Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG


SKENARIO 4

DISUSUN OLEH:
RAHMATIKA DURI
711808111134

UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA


FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
Lembar Penilaian Makalah

     
Bagian yang Dinilai Skor Nilai
Ada Makalah 60  
Kesesuaian dengan LO 0 - 10  
Tata Cara Penulisan 0 - 10  
Pembahasan Materi 0 - 10  
Cover dan Penjilidan 0 - 10  
TOT AL  

NB : LO = Learning Objective Medan,


Dinilai Oleh :

Tutor

( dr. Bilkes Harris, Sp. KK )

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas kehadiratnya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan innayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG”.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada Tutor yang telah mengarahkan dan
membimbing jalannya diskusi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari dosen-dosen sebagai
penyempurna makalah ini.

Medan, Desember 2020

iii
DAFTAR ISI
Lembar Penilaian
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II ISI
2.1. Fisiologi tentang pertumbuhan kuku..............................................................2
2.2. Perubahan pada kuku yang terjadi akibat infeksi..........................................3
2.3. Mekanisme kerja obat dalam penatalaksanaan infeksi kuku.........................3
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Onikomikosis merupakan infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur.
Khusus untuk infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita dikenal
dengan istilah tinea unguium. Onikomikosis diperkirakan mencakup lebih
dari 50% kelainan kuku dan merupakan kelainan kuku paling sering.
Prevalensi onikomikosis mengalami peningkatan dari 2% menjadi
14% dalam 20 tahun terakhir. Onikomikosis mewakili sekitar 30% dari
semua mikosis superfisial. Kejadian mikosis superfisial banyak terjadi di
seluruh dunia. Diperkirakan mikosis superfisial mengenai 20% sampai 25%
populasi di dunia dan prevalensinya terus meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana Fisiologi tentang pertumbuhan kuku?
2) Bagaimana Perubahan pada kuku yang terjadi akibat infeksi?
3) Bagaimana Mekanisme kerja obat dalam penatalaksanaan infeksi kuku?

1.3 Tujuan
1) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi tentang
pertumbuhan kuku
2) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Perubahan pada kuku
yang terjadi akibat infeksi
3) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Mekanisme kerja obat
dalam penatalaksanaan infeksi kuku

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fisiologi tentang pertumbuhan kuku

Kuku terbuat dari lapisan protein yang disebut keratin. Sel kuku baru
terus tumbuh dari kantong matriks atau akar kuku yang berada di bawah
kutikela.
Sel kuku ini tumbuh dan memproduksi protein yang kita kenal dengan
keratin. Kemudian sel yang sudah matang akan terdorong keluar karena ada
banyak sel baru yang diproduksi.sel yang terdorong keluar ke arah ujung jari,
lama-lama menebal dan mengeras menjadi kuku.
Pertumbuhan kuku rata-rata sekitar 0,1 milimeter per harinya. Agar bisa
memenuhi seluruh permukaan jari, kuku butuh waktu sekitar ± enam bulan
untuk bertumbuh.
Kecepatan pertumbuhan kuku dapat dipengaruhi oleh aliran darah
menuju matriks kuku dan dari nutrisi makanan. Selain itu, musim juga
dipercaya mampu memengaruhi pertumbuhan kuku. Beberapa penelitian
menunjukkan kuku tumbuh lebih cepat di musim panas daripada di musim

2
3

dingin. Penggunaan obat-obatan, usia, hingga penyakit tertentu juga dapat


memengaruhi tingkat pertumbuhannya.

2.2. Perubahan pada kuku yang terjadi akibat infeksi


Patogenesis onikomikosis tergantung pada subtipe klinis. Dalam
onikomikosis subungual distal dan lateral, bentuk yang paling umum dari
onikomikosis, jamur menyebar dari plantar kulit dan menyerang melalui
hiponikium kuku. Peradangan yang terjadi pada bagian kuku ini
menyebabkan tanda-tanda fisik onikomikosis subungual distal dan lateral
yang khas. Onikomikosis superfisial putih jarang terjadi, disebabkan oleh
invasi langsung dari permukaan lempeng kuku. Pada onikomikosis subungual
proksimal jamur menembus melalui matriks kuku-kuku proksimal dan
menginvasi sebagian lempeng kuku proksimal dalam. Endonyx onikomikosis
adalah varian dari onikomikosis subungual distal dan lateral di mana jamur
menginfeksi melalui kulit dan langsung menyerang lempeng kuku.
Invasi kuku oleh Candida tidak umum terjadi karena jamur membutuhkan
respon imun yang menurun sebagai faktor predisposisi untuk dapat
menembus kuku. Meskipun Candida sering terdapat pada lipat kuku
proksimal atau ruang subungual pada pasien dengan paronikia kronis atau
onikolisis, pada pasien infeksi Candida hanya terjadi sekunder. Pada
mukokutan kandidiasis kronis, jamur menginfeksi lempeng kuku (nail plate)
dan akhirnya lempeng kuku proksimal dan lateral lipatan kuku.

2.3. Mekanisme kerja obat dalam penatalaksanaan infeksi kuku


1. Obat Anti jamur Topikal
Penetrasi obat topikal pada lempeng kuku dipengaruhi oleh
kondisi keratin kuku yang keras dan padat, sehingga untuk
meningkatkan penetrasi obat tersebut dibuat formulasi sediaan
topikal nail lacquer.Bentuk sediaan ini mampu untuk menfasilitasi
pengiriman obat secara transungual pada lempeng kuku, dan
bilamengering akan membentuk suatu biofilm yang akan
mendepositkan kandungan obat penetrasi ke kuku dan membantu
4

hidrasi pada kuku.15 Penetrasi obat secara transungual dapat


ditingkatkan melalui metode mekanik dengan cara abrasi kuku,
metode kimia dengan menggunakan agen yang bersifat keratolitik,
atau metode fisik dengan menggunakan laser, sinar UV, atau terapi
fotodinamik.
Terapi antijamur topikal dalam sediaan nail lacquerantara
lain efinaconazol, tavaborol, siklopiroks, danamorolfin.Siklopiroks
8% nail lacquerdiaplikasikan tiap 24 jam, sedangkan amorolfin 5%
nail lacquerdiaplikasikan tiap 48 jam, selama 6-12 bulan.
Amorolfin memiliki angka kesembuhan mikologis sekitar 38%-54%
lebih tinggi daripada siklopiroks setelah terapi 6 bulan.
2. Obat Anti jamur Sistemik
Obat sistemik yang dapat digunakan untuk terapi
onikomikosisadalah terbinafin, itrakonazol, flukonazol, dan memiliki
spektrum luas yaitu dermatofita, kandida dan kapang. Berbagai
penelitian dilakukan untuk menilai kelebihan dan kekurangan masing-
masing obat. Terbinafin merupakan antijamur bersifat fungisidal, dan
derivat azol bersifat fungistatik.
Terbinafin diberikan dengan dosis 250 mg/hari selama 6
minggu, untuk kuku jari tangan dan selama 12 minggu untuk kuku
jari kaki. Sedangkan itrakonazol efektif diberikan dalam bentuk dosis
denyut yaitu 400 mg/hari selama 7 hari dengan periode bebas obat
selama 3 minggu(1 dosis denyut). Pemberian 2 dosis denyut efektif
untuk infeksi kuku jari tangan dan 3 dosis denyut efektif untuk
kuku jari kaki.Flukonazol digunakan sebagai alternative itrakonazol
dan terbinafin. Suatu analisis literaturmenunjukkan dosis pemberian
flukonazol 150 mg tiap minggu selama 12 minggu hingga 12
bulanmemberikan hasil yang efektif untuk tinea unguium dan
onikomikosis non dermatofit
5

3. Tatalaksana infeksi kuku


Terapi onikomikosis bertujuan untuk mengeradikasi jamur dari kuku
yang dibuktikan dengan sediaan mikroskopis maupun biakan dan
mencapai kesembuhan secara klinis.
Beberapa prinsip dalam pemilihan terapi onikomikosis, antara lain
tipe onikomikosis, keterlibatan matrik kuku, lokasi kuku (jari
tangan atau jari kaki), jumlah kuku yang terlibat, agen penyebab,
derajat keparahan, efek samping obat, interaksi obat, kemudahan
penggunaan obat danharga obat.
Modalitas terapi yang telah dikenal meliputi obat antijamur
sistemik yaitu terbinafin, itrakonazol, flukonazol, obat antijamur
topikal antara lain amorolfin dan siklopiroks, terapibedahseperti
avulsi kuku, terapi alternatiflainnya yaitu laser, fotodinamik,
iontoforesis dan ultrasound, serta kombinasi antara modalitas
terapi tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Onikomikosis merupakan infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur.
Khusus untuk infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita dikenal
dengan istilah tinea unguium. Onikomikosis diperkirakan mencakup lebih
dari 50% kelainan kuku dan merupakan kelainan kuku paling sering.

6
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Djuanda,2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1–8. http://cdn.stikesmucis.ac.id/Undang Ruhimat PEMERIKSAAN
JAMUR PENYEBAB Onikomikosis PADA PEMULUNG DI TPA
KECAMATAN CIAMIS.pdf
Satpathi, P., Achar, A., Banerjee, D., Maiti, A., Sengupta, M., & Mohata, A.
(2016). Onychomycosis in Eastern India-study in a Peripheral Tertiary Care
Centre. Journal of Pakistan Association of Dermatology

Anda mungkin juga menyukai