Dosen
Drs. Arief Syah Safrianto, MM
Disusun oleh
Andy Kurniawan
1834021003
Prodi Manajemen S1
Universitas Krisnadwipayana
Fakultas Ekonomi
Bekasi
2020
A. Konsep Dasar Bank Syariah
Adapun perbedaan dari segi bunga dan bagi hasil dapat djabarkan sebagai berikut:
No Bunga Bagi hasil
1. Penentuan bunga dibuatpada waktu Penentuan besarnya rasio atau nasabah
akad dan asumsi harus selalu bagi hasil ibuat pada waktu akad dengan
untung. berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
2. Besarnya rasio bgi hasil berdasarkan pada
Besarnya presentase berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh.
jumlah uang dan modal yang
3. dipinjamkan. Bagi hasil bergantung pada keuntungan
Pembayaran bunga tetap seperti proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi,
yang dijalankan tanpa keuntungan akan ditanggug oleh kedua
pertimbangan apakah proyek yang belah pihak.
3. dijalankan oleh pihk nasabah Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
utntung atau rugi. peingkatan jumlah pendapatan.
Jumlah pebayaran bunga tia
4. meningkat sekalipun jumlah Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
keuntungan berlipat atau keadaan hasil.
ekoomi sedan booming.
Eksistensi baunga diragukan(kalau
tidak dikecam), oleh semua agama
termasuk islam.
B. Sejarah Perkembangan Bank Syariah
http://iethafairuz.blogspot.com/2014/11/konsep-dasar-bank-syariah.html
https://www.kompasiana.com/sandyandy9146/5af7e97916835f43227b1115/sejarah-
perkembangan-perbankan-syariah?page=4
Tugas Paper Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
Dosen
Drs. Arief Syah Safrianto, MM
Disusun oleh
Andy Kurniawan
1834021003
Prodi Manajemen S1
Universitas Krisnadwipayana
Fakultas Ekonomi
Bekasi
2020
A. Konsep dasar dan sejarah BPRS
Tujuan BPRS
Ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari pendirian BPR syari’ah di dalam
perekonomian, yaitu sebagai berikut[3]:
a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi ummat, terutama masyarakat golongan ekonomi
lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
b) Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus
urbanisasi.
c) Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.
d) Mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sector real akan bergairah.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu disusun strategi operasional pencapainnya,
yaitu[4]:
1) BPR Syari’ah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan
bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi/penelitian kepada usaha-usaha yang bersekala
kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
2) BPR Syari’ah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan
mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.
3) BPR Syari’ah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan, dan tingkat kompetitifnya produk
yang akan diberi pembiayaan.
C. Karakteristik BPRS
Karateristik BPR.
Dalam aktifitas oprasional perbankannya berdasarkan UU No. 21 tahun 2008, Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dilarang:
a) Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.
b) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
c) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing dengan izin
bank Indonesia.
d) Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi
syariah.
e) Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi
kesulitan likuiditas Bank Pembiyaan Rakyat Syari’ah.
f) Melakukan usaha lain diluar kegiatanusaha yang telah diatur dalam Undang-Undang.
Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dengan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut:
1) Akad dan aspek legalitas dalam BPRS akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seiring, nasabah berani
melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan
hukum positif.
2) Adanya dewan pengawas Syari’ah dalam struktur organisasinya yang bertujuan mengawasi
praktik oprasional BPRS agar tidak menyimpang dari prinsip syari’at.
3) Penyelesaian sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syari’ah
maupun pengadilan agama.
4) Bisnis dan usaha yang dibiayai tidak boleh bisnis yang haram, subhat ataupun dapat
menimbulkan kemudharatan bagi pihak lain.
5) Praktik oprasional BPRS, baik untuk penghimpunan maupun penyaluran pembiayaan,
menggunakan system bagi hasil dan tidak boleh menerapkan sistem bunga.
Pada dasarnya, sebagai lembaga keuangan syariah BPR syariah dapat memberikan jasa- jasa
keuangan yang serupa dengan bank-bank umum syariah. Dalam usaha pengerahan dana
masyarakat, BPR syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan dalam berbagai bentuk,
antara lain :
1. Simpanan Amanah. Disebut dengan simpanan amanah, sebab dalam hal bank penerima
titipan anamah ( trustee account) dari nasabah. Disebut dengan titipan amanah karena bentuk
perjanjian adalah wadiah, yaitu titpan yang tidak menanggung risiko. Namun demikian, bank
akan memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh bank melalui pembiayaan
kepada nasabahnya.
2. Tabungan Wadiah. Dalam tabungan ini bank menerima tabungan (saving account) dari
nasabah dalam bentuk tabungan bebas. Sedangkan akad yang diikat oleh bank dengan
nasabah dalam bentuk wadiah.[5] Titipan nasahabah tersebut tidak menanggung kerugian,
dan bank memberikan bonus kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi hasil Dan
kegiatan pembiayaan kredit pada nasabah lainnya. Bonus tabungan wadiah tersebut dapat
diperhitungkan secara harian dan dibayarkan kepada nasabah pada setiap bulannya.
3. Deposito Wadiah Mudharabah. Dalam produk ini bank menerima deposito
berjangka (tine and ainvestment account) dari nasabahnya. Akad yang dilakukan dapat
berbantuk Wadi’ah dan dapat pula berbentuk Mudhorobah. Lazimnya jangka waktu deposito
itu adalah 1,2,6,12 bulan dan seterusnya sebagai bentuk penyertaan modal (sementara). Maka
nasabah/ deposan mendapat bonus keuntungan dari bagi hassil yang diperoleh bank dari
pembiyaan / kredit yang dilakukannya kepada nasabah-nasabah lainnya.
Fasilitas pengerahan dana tersebut, juga dapat dipergunakan untuk menitipkan sedekah,
infak, zakat, tabungan haji, tabungan kurban, tabungan aqiqah, tabungan keperluan
pendidikan, tabungan pemilikan kendaraan, tabungan pemilikan rumah, bahkan bisa
digunakan untuk sarana penitipan dana-dana masjid, dana pesantren, yayasan dan lain
sebagainya.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas, BPR syariah juga bertindak
sebagai lembag baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah,
wakaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhakdalam bentuk
santunan dan atau pinjaman kebajikan (Qardhul hasan).
Sementara, dalam menyalurkan dana masyarakat BPR syariah dapat memberikan jasa-jasa
keuangan seperti :
1. Pembiayaan Mudharabah. Dalam pembiayaan mudharabah bank mengadakan akad
dengan nasabah (pengusaha). Bank menyediakan pembiayaan modal usaha bagi proyek yang
dikelola oleh pengusaha. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi (perjanjian bagi hasil)
sesuai dengan kesepakatan yang telah diikat oleh bank dan pengusaha tersebut.
2. Pembiayaan Musyarakah. Dalam pembiayaan musyarakah ini bank dengan pengusaha
mengadakan perjanjian. Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama membiayai suau proyek
yang juga dikelola secara bersama-sama. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut akan
dibagi sesuai dengan penyertaan masing-masing pihak.
3. Pembiayaan Bai’ Bithaman Ajil. Dalam bentuk pembiayaan ini, bank mengikat perjanjian
dengan nasabah. Bank menyediakan dana untuk pembelian sesuatu barang/aset yang
dibutuhkan oleh nasabah guna mendukung usaha atau proyek yang sedang diusahakan.
Pembatasan usaha BPR syariah secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK Direktur BI
No. 32/36/KEP/DIR/1999. Menurut surat keputusan tersebut, kegiatan operasional BPR
syariah adalah :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi :
a. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah
b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
c. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau Mudharabah.
http://edwinsyafarudin112.blogspot.com/2016/04/sejarah-bank-pembiayaan-rakyat-
syariah.html
http://findmystudies.blogspot.com/2015/10/bank-pembiayaan-rakyat-syariah-bprs.html
Warkum Sumitro, 2002, hlm.119. lihat juga Karnaer Perwaatmadja dan M. syafi’I
Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam , Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992, hlm. 96.
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta:Ekonosia, 2003, hlm.
99-100.
http://ekonomiislam86.blogspot.com/2016/03/kendala-dan-strategi-bpr-syariah.html
http://kelaskitag14.blogspot.com/2016/12/makalah-bank-pembiayaan-rakyat-
syariah.html