PERCOBAAN 1
NIM : 61608100817012
BATAM
2020
INJEKSI REKONSTITUSI CEFUROXIME SODIUM 6% b/v
I. PREFORMULASI
Cefuroxime sodium 6% (b/v)
NaCl 0,0064% (b/v)
HCl qs
NaOH qs
Asam phospat 0,134% (b/v)
Natrium phospat 0,101% (b/v)
Aqua pro ijeksi Ad 10 ml
Alat Bahan
1. Autoklaf
2. Pipet tetes 1. Cefuroxime sodium6%
3. Erlenmeyer 2. NaCl
4. Buret 3. HCl
5. Spatel 4. NaOH
6. Oven 5. Asam Phospat
7. Gelas ukur 6. Aqua pro injeksi
8. Beker gelas sedang/besar 7. Aquadest
9. Corong
10. Kertas Perkamen
11. Kaca arloji
12. Timbangan
V. FORMULASI
1. Cefuroxim sodium ( )
Pemerian Putih atau praktis putih, masa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau
batang atau bentuk lain, keras rapuh dan menunjukan pecahan hablur.
(FI Ed.IV hal. 589)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol
(FI Ed.IV hal. 519)
Stabilita
Panas -
Hidrolisis Bila dibiarkan diudara NaOH cepat lembap dan menjadi cair
(HOPE 6th 2009, hal. 649)
Cahaya -
pH sediaan Dalam larutan berair pH 12-14 (HOPE 6th 2009, hal. 649)
injeksi
Kegunaan Bahan pengalkali
(HOPE 6th 2009, hal. 649)
Inkompatibilitas Bereaksi dengan asam, ester, eter terutama dalam larutan
(HOPE 6th 2009, hal. 649)
Pemerian Konsentrasi asam phospat sedikit tidak berwarna, tidak berbau, cairan
syrup
(HOPE 6th 2009, hal. 503)
Kelarutan Dapat bercampur dengan etanol 95% dan dengan air dengan peningkatan
suhu.
(HOPE 6th 2009, hal. 503)
Stabilita
Panas -
Hidrolisis -
Cahaya
pH sediaan 1,6 (1% w/w larutan air)
injeksi (HOPE 6th 2009, hal. 503)
a. Perhitungan dapar
[ A- ]
pH = pKa + log
[ HA ]
[A-]
7,0= 7,2 + log
[ HA ]
[A-]
- 0,2 = log
[HA]
[ A- ]
antilog - 0,2 = antilog log ( [ HA ] )
[ A- ]
0,6309 =
[ HA ]
[ A- ] = 0,6309 [ HA ]
[ Ka ] [ H+ ]
β = 2,303.C. 2
([ Ka ] + [ H+ ])
10-7,2 . 10-7,0
0,01 = 2,303.C.
( 10 -7,2 +10-7,0 )
10-14,6
0,01 = 2,303.C.
1,059×10-14
0,01 = 2,303.C.0,2372
0,01 = 0,5463.C
C = 0,0183
b. Perhitungan Tonisitas
E Na2HPO4 = 17 x 4,3/142 = 0,5148
E NaH2PO = 17 x 3,4/120 = 0,4817
E Na cefuroxime = 17 x 3,4/446,4 = 0,1295
VIII. PENIMBANGAN
IX. STERILISASI
a. Alat
b. Wadah
c. Bahan
X. PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG PROSEDUR
- Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan
dikeringkan.
- Bagian mulut dari gelas ukur, pipet tetes, labu Erlenmeyer, buret
disumbat dengan kapas
- Bungkus semua alat menggunakan kertas perkamen sebanyak 2 kali.
- Sterilisasi alat sebagai berikut :
Grey area 1. (Corong, pipet tetes, gelas kimia, kaca arloji, batang pengaduk,
(ruang buret, vial, spatel ) di sterilisasi menggunakan oven dengan suhu
sterilisasi) 170˚C selama 60 menit
2. Gelas ukur dimasukkan dalam autoklaf 121˚C selama 15 menit
3. Karet pipet dan tutup vial karet di rendam kedalam alkohol
70% selama 24 jam
- Pembuatan aqua pro injeksi 200ml disterilkan dengan metode panas
basah autoklaf 121°C selama 15 menit.
PERCOBAAN 2
NIM : 61608100817012
BATAM
2020
INJEKSI REKONSTRUKSI CEFUROXIME SODIUM 6% B/V
Alat Bahan
1. Objek gelas 1. Sediaan telah jadi injeksi kering
2. Cover glass 2. Aquadest
3. Mikroskop
4. pH meter
5. Suntik
6. Gelas ukur
7. Beker gelas sedang/besar
8. Corong
9. Vial
1. Keseragaman Bobot
Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu,
harus memenuhi syarat keseragaman bobot sebagai berikut :
2. Keseragaman Volume
Volume tambahan yang dianjurkan
Volume pada Etiket (ml)
Cairan Encer Cairan Kental
0,5 0,10 ml 0,12 ml
1,0 0,10 ml 0,15 ml
2,0 0,15ml 0,25 ml
5,0 0,30 ml 0,50 ml
10,0 0,50 ml 0,70 ml
20,0 0,60 ml 0,90 ml
30,0 0,80 ml 1,20 ml
50,0 atau lebih 2% 3%
3. Pirogenitas
Sediaan injeksi harus bebas pirogen dan memenuhi syarat uji streilitas.
6. Uji Kejernihan
a) Tujuan : Memastikan larutan injeksi bebas dari partikulat yang
dapat terlihat secara visual.
b) Prosedur : Bulk sediaan diperiksa secara visual dengan mengamati
kejernihan larutan dari samping dan dari permukaan larutan.
c) Interpretasi : Memenuhi syarat bila larutan jernih dan bebas partikulat
yang terlihat secara visual. (Agoes, 2012).
- Evaluasi Fisik
Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah
a) Tujuan : Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah
agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada
penandaan
b) Prinsip : Penentuan volum dilakukan dengan cara mengambil sampel
dengan alat suntik hipodermik dan memasukkan ke dalam gelas ukur yang
sesuai.
c) Interpretasi : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
bila diuji satu per satu. (Depkes RI, 2014).
- Penetapan Ph
a) Tujuan :Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui
kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b) Alat : pH meter
c) Prinsip :Pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari
pasangan elektroda menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
d) Prosedur :
- pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar baku.
Larutan dapar baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji
diperkirakan berada diantara pH kedua larutan dapar baku tersebut
dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH larutan
uji.
- pH meter yang telah dikalibrasi digunakan untuk mengukur pH larutan.
(Depkes RI, 2014).
8. Uji kebocoran
a) Tujuan: Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan.
b) Prosedur:
· Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai
disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-
wadah yang bocor maka larutan biru metilena akan masuk kedalamnya
karena perbedaan tekanan diluar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak
dapat dipakai untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.
· Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, yaitu dengan
ujungnya dibawah. Ini juga digunakan pada pembuatan dalam skala kecil.
Jika ada kebocoran maka larutan ini dari dalam wadah akan keluar, dan
wadah menjadi kosong.
· Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang
kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar.
Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali
jika vakum dihilangkan.
c) Interpretasi: Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak
menjadi biru dan kertas saring atau kapas tidak basah.
(Agoes, 2012).
Waktu rekonstitusi
a) Tujuan : Menjamin sediaan mudah direkonstitusi dengan pengocokan
sedang.
b) Prinsip : Menentukan waktu rekonstitusi yang diperlukan sejak cairan
pembawa dimasukkan ke dalam vial sampai serbuk terlarut sempurna.
c) Interpretasi : Waktu rekonstitusi yang baik kurang dari 30 detik.
(Depkes RI, 2014).
Bahan Partikulat
Konstitusikan larutan dengan cara seperti yang tertera pada etiket sediaan
kering steril: larutan tidak mengandung partikel bahan asing yang dapat
dilihat secara visual.
- Evaluasi Kimia
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi
sediaan yang meliputi pengujian identifikasi bahan dan penetapan kadar
- Evaluasi Biologi
1. Uji sterilitas
a) Tujuan : Menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril
memenuhi persyaratan berkenaan dengan uji sterilitas
yang tertera pada masing-masing monografi.
b) Persiapan:
· Penyiapan media
· Uji kesesuaian : uji sterilitas media, uji fertilitas media, penyimpanan
c) Prosedur:
· Inokulasi langsung ke dalam media uji.
· Teknik penyaringan membran.
d) Interpretasi:
Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji
memenuhi syarat sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba,
maka bahan uji tidak memenuhi syarat sterilitas, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal yang tidak
berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan tidak absah jika satu atau
lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
· Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas
menunjukkan ketidaksesuaian.
· Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian
menunjukkan ketidaksesuaian.
· Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negative
· Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji,
pertumbuhan mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal
dari kesalahan pada bahan uji, atau teknik pengujian yang
digunakan pada prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan
jumlah bahan yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi
pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh memenuhi syarat uji
sterilitas. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang,
makacontoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas (Depkes RI, 2015)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
PERCOBAAN 3
NIM : 61608100817012
BATAM
2020
INJEKSI BIASA “INJEKSI VITAMIN C”
Alat Bahan
1. Objek gelas 1. Sediaan telah jadi injeksi kering
2. Cover glass 2. Aquadest
3. Mikroskop
4. pH meter
5. Suntik
6. Gelas ukur
7. Beker gelas sedang/besar
8. Corong
9. Vial
1. Keseragaman Bobot
Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu,
harus memenuhi syarat keseragaman bobot sebagai berikut :
2. Keseragaman Volume
Volume tambahan yang dianjurkan
Volume pada Etiket (ml)
Cairan Encer Cairan Kental
0,5 0,10 ml 0,12 ml
1,0 0,10 ml 0,15 ml
2,0 0,15ml 0,25 ml
5,0 0,30 ml 0,50 ml
10,0 0,50 ml 0,70 ml
20,0 0,60 ml 0,90 ml
30,0 0,80 ml 1,20 ml
50,0 atau lebih 2% 3%
3. Pirogenitas
Sediaan injeksi harus bebas pirogen dan memenuhi syarat uji streilitas.
- Evaluasi Fisik
Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah
d) Tujuan : Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah
agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada
penandaan
e) Prinsip : Penentuan volum dilakukan dengan cara mengambil sampel
dengan alat suntik hipodermik dan memasukkan ke dalam gelas ukur yang
sesuai.
f) Interpretasi : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
bila diuji satu per satu. (Depkes RI, 2014).
- Penetapan Ph
d) Tujuan :Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui
kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.
e) Alat : pH meter
f) Prinsip :Pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari
pasangan elektroda menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
d) Prosedur :
- pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar baku.
Larutan dapar baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji
diperkirakan berada diantara pH kedua larutan dapar baku tersebut
dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH larutan
uji.
- pH meter yang telah dikalibrasi digunakan untuk mengukur pH larutan.
(Depkes RI, 2014).
V. Uji kebocoran
d) Tujuan: Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan.
e) Prosedur:
· Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai
disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-
wadah yang bocor maka larutan biru metilena akan masuk kedalamnya
karena perbedaan tekanan diluar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak
dapat dipakai untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.
· Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, yaitu dengan
ujungnya dibawah. Ini juga digunakan pada pembuatan dalam skala kecil.
Jika ada kebocoran maka larutan ini dari dalam wadah akan keluar, dan
wadah menjadi kosong.
· Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang
kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar.
Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali
jika vakum dihilangkan.
f) Interpretasi: Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak
menjadi biru dan kertas saring atau kapas tidak basah.
(Agoes, 2012).
Waktu rekonstitusi
d) Tujuan : Menjamin sediaan mudah direkonstitusi dengan pengocokan
sedang.
e) Prinsip : Menentukan waktu rekonstitusi yang diperlukan sejak cairan
pembawa dimasukkan ke dalam vial sampai serbuk terlarut sempurna.
f) Interpretasi : Waktu rekonstitusi yang baik kurang dari 30 detik.
(Depkes RI, 2014).
Bahan Partikulat
Konstitusikan larutan dengan cara seperti yang tertera pada etiket sediaan
kering steril: larutan tidak mengandung partikel bahan asing yang dapat
dilihat secara visual.
- Evaluasi Kimia
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi
sediaan yang meliputi pengujian identifikasi bahan dan penetapan kadar
- Evaluasi Biologi
1. Uji sterilitas
e) Tujuan : Menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril
memenuhi persyaratan berkenaan dengan uji sterilitas
yang tertera pada masing-masing monografi.
f) Persiapan:
· Penyiapan media
· Uji kesesuaian : uji sterilitas media, uji fertilitas media, penyimpanan
g) Prosedur:
· Inokulasi langsung ke dalam media uji.
· Teknik penyaringan membran.
h) Interpretasi:
Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji
memenuhi syarat sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba,
maka bahan uji tidak memenuhi syarat sterilitas, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal yang tidak
berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan tidak absah jika satu atau
lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
· Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas
menunjukkan ketidaksesuaian.
· Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian
menunjukkan ketidaksesuaian.
· Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negative
· Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji,
pertumbuhan mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal
dari kesalahan pada bahan uji, atau teknik pengujian yang
digunakan pada prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan
jumlah bahan yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi
pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh memenuhi syarat uji
sterilitas. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang,
makacontoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas (Depkes RI, 2015)