Anda di halaman 1dari 12

Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN


FILARIAIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI APIT

Winda Andriani (1), Murni (2) dan Suci Amin (3)


Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al-Insyirah Pekanbaru

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam
pencegahan filariasis di wilayah kerja Puskesmas Sungai Apit. Metode penelitian ini
menggunakan desain quasi experiment dengan penerapan pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual. Penelitian ini dilakukan di Desa Mengkapan,
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak terhadap 60 responden dengan rincian 30 untuk
kelompok eksperimen dan 30 untuk kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan
adalah kuesioner dengan pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, tindakan dan lembar
observasi yang dikembangkan oleh peneliti. Analisa yang digunakan adalah analisis
univariat dan bivariat dengan uji wilcoxon dan mann whitney. Hasil penelitian
menunjukan pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual efektif terhadap
pengetahuan masyarakat dalam pencegahan filariasis p value < α (0,00< 0,05) dan sikap
p value < α (0,04 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi puskesmas
dapat mengaplikasikan metode tersebut untuk meningkatkan tindakan masyarakat
terhadap pencegahan filariasis.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, audiovisual, pengetahuan, sikap dan filariasis

ABSTRACT
The aim of this research was to identify the effectiveness of health education using
audiovisual media for knowledge and attitude in Sungai Apit health communities
workplace center. This wasquasi experimentstudy with implementation of health
education using audiovisual media. This research was conducted in Mengkapan,
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak with 60 respondents. Researcher used
questionnaire instrument about knowledge, attitude, action, and observation sheet,
which was developed by researcher. Analyzed by univariate and bivariate analysis with
wilcoxon and mann whitney test. The result showed a health education using
audiovisual media was effective knowledge for filariasis prevention behavior with p
value < α (0,00< 0,05) and attitude p value< α (0,04< 0,05). Based on the result of this
study, health provider’s in health communities centerare recommended to apply this
methods to improve community behavior for preventing filariasis disease.
Keyword : Health education,audiovisual, knowledge, attitude, filariasis disease

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

PENDAHULUAN Albendazole setahun sekali selama 5


Indonesia sebagai negara yang tahun dilokasi yang endemis dan
beriklim tropis banyak menghadapi perawatan kasus klinis baik yang akut
masalah kesehatan yang disebabkan oleh maupun kronis untuk mencegah
berbagai penyakit tropis. Salah satunya kecacatan dan mengurangi penderitanya
adalah penyakit filariasis(kaki gajah). (WHO, 2010).
Filariasis merupakan masalah kesehatan Menteri Kesehatan Republik
masyarakat terutama di daerah pedesaan Indonesia telah mencanangkan
(Ambarita, 2006). dimulainya eliminasi penyakit kaki gajah
Filariasis bersifat menahun di Indonesia dan telah menetapkan
(kronis) dan bila tidak mendapatkan eliminasi kaki gajah sebagai salah satu
pengobatan yang tepat dapat program prioritas. Hal ini merupakan
menimbulkan cacat menetap. Meskipun respon pemerintah terhadap program
filariasis tidak menyebabkan kematian eleminasi filariasis olehWHO. Pedoman
tetapi merupakan salah satu penyebab pengendalian penyakit filariasis tertuang
utama timbulnya kecacatan, kemiskinan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
dan masalah-masalah sosial lainnya. Hal Republik Indonesia Nomor:
ini dikarenakan bila terjadi kecacatan 1582/MENKES/SK/XI/2005 tanggal 18
menetap maka seumur hidupnya November 2005 (Kemenkes RI, 2010).
penderita tidak dapat bekerja secara Sekitar 1,3 miliar penduduk di
optimal, sehingga dapat menjadi beban dunia pada tahun 2009 berada di negara
keluarganya, merugikan masyarakat dan beresiko tertular filariasis yang tersebar
negara (Kemenkes RI, 2010). di berbagai wilayah. Wilayah yang
Filariasis mudah menular, kriteria memiliki negara endemis terbanyak
penularan penyakit ini adalah jika adalah benua Afrika dimana terdapat 39
ditemukan mikrofilarial rate ≥ 1% pada negara endemis dengan populasi
sampel darah penduduk di sekitar kasus beresiko 396 juta orang disusul oleh
filariasis, atau adanya dua atau lebih Amerika yang mana terdapat 7 negara
kasus filariasis di suatu wilayah pada endemis dengan 12 juta orang beresiko,
jarak terbang nyamuk yang mempunyai selanjutnya wilayah bagian timur
riwayat menetap bersama atau Mediterania 3 negara endemis dengan 12
berdekatan pada suatu wilayah selama juta orang beresiko. Untuk wilayah Asia
lebih dari setahun. Berdasarkan Tenggara sekitar 66% dari populasi
ketentuan World Health Organization global beresiko filariasis dimana 426 juta
(WHO), jika ditemukan mikrofilarial orang sudah menerima perawatan di 9
rate ≥ 1% pada satu wilayah maka negara endemis termasuk salah satunya
daerah tersebut dinyatakan endemis dan Indonesia (WHO, 2010). Pada tahun
harus segera diberikan pengobatan 2003, penyakit filariasis di Indonesia
secara massal selama 5 tahun berturut- dilaporkan sebanyak 6.571 kasus. Pada
turut (Kemenkes RI, 2010). tahun 2007 dijumpai 11.473 kasus dan
WHO sudah menetapkan program pada tahun 2008 terdapat 11.699 kasus
eliminasi filariasis melalui kesepakatan kemudian meningkat menjadi 11.914
global (The Global Goal of Elimination kasus pada tahun 2009 (Kemenkes RI,
of Lymphatic Filariasis as a Public 2010).
Health problem by The Year 2020). Angka kesakitan filariasis yang
Program eliminasi dilaksanakan melalui ada di Provinsi Riau pada bulan Oktober
pengobatan massal dengan 2013 terbesar di beberapa kabupaten.
diethylcarbamazine (DEC) dan Kabupaten Siak merupakan Kabupaten

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

yang memiliki angka kesakitan 4 kesehatan tingkat pengetahuan dan


terbesar di Provinsi Riau setelah kemampuan merawat bayi baru lahir
Kabupaten Meranti, Kabupaten menjadi lebih tinggi dibanding sebelum
Indragiru Hulu dan Kabupaten Indragiri diberikan pendidikan kesehatan dengan
Hilir (Dinkes Prov.Riau, 2013), di menggunakan media audiovisual. Media
Kabupaten Siak sendiri, angka kesakitan audiovisual memberikan pengaruh dalam
filariasis terbesar terdapat di Kecamatan penerimaan informasi pada pendidikan
Sungai Apit, disusul oleh Kecamatan kesehatan karena dengan menggunakan
Pusako, Kecamatan Sei Mandau, media audiovisual dapat memperoleh
Kecamatan Sabak Auh dan Kecamatn pengalaman yang lebih banyak,
Kerinci Kanan (Dinkes Kabupaten Siak, mengesankan, lebih jelas dan konkrit.
2013). Survei pendahuluan yang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sungai Apit
dilakukan oleh Yunita (2004) yang Kabupaten Siak pada tanggal 19 Oktober
berjudul “Pengaruh penyuluhan 2013 terdapat 14 penderita filariasis
kesehatan terhadap perubahan tindakan yang akut maupun kronis. Penderita
pencegahan penularan filariasis oleh ibu- filariasis ini mulai ditemukan pada tahun
ibu di Jorong Koto Bakuruang Nagari 2010. Beberapa faktor yang sangat
Mungko Kecamatan Luak Kabuaten 50 berperan pada penularan kasus filariasis
Kota tahun 2008” yang berkesimpulan ini, antara lain lingkungan di wilayah
bahwa terdapat perubahan yang kerja Puskesmas Sungai Apit yang masih
bermakna pada tindakan pencegahan banyak ditemui hutan, rawa, lobang
penularan filariasis pada ibu-ibu yang bekas yang berisi air, dan ketidaktahuan
mendapatkan penyuluhan kesehatan di masyarakat akan penyakit filarisis
Jorong Koto Bakuruang Nagari Mungo tersebut. Saat ini Puskesmas Sungai Apit
Kecamatan Luak Kabuaten 50 Kota. sedang menjalankan program eliminasi
Penyuluhan kesehatan filariasis dengan cara pembagian obat
menggunakan banyak alat bantu atau massal selama 5 tahun berturut-turut dan
media. Salah satunya adalah media telah berjalan selama 2 tahun terakhir
audiovisual. Media audiovisual lebih ini. Obat yang dibagikan yaitu
efektif dalam menerima pembelajaran Albendazole sebagai obat pilar dan
karena dapat memberikan pengalaman diethylcarbamazine (DEC) sebagai obat
nyata lebih dari yang disampaikan media cacing. Menurut petugas Puskesmas
audio maupun visual. Peserta didik akan Sungai Apit, saat pembagian obat massal
lebih cepat mengerti karena pada bulan Oktober 2013, dari semua
mendengarkan disertai melihat langsung masyarakat di daerah binaan Puskesmas
sehingga tidak hanya membayangkan, Sungai Apit, hanya 85 % yang bersedia
selain itu media audiovisual lebih menerima pembagian obat massal ini, 15
menarik dan menyenangkan (Sudjana, % lainya menolak menerima obat
2007). dengan alasan hamil, demam dan lain
Berdasarkan penelitian yang telah sebagainya. Hasil wawancara kepada 10
dilakukan oleh Jusmiati (2013) yang orang yang mendapat pembagian obat
berjudul “Efektifitas pendidikan massal filariasis di wilayah kerja
kesehatan menggunakan media Puskesmas Sungai Apit, hanya 5 orang
audiovisual terhadap tingkat yang mengkonsumsi obat tersebut.
pengetahuan dan kemampuan ibu Puskesmas Sungai Apit sendiri
merawat bayi baru lahir” di dapatkan sebenarnya pernah melakukan
hasil bahwa setelah diberikan pendidikan pendidikan kesehatan sebelumnya, tetapi

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

Puskesmas Sungai Apit hanya Kelurahan Sungi Apit Desa Mengkapan.


memberikan pendidikan kesehatan Penelitian ini menggunakan jumlah
tersebut pada salah satu daerah saja dan sampel minimal, yaitu sebanyak 60
itupun dengan waktu yang sangat orang dengan rincian 30 orang untuk
terbatas. Hal ini dikarenakan petugas kelompok eksperimen dan 30 orang
puskesmas hanya meminta waktu untuk kelompok kontrol. Tehnik
diantara acara yang diadakan pengambilan sampel pada penelitian ini
masyarakat. Menurut salah satu petugas adalah cluster sampling. Sampel yang
Puskesmas, kendala dalam melakukan diambil dalam penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan ini adalah masyarakat yang ada di Kelurahan Sungi
susahnya mengumpulkan masyarakat Apit Desa Mengkapan.
dalam satu tempat pada waktu
bersamaan. Hal ini disebabkan oleh HASIL PENELITIAN
luasnya daerah binaan Puskesmas Sugai Penyebaran kuesioner penelitian
Apit. dilakukan maka didapatkan hasil
Berdasarkan hal ini, maka peneliti penelitian dan pembahasan sebagai
tertarik untuk melakukan pendidikan berikut :
kesehatan menggunakan media Tabel 1. Pengetahuan Rata-Rata
audiovisual di daerah binaan Puskesmas (Mean) Pada Kelompok Eksperimenn
Sungai Apit yang mana nantinya peneliti dan Kontrol Sebelum Perlakuan
akan melakukan pendidikan kesehatan di
daerah yang ada ditemukan penderita
filariasis sebelumnya yang berada dalam Variabel Mean
kawasan daerah binaan Puskesmas Rata-rata pengetahuan
sebelum perlakuan
Sungai Apit. Pendidikan kesehatan ini
71,67
diharapkan dapat merubah perilaku 1. Ekperimen
66,47
masyarakat terhadap pencegahan 2. Kontrol
filariasis, dimana nantinya diharapkan
masyarakat Sungai Apit lebih tanggap Tabel 1. menunjukkan bahwa mean
dan cermat dalam mengatasi masalah variabel pengetahuan sebelum perlakuan
filariasis. pada kelompok eksperimen adalah
METODE PENELITIAN 71,67, lebih tinggi dari pada kelompok
Jenis penelitian ini adalah Quasy kontrol yaitu 66,47.
experiment dimana variabel independen Tabel 2. Pengetahuan Rata-Rata (Mean)
dan dependen diukur pada waktu yang Pada Kelompok Eksperimen dan
sama di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kelompok Kontrol Sesudah Perlakuan
Apit dengan tujuan untuk mengetahui Variabel Mean
efektifitas pendidikan kesehatan tentang Rata-rata pengetahuan sesudah
perlakuan
pencegahan filaiasis dengan 1. Ekperimen 93,3
menggunakan media audiovisual 2. Kontrol 83,60
terhadap pengetahuan dan sikap
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tabel 2. menunjukkan bahwa mean
Sungai Apit. Penelitian ini telah variabel pengetahuan sesudah perlakuan
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas pada kelompok eksperimen adalah 93,3,
Sungai desa mengkapan pada bulan Juli lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu 83,60.
adalah seluruh masyarakat yang ada di

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

Tabel 3. Sikap Rata-Rata (Mean) Pada rata-rata pengetahuan (mean) kelompok


Kelompok Eksperimen dan Kelompok eskperimen sebelum dan setelah diberi
Kontrol Sebelum Perlakuan pendidikan kesehatan menggunakan
media audiovisual.
Variabel Mean
Rata-rata sikap sebelum perlakuan
Tabel 6. Perbedaan Sikap Rata-Rata
1. Ekperimen 72,00
2. Kontrol 65,17 (Mean) Pada Kelompok Eksperimen
Sebelum dan Sesudah Perlakuan.
Variabel Mean p value N
Tabel 3. menunjukkan bahwa mean rank
variabel sikapsebelum perlakuan pada Rata-rata sikap
kelompok eksperimen adalah 72,00 lebih eksperimen
tinggi dari pada kelompok kontrol yaitu 1. Sebelum 12,83 0,004 30
perlakuan
65,17. 2. Sesudah 23,33
perlakuan
Tabel 4. Sikap Rata-Rata (Mean)
Pada Kelompok Eksperimen dan Tabel 6. menunjukkan nilai p value =
Kelompok Kontrol Sesudah 0,004 pada alpha 5%, menunjukkan ada
Perlakuan perbedaan yang signifikan antara rata-
rata sikap (mean) pada kelompok
Variabel Mean eksperimen sebelum dan setelah diberi
Rata-rata sikap sebelum pendidian kesehatan menggunakan
perlakuan
1. Ekperimen 80,33
media audiovisual.
2. Kontrol 73,30
Tabel 7. Perbedaan Pengetahuan
Rata-Rata (Mean) Pada Kelompok
Tabel 4. menunjukkan bahwa mean Kontrol Sebelum dan Sesudah
variabel sikap sesudah perlakuanpada Perlakuan.
kelompok eksperimen adalah 80,33,lebih Variabel Mean p value N
tinggi daripada kelompok kontrol adalah rank
73,3. Rata-rata
pengetahuan
kontrol 14,24 0,009 30
Tabel 5. Perbedaan Pengetahuan 1. Sebelum 38,29
Rata-Rata (Mean) Pada Kelompok perlakuan
Eksperimen Sebelum dan Sesudah 2. Sesudah
perlakuan
Perlakuan
Variabel Mean p value n Tabel 7 menunjukkan nilai P value =
rank 0,009, pada alpha 5% menunjukkan
Rata-rata bahwa terdapat hubungan yang
pengetahuan
eksperimen 0,002 30
signifikan antara rata-rata pengetahuan
1. Sebelum 13,88 (mean) pada kelompok kontrol sebelum
perlakuan dan setelah diberi pendidikan kesehatan
2. Sesudah 35,17
perlakuan
menggunakan media audiovisual.

Tabel 5. menunjukkan bahwa selisih Tabel 8. Perbedaan Sikap Rata-Rata


mean pengetahuan sebelum dan setelah (Mean) Pada Kelompok Kontrol Sebelum
Dan Sesudah Perlakuan.
perlakuan adalah 17,13 dan nilai p value
Variabel Mean p n
= 0,002, pada alpha 5% menunjukkan rank value
ada perbedaan yang signifikan antara Rata-rata sikap

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

kontrol 13,47 control


1. Sebelum 15,88 0,776 30
perlakuan Tabel 10. menunjukkan nilai P
2. Sesudah
perlakuan value = 0,044, pada alpha 5% maka
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan rata-rata sikap
Tabel 8. menunjukkan bahwa sesudah perlakuan antara kelompok
selisih mean sikap sebelum dan setelah eksperimen dan kelompok kontrol.
perlakuan adalah 2,41 dan nilai P value PEMBAHASAN
= 0,776, pada alpha 5% menunjukkan Analisis Univariat
tidak terdapat hubungan yang signifikan Pengetahuan responden kelompok
antara rata-rata sikap (mean) pada kontrol dan eksperimen sebelum dan
kelompok kontrol sebelum dan setelah sesudah diberikan perlakuan
diberi pendidian kesehatan Hasil analisis univariat
menggunakan media audiovisual. menunjukkan bahwa mean variabel
Tabel 9. Perbedaan Pengetahuan Rata- pengetahuan sebelum perlakuan pada
Rata (Mean) Pada Kelompok Kontrol kelompok eksperimen adalah 71,67, lebih
Dan Eksperimen Sesudah Perlakuan tinggi daripada kelompok kontrol yaitu
66,47. Setelah diberi perlakuan mean
Variabel Mean p n variabel pengetahuan pada kelompok
rank value eksperimen menjadi 93,3, lebih tinggi
Rata-rata daripada kelompok kontrol yaitu 83,60.
pengetahuan
Pendidikan kesehatan merupakan
sesudah perlakuan
1. Kelompok 37,05 0,002 60 suatu program yang membawa perubahan
eksperimen pada pengetahuan seseorang (Rao, et al,
2. Kelompok 23,95 2008). Perbedaan pengetahuan pada
kontrol kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
setelah perlakuan disebabkan karena setiap
Tabel 9. menunjukkan nilai P individu memiliki perbedaan kemampuan
value = 0,002, pada alpha 5% untuk mengingat informasi yang diterima
menunjukkan ada perbedaan yang sehingga memberikan tingkat pengetahuan
signifikan rata-rata pengetahuan sesudah yang berbeda-beda pula. Hal ini sesuai
dengan pendapat Porter dan Kemacki dalam
perlakuan antara kelompok eksperimen
Suryani (2006) yang menyatakan bahwa
dan kelompok. individu memiliki kemampuan yang terbatas
dalam menyerap informasi melalui indera
pendengaran.
Proses di atas didasarkan pada teori
kognitif yang menyatakan bahwa sifat
manusia terdiri dari simbolisasi, pengaturan
diri, dan kemampuan belajar. Pada
Tabel 10. Perbedaan Sikap Rata-Rata simbolisasi seseorang memiliki kemampuan
(Mean) Pada Kelompok Kontrol Dan memahami dan menggunakan berbagai
Eksperimen Sesudah Perlakuan. simbol yang memungkinkan untuk
menyimpan, memproses dan
Variabel Mean p n mentransformasikan pengalaman sebagai
rank value pemandu dalam melakukan tindakan atau
Rata-rata sikap membuat keputusan di masa depan tentang
sesudah perlakuan
peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap
1. Kelompok 34,95 0,044 60
eksperimen filariasis. Pada Kemampuan mengatur diri
2. Kelompok 26,85 sendiri mencakup konsep motivasi dan

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

evaluasi melalui upaya meningkatkan adalah informasi dan pengalaman.


pengetahuan tentang filariasis. Seseorang Kemudahan untuk memperoleh suatu
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi informasi dapat membantu mempercepat
perilaku sendiri sehingga bersifat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
mengarahkan diri dan mengatur diri. yang baru, sedangkan pengalaman adalah
Koreksi diri merupakan kemampuan refleksi suatu kejadian yang pernah dialami
terhadap diri sendiri melibatkan proses seseorang untuk berinteraksi dengan
verifikasi pikiran yaitu kemampuan untuk lingkungannya.
melakukan koreksi terhadap diri sendiri Menurut Idialusi (2011) faktor yang
untuk memastikan pemikiran yang benar mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu
tentang pentingnya pengetahuan terhadap faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
filariasis (Morissan, 2010). internal terdiri dari pendidikan, motivasi dan
Koreksi diri sendiri dapat dilakukan persepsi. Adapun faktor eksternalnya terdiri
melalui empat cara yaitu penyesuaian, dari informasi, sosial budaya dan
pengamatan, persuasif atau bujukan dan lingkungan. Seseorang mempunyai
logika. Penyesuaian merupakan bentuk pengetahuan tentang suatu hal tidak hanya
penilaian kesesuaian antara pemikiran dan melalui jenjang pendidikan saja, tetapi
hasil tindakannya. Pengamatan merupakan didukung oleh terpapar informasi dari media
pengamatan tidak langsung berdasarkan massa yang ada seperti televisi, radio, koran,
observasi terhadap pengalaman orang lain majalah, dan sebagainya. Selain itu,
dan hasil yang diperoleh berfungsi motivasi juga mempengaruhi seseorang
menegaskan atau menolak kebenaran pikiran untuk berusaha ingin tahu terhadap sesuatu.
tentang filariasis. Persuasif merupakan Semakin tinggi rasa ingin tahu semakin
upaya meyakinkan seseorang terhadap tinggi pula smotivasi untuk mencari
sesuatu hal. Sedangkan koreksi diri melalui informasi tentang hal tersebut.
logika yaitu menggunakan cara logika
melalui verifikasi dengan menggunakan Sikap RespondenKelompok Kontrol dan
aturan inferensi yang sudah diketahui Eksperimen Sebelum dan sesudah
sebelumnya. Inferensi adalah alasan yang diberikan Perlakuan
digunakan dalam menarik kesimpulan atau Hasil analisis univariat menunjukkan
membuat keputusan logis berdasarkan bukti- bahwa mean variabel sikap sebelum
bukti yang diketahui atau kesimpulan diberikan perlakuan pada kelompok
sebelumnya dan bukan berdasarkan pada eksperimen adalah 72,00, lebih tinggi
pengamatan langsung tentang filariasis daripada kelompok kontrol yaitu 65,17.
(Morissan, 2010). Setelah diberi perlakuan mean variabel sikap
Kemampuan lain pada manusia pada kelompok eksperimen menjadi 80,33,
yang terkait dengan teori kognitif adalah lebih tinggi daripada kelompok kontrol
kemampuan belajar yaitu kemampuan untuk adalah 73,3.
belajar dari sumber lain tanpa harus Melihat hasil penelitian tersebut,
memiliki pengalaman langsung. sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Kemampuan ini biasanya pada penggunaan tentang sikap masayrakat tentang penyakit
media massa, baik secara positif maupun filariasis pada masyarakat umumnya sudah
negatif. Seseorang bisa mendapatkan mempunyai sikap yang baik tentang upaya
perilaku yang mendukung dari televisi dan pencegahan penyakit filariasis. Menurut
belajar dari perlilaku yang negatif (Hasrul, 2008), adanya suatu tindakan
(Morrisan, 2010). Seluruh proses di atas seperti pendidikan kesehatan maupun
mempengaruhi pikiran dan pengetahuan pendidikan kesehatan akan menjadi stimulus
seseorang tentang filariasis. rangsangan dalam diri seseorang, kemudian
Pengetahuan merupakan faktor akan terjadi proses stimulus yang
kekuatan untuk terbentuknya sikap memungkinkan seseorang untuk mengambil
seseorang (Baron & Byrne, 2003). Menurut suatu respon yang ada dan pada akhirnya
Mubarak, dkk (2007), faktor yang dapat melahirkan sikap tertutup yaitu tidak
mempengaruhi pengetahuan seseorang menanggapi tindakan tersebut dan juga

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

sebagian orang melahirkan reaksi tingkah kelompok eksperimen dan kelompok


laku yang terbuka yaitu respon yang dapat kontrol.
menyikapi suatu tindakan baik tindakan Hasil penelitian yang diperoleh sesuai
negatif maupun tindakan positif Azwar dengan penelitian terkait yang menunjukkan
(1995: 5) pendidikan kesehatan memiliki pengaruh
Melalui pendidikan kesehatan yang yang positif yang cukup signifikan terhadap
diperoleh seseorang akan cenderung untuk pengetahuan masyarakat tentang filariasi
mendapatkan informasi, baik dari orang lain Penelitian yang dilakukan oleh Agrina dan
maupun dari media massa. Semakin banyak Arneliwati (2011) yang menyatakan bahwa
informasi yang masuk semakin banyak pula pendidikan kesehatan secara langsung
perubahan sikap yang didapat tentang sangat efektif dilakukan untuk
kesehatan Afifah (2007). Peningkatan sikap meningkatkan pengetahuan masyarakat
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan tentang DBD.
kesehatan, akan tetapi juga dapat diperoleh Pada kelompok eksperimen dan
pada pendidikan lain, hal ini terutama kontrol didapatkan bahwa mean
berkaitan dengan pendidikan upaya pengetahuan dan sikap pada kelompok
pencegahan penyakit filariasis. Beberapa hal eksperimen sesudah diberikan pendidikan
yang mempengaruhi sikap masyarakat kesehatan lebih tinggi dibandingkan
selain pendidikan kesehatan adalah sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
informasi. Informasi sebagai suatu tehnik Mean pengetahuan dan sikap sebelum
untuk mengumpulkan, menyiapkan, diberikan pendidikan kesehatan adalah 23,95
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, kemudian meningkat menjadi 37,05 dengan
menganalisis, dan menyebarkan informasi p value (0.002) <0.05. Sedangkan pada
dengan tujuan tertentu Suparno (2004). kelompok kontrol mean pengetahuan
Kualitas informasi yaitu informasi harus sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
akurat, tepat pada waktunya atau tidak kuno, adalah 14,24 dan 38,29 dengan p value 0,09.
lengkap, relevan atau bermanfaat bagi Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan
pemakainya. Adapun media yang digunakan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah
pada penelitian ini adalah gambar tentang diberi pendidikan kesehatan menggunakan
upaya pencegahan penyakit filariasis. media audiovisual pada kelompok
Apalagi informasi tersebut didukung oleh eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan
media yang mendukungnya sehingga bahwa pendidikan kesehatan menggunakan
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan media audiovisual efektif dalam
kemampuan atau keterampilan peserta meningkatkan pengetahuan dan sikap
sehingga dapat mendorong terjadinya proses masyarakat tentang filariasis. Penelitian ini
belajar pada dirinya sehingga lebih mudah sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan
dipahami dan jelas permata ( 2013). yaiu terjadinya perubahan pengetahuan,
sikap dan tingkah laku individu, keluaraga,
Analisis Bivariat kelompok khusus, dan masyarakat dalam
membina serta memelihara perilaku hidup
Perbedaan pengetahuan dan sikap sehat serta berperan aktif dalam upaya
responden tentang filariasis sebelum dan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sesudah diberikan pendidikan kesehatan (Nursalam, 2008). Infomasi juga bisa
menggunakan media audio visual didapatkan dari pendidikan formal maupun
non formal, contohnya penyuluhan.
Pada uji Mann Whitney didapatkan Penelitian ini menggunakan metode yaitu
nilai p value pengetahuan = 0,002 dengan menampilkan materi menggunakan
(p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat power point dan tanya jawab dengan
perbedaan yang signifikan antara rata-rata peneliti. Hal ini sesuai dengan pernyataan
pengetahuan setelah diberikan pendidikan Green (2003) bahwa dalam memilih metode
menggunakan media audiovisual pada pendidikan kelompok dalam pendidikan
kesehatan, harus diingat besarnya kelompok

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari Perbandingan pengetahuan dan sikap
sasaran. responden tentang filariasis melalui
Penelitian Sungkar, dkk. (2010) pendidikan kesehatan menggunakan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan media audio media visual pada kelompok
warga mengenai PSN meningkat setelah eskperimen dan kontrol.
diberikan penyuluhan. Penelitian ini
menggunakan metode pendidikan individual Hasil penelitian didapatkan bahwa
dimana peneliti mendatangi responden mean pengetahuan dan sikap pada kelompok
secara individual. Hal ini didukung oleh eksperimen sesudah diberikan perlakuan
penelitian yang dilakukan Yusyaf (2012) adalah 37,05 dan 34,95. Sedangkan mean
dengan judul Efektifitas pendidikan pengetahuan dan sikap pada kelompok
kesehatan menggunakan metode pendidikan kontrol adalah 23,95 dan 26,85 dengan p
individual terhadap peningkatan value 0,04(p value <0,05). Hal ini
pengetahuan keluarga tentang demam menunjukkan terdapat perbedaan yang
berdarah dengue yang menyimpulkan bahwa signifikan rata-rata pengetahuan dan sikap
ada perbedaan pengetahuan sebelum dan responden sebelum dan sesudah perlakuan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok eksperimen dan kontrol,
menggunakan metode pendidikan individual artinya bahwa rata-rata sikap masyarakat
terhadap pengetahuan keluarga. dalam upaya pencegahan penyakit filariasis
Pendidikan kesehatan menggunakan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan
banyak alat bantu atau media. Pada tentang filariasis lebih tinggi dan lebih baik
penelitian ini peneliti menggunakan media dibandingkan dengan rata-rata perilaku
audiovisual. Hasil penelitian ini didukung masyarakat dalam upaya pencegahan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Jusmiati penyakit filariasis sebelum mendapatkan
(2013) dengan judul Efektifitas pendidikan pendidikan kesehatan tentang filariasis di
kesehatan menggunakan media audiovisual daerah Mengkapan kecamatan Sungai Apit.
terhadap tingkat pengetahuan dan Pernyataan tersebut juga didukung oleh
kemampuan ibu merawat bayi baru lahir penelitian yang dilakukan oleh
yang menyatakan bahwa setelah diberikan Kusumawardani (2012), dimana didapatkan
pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan hasil tingkat pengetahuan, sikap dan praktik
dan kemampuan merawat bayi baru lahir ibu setelah mendapat penyuluhan kesehatan
menjadi lebih tinggi dibanding sebelum lebih tinggi dari pada sebelum mendapat
diberikan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
menggunakan media audiovisual. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
Media audiovisual dalam penelitian maka dapat diketahui bahwa manfaat dari
ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam kesehatan diantaranya adalah peningkatan
memberikan pendidikan kesehatan kepada sikap masyarakat tersebut. Pendidikan
masyarakat. Media audiovisualpun dapat kesehatan merupakan proses untuk
dijadikan alternatif dalam memberikan meningkatkan kemampuan masyarakat
pendidikan kesehatan kepada masyarakat. dalam memelihara dan meningkatkan
Melalui media audioisual masyarakat lebih kesehatannya. Pendidikan kesehatan tentang
mudah memahami maksud dan tujuan yang filariasis paling sering ditujukan pada
ingin dicapai oleh pendidikan kesehatan. masyarakat umum. Perlunya dilakukan
Media audiovisual terbukti efektif mampu promosi kesehatan maupun informasi
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang filariasis karena melihat fenomena
dalam pencegahan penyakit filariasis. yang ada di masyarakat, yaitu sebagian besar
Penyampaian pendidikan kesehatan dengan daerah endemis filariasis pada umumnya
power point dan media audiovisual saat berada di dataran rendah, terutama di
pemberian pendidikan kesehatan dapat pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan,
menarik minat responden untuk membaca rawa-rawa dan hutan secara umum, filariasis
dan mempermudah dalam memahami materi bacrofit tersebar di Sumatra, Jawa,
kesehatan yang disampaikan Green (2007). Kalimantan Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua. Wuchereria Bancrofit

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

tipe pedesaan masih banyak di temukan kesehatan menggunakan media


Papua, Nusa Tenggara Timur sedangkan audiovisual cukup tinggi dengan
Wuchereria tipe perkotaan banyak persentase sebesar 96,7% dan terendah
ditemukan di kota seperti di Jakarta, Bekasi, 3,3%. Sedangkan rata-rata sikap
Semarang, Tangerang, Pekalongan dan responden mengenai pendidikan
Lebak (Kemenkes, 2005) kesehatan ssdan terendah 13,3%.
2. Hasil analisis bivariat menggunakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi wilcoxon test didapatkan bahwa p value
pembentukan sikap adalah pengalaman untuk pengetahuan masyarakat pada
pribadi, kebudayaan, orang lain yang kelompok eksperimen 0,002 yang
dianggap penting, sumber informasi, serta berarti p value<0,05 sehingga ada
institusi atau lembaga pendidikan dan hubungan. Sedangkan hasil uji bivariat
lembaga agama (Azwar, 2009). Faktor- menunjukkan bahwa p value untuk sikap
faktor inilah yang dapat merubah sikap ke masyarakat pada kelompok eksperimen
arah positif maupun negatif. Jika informasi 0,004 yang berarti p value< 0,05
yang didapatkan benar maka sikap dapat sehingga ada hubungan.
merubah ke arah positif, begitu pula 3. Hasil uji bivariat mann whitneyuntuk
sebaliknya. Dalam penelitian ini, salah satu pengetahuan masyarakat setelah
faktor yang merubah sikap masyarakat diberikan perlakuan dengan p value
kearah positif yaitu pendidikan kesehatan 0,002>0,05, sehingga Ha diterima dan
yang diberikan. Dengan adanya pendidikan Ho ditolak. Dan untuk sikap masyarakat
kesehatan yang diberikan sikap masyarakat setelah diberikan perlakuan dengan p
tentang pencegahan filariasis menjadi lebih value 0,044 > 0,05.
positif.
SARAN
Hasil penelitian ini sesuai dengan 1. Bagi Puskesmas
penelitian yang dilakukan oleh Pulungan Hasil penelitian ini dapat
(2007) bahwa ada peningkatan pengetahuan diaplikasikan untuk dijadikan sebagai
dan sikap dokter kecil tentang PSN-DBD salah satu pendidikan kesehatan
setelah diberi penyuluhan menggunakan menggunakan media audiovisual
media bookletHal ini sesuai oleh penelitian terhadap perilaku pencegahan
yang dilakukan oleh Wibawa (2007) dimana filariasis. Diharapkan perawat
didapatkan hasil bahwa pendidikan puskesmas/perawat komunitas mampu
kesehatan dengan metode terlibat langsung dalam melakukan
demonstrasi(penyuluhan)efektif dalam kegiatan penyuluhan atau kegiatan
meningkatkan pengetahuan dan perbaikan lainya di masyarakat.
sikap anak SD di Kecamatan Wedarijaksa 2. Bagi Institusi Pendidikan
Kabupaten Pati tentang pemberantasan Bagi institusi pendidikan
DBD. khususnya keperawatan, hasil
Berdasarkan uraian di atas diperoleh penelitian ini dapat menjadi sumber
hasil bahwa media audiovisual efektif dalam informasi dalam pengembangan ilmu
merubah sikap masyarakat terhadap pengetahuan terutama tentang
pencegahan filariasis. Media audiovisual manfaat pendidikan kesehatan
mampu membantu masyarakat untuk lebih menggunakan media audiovisual
memahami tentang penyakit filariasis, terhadap perilaku pencegahan
sehingga masyarakat cenderung lebih filariasis.
berperan aktif dalam pencegahan dan 3. Bagi Masyarakat/responden
pemberantasan peyakit filariasis. Diharapkan masyarakat untuk
dapat berperan aktif dalam upaya
KESIMPULAN pencegahan filariasis yaitu dengan
1. Hasil analisis univariat menunjukkan menambah informasi tentang penyakit
bahwa rata-rata pengetahuan dan sikap filariasis. Selain itu diharapkan
responden setelah dilakukan pendidikan masyarakat agar lebih meningkatkan

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

tindakan terutama untuk memakai Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2013.


kasa nyamuk pada ventilasi, tidak Data penemuan penyakit
menggantung pakaian bekas filariasis. Pekanbaru: Dinkes
dibelakang pintu atau dinding, Provinsi Riau
menimbum barang-barang bekas yang
Hasrul Bin Sidek, (2008), Filariasis,
dapat menampung air hujan serta
memakai jaket, celana panjang dan http://www.medicine.ukm.com,
obat nyamuk saat beraktifitas pada diakses tanggal 06 september
malam hari. 2016.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya agar dapat melakukan Idialusi,2011. Hubungan antara tingkat
penelitian yang berkaitan dengan
pemberian pendidikan kesehatan pengetahuan dan sikap masyarakat
menggunakan media audiovisual tentang Penyakit filariasis dengan
secara individual dan berkelompok. tindakan masyarakat dalam pencegahan
Selain itu juga dapat menghubungkan Filariasis. Tanggal 06 september 2016
antara karakteristik responden dengan
angka kejadian filariasis.

DAFTAR PUSTAKA
Afifah, 2007. Faktor-faktor yang Kementerian Kesehatan Republik
Berperan dalam Kegagalan Indonesia, Ditjen PP & PL
Praktik Pemberian ASI Eksklusif Direktorat P2B2 Subdit Filariasis
(Studi Kualitatif di Kecamatan & Schistomiasis. 2010. Rencana
Tembalang, Kota Semarang). nasional program akselerasi
Tesis diterbitkanUniversitas eliminasi filariasis di Indonesia
Diponegoro Semarang Available 2010-2014. Diperoleh tanggal 19
at. diakses 4 Februari 2013 Oktober 2013
Agrina & Arneliwati. 2011. MPKT
Modul 1. Jakarta: Lembaga
Penerbitan FEUI Suryani, N., Rahayuwati, L., & Kokasih, C.

2006. Hubungan antara


Ambarita, L. &Sitorus, H. 2006. Studi
pengetahuan tentang pencegahan
komunitas nyamuk di Desa
Sebubus (daerah endemis HIV/AIDS dengan sikap remaja
filariasis) Sumatera Selatan
Tahun 2004. Jurnal Ekologi terhadap pencegahan HIV/AIDS Di
Kesehatan Vol 5, No. 1 : 368- SMU Pasundan Bandung. Jurnal
375.
Keperawatan Unpad Vol.8 No. XIV.
Baron & Byrne. 2003. Social Psycology
Tenth Edition. Boston: Pearson
Education Inc

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1


Al-Insyirah Nursing Volume : Nomor : Tahun : 2016

Rao, R., Lena, A., Nair, S., & Kamath, V.

2008. Effectiveness of reproductive

health among rural adolescent girls

a school based intervention study in

udupi taluk kurnataka. Indian

Journal Of Medical Sciences Vol.62

N0.16.

Morissan. (2010). Psikologi komunikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mubarok. 2006. Ilmu kesehatan


masyarakat. Teori dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
metodologi penelitian ilmu
keperawatan pedoman skripsi,
tesis, dan instrument penelitian
keperawatan. Edisi 2. Surabaya:
Salemba Medika

Permatasari, Dewi. 2013. Efektifitas


Penyuluhan SADARI Terhadap
Tingkat Pengetahuan siswi SMA
Negeri di Kecamatan Pontianak
Barat. Jurnal Universitas
Tanjung Pura: Kalimantan Barat.
Suparno, paul. 2004. Guru Demoratis di
Era Reformasi Pendidikan.
Jakarta: Gramedia Widiaasarana
Indonesia

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan STIKes Al-Insyirah Pekanbaru 1

Anda mungkin juga menyukai