Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TREND DAN ISU HIV AIDS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah HIV/AIDS
Dosen pengampu : Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Amifta Cindy Laura 2019012163


2. Arin Saqi Aryani 2019012165
3. Dwi Wardatul Hayati 2019012171
4. Eka Widiyaningrum 2019012172
5. Elshahna Prananda 2019012173
6. Hildha Dwi Astuti 2019012176
7. Intan Nur Lailiyah 2019012179
8. Maftukhah Imma Ulya 2019012185

PSIK 3A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA

KUDUS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “TREND DAN ISU HIV AIDS”
secara tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas mata kuliah HIV AIDS oleh
dosen Pengampu Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak sekali hambatan yang disebabkan oleh kurangnya sarana
dan prasarana, serta keterbatasan kami sendiri. Makalah ini dapat terselesaikan karena
beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
terutama kepada:
1. Ilham Setyo Budi, S.Kp., M.Kes. selaku kepala STIKES Cendekia Utama Kudus.
2. Heriyanti Widyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S1 Ilmu Keperawatan
dan Ners STIKES Cendekia Utama Kudus.
3. Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah HIV
AIDS.
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa.
5. Teman-teman seperjuangan, atas perhatiannya semoga kita tetap menjalin serta
menjaga silaturrokhim diantara kita semua, amin.
Kami menyadari bahwasannya banyak sekali kekurangan dan kelemahan dalam
pembuatan makalah ini, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran agar karya
tulis ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca secara sempurna.

Kudus, Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS........................................................................................6
B. Trend dan Isu Mengenai HIV/AIDS..............................................................9
C. Pendapat yang Salah Mengenai Penularan HIV/AIDS..................................10
D. Pencegahan Penularan HIV/AIDS.................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Trend kejadian HIV/AIDS didunia cenderung meningkat setiap tahunnya.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 di dunia didapatkan
36.900.000 orang terinfeksi HIV/AIDS. Di Indonesia menurut Dirjen PP dan PL
Kemenkes RI (2014), ada sekitar 150.285 orang terinfeksi HIV/AIDS. Bila dilihat
keseluruhan provinsi di Indonesia, DKI Jakarta menempati urutan pertama HIV/AIDS
sebanyak 32.782 orang dan provinsi Jambi menempati urutan ke 23 sebanyak 751
orang dan 15,4% berasal dari kota Jambi (Dinkes Kota Jambi, 2014). Jadi di
Indonesia dan dunia memerlukan penanganan HIV/AIDS yang sama sehingga dapat
menekan peningkatan HIV/AIDS.
Berdasarkan kelompok umur, proporsi kasus HIV tertinggi terjadi pada usia
25-49 tahun (68%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (18,1%) dan kelompok umur
50 tahun (6,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko
pada heteroseksual (53%), homoseksual (35%), lain-lain (11%) dan penggunaan
jarum suntik tidak steril pada penasun (1%).
Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987
sampai Desember 2016, kasus HIV/AIDS terkenal di 407 (80%) dari 507 Kabupaten/
Kota di seluruh Provinsi Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya
HIV/AIDS adalah provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi
Sulawesi Barat pada tahun 2012. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 67,9% dan
perempuan 31,5%. Sementara itu 0,6% tidak melaporkan jenis kelamin.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS?
2. Bagaimana trend dan isu mengenai HIV/AIDS?
3. Bagaimana pendapat yang salah mengenai penularan HIV/AIDS?
4. Bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
HIV/AIDS oleh dosen Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai pada makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui bagaimana trend dan isu mengenai HIV/AIDS

4
c. Untuk mengetahui bagaimana pendapat yang salah mengenai penularan
HIV/AIDS
d. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS
Definisi
HIV (Human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyebabkan
Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Infeksi HIV (Human
immunodeficiency virus) dan Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
merupakan suatu spectrum dari penyakit infeksi pada sistem imun yang disebabkan
oleh HIV (Human immunodeficiency virus) sehingga menyebabkan imunodefisiensi
(keadaan dimana komponen sistem imun tidak dapat berfungsi secara normal). Aids
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh
seseorang. Orang dengan HIV/Aids (ODHA) merupakan orang \yang telah terinfeksi
HIV.

Epidemiologi

HIV/Aids pertama kali dijelaskan tahun 1981 dengan ditemukannya infeksi


oportunistik dan limfadenopati pada homoseksual, kemudian pada tahun 1983
berhasil diisolasi penyebabnya, kemudian berkembang pesat sampai saat ini. Lebih
dari 20 juta orang meninggal karena infeksi HIV, dan diperkirakan lebih dari 60 juta
orang terinfeksi HIV. Lebih dari 5 juta infeksi baru ditemukannya tiap tahun, sekitar
800.000 diantaranya adalah anak-anak. Di negara-negara sub-Sahara Afrika
prevalensi wanita hamil menderita HIV sekitar 45%. Diperkirakan orang yang hidup
dengan pasien HIV sekitar 30 juta. HIV/Aids menjadi pembunuh terbesar di dunia.

Di Indonesia, jumlah kasus HIV yang dilaporkan tahun 2005 sebanyak 859,
tahun 2006 sebanyak 7.195, tahun 2007 sebanyak 6.048, tahun 2008 sebanyak 10.362,
tahun 2009 sebanyak 9.793, tahun 2010 sebanyak 21.591, tahun 2011 sebanyak
21.031, tahun 2012 sebanyak 21.511, tahun 2013 sebanyak 29.037, tahun 2014
sebanyak 32.711, tahun 2015 sebanyak 30.935, tahun 2016 sebanyak 41.260, bulan
Januari-Maret 2017 infeksi HIV sebanyak 10.376 orang. Jumlah kumulatif sampai
Maret 2017 adalah 242.699. Tahun 2017, prosentase tertinggi infeksi HIV pada
kelompok 25-49 tahun (69,6%), diikuti 20-14 tahun (17,6%) dan kelompok umur ≥50
tahun (6,7%); rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah 2:1 (Sumber: Sistem
Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]).

AIDS di Indonesia, dilaporkan tahun 2005 sebanyak 5.239, tahun 2006


sebanyak 3.680, tahun 2007 sebanyak 4.828, tahun 2008 sebanyak 5.298, tahun 2009
sebanyak 6.744, tahun 2010 sebanyak 7.470, tahun 2011 sebanyak 8.279, tahun 2012
sebanyak 10.862, tahun 2013 sebanyak 11.741, tahun 2014 sebanyak 7.963, tahun
2015 sebanyak 7.185, tahun 2016 sebanyak 7.491, bulan Januari-Maret 2017

6
sebanyak 673 orang. Jumlah kumulatif AIDS sampai Maret 2017 sebanyak 87.453.
Tahun 2017, prosentase tertinggi umur 30-39 tahun (38,6%), diikuti umur 20-29 tahun
(29,3%), dan kelompok umur 40-49 tahun (16,5%). Rasio laki-laki dibandingkan
perempuan adalah 2:1 (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]).

Mayoritas penularan HIV melalui hubungan seksual, baik heterossekual


maupun homoseksual atau biseksual. Selain itu, juga banyak terjadi penularan
diantara pengguna narkoba suntik (IDUS= intravenous drug users). Virus yang
infeksius dapat ditemukan di darah, semen, dan sekresi cairan vagina atau serviks.
Infeksi menular seksual (IMS) meningkatkan risiko terjadinya infeksi HIV. Penularan
HIV dapat terjadi secara vertikal saat di uterus selama kehamilan, selama persalinan,
maupun saat menyusui. Ibu yang tidak terproteksi kemungkinan menularkan HIV ke
anaknya sekitar 15-25% di Eropa dan 25-40% di Afrika.

Di Indonesia, tahun 2017 ditemukan faktor risiko HIV tertinggi adalah


hubungan seks beresiko pada LSL (laki-laki berhubungan seks denagn laki-laki)
sebanyak 28%, heteroseksual 24%, lain-lain 9%, jarum suntik penasun 2%. Faktor
risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual 67%,
homoseksual 23%, perinatal 25%, dan jarum suntik penasun 2% (Sumber: Sistem
Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]).

Jumlah AIDS menurut pekerjaan/status, tertinggi adalah ibu rumah tangga


sebanyak 12.302, petani/peternak nelayan sebanyak 4.062, buruh kasar sebanyak
3.840, pekerja seks sebanyak 2.963, pegawai negeri sipil sebanyak 2.219, anak
sekolah/mahasiswa sebanyak 2.034 (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS
[SIHA]).

Jumlah AIDS terbanyak adalah Jawa Timur sebanyak 17.014, Papua sebanyak
13.398, DKI Jakarta sebanyak 8.769, Bali sebanyak 6.824, Jawa Tengah sebanyak
6.531, Jawa Barat sebanyak 5.289, Sumatra Utara sebanyak 3.897, Sulawesi Selatan
sebanyak 2.812, Kalimantan Barat sebanyak 2.597, dan NTT sebanyak 1.959
(Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]).

Epidemik HIV merupakan masalah dan tantangan serius terhadap kesehatan di


dunia. Kecenderungan epidemik baik tingkat global maupun regional secara umum
membentuk 3 pola epidemik. (Tabel 1.1)

7
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

HIV merupakan retrovirus human limfotropik, termasuk family lentivirus, yang


ditularkan melalui hubungan seksual, pajanan darah yang terinfeki, dan dari ibu
kepada anaknya selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. HIV-1 merupakan
penyebab umum infeksi HIV secara luas, sedangkan HIV-2 terutama dideteksi di
Afrika Barat.

Tahap interaksi HIV pada sel pejamu (Gambar 1.2):

- Ikatan HIV external envelope glycoprotein gp120 dan gp41 ke reseptor CD4 pada
sel
- Glikoprotein gp120 mengikat koreseptor chemokine receptor 5 (CCRS) atau
CXCR4 tergantung tipe sel pejamu.
- Terjadi fusi antara membrane virus (envelope) dan membran sel
- Terjadi uncoating sehingga kapsid HIV masuk dalam sitoplasma sel
- Enzim reserve trancriptase mengintregrasi materi genetik di dalam genom sel
pejamu dan melakukan kopi RNA virus menjadi DNA virus
- DNA virus masuk nucleus, terjadi splicing DNA virus ke dalam DNA sel T oleh
enzim integrase
- Nukleus sel menggunakan DNA virus sebagai template untuk membuat RNA
membentuk virus baru
- Materi genetik virus kemudian ditranskipsikan menjadi partikel virus baru yang
dipotong-potong oleh enzim protease dan keluar dari sel yang terinfeksi dan
menginfeksi sel yang lain
HIV menginfeksi limfoit T CD4⁺ sehingga menyebabkan imunosupresi. Selain
limfosit T CD4⁺, limfosit B, monosit, makrofag, dan sel-sel yang mengekspresikan
reseptor CD4 dan koreseptor tersebut dapat terinfeksi HIV.

8
B. Tren dan Isu Mengenai HIV/AIDS
Tren penularan HIV/AIDS beralih yaitu dari pecandu narkoba menjadi perilaku
heteroseksual. Dari perilaku heteroseksual tersebut, jumlah laki-laki positif
HIV/AIDS lebih tinggi ketimbang wanita, dengan usia dominan yaitu  20-29 tahun.
Koordinator Bidang Ilmiah Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS IV, Yanri Subrongto
mengatakan tren penularan berubah karena berbagai faktor, dari faktor heterokseksual
sendiri, yaitu tentang Pekerja Seks Komersial (PSK). Ini disebabkan karena “PSK
bisa pergi ke mana-mana tanpa dibatasi aturan, dan bisa saja membawa virus. Hal
inilah yang memicu peningkatan kasus HIV/AIDS," paparnya dalam Konferensi Pers
Pertemuan Nasional AIDS IV di Yogyakarta, Rabu (21/9). Data yang ada juga
memberi informasi bahwa kelompok heteroseksual menjadi kelompok paling rentan
atas kasus AIDS di Indonesia. Selama periode 1987-2016, tercatat ada 58.846 kasus
dari kelompok heteroseksual. Kelompok kedua yang berisiko tinggi adalah IDU
(Injecting Drug User) yang mencapai 9.080 kasus. Sayangnya, ada lebih dari 11 ribu
kasus yang belum diketahui risiko penyebab kasusnya.
Kelompok heteroseksual masih menjadi kelompok utama sebagai kelompok yang
paling riskan dari kasus AIDS. Sekalipun telah menunjukkan tren yang menurun
setelah 2013, angkanya masih cukup tinggi. Pada 2010, tercatat jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan karena hubungan heteroseksual sebanyak 4.715. Jumlah ini
meningkat menjadi 5.545 pada 2016. Perilaku seksual sebagai faktor risiko terbesar
dalam paparan HIV-AIDS menegaskan kembali soal problema promikuitas, atau
hubungan seksual antara sejumlah pria dan wanita tanpa ada aturan yang mengikat.

9
Seks dengan lebih dari satu pasangan, tanpa pelindung, meningkatkan risiko HIV-
AIDS. Sampai saat ini masih banyak informasi hoax yang beredar mengenai
penularan HIV-AIDS. Hal ini berimbas pada sikap masyarakat terhadap orang dengan
HIV-AIDS (ODHA). Ya, stigma terhadap ODHA pun menjadi negatif. Nyatanya,
penularan HIV-AIDS tidak semudah dari memakai pakaian yang sama atau berbagi
makanan dengan ODHA, seperti yang ramai beredar dalam pesan berantai.
Menurut dr Teguh Karyadi, SpPD, KAI, dari RS Cipto Mangunkusumo, perlu
kedekatan yang luar biasa antara seorang pengidap dengan orang lain agar bisa
terinfeksi karena hanya paparan cairan tubuh seperti darah dan cairan kelamin saja
yang bisa menularkan virus. “Penularan HIV itu tidak mudah. Harus betul-betul yang
terpercik cairan tubuh atau karena sesuatu invasif karena perilaku kita sendiri,” papar
dr Teguh kepada detik Health beberapa waktu lalu.

C. Pendapat yang Salah Mengenai Penularan HIV/AIDS


Berikut beberapa tanggapan/mitos yang sering beredar di masyarakat mengenai
penularan HIV :
1. HIV sama dengan AIDS
Fakta : HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS adalah dua hal yang
berbeda. HIV adalah nama virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh sementara AIDS adalah tahap akhir dan kelanjutan dari infeksi HIV jangka
panjang setelah sistem imun tubuh akhirnya rusak. AIDS adalah penyakit kronis
dengan sekumpulan gejala yang terkait dengan penurunan daya tahan tubuh,
membuat pengidapnya sangat berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan lain
yang lebih serius. Tidak semua orang yang positif HIV otomatis juga terjangkit
AIDS. Pengobatan HIV yang tepat guna bisa memperlambat atau menghentikan
perkembangan virus HIV, yang pada akhirnya turut mencegah risiko AIDS.
2. HIV/AIDS penyakitnya gay dan pemakai narkoba
Fakta : Pria gay dan orang-orang penasun (pengguna narkotika suntik)
memang termasuk golongan orang yang paling rentan terkena HIV/AIDS.
Hubungan intim sesama jenis lewat seks anal dan penggunaan jarum suntik
narkoba bergantian memang menjadi penyebab HIV yang paling umum. Akan
tetapi, seks vaginal (penetrasi penis-vagina) tanpa kondom menjadi cara
penularan HIV dengan angka kejadian yang cenderung tinggi. Seks oral juga
tergolong sebagai faktor risiko penularan infeksi HIV. Mengutip laporan teranyar
dari Kemenkes, trend infeksi HIV selama 2010-2017 terus dominan terjadi pada
golongan heteroseksual. Infodatin AIDS juga menunjukkan bahwa penderita
HIV/AIDS di Indonesia paling banyak justru berasal dari kelompok ibu rumah
tangga dan pekerja (baik kantoran, wirausaha, maupun tenaga medis). Meski
begitu, seks anal tetap memiliki risiko infeksi HIV paling tinggi di antara metode
seksual lainnya.
3. Saya bisa tertular HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA

10
Fakta : Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV dan AIDS tidak
disebarkan melalui sentuhan kulit (seperti dari bersalaman, berpelukan, atau tidur
malam di atas ranjang yang sama), air mata, keringat, atau pertukaran air liur
seperti saat berciuman.
Anda tidak akan tertular HIV saat :
- Berada di satu ruangan dan menghirup udara yang sama dengan ODHA
- Menyentuh barang-barang yang telah disentuh oleh ODHA
- Meminum dari gelas yang telah digunakan oleh ODHA
- Memeluk, mencium, atau berjabat tangan dengan ODHA
- Berbagi peralatan makan dengan ODHA
- Menggunakan peralatan gym bersama-sama dengan ODHA

HIV hanya bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tertentu yang
mengandung konsentrasi tinggi dari antibodi HIV, seperti darah, sumsum tulang
belakang, air mani, cairan vagina dan anus, serta ASI. HIV ditularkan ketika salah
satu cairan dari orang yang positif HIV) masuk melalui selaput lendir, luka
terbuka, atau goresan di kulit orang yang tidak terinfeksi HIV. Organisasi
HIV/AIDS asal Inggris, AVERT, mengatakan, ciuman mulut tertutup bukan
ancaman besar. Tetapi, ciuman dengan mulut terbuka bisa menjadi faktor risiko
jika ada darah yang terlibat, seperti luka gigit, gusi berdarah, atau sariawan di
mulut. Lebih lanjut, Centers for Disease Control and Prevention US (CDC)
menilai cairan tubuh lainnya, termasuk air liur, hanya memiliki sangat sedikit
residu antibodi HIV sehingga risiko infeksi tergolong sangat rendah.

4. HIV dan AIDS dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk


Fakta : HIV memang ditularkan melalui darah, namun sampai detik ini tidak
ada bukti medis yang dapat menunjukkan bahwa gigitan nyamuk bisa jadi
perantara penyebaran virus HIV bahkan di tempat yang rawan HIV dan banyak
nyamuknya. Saat nyamuk berpindah lokasi gigit, mereka tidak akan mengalirkan
darah milik orang sebelumnya kepada ‘mangsa’ selanjutnya. Selain itu, umur
virus HIV dalam serangga juga tidak akan bertahan lama.
5. HIV dan AIDS adalah hukuman mati
Fakta : Pada tahun-tahun awal penyakit ini ditemukan, angka kematian akibat
HIV/AIDS sangat tinggi. Selama masa epidemi dulu orang ODHA juga hanya
dapat bertahan hidup sekitar 3 tahun. Begitu Anda terjangkit penyakit
oportunistik yang berbahaya, harapan hidup tanpa pengobatan turun hingga
sekitar 1 tahun. Namun sejak perkembangan sains modern, obat retroviral
memungkinkan para ODHA untuk hidup lebih panjang umur, serta dapat
beraktivitas normal dan tetap produktif.
6. HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan
Fakta : Sampai saat ini, belum ada obat penawar HIV AIDS. Pengobatan
antiretroviral yang tersedia hanya bisa membantu menekan perkembangan
penyakitnya, mencegah risiko penularan, dan mengurangi risiko kematian akibat
komplikasi HIV/AIDS secara drastis. Obat HIV dapat membantu anda hidup

11
lebih sehat dan normal. Namun untuk bisa mencapai semua target ini, obat
retroviral harus tetap diminum rutin seumur hidup. Jika anda terus-terusan lupa
minum obat  HIV, virus akan menjadi kebal obat sehingga bisa menimbulkan
berbagai efek samping parah di kemudian hari.
7. Selama minum obat, saya tidak akan menularkan penyakit
Fakta : Diminum rutin, obat retroviral dapat membantu mengendalikan gejala
penyakitnya tapi Anda tetap berisiko menularkan virus HIV pada orang lain
apabila tidak berhati-hati. Pasalnya, obat hanya akan menekan kadar jumlah viral
load HIV dalam darah sehingga terlihat normal pada tiap uji tes darah. Penelitian
menunjukkan bahwa bagaimanapun juga darah atau cairan tubuh yang hanya
sedikit mengandung virus HIV tetap berisiko menularkan penyakit.
8. Saya dan pasangan sama-sama ODHA, jadi tidak perlu seks aman
Fakta : Meski Anda dan pasangan sama-sama positif HIV/AIDS, tetap penting
untuk selalu melakukan seks aman untuk mencegah risiko infeksi pingpong dan
khususnya penyebaran virus HIV yang kebal obat. Seks pakai kondom tetap
berlaku pada pasangan sesama ODHA karena dua orang yang positif HIV bisa
memiliki genetik virus yang berbeda. Jika keduanya terlibat dalam seks tanpa
kondom, masing-masing virus dapat menginfeksi satu sama lain dan berevolusi
untuk menyerang tubuh dengan dua tipe virus yang berbeda. Hal ini akan
semakin memperparah penyakit masing-masing pihak dan mungkin akan
membutuhkan perubahan terapi dan dosis obatnya.
9. Tanda dan gejala HIV dapat langsung muncul
Fakta : Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun
selama bertahun-tahun. Gejala awal HIV bahkan bisa muncul 10 tahun setelah
infeksi pertama, dan dapat berupa gejala mirip flu biasa. Satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah Anda atau pasangan Anda HIV positif adalah dengan tes
HIV.
10. Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya
Fakta : Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus.
Ibu hamil positif HIV yang tidak menjalani perawatan memiliki peluang
penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima
pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang
risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2%.

D. Pencegahan Penularan HIV/AIDS


HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa dicegah. Berikut ini cara mencegah
penularan pencegahan HIV AIDS agar tak menularkan ke orang lain. Pencegahan
HIV AIDS tak hanya perlu diterapkan untuk diri sendiri. Agar orang lain tidak ikut
terinfeksi virus ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1. Memahami risiko diri
Dalam menerapkan pencegahan HIV AIDS, kita harus mengetahui dengan jelas
posisi kita apakah berisiko atau tidak. Misalnya, Anda harus menerima informasi

12
tentang HIV dan AIDS dari sumber terpercaya, mengetahui rute penularan, dan
memahami jenis aktivitas yang berisiko menularkan virus tersebut. Penting untuk
diketahui bahwa HIV bisa menular melalui cairan tubuh, seperti air mani, cairan
vagina, darah, dan ASI. Sementara itu, rute penularan yang utama termasuk
berhubungan seks, menggunakan jarum suntik bersama, hingga menyusui.
2. Gunakan kondom
Hubungan seksual merupakan salah satu rute penularan HIV yang utama. Sejauh
ini, penggunaan kondom masih menjadi salah satu metode pencegahan HIV
AIDS yang bisa diandalkan, di samping juga mencegah kehamilan daninfeksi
menular seksual (IMS) lainnya. Bahkan, dilansir dari situs resmi World Health
Organization, menggunakan kondom lateks dapat memberikan perlindungan dari
HIV dan penyakit IMS lain hingga 80%. Mencegah IMS lain amatlah penting
dalam untuk menurunkan risiko HIV/AIDS. Sebab, IMS lain sering
‘mempercepat’ penularan HIV karena dapat merusak jaringan anus dan vagina.
3. Jauhi narkoba dan minuman keras
HIV dan AIDS tak hanya menular lewat berhubungan seks saja. Banyak pasien
juga tertular virus ini karena penggunaan narkoba jarum suntik. Menurut laporan
Kementerian Kesehatan RI Triwulan II tahun 2019, persentase positif HIV dari
pengguna narkoba suntik mencapai 8,2% dari total kasus di Indonesia. Narkoba
dalam bentuk apa pun dapat berbahaya untuk tubuh. Terlebih jika Anda sedang
ada di dalam keadaan tidak sadar akibat minuman keras. Risikonya pun tentu tak
hanya HIV saja, melainkan juga beragam penyakit hingga kematian.
4. Konsumsi obat jika baru terpapar HIV
Apabila Anda yakin bahwa baru saja terpapar HIV, seperti setelah berhubungan
seks yang tidak aman, Anda bisa segera menemui dokter untuk mendapatkan obat
pencegahan infeksi. Konsumsi obat ini setelah terpapar disebut dengan post-
exposure prophylaxis (PEP). Dokter mungkin akan memberikan obat
antiretroviral tenofovir dan emtricitabine yang dikonsumsi selama 28 hari.
Konsumsi obat setelah terpapar dilaporkan dapat menurunkan risiko infeksi HIV
hingga 81%, apabila diminum dalam setidaknya 72 jam pasca paparan.
5. Konsumsi obat PrEP
Pre-exposure prophylaxis (PrEP) merupakan langkah pencegahan HIV AIDS di
mana seseorang mengonsumsi obat antiretroviral harian. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai
konsumsi PrEP jika Anda merupakan bagian dari populasi yang berisiko tinggi.
6. Menjalani sirkumsisi atau sunat
Beberapa laporan menyebutkan bahwa sunat atau sirkumsisi dapat menurunkan
risiko seorang pria untuk tertular HIV hingga 60%. Diskusikan dengan dokter
untuk mengetahui apakah Anda bisa menjalani sunat.
7. Menggunakan jarum steril
Jika Anda melakukan injeksi obat, tatto, atau tindik, gunakanlah jarum yang steril
dan tidak digunakan bersama. Hal ini akan membantu mencegah penularan HIV.
8. Tes secara berkala

13
Apabila Anda merupakan bagian dari kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi
HIV, tes secara berkala sangat disarankan. Apabila Anda dinyatakan positif HIV,
Anda akan diberikan obat antiretroviral (ARV) seumur hidup agar virus di dalam
tubuh bisa melemah dan menurunkan risiko infeksi oportunistik. Selain itu,
dengan mengetahui status masing-masing, Anda membantu orang lain agar tak
terpapar virus ini, termasuk menurunkan risiko penularan ibu hamil dan ibu
menyusui pada bayinya.
9. Rutin minum ARV
Obat ARV yang dikonsumsi pengidap HIV bisa melemahkan virus di dalam
tubuhnya. Tak sampai di situ, konsumsi obat ini dengan rutin bisa membantu agar
status pasien menjadi tidak terdeteksi atau “undetectable”. Pasien yang positif
HIV namun tidak terdeteksi dilaporkan tidak akan menularkan virus tersebut ke
orang lain – asal ARV dikonsumsi dengan rutin seumur hidup.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV (Human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyebabkan
Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Infeksi HIV dan Aids merupakan
suatu spectrum dari penyakit infeksi pada sistem imun yang disebabkan oleh HIV
sehingga menyebabkan imunodefisiensi (keadaan dimana komponen sistem imun
tidak dapat berfungsi secara normal). Aids adalah suatu kumpulan gejala
berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV
dalam tubuh seseorang. Mayoritas penularan HIV melalui hubungan seksual, baik
heterossekual maupun homoseksual atau biseksual. Selain itu, juga banyak terjadi
penularan diantara pengguna narkoba suntik. Virus yang infeksius dapat ditemukan di
darah, semen, dan sekresi cairan vagina atau serviks. Infeksi menular seksual (IMS)
meningkatkan risiko terjadinya infeksi HIV. Penularan HIV dapat terjadi secara
vertikal saat di uterus selama kehamilan, selama persalinan, maupun saat menyusui.
Ibu yang tidak terproteksi kemungkinan menularkan HIV ke anaknya sekitar 15-
25%.Pendapat yang Salah Mengenai Penularan HIV bahwa HIV sama dengan AIDS,
HIV/AIDS penyakitnya gay dan pemakai narkoba, saya bisa tertular HIV jika tinggal
bersama atau bergaul dengan ODHA, HIV dan AIDS dapat ditularkan lewat gigitan
nyamuk, HIV dan AIDS adalah hukuman mati, HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan,
selama minum obat, saya tidak akan menularkan penyakit, saya dan pasangan sama-
sama ODHA, jadi tidak perlu seks aman, tanda dan gejala HIV dapat langsung
muncul, dan ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada
janinnya.Meskipun HIV/Aids belum ditemukan obatnya namun HIV/Aids dapat
dicegah penularannya agar tidak menularkan ke orang lain. Pencegahan hanya perlu
dilakukan oleh diri sendiri agar orang lain tidak tertular, seperti dapat memahami
resiko diri, menggunakan kondom saat berhubungan intim, menjauhi narkoba dan
minuman keras, mengonsumsi obat jika baru tertular HIV, mengonsumsi obat PrEP,
menjalani sirkumsisi atau sunat, menggunakan jarum steril, tes secara berkala, dan
rutin minum ARV.

B. Saran
Penyakit HIV/AIDS termasuk salah satu penyakit akut yang sangat berbahaya
dan mudah menular. Oleh karena itu penyakit menular seperti HIV/AIDS masyarakat
perlu memahami resiko penderita HIV/AIDS dan mencegahnya sejak dini. Jika pun
sudah tertular segera periksakan ke layanan kesehatan terdekat agar tidak semakin

15
parah. Meskipun penyakit HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan paling tidak penderita
tidak merasakan sakit atau nyeri dan penderita masih memiliki harapan dan semangat
hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Arif. 2020. Pencegahan HIV/AIDS Tak Boleh Disepelekan, Ini Langkahnaya.
https://www.sehatq.com/artikel/pencegahan-hiv-aids-yang-krusial-untuk-
diterapkan, diakses pada 6 Desember 2020.

Hidayati, Afif Nurul, dkk (editor). Manifestasi dan Tatalaksana Kelainan Kulit dan Kelamin
pada Pasien HIV/AIDS. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hlm: 3-7).
Diakses pada tanggal 4 Desember 2020 Pukul: 05.10.

Quamila, Ajeng. 2020. Meluruskan 10 Mitos yang Salah Tentang HIV/AIDS (online).
(https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hivaids/10-mitos-hiv-dan-aids/#gref,
diakses pada Senin, 07 Desember 2020).

Widyanti, Restanti Indi. 2018. “Tren dan Isu HIV/AIDS pada ODHA (online)”.
(http://restantiindi.blogspot.com/2018/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html, diakses pada Selasa, 08 Desember 2020).

16

Anda mungkin juga menyukai