
corona telah diisolasi dari manusia: Human Coronavirus 229E, OC43, dan SARS
coronavirus (SARSCoV). Ada 6 jenis virus corona yang sebelumnya diketahui
menginfeksi manusia. 229E dan NL63 (dari alphacoronavirus), OC43 (dari
betacoronavirus), HKU1, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-
CoV) (Zhou, 2020).
Virus corona baru, diisolasi dari saluran pernapasan bawah pasien di
Wuhan, yang menderita pneumonia dengan penyebab yang tidak diketahui WHO
menyebutnya 2019-nCoV sedangkan Komite Internasional tentang Taksonomi
Virus (ICTV) menamainya SARS-CoV-2. Kemudian dikonfirmasi bahwa virus
tersebut mampu menular dari manusia ke manusia. Virus corona baru ini sangat
mirip dalam hal urutan genom dengan enam virus corona yang ditemukan
sebelumnya. Analisis homologi urutan genetiknya mengungkapkan bahwa virus
baru memiliki banyak kesamaan dengan SARS-CoV. Virus corona baru ini
sekarang diklasifikasikan sebagai beta-coronavirus (Zhou, 2020).
Virus umumnya dapat bertahan selama beberapa jam di permukaan yang
halus. Jika suhu dan kelembaban memungkinkan, mereka dapat bertahan selama
beberapa hari. Virus corona baru, sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas.
Panas yang berkelanjutan pada 132,8ºF selama 30 menit, suhu 56°C selama 30
menit, eter, alkohol 75%, desinfektan yang mengandung klorin, asam perasetat,
kloroform, dan pelarut lipid lainnya dapat secara efektif menonaktifkan virus.
Chlorhexidine (juga dikenal sebagai chlorhexidine gluconate) juga secara efektif
menonaktifkan virus (Zhou, 2020). Berikut adalah gambar struktur Coronavirus:
S-Protein
HE-Protein
RNA Nucleo-
capsid
N-Protein
M-Protein
Envelope
3.1 EPIDEMIOLOGI
Data yang disediakan oleh Dashboard Darurat Kesehatan WHO pada 03
Maret 2020 telah dilaporkan total 87.137 kasus yang dikonfirmasi di seluruh
dunia sejak awal epidemi. Dari jumlah tersebut, 2977 (3,42%) telah berakibat
kematian. Sekitar 92% (79.968) dari kasus yang dikonfirmasi dicatat di China,
lokasi di mana hampir semua kematian juga dicatat (2.873, 96,5%). Dari catatan,
kasus “dikonfirmasi” yang dilaporkan antara 13 Februari 2020 dan 19 Februari
2020, termasuk pasien yang dikonfirmasi secara klinis dan yang didiagnosis
secara klinis dari provinsi Hubei (Safrizal,2020).
Selain negara China, terdapat 7169 kasus yang dikonfirmasi di 59 negara
termasuk Republik Korea (3736 kasus), Italia (1128), kapal pesiar (Diamond
Princess, 705 kasus), Republik Islam Iran (593), Jepang (239), Singapura (102),
Prancis (100), Amerika Serikat (62), Jerman (57), Kuwait (45), Spanyol (45),
Thailand (42), Bahrain(40) , Australia (25), Malaysia ( 24), Britania Raya (23),
Kanada (19), Uni Emirat Arab (19), Swiss (18), Vietnam (16), Norwegia (15),
Irak (13), Swedia (13), Austria (10) ), Kroasia (7), Israel (7), Belanda (7), Oman
(6), Pakistan (4), Azerbaijan (3), Denmark (3), Georgia (3), Yunani (3), India (3),
Filipina (3), Rumania (3). Selain itu, dua kasus dicatat masing-masing di Brasil,
Finlandia, Lebanon, Meksiko, Federasi Rusia, dan masing-masing satu kasus di
Afghanistan, Aljazair, Belarus, Belgia, Kamboja, Ekuador, Mesir, Estonia,
Irlandia, Lituania, Monako, Nepal, Selandia Baru, Nigeria, Makedonia Utara,
Qatar, San Marino, dan Sri Lanka (Safrizal, 2020). Sumber paling mutakhir untuk
epidemiologi pandemi yang muncul ini dapat ditemukan di sumber-sumber
berikut:
1. Badan Situasi WHO Novel Coronavirus (COVID-19)
2. Johns Hopkins Center for Science System and Engineering site untuk
Coronavirus Global Cases COVID-19, yang menggunakan sumber publik untuk
melacak penyebaran epidemi (Safrizal, 2020).
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa
● Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
● Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar (Burhan, 2020).
Kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP) menurut
Diseases Society of America/American Thoracic Society.
Tabel Kriteria severe CAP
Sumber: (Burhan, 2020).
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek
infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi
organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi
oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti
laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau
hiperbilirubinemia (Burhan, 2020).
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai
0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan
oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin
meningkat), kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran
dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau
tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-
related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin (Burhan, 2020).
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2
kriteria systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya
harus suhu abnormal atau hitung leukosit (Burhan, 2020).
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum
adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg dan serum laktat > 2mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu
hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata
tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2 hingga 3 kondisi
berikut :
● Perubahan status mental
● Bradikardia atau takikardia
- Pada balita: frekuensi nadi <90 x/menit atau >160x/menit
- Pada anak-anak: frekuensi nadi <70x/menit atau >150x/menit26
● Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan
bounding pulse
● Takipnea
● Kulit mottled atau petekia atau purpura
● Peningkatan laktat
● Oliguria
● Hipertemia atau hipotermia
3. Spesimen Darah/Serum:
a. Spuit disposable 3ml atau 5 ml atau Sistem Vacutainer
b. Wing needle (jika diperlukan)
c. Kapas alkohol 70%
d. Kapas Kering
e. Vial 1,8 ml atau tabung tutup ulir (wadah Spesimen Serum)
f. Marker atau Label (Kemenkes, 2020).
10. Pastikan label kode spesimen sesuai dengan kode yang ada di
formulir/Kuesioner.
11. Cryotube kemudian dililit parafilm dan masukkan ke dalam Plastik Klip. Jika
ada lebih dari 1 pasien, maka Plastik Klip dibedakan/terpisah. Untuk menghindari
kontaminasi silang.
Gambar Pengemasan spesimen
Sumber: Kemenkes, 2020
12. Simpan dalam suhu 4-80C sebelum dikirim. Jangan dibekukan dalam Freezer
(Kemenkes, 2020).
Huruf C = Control
Garis merah di C harus muncul, jika tidak muncul maka invalid atau
alat rusak/sampel darah tidak sesuai aturan.
Hasil positif IgG dan IgM: 3 garis dan 2 garis bila salah satu yang
positif
Hasil negatif: 1 garis
Hasil IgG (+) dan IgM (+) maka fase aktif infeksi
Hasil IgM (+) maka ada paparan baru/primer
Hasil IgG (+) maka ada paparan di masa lampau/sekunder
Jika C, IgM (+),IgG (+) maka lanjut uji PCR
Jika C, IgM (+),IgG (-) maka lanjut uji PCR
Jika C, IgM (-),IgG (+) maka tes ulang 7 hari kemudian
Jika C, IgM (-),IgG (-) maka tes ulang 7 hari kemudian
7.1 Tes PCR
Mendeteksi infeksi nCoV-2019 adalah dengan fluoresensi real-time RT-
PCR. Semua uji untuk nCoV-2019 harus dilakukan oleh staf dengan pengetahuan
teknis dan keamanan yang relevan di laboratorium dengan kondisi yang tepat.
Metode deteksi asam nukleat dalam pedoman ini mengutamakan target Open
Reading Frame lab (ORFlab) dan protein nukleokapsid (N) genom 2019 nCoV
(Liang, 2020).
Untuk mengkonfirmasi kasus positif di laboratorium, kondisi berikut harus
dipenuhi: Hasil test RT-PCR fluoresensi real-time spesifik adalah positif pada
kedua target COVID-19 (ORFlab dan N) dalam spesimen yang sama, dan
pengambilan sampel serta menguji ulang diperlukan jika hanya satu hasil positif
yang diamati (Liang, 2020).
Infeksi nCoV-2019 tidak dapat ditiadakan oleh hasil negatif, dan faktor-
faktor yang dapat menyebabkan hasil negatif palsu harus dikeluarkan, termasuk:
kualitas sampel yang buruk, seperti sampel saluran pernapasan dari orofaring;
terlalu dini atau pengumpulan sampel yang terlambat; kegagalan untuk
menyimpan, membawa, dan memproses sampel; masalah teknologi lainnya
seperti mutasi virus, penekanan PCR, dan lain-lain (Liang, 2020).
Prinsip Kerja:
Spesimen:
a.Spesimen pernapasan termasuk: aspirasi atau swab nasofaring atau orofaring,
lavage broncheoalveolar, aspirasi trakea, dan dahak. Spesimen swab harus
dikumpulkan hanya pada penyeka dengan ujung sintetis (seperti poliester atau
Dacron®) dengan poros aluminium atau plastik. Penyeka dengan kalsium alginat
atau ujung kapas dengan poros kayu tidak dapat diterima.
b.Serum
Peralatan
• PCR [lampu UV; Aliran laminar (HEPA Kelas 100 difilter)]
•Pengaduk vortex
•Microcentrifuge
•Mikropipet (2 atau 10 μl, 200 μl dan 1000 μl)
•Mikropipet multikanal (5-50 μl)
•2 x 96-well cold blocks • -20oC (nonfrost-free) dan -70oC freezer; Kulkas 4oC
•Sistem deteksi real time PCR
•Sistem ekstraksi asam nukleat
Burhan, Erlina; Fathiyah Isbaniah; Agus Dwi Susanto; Tjandra Yoga Aditama, et
all., 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 67 halaman
Kementerian Kesehatan RI, 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke-4, Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI, 136 halaman
Liang, Xiaofeng; Zijian Feng; Liming Li., 2020. Guidance for Corona Virus
Disease 2019 model RRC: Prevention, Control, Diagnosis, and Management,
RRC: Komisi Kesehatan Nasional RRC, 146 halaman
Safrizal; Danang Insita Putra; Safriza Sofyan; Bimo, 2020. Pedoman Umum
Menghadapi Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah: Pencegahan,
Pengendalian, Diagnosis, dan Manajemen., Jakarta: Tim Kerja Kementerian
Dalam Negeri, 212 halaman
Zhow, Wang, 2020. The Coronavirus Preventif Handbook 101 Science Based
Tips That Could Save Your Life , Wuhan: Physician of Wuhan Center for
Disease Control and Prevention, 120 halaman
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/downloads/rt-pcr-panel-for-detection-
instructions.pdf
http://www.nal-vonminden.com/pdf/EN-COVID19-Infoflyer.pdf
https://www.fda.gov/media/134922/download