Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Industria Vol 2 No 2: 85 – 91

CCP Jenang Kentang

PENENTUAN CCP (CRITICAL CONTROL POINT) PADA


INDUSTRI JENANG KENTANG (STUDI KASUS KONTAMINASI
KAPANG DI UKM “TEGUH RAHARDJO”PONOROGO)

DETERMINATION OF CCP (CRITICAL CONTROL POINT) IN


POTATO PORIDGE’S MANUFACTURE (MOLD
CONTAMINATION’S CASE STUDY AT “TEGUH RAHARDJO”
PONOROGO)
Rekiyana Fatarini1); Nur Hidayat2); Widelia Ika Putri2)
1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fak. Teknologi Pertanian, Univ.
Brawijaya
2) Staf Pengajar Jur. Teknologi Industri Pertanian Fak. Teknologi
Pertanian, Univ. Brawijaya e-mail:rekiyanafatarini@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya kapang pada setiap titik proses produksi dan
mengetahui tindakan apa yang dapat mengurangi/mencegah keberadaan kapang pada proses dan produk
jenang kentang dari UKM “Teguh Rahardjo”. Penelitian ini menggunakan metode tuang (pour plate)
untuk analisis produk, metode cawan terbuka untuk analisis pada ruangan, dan metode oles (swab) untuk
analisis pada peralatan dan pada pekerja. Hasil analisis pada produk, ruangan, peralatan dan pekerja
selanjutnya dibuat pohon keputusan (decision tree) untuk dapat menentukan titik kritis/CCP. Hasil dari
penelitian yang telah dilakukan ditemukan adanya kapang pada proses pendinginan, proses pemotongan,
dan proses pengemasan. Kapang yang paling banyak muncul pada tiga proses tersebut adalah kapang
berwarna putih, kapang berwarna hijau, dan kapang berwarna hitam. Tindakan pengendalian/pencegahan
yang dapat dilakukan pada tiga proses yang dikenali sebagai sumber kontaminasi kapang pada jenang
kentang adalah dapat diberikan saran perbaikan yang terdiri dari pengendalian kualitas produk, sanitasi
peralatan, sanitasi pekerja, dan sanitasi ruang.

Kata kunci : Titik kritis, Kapang, Jenang kentang.

ABSTRACT
The objectives of this research are to determine whether there is any point in the mold production
process and to know what actions to reduce / prevent the presence of mold in the process and porridge
potato product from UKM “Teguh Rahardjo”. This study uses a pour plate method for product analysis,
open cup method for the analysis of the room, and the swab methods for analysis of the equipment and
the workers. Results of analysis on products, room, equipment and workers hereafter devised decision
tree to be able to determine the critical point / CCP. The results of the research that has been done found
the mold on the cooling process, the process of cutting, and packaging process. Most mold appear on
three of these processes is a white mold, green mold, and the mold is black. Control measures or
precautions that can be performed on three processes that are recognized as a source of mold
contamination in potato porridge is that it can be given suggestions for improvements consisting of
product quality control, sanitation equipment, sanitation workers, and sanitation space.

Keywords: Critical Point, Mold, Potato Poridge.

PENDAHULUAN penyimpangan yang melewati batas


yang dapat diterima oleh panca indera
Makanan merupakan bahan yang mudah dan parameter lain yang biasa
mengalami proses kerusakan. Secara formal, digunakan (Cahiril, 2011). Bila
bahan pangan yang rusak adalah bahan ditinjau dari penyebabnya, kerusakan
pangan yang menunjukkan suatu bahan pangan dapat dibagi menjadi 3

85
jenis, yaitu kerusakan biologi/mikrobiologis, mencari titik kritis/Critical Control
kerusakan fisik, dan kerusakan kimia Point (CCP) pada jenang kentang.
(Rahayu, 2008). Dalam perkembangannya Langkah pengendalian suatu titik
kontaminan atau cemaran dapat mengalami kritis/CCP mutlak diperlukan untuk
perubahan khususnya bahaya mencegah atau meniadakan bahaya
biologi/mikroorganisme karena berbagai keamanan pangan, atau
faktor seperti terjadinya mutasi peningkatan menguranginya sampai pada tingkat
ketahanan terhadap antibiotika atau kondisi yang dapat diterima (Thaheer, 2005).
pada saat penanganan atau Penentuan titik kritis dapat dicari
pengolahan makanan sehingga dari faktor yang berpengaruh terhadap
mengakibatkan terbentuknya pertumbuhan kapang selama proses
mikroorganisme yang lebih tahan selama yaitu setiap tahapan proses dan faktor
pengolahan (Irianto, 2007). ekstrinsik (lingkungan) yang
UKM “Teguh Rahardjo” merupakan mencakup sanitasi ruang (Saptarini,
salah satu industri yang bergerak di bidang 2007). Apabila titik kritis tumbuhnya
pangan, yaitu industri pembuatan makanan kapang sudah diketahui maka
tradisional jenang. Produk UKM jenang selanjutnya dapat diberikan saran
“Teguh Rahardjo” diantaranya adalah perbaikan untuk mencegah
jenang mangga, jenang nanas, jenang pertumbuhan kapang pada jenang
pisang, jenang tomat, jenang cokelat, jenang kentang. Saran perbaikan yang
kurma dan jenang kentang. Produk jenang diberikan diharapkan dapat
kentang merupakan salah satu produk meningkatkan umur simpan dan
unggulan dari UKM “Teguh Rahardjo”, kualitas produk jenang kentang
namun dari semua produk tersebut jenang “Teguh Rahardjo”.
kentang merupakan produk yang memiliki BAHAN DAN METODE
umur simpan terpendek yaitu hanya
bertahan 7-10 hari. Sedangkan untuk produk Bahan-bahan yang digunakan
jenang yang lain bisa bertahan 2-5 bulan. dalam penelitian ini diantaranya
UKM jenang “Teguh Rahardjo” adalah jenang kentang, PDA (Potato
memproduksi jenang kentang sebanyak 100 Dextrose Agar), pepton, aquades,
pak setiap 3 hari sekali. Jumlah tersebut bisa kapas, kertas payung (kertas coklat),
bertambah terutama pada saat musim alkohol, dan plastik. Alat yang
liburan dan hari raya. 1 pak jenang kentang digunakan dalam penelitian ini adalah
dijual dengan harga Rp. 10.000,00. cawan petri, erlenmeyer, tabung
Seperti produk jenang pada umumnya, reaksi, bunsen, batang oles, autoklaf,
jenang kentang mengalami kerusakan yang kompor, oven, timbangan, dan
ditandai dengan bau yang tidak enak inkubator.
(tengik) dan tumbuh kapang. Umumnya Penentuan titik kritis/CCP dapat
mikroorganisme merusak minyak/lemak dicari dari faktor yang berpengaruh
dengan menghasilkan cita rasa yang tidak terhadap pertumbuhan kapang yaitu
enak, juga menimbulkan perubahan warna analisis produk dengan metode tuang
(Lestari, 2009). Setiap proses pembuatan (pour plate), analisis pada ruangan
jenang kentang di UKM “Teguh Rahardjo” dengan metode cawan terbuka,
mempunyai kemungkinan terkontaminasi analisis pada peralatan dan analisis
bahaya, terutama kontaminasi akibat pada pekerja dengan metode oles
tumbuhnya kapang, sehingga perlu (swab) (Fardiaz, 1993). Hasil analisis
ditelusuri lebih lanjut asal mula dari pada produk, ruangan, peralatan dan
tumbuhnya kapang yang merusak produk. pekerja selanjutnya dibuat pohon
Untuk mengetahui dimana asal mula keputusan (decision tree) untuk dapat
tumbuhnya kapang, dapat dilakukan dengan menentukan titik kritis/CCP. Apabila

86
titik kritis/CCP tumbuhnya jamur/kapang penentuan titik kendali kritis
sudah diketahui maka selanjutnya dapat merupakan 2 (dua) elemen utama
diberikan saran perbaikan yang dapat untuk meminimalkan terjadinya
mencegah atau mengurangi bahaya akibat bahaya dan memastikan keamanan
tumbuhnya kapang. pangan (Marques et al., 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Kapang pada Jenang
Kentang
Hasil penelitian dari beberapa komponen
jenang kentang yang diduga mempengaruhi
pertumbuhan kapang, perlu dilakukan
penyesuaian dalam komposisi bahan agar
dapat memenuhi standar. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya yang dilakukan Gambar 1. Fishbone Diagram
untuk mencegah/menghambat pertumbuhan
kapang. Dengan demikian diharapkan dapatTabel 2. Analisis Bahaya Kontaminasi
meningkatkan kualitas serta umur simpan Kapang pada Jenang Kentang
jenang kentang. (Tabel 1) No. Sumber Keterangan
Sample
Tabel 1. Komponen pada Jenang Kentang yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Kapang 1. Produk Kapang tidak muncul
pada sample produk
No. Komponen Kadar(a) SNI Dodol(b) yang diambil dari
1. Kadar Air (%) 12,00 Maks. 20 proses pendinginan
2. Total Gula (%) 35,73 Min. 40 dan proses
3. Lemak (%) 2,20 Min. 7 pemotongan, namun
4. Protein (%) 2,86 Min. 3
kapang muncul pada
Sumber : a) Hasil Analisa.
sample produk yang
b) Badan Standarisasi Nasional (1992).
diambil dari proses
Selain dari komponen-komponen yang pengemasan.
terkandung dalam jenang kentang itu 2. Peralatan Kapang muncul dari
sendiri, faktor-faktor lain yang diduga sample yang diambil
dari wadah/cetakan
mempengaruhi pertumbuhan kapang pada jenang kentang pada
jenang kentang disajikan dalam fishbone proses pendinginan
diagram (Gambar 1). Fishbone diagram 3. Pekerja Kapang tidak muncul
menunjukkan sebuah dampak/akibat dari dari sample yang
sebuah permasalahan, dengan berbagai diambil dari tangan
penyebab. Umumnya penggunaan fishbone pekerja pada proses
dilakukan untuk desain produk dan pendinginan dan
proses pengemasan,
mencegah kualitas produk yang jelek
namun Kapang
(Nugroho dkk., 2011). muncul dari sample
Analisis Bahaya yang diambil dari
tangan pekerja pada
Analisis bahaya (Hazard Analysis) proses pemotongan.
terhadap keamanan pangan dapat dilakukan 4. Ruangan Kapang muncul dari
dengan mengumpulkan informasi mengenai sample yang diambil
bahaya dan keadaan yang terjadi, untuk dari ruang
pendinginan, ruang
menentukan yang mana berdampak nyata
pemotongan, ruang
terhadap keamanan pangan dan harus pengemasan
ditangani lebih intensif. Analisis bahaya dan

87
Berdasarkan penelitian yang telah peralatan memiliki potensi yang
dilakukan pada produk jenang kentang, cukup besar terhadap kontaminasi
kapang yang muncul dari sample yang pada produk atau bahan pangan,
diambil dari proses pengemasan memiliki sehingga perlu adanya tindakan
ciri-ciri berwarna abu-abu kehitaman, dan sanitasi (Thaheer, 2005).
berbentuk seperti kapas. Selain itu
ditemukan pula kapang berwarna kehijauan Pendinginan

dan kapang berwarna putih berbentuk


seperti kapas. Pada peralatan yaitu pada
Peralatan Ruangan Pekerja

loyang yang digunakan sebagai


tempat/wadah jenang kentang dalam proses Potensi bahaya:
1. Pencucian yang
Potensi bahaya:
Keadaan ruang yang
pendinginan ditemukan kapang yang tidak bersih
2. Berdebu
terbuka

muncul berwarna putih berbentuk seperti


kapas. Pada pekerja yang menangani proses Tindakan pengendalian: Tindakan pengendalian:
pembuatan jenang kentang dari sample 1. Pencucian secara teratur
dengan air yang
1. Relayout
2. Pembersihan ruangan

pekerja di ruang pemotongan muncul mengandung deterjen


2. Penyimpanan pada rak
dan penyemprotan
desinfektan secara rutin
3. Pengontrolan suhu
kapang berwarna hijau berbentuk seperti atau lemari khusus
dan kelembaban

kapas. Pada ruangan tempat produksi jenang Keterangan :


kentang yaitu pada ruang pendinginan,
ruang pemotongan, dan ruang pengemasan = CCP

ditemukan kapang yang muncul adalah


kapang berwarna hijau, kapang berwarna = Bukan CCP

Gambar 2. Pohon Keputusan Proses


hitam dan kapang berwarna putih (Tabel 2).
Pendinginan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh Saptarini (2007), salah satu jenis
kapang yang merusak produk jenang atau Keadaan ruang yang terbuka pada
dodol adalah spesies Syncephalastrum tahap pendinginan merupakan titik
racemosum berwarna putih dan abu-abu jika kendali kritis karena pada tahap
sudah tua. Kapang ini sangat dihindari tersebut tidak terdapat proses
karena dapat merusak kualitas sensorik dari pengendalian. Ruang pendinginan
produk dodol maupun jenang. yang terbuka memungkinkan udara
Penentuan CCP (Critical Control Point) luar dan debu bebas masuk
kedalamnya, sehingga sangat rentan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terjadi kontaminasi kapang. Hal lain
dengan pohon keputusan (Gambar 2) dapat yang tidak kalah penting adalah
diketahui bahwa pada proses pendinginan pengontrolan suhu dan kelembaban
jenang kentang di UKM “Teguh Rahardjo” ruang. Nuryani dkk., (2007) yang
terdapat 2 titik kendali kritis (CCP). Dua
menyatakan bahwa suhu dan
titik kendali kritis tersebut yaitu pada
kelembapan ruang yang tidak tepat
potensi bahaya yang berasal dari peralatan
dalam pengolahan atau penyimpanan
pengolahan (CCP1) dan ruangan
makanan akan menyebabkan produk
pendinginan (CCP2).
rentan terhadap kerusakan dan
Peralatan yang digunakan dalam proses terkontaminasi mikroba.
pendinginan jenang kentang merupakan titik
Pekerja pada proses pendinginan
kendali kritis karena pada tahap tersebut
bukan merupakan titik kritis/CCP
tidak terdapat proses pengendalian. Loyang
(Critical Control Point). Hal tersebut
yang telah dicuci dibiarkan menumpuk
dikarenakan pekerja tidak terlibat
diatas meja tanpa ada tindakan penyimpanan secara langsung atau tidak mengalami
khusus untuk mencegah kontaminan. kontak fisik dengan produk jenang
Pemakaian dan perawatan

88
kentang. Pekerja hanya menuang jenang berada pada ruang yang tertutup
yang selesai dimasak dari panci ke dalam sehingga kontaminasi akibat debu bisa
loyang tanpa menyentuh jenang. dicegah dan sinar matahari yang
masuk lebih terkontrol.
Pemotongan

Pengemasan

Ruangan Pekerja

Ruangan Pekerja

Potensi bahaya:
1. Tangan pekerja yang kotor
2. Pakaian pekerja yang
tidak bersih Potensi bahaya:
1. Tangan pekerja yang kotor
2. Pakaian pekerja yang
tidak bersih

Tindakan pengendalian:
1.Pencucian tangan secara
rutin sebelum melakukan
pengolahan makanan Tindakan pengendalian:
2.Pekerja diharuskan 1. Pencucian tangan secara rutin
memakai seragam/ pakaian sebelum melakukan
yang bersih, sarung tangan, pengolahan makanan
masker, penutup kepala 2. Pekerja diharuskan memakai
seragam/ pakaian yang bersih,
Keterangan : sarung tangan, masker,
penutup kepala

= CCP
Keterangan :

= CCP
= Bukan CCP

Gambar 3. Pohon Keputusan Proses


= Bukan CCP
Pemotongan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan pohon keputusan (Gambar 3) dapat Gambar 4. Pohon Keputusan Proses
diketahui bahwa pada proses pemotongan Pengemasan
jenang kentang di UKM “Teguh Rahardjo” Berdasarkan penelitian yang
terdapat 1 titik kendali kritis (CCP). Titik dilakukan dengan pohon keputusan
kendali kritis tersebut yaitu pada potensi (Gambar 4) dapat diketahui bahwa
bahaya yang berasal dari pekerja (CCP3). pada proses pengemasan jenang
Tangan pekerja yang tidak bersih kentang di UKM “Teguh Rahardjo”
merupakan titik kendali kritis pada tahap terdapat 1 titik kendali kritis (CCP).
pemotongan, karena dalam proses tersebut Titik kendali kritis tersebut yaitu pada
tidak terdapat proses pengendalian. potensi bahaya yang berasal dari
Pemotongan jenang kentang dilakukan pekerja (CCP4). Seperti pada proses
tanpa bantuan alat khusus atau pemotongan, pada proses pengemasan
menggunakan cara manual yaitu dengan tangan pekerja yang tidak bersih juga
tangan, sehingga sangat memungkinkan merupakan titik kendali kritis karena
terjadinya kontaminasi. Praktik pencucian dalam proses tersebut tidak terdapat
tangan sebelum melakukan kegiatan proses pengendalian. Pengemasan
memasak sangat penting dilakukan, karena jenang kentang dilakukan tanpa
tangan merupakan bagian tubuh yang bantuan alat khusus atau
bersentuhan atau mengalami kontak menggunakan cara manual yaitu
langsung dengan bahan pangan, sehingga dengan tangan, sehingga sangat
kebersihannya perlu dijaga untuk memungkinkan terjadinya
menghindari perpindahan kontaminan yang kontaminasi. Sarung tangan
mungkin ada di tangan (Dewi, 2008). merupakan salah satu cara guna
Ruangan pada proses pemotongan bukan mencegah transfer bakteri patogen
merupakan titik kritis/CCP karena pada dari jari dan tangan ke makanan serta
ruangan pemotongan sudah terdapat memberikan efek psikologi yang baik
tindakan pengendalian. Ruang pemotongan (Jenie, 2003).

89
Seperti pada proses pemotongan, pada 2. Tindakan pengendalian atau
proses pengemasan ruangan juga bukan pencegahan yang dapat dilakukan
merupakan titik kritis/CCP (Critical untuk mencegah atau mengurangi
Control Point) karena pada ruangan keberadaan kapang pada proses dan
pengemasan sudah terdapat tindakan produk jenang kentang pada empat
pengendalian. Ruang pengemasan berada aspek yang diduga menjadi titik
pada ruang yang tertutup sehingga kritis tumbuhnya kapang pada
kontaminasi akibat debu bisa dicegah dan jenang kentang “Teguh Rahardjo”
sinar matahari yang masuk lebih terkontrol. adalah dengan memberikan saran
perbaikan yang meliputi
Saran Perbaikan
pengendalian kualitas produk,
Untuk dapat mengurangi atau mencegah sanitasi peralatan, sanitasi pekerja
adanya bahaya kontaminasi kapang dapat dan sanitasi ruang.
dilakukan tindakan perbaikan yang
DAFTAR PUSTAKA
disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada
terutama pada bahaya yang menjadi titik Cahiril, Z. 2011. Hygiene Sanitasi
kritis/CCP. Saran perbaikan yang dapat Makanan di Tempat Kerja.
diimplementasikan dalam proses pembuatan Jurnal Kesehatan Bina Husada
jenang kentang “Teguh Rahardjo” sebagai 7 (3) : 107-115.
berikut
Dewi, S.P. 2008. Praktik Sanitasi dan
1. Bahan baku yang akan dibuat menjadi Penyimpanan Pangan pada
produk harus dapat memenuhi standar Suhu Rendah di Tingkat
kualitas sesuai dengan jenis produk dan
Rumah Tangga dan
higienis.
Pengaruhnya terhadap
2. Setiap orang yang bekerja dalam ruang
Pertumbuhan Staphylococcus
produksi harus sehat dan bersih secara
aureus. Skripsi. Departemen
jasmani. Pekerja diwajibkan untuk rutin
Ilmu dan Teknologi Pangan.
mencuci tangan, memakai seragam yang
Fakultas Teknologi Pertanian.
bersih, memakai topi atau penutup kepala
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(hairnet), sarung tangan, penutup mulut
atau masker, dimana perlengkapan ini Fardiaz, S. 1993. Analisis
tidak boleh dipakai di luar ruang Mikrobiologi Pangan. Raja
produksi. Grafindo Persada. Jakarta.
3. Peralatan yang digunakan dalam proses Irianto, K. 2007. Menguak Dunia
produksi jenang kentang harus selalu Mikroorganisme. Jilid 1.
terjaga kebersihannya terutama bagian YRMA Widya, Bandung.
yang mengalami kontak langsung dengan
produk. Semua peralatan harus dicuci Jenie, B. 2003. Sanitasi Dalam
secara teratur dengan air yang Pengolahan Pangan. IPB.
mengandung deterjen setiap kali selesai Bogor.
digunakan. Lestari, U. 2009. Potensi Kayu
4. Lingkungan ruang produksi harus selalu Manis sebagai Antioksidan
dalam keadaan bersih, disapu secara rutin dan Antimikroba pada
dan dipel. Kemasan Aktif Produk
KESIMPULAN Jenang. Skripsi. Departemen
Teknologi Pangan dan Gizi.
1. Berdasarkan penelitian yang telah Fakultas Teknologi Pertanian.
dilakukan ditemukan adanya kapang Institut Pertanian Bogor. Bogor.
pada proses pendinginan, proses
pemotongan, dan proses pengemasan. Marques NRP, Teixeira RB dan Brojo
FMR. 2012. Implementation of

90
Hazard Analysis Critical Control
Points (HACCP) in a SME: Case
Study of a Bakery. Polish Journal of
Food and Nutrition Sciences, 62 (4) :
215-227.
Nugroho S, Pudjotomo D, Tifani TK. 2011.
Analisis Penyebab Penurunan
Daya Saing Produk Susu Sapi
dalam Negeri terhadap Susu Sapi
Impor pada Industri Pengolahan
Susu dengan Metode Fault Tree
Analysis (FTA) dan Barrier
Analysis. Jurnal teknik Industri 4 (2)
71-80.
Nuryani, Y.S Darmanto dan Agustini. T.W
2007. Pengendalian Mutu
Penanganan Udang Beku dengan
Konsep Hazard Analysis Critical
Control Point (Studi Kasus di Kota
Semarang dan Kabupaten
Cilacap). Jurnal Pasir Laut 3 (1) : 19-
26.
Rahayu, W. P. 2008. KLB Keracunan
Pangan Tahun 2008. Laporan
Tahunan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan,
Badan POM RI, Jakarta.
Saptarini, N.M. 2007. Pengaruh
Penambahan Pengawet (Nipagin,
Nipasol, dan Kalsium Propionat
Terhadap Pertumbuhan Kapang
Syncephalastrum racemosum pada
Dodol Susu. Skripsi. ITB. Bandung.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen
HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point). Bumi Aksara.
Jakarta.

91
CRITICAL JOURNAL REVIEW
PENGELOLAAN BAHAN MAKANAN

Disusun Oleh:

NAMA : Ayu Andina

NIM : 5193342033

KELAS : PENDIDIKAN TATABOGA B

Dosen Pengampu:
 Dra. Lelly Fridiarty, M.Pd

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019

Anda mungkin juga menyukai