Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH MENGENAI DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP

PEREKONOMIAN, SOSIAL BUDAYA, POLITIK, KEAMANAN, DAN


PENDIDIKAN BESERTA SOLUSINYA

Disusun:
1. Toibah
2. Vita Ningtiyan Agestha
3. Sri Winarsih
4. Siswanto
5. Leo Suwarsono
6. Eka Sri H
7. Abdul Ja’far
8. Suprapto

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS KEPERAWATAN LAMPUNG TENGAH
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi, Sosial Budaya, Politik,
Keamanan, dan Pendidikan beserta Solusinya”
Makalah ini penulis susun dengan tujuan agar dapat dijadikan referensi
bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai apa saja dampak
Pandemi Covid-19 terhadap Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, Keamanan, dan
Pendidikan beserta masing-masing solusi dari dampak tersebut di atas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lampung Tengah, 10 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
A. Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Perekonomian dan Solusinya..................4
B. Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Sosial Budaya dan Solusinya................10
C. Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Politik dan Solusinya.............................14
D. Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Keamanan dan Solusinya......................20
E. Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Pendidikan dan Solusinya.....................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

3
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Penambahan jumlah kasus
COVID-19 berlangsung cukup cepat dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan
negara lain. Jumlah kasus terinfeksi terus meningkat cukup signifikan pada waktu
yang relatif cepat. Dalam kurun waktu 6 bulan, sudah 216 negara di dunia
terjangkit virus ini. Menurut WHO, jumlah kasus terkonfirmasi positif pada
tanggal 25 Juni telah mencapai 9.296.202, dengan angka kematian mencapai
479.433 orang (https://Covid19.who.int/)
Dampak dari adanya COVID-19 menyebabkan perekonomian di Indonesia
menjadi merosot, menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama
alat-alat kesehatan. Penanggulangan ekstrem seperti Lockdown suatu daerah
bahkan suatu negara pun dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir
penyebaran penyakit tersebut. Menurut Hongyue dan Rajib, dampak pandemik
terhadap perekonomian, sosial, keamanan, serta politik akan mempengaruhi
kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas dalam jangka
waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup
sehat, perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku
menggunakan media sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial
keagamaan
A. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perekonomian dan Solusinya
COVID-19 kemudian menyebar ke seluruh dunia dan tidak pandang bulu
karena tidak peduli status sosial dan ekonomi, siapa saja bisa terkena virus ini.
Semua negara di dunia pun sudah terpapar dengan virus ini dan menjadi bencana
non alam sedunia. Meski telah memakan banyak korban, tapi vaksin untuk
COVID-19 ini belum ditemukan. Negara Indonesia sampai membentuk Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang terintegrasi sampai ke
kabupaten/kota.
Demikian halnya ekonomi rakyat yang landai tanpa guncangan, tiba-tiba
terkoyak dengan serangan virus corona yang memaksa mereka membatasi bahkan
menghentikan aktivitas ekonominya. Keganasan virus ini telah membuat negara-
negara di dunia melalui otoritasnya meminta rakyatnya untuk tetap di rumah,

4
menjaga jarak baik secara fisik (physical distancing) maupun sosial (social
distancing) bahkan beberapa negara melakukan lockdown (karantina wilayah)
untuk menghambat penyebaran virus corona.
Bukan hanya sekedar himbauan tetapi peraturan dan larangan keras untuk
melakukan aktivitas di luar rumah. Dampak dari penerapan ini berpengaruh
negatif terhadap perekonomian dunia, karena penerapan social distancing dan
physical distancing untuk membatasi ruang gerak dan mobilitas masyarakat,
bahkan lockdown mengakibatkan masyarakat tidak dapat beraktivitas di luar
rumah bahkan untuk mereka yang berstatus sebagai pekerja harian atau pedagang
kaki lima.
Diakui atau tidak banyak pihak yang merasakan dampak negatif dari
pandemi virus corona saat ini. Pendapatan masyarakat jelas berkurang, terutama
mereka yang berpenghasilan harian seperti buruh harian, pedagang kaki lima, ojek
online, tukang parkir, dan lainnya.
Dampak negatif penyebaran virus corona tak hanya dirasakan oleh
masyarakat saja, tetapi juga dunia usaha baik skala kecil, menengah, maupun
besar. Seluruh sektor perekonomian dunia mengalami tren penurunan seperti
perindustrian, pariwisata, usaha transportasi (darat, laut dan udara), seluruh
industri UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
Penasihat Wadah Asosiasi Online Indonesia (WAOI) yang beranggotakan
ribuan driver online Christian Yokung yang juga seorang pengusaha sektor
pariwisata dan olahraga ini mengatakan, pandemi COVID-19 membuat banyak
orang seolah kembali ke titik nol karena begitu terdampak dan terpukul secara
finansial. “Yang awalnya hidup pas-pasan, kini tentu lebih susah. Bahkan
sekarang yang dulunya berkecukupan jadi bekekurangan. Sementara bantuan atau
solusi yang ditawarkan tidak memberi jalan keluar. Bagi yang terdampak akibat
pandemi ini, jadi harus putar otak luar biasa bagaimana bisa bertahan. Meski
harus berpikir positif bahwa ini pun akan terlewati, tapi untuk menuju kesitu tidak
mudah,” ujar Christian Yokung.
Dampak paling tragis yaitu perusahaan-perusahaan telah mengalami defisit
dan mulai bangkrut karena tidak ada lagi operasional namun harus membayar gaji
pegawai, sehingga terjadilah PHK dari beberapa perusahaan terhadap pegawainya.

5
Hal ini mengakibatkan banyaknya pengangguran dan menjadi rentan dengan
embrio kejahatan.
Saat ini perekonomian global termasuk negara Indonesia mengalami
ketidakpastian dan mengarah pada resesi ekonomi karena pandemi Covid-19.
Beberapa negara seperti AS, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Hong Kong, dan
Singapura mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada Triwulan I dan II
Tahun 2020. Perlambatan ekonomi pasti akan berdampak pada kinerja
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020. Pandemi menimbulkan efek
domino dari kesehatan ke masalah sosial dan ekonomi, termasuk pelaku usaha.
Badan Pusat Statistik telah mencatat laju pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I
(Januari- Maret) 2020 hanya tumbuh 2,97%. Angka ini melambat dari 4,97% pada
Kuartal IV 2019. Bahkan, pertumbuhan jauh di bawah pencapaian Kuartal I 2019
yang mencapai 5,07%. Dan pada Kuartal II Tahun 2020 laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia minus 5,32%. Angka itu berbanding terbalik dengan Kuartal II
Tahun 2019 sebesar 5,05%.
Perekonomian Indonesia berdasarkan PDB (Produk Domestik Bruto) pada
Triwulan II 2020 atas dasar harga berlaku adalah Rp3.687,7 triliun. Tetapi atas
dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010 sebesar Rp2.589,6 triliun. Bila
dibandingkan dengan atas dasar harga konstan atau yoy (year on year), maka
pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II 2020 mengalami kontraksi -5,32%. Jika
dibandingkan dengan Triwulan I 2020, maka kontraksi -4,19%. Sementara
kumulatifnya terhadap Semester I 2019, pertumbuhan mengalami kontraksi
-1,26%, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II secara yoy
cukup dalam. Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami pertumbuhan negatif pada Kuartal II 2020.
1.1 Realisasi Anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional
Pemerintah telah menganggarkan total biaya penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp695,20 triliun yang dialokasikan
untuk enam sektor. Total realisasi hingga minggu pertama Agustus adalah
Rp151,25 triliun atau 21,8% dari pagu program Pemulihan Ekonomi Nasional.
Beberapa langkah dilakukan oleh pemerintah untuk memperkecil dampak pada
ketiga sektor (kesehatan, sosial ekonomi, dan dunia usaha). Di bidang kesehatan

6
misalnya, pemerintah sudah memberikan dukungan peralatan bagi tenaga medis,
pembuatan RS darurat hingga mengupayakan RS rujukan untuk pasien Covid-19.
Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, realisasi program PEN untuk
bidang kesehatan baru sekitar Rp6,3 triliun dari pagu Rp87,55 triliun. Realisasi ini
untuk insentif kesehatan pusat dan daerah Rp1,7 triliun, santunan kematian tenaga
kesehatan Rp12,9 triliun, penyaluran gugus tugas Covid-19 Rp3,2 triliun dan
insentif bea masuk kesehatan Rp1,4 triliun.
Selanjutnya, pemerintah juga sudah memberikan jaring pengaman sosial
terhadap aktivitas sosial dan ekonomi untuk masyarakat yang pendapatannya
terdampak selama pandemi. Tujuannya agar masyarakat masih tetap bisa menjaga
konsumsi pada masa pandemi. Realisasi untuk perlindungan sosial sebesar Rp85,3
triliun dari pagu Rp203,91 triliun. Anggaran yang sudah terealisasi untuk Program
Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp26,6 triliun, bantuan langsung tunai (BLT)
dana desa Rp8,3 triliun, kartu sembako Rp25,5 triliun, program prakerja Rp2,4
triliun, bantuan sembako Jabodetabek Rp2,9 triliun, bantuan tunai non-
Jabodetabek Rp16,5 triliun dan diskon listrik Rp3,1 triliun.
Berbagai program pemulihan untuk dunia usaha juga terus dilakukan
pemerintah agar mereka tetap bertahan. Pemerintah menyiapkan dukungan bagi
dunia usaha melalui koordinasi dengan BI dengan OJK dengan perbankan
nasional agar sektor bisnis, sektor usaha, dan sektor riil tetap bisa bertahan
walaupun tidak melakukan aktivitas ekonomi. Realisasi yang ditujukan untuk
padat karya kementerian/lembaga sebesar Rp7,4 triliun, dana insentif daerah
(DID) pemulihan ekonomi Rp13,4 miliar. Lalu realisasi program PEN untuk
UMKM sebesar Rp30,21 triiliun dari pagu Rp123,4 triliun, realisasi untuk insentif
usaha Rp16,2 triliun dari pagu Rp120,61 triliun, sementara belum ada realisasi
untuk pembiayaan korporasi yang memiliki pagu Rp53,57 triliun. Program ini
bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan
ekonomi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-
19. Untuk UMKM, program PEN diharapkan dapat 'memperpanjang nafas'
UMKM dan meningkatkan kinerja UMKM yang berkontribusi pada
perekonomian Indonesia. Sumber Pendanaan PEN berasal dari belanja negara,

7
penempatan dana, penjaminan, penyertaan modal negara dan investasi
pemerintah.
1.2 Solusi Dengan Mempercepat Realisasi Belanja Pemerintah
Pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II 2020 mengalami penurunan yang
sangat tajam sehingga dikhawatirkan akan terjadi penurunan pada Kuartal III
2020. Salah satu solusinya adalah meningkatkan konsumsi belanja pemerintah
pusat dan daerah ketika konsumsi masyarakat belum bisa diharapkan untuk
membantu menjaga pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi, sehingga sangat
penting untuk melakukan optimalisasi anggaran pada belanja pemerintah yang
ternyata juga turun drastis sebesar -6,9%.
Pada Triwulan II/2020, realisasi belanja APBN Tahun Anggaran 2020
mencapai Rp616,54 triliun atau sekitar 22,51% terhadap pagu sebesar Rp2.739,17
triliun. Belanja tersebut naik bila dibandingkan dengan Triwulan II 2019 sebesar
Rp582,64 triliun. Peningkatan belanja tersebut disebabkan naiknya belanja
pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana desa. Pada belanja pemerintah
pusat misalnya, terjadi kenaikan karena adanya belanja bantuan sosial yang naik
55,87% dan kenaikan belanja modal 0,39%. Capaian pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada Triwulan II itu tidak terlalu jauh dari apa yang diprediksi oleh
pemerintah yakni pada kisaran -5,3% hingga -3,5% dengan titik tengah di angka
-4,3% .
Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi pada Kuartal
II/2020, namun bukan berarti sudah memasuki resesi. Sebab, resesi terjadi jika
pertumbuhan ekonomi negatif pada dua kuartal berturut-turut. Direktur Riset
Center of Reform on Economics (CORE) memperkirakan ekonomi Indonesia
berpotensi tumbuh negatif 3-4% pada Kuartal III/2020. Periode tersebut
merupakan saat pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar
(PSBB) untuk menekan penyebaran Covid-19, yang berdampak pada minusnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II/2020.
Penurunan pertumbuhan pada Triwulan II/2020 yang cukup dalam ini
karena perlambatan dari sisi belanja masyarakat dan investasi, termasuk aktivitas
perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Sejumlah tokoh mulai dari ekonom
hingga mantan menteri keuangan berpendapat mengenai solusi yang mungkin

8
diambil para pemangku kebijakan untuk “menyelamatkan” perekonomian negara.
Pendapat tersebut menyatakan bahwa belanja pemerintah dapat menopang
pertumbuhan ekonomi, namun belum efektif pada kuartal kedua tahun ini. Lalu
konsumsi rumah tangga tetap menjadi kunci dari sisi demand, kemudian investasi.
1.3 Potensi Pertumbuhan Ekonomi Semester III/2020
Walaupun bayang-bayang resesi ada di depan mata, potensi untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia tetap ada. Ekonomi pada Kuartal III/2020
berpotensi tumbuh positif secara kuartalan, karena dampak paling dalam dari
pandemi Covid-19 terjadi pada Mei dan Juni lalu. Pertumbuhan ekonomi pada
Kuartal III/2020 berpotensi meningkat 4% selama belanja pemerintah efektif.
Menurut peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis, Eric Alexander
Sugandi, masih ada peluang ekonomi untuk tumbuh,dengan catatan realisasi
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) efektif.
Konsumsi rumah tangga tetap menjadi kunci dari sisi demand, kemudian
investasi. Pengeluaran pemerintah bisa membantu pertumbuhan, baik secara
langsung maupun melalui multiplier effect via konsumsi rumah tangga dan
investasi. Di samping itu, pertumbuhan yang lebih baik pada Kuartal III/2020 dari
sisi ekspor diprediksi membaik, sejalan dengan dibukanya pintu ekonomi mitra
dagang strategis Indonesia.
Berbagai kebijakan di bidang ekonomi dalam menangani Covid-19 telah
dilakukan oleh pemerintah, seperti stimulus pajak dan permodalan, restrukturisasi
kredit, bahkan diskon dan pembebasan biaya listrik rumah tangga. Namun
distribusi stimulus tersebut nyatanya belum tepat sasaran dan efektif. Hal ini
dikarenakan kurangnya sosialisasi sehingga tidak banyak yang bisa mengambil
manfaatnya. Contohnya insentif pajak yang diberikan bagi dunia usaha.
Penyerapan anggaran yang relatif masih rendah juga disebabkan tidak semua
kegiatan terpusat di Kemenkes, ada juga di Gugus Tugas Covid-19 (kini menjadi
Satgas Covid-19) dan tersebar di beberapa tempat. Selain itu belum
terkoordinasinya proses administrasi dan persyaratan dalam stimulus di Kemenkes
dan Satgas Covid-19.
Permasalahan ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dapat
dilihat dari dua sudut pandang ekonomi yang berbeda, yaitu permintaan dan

9
penawaran. Dari sisi permintaan, kondisi pandemi Covid-19 jelas akan
mengurangi sektor konsumsi, kegiatan perjalanan dan transportasi, serta
perdagangan. Sedangkan dari sisi penawaran, kemungkinan besar yang terjadi
adalah terkontraksinya produktivitas pekerja/buruh, penurunan investasi dan
kegiatan pendanaan, serta terganggunya rantai pasokan global (global value
chain).
Melalui peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat dengan protokol
kesehatan yang ketat dan percepatan realisasi stimulus oleh pemerintah dari
anggaran negara, diharapkan pertumbuhan ekonomi Kuartal III dan IV tahun 2020
tidak berada pada level negatif. DPR dengan fungsi pengawasannya perlu
mendesak pemerintah untuk membuat mkebijakan yang sebaiknya diarahkan pada
upaya mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional. Salah satunya yaitu
dengan mempercepat realisasi belanja pemerintah.

B. Dampak Pandemi Covid terhadap Aspek Sosial Budaya dan Solusinya


Dampak yang sangat terasa dirasakan oleh masyarakat saat ini adalah
dampak ekonomi dan sosial. Berikut dampak sosial yang dirasakan masyarakat
akibat wabah virus corona ini:

a.    Perekonomian masyarakat mengalami penurunan bahkan anjlok, banyak


pengusaha, pedagang, mengalami kerugian bahkan tidak dapat beroperasi lagi.
Ojek online, tukang becak, sopir angkutan umum, pekerja serabutan yang
hanya mengandalkan pemasukan harian mengalami masa yang sangat sulit
untuk bisa bertahan. Hal ini semenjak diberlakukannya physical distancing
(jaga jarak) dan kebijakan pemerintah untuk membatasi perkumpulan orang.
Dampak sosial yang terjadi adalah warga kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidup seperti memperoleh makanan. Banyak warga miskin
yang hanya mengandalkan pendapatan harian bingung hanya untuk memenuhi
kebutuhan makanan selama tinggal dirumah. Hilangnya pendapatan bagi
warga masyarakat berarti jumlah angka kemiskinan masyarakat akan semakin
meningkat.
b.    Penderita Covid-19 yang baik telah dinyatakan postif, PDP (pasien dalam
pengawasan) maupun ODP (Orang Dalam Pengawasan) mengalami disfungsi

10
sosial. Mereka harus dikarentina selama 14 hari baik di rumah sakit maupun
isolasi mandiri di rumah. Permasalahan timbul ketika masyarakat mulai
mendiskriminasi para korban covid-19 mulai dari menjauhi, tidak
memperdulikan, mengacuhkan bahkan sampai diusir. Banyak kasus penolakan
terjadi dari masyarakat bagi jenazah korban covid-19 yang hendak
dimakamkan di wilayah tertentu. Kurangnya pemahaman masyarakat
membuat rasa peduli, dan toleransi hilang begitu saja. Kejadian yang paling
menyedihkan adalah ketika para tim medis (perawat dan dokter) yang
menangani pasien covid-19 harus ikut diusir/ditolak oleh masyarakat. Hal ini
terjadi bagi mereka yang bertugas di rumah sakit rujukan covid-19. Mereka
terpaksa harus keluar dari rumah kontrakan/tempat tinggal mereka dan tinggal
di rumah sakit. Adanya kebijakan pemerintah yang menyediakan fasilitas
tempat tinggal sementara bagi tim medis memberikan solusi dalam
meringankan perjuangan tim medis sebagai ujung tombak penanganan psien
covid-19. Namun tetap saja peran serta masyarakat dalam menyikapi pendemi
covid-19 ini sangat besar dalam mendukung kinerja tim medis sehingga
masyarakat hanya perlu memahami kondisi saat ini dan tidak berlebihan
menyikapi kondisi mereka yang sedang berjuang melawan covid-19 baik itu
pasien yang sudah positif, ODP (orang dalam pengawasan), PDP (pasien
dalam Perawatan), maupun tim medis. 
c.   Masyarakat komunal yang sebagian besar tinggal di pedesaan, sebagian besar
menunjukkan sikap tidak kompromis terhadap protokol kesehatan yang dirilis
oleh pemerintah yang disampaikan oleh pemerintah desa setempat. Ciri lain
dari masyarakat komunal ini identik dari pola dukungan sosial, dimana setiap
individu dipastikan saling mengenal, adanya kebersamaan yang ditonjolkan
melalui kedekatan serta pola relasi resiprositas yang muncul dan berkembang.
Dalam melakukan aktiftas sehari-hari hampir tidak mungkin dilakukan secara
individual. Berbagai kegiatan seremonial baik yang bersifat umum ataupun
keagamaan tidak luput dari interaksi sosial yang mengabaikan protokol
kesehatan berupa social distancing atau pembatasan sosial. Identitas sosial
yang dimiliki pada masyarakat komunal adalah bagian terpenting dari identitas
psikologi atau konsep diri individu. Setiap individu berperan dalam

11
mempengaruhi orang lain begitupula sebaliknya, bahwa orang lain memiliki
pengaruh pada kehidupan individu. Terkadang secara tidak sadar keputusan
maupun perilaku individu mendasar pada tuntutan kelompok ataupun tekanan
sosial.
d. Protokol kesehatan berupa pembatasan sosial dan pembatasan fisik adalah hal
yang sulit dilakukan oleh masyarakat karena dalam aktiftas keseharian
dilakukan secara bersama-sama. Mulai dari aktifitas bercocok tanam yang
melibatkan tetangga sebagai pekerja yang saling membantu hingga selametan
kelahiran anak yang mengundang tetangga untuk mendoakan. Aktifitas-
aktifitas dilakukan hampir tanpa mengindahkan protokol kesehatan dengan
alasan kekerabatan dan keakraban antar individu. Ada perasaan kurang nyaman
ketika harus menghindari berjabat tangan, kemudian duduk berjauhan serta
berbincang dengan jarak aman sekitar 1 meter. Seolah menganggap lawan
bicara sebagai “penyakitan” cukup menyesakkan dada anggota masayarakat
dengan sistem komunal. Meskipun sebenarnya dalam asumsi kesehatan
dikatakan bahwa “semua dianggap sakit sampai terbukti bahwa dia sehat”.
Artinya kehati-hatian dan prevenitif adalah jalan terbaik ketika berhadapan
dengan permasalahan kesehatan. Tidak jarang masyarakat mengabaikan hal
tersebut hanya karena faktor kebiasaan dan budaya. Beberapa propaganda
sudah dilibatkan oleh berbagai Ormas dan juga pemerintah untuk membantu
memberikan jalan keluar dari peliknya permasalahan tersebut.
e. Agama seharusnya menjadi bagian dari solusi ketika masyarakat dihadapkan
dengan tantangan kesehatan seperti era pandemi saat ini, karena output agama
yang seharusnya menjaga manusia dan kemanusiaan (hifdhunnas wa
hifdhunnafs) dengan aturan yang jelas dan tegas banyak diabaikan ummatnya
sendiri. Alih-alih menjadi bagian dari solusi, banyak ummat beragama justru
menentang berbagai upaya pemerintah dalam memutus rantai penyebaran
Covid-19.
Pembatasan penggunaan tempat ibadah disalah artikan dengan penutupan
tempat ibadah, anjuran ibadah dirumah dimaknai sebagai upaya represif terhadap
gerakan dakwah. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan pendapat mayoritas
dalam kelompok merusak peluang individu/anggota dalam menganalisa keadaan,

12
diantaranya ketika para anggota memiliki kelekatan kuat terhadap kelompok,
ketika ada ancaman luar, terlebih jika ada pemimpin yang berkeras hati
mengarahkan kelompoknya. Kekerdilan masyarakat seperti ini yang menjadi
penghambat upaya perang melawan pandemi ini.
Praktik-praktik keagamaan yang sifatnya sekunder juga masih tetap
dilaksanakan dengan alasan sudah menjadi kebiasaan atau budaya. Bahkan
dikatakan bahwa aktiftas tersebut sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan
sebagai upaya untuk mengharapkan kasih sayang Tuhan. Seharusnya tujuan-
tujuan yang benar tersebut harus disinergikan dengan praktik yang benar pula
yakni memperhatikan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Banyak cara
mensikapi praktik keagamaan dengan tetap menjaga substansi tanpa kehilangan isi
hanya perlu sedikit modifikasi. Misalnya, “selametan” menggunakan ambengan
yang dimakan bersama-sama dalam satu nampan diganti dengan “berkat
bungkusan” yang dibawa pulang.
2.1 Solusi dari dampak sosial budaya yang terjadi: 
Solusi seperti apa yang harus kita lakukan sebagai masyarakat dalam
menyikapi situasi Pandemi virus Covid-19 sehingga dampak sosial yang ada
bisa diminimalisis:
a.   Dimulai dengan mengikuti segala anjuran kebijakan pemerintah dalam
mencegah meluasnya wabah Covid-19 yaitu untuk selalu jaga Jarak (physical
distancing), tetap dirumah jika tidak ada keperluan mendesak, memakai
masker ketika kaluar rumah, tidak mudik, dan selalu mengikuti protokoler
kesehatan covid-19.
b.   Hal terpenting yang perlu kita tingkatkan adalah rasa peduli, berbagi dan
toleransi antar sesama. Kita ketahui bahwa banyak warga masyarakat yang
sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup, alangkah baiknya kita
mulai membangkitkan semangat gotong royong untuk saling berbagi, mulai
kembali meningkatan nilai keswadayaan masyarakat untuk membantu mereka
yang sedang mengalami kesulitan. Kegiatan ini bisa dilakukan di ruang
lingkup RT, RW, dusun, dan desa/kelurahan dengan cara menghimpun data
warga yang memang layak untuk dibantu kemudian dengan cara swdaya
masyarakat dan gotong royong warga lain yang dianggap mampu untuk bisa

13
berbagi menyisikan sebagian penghasilannya dalam membantu
warga/tetangga nya yang mengalami kesulitan ekonomi.
c.     Stop Diskiriminasi korban covid-19, baik itu pasien positif, PDP, ODP
maupun tim medis yang melakukan perawatan pasien covid. Kewaspdaaan
bukan berarti harus mengucilkan, menjauhi atau bahkan mengusir, tetapi mari
bersama saling menguatkan, saling peduli antar sesama, dan bekerjasama
menghadapi virus corona ini. 
d.    Sampaikanlah informasi yang memang benar dari sumber yang terpercaya,
sehingga masyarakat tidak perlu merasakan panik dan takut berlebihan.
Pemahaman masyarakat akan bahaya virus Corona sangatlah kurang, sehingga
menimbulkan gejolak dampak sosial di masyarakat. Dengan mengikuti
protokol kesehatan masyarakat yang dikeluarkan oleh pemerintah, virus ini
dapat kita cegah tanpa harus mengikis rasa kemanusian, kepedulian dan
toleransi yang menjadi budaya masyarakat Indonesia.

C. Dampak Pandemi Covid terhadap Aspek Politik dan Solusinya

Terkait dengan pandemi COVID-19, Pemerintah Pusat melalui Komisi


Pemilihan Umum Nomor 179/PL.02-Kpt/01/KPU /III/2020 telah menetapkan
penundaan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati,
dan/atau wali kota dan wakil wali kota tahun 2020 dalam upaya pencegahan
penyebaran COVID-19. Penundaan ini merupakan salah satu respons
perkembangan situasi terkini penyebaran wabah penyakit yang diakibatkan oleh
COVID-19 di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dengan
memperhatikan pernyataan resmi World Health Organization (WHO) yang
menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global, pernyataan resmi Presiden
Republik Indonesia yang menyatakan penyebaran COVID-19 sebagai Bencana
Nasional (Bencana Non-Alam) dan Keputusan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait Perpanjangan Status Keadaan Tertentu
Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus COVID-19 di Indonesia.
Pernyataan sebagai pandemi global merupakan suatu isyarat bahwa dalam
menghadapi pandemi ini segala fokus kebijakan yang dilakukan suatu negara

14
harus memprioritaskan kebijakan penanganan kesehatan dibandingkan kebijakan
politik maupun ekonomi .
Beberapa negara juga memberikan perhatian penuh pada kemungkinan
strategi mitigasi dalam hal pemilihan umum baik di tingkat pusat (state) maupun
lokal. Strategi ini termasuk meninjau ketentuan regulasi, keberlanjutan fungsi
legislatif selama rencana darurat, pelaksanaan regulasi darurat pemilu dan rencana
kontingensi pemilu di tingkat provinsi/negara bagian dan kota. Tujuan utama
pedoman ini adalah untuk menjawab pertanyaan praktis dan terkait hukum seputar
pelaksanaan pemilihan dan juga mengurangi potensi dalam penyebaran virus
COVID-19. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar tanggung jawab
terletak pada pemerintah lokal/daerah dimana dalam pelaksanaan operasi tanggap
darurat merupakan ujung tombak dan penanggungjawab utama. Namun, para
pembuat kebijakan di beberapa negara juga berpikir tentang bagaimana pemilihan
umum dapat dilaksanakan dengan baik bahkan ketika tidak adanya pertemuan
publik di banyak lokasi.

3.1 Kampanye yang Tidak Mudah bagi Calon atau Peserta Pilkada
Dalam situasi yang abnormal seperti saat ini, unsur kampanye bagi calon
atau peserta pilkada justru tidak mudah. Waktu yang sulit dan situasi, tidak
memungkinkan bagi calon untuk mengumpulkan massa. Padahal, kampanye
dalam proses elektoral di Indonesia identik dengan pengumpulan massa.
Dengan pengaturan kampanye tipe simbolik, dimana calon akan cenderung
mengerahkan massa, sementara ada kebijakan PSBB yang salah satunya mengatur
soal physical distancing atau social distancing, tentu hal ini tidak mudah bagi
calon. Apakah KPU bisa menabrak aturan PSBB apabila suatu daerah yang
menyelenggarakan pilkada ternyata situasi pandemi belum usai? Tidak ada aturan
yang menjelaskan hal ini, dan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 juga tidak
menyinggungnya. Sementara dalam praktik pemilu dan/atau pilkada, diskresi
yang dilakukan oleh KPU akan memunculkan perdebatan karena KPU bisa
dianggap melampui batas kewenangannya dalam mengambil keputusan.
Meskipun situasi pandemi COVID-19 bisa memicu situasi sulit bagi
pengaturan Pilkada 2020, namun pilkada di tengah pandemi ini juga bisa

15
mendorong para calon kepala daerah untuk mengurangi kampanye simbolik dan
mobilisasi massa. Penggunaan aplikasi teknologi di dunia maya akan
menggantikan metode kuno kampanye tatap muka dengan kerumunan massa
dalam jumlah besar. Calon kepala daerah harus mulai terbiasa dengan cara ini.
Pandemi COVID-19 ini bisa dijadikan sebagai momentum kebangkitan kampanye
narasi yang dipenuhi dengan ide dan gagasan yang didialogkan secara santai dan
nyaman.
Para calon perlu mempersiapkan diri untuk melakukan inovasi kampanye
digital. Orientasi calon yang masih terlalu meyakini kampanye dengan cara
tradisional melalui pengumpulan massa, perlu ditinggalkan. Demikian pula cara
berfikir jalan pintas, karena proses elektoral kita di era reformasi, baik pemilu
maupun pilkada masih kurang mengeksplorasi narasi calon sebagai kekuatan
untuk menarik massa.
Konsekuensinya, para calon harus menjual gagasan atau ide. Ada
pertarungan ide-ide besar yang harus ditawarkan kepada para pemilih. Tidak lagi
kampanye model bantuan sosial (bansos) dengan bagi-bagi uang dan sembako,
yang hingga kini menimbulkan polemik apakah termasuk pelanggaran atau tidak
bila bansos ditempeli dengan foto petahana yang menjadi calon. Atau model
kegiatan seperti yang dilakukan calon Bupati Minahasa Utara, Shintia Gelly
Rumumpe yang membagikan bantuan masker, cairan pembersih tangan, stiker,
dan uang Rp 50.000 kepada warga di Desa Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara,
Sulawesi Utara. Masker dan cairan pembersih tangan adalah barang yang paling
dicari warga semasa wabah COVID-19.
Pertanyaannya, apakah pengaturan pertemuan massa pemilih dengan cara
membagikan masker, cairan pembersih tangan, stiker, dan uang akan dilarang oleh
KPU mengingat pasti akan berdampak pada berkumpulnya orang. Selain itu,
apakah mungkin KPU hanya akan membolehkan dialog politik sebagai satu-
satunya kemungkinan calon untuk melakukan kampanye. Problem ini yang tidak
diselesaikan oleh Perppu Nomor 2 Tahun 2020. Alih-alih bisa menjadi landasan
bagi penyelenggara Pilkada Serentak untuk mengambil tindakan-tindakan dalam
situasi darurat, Perppu ini masih jauh dapat dianggap sebagai dasar atau payung
bagi KPU untuk mengambil tindakan dalam situasi yang sulit atau darurat.

16
Dalam konteks pengaturan kampanye, KPU bisa saja mengalami dilema di
tengah situasi PSBB. Hal ini karena adanya “tradisi politik” yang sudah terlanjur
menjadi kebiasaan bahwa calon dalam proses elektoral tidak terlalu penting untuk
menjual gagasan. Perilaku pemilih yang cendrung transaksional menyebabkan
proses kampanye dalam pemilu dan pilkada lebih didominasi oleh kampanye
model lama, mobilisasi massa yang sifatnya pragmatis. Kampanye model lama
lebih mengedepankan politik transaksional di satu sisi dan politik imbalan di sisi
yang lain. Cara transaksional dalam kampanye ini mulai mewabah sejak Pemilu
2004, dan diteruskan hingga saat ini. Akibatnya, calon kepala daerah dihantui
keraguan pilihan berkampanye, apakah cara digital baik melalui media poster atau
media lainnya seperti teleconference di zoom dapat menggantikan pola hubungan
kampanye “NPWP (nomor piro wani piro)”.
Pilkada 2020 di tengah pandemi diharapkan dapat mengubah cara
berkampanye yang tidak lagi simbolik dan tradisional. Para kandidat dan tim
pemenangan calon akan dipaksa lebih kreatif menemukan inovasi baru dalam
melakukan kampanye dialogis melalui perbincangan sosial yang lebih naratif dan
edukatif.

3.1 Solusi dampak dari aspek politik yang terjadi


Disaat beberapa pemerintah berusaha untuk memastikan berjalannya
pemilihan yang adil selama darurat COVID-19, pendekatan
amandemen/perubahan regulasi merupakan salah satu opsi pokok. Namun
beberapa ahli mengumpulkan gagasan yang muncul sebagai tanggapan terhadap
pandemi COVID-19 terkait dengan pemilihan umum, antara lain:
1. Pemerintah harus melakukan kajian mendalam terkait pasal-pasal dalam
peraturan pemilihan yang ada, terutama terkait dengan keadaan darurat. Secara
umum, mayoritas regulasi tersebut mengizinkan pemilihan untuk ditunda atau
dijadwal ulang, atau untuk tempat pemungutan suara dipindahkan. Beberapa
secara eksplisit memberi wewenang kepada penyelenggara pemilu untuk
mengubah tanggal pemilihan. Sebagian besar tidak, namun penyelenggara pemilu
cenderung memiliki otoritas luas dalam keadaan darurat umum yang dapat
mencakup perubahan tanggal.

17
2. Di daerah-daerah dimana seorang pemilih yang absen harus memberikan alasan
sesuai dengan daftar alasan yang dapat diterima. Daftar ini dapat diperluas baik
melalui interpretasi ketentuan yang ada yang memungkinkan pemungutan suara
absen karena alasan kesehatan (karantina, dan lain-lain).
3. Ketika tempat pemungutan suara berlokasi di fasilitas perawatan/karantina,
memindahkannya ke lokasi dengan lebih sedikit orang yang rentan adalah
kebijakan yang masuk akal.
4. Para pekerja pemilihan kemungkinan tidak bersedia untuk melayani para voters
karena risiko kesehatan, yang dapat membuat pemilihan berjalan lebih sulit.
Pemindahan lokasi ke tempat pemungutan suara yang lebih kondusif, dimana
beberapa area pemilihan memberikan suara di lokasi yang sama atau pindah ke
pusat pemungutan suara, di mana setiap pemilih dari yurisdiksi dapat memilih di
tempat pemungutan suara apa pun, biasanya fasilitas yang lebih besar dan dapat
mengurangi jumlah total petugas pemungutan suara yang diperlukan, sehingga
lebih efisien. Di banyak negara, penyandang cacat/kaum disabilitias memiliki opsi
untuk menggunakan pemungutan suara di pinggir jalan/melalui kendaraan; para
pekerja pemungutan suara membawa kartu suara atau tanda suara ke dalam mobil
sehingga pemilih tidak harus masuk ke dalam gedung.
Penundaan pelaksanaan Pilkada 2020 telah diatur dalam Undang-Undang
Pilkada Nomor 1 Tahun 2015; yang menyebutkan:
Pasal 120
(1) Dalam hal sebagian atau seluruh wilayah Pemilihan terjadi kerusuhan,
gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan
sebagian tahapan penyelenggaraan Pemilihan tidak dapat dilaksanakan maka
dilakukan Pemilihan lanjutan.
(2) Pelaksanaan Pemilihan lanjutan dimulai dari tahap penyelenggaraan Pemilihan
yang terhenti.
Pasal 121
(1) Dalam hal di suatu wilayah Pemilihan terjadi bencana alam, kerusuhan,
gangguan keamanan, dan/atau gangguan lainnya yang mengakibatkan
terganggunya seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilihan maka dilakukan
Pemilihan susulan.

18
(2) Pelaksanaan Pemilihan susulan dilakukan untuk seluruh tahapan
penyelenggaraan Pemilihan.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui Surat Keputusan telah menetapkan
beberapa poin penting terkait penundaan tahapan pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, dan/atau wali kota dan wakil wali kota tahun
2020, yaitu:
1. Penjadwalan ulang pelantikan PPS;
2. Pemjadwalan ulang syarat verifikasi Syarat Dukungan Calon Perseorangan;
3. Pembentukan PPDP;
4. Pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih.
Tahapan pilkada memiliki aktifitas yang mengharuskan berkumpulnya
atau terjadinya pertemuan tatap muka antara penyelenggara pemilu dengan
pemilih. Termasuk juga interaksi antar penyelenggara pemilu, maupun
penyelenggara pemilu dengan peserta pilkada. Padahal, interaksi langsung adalah
salah satu langkah yang mesti diminimalisir untuk dilakukan dalam mencegah
penyebarluasan COVID-19.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan KPU dalam pelaksanaan pilkada
sebagai bentuk pencegahan COVID-19, antara lain:
1. Langkah KPU menunda beberapa tahapan pelaksanaan Pilkada 2020 adalah
langkah tepat untuk menanggulangi penyebarluasan COVID-19 sebagai wujud
dari upaya melindungi dan menyelamatkan jiwa manusia yang menjadi prioritas
Pemerintah saat ini;
2. KPU dan Bawaslu diminta patuh sepenuhnya pada Protokol Penanganan
COVID-19 yang dikeluarkan oleh WHO maupun Pemerintah Republik Indonesia.
Serta tidak melakukan pembiaran dan distorsi atas kepatuhan jajarannya pada
kebijakan yang berlaku.
3. KPU dan Bawaslu mesti terus berkoordinasi intensif dengan pemerintah,
khususnya Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, untuk mengetahui
perkembangan terbaru penanganan Covid-19, skala penyebaran, dan korbannya.
Serta menyiapkan instrumen pemantauan pelaksanaan dan kepatuhan jajaran KPU
dan Bawaslu pada kebijakan yang sudah ditetapkan.

19
4. KPU dan Bawaslu penting untuk segera menyiapkan simulasi-simulasi waktu
yang lebih detil dan komprehensif, untuk penyesuaian waktu keberlanjutan
tahapan pelaksanaan Pilkada 2020 secara menyeluruh. Sekaligus memastikan
segala hal tentang Pilkada 2020 berjalan profesional, kredibel, dan berkepastian
hukum. Tentu dampak dari penundaan tahapan pilkada ini harus diikuti
penyesuaian dalam Peraturan KPU terkait Tahapan, Program, dan Jadwal Pilkada
2020.
D. Dampak Pandemi Covid terhadap Aspek Keamanan dan Solusinya
Dampak dari Virus Corona membuat pemerintah melalui Kementerian
Hukum dan Ham mengeluarkan Permenkumham No. 10 tahun 2020 dan
keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 tahun 2020
tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana. Total Napi yang telah
dibebaskan melalui program asimilasi dan Integrasi adalah 38.822 jiwa (sumber:
Ditjen Permasyarakatan Kemenkumham, 20/4/2020) di seluruh Indonesia.
Kebijakan ini malah menimbulkan masalah baru yaitu eks-narapida yang sedang
menjalankan masa asimilasi tersebut kembali melakukan tindak kriminal
ditengah-tengah masyarakat. Per tanggal 21 april 2020 setidaknya ada 27 orang
mantan narapidana yang kembali melakukan kejahatan usai dibebaskan melalui
program asimilasi dari Kemenkumham.
Tindak kejahatan yang dilakukan eks-narapidana ini beragam mulai dari
melakukan (residivis) pencurian dengan kekerasan, begal kendaraan bermotor,
hingga pelecehan seksual. Memang tidak bisa dipungkiri eks-narapidana yang
dibebaskan pada masa pendemi covid-19 ini kesulitan mencari pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tentu saja akan berdampak pada aspek
sosial, ekonomi, serta keamanan masyarakat. Warga masyarakat mulai
mengkhawatirkan keamanan lingkungan dengan dibebaskannya 38 ribu lebih
narapidana ini. Stigma negative masyarakat terhadap eks narapidana yang baru
saja keluar pun menjadi masalah tersendiri bagi para mantan napi. Meningkatnya
jumlah tindak kriminal sejak diterapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) sebesar 11,80 persen secara keseluruhan pada hasil evaluasi minngu ke-
15 dan ke-16 (sumber data: Mabes Polri, jakarta selatan). Walupun meningkatnya
jumlah kriminalitas tidak semuanya berasal dari eks-narapidana, ini membuktikan

20
dampak dari pandemi covid-19 membuat warga masyarakat cendrung akan
melakukan tindak kriminal ketika tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidup
mereka seperti melakukan tiindak kekerasan, pencurian, pembegalan, penipuan,
dan lain sebagainya. Solusinya adalah tetap selalu waspada terhadap tindak
kriminalitias yang meningkat akibat pandemi ini, namun selalu berpikiran positif
dan membuka ruang bagi para eks-narapidana untuk kembali bersosialisasi di
masyarakat. 
Seiring dengan permasalahan tersebut muncul beberapa hal buruk akibat
dampak dari COVID-19 ini yang dapat mengganggu stabilitas keamanan, yakni
diantaranya penyalahgunaan narkoba dan alkohol meningkat dengan alasan
sekadar menghabiskan waktu atau menghibur diri dalam kejenuhan yang belum
bisa dipastikan akan berakhir kapan. Meskipun demikian, munculnya kejahatan-
kejahatan yang baru dan semakin berani dilakukan tanpa memandang akibat
hukumnya seperti pencurian, perampokan bahkan pembunuhan patut diwaspadai.
Dinamika yang terjadi di lapangan tidak boleh luput dari evaluasi berlanjut
untuk dikaji lebih jauh dalam penyesuaian saran tindak berikutnya. Sebuah
mekanisme irama kerja yang hanya dapat dilakukan dari sebuah “war-room” yang
dikendalikan oleh seorang Panglima Perang. Beberapa negara dalam bentuk yang
berbeda-beda terlihat telah memposisikan jalannya pemerintahan dalam format
siaga 1 alias moda yang dikenal sebagai “Combat Readiness”. “Penting untuk
punya strategi “perang” yang tepat di masa ini. Apalagi potensi kerawanan tindak
kejahatan itu selalu ada, itu sebabnya masyarakat penting diedukasi bahwa
tindakan melawan hukum pasti ada sanksinya, baik itu kurungan badan maupun
denda,” kata Valentino A. Sumampow, SH, MH, S.Pd. sebagai
Advokat/Pengacara/Konsultan Hukum di VAS & Associates Law Office.
Menghadapi ancaman COVID-19, tidak ada pilihan lain, semua elemen
masyarakat harus bergotong royong, bersama-sama membentuk situasi dan
kondisi yang mengarah kepada pola standar pertahanan keamanan negara yang
mengacu kepada teknologi dan total defence, yaitu Pertahanan Keamanan Rakyat
Semesta.
Mewabahnya virus corona menjadi ancaman serius bagi Indonesia dari sisi
pertahanan dan keamanan, dimana pemerintah selaku pemegang kendali negara

21
harus mengantisipasi berbagai kemungkinan dan potensi merapuhnya pertahanan
nasional, karena efek berkepanjangan bisa berdampak masif pada ketahanan
ekonomi terutama pangan dan teknologi.
Termasuk dalam upaya memperkuat TNI dalam mengembangkan strategi
atau kemampuan bertahan terhadap kemungkinan ancaman bahkan serangan
senjata apapun (perang CBRNE= Chemical, Biological, Radiological and Nuclear
Defense). Sangat penting mengambil langkah untuk mengantisipasi
perkembangan virus corona dalam jangka panjang yang dapat melemahkan suatu
kemampuan negara. Pemerintah harus merumuskan bagaimana caranya untuk
menghambat penyebaran virus corona berkepanjangan dan tetap memiliki
kekuatan untuk bertahan.
Hal ini sudah dilakukan di Indonesia dengan social distancing/physical
distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun perlu langkah
lain untuk mengantisipasi penyebaran virus selain lockdown yang dilakukan
beberapa negara di dunia yakni menerapkan suatu protokol khusus dengan
mengisolasi wilayah dan memberlakukan darurat militer kebencanaan di seluruh
wilayah yang penularan virusnya sulit ditekan.
Keterlibatan TNI dalam hal ini pun sangat dibutuhkan karena saat ini,
manusia seperti sedang dalam masa peperangan dari musuh yang tidak terlihat
tapi berdampak besar. “Mengapa TNI harus nyatakan perang melawan virus
corona, karena virus corona bukan saja merugikan perekonomian, tetapi yang
paling penting adalah virus ini menyerang rakyat dan dapat membunuh rakyat
yang merupakan komponen kekuatan TNI dalam mempertahankan kedaulatan
negara,” ujar Firman Mustika SH MH selaku Wakil Sekretaris KB FKPPI Sulut.
Jika rakyat banyak yang terpapar virus corona maka kelemahan sudah
dibaca lawan dan tidak ada lagi kekuatan pendukung untuk TNI. Paradigma
perang yang digunakan mulai dari perang massal yakni generasi perang yang
mengadu kekuatan jumlah prajurit dan taktik/teknik bertempur, kemudian perang
teknologi yakni generasi perang yang mengadu kekuatan teknologi persenjataan
yang mengandalkan daya tembak dengan andalan senjata pemusnah massal
(nuklir dan biologis), disamping itu ada juga perang psikologis.

22
Hal itu jika dilihat dari bentuk ancaman berupa ancaman militer dan
ancaman non militer seperti terorisme dan radikalisme, separatisme dan
pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan,
perompakan dan pencurian kekayaan alam, wabah penyakit, serangan siber dan
spionase, serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
Perkembangan perspektif ancaman pada dasarnya dapat dilihat dalam
kerangka perundang-undangan dan doktrin pertahanan di Indonesia. Dalam
kerangka perundang-undangan, potret perkembangan tersebut dapat dilihat pada
UU No. 23 Tahun 2019 tentang pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara (UU PSDN).
Pada Pasal 4 ayat (3) bahkan tidak hanya menyebutkan wabah penyakit, tetapi
juga serangan biologi dan serangan kimia ke dalam beberapa wujud ancaman
terhadap pertahanan negara. Selain UU PSDN, potret serupa juga dapat dilihat
dalam Inpres Nomor 4 Tahun 2019 tentang peningkatan kemampuan dalam
mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi Global, dan
kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia.
Di sisi lain terdapat kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan
situasi pandemi Covid-19 ini untuk melakukan propaganda narasi-narasi
menentang pemerintah. Kelompok tersebut menganggap bahwa ideologinya
adalah jalan dan solusi bagi masalah pendemi Covid-19. Di sisi lain kelompok
tersebut juga melakukan propaganda bahwa kebijakan-kebijakan yang dilakukan
pemerintah bertentangan dengan ajaran yang mereka anut. Propaganda ini untuk
mempengaruhi opini masyarakat sehingga dapat diarahkan untuk melawan
pemerintah.
Kelompok tersebut menggalang massa dari masyarakat yang terkena
dampak covid-19 tapi belum tersentuh perhatian pemerintah. Celah ini
dimanfaatkan oleh kelompok tersebut terutama untuk menyebar kebencian
terhadap pemerintah sekaligus menarik simpati masyarakat yang diposisikan
sebagai sesama kelompok yang menjadi korban. Kelompok lain yang ingin
menciptakan kerusuhan adalah Anarko. Kelompok ini sudah melakukan aksi di
Tangerang beupa vandalisme yang cenderung provokatif.  Tiga pelaku ditangkap
aparat di sebuah kafe di wilayah Kota Tangerang pada Jumat (10/4). Kemudian

23
dua orang lagi ditangkap di Bekasi dan Tigaraksa Tangerang. Kelompok Anarko
ini menentang kapitaisa dan pemerintah. Selain di Tangerang kelompok Anarko
tercatat sebelumnya juga eksis di Bandung, Jogjakarta, Makassar dan
Jabodetabek.
Aktivitas kelompok ekstrim teroris juga meningkat. Dalam beberapa
minggu terakhir terjadi beberapa penangkapan kelompok teroris. Empat orang
jaringan JAD ditangkap di Batang Jawa Tengah  (26-3-2020), kemudian satu
orang di Kemayoran Jakarta Pusat (10/4/2020). Selanjutnya dua orang jaringan
JAD ditangkap di Sidoarjo Jawa Timur (11/4/2020), dan 4 orang jaringan JAD
diamankan di Muna Sulawesi Tenggara (13-4-2020).  
Selain itu, aksi teror terjadi di Poso. Penembakan terhadap anggota Polri
(Briptu Ilham Suhayar)  yang berjaga di Bank Mandiri Syariah Poso (15/4/2020)
dilakukan oleh dua anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso
pimpinan Ali Kalora. Dua pelaku Muis Fahron alias Abdullah dan Ali alias
Darwin Gobel berhasil dikejar dan ditembak mati oleh aparat keamanan.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa ada gerakan dari kelompok
tertentu yang berupaya untuk memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 ini demi
kepentingan kelompoknya. Mereka berusaha menciptakan situasi yang tidak
kondusif sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Tentu
saja hal tersebut tidak boleh terjadi dan harus dicegah.  

4.1 Solusi dari dampak aspek keamanan


Gangguan keamanan termasuk diantaranya konflik sosial, kerusuhan,
penjarahan dan aksi teror harus dicegah dan tidak boleh terjadi, apapun motif dan
alasannya. Situasi darurat covid-19 yang rawan bisa menjadi celah bagi terjadinya
ancaman gangguan keamanan tersebut. Berbagai upaya untuk mencegah
terjadinya hal tersebut harus dilakukan oleh aparat keamanan yang didukung oleh
masyarakat luas.
Ancaman terjadi jika ada niat dari seseorang untuk melakukan tindakan
tersebut. Untuk menurunkan niat tersebut maka aparat keamanan harus bertindak
tegas. Adanya Maklumat Kapolri yang memberikan kewenangan bagi anggota
Polri untuk bertindak tegas harus diimplementasikan. Jika ada pihak-pihak yang

24
mencoba melakukan tindakan yang mengarah kepada gangguan keamanan, maka
anggota Polri tidak perlu ragu untuk mengambil tindakan tegas.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam melakukan pencegahan terjadinya
gangguan keamanan. Di wilayahnya masing-masing masyarakat dapat melakukan
tindakan positif mendukung penanganan Covid-19 sesuai kemampuannya dengan
tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku. Hal-hal seperti bakti
sosial, melakukan donasi, dan mengabarkan berita positif adalah bentuk kontra
narasi dari propaganda negatif dari kelompok tertentu yang mengarah kepada
terjadinya aksi-aksi gangguan keamanan. Masyarakat dapat memastikan
lingkungannya masing-masing supaya tidak ada celah-celah kerawanan yang
dapat menjadi pintu masuk dari ancaman, termasuk pro aktif jika ditemukan
warga sekitarnya yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Situasi darurat yang terjadi karena bencana nasional nonalam saat ini
adalah situasi yang cukup rawan. Jika pemerintah terutama aparat keamanan dapat
bersikap tegas dan masyarakat meningkatkan sikap bela rasa dan bergotong
royong dengan sesamanya maka celah kerawanan tersebut dapat tertutup.
Masyarakat juga harus mampu membendung provokasi dari kelompok-kelompok
tertentu yang ingin menciptakan situasi distopia. Jika semua hal tersebut dapat
dilakukan maka kerusuhan seperti yang terjadi pada 1998 tidak akan terjadi dan
situasi pendami Covid-19 ini dapat dilalui.
Upaya-upaya yang dilakukan TNI menghadapi virus corona ini yakni
berupa strategi mengerahkan seluruh kekuatan medik milik TNI untuk membantu
pemerintah dalam menangani penyebaran virus corona, membantu logistik
medikal untuk operasi pencegahan, mengerahkan kekuatan pengangkutan logistik
medikal dari luar negeri dan sosialisasi COVID-19 ke seluruh pelosok negeri di
wilayah Indonesia oleh Korem, Kodim, sampai dengan tingkat Babinsa.
Keputusan pemerintah dalam membentuk gugus tugas Covid-19 dalam
menanggulangi pandemi Corona merupakan langkah yang tepat. Namun masih
diperlukan sebuah aturan keamanan yang bisa menjadi panduan tiap orang dalam
menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini yaitu perlu ada satu infrastruktur
yang mengikat, ada aturan yang mengikat seluruh komponen bangsa pada level

25
strategis maupun level politis, yaitu lewat satu sistem keamanan nasional yang
dituangkan pada aturan-aturan yang jelas dan bisa dilaksanakan.
Karena pada hakikatnya masalah pandemi COVID-19 ini masalah
keamanan nasional yang memerlukan keterlibatan seluruh komponen bangsa
secara semesta. Oleh karena itu, sistem keamanan nasional yang bersifat holistik
menjadi kebutuhan di masa depan. Mungkin menjadi tidak bijak ketika kita
berada pada situasi seperti ini, kita membahas untuk membuat sistem atau aturan
tentang keamanan nasional. Pihak TNI saat ini telah menyiapkan langkah urgensi
dalam menghadapi kemungkinan terburuk di bidang keamanan imbas pandemi
Corona. TNI telah menyiapkan beberapa langkah urgensi untuk menghadapi
kemungkinan terburuk di bidang keamanan masyarakat. Kita sudah siapkan
pasukan-pasukan kita untuk menghadapi dampak gejolak sosial yang bisa
mengarah ke arah anarkis.
Bagi para pembuat kebijakan, badan intelijen, dan para petugas keamanan,
saat ini prioritas sumber daya mereka lebih dititikberatkan pada upaya pencegahan
seperti pemeriksaan komprehensif apakah individu tertentu sakit atau tidak,
daripada mengalokasikan sumber daya pada pemeriksaan kemungkinan seseorang
melakukan serangan teroris. Perhatian mereka saat ini tertuju pada berapa suhu
badan kita dan apakah kita memiliki gejala sakit tertentu. Sementara itu, badan-
badan intelijen yang mengawasi saluran komunikasi publik mungkin membuat
aturan dan perintah baru. Distribusi pengetahuan intelijen antarnegara juga akan
bergeser fokusnya pada informasi terkini mengenai penyakit-penyakit baru.
Selain itu, teknologi keamanan yang dulunya digunakan untuk memburu
teroris akan diperbantukan untuk mengidentifikasi mereka yang sakit dan melacak
penyebaran penyakit. Praktik serupa sudah mulai terjadi di berbagai negara.
Cina dan Rusia telah mengaplikasikan kamera pengawas CCTV untuk melacak
orang selama pandemi. Peringatan dari pemerintah diserukan ke masyarakat
melalui drone (pesawat tanpa awak) agar selalu mengenakan masker saat ke luar
rumah. Korea Selatan, Singapura, dan Israelturut melacak transaksi kartu kredit,
data lokasi ponsel dan percakapan pengguna, serta rekaman CCTV, untuk
membuat sistem di mana kasus yang dikonfirmasi dapat dilacak dengan segera.

26
Agen intelijen masih akan mengumpulkan informasi dari data ponsel dan
internet. Namun demikian, daftar mencurigakan bukan lagi berfokus tentang
apakah seseorang mencari “cara membuat bom” secara online, tapi juga tentang
apakah mereka mencari informasi terkait penyakit atau obat tertentu. Peningkatan
keamanan yang signifikan juga terdapat di berbagai titik masuk, seperti bandara,
stasiun, dan pelabuhan. Metode yang sama namun untuk tujuan yang berbeda.
Peningkatan keamanan saat ini bertujuan untuk memastikan bahwa orang yang
bepergian ke dalam dan ke luar negeri tidak terinfeksi oleh penyakit apa pun.
Orang-orang mungkin diberhentikan karena mereka “terlihat sakit” dan
diinterogasi tentang sejarah medis mereka.

E. Dampak Pandemi Covid terhadap Aspek Pendidikan dan Solusinya


5.1 Kebijakan Pendidikan Indonesia Masa Pandemi Covid-19
Terkait masa pandemi Covid-19 yang memberikan dampak signifikan bagi
sektor pendidikan Indonesia, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease
(Covid-19). Ada 6 (enam) poin penting yang tertuang di dalam surat edaran
tersebut sehubungan dengan pelaksanaan kebijakan pendidikan yang harus
disikapi oleh kepala sekolah, guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah, yaitu
1) Pelaksanaan Ujian Nasional,
2) Proses Belajar dari Rumah,
3) Ujian Sekolah,
4) Kenaikan Kelas,
5) Penerimaan Peserta Didik Baru
6) Dana Bantuan Operasional Sekolah.
Sejak masa pandemi Covid-19 banyak negara-negara di dunia
memutuskan untuk menutup lembaga pendidikan formalnya seperti sekolah dan
perguruan tinggi. Salah satu tujuannya adalah dalam rangka mengikuti anjuran
pemerintah agar stay at home, social & phisycal distancing (pembatasan jarak
sosial dan pribadi) yang dirancang untuk mengurangi interaksi antara orang-orang

27
dalam komunitas yang lebih luas. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat
mempersempit ruang gerak penyebaran covid-19.
Sebanyak 13 negara termasuk Cina, Italia dan Jepang telah menutup
sekolah-sekolah di seluruh negeri dalam upaya untuk menghentikan penyebaran
virus mirip flu tersebut. Itu mempengaruhi hampir 290 juta siswa, kata UNESCO.
Sebagian besar siswa berasal dari China, tempat wabah itu berasal. Di seluruh
negeri, termasuk wilayah administrasi khusus Hong Kong dan Makau, lebih dari
233 juta siswa tidak sekolah karena virus. Itu diikuti oleh Jepang, yang memiliki
hampir 16,5 juta siswa yang dipindahkan, menurut data UNESCO Institute of
Statistics.
Kebijakan pemerintah dengan adanya SE Mendikbud No 4 tahun 2020
memberikan beberapa perbedaan atau perubahan tentang pelaksanaan pendidikan
di banding tahun-tahun sebelumnya. Diantaranya adalah pelaksanaan ujian
nasional (UN) tahun 2020 ditiadakan. Keikutsertaan UN tidak menjadi
persyaratan kelulusan siswa dan tidak menjadi syarat untuk memasuki kuliah di
perguruan tinggi.
Selanjutnya mengenai tatap muka dalam penyelenggaraan ujian sekolah
tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah dilakukan sebelum terbitnya edaran ini.
Ujian sekolah dapat dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor dan prestasi
yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen jarak
jauh lainnya. Sekolah yang telah melaksanakan ujian sekolah dapat menggunakan
nilai ujian sekolah untuk menentukan kelulusan siswa.
Bagi sekolah yang belum melaksanakan ujian sekolah berlaku ketentuan sebagai
berikut :
1. Kelulusan sekolah dasar (SD)/sederajat ditentukan berdasarkan nilai lima
semester terakhir (kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 semester gasal). Nilai semester
genap kelas 6 dapat digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan.
2. Kelulusan sekolah menengah pertama (SMP)/sederajat dan sekolah menengah
atas (SMA)/sederajat ditentukan berdasarkan nilai lima semester terakhir. Nilai
semester genap kelas 9 dan kelas 12 dapat digunakan sebagai tambahan nilai
kelulusan.

28
3. Kelulusan sekolah menengah kejuruan (SMK)/sederajat ditentukan berdasarkan
nilai rapor, praktik kerja lapangan, portofolio dan nilai praktik selama lima
semester terakhir. Nilai semester genap tahun terakhir dapat digunakan sebagai
tambahan nilai kelulusan.
Terkait belajar dari rumah yang merupakan hal baru dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar siswa maupun mahasiswa. Sekolah-sekolah maupun
kampus di Indonesia banyak yang menerapkan belajar mengajar jarak jauh
melalui online. Mendikbud menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan
(daring)/jarak jauh, dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Pembelajaran secara online
merupakan pembelajaran yang tidak dilakukan dengan tatap muka secara
lamgsung (seperti pembelajaran konvensional pada umumnya) akan tetapi
menggunakan platform atau aplikasi tertentu.
Pada masa pandemi Covid-19, penyelenggara jasa pendidikan menerapkan
sistem pembelajaran online untuk tetap melayani pengguna jasanya.
Penyelenggara jasa pendidikan tetap memiliki tanggungjawab yang besar kepada
para peserta didiknya agar memperoleh pendidikan meskipun dilakukan secara
online. Salah satu penyelenggara jasa pendidikan yakni perguruan tinggi secara
responsif telah mengadaptasi proses pembelajaran pada masa pandemic Covid-19
secara online dengan menggunakan beragam metode yang dinilai berkesesuaian
dengan kultur akademik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Kesemuanya
diorientasikan untuk memenuhi harapan peserta didik agar dapat memuaskan
mahasiswa selaku pengguna jasa.
Pada prinsipnya kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja produk/jasa yang
dihantarkan oleh penyedia produk/jasa dengan harapan pengguna produk/jasa.
Jika kinerja berada di bawah harapan maka timbul rasa tidak puas dan sebaliknya
jika kinerja telah memenuhi harapan maka akan tercipta kepuasan (Kotler dan
Keller, 2012). Kepuasan di bidang jasa salah satunya dipengaruhi oleh seberapa
baik kualitas layanan yang diberikan kepada pengguna jasa (Lovelock, 2014).

29
Guna menciptakan kepuasan mahasiswa selaku pengguna jasa pendidikan
maka sangat penting bagi perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan
dengan layanan yang berkualitas baik di bidang layanan akademik, administrasi,
kemahasiswaan maupun layanan lainnya. Meskipun masa pandemic Covid-19,
maka perguruan tinggi harus terus berusaha mencari formula baru dan melakukan
beragam inovasi agar proses pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang pendidikan dengan
pemelajaran online tentu memiliki tantangan tersendiri bagi penyelenggara
pendidikan maupun siswa bersama keluarganya. Pro dan kontra pendapat atas
kebijakan ini sudah tentu ada, kemudahan dan kesulitan dalam implementasinya
juga memiliki peluang yang sama. Kelebihan dan kekurangan dari kebijakan ini
juga selalu ada. Jika banyak daerah menjalankan belajar online dengan mudah, tidak
demikian halnya dengan daerah-daerah yang tertinggal atau daerah pedalaman yang
belum terjangkau listrik dan belum meratanya pengunaan media elektronik.
Ketiadaan gadget dan ketiadaan aliran listrik, memaksa para guru di wilayah itu harus
bekerja ekstra. Para guru harus mengunjungi ratusan siswa satu per satu, untuk
memberikan pelajaran tatap muka di rumah para siswa. Proses belajar mengajar di
rumah itu dilakukan dengan menjaga jarak, mengenakan masker, dan selalu mencuci
tangan.
Di daerah pedalaman ditemukan bahwa semua siswa tidak punya hp android
apalagi laptop. Jadi, untuk penerapan materi secara online agak sulit dan dirasa semua
sekolah pasti seperti itu juga. Maka, salah satu cara untuk menyikapi masalah atau
mengatasi kesulitan listrik dan ketiadaan gadget, guru tersebut menerapkan
pembelajaran secara manual ke tiap-tiap rumah siswa, sesuai arahan pemerintah agar
semua siswanya tidak ketinggalan materi pembelajaran.
Kalau berkunjung ke rumah siswa juga semua guru harus pakai masker sesuai
dengan arahan dinas. Untuk belajar online tak mungkin. "Jangankan laptop, ponsel
saja ada yang tak punya," Oleh karena itu, agar tak menambah beban para orangtua
siswa, guru di daerah terpencil memilih menyambangi satu per satu rumah siswanya.
Padahal jarak tempuhnya tak dekat. Salah satu orang tua siswa mengaku dalam
kondisi seperti ini, ia berupaya mengontrol dan membimbing anaknya untuk tetap
belajar di rumah.

30
Namun demikian yang paling penting adalah jangan sampai proses belajar
mengajar dan proses pendidikan berhenti total. Jangan sampai mati suri dalam
kondisi apapun. Denyut nadi pendidikan harus selalu hidup, pendidikan harus
tetap menggeliat dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan nasional yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Semua pihak memiliki tanggung jawab untuk
memastikan keberlangsungan dan proses berjalannya pendidikan bagi seluruh
anak bangsa. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya
pemerintah, tetapi juga sekolah (guru), dan keluarga (orang tua). Akhirnya dengan
kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan masa pandemi Covid-19 ini
menciptakan cara baru pelaksanaan pengajaran mulai dari sekolah tingkat dasar
sampai ke perguruan tinggi. Seluruh unsur yang terlibat dalam proses pendidikan
mulai terbiasa melakukan proses pembelajaran daring (dalam jaringan)
menggunakan internet atau belajar online dari jarak jauh.
a. Era Baru Pembelajaran Daring (online)
Kebijakan baru pendidikan nasional kita menghasilkan era baru sistem
belajar baik bagi siswa maupun mahasiswa. Pembelajaran yang selama ini
dominan berada atau berkumpul dalam satu ruang kelas berubah menjadi
pembelajaran yang bisa dilakukan di rumah masing-masing. Anjuran pemerintah
terkait stay at home dan sosial distancing mengakibatkan perubahan pembelajaran
dari tatap muka menjadi online. Mau tidak mau, bisa atau tidak beroperasi dalam
sistem pembelajaran daring, semua unsur terlibat didalamnya harus
menjalankannya. Karena sekali lagi, pendidikan tidak boleh berhenti dalam
kondisi apapun.
Saat pembelajaran daring pendidik dituntut agar dapat meningkatkan
kreativitasnya dalam mengajar. Diperlukan teknik-teknik mengajar yang berbeda
dibandingkan dengan tatap muka, sehingga proses pembelajaran tetap menarik
dan menyenangkan para peserta didik. Jangan sampai peserta didik yang terlibat
belajar jarak jauh ini menjadi mudah bosan dan kehabisan aktivitas. Jadi
pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19 ini bisa dimanfaatkan oleh
pendidik sebagai momentum untuk melakukan transformasi dari yang sebelumnya
kurang akrab dengan teknologi menjadi lebih akrab lagi. Teknologi yang
digunakan dengan basis internet dan teknologi multimedia dalam pembelajaran

31
dapat menjadi alternatif dari pelaksanaan dalam kelas/ruangan yang sering
dilakukan.
Pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan
perangkat-perangkat mobile seperti telepon pintar, tablet dan laptop yang dapat
digunakan untuk mengakses informasi dimana saja dan kapan saja. Penggunaan
teknologi mobile memiliki kontribusi besar di dunia pendidikan, termasuk di
dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh. Berbagai media juga
dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara online.
Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo,
dan Schoology, serta aplikasi pesan instan seperti WhatsApp. Pembelajaran secara
online bahkan dapat dilakukan melalui media sosial seperti Facebook dan
Instagram. Tanpa peristiwa Covid-19, pembelajaran secara daring telah menjadi
tuntutan dunia pendidikan sejak beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi, memang
pendidikan online tengah diusung untuk menjadi arus utama pada tahun 2025.
Banyak aplikasi pembelajaran online yang bisa diterapkan dalam dunia
pendidikan akhir-akhir ini. Menurut pendapat Molinda (2005), pembelajaran
online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-
ROOM (secara langsung dan tidak langsung). Pembelajaran online
menghubungkan pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan
namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara
langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous).
Kelas Virtual Menggunakan Layanan Google Classroom
Salah satu aplikasi gratis dan familiar diterapkan adalah aplikasi Google
Classroom yang merupakan salah satu produk dari google. Google classroom
merupakan pembelajaran blended untuk memudahkan dunia para pendidik, dalam
merancang, membagikan, dan mengelompokkan materi, penugasan/instruksi,
angket tanpa kertas (paperless). Pembelajaran online yang diterapkan dengan
menggunakan media goggle calssroom memungkinkan pengajar dan peserta didik
dapat melangsungkan pembelajaran tanpa melalui tatap muka di kelas dengan

32
pemberian materi pembelajaran (berupa slide power point, e-book, video
pembelajaran, tugas (mandiri atau kelompok), sekaligus penilaian.
Pengajar dan peserta didik dalam aplikasi ini dimungkinkan untuk
berinteraksi melalui forum diskusi (stream) terkait dengan permasalahan materi
dan jalannya pembelajaran secara interaktif. Bahkan di akhir-akhir ini pada
aplikasi Google Classroom sudah include di dalamnya Google Meet yang
memungkinkan untuk melakukan video teleconference. Google classroom
memiliki beberapa keunggulan antara lain: proses setting yang cepat dan nyaman,
hemat waktu, dapat meningkatkan kerjasama dan komunikasi, penyimpanan data
terpusat, dan berbagi sumber dengan cepat. Google Classroom juga, merupakan
layanan online gratis untuk sekolah, lembaga non-profit, dan siapa pun yang
memiliki akun google.
Kelas Virtual Menggunakan Aplikasi WhatsApp
Penggunaan aplikasi WhatsApp dalam pendidikan sejak satu dekade
terakhir sangat berperan sekali khususnya pendidikan m-learning. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan WhatsApp di kelas telah
meningkatkan motivasi siswa pendidikan tinggi. Teknik WhatsApp diakui dapat
menghasilkan efek signifikan pada keterampilan siswa pendidikan tinggi, dan
ternyata penggunaan mediasi WhatsApp terbukti efektif. Persepsi peserta tentang
penggunaan WhatsApp dalam pembelajaran menunjukkan bahwa umumnya
peserta memiliki sikap positif. Sebagian besar peserta menyukai mobile learning
(m-learning) melalui WhatsApp, di mana ada penerimaan metodologi m-learning
oleh mahasiswa, dan sikap positif terhadap m-learning di kalangan mahasiswa
sangat menjanjikan untuk perubahan paradigma dari e-learning ke m-learning.
5.2 Dampak Pembelajaran Daring/Online
Perubahan proses pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran
daring/online tentu saja membawa dampak pada proses pembelajaran tersebut.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Keterbatasan penguasaan teknologi informasi oleh guru dan siswa seperti
kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi,
ini bisa dilihat dari guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an. Kendala
teknologi informasi membatasi mereka dalam menggunakan media daring.

33
Begitu juga dengan siswa yang kondisinya hampir sama dengan guru-guru
yang dimaksud dengan pemahaman penggunaan teknologi. Sehingga
seharusnya terlebih dahulu diperlukan proses pelatihan untuk para guru-
guru dalam peningkatan kapasitas mengajar berbasis media online
tersebut.
2. Dimensi laptop dan telepon pintar yang ergonomis memberikan jaminan
mobilitas yang memungkinkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan
dari mana saja. Fitur penyimpanan yang ditawarkan oleh laptop dan
telepon pintar juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menyimpan
bahan ajar yang diberikan oleh dosen sehingga mereka dapat mengakses
ulang bahan ajar tersebut sewaktu-waktu.
3. Kendala juga dialami peserta didik berupa kurangnya sarana dan
prasarana. Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Fasilitas sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran tidak boleh terhambat. Keterbatasan
sarana dan prasarana tentunya akan berdampak pula terhadap proses
transfer pengetahuan. Dampak dari kebijakan bekerja dari rumah membuat
banyaknya tenaga pendidik yang sedari awal bertatap muka langsung
menyebabkan ketersediaan perangkat online tidak memadai. Sehingga
seharusnya persiapan perangkat seperti laptop, jaringan, handphone harus
dipersiapkan agar proses pemberian materi menjadi lebih baik.
4. Orang tua peserta didik mengalami kendala dalam hal penambahan biaya
kebutuhan rumah tangga. Karena belajar di rumah menggunakan internet
akan memerlukan tambahan biaya kuota internet. Kalau masa belajar dari
rumah ini berjalan cukup panjang, maka akan semakin menambah beban
biaya hidup rumah tangga.
5. Akses Internet yang terbatas karena jaringan internet yang benar-benar
masih belum merata di pelosok negeri. Tidak semua lembaga pendidikan
baik Sekolah dasar maupun sekolah menengah dapat menikmati internet.
Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum mampu mengkover
media daring.
6. Kurang siapnya penyediaan anggaran karena biaya juga sesuatu yang
menghambat karena, aspek kesejahteraan pendidik dan peserta didik masih

34
jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk
memenuhi kebutuhan media daring, maka jelas mereka tidak sanggup
membayarnya. Ada dilema dalam pemanfaatan media daring, ketika
menteri pendidikan memberikan semangat produktivitas harus melaju,
namun disisi lain kecakapan dan kemampuan finansial guru dan siswa
belum melaju ke arah yang sama. Negara pun belum hadir secara
menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan biaya yang dimaksud.
7. Proses pembalajaran yang selama ini dilakukan sebelum pandemi tentunya
membuat guru sangat minim dalam pembelajaran secara online. Hal tersebut
akan berdampak pada proses penyampaian materi juga penyampaian
pemahaman kepada peserta didik, yang berakibat pada tidak efektifnya
pembelajaran. Guru yang dari awal melakukan proses tatap muka justru
kemudian dipaksa untuk memberikan pelajaran melalui perangkat internet.
Sehingga bisa saja berdampak pada kejenuhan ataupun kebosanan guru
sehingga malas untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didiknya.
Itulah yang menjadi hambatan pada guru terkait pembelajaran yang
diinstruksikan oleh kebijakan menteri pendidikan tersebut. Bisa saja, seiring
dengan proses adaptasi hambatan-hambatan tersebut bisa diminimalisir,
namun dampak-dampak yang telah ditimbulkan akibat pandemic dengan
kebijakan seperti itu disisi lain telah berpengaruh besar terhadap proses
pembelajaran siswa.
8. Dampak yang dirasakan oleh para orang tua peserta didik. Dimulai dari
dampak adanya biaya tambahaan untuk menyediakan fasilitas, baik itu berupa
perangkat keras semisal komputer maupun handphone atau perangkat
pendukung jaringan internet berupa paket kuota. Dengan begitu, maka secara
otomatis beban pengeluaran keluarga pun akan bertambah. Selanjutnya adalah
para orang tua dipaksa beradaptasi dan melakukan pendampingan
pembelajaran anak-anaknya, sehingga mereka harus meluangkan waktu
ketika anak-anak tersebut belajar secara online, sehingga aktivitas sehari-hari
ataupun pekerjaan akan terdampak pula. Namun, dibalik itu terdapat kendala
lain yang ditemukan yakni kemampuan orang tua untuk memberikan fasilitas
pendidikan online, mereka yang hanya berprofesi petani dan tidak melek
teknologi tentunya akan merasa kesulitan dalam pendampingan peserta didik.

35
5.3 Kerugian Siswa pada Proses Penilaian
Ada kerugian mendasar bagi murid ketika terjadi penutupan sekolah
ataupun kampus. Banyak ujian yang mestinya dilakukan oleh murid pada kondisi
normal, sekarang dengan mendadak karena dampak covid-19, maka ujian
dibatalkan ataupun ditunda. Penilaian internal bagi sekolah barangkali dianggap
kurang urgent tetapi bagi keluarga murid informasi penilaian sangat penting. Ada
yang menganggap hilangnya informasi penilaian murid sangatlah berarti bagi
keberlangsungan masa depan murid. Misalkan saja target-target skill maupun
keahlian tertentu murid yang mestinya tahun ini mendapatkan penilaian sehingga
berdampak treatment untuk tahun yang akan datang, maka pupus sudah bagi
murid yang telah mampu menguasai banyak keterampilan di tahun ini tetapi tidak
memperoleh penilaian yang semestinya.
Kasus lain untuk mahasiswa di perguruan tinggi. Banyak perguruan tinggi
di luar negeri mengganti ujian tradisional dengan alat bantu online. Ini adalah
kondisi baru untuk dosen dan mahasiswa. Penilaian bagi mahasiswa bisa saja
memiliki kesalahan pengukuran, tidak seperti pengukuran seperti biasa dilakukan.
Penelitian di negara-negara Eropa bahwa pengusaha menggunakan penilaian yang
berbeda yaitu dengan cara kredensial pendidikan seperti halnya klasifikasi gelar
dan rata-rata nilai untuk menyeleksi pelamar dari kalangan alumni perguruan
tinggi. Sehingga mempengaruhi bagaimana pelamar baru dari alumni perguruan
tinggi dapat kecocokan di pasar kerja dan diterima sesuai dengan upah yang
diharapkan. Begitu juga di Indonesia belum ada satu perusahaan yang
mengumumkan bagaimana lulusan baru universitas dapat mengikuti seleksi di
pasar kerja. Namun demikian pemerintah Indonesia menawarkan kartu pra kerja
untuk melatih kembali kemahiran lulusan perguruan tinggi dalam mempersiapkan
lulusan universitas untuk bekerja di masa datang pasca Covid-19.
5.4 Dampak pada Lulusan Sekolah
Lulusan universitas ataupun pendidikan menengah yang mencari pekerjaan
tahun ini mengalami gangguan yang hebat karena pandemi Covid-19. Para
mahasiswa maupun siswa yang tahun ini lulus mengalami gangguan pengajaran di
bagian akhir studi mereka. Dampak langsung yang dialami oleh mereka adalah
gangguan utama dalam penilaian akhir yang mestinya mereka dapatkan. Namun

36
dengan kondisi apapun mereka tetap lulus dalam kondisi resesi global yang
memilukan ini. Kondisi pasar kerja yang cenderung sulit merupakan kendala baru
bagi lulusan. Persaingan dipasar kerja sangat “gaduh” dan berhimpit dengan para
pekerja yang juga sudah mengalami Putus Hubungan Kerja (PHK) dari
perusahaan dimana mereka bekerja.
Adapun jika mereka sebagai lulusan baru Universitas maka mereka mau
tidak mau akan menerima upah lebih rendah dan mereka akan mempunyai efek
dalam persaingan karier. Lulusan universitas yang awalnya memprediksi dirinya
akan mendapatkan pekerjaan dan upah yang memadai akan tetapi kenyataan di
Indonesia disebabkan karena covid-19 mengakibatkan mereka harus berpikir
ulang tentang pendidikan yang ditempuh dan mendapatkan upah yang diharapkan.
5.5 Langkah Strategis dan Solusi bagi dunia Pendidikan Indonesia selama
Pandemi Covid 19
Dalam penanganan dampak Covid-19 pada dunia pendidikan, seluruh
steakholders harus bahu membahu berbuat. Kondisi ini tidak boleh terlepas
pandang dari kebijakan pemerintah dan pelaksanaannya operasionalisasi di
lapangan. Adapun hal-hal yang wajib dilakukan oleh semua steakholders
pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah
Peran pemerintah sangat penting dan fundamental. Alokasi anggaran yang
sudah diputuskan oleh Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang refocussing
kegiatan, relokasi anggaran, serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka
percepatan penanganan Covid-19 harus segera dilaksanakan.
2. Orang Tua
Orang tua sebagai pendidik utama di rumah tangga harus menjalankan
fungsinya. Meskipun demikian tetap saja bantuan guru di sekolah perlu hadir door
to door disemua peserta didik. Ini harus membuka cakrawala dan tanggung jawab
orang tua bahwa pendidikan anaknya harus dikembalikan pada effort orang tua
dalam mendidikan mental, sikap dan pengetahuan anak-anaknya.
3. Guru
Langkah pembelajaran daring harus seefektif mungkin. Guru bukan
membebani murid dalam tugas-tugas yang dihantarkan dalam belajar di rumah.

37
Jika perlu guru hadir secara gagasan dalam door to door peserta didik. Guru bukan
hanya memposisikan sebagai pentransfer ilmu, tetapi tetap saja mengutamakan
ingngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
4. Sekolah
Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus bersiaga
memfasilitasi perubahan apapun menyangkut pendidikan siswanya. Pendidikan
tingkah laku harus menjadi pijakan kuat ditengah perkembangan teknologi dan
arus percepatan informasi. Program-program pendidikan yang dilakukan sekolah
harus benar-benar disampaikan kepada murid, terlebih dengan media daring tetap
saja pihak sekolah harus benar-benar memperhatikan etika sebagai lembaga
pendidikan. Penekanan belajar di rumah kepada murid harus benar-benar
mendapat kawalan agar guru-guru yang mengajar melalui media daring tetap
smooth dan cerdas dalam menyampaikan pelajaran-pelajaran yang wajib dipahami
oleh murid.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka perlu dilakukan beberapa
hal penting ke depan dalam memastikan program pembelajaran daring dapat
berjalan lebih baik. Dalam keadaan normal pada masa yang akan datang, maka
pembelajaran daring sebaiknya tetap dijalankan dengan pola pembelajaran
blended tatap muka dan daring. Tinggal diatur porsi masing-masing pola
pembelajaran tersebut. Seluruh civitas akademik mulai dari siswa, mahasiswa,
guru, dosen serta penyelenggara pendidikan yang lainnya sangat penting untuk
terus menambah wawasan dan literasi mengenai pembelajaran daring. Pasca
pandemi Covid-19 ini berakhir nanti, semua pihak berperan dalam pendidikan
daring seperti orang tua serta yang lainnya harus tetap menjalankan fungsi
tersebut. Peserta didik, pendidik, orang tua, dan pemerintah harus terus bersinergi
dan berperan dalam memajukan pendidikan nasional kita. Sehingga cita-cita
pendidikan yang diinginkan bersama dapat tercapai. Pembelajaran daring dinilai
oleh sebagian informan efektif jika diterapkan pada masa pandemi covid-19
karena berkaitan dengan protokol kesehatan. Diperlukan model pembelajaran
daring yang lebih variatif sebagai alternatif yang dapat digunakan dimasa
mendatang agar pembelajaran tetap menarik sehingga tujuan dari pendidikan
secara umum dapat tercapai.

38
Kebijakan belajar di rumah pada institusi pendidikan jelas menyebabkan
gangguan besar, seperti pembelajaran siswa, gangguan dalam penilaian,
pembatalan penilaian, peluang mendapatkan pekerjaan setelah lulus pendidikan,
pembatalan penilaian publik untuk kualifikasi dalam seleksi pekerjaan. Sekolah
memerlukan sumber daya untuk membangun kembali kehilangan dalam
pembelajaran, ketika mereka kembali membuka aktivitas pembelajaran. Rekoveri
untuk pemulihan ini harus dilakukan secara cepat dan tepat dengan pengalokasian
anggaran dari pemerintah untuk pendidikan. Pemangkasan birokrasi pendidikan
harus segera dijalankan untuk menangani dampak Covid-19 ini bagi dunia
pendidikan. Kebijakan penting yang harus dilakukan oleh menteri pendidikan
adalah merekoveri penilaian untuk pembelajaran, bukan menghilangkan,
disebabkan pentingnya faktor penilaian bagi siswa, sehingga kebijakan yang lebih
baik adalah menunda penilaian bukan melewatkan penilaian internal sekolah.
Bagi lulusan baru, kebijakan harus mendukung masuknya para lulusan (fresh
graduet) ke pasar kerja untuk menghindari periode pengangguran yang lebih lama.
Kementerian pendidikan harus berkoordinasi dengan menteri terkait agar
lapangan kerja padat karya kembali dibuka dan disegarkan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Didik Haryadi dan Awan Santosa (Editor), 2020. Covid 19 Dalam
Ragam Tinjauan Perspektif, Yogyakarta: Mridge Press, 511 halaman
Aji, Rizqon Halal Syah, 2020. Dampak Covid 19 Terhadap Pendidikan di
Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran, Jurnal Sosial
dan udaya Syar-i Volume 7 No. 5, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Rosali, Ely Satiyasih, 2020. Aktifitas Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi
Covid 19 di Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi
Tasikmalaya, Tasikmalaya: Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Saleh, Ahmad Muzawir, 2020. Problematika Kebijakan Pendidikan di Tengah
Pandemi dan Dampaknya Terhadap Proses Pembelajaran di Indonesia,
Makasar: UIN Alauddin
Santaria, Rustan dan Mastura, 2020. Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Proses
Pengajaran Bagi Guru Dan Siswa, Luwu: Institut IAIN Palopo

40

Anda mungkin juga menyukai