Anda di halaman 1dari 76

CATATAN KOMPEM/SOSIN/KIS/ANTROP

Disusun Oleh:

Winda Umara Haq (10216093)

15 Desember 2020

Catatan ini dibuat karena ingin menolong sesama dan hanya berdasarkan pengetahuan penulis
yang sangat terbatas sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan. Jika teman-
teman membutuhkan bantuan, harap menghubungi penulis.

windahaq@gmail.com / 012345six (LINE)

Terimakasih kepada Bapak Dr. Chairil Nur Siregar M.Si. atas ilmu yang telah diberikan dan
telah menjadi dosen yang mendidik mahasiswa dengan canda tawa gembira.

Mohon doa teman-teman sekalian agar segala urusan penulis dilancarkan dan diberi
keberkahan oleh Allah SWT.

SEMOGA BERMANFAAT

DILARANG DIPERJUALBELIKAN
JUDUL BAB III. METODE PENELITIAN (Kualitatif)
3.1 Lokasi, Objek, dan Waktu Penelitian (utk
BAB I. PENDAHULUAN ujian dibuat fiktif)
1.1 Latar Belakang (Minimal 1 halaman + Das 3.2 Teknik Pengumpulan Data
sollen + Das sein) 3.3 Pedoman Wawancara (daftar pertanyaan)
1.2 Identifikasi Masalah (Turunan Das Sein)
1.3 Rumusan Masalah (3) BAB IV. HASIL PENELITIAN
1.4 Tujuan Penelitian (RM + Mengapa) BAB V. ANALISIS
1.5 Manfaat Penelitian 5.1 Analisis Masalah 1
5.2 Analisis Masalah 2
BAB II. LANDASAN TEORI (6 Teori) 5.3 Analisis Masalah 3
2.1 Teori Rumusan Masalah 1 (2 teori)
2.2 Teori Rumusan Masalah 2 (2 teori) BAB VI. SIMPULAN
2.3 Teori Rumusan Masalah 3 (2 teori) BAB VII. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

o JUDUL
Dalam judul, 2 varibel (teori utama) yang akan digunakan harus dimunculkan dan digaris
bawahi.
Cth: “Analisis Peran oleh <suatu hal> terhadap Minat Masyarakat di <tempat>.” (teori 01:
peran, teori 02: minat)

o Latar belakang
Di isi paragraf tentang latar belakang penelitian (Minimal 1 halaman + Das sollen + Das sein)
Das sollen
Das sollen berisi peraturan perundang undangan yang seharusnya berlaku. Kondisi ideal yang
diharapkan. Isi dari Das Sollen harus mengandung garis besar dari judul. (urutannya diawali
UUD45 dulu kemudian UU perpu, dst)
Das sein
Berisi kenyataan pahit yang terjadi di masyarakat. Hal hal negatif yang sedang terjadi. Harus
terlihat masalah yang terjadi seperti apa.

o Identifikasi masalah
“Identifikasi masalah itu isinya komplain / curhatan / permasalahan yang kamu alami, ibarat
pergi ke dokter, kamu tuh ngasih tau dokter masalahnya apa, ga nyamannya dimana.” - pak
chairil. Harus berisi kalimat negatif.

o Rumusan masalah
Isi: 3 pertanyaan (apa mengapa bagaimana), urutan tidak boleh diubah.
1. Apa …
2. Mengapa …
3. Bagaimana …
Poin penting:
Pada pertanyaan “apa”, teori 01 (di judul) harus muncul kembali disini
cth: Apa faktor yang menyebabkan peran media sosial bla bla bla ?

Pada pertanyaan “mengapa” teori 02 (di judul) harus muncul kembali disini
cth: Mengapa minat masyarakat bla bla bla ?

Pada pertanyaan “bagaimana” teori 03 (tidak ada di judul) dimunculkan disini


cth: Bagaimana memicu perubahan sosial masyarakat bla bla.. ? (teori 03: teori perubahan
sosial)
o Tujuan penelitian
Tujuan sebenernya mirip dengan rumusan masalah, umumnya kata tanya diganti ‘mengetahui’
saja.

o Manfaat penelitian
Manfaat ini harus berbeda dengan tujuan. Manfaat ini maksudnya kalau orang baca
penelitianmu, apa yg bisa dia lakukan dengan penelitian ini?
cth:
rumusan masalah: apa danusan favorit mahasiswa?
manfaatnya: Dgn mengetahui danusan favorit mahasiswa tsb, kita jadi tau danusan mana yg
harus disediakan lebih banyak agar cepat laku.

o Landasan teori
Untuk tiap rumusan masalah, diperlukan 2 teori.
Teori RM1: teori 01 + teori lainnya (teori 04)
Teori RM2: teori 02 + teori lainnya (teori 05)
Teori RM3: teori 03 + teori lainnya (teori 06)
Disarankan kata kunci masing masing teori digaris bawahi (untuk membantu pedoman
wawancara, 1 kata kunci di jadikan beberapa pertanyaan nantinya).

o Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dibuat berdasarkan kata kunci dalam teori. Jika memungkinkan, buatlah
lebih dari 1 jenis narasumber. (misal: mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan masyarakat, etc).
Untuk setiap jenis target wawancara, buatlah pertanyaaan dari ke 6 teori tsb. Satu teori
diharapkan jadi sekitar minimal 6 pertanyaan/ sebanyak banyaknya. “Satu teori itu
kalau panjang bisa dibuat 8 pertanyaan lebih” - pak chairil.
Cth: Misal 2 target, ada 6 teori, masing masing teori dibuatkan 6/lebih pertanyaan: 72 - 96 kalimat
tanya. Semangat nguli!!

o Hasil penelitian
“Buat aja jawaban narasumber fiktif” – pak chairil :D

o Analisis
Analisis merangkum hasil wawancara (gambaran kasarnya).
Setelah itu carilah 1 teori pendukung (hasil wawancara harus sejalan dengan teori
pendukung) untuk setiap rumusan masalah.
Gunakan hasil + teori pendukung untuk ‘melawan’ teori awal dari menjawab masing masing
rumusan masalah.
Cth: (hasil) Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa bla bla bla …. Hal tsb sejalan
dengan teori (teori pendukung) yang berisikan bahwa …. Maka dari itu, <solusi>.

o Simpulan
Note: ingat! ‘simpulan’, BUKAN ‘kesimpulan’. Tulis ‘kesimpulan’ => kertas mu dibuang
Simpulan menjawab rumusan masalah, singkat aja, yang penting intisari analisis (terutama
bagian <solusi> ada disini).

o Daftar Pustaka
Di isikan kalo ada sumbernya
o Tabel Teori (gambaran sinkronisasi teori wkwkwk)

Judul Rumusan Landasan teori Pedoman Analisis


wawancara

Teori 01 Teori 01 Teori 01 Teori 04 Teori 01 Teori 04 Teori pendukung 01

Teori 02 Teori 02 Teori 02 Teori 05 Teori 02 Teori 05 Teori pendukung 02

Teori 03 Teori 03 Teori 06 Teori 03 Teori 06 Teori pendukung 03

[CONTOH MAKALAH]

ANALISIS PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP MINAT MAHASISWA ITB DALAM


BERWIRAUSAHA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap manusia berhak memenuhi kebutuhannya. Sebagai bentuk pemenuhan tersebut
ditempuh berbagai cara, salah satunya adalah berwirausaha……
1. Das Sollen
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28C ayat 1 :
“ Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat…”
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Pasal 4 butir (b) :
“ Pemanfaatan teknologi merupakan ….”
2. Das Sein
1. Hak pengembangan diri khususnya dalam hal meningkatkan kualitas hidupnya secara
ekonomi masih belum terlihat di kalangan mahasiswa karena mereka fokus pada
pengembangan keilmuan.
2. Kurang terealisasinya tujuan pemanfaatan media sosial sebagai teknologi informasi
dalam kegiatan berwirausaha di kalangan mahasiswa ITB, yaitu mengembangkan
wirausahanya.

1.1. Identifikasi Masalah


1. Peran media sosial … wirausaha oleh mahasiswa ITB masih belum optimal.
2. Minat mahasiswa ITB yang masih kurang dalam berwirausaha.
3. Banyak mahasiswa yang tetap mempertahankan status quo mereka sebagai pelajar saja,
sehingga diperlukan suatu perubahan agar dapat mendorong mahasiswa melakukan
kegiatan wirausaha.
4. Terdapat resiko timbulnya pecah pemikiran (entropi) jika seorang mahasiswa melakukan
wirausaha…

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa faktor yang menyebabkan peran media sosial dalam kegiatan wirausaha oleh
mahasiswa ITB masih kurang optimal?
2. Mengapa minat mahasiswa ITB dalam melakukan kegiatan wirausaha masih kurang?
3. Bagaimana memicu perubahan sosial agar mahasiswa lain terdorong untuk
berwirausaha dengan memanfaatkan media sosial?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya peran media s..
2. Mengetahui penyebab kurangnya minat mahasiswa ITB dalam berwirausaha.
3. Mengetahui cara memicu suatu perubahan sosial agar mahasiswa di ITB..

1.4. Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi terutama kepada wirausahawan dari kalangan mahasiswa ITB
mengenai faktor yang menyebabkan…
2. Sebagai sarana dalam mencari penyebab masalah terkait kurangnya minat mahasiswa
ITB..
3. Penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk mengetahui cara memicu perubahan sosial..
4. Dst…

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Teori Rumusan Masalah 1


<yg di bold akan dijadikan keyword pedoman wawancara>
1. Teori Peran
Pengertian peran lainnya dituangkan oleh Komarudin (1994) dalam buku Ensiklopedia
Manajemen. Beliau mengungkapkan bahwa peran adalah sebagai berikut,
o Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen;
o Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status;
o Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata;
o Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya;
Lebih dari itu, terdapat dua jenis peran menurut Narwoko dan Suyanto (2014) yaitu:
o Peran yang diharapkan (expected role) adalah peran yang dilaksanakan secara cermat,
tidak bisa ditawar, dan harus sesuai ketentuan.
o Peran yang disesuaikan (actual role) adalah peran yang dilaksanakan berdasarkan
kesesuaian atas situasi dan keadaan tertentu.
2. Teori Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.
Pemasaran adalah sebuah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan
pelanggan, menentukan pasar sasaran yang paling dapat dilayani, baik oleh perusahaan dan
meranca.. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran dapat membangun nilai
pelanggan dan mempererat hubungan antara pelanggan dan pelaku bisnis sehingga kesetiaan
pelanggan dapat tercipta. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah keseluruhan aktivitas perusahaan yang meliputi riset, perencanaan, penetapan
harga, promosi dan distribusi produksi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen,
sekaligus menghasilkan laba yang optimal bagi perusahaan.

2.2. Teori Rumusan Masalah 2


1. Teori Minat
Minat diartikan pula sebagai kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu
masalah ataupun suatu situasi yang mempunyai sangkut paut dengan dirinya yang
dilakukannya dengan sadar serta diikuti rasa senang. Kartikawati (1995) menyatakan minat
merupakan sikap yang membuat individu merasa senang terhadap objek, situasi atau ide –
ide tertentu sehingga individu berusaha memperoleh objek yang disenangi dan menarik
perhatian. Minat dipandang sebagai pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan
perhatian terhadap orang, sesuatu, aktivitas – aktivitas tertentu.
2. Teori Harapan Vroom
Seorang profesor Kanada yang bernama Victor Vroom mengemukakan sebuah teori yang
beranggapan bahwa orang-orang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena menginginkan
suatu hasil yang diharapkan. Teori tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Teori Harapan atau
Expectancy Theory.
Terdapat 3 konsep Teori Harapan Vroom, yaitu :
o Harapan (Expectancy), yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu usaha akan
menghasilkan kinerja tertentu. Effort (Usaha) → Performance (Kinerja).
o Instrumentally, yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu kinerja akan mendapatkan
hasil tertentu. Performance (Kinerja) → Outcome (Hasil).
o Valensi (Valence), yaitu mengarah pada nilai positif dan negatif yang dirujuk oleh orang-
orang terhadap sebuah hasil.

2.3. Teori Rumusan Masalah 3


1. Teori Perubahan Sosial
Terdapat beberapa karakteristik perubahan sosial, yaitu,
o Pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
o Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
o Perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
o Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
o Modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
o Segala bentuk perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai,
sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Teori Fungsionalisme Struktural
Tokoh dari teori fungsional ini adalah Talcott Parson. Ia melihat bahwa masyarakat seperti
layaknya organ tubuh manusia, di mana seperti tubuh yang terdiri dari berbagai organ yang saling
berhubungan satu sama lain. masalah yang ada pada fungsionalisme struktural dengan
menjelaskan beberapa asumsi sebagai berikut;
o sistem bergerak statis, artinya ia akan bergerak pada proses perubahan yang teratur.
o sifat dasar bagian suatu sistem akan mempengaruhi begian-bagian lainnya.
Hal yang paling penting pada sistem sosial yang dibahasnya Parsons mengajukan persyaratan
fungsional dari sistem sosial diantaranya:
o untuk menjaga kelangsungan hidupnya sistem sosial harus mendapatkan dukungan dari
sistem lain.
o sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan aktornya dalam proporsi yang
signifikan.
o sistem sosial harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi, Objek, dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian: ITB
2. Objek Penelitian: Mahasiswa
3. Waktu Penelitian: 10 – 15 September 2019

3.2. Teknik Pengumpulan Data


Menurut sumbernya, data dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber guna memperoleh
data yang berhubungan dengan topik penelitian. Data ini menggunakan teknik pengumpulan
melalui wawancara yaitu tanya jawab dengan mengadakan komunikasi langsung dengan pihak
yang bersangkutan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Dalam melakukan
wawancara, beberapa pertanyaan yang diajukan ada yang berbentuk pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan buku-
buku bacaan yang erat hubungannya dengan objek penelitian. Data ini menggunakan teknik
pengumpulan data melalui studi dokumen yaitu mengumpulkan data yang diperlukan melalui
dokumen dokumen dan literatur.
Sedangkan berdasarkan jenisnya, data dibagi menjadi data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif adalah data-data yang dapat dinyatakan dalam angka. Contoh data kuantitatif
adalah usia, besar gaji yang diterima, rata-rata nilai dan sebagainya. Sedangkan data kualitatif
adalah data-data yang tidak dapat dinyatakan dalam angka. Contoh data kualitatif adalah jenis
kelamin, tingkat kepuasan pelanggan, jenis pekerjaan dan lain-lain.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan data primer dengan metode penelitian
yang digunakan adalah wawancara. Wawancara dapat didefinisikan sebagai situasi berhadap-
hadapan antara pewawancara dan narasumber yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang
diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias dan
maksimum efisiensi. Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan metode snowball.
Data sekunder dari literatur dan regulasi yang berlaku. Sifat data yang diolah pada makalah ini
adalah data kualitatif.

3.3. Pedoman Wawancara


Dibawah merupakan pedoman wawancara tiap rumusan masalah dengan 2 narasumber.
Contohnya ky gini
BAB IV HASIL PENELITIAN
<Berupa jawaban dari pertanyaan2 wawancara> contohnya kaya gini

BAB V ANALISIS
< merangkum hasil wawancara <gambaran kasarnya>
[Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa bla bla bla …. Hal tsb sejalan dengan teori xxx
(teori baru/ pendukung) yang berisikan bahwa …. Maka dari itu, <jawaban atas rumusan
masalah>. ]
5.1. Rumusan Masalah 1
5.2. Rumusan Masalah 2
5.3. Rumusan Masalah 3
BAB VI SIMPULAN
1. Faktor menyebabkan kurang optimalnya peran media sosial dalam kegiatan wirausaha oleh
mahasiswa ITB adalah kurangnya keahlian kewirausahawa…
2. Hal yang membuat minat wirausaha mahasiswa ITB dirasa kurang adalah ketidaktersediaan
waktu yang cukup untuk mengembangkan bisnis, prioritas mahasiswa ITB yang lebih
terfokuskan pada kegiatan akademik..
3. Hal yang dapat dilakukan untuk memacu perubahan sosial di kalangan mahasiswa ITB agar
bisa berwirasusaha adalah dengan membuat mahasiswa ITB merasa memiliki kebutuhan..

BAB VII SARAN


1. Perlunya pelatihan kewirausahaan untuk setiap mahasiswa ITB, mungkin di tingkat TPB, agar
meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha
2. Pembuatan media sosial/platform khusus untuk berbelanja dengan penjual-penjual yang
berasal dari mahasiswa IT
3. Wadah atau tempat yang ada bisa jadi berupa platform online untuk mengakomodir ..

DAFTAR PUSTAKA
[1] Handoko T. Hani. 2003. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
[2] Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
TEMA YANG BIASANYA
ADA DALAM UAS
Bertanda (*) artinya Das sollen (berupa undang2/perpu) minimal 3
Bertanda (-) artinya Das sein (fakta yg terjadi di tengah masyarakat), kalo das seinnya
gaada, buat aja kalimat yg bertentangan dgn das sollen

1. INDUSTRI
a. topik: Pembuangan limbah industri sembarangan yang tidak diolah terlebih dahulu
Narasumber : Masyarakat Umum sekitar lokasi, Pengelola Pabrik, Dinas Kehutanan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 4
*Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Pasal 3 : Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan
Limbah B3 yang dihasilkannya.
*Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Pasal 175: “Setiap Orang dilarang melakukan Dumping (Pembuangan) Limbah B3
ke media lingkungan hidup tanpa izin.”
DAS SEIN
-Masih maraknya kegiatan perindustrian yang tidak efisien dan adil dalam prosesnya yang justru
malah menambah kesenjangan sosial dan menambah masalah baru untuk lingkungan dan warga.
-Pabrik-pabrik industri dan usaha perekonomian lain yang masih membuang limbah sembarangan
yang membahayakan/ merugikan lingkungan dan penduduk sekitar.
-Meskipun telah diberikan larangan dan tidak diizinkan, masih saja banyak pelaku industri yang
nakal.
https://www.ecostargrp.com/PP%20Nomor%20101%20Tahun%202014%20tentang%20Pengelola
an%20Limbah%20B3.pdf

b. topik: industri batubara


Narasumber: masyarakat umum sekitar lokasi, pengelola pabrik, pemerintah setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33
*Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian pasal 3 “meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya
alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup; 2. meningkatkan pertumbuhan ekonomi “
*Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 PASAL 4: “Mineral dan batubara sebagai sumber daya
alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk
sebesar-besar kesejahteraan rakyat.”
DAS SEIN
-pada sektor hulu industri pertambangan batubara yang dikuasai oleh perusahaan swasta
nasional, bukan oleh Negara atau perusahaan Negara (BUMN) sudah begitu dominan menguasai
cabang-cabang produksi vital negara, hal itulah yang melanggar pasal 33 UUD 1945 secara
substansial.
-rakyat disekitar lokasi industri masih melarat.
- masih banyak yang dikuasai pribadi dan tidak mensejahterakan rakyat.
http://jdih.bsn.go.id/produk/detail/?id=11&jns=2

2. KORUPSI
a. topik: Hukuman koruptor makin enteng, 'korupsi makin marak'
Narasumber : Masyarakat Umum sekitar, tokoh politik
DAS SOLLEN
* UUD 45 Pasal 28I ayat 5
* UUD 45 Pasal 7A, 7B ayat 1&5
* UU Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 2: Setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 1
miliar.
DAS SEIN
-Penegakan hukum di Indonesia juga sangat memprihatinkan, terutama tindak pidana korupsi
yang memunculkan banyak ketidakadilan bagi masyarakat Indonesia. Praktik penyelewengan
dalam proses penegakan hukum seperti, mafia hukum di peradilan, peradilan yang diskriminatif
atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam penegakan
hukum di negeri ini.
https://lsc.bphn.go.id/uploads/919381_leaflet_6.pdf

b. topik: korupsi dana beasiswa


Narasumber: masyarakat (orangtua siswa), siswa tidak mampu, kepala sekolah, tokoh politik
DAS SOLLEN
*UUD 45 Pasal 34
*UUD 45 Pasal 31 ayat 2
**UU Nomor 31 tahun 1999(Sda)

DAS SEIN
-hak dari anak-anak tak mampu untuk bersekolah dengan beasiswa tidak diberikan sepenuhnya.
-biaya yg seharusnya diberikan ke siswa tidak mampu malah dikantongi sendiri
-sda

3. BANJIR (hampir sama kaya no 17)


a. topik: siapa yg bertanggung jawab atas banjir
Narasumber : korban banjir, pemerintah daerah, masyarakat umum
DAS SOLLEN
*UU No 24 thn 2007 ttg penanggulangan bencana pasal 1
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angina topan, dan tanah longsor.
*UU No 24 thn 2007 ttg penanggulangan bencana pasal 5: Pemerintah dan pemerintah daerah
menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
*Perda Nomor 3 Tahun 2013 pasal 130 Ayat 1: Sanksi ke seetiap orang dengan sengaja atau
terbukti membuang sampah tidak pada tempatnya dikenai denda.
DAS SEIN
-banjir terkadang merupakan akibat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang membuang
sampah sembarangan dan perilaku hidup yang tidak bersih
-pemerintah terkadang luput dari teriakan masyarakat yg menjadi korban banjir
-denda yang telah menjadi aturan tidak dijalankan
https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

4. KESEHATAN
a. topik : Upaya penyelenggaraan Kesehatan yang berkualitas dan merata
Narasumber : Masyarakat Umum, Penyelenggara Kesehatan (Tenaga Kesehatan), Dinas
Kesehatan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 34 butir 3
*UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 14 ayat 1 : Pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 1:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 5:
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 19: Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 42:
(1) Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan, dikembangkan, dan
dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
(2) Teknologi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode dan alat
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya penyakit, meringankan
penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil komplikasi, dan memulihkan
kesehatan setelah sakit.
DAS SEIN
-Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh negara kurang memadai khususnya bagi rakyat kecil.
-Tidak setiap orang memiliki akses kesehatan yang mudah diperoleh, dan dapat menikmati
pelayanan yang berkualitas
-Pengawasan dan pembinaan pemerintah dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau masih kurang.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/36TAHUN2009UU.htm

b. topik: biaya pelayanan kesehatan di Indonesia yg tergolong tinggi


Narasumber: masyarakat umum, pasien, tenaga medis, dan dinas kesehatan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 pasal 28H ayat 1
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 20: Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan
jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan
perorangan.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 4: Setiap orang berhak atas kesehatan.
DAS SEIN
-rakyat yg mengalami kesusahan pendanaan
-masih byk rakyat yang belum memperoleh pelayanan kesehatan yg sejahtera
-pemerintah tidak memberikan jaminan kesehatan pada daerah2 yg sulit dijangkau seperti yang
dijanjikan.
-hak kesehatan warga tidak diberikan
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/36TAHUN2009UU.htm

5. POLITIK
a. topik: Praktik Buzzer Dalam Pemilu
Narasumber : Masyarakat Umum, Calon Legislatif, Bawaslu, Pelaku Buzzer
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab VIIB tentang Pemilihan Umum Pasal 22E ayat 1
*UUD45 Pasal 27 pasal 1
*UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Pasal 93 : Bawaslu bertugas melakukan
pencegahan dan penindakan terhadap:1. pelanggaran Pemilu; dan 2. sengketa proses Pemilu.
DAS SEIN
-sudah menjadi rahasia umum byknya ditemukan buzzer yg tak adil menjelang pesta demokrasi,
merekalah yg menggiring opini publik untuk mendorong sebuah issu, tak jarang para buzzer
menjadi ujung tombak tokoh politik.
-masih byknya org2 yg melanggar hukum dan pemerintahan
-pelanggaran pemilu yang terjadi bahwa masih byk ditemukan kampanye politik pada masa
tenang pemilu
http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/138/3541.bpkp

6. AGAMA
a. topik: Radikalisme dalam menunaikan ibadah sesuai kepercayaan cth : Ahmadiyah
Narasumber : Masyarakat Umum, Tokoh Agama, Kementerian Agama setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28e ayat 1
*UUD 1945 Bab XI tentang Agama Pasal 29 ayat 2
*Pasal 175 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan merintangi pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau
upacara keagamaan yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan.
*UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 4. "Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun."
Pasal 22 (1). "Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu." (2). "Negara menjamin kemerdekaan setiap orang
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu."
*UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 80. "Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh
untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya."
Pasal 185 (1). "Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ... Pasal 80 ...
dikenakan sanksi pidana penjara ... dan/atau denda ... .
DAS SEIN
-masih ditemukan adanya ancaman dalam melakukan kegiatan ibadah
-pelarangan kegiatan ibadah di suatu tempat
-masih didapati pihak pemberi pekerjaan yang tidak memberikan waktu ibadah yg cukup kpd
pekerjanya
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt510b523eedfba/sanksi-hukum-jika-
menghalangi-orang-melaksanakan-ibadah

b. topik: kebebasan beragama, saling melindungi agar damai sejahtera


Narasumber: Masyarakat Umum, Tokoh Agama, Kementerian Agama setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 pasal 28I
*UUD 1945 Bab XI tentang Agama Pasal 29 ayat 2
*Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 175. "Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan merintangi pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau
upacara keagamaan yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan."
*Pasal 1 Undang-Undang No. 1/PNPS/1965: "Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka
umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan agama itu, penafsiran dan kegiatan mana
menyimpang dari pokok-pokok ajaran dari agama itu".

DAS SEIN
-masih ditemukan adanya ancaman dalam melakukan kegiatan ibadah
-masih ditemukan adanya boikot/melarang agama lain utk melakukan kegiatan ibadah mereka di
daerah tertentu
-masih ditemukan byknya warga yg menjelek2kan agama lain
https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11505

7. KEHUTANAN
a. topik: Penebangan Liar untuk Dijual
Narasumber : Masyarakat Umum, Pengusaha, Dinas Kehutanan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 4
*UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 5 :
Pemerintah dan/atau *Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pencegahan perusakan
hutan.
*UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 12
Butir a dan b : Setiap orang dilarang : a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan
yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan ;b. melakukan penebangan pohon dalam
kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
*UU No. 18 ttg Kehutanan pasal 1:
3. Perusakan hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui kegiatan
pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau penggunaan izin yang bertentangan
dengan maksud dan tujuan pemberian izin di dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang
telah ditunjuk, ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh Pemerintah.
4. Pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang
terorganisasi.
5. Penggunaan kawasan hutan secara tidak sah adalah kegiatan terorganisasi yang dilakukan di
dalam kawasan hutan untuk perkebunan dan/atau pertambangan tanpa izin Menteri.
*UU No. 18 ttg Kehutanan pasal 12:
Setiap orang dilarang:
a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan hutan;
b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang;
c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah;
d. memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil
penebangan di kawasan hutan tanpa izin;
e. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama
surat keterangan sahnya hasil hutan;
f. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon
di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
g. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan
digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang
berwenang;
h. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar.
-penebangan liar byk menyebabkan bencana alam di indonesia
-tidak mensejahterakan rakyat
-dilakukan tanpa izin/ bekerja sama dgn tokoh penting setempat utk kepentingan pribadi
https://www.rimbawan.com/regulasi/undang-undang-republik-indonesia-nomor-18tahun-2013-
tentang-pencegahan-dan-pemberantasan-perusakan-hutan/

b. topik: kepentingan korporasi dibalik pembakaran hutan yg tidak bertanggung jawab


Narasumber: Masyarakat Umum, Pengusaha, Dinas Kehutanan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 4
*UU No. 18 ttg Kehutanan pasal 11:
Perbuatan perusakan hutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan
pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara
terorganisasi.
*Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan Pasal 50 : Setiap orang dilarang
membakar hutan
DAS SEIN
-hutan yg sejatinya menjadi jantung dunia dan digunakan utk kemakmuran rakyat malah
digunakan utk kepentingan pribadi dan membahayakan nyawa.
-pembakaran hutan yang menyebabkan asap dimana-mana sangat merugikan negara dan
membahayakan kehidupan masyarakat Indonesia.
https://www.atrbpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-Undang/undang-undang-
nomor-41-tahun-1999-1309

8. PENDIDIKAN
a. topik: sistem pendidikan di daerah 3T
Narasumber : Dinas Pendidikan, Orang Tua/Pelajar , Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 Ayat 2
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28c ayat 1
*UU Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 : Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi
DAS SEIN
-warga indonesia masih byk yg beranggapan bahwa pendidikan bukanlah hal yg penting dan
masih ada di bbrp tempat pelosok warga yg blm bisa membaca dan menulis
-sulitnya akses menuju ke sekolah di beberapa tempat yg pelosok
-tidak seimbangnya mutu pendidikan di kota besar dgn daerah terpencil
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf

b. topik: Pendidikan yang bermutu dan terjamin


Narasumber: Dinas Pendidikan, Orang Tua/Pelajar , Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 bab XA tentang hak asasi manusia pasal 28c ayat 1
*Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu
pendidikan pasal 38: Supervisi, pengawasan, evaluasi, serta pemberian bantuan, fasilitasi, saran,
arahan, dan/atau bimbingan oleh penyelenggara satuan pendidikan kepada satuan pendidikan
menjunjung tinggi prinsip otonomi satuan pendidikan.
*Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) merupakan tanggung jawab satuan pendidikan
sedangkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertugas memfasilitasi peningkatan mutu
sekolah.
DAS SEIN
-kenyataan Indonesia yg blm mampu setara dengan negara lain dan tertinggal dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi
-mutu pengajar yg blm memadai akibat kurangnya arahan dr pemerintah
-mutu pendidikan yg masih tertinggal termasuk pendidikan karakter
https://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/aturanbelmawa/2009/permendiknas-n0-63-
tahun-2009-tentang-penjaminan-mutu.pdf

9. MASYARAKAT NELAYAN
a. topik: Taraf hidup nelayan yang masih rendah akibat usaha perikanan yang buruk
Narasumber : Masyarakat Nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian dan Kesejahteraan Nasional Pasal 33 ayat 3
*UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 14 ayat 1 : Pemerintah mengatur dan/atau
mengembangkan pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan dalam
rangka pelestarian ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan
*UU No. 31 thn 2004 ttg Perikanan pasal 3
Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan;
a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya ikan kecil;
b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;
h. mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber
daya ikan secara optimal; dan
i. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang;
DAS SEIN
-kekayaan alam yang terkandung untuk kemakmuran rakyat bahkan tidak dapat memakmurkan
para nelayan akibat byknya illegal fishing dan sistem birokrasi yg panjang untuk sampai ke tangan
konsumen
-kurangnya pengetahuan/ pendidikan yg diberikan pemerintah untuk para nelayan tentang
perikanan dan pengelolaannya
-Berhadapan dengan nelayan pukat trawl, pemasaran hasil tangkap sampai perlindungan nelayan
masih jadi masalah yang biasa dialami nelayan tradisional.
-Pemasaran nelayan tradisional dinilai masih lemah. Mereka belum memiliki alat pendingin yang
baik, hingga bisa merusak ikan hasil tangkapan.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/regulasi-hukum/undang-undang/undang-undang-
kelautan-dan-perikanan/finish/10-undang-undang-kelautan-dan-perikanan/97-uu-no-31-tahun-
2004-tentang-perikanan

10. POLISI
a. topik: Kejahatan Selama Bulan Ramadhan Meningkat
Narasumber : Polisi, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat 4
*UU Nomor 2 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 14 butir a : Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
*UU Nomor 2 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 14 butir I : Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
*UU No 2. Thn 2002 ttg Kepolisian Pasal 2
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
*UU No 2. Thn 2002 ttg Kepolisian Pasal 4
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
*UU No 2. Thn 2002 ttg Kepolisian Pasal 13
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
DAS SEIN
-maraknya aksi kejahatan yg meresahkan warga
-polisi yg sejatinya bertugas utk mengayomi dan melindungi kadang bersikap tidak manusiawi kpd
massa
-lamanya proses birokrasi pelayanan masyarakat dan tidak kunjung selesai untuk suatu
pengaduan
https://www.bkpm.go.id/images/uploads/prosedur_investasi/file_upload/UU_2_2002.pdf
b. topik:
Narasumber:

11. AIR BERSIH


a. topik: krisis air bersih di Indonesia
Narasumber : Masyarakat yang kekurangan air bersih, Dinas Lingkungan Hidup, Pengelola Air
Bersih
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28H ayat 1
*UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 3 : Sumber daya air dikelola secara
menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
*UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 5 : Negara menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya
yang sehat, bersih, dan produktif.
*UU No. 7 thn 2004 ttg Sumber Daya Air Pasal 8: (1) Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang
berada di dalam sistem irigasi.
*UU No. 7 thn 2004 ttg Sumber Daya Air Pasal 24: Setiap orang atau badan usaha dilarang
melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu
upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.
DAS SEIN
-hak warga negara utk medapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak didapatkan
karena masih banyak ditemukan daerah-daerah yg krisis air bersih
-di beberapa daerah bahkan untuk mendapatkan air bersih harus bayar setiap galonnya karena
keterbatasan air bersih di lingkungannya
-pencemaran air salah satunya diakibatkan oleh banyaknya orang yg membuang sampah,limbah
industri sembarangan ke sungai, selokan, dan laut sekitar.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_7_04.htm
b. topik: pencemaran air sungai
Narasumber: Masyarakat umum, pabrik industri, Dinas Lingkungan Hidup, Pengelola Air Bersih
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV Pasal 33 ayat 3
* Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 5: (1)
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. (2) Setiap
orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup. (3) Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
*peraturan pemerintah republik indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai Pasal 74:
pembersihan sampah dan gangguan aliran di sungai
DAS SEIN
-mutu sungai yg ada di Indonesia menjadi salah satu yg terburuk didunia
-kebersihan sungai menjadi tanggung jawab setiap orang, masih sangat byk warga yg mebuang
sampah ke sungai, pabrik yg membuang limbah lgsg ke sungai
-kurangnya kesadaran warga untuk membersihkan sungai dan lingkungan sekitar
https://www.atrbpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-Undang/undang-undang-
nomor-11-tahun-1974-915

12. NARKOBA
a. topik: Peredaran Narkoba di kalangan pelajar
Narasumber : Polisi, Pelajar, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat 4 :
*UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 39 : Narkotika hanya dapat disalurkan oleh
Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
*UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 61 : Pemerintah melakukan pengawasan
terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan Narkotika.
*UU No 35 thn 2009 ttg narkotika Pasal 113 (118 golongan 2)
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
*Pasal 1 angka 15 UU No. 35 Tahun 2009
Penyalah guna adalah orang yang menggunakan narkotika secara tanpa hak dan melawan
hukum.
*Pasal 7 UU No. 35 Tahun 2009 : Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAS SEIN
-belum tegaknya hukum tentang peredaran narkoba yang beredar luas di masyarakat
-narkoba dapat dgn mudah ditemui ditengah2 masyarakat
-pengawasan pemerintah yg blm optimal terhadap peredaran narkotika
-blm adanya efek jera yg diberlakukan utk pengedar narkoba
https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf

b. topik: rehabilitasi pecandu narkoba


Narasumber: Polisi, Pelajar, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 54 menyatakan pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial
DAS SEIN
-msh byk yg hanya lgsg dijebloskan ke penjara
http://bphn.jdihn.go.id/ildis/www/storage/document/2018perbnn009.pdf

13. EKONOMI MASYARAKAT (USAHA KECIL DAN MENENGAH)


a. topik: UMKM yang kurang berkembang dan difasilitasi, mungkin termasuk PKL
Narasumber : Pedagang Mikro/Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat,
Masyarakat Umum sebagai konsumen
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat 1
*UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 7 : Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang meliputi aspek:
a. pendanaan;
b. sarana dan prasarana;
c. informasi usaha;
d. kemitraan;
e. perizinan usaha;
f. kesempatan berusaha;
g. promosi dagang; dan
h. dukungan kelembagaan.
*UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 25 : Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi
kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.
DAS SEIN
-byknya usaha asing yang menyingkirkan UMKM, seperti dijajah di negara sendiri
-kurangnya minat masyarakat indonesia utk berwirausaha
-UMKM seringkali tidak mendapat perhatian pemertintah setempat
-minimnya modal usaha jadi permasalahan ukm paling mendasar
-kurang tahu bagaimana cara membesarkan bisnis seperti tidak adanya branding dan kurangnya
inovasi produk
-kesulitan mendistribusikan barang dan belum memaksimalkan pemasaran online
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf

14. TRANSPORTASI
a. topik: Ojek Online menggantikan Transportasi konvensional
Narasumber : Ojol, Masyarakat Umum, Dinas Perhubungan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat 1
*UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 3 butir a : Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan: a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
*Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 108 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek
Maksud dan tujuan pengaturan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek, yaitu:
a. terwujudnya pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek yang memanfaatkan penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi untuk
mengakomodasi kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat;
b. terwujudnya pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek yang selamat, aman, nyaman, tertib, lancar, dan terjangkau;
c. terwujudnya usaha yang mendorong pertumbuhan perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan dan prinsip pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah;
d. terwujudnya kepastian hukum terhadap aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan,
kesetaraan, keterjangkauan, dan keteraturan serta menampung perkembangan kebutuhan
masyarakat dalam penyelenggaraan angkutan umum
e. terwujudnya perlindungan dan penegakan hukum bagi masyarakat.
*Undang - Undang No. 22 tahun 2009 (pasal 3a) : Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan
dengan tujuan terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu
menjunjung tinggi martabat bangsa.
*Undang - Undang No. 22 tahun 2009 pasal 43: mengenai fasilitas parkir, dalam ayat (1)
disebutkan bahwa penyedia fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan. Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar
Ruang Milik Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa: a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok. Dalam ayat (3), dinyatakan bahwa Fasilitas Parkir di dalam Ruang
Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau
jalan kota yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
DAS SEIN
-Blm adanya payung hukum yang melindungi driver ojek online
-Fasilitas parkir yg biasanya sama sekali tidak bekerjasama dgn polisi lalu lintas setempat
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_22.pdf%20
http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2017/PM_108_TAHUN_2017.pdf

15. TELEKOMUNIKASI
a. topik: Ujaran Kebencian dan/atau Hoax di media sosial
Narasumber : Polisi, Masyarakat Umum, Provider Platform media sosial
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28F
*UUD 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28I ayat 2
*UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 3 : Telekomunikasi diselenggarakan
dengan tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antarbangsa.
*Pasal 27 ayat 3 UU ITE
Melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
*UU ITE Pasal 45A ayat 1 (Hoax)
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
*UU ITE Pasal 45A ayat 2 (SARA)
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/ atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
DAS SEIN
-meskipun setiap org memiliki kebebasan utk menyebarkan informasi, ttp harus ada batasan krn
informasi tsb hrs fakta/aktual
-larangan pendistiribusian yg mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
terkadang lolos begitu saja tanpa ada hukuman
-masih maraknya penyebarluasan informasi hoax dan SARA
https://www.kpk.go.id/images/pdf/uu%20pip/UU_ITE%20no%2011%20Th%202008.pdf

b. topik: pemerataan jaringan internet di Indonesia


Narasumber: masyarakat umum di kota-kota besar dan desa/pelosok, pemertintah setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28F
*UUD 1945 Pasal 28H ayat2
*UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 14 Setiap pengguna telekomunikasi
mempunyai hak yang sama untuk menggunakan jaringan telekomunikasi dan jasa telekomunikasi
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
DAS SEIN
-keterbatasan saluran yg tersedia akan menghambat komunikasi setiap org utk memperoleh
informasi
-jaringan yang tidak merata di beberapa daerah di Indonesia
-kurangnya penyedian informasi untuk warga pelosok
https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2012/11/uu-no-36-tahun-1999-tentang-
telekomuniksi.pdf

16. PARIWISATA
a. topik: Wisata Alam yang merusak alam
Narasumber : Wisatawan, Penyedia fasilitas pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat 4
*UU Nomor 10 tentang Kepariwisataan Pasal 5 butir d : Kepariwisataan diselenggarakan dengan
prinsip : memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
*UU Nomor 10 tentang Kepariwisataan Pasal 23 ayat 1 butir d : Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berkewajiban: mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas.
*UU No. 10 TAHUN 2009 pasal 5 tentang prinsip penyelenggaraan kepariwisataan,
kepariwisataan diselengarakan dengan prinsip:
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup
dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara
manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
DAS SEIN
-lingkungan di sekitar lokasi wisata sering kali menjadi tempat pembuangan sampah para
wisatawan yang tak bertanggung jawab
-kurangnya kesadaran wisatawan indonesia/asing dalam pelestarian alam daerah wisata
-timbulnya kerusakan-kerusakan lingkungan permanen akibat ulah wisatawan yang tak
bertangfung jawab
https://www.ekowisata.org/uploads/files/UU_10_2009.pdf

b. topik: pariwisata indonesia yg byk dikelola pihak asing


Narasumber:Masyarakat umum, pekerja, Penyedia fasilitas pariwisata, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat 3
*UUD 1945 pasal 31 ayat 5
*UU No. 10 TAHUN 2009 pasal 5 tentang prinsip penyelenggaraan kepariwisataan,
kepariwisataan diselengarakan dengan prinsip: e. memberdayakan masyarakat setempat;
DAS SEIN
-pariwisata indonesia yg skrg byk dikuasai oleh pihak asing menjadikannya budak di negara
sendiri
-kurangnya pengetahuan warga setempat tentang pengelolaan pariwisata di tempatnya krn tidak
adanya sosialisasi yg diberikan pemerintah
-pemerintah memberikan izin pihak asing mempunyai saham yg ckp tinggi

17. BENCANA ALAM (hampir sama kaya no 3)


a. topik: Penanggulangan bencana yang belum maksimal
Narasumber : Korban Bencana, Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana setempat,
Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 pasal 28G
*UU No 24 thn 2007 ttg penanggulangan bencana pasal 4
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. menghargai budaya lokal;
e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan;
g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
*UU No 24 thn 2007 ttg penanggulangan bencana pasal 5: Pemerintah dan pemerintah daerah
menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
*UU No 24 thn 2007 ttg penanggulangan bencana pasal 26
(1) Setiap orang berhak:
a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana;
b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan
bencana.
d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan
bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;
e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana,
khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan
f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana.
(2) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar.
(3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang
disebabkan oleh kegagalan konstruksi.
DAS SEIN
-perlindungan warga yg kurang optimal dari bahaya bencana
-kerugian moril dan materil warga yang kurang ditanggulangi oleh negara
-adanya rasa was-was krn bencana yg mungkin saja datang karena ketidaksiapan negara
terhadap penanggulan bencana
https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

18. SOSIAL KERJA


a. topik: Tingginya tingkat pengangguran
Narasumber : Pengangguran, Dinas Tenaga Kerja, Penyelenggara Pekerjaan
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28D ayat 2
*UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 11 : Setiap tenaga kerja berhak untuk
memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.
*UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 39 ayat 1 : Pemerintah bertanggung
jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.
*UU no 13 thn 2003 ttg ketenagakerjaan pasal 4
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan
d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
*UU no 13 thn 2003 ttg ketenagakerjaan pasal 5
Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan.
*UU no 13 thn 2003 ttg ketenagakerjaan pasal 6
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha.
*UU no 13 thn 2003 ttg ketenagakerjaan pasal 31
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan,
atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri.

DAS SEIN
-byknya pengangguran, PHK
-masih minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dgn kuota yg sangat terbatas
(Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja)
-kurangnya kompetensi/ kemampuan/pendidikan/ketrampilan yang diperlukan
-penghasilan pekerja yg kurang layak
http://www.kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf

19. PERUMAHAN
a. topik: Kurangnya kesediaan Rumah untuk MBR(masyarakat berpenghasilan rendah)
Narasumber : MBR, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pertanahan Dan Pertamanan,
Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28H ayat 1
*UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pasal 54 : Pemerintah
wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).
Perumahan
*UU no 1 thn 2011 ttg perumahan dan Kawasan permukiman pasal 5
(1) Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.
*UU no 1 thn 2011 ttg perumahan dan Kawasan permukiman pasal 19
(1) Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.
*UU no 1 thn 2011 ttg perumahan dan Kawasan permukiman pasal 24
Perencanaan dan perancangan rumah dilakukan untuk:
a. menciptakan rumah yang layak huni;
b. mendukung upaya pemenuhan kebutuhan rumah oleh masyarakat dan pemerintah
c. meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur.
DAS SEIN
-banyak dijumpai rumah yg disediakan tidak layak huni
-pemerintah blm menepati janjinya utk membangun pemukiman rumah yang layak huni
-Masalah birokrasi yg rumit terutama di daerah, juga menyulitkan pengembang di daerah karena
kebijakan pemerintah pusat yang belum sepenuhnya diserap pemerintah daerah.
https://www.bphn.go.id/data/documents/11uu001.pdf

20. KEARIFAN LOKAL


a. topik: Kurangnya Dukungan pemerintah terhadap pelestarian Bahasa Daerah
Narasumber : Masyarakat Umum, Budayawan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 32 ayat 2
*UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan Pasal 42 ayat 1 : Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina,
dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam
kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian
dari kekayaan budaya Indonesia.
*UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Pasal 42 ayat 2: Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah
daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
DAS SEIN
-hilangnya ketertarikan masyarakat akan kearifan lokalnya sendiri
-pengembangan bahasa daerah mulai ditinggalkan dengan menggantinya dgn pembelajaran
bahasa asing
-kurangnya perhatian pemerintah terhadap pelestarian bahasa daerah
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/UU_2009_24.pdf

21. PERTANIAN
a. topik: Ketersediaan lahan pertanian yang semakin berkurang
Narasumber : Petani, Masyarakat Umum, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat,
Badan Pertanahan Nasional
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 3
*UU Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 7 ayat 2 butir
a dan b : Strategi Perlindungan Petani dilakukan melalui: a. prasarana dan sarana produksi
Pertanian; b. kepastian usaha.
*UU Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 12 ayat 2 :
Perlindungan Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) diberikan kepada: a. Petani
penggarap tanaman pangan yang tidak memiliki lahan Usaha Tani dan menggarap paling luas 2
(dua) hektare; b. Petani yang memiliki lahan dan melakukan usaha budi daya tanaman pangan
pada lahan paling luas 2 (dua) hektare; dan/atau; c. Petani hortikultura, pekebun, atau peternak
skala usaha kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
*UU No. 19 tahun 2013 ttg Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 4:
Lingkup pengaturan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani meliputi:
a. perencanaan;b. Perlindungan Petani;c. Pemberdayaan Petani;d. pembiayaan dan
pendanaan;e. pengawasan; dan f. peran serta masyarakat.
*UU No. 19 tahun 2013 ttg Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 3:
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani bertujuan untuk:
a. mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka meningkatkan taraf
kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik;
b. menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yang dibutuhkan dalam mengembangkan Usaha
Tani;
c. memberikan kepastian Usaha Tani;
d. melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen;
e. meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani dalam
menjalankan Usaha Tani yang produktif, maju, modern dan berkelanjutan; dan
f. menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian yang melayani kepentingan
Usaha Tani.
DAS SEIN
-Kekayaan Alam Indonesia, khususnya tanah untuk menunjang pertanian Indonesia, semakin
lama semakin sedikit luasnya.
-Petani sebagai tonggak utama Indonesia yang merupakan negara agraris kurang mendapat
perlindungan, khususnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian.
-Petani kecil justru ditindas dan diambil lahannya untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan
besar yang bergerak dalam bidang industri manufaktur dan pertambangan.
https://www.bphn.go.id/data/documents/08uu018.pdf
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945
Garis Besar UUD 1945: Pasal IX tentang kekuasaan kehakiman (pasal 24
Secara garis besar isi dari bagian pasal-pasal samapi 25)
UUD 1945 adalah sebagai berikut. Pasal IXA tentang wilayah negara (pasal 25A)
Bab I tentang bentuk dan berkedaulatan (pasal 1) Bab X tentang warga negara dan penduduk
Bab II tentang majelis permusyawaratan rakyat (pasal 26 sampai 28)
(pasal 2 sampai pasal 4) Baba XA tentang hak asasi manusia dan
Bab III tentang kekuasaan pemerintahan negara kewajiban dasar manusia (pasal 28A sampai 28J)
(pasal 4 sampai 19) Baba XI tentang agama (pasal 29)
(bab IV tentang DPA dihapus) Bab XII tentang pertahanan dan keamanan
Bab V tentang kementerian negara (pasal 17) negara (pasal 30)
Bab VI tentang pemerintah daerah (pasal 18 Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan
sampai 18B) (pasal 31 sampai 32)
Bab VII tentang dewan perwakilan rakyat (pasal Bab XIV tentang perekonomian nasional dan
19 sampai pasal 22B) kesejahteraan sosial (pasal 33 sampai 34)
Bab VIIA tentang dewan perwakilan daerah Bab XV tentang bendera, bahasa, lambing
(pasal 22C sampai 22D) negara serta lagu kebangsaan (pasal 35 sampai
Bab VIIB tentang pemilihan umum (pasal 22E) 36C)
Bab VIII tentang hal keuangan (pasal 23 sampai Bab XVI tentang perubahan undang-undang
23D) dasar (pasal 37)
Bab VIIIA tentang badan pemeriksaan keuangan
(pasal 23E sampai 23G)

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945


PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. ***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.***)

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat , dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang.****)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota
Negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.
Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang
Dasar. ***)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.***/ ****)
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.***/****)

BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.*)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri,
tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.***)
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.*** )
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. ***)
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.***)
(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh
persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara
disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi
Presiden dan Wakil Presiden.***)
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon
yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat
secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.****)
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.***)
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*)

Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat.***)
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat
dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan
Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***)
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.*** )
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul
Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan
Rakyat menerima usul tersebut. ***)
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.***)
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.*** )
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** )
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden
dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.*** )
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas
Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.****)
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut :
Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :
“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”
Janji Presiden (Wakil Presiden) :
“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang
teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.*)
(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat
mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.*)
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.****)
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.***)
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan
dengan undang-undang.
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.*
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.*)
Pasal 14
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
agung.*)
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.*)
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-
undang.*)
Pasal l6
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.****)
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Dihapus****)

BAB V
KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.*)
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-
undang.***)
BAB VI
PEMERINTAH DAERAH
Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.**)
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.** )
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.**)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.** )
(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.**
)
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.**)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.** )
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.**)
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.** )

BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum.**)
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.**)
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.** )
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.*)
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.* )
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.* )
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.* )
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan
oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui,
rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.**)
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.** )
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-
Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat.** )
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat, serta hak imunitas.** )
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.** )
Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.*)
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang.**)
Pasal 22B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan
tata caranya diatur dalam undang-undang.**)

BAB VIIA***)
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.*** )
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh
anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat.***)
(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.*** )
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.***)
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.*** )
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.*** )
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat
dan tata caranya diatur dalam undang-undang.***)

BAB VIIB***)
PEMILIHAN UMUM
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
lima tahun sekali.*** )
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.*** )
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.*** )
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.*** )
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri.***)
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.*** )

BAB VIII
HAL KEUANGAN
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.*** )
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah. ***)
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu.***)
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.***
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab,
dan independensinya diatur dengan undang-undang.***
BAB VIIIA ***)
BADAN PEMERIKSA KEUNGAN
PASAL 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.*** )
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.*** )
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang.*** )
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.***)
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.*** )
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.*** )
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-
undang.***)

BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.***)
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.** **)
Pasal 24A
(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang.*** )
(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional,
dan berpengalaman di bidang hukum.***)
(3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.***)
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan
peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang.***)

Pasal 24 B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.***)
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum
serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.*** )
(3) Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.*** )
(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.*** )
Pasal 24C***
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.*** )
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.*** )
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.***
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.***
)
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya
tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-
undang

BAB IXA**)
WILAYAH NEGARA
Pasal 25****)
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.** )

BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.** )
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.** )
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.***)
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.** )
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.** )
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.** )
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.**)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.**)
(1) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )
Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.** )
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.**)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.**)
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.** )
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.** )
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.**)
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.** )
(1) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.**)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.** )
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.** )
(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.**)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.**)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.** )
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.**)
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.** )
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.** )

BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

BAB XII
PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN NEGARA **)
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.** )
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.** )
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.**)
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.** )

BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan****)
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.****)
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.****)
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.****)
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.****)
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.**** )
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.****
)

BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****)
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.**** )
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.**** )
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.****)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)

BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN **)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
diatur dengan undang-undang.**)

BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.****)
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.****)
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.**** )
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.****)
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.**** )
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

TEORI
KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
1. Teori Informatif
Teori ini dikembangkan oleh Sannon dan Weaver (1949). Teori informasi merupakan salah satu
teori klasik, dimana teori ini menitikberatkan pada komunikasi sebagai suatu transmisi pesan dan
bagaimana transmitter menggunakan media dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, jika sinyal media
yang digunakan baik, maka komunikasi akan berjalan efektif, begitu pula sebaliknya. Apabila
sinyal media tidak baik, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar.

2. Teori Kognitivisme
Teori kognitivisme mengedepankan proses belajar dibandingkan dengan hasil proses itu sendiri.
Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tetapi juga
melibatkan proses berfikir yang kompleks. Lebih dari itu, belajar merupakan proses perubahan
persepsi dan pemahaman. Menurut aliran ini kita belajar didasarkan atas kemampuan kita
menafsirkan peristiwa atau kejadian dalam suatu lingungan. Dimana proses belajar tersebut
terdapat empat tahapan yaitu Asimilasi, Akomodasi, Disquilibari, dan Equilibrasi.

3. Teori Birokrasi
Teori birokrasi digunakan untuk komunikasi  Mampu meminimalisir pekerjaan yang
organisasi. Max Weber (1948), sulit.
mengungkapkan bahwa model birokrasi  Hirearki organisasi yang terstruktur.
sering kali dipakai untuk mencapai  Kemampuan anggota yang mumpuni.
komunikasi organisasi yang efektif. Menurut  Memiliki kemampuan Multi – tasking
Weber, ada delapan karakteristik struktural  Profesionalitas yang tinggi
terkait birokrasi organisasi, yaitu:  Uraian tugas yang terstruktur dan
 Terdapat aturan dan prosedur sesuai teratur
standar.  Rasionalitas untuk mencapai
keberhasilan

4. Teori Komunikasi Administrasi


Teori komunikasi administrasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan secara timbal
balik antar anggota. Teori ini dimaksudkan dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa saling
pengertian dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Fungsi dari
penerapan teori ini adalah untuk menjaga stabilitas informasi agar tercipta penyesuaian sikap
yang memadai antar bagian dalam organisasi.

5. Teori Connectionism (Thorndike)


Teori ini disebut juga dengan teori Trial and Error. Menurut teori ini, masing – masing organisme
apabila bertemu dengan situasi yang baru akan melakukan beberapa tindakan yang bersifat
coba-coba secara terus menerus. Kemudian, jika dalam usaha coba coba tersebut secara tidak
sengaja timbul perbuatan yang dirasa memenuhi situasi, maka perbuatan tersebut akan terus
diterapkan sebagai salah satu tindakan yang dinilai cocok dalam situasi tersebut. Dengan
percobaan yang dilakukan secara berkelanjutan, maka perbuatan tersebut menjadi suatu
kebiasaan dan semakin efisien untuk diterapkan.

6. Teori Informasi adalah teori yang menitikberatkan pada komunikasi sebagai suatu transmisi
pesan dan bagaimana transmitter menggunakan media dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, jika
sinyal media yang digunakan baik, maka komunikasi akan berjalan efektif, begitu pula sebaliknya.

7. Teori Uses and Gratifications


Merupakan teori komunikasi dimana pengguna media memiliki peran aktif dalam memilih media
yang digunakannya sesuai dengan kebutuhan sehingga pengguna media dapat dikatakan sebagai
pihak utama dalam suatu proses komunikasi. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media
memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain,
pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha
mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya
pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Elemen dasar
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu,
dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga
dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai
percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang
menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang
menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang
menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi
karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan
berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat

8. Teori Nativisme berpandangan bahwa manusia satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat
berkomunikasi melalui verbal. Di sisi lain, bahasa merupakan suatu yang kompleks, oleh
karenanya manusia senantiasa belajar untuk dapat berkomunikasi dengan makhluk Tuhan yang
lain.

9. Teori Spiral of Silence menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum dalam masyarakat
ditentukan oleh proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi,
dan persepsi masing-masing individu serta hubungannya dengan pendapat orang lain dalam
masyarakat.

10. Teori Connectionism atau Teori Trial and Error. Menurut teori ini, masing-masing
organisme apabila bertemu dengan situasi yang baru akan melakukan beberapa tindakan yang
bersifat coba-coba secara terus-menerus. Kemudian, jika dalam usaha coba-coba tersebut secara
tidak sengaja timbul perbuatan yang dirasa memenuhi situasi, maka perbuatan tersebut akan
terus diterapkan sebagai salah satu tindakan yang dinilai cocok dalam situasi tersebut. Dengan
percobaan yang dilakukan secara berkelanjutan, maka perbuatan tersebut menjadi suatu
kebiasaan dan semakin efisien untuk diterapkan.

11. Teori Media - Medium Theory


Teori media merupakan teori yang berasal dari teori media baru yang dikembangkan oleh Pierre
Levy yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas mengenai
perkembangan media. Teori media adalah teori yang menjelaskan pengaruh media sebagai alat
atau sarana dalam menyebarkan informasi baik secara fisik maupun psikologis. Teori ini
bermanfaat dalam memahami tentang berbagai media dan bagaimana masing-masing media
dapat bermanfaat dalam mendistribusikan informasi. Melalui analisis yang tepat dan penerapan
teori ini pada media yang relevan, maka pemilihan teori ini dapat juga digunakan secara tepat.

12. Teori Komunikasi Pemasaran


Teori komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang ditujukan untuk menyampaikan
pesan kepada konsumen dan pelanggan dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai
saluran yang dapat dipergunakan dengan harapan terjadinya tiga tahap perubahan, yaitu:
perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki.

13. Teori Pemasaran


Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran adalah proses yang dilakukan oleh setiap
perusahaan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat
dengan pelanggan itu sendiri dan mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai balasannya. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran dapat membangun nilai pelanggan dan
mempererat hubungan antara pelanggan dan pelaku bisnis sehingga kesetiaan pelanggan dapat
tercipta.

14. Teori Efektivitas Komunikasi


Berkomunikasi merupakan suatu keharusan bagi manusia sebagai makhluk sosial untuk menjalin
hubungan dengan sesamanya, selain itu juga komunikasi diperlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Komunikasi disebut efektif apabila penerima pesan mampu
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi pesan
(Supratiknya, 1995). Pada kenyataannya sering kali terjadi kegagalan dalam berkomunikasi.
Kegagalan ini dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah faktor yang bersifat
emosional dan sosial atau kultural, mendengarkan dengan maksud hanya untuk menghakimi atau
menilai si pemberi pesan, gagal menerima maksud konotatif yang disampaikan pemberi pesan,
ataupun kesalahpahaman karena ketidakpercayaan antara penerima pesan terhadap pemberi
pesan. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu pesan dapat tersampaikan
secara efektif yaitu, yang pertama pengirim pesan harus mengusahakan agar pesan yang akan
disampaikan mudah dipahami untuk penerima pesan, kedua pengirim pesan harus memiliki
kredibilitas di mata penerima pesan, kredibilitas yang dimaksudkan adalah kadar kepercayaan
atau keterandalan pernyataan-pernyataan yang disampaikan pengirim di telinga penerima dengan
beberapa aspek seperti konsistensi, intensi atau motivasi dibalik penyampaian pesan, ungkapan
yang hangat dan bersahabat dari pemberi pesan, predikat ataupun cap yang diberikan
masyarakat kepada pemberi pesan mengenai sifatnya, keahlian pengirim pesan menyangkut
pokok bahasan yang ingin disampaikannya, serta sifat dinamis (proaktif, empatik, dan agresif)
pengirim pesan, yang ketiga adalah pengirim pesan harus berusaha mendapatkan umpan balik
secara optimal mengenai pengaruh pesan yang disampaikannya kepada penerima pesan.

15. Teori Komunikasi Humanistik


Teori komunikasi humanistik merupakan teori yang diilhami oleh perkembangan ilmu psikologi,
yaitu psikologi humanisme. Menurut McNeil (1977), teori ini menganggap bahwa setiap
komunikan sebagai objek komunikasi memiliki alasan yang berbeda dalam berkomunikasi. Tujuan
utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikator agar bisa berkembang di
tengah masyarakat. Teori humanistik sangat menekankan komunikasi yang bermakna
(meaningful communication) berdasarkan sudut pandang komunikan. Teori ini juga berfokus agar
komunikator maupun komunikan berfokus pada pemberian apresiasi terhadap setiap individu.
Selain itu, komunikator berperan sebagai fasilitator yang memperhatikan aspek atmosfer dalam
proses komunikasi. Teori ini banyak diaplikasikan dalam dunia pendidikan melalui penerapan
humanistic curriculum.

16. Teori Konstruktivisme


Teori konstruktivisme Piaget menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh murid atau orang
yang sedang belajar. Pengetahuan tidak diterima begitu saja dari guru, tetapi murid sendirilah
yang harus mengorganisasi, memikirkan, dan membentuk pengetahuan itu. Tanpa kegiatan aktif
membentuk pengetahuan dalam pikirannya, seseorang tidak akan tahu sesuatu. Teori
konstruktivisme menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan (konstruksi) orang
itu sendiri. Pengetahuan seseorang akan sesuatu benda, bukanlah tiruan benda itu, melainkan
konstruksi pemikiran seseorang akan benda tersebut. Tanpa keaktifan seseorang mencerna dan
membentuknya, seseorang tidak akan mempunyai pengetahuan. Oleh karena itu, Piaget
menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila
murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi
apabila seseorang mengubah atau mengembangkan skema yang telah dimiliki dalam berhadapan
dengan tantangan, rangsangan, atau persoalan. Dengan proses asimilasi dan akomodasi itu,
pengetahuan seseorang dikembangkan dan dimajukan. Pembentukan pengetahuan itu pertama-
tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan
persoalan, bahan, atau lingkungan baru. Orang itu sendirilah yang membentuk pengetahuannya.
Namun, ini tidak berarti bahwa orang lain atau lingkungan sosial lain tidak mempunyai peranan.
Orang-orang atau lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan
tersebut sebagai yang memacu, mengkritik, dan menantang sehingga proses pembentukan
pengetahuan lebih lancar. Dengan berhadapan dan berkontak dengan orang lain itu, gagasan
seseorang ditantang, diluruskan, serta diyakinkan.

17. Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik adalah teori yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut Desmita
(2009:44), teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan
tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Behavioristik
adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B.
Watson (1878- 1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori
psikodinamika. Teori belajar behavioristik menitikberatkan proses pengamatan karena yang
menjadi fokusnya hanyalah perilaku yang tampak saja dengan ciri dapat diukur dan diramalkan.
Disebut sebagai teori belajar karena pembelajaran menghasilkan berbagai perilaku manusia.
Teori ini pada dasarnya hanya ingin mengetahui pengaruh dari lingkungan sekitar terhadap
perilaku manusia. Karena teori ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang pasif dan
dikuasai oleh rangsangan - rangsangan dari lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat
dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada
dalam lingkungannya. Hal ini berimplikasi pada tidak dipertimbangkannnya perilaku - perilaku
tersebut baik atau tidak, maupun rasional atau irasional.

18. Teori Pemahaman


Secara bahasa, peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dan
sebagainya). Sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami dan
memahamkan. Menurut Benjamin S. Bloom, pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Teori Pemahaman menjelaskan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mengerti,
mengetahui, atau memahami sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Siswa dikatakan
paham jika siswa tersebut mampu memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman juga dapat dikatakan sebagai hasil belajar,
misalnya siswa dapat menjelaskan dengan kalimatnya sendiri atas apa yang dibaca atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk
penerapan pada kasus lain.

19. Teori Pola Komunikasi


Pola komunikasi menurut Effendy, 1986 Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk
mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna
memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. Menurut Effendy, (1989:32) Pola Komunikasi
terdiri atas 3 macam yaitu : 1. Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
Komunikator kepada Komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tampa ada
umpan balik dari Komunikan dalamhal ini Komunikan bertindak sebagai pendengar saja. 2. Pola
Komunikasi dua arah atau timbale balik (Two way traffic communication) yaitu Komunikator dan
Komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, Komunikator pada tahap
pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada
hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama
mempunyai tujuan tertentu melalui proses Komunikasi tersebut, Prosesnya dialogis, serta umpan
balik terjadi secara langsung. (Siahaan, 1991) 3. Pola Komunikasi multi arah yaitu Proses
komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak di mana Komunikator dan Komunikan
akan saling bertukar pikiran secara dialogis

20. Teori Pengambilan Keputusan


G. R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang
didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Dasar-dasar
Pengambilan Keputusan George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan
yang berlaku, antara lain :
Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah
terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini
terdapat beberapa keuntungan, yaitu:
Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Pengalaman: Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah.Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar
belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan
pemecahan masalah
Fakta: Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu
sangat sulit.
Wewenang: Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat
rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan
justru menjadi kabur atau kurang jelas.
Rasional: Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.Keputusan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang di akui saat itu.

21. Teori Problem Solving (Pemecahan Masalah)


Menurut Polya (Hudojo, 1988:158), pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan mudah dapat dicapai. Menurut Polya
(Suherman, 2003:91) ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah
yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3) menyelesaikan
masalah sesuai rencana yang telah direncanakan, (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh
(looking back).

22. Teori Komunikasi Terbuka


Menurut Johnson Komunikasi terbuka adalah saling memahami, saling percaya, kita saling
membuka diri, yakni mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi,
termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan lewat komunikasi kita (Johnson, 1981: 204).
Komunikasi terbuka merupakan suasana batin yang menyenangkan bagi setiap anggota untuk
bicara, mengemukakan ide, dan perasaan mereka dengan nyaman, tanpa ada rasa sungkan,
khawatir, atau tidak enak apalagi rasa takut (Johnson, 1981: 205)

23. Teori Persepsi


Menurut Philip Kolter (Manajemen Pemasaran, 2009), persepsi adalah proses bagaimana
seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses
kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi
atau pandangan seseorang adalah karakteristik orang yang dipersepsi dan faktor situasionalnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Vincent (Manajemen Bisnis Total,
1997, hal 35) antara lain:
1. Pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat mempengaruhi seseorang karena manusia biasanya
akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia lihat, dengar dan ia rasakan.
2. Keinginan dapat mempengaruhi persepsi sesorang dalam hal membuat keputusan. Manusia
cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan pengalaman yang telah
dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi seseorang.

24. Teori Keteraturan Sosial


Keteraturan sosial identik dengan kondisi sosial yang stabil dan hubungan sosial antarindividu
atau masyarakat yang harmonis. Kondisi stabil tercermin dengan adanya pola perilaku sosial yang
selaras dengan nilai dan norma yang berlaku. Pada prinsipnya keteraturan adalah produk
interaksi sosial yang berjalan harmonis dan selaras dengan nilai dan norma yang berlaku.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Selain itu, keteraturan juga memiliki konotasi dengan regularitas. Kondisi sosial yang berpola,
ajeg, dan terjadi secara rutin dapat terjadi bila ditopang oleh adanya keteraturan sosial. Dalam
kondisi masyarakat yang kacau-balau, rutinitas akan absen. Selain itu, keteraturan juga akan
absen. Terdapat empat unsur keteraturan sosial. Terpenuhinya keempat unsur tersebut berarti
terciptanya keteraturan dalam masyarakat. Berikut empat poin dan contohnya:
-Tertib sosial adalah keadaan masyarakat dengan kehidupan tertib dan teratur sebagai hasil dari
interaksi sosial yang berjalan harmonis. Sebagai contoh, seorang pendatang melapor kepada
ketua RT setempat sebelum keliling kampung meminta sumbangan pembangunan masjid.
Seorang pengendara mematikan motor ketika masuk gang kecil saat jam belajar masyarakat.
-Order adalah sistem nilai dan norma yang berlaku dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat desa yang melakukan kerja bakti membersihkan got atau selokan di
kampungnya. Contoh lain, warga kampung yang bergotong royong mengecat gapura dalam
perayaan 17-an.
-Keajegan adalah keteraturan sosial yang reguler atau rutin sebagai hasil dari interaksi sosial
yang mengalami pelembagaan. Sebagai contoh, seorang anak yang rutin pergi ke sekolah untuk
belajar. Seorang pegawai yang rutin pergi ke kantor untuk melayani masyarakat. Sekolah adalah
lembaga pendidikan dan kantor pegawai adalah lembaga pemerintahan.
-Pola adalah corak hubungan sosial yang tetap dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh,
santri yang cium tangan ketika bertemu kyai. Meski tidak di pesantren, saat bertemu kyai-nya,
para santri cium tangan sebagai penghormatan kepadanya. Corak tersebut merupakan pola
hubungan antara kyai dan santri.

25. Teori Partisipasi


Menurut Kafler mengenai partisipasi adalah sebagai berikut: ”Partisipasi adalah keikutsertaan
seseorang dalam suatu kegiatan yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan
emosional, partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan
tersebut, sedangkan partisipasi secara mental dan emosional merupakan partisipasi dengan
memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang
diharapkan”. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang dilibatkan dan
diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab
sesuai tingkat kematangan dan tingkat kewajiban.Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-
bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. (Poerbawakatja RS, 1982-
:251). Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan
inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi serta mendukung
mencapai tujuan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

26. Teori Kepuasan


Steve M. Jex (2002:131) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “tingkat afeksi positif seorang
pekerja terhadap pekerjaan dan situasi pekerjaan.” Bagi Jex, kepuasan kerja melulu berkaitan
dengan sikap pekerja atas pekerjaannya. Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan
perilaku. Aspek kognitif kepuasan kerja adalah kepercayaan pekerja tentang pekerjaan dan situasi
pekerjaan: Bahwa pekerja yakin bahwa pekerjaannya menarik, merangsang, membosankan atau
menuntut. Aspek perilaku pekerjaan adalah kecenderungan perilaku pekerja atas pekerjaannya
yang ditunjukkan lewat pekerjaan yang dilakukan, terus bertahan di posisinya, atau bekerja secara
teratur dan disiplin.
Kepuasan kerja biasanya didefinisikan sebagai tingkat pengaruh positif karyawan terhadap
pekerjaannya atau situasi pekerjaan (Locke, 1976: Spector, 1977). Pengaruh positif pada definisi
ini dapat ditambahkan komponen kognitif dan perilaku, hal ini sesuai dengan cara psikologis sosial
mendefinisikan sikap (Zanna & Rempel, 1988). Kepuasan kerja nyatanya adalah sikap karyawan
terhadap pekerjaannya.
Aspek kognitif dari kepuasan kerja merupakan keyakinan karyawan tentang pekerjaannya, yaitu
keyakinan bahwa pekerjaannya menarik, tidak menarik, banyak tuntutan dsb. Aspek kognitif ini
tidak bebas dari aspek afektif yaitu sangat terkait dengan perasaan dari pengaruh positif.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
27. Teori Kinerja
Bernardin dan Rumah sel (dalam Ruky, 2002) memberikan pengertian atau kinerja sebagai
berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function
or activity during time period”. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.
Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005) yang mengemukakan
kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan
adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen
kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau
organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dan prestasi kerja dapat disimpulkan bahwa
pengertian kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh
seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil
yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan (individual performance)
dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate
performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan
(individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate
performance) juga baik.

28. Teori Pelayanan Publik


Pelayanan umum atau pelayanan publik menurut Wasistiono dalam Hardiyansyah (2011:11)
adalah pemberian jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak
swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau
kepentingan masyarakat. Berbeda dengan pendapat di atas, Ratminto dan Winarsih (2005:5)
berpendapat bahwa:
“pelayanan publik atau pelayanan umum sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dalam upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Sedangkan pelayanan umum menurut Moenir (2010:26) adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan pemberian layanan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu pemerintah, BUMN, atau
BUMD yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip, asas-asas dalam pelayanan publik dan
ketentuan perundang-undangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
29. Teori Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dapat dipandang sebagai sebuah subsistem dari sistem komunikasi yang lebih
besar, oleh karenanya komunikasi verbal memiliki karakteristik sistem komunikasi terbuka (cf.
Katz and Kahn 1966). Komunikasi verbal dicirikan dengan adanya konseptualisasi, verbalisasi,
artikulasi, persepsi, dan interpretasi untuk menghasilkan keluaran (output) yang merupakan
manifestasi dari tujuan utama yang hendak dicapai. Komunikasi verbal termasuk dalam siklus
peristiwa yang terjadi terus-menerus dan berulang-ulang. Pesan dipertukarkan dalam suatu
kegiatan percakapan yang biasanya melibatkan perasaan atau emosi. Pesan ditransfer dalam
bentuk bahasa maupun sistem simbol non-linguistik seperti bahasa isyarat. Keduanya merupakan
kode yang harus dimengerti baik pengirim maupun penerima pesan. Dalam perkembangannya,
komunikasi verbal dapat dilakukan melalui media penghubung contohnya adalah berbicara
melalui telepon, video conference, rekaman suara, maupun pesan singkat yang diubah menjadi
teks atau short message service (SMS).
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
30. Teori Pelanggaran Harapan
Teori pelanggaran harapan merupakan salah satu teori komunikasi yang menggambarkan bahwa
seseorang memiliki harapan terhadap jarak perilaku nonverbal orang lain yang dapat memberikan
kenyamanan kepadanya. Teori ini melihat komunikasi sebagai pertukaran informasi yang dapat
dianggap positif atau negatif tergantung pada rasa suka atau harapan antara dua orang yang
berinteraksi. Teori pelanggaran harapan atau expectancy violations theory adalah salah satu teori
komunikasi khususnya teori komunikasi interpersonal yang dikenalkan pertama kali oleh Judee K.
Burgoon dan kawan-kawan pada sekitar tahun 1970. Teori ini berbicara tentang pengaruh
komunikasi nonverbal dan pengaruh perilaku manusia. Di tahun 1980an dan tahun 1990an, teori
pelanggaran harapan kemudian berkembang menjadi teori pelanggaran harapan nonverbal yaitu
sebuah teori yang juga dikemukakan oleh Judee K. Burgoon. Teori pelanggaran harapan
nonverbal merupakan teori yang menjelaskan pelanggaran ruang pribadi yang diciptakan oleh
manusia bagi diri mereka sendiri. Teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa penafsiran
sebuah pesan tidak sesederhana seperti yang dikatakan atau bagaimana pesan dikatakan. Lebih
dari itu, penafsiran sebuah pesan ditentukan oleh situasi, nilai ganjaran orang lain, dan bagaimana
pesan-pesan memenuhi harapan seseorang atau tidak. Ketika apa yang kita harapkan terjadi
dalam suatu interaksi tidak terjadi, maka kita akan mencatat seberapa sering hal itu terjadi dan
memberi perhatian lebih terhadap berbagai kejadian yang ada. Pelanggaran harapan terjadi ketika
seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan verbal dan nonverbal seperti berdiri terlalu
dekat atau mengatakan hal-hal yang tidak sesuai. Pelanggaran tidak selamanya bersifat negatif.
Pelanggaran dapat menjadi positif manakala tindakan dapat diterima atau para pelaku memiliki
nilai ganjaran positif. Teori pelanggaran harapan bersifat sosiopsikologis dan menekankan pada
berbagai kode sosial baik komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal atau
komunikasi antar pribadi. Teori pelanggaran harapan didasarkan pada teori pengurangan
ketidakpastian yang menyatakan bahwa ketidakjelasan dalam perilaku orang lain dapat dikurangi
melalui interaksi.

31. Teori Aktivasi Paparan Informasi (Activation Theory of Information Exposure)


Teori aktivasi paparan informasi dikembangkan oleh Lewis Donohew dan Philip Palmgreen
menjelaskan tentang perbedaan individu dalam hal perhatian dan paparan berkelanjutan terhadap
pesan interpersonal dan kelompok. Teori ini memperlakukan pesan sebagai sumber stimulus dan
memegang peranan pada keberhasilan atau kegagalannya untuk menarik pembaca atau
pendengar yang merupakan fungsi dari kognitif dan kebutuhan biologis masing-masing individu.
Pesan yang berhasil merupakan pesan yang memiliki aspek kebaruan, intens, dan beberapa
aspek lain yang akan memunculkan aktivasi untuk menarik perhatian yang tidak terlalu tinggi yang
justru akan menimbulkan distraksi. Seseorang yang memiliki kebutuhan stimulasi yang rendah,
mungkin akan berpaling dari pesan yang memiliki stimulus kuat dan justru tertarik terhadap pesan
dengan stimulus rendah. Pesan sangat mungkin memiliki kemampuan persuasi yang tinggi
apabila pesan tersebut dapat menarik perhatian dan mempertahankan ketertarikan perhatian
tersebut cukup lama hingga isi pesan diproses oleh seseorang. Pada awalnya, teori ini bertumpu
pada ketertarikan kognitif yang dirasakan oleh penerima pesan dan keputusan yang secara sadar
diambil dari informasi yang dilihat atau dibaca. Selanjutnya teori ini berkembang untuk
mengikutsertakan penekanan pada aspek formal, dan nonverbal dari stimulus pesan agar
seseorang tetap dapat terpapar informasi. Studi riset terbaru melibatkan pilot functional magnetic
resonance imaging (fMRI) untuk mempelajari respon otak terhadap pesan yang akan mendukung
harapan akan pesan yang memiliki aspek kebaruan dan dapat menciptakan sensasi di beberapa
area terpenting pada otak.

32. Teori Komunikasi Pemasaran


Komunikasi pemasaran sebagai salah satu area dari komunikasi organisasi umumnya diartikan
sebagai sarana untuk berbagi informasi, konsep, dan arti yang dilakukan oleh sumber pesan
kepada penerima pesan mengenai berbagai produk, layanan atau jasa, serta organisasi sebagai
penjual produk dan layanan tersebut. Sebagai pemasar, sejatinya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi keputusan dan sikap konsumen.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Sebaliknya, sebagai konsumen, tentunya kita mencari, memilih, dan kemudian memakai produk
yang sesuai dengan kebutuhan kita. Konsumsi produk adalah salah satu bentuk produksi itu
sendiri. Dengan demikian, komunikasi pemasaran menjadi memiliki tujuan. Dari segi psikologi
komunikasi, komunikasi pemasaran memiliki tujuan utama yaitu untuk mempersuasi target
khalayak untuk merubah sikap dan perilaku terhadap organisasi. Dapat dikatakan bahwa
komunikasi pemasaran terkait erat dengan perilaku konsumen.
Hal ini ditegaskan oleh Richard J. Varey (2002) yang menyatakan bahwa konsep sentral
marketing atau pemasaran dan perilaku konsumen menitikberatkan pada konsep pertukaran.
Pertukaran yang dimaksud adalah ketika kita mencari produk yang sesuai dengan kebutuhan kita,
maka kita akan mencarinya dan mendapatkan dengan cara menukarkan uang kita dengan produk
yang dimaksud. Dengan demikian, secara umum uang diartikan sebagai media pertukaran yang
kita gunakan untuk memperoleh kepuasan.

33. Teori Analisis Transaksional


Analisis transaksional merupakan pendekatan Psychotherapy yang menekankan hubungan
interaksional. Transaksional sendiri dimaksudkan sebagai hubungan komunikasi antar individu.
Teori ini digunakan untuk mengetahui bentuk dan isi pesan yang tersampaikan dalam suatu
komunikasi.
Analisis ini bertujuan mengetahui tingkat keefektifan komunikasi yang terjalin antara individu. Eric
Berne (1960), adalah pengembang teori analisi ini yang dinilai cocok untuk digunakan dalam
konseling kelompok.

34. Teori Komunikasi Terbuka


Menurut Johnson, Komunikasi terbuka adalah saling memahami, saling percaya, kita saling
membuka diri, yakni mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi,
termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan lewat komunikasi kita.3
Komunikasi terbuka merupakan suasana batin yang menyenangkan bagi setiap anggota untuk
bicara, mengemukakan ide, dan perasaan mereka dengan nyaman, tanpa ada rasa sungkan,
khawatir, atau tidak enak apalagi rasa takut.

35. Teori Komunikasi Lasswell


Harold Lasswell, Teoritikus ternama yang banyak menyumbangkan ide dan fikirannya terkait
cabang ilmu sosial dan komunikasi. Di tahun 1948, Ia mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan hingga kini masih diterapkan sebagai model komunikasi dasar. Model tersebut
yakni :
Siapa (Who) – Berbicara apa (Says What) – Dengan media apa (In Which Channel) – Kepada
Siapa (To Whom) – Dan dengan Efek apa (With What Effect)

36. Teori Perjanjian


R. Wirjono Prodjodikoro, ”kalau seseorang berjanji melaksanakan sesuatu hal, maka janji ini
dalam hukum pada hakikatnya ditujukan kepada orang lain”. Bahwa sifat pokok dari perjanjian
adalah hubungan hukum antara orang-orang berdasarkan atas suatu janji, wajib untuk melakukan
sesuatu hal, dan orang lain tentu berhak menuntut pelaksanaan suatu janji itu.

37. Teori Sifat


Pendekatan disposisional dengan kepribadian mencoba untuk menemukan ciri-ciri psikologis yang
tetap relatif konstan untuk seseorang dari waktu ke waktu dan di berbagai situasi. Pendekatan
sifat komunikasi menempatkan kedudukan tindakan dalam kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan atau bereaksi terhadap perilaku. Studi sifat telah melihat kecenderungan
seperti menghindari komunikasi, persuasibility, kesadaran diri, dogmatisme, Machiavellianism,
kompleksitas kognitif, dan perlu persetujuan sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak teori
kepribadian telah mengurangi berbagai variabel untuk memastikan lebih sedikitnya sifat-sifat
super yang berasal dari analisis faktor. Teori dihasilkan dengan mengidentifikasi nomor yang tepat
dari superfactors. Dua teori superfactor umumnya terbagi dua yaitu Eysenck terdiri dari tiga model
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
faktor (extraversion, neuroticism, dan psychoticism) dan lima model faktor Digman yaitu
(neurotisisme, extraversion, keterbukaan pada pengalaman, keramahan, dan hati nurani.

38. Teori Sibernetik


Wiener (1945) adalah tokoh dibalik teori ini. Teori ini tergolong teori baru sejalan dengan
berkembangnya teknologi informasi dan ilmu sosial. Teori sibernetik merupakan suatu sistem
pengontrol yang didasarkan pada komunikasi, antara sistem dengan lingkungan dan antar sistem
itu sendiri. Pengontrol dari sistem berfungsi dalam memperhatikan lingkungan. Penerapan teori
sibernetik biasanya diperuntukkan kepada siswa agar mencapai hasil yang efektif.

39. Teori Another Development


Teori Another Development oleh Servaes dalam Nasution (1988) menjelaskan bahwa tidak ada
suatu jalur tunggal yang universal melaksanakan pembangunan. Menurut konsep ini,
pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses yang integral, multi dimensional dan
dialektis, yang dapat berbeda dari suatu negara kenegara lain.

40. Teori Social Exchange


Berdasarkan Social Exchange Theory, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang
lain karena daripadanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan
orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Untuk mendapatkan sumber daya
berharga dalam konstruksi diperlukan proses pertukaran dan negosiasi yang akan tertuang di
dalam kontrak, yang mana merupakan penerapan Social Exchange Theory.

41. Teori Komunikasi Administrasi


Teori komunikasi administrasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan secara timbal
balik antar anggota yang dalam hal ini adalah 2 pihak yang melakukan kontrak. Teori ini
dimaksudkan dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa saling pengertian dalam rangka mencapai
tujuan dengan efektif dan efisien. Fungsi dari penerapan teori ini adalah untuk menjaga stabilitas
informasi agar tercipta penyesuaian sikap yang memadai antar bagian dalam organisasi yang
dalam hal ini adalah proyek.

42. Teori Persuasif


Teori komunikasi persuasif membiarkan orang lain (persuade) bebas melakukan apapun yang
diinginkan setelah persuader berusaha meyakinkan orang tersebut. Teori ini digunakan untuk
memecahkan persoalan mengapa banyak terjadi kasus pelanggaran dalam proses kredit.
Kenneth E.Anderson (1972:218), menyatakan bahwa komunikasi persuasif merupakan proses
komunikasi antar individu. Komunikasi tersebut terjadi di mana komunikator mengunakan simbol-
simbol untuk mempengaruhi pikiran si penerima sebagai dengan sendirinya, komunikator dapat
merubah tingkah laku dan perbuatan audiens. Erwin P. Betinghaus dalam bukunya yang berjudul
“Persuasif Communication” tahun 1973, halaman 10. Disana dijelaskan bahwa komunikasi
persuasif ini dapat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara
pembicara dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi tingkah laku pendengar
melalui perantara pendengaran dan penglihatan

43. Teori Norma Budaya


Teori ini beranjak dari pada pengaruh media massa yang kuat mengenai suatu hal. Hal tersebut
dapat mempengaruhi kondisi sosial budaya dalam masyarakat. Pesan dari media massa mampu
mengubah norma yang sudah ada dalam masyarakat, disisi lain juga mampu memperkuat norma
yang ada dalam masyarakat.

44. Teori Behaviorisme


Teori Behaviorisme ini mencakup semua perilaku, termasuk tindakan balasan atau respon
terhadap suatu rangsangan atau stimulus. Artinya bahwa selalu ada kaitan antara stimulus
dengan respon pada perilaku manusia. Jika suatu stimulus atau rangsangan yang diterima
seseorang telah teramati, maka dapat diprediksikan pula respon dari orang tersebut.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

45. Teori Kesenjangan Pengetahuan


Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Phillip Tichenor, George Donohue, dan Clarice Olien. Teori
ini menyatakan bahwa bertambahnya jumlah informasi mengenai suatu topik mengakibatkan
bertambahnya pula kesenjangan pengetahuan antara mereka yang mengetahui lebih banyak dan
mereka yang mengetahui lebih sedikit. Kesenjangan pengetahuan dapat menghasilkan
bertambahnya kesenjangan antara orang-orang yang memiliki status sosioekonomi yang rendah
dan orang-orang yang memilik status sosioekonomi yang tinggi.

46. Teori Ketergantungan


Teori ini dikemukakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Malvin Defluer (1976). Fokus dari teori ini
terletak pada kondisi struktural yang ada dimasyarakat. Fokus ini sangat cenderung mudah untuk
dipengaruhi oleh media massa. Teori ini dapat disematkan pada komunitas masyarakat modern,
di mana pada masyarakat modern, media massa dianggap suatu hal yang sangat penting dalam
mencapai tujuan beberapa proses. Di antaranya yaitu proses memelihara, perubahan, serta
konflik dalam tataran masyarakat dan masalah perorangan dalam suatu aktivasi sosial.

47. Teori Peran


Teori ini menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran,
namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori
Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain
sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Peran tersebut termasuk juga peran untuk
ikut serta mencipatakan ketertiban di lingkungan sosial mereka, misalnya peran untuk turut serta
menanggulangi kejahatan.

48. Teori Efektivitas Komunikasi Massa


Efektivitas komunikasi dapat menentukan keberhasilan dalam kegiatan penyuluhan. Komunikasi
dapat dikatakan efektif jika dapat menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Tubbs dan Moss
(1996) seperti yang dikutip Ropiah (2010) menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah
komunikasi dimana makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan
komunikator. Schramn dan Forter (1973) yang dikutip Purwatiningsih (2013) menyebutkan bahwa
efektivitas komunikasi ditujukan oleh kondisi saling melengkapi antara komunikan secara umum
dengan penggunaan media komunikasi dalam mengantarkan suatu perubahan. Effendy (2002)
menerangkan dalam efektivitas komunikasi terdapat kesamaan makna antara pengirim dan
penerima mengenai pesan dan menimbulkan tiga dampak, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral.

49. Teori Difusi Inovasi


Teori ini menjelaskan bagaimana suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu
kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Rogers (1961) menjelaskan bahwa difusi adalah
suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus dan berkaitan dengan penyebaran beberapa pesan
berisi gagasan-gagasan baru. Teori ini sering dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat.

50. Teori Strategi Komunikasi


Menurut Onong Uchjana Effendy (1984 : 35), intinya strategi adalah perencanaan atau planning
dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan yang hanya dapat dicapai melalui taktik
operasional. Sebuah strategi komunikasi hendaknya mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan khalayak sasaran. Strategi komunikasi
mendefinisikan khalayak sasaran, berbagai tindakan yang akan dilakukan, mengatakan
bagaimana khalayak sasaran akan memperoleh manfaat berdasarkan sudut pandangnya, dan
bagaimana khalayak sasaran yang lebih besar dapat dijangkau secara lebih efektif.
Sementara itu, Mohr dan Nevin mendefinisikan sebuah strategi komunikasi sebagai penggunaan
kombinasi faset-faset komunikasi dimana termasuk di dalamnya frekuensi komunikasi, formalitas
komunikasi, isi komunikasi, saluran komunikasi (Kulvisaechana, 2001 : 17-18).
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Untuk mengimplementasikan strategi komunikasi dibutuhkan taktik atau metode yang tepat. Taktik
dan strategi memiliki keterkaitan yang kuat. Jika sebuah strategi yang telah kita susun dengan
hati-hati adalah strategi yang tepat untuk digunakan, maka taktik dapat diubah sebelum strategi.
Namun, jika kita merasa ada hal yang salah pada tataran taktik maka kita harus mengubah
strategi.

51. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa


Teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa. Dependensi efek komunikasi massa
beranggapan bahwa kepercayaan individu kepada media akan berkembang apabila kebutuhan
informasional yang tidak dapat ditemukan dalam pengalaman langsung terpenuhi. Massa dinilai
bergantung pada media untuk mencapai tujuan. Ini merupakan pendekatan konsisten dengan
gagasan dasar dari model penggunaan. Little John, menilai ketergantungan seseorang dinilai dari
jumlah dan sentralitas tentang fungsi informasi yang disajikan, serta stabilitas sosial. Semakin
penting media terhadap individu, semakin tinggi pula nilai dari media tersebut.

52, Teori ketergantungan


Teori ini dikemukakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Malvin Defluer (1976). Fokus dari teori ini
terletak pada kondisi struktural yang ada dimasyarakat. Fokus ini sangat cenderung mudah untuk
dipengaruhi oleh media massa. Teori ini dapat disematkan pada komunitas masyarakat modern,
dimana pada masyarakat modern, media massa dianggap suatu hal yang sangat penting
dalammencapai tujuan beberapa proses. Di antaranya yaitu proses memelihara, perubahan, serta
konflik dalam tataran masyarakat dan masalah perorangan dalam suatu aktivasi sosial.
Sistem tanpa zonasi dirasa tidak adil bagi masyarakat menengah kebawah, hal ini dikarenakan
sekolah-sekolah negeri yang menjadi incaran justru didapatkan oleh mereka orang orang kaya.
Masyarakat menengah kebawah justru kebagian sekolah-sekolah swasta yang biaya
pendidikannya lebih mahal karena letaknya lebih dekat.

53. Teori Stimulus


Dasar dari pada teori ini adalah adanya asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme adalah
merupakan prinsip-prinsip komunikasi. Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima
atau dapat ditolak, maka pada proses selanjutnya terhenti. Untuk memahami lebih jauh, maka kita
wajib menyimak penjelasan mengenai teori stimulus respon dalam komunikasi massa.

54. Teori Operant Conditioning


Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Skinner (1904-1990). Skinner menganggap penghargaan
dan motivasi adalah dua faktor penting dalam pembelajaran. Tak hanya itu, Skinner berpendapat
bahwa tujuan psikologi dalam komunikasi adalah untuk mengontrol tingkah laku. Pada teori ini,
seorang guru memberikan penghargaan hadiah atau nilai tinggi yang bertujuan agar anak menjadi
lebih rajin. Di sisi lain, Operant conditioning merupakan suatu proses pemberian motivasi terhadap
suatu perilaku yang kemudian mengakibatkan perilaku tersebut dapat terulang atau menghilang
sesuai keinginan.
Kemudian, Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak ada tanda – tanda
keberadaan stimuli, maka guru tidak bisa membimbing siswa untuk mengarahkan perilakunya.
Dalam proses ini, guru mempunyai peran untuk mengontrol dan membimbing siswa dalam suatu
proses belajar. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan

55. Teori Disonansi Kognitif


Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten
mencari dan berupaya untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam berbagai situasi
yang baru. Teori ini secara evolusioner memikirkan tentang proses-proses psikologi sosial
khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak pada sikap dan
perilaku. Selain itu, teori ini juga menekankan pada bagaimana perilaku dan motivasi berdampak
pada persepsi dan kognisi. Teori yang dicetuskan pertama kali oleh Leon Festinger (1951) ini
mengalami popularitasnya di akhir tahun 1950 an hingga pertengahan tahun 1970 an. Teori
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
disonansi kognitif oleh Stephen Littlejohn disebut juga sebagai salah satu teori yang paling penting
dalam sejarah psikologi sosial karena ratusan penelitian telah dilakukan untuk menguji proses
disonansi. Sebagian besar penelitian mengeksplorasi bagaimana pengalaman disonansi kognitif
menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku. Selama beberapa tahun terakhir, teori
disonansi kognitif telah mengalami perkembangan. Dalam ilmu komunikasi, teori disonansi kognitif
merupakan teori yang memayungi teori terpaan selektif komunikasi di akhir tahun 1980an.

Lebih lanjut Festinger menyatakan bahwa orang-orang termotivasi dengan adanya pernyataan
disonan yang tidak menyenangkan untuk terikat dalam cara kerja kognisi guna mengurangi
inkonsistensi. Untuk mengurangi disonansi, setiap individu dapat menambahkan kognisi
konsonan, mengurangi kognisi disonan, meningkatkan kepentingan kognisi disonan. Salah satu
dari ketiga cara tersebut seringkali dapat merubah sikap. Perubahan sikap diharapkan sebagai
arah bagi kognisi yang resisten terhadap perubahan. Pengujian terhadap teori disonansi kognitif
Festinger seringkali mengasumsikan bahwa pengetahuan tentang perilaku biasanya sangat sulit
untuk berubah karena jika seseorang telah memiliki jalan yang tepat akan sulit untuk merubah
perilaku. Karena itu, perubahan sikap akan konsisten dengan perilaku.

56. Teori Komunikasi Agenda Setting


Teori Penentuan Agenda (bahasa Inggris: Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan
bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media
massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik
dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting
oleh media massa. Teori Agenda Setting beranggapan apabila media memberikan tekanan pada
suatu peristiwa maka, media tersebut akan membuat masyarakat menganggap peristiwa itu
penting. Dalam hal ini, media mempunyai efek yang sangat kuat dalam mempengaruhi asumsi
masyarakat. Sehingga akan muncul asumsi bahwa apa yang dianggap penting oleh media akan
dianggap penting oleh masyarakat.
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World
Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw
ketika mereka meneliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain walaupun
para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang
disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan
cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting dalam
membentuk realitas sosial kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam
menonjolkan berita.

57. Teori Kontruktivisme


Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang
memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon,
sedangkan teori konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap
orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan
merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Teori konstruktivisme juga mempunyai
pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar
sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga
dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya
memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun
pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur
kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme
bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses
mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau
lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu

58. Teori Atribusi menjelaskan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, individu
tersebut berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau
eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di
bawah kendali pribadi seorang individu, dengan kata lain tidak terpengaruh oleh hal lain .Perilaku
yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku yang dianggap sebagai akibat dari sebab-
sebab luar (Robbins & Judge, 2008).

59. Teori Persepsi Interpersonal sangat berpengaruh pada efektivitas komunikasi interpersonal.
Persepsi yang diberikan terhadap orang lain seringkali tidak cermat. Bila ketidakcermatan
persepsi ini ditanggapi oleh kedua pihak dengan cara yang tidak cermat juga dapat menimbulkan
dampak ketidakefektifan komunikasi antar pribadi yaitu kegagalan komunikasi serta mendistorsi
pesan seperti misalnya menimbulkan kesalahpahaman (Rakhmat, 1998).

60. Teori Komunikasi Administrasi


Teori ini adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan secara timbal balik antar anggota.
Teori ini dimaksudkan dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa saling pengertian dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Fungsi dari penerapan teori ini adalah
untuk menjaga stabilitas informasi agar tercipta penyesuaian sikap yang memadai antar bagian
dalam organisasi.

61. Teori Penetrasi sosial


Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak
dari komunikasi
superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Proses penetrasi sosial, karenanya, mencakup
di dalamnya perilaku verbal (kata-kata yang digunakan), perilaku nonverbal (postur tubuh kita,
sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya), dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan
(ruang antara komunikator, objek fisik yang ada di dalam lingkungan, dan sebagainya).

62. Teori Kausalitas


Kausalitas di dalam psikologi eksperimen merupakan sebuah hubungan dimana terjadi sebab dan
juga akibat antar
variabel di dalam pola tertentu yang sudah disederhanakan.

63. Teori Peace-building


Menurut Johan Galtung, teori peacebuilding adalah proses implementasi perubahan atau
rekonstruksi sosial, politik, dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng. Melalui
proses peace-building diharapkan negative peace (atau the absence of violence) berubah menjadi
positive peace dimana masyarakat merasakan adanya keadilan sosial, kesejahteraan ekonomi
dan keterwakilan politik yang efektif.

64. Teori Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja adalah perasaan yang dimiliki oleh pegawai tentang kondisi tempat kerja mereka
saat ini. Seseorang yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan memperlihatkan sikap yang positif
terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak puas akan memperlihatkan sikap yang
negatif terhadap pekerjaan itu sendiri. Sembilan dimensi pekerjaan yang memiliki kontribusi yang
kuat terhadap kepuasan kerja, yaitu pekerjaan itu sendiri, pembayaran, promosi, pengakuan,
benefit, kondisi kerja, supervisi, rekan sekerja, dan perusahaan (manajemen).
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
65. Teori Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harusdilakukan
dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan
pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

66. Teori Indikator Kinerja


Indikator kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai tersebut dalam
pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Variabel ini
diukur melalui enam dimensi yaitu: kuantitas kerja pegawai, kualitas kerja pegawai, efisiensi kerja
pegawai, sikap kerja pegawai, standar kualitas kerja pegawai dan kemampuan kerja pegawai.

67. Teori Kesadaran Hukum


a. Wignjoesoebroto : ialah kesediaan masyarakat dalam berperilaku sesuai dengan aturan hukum
yang telah ditetapkan.
b. Soerjono soekanto : bahwa kesadaran hukum itu merupakan persoalan nilai-nilai yang terdapat
pada diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapakan ada.

68. Teori Positivisme


Abad ke-19, H.L.A Hart (1907), mengemukakan arti dari positivisme adalah sebagai berikut:
1. Hukum adalah perintah;
2. Analisis terhadap konsep-konsep hukum adalah usaha yang berharga untuk dilakukan. Analisis
yang demikian ini berbeda dari studi sosiologis dan historis serta berlainan pula dari suatu
penilaian kritis;
3. Keputusan-keputusan dapat dideduksikan secara logis dari peraturan- peraturan yang sudah
ada terlebih dahulu, tanpa perlu menunjuk kepada tujuan-tujuan sosial, kebijakan serta moralitas.
4. Penghukuman (judgement) secara moral tidak dapat ditegakkan dan dipertahankan oleh
penalaran rasional, pembuktian atau pengujian;
5. Hukum sebagaimana diundangkan dan ditetapkan harus senantiasa dipisahkan dari hukum
yang seharusnya diciptakan atau yang diinginkan.

69. Teori Mediasi Laurence Boulle


Menurut Laurence Boulle, mediasi adalah proses pembuatan keputusan yang melibatkan
mediator untuk mengembangkan proses pembuatan keputusan dan mendampingi para pihak agar
tercipta hasil akhir yang disetujui oleh semua pihak. Dalam bukunya yang berjudul Mediation:
Principle, Process, Practise, Laurence Boulle menyebutkan bahwa mediasi dapat terbagi ke
dalam beberapa model, yaitu:
a. Settlement Mediation Mediasi kompromi yang merupakan mediasi dengan tujuan utamanya
adalah mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua belah pihak yang sedang bertikai.
b. Facilitative Mediation
Model mediasi ini juga disebut sebagai mediasi yang berbasis kepentingan (interest-based) dan
problem solving yang bertujuan untuk menghindarkan para pihak yang bersengketa dari posisi
mereka dan menegosiasikan kebutuhan dan kepentingan para pihak dari hak-hak legal mereka
secara kaku.
c. Transformative Mediation
Mediasi ini juga dikenal dengan mediasi terapi dan rekonsiliasi.Mediasi model ini menekankan
untuk mencari penyebab yang mendasari munculnya permasalahan di antara para pihak yang
bersengketa dengan pertimbangan untuk meningkatkan hubungan di antara mereka melalui
pengakuan dan pemberdayaan sebagai dasar resolusi konflik dari pertikaian yang ada.
d. Evaluative Mediation
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Mediasi normatif atau evaluative mediation merupakan model mediasi yang bertujuan untuk
mencapai kesepakatan berdasarkan hal-hal legal dari para pihak yang bersengketa dalam wilayah
yang diantisipasi oleh pengadilan.

70. Teori Pengaruh


Menurut Hugiono dan Poerwantana “pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat
membentuk atau merupakan suatu efek” (Hugiono & Poerwantana, 2000), sedangkan menurut
Badudu dan Zain “Pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu terjadi, sesuatu yang dapat
membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan tunduk atau mengikuti karena kuasa atau
kekuasaan orang lain” (Babadu & Zain, 2001). Sedangkan Louis Gottschalk mendefinisikan
pengaruh sebagai suatu efek yang tegar dan membentuk terhadap pikiran dan perilaku manusia
baik sendiri-sendiri maupun kolektif. (Gottschalk, 2000)

71. Conditio Sine Qua Non


Teori ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1873 oleh Von Buri, ahli hukum dari Jerman. Beliau
mengatakan bahwa tiap-tiap syarat yang menjadi penyebab suatu akibat yang tidak dapat
dihilangkan (weggedacht) ) dari rangkaian faktor-faktor yang menimbulkan akibat harus dianggap
“causa” (akibat). Tiap faktor tidak diberi nilai,jika dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor
penyebab serta tidak ada hubungan kausal dengan akibat yang timbul. Tiap factor diberi nilai, jika
tidak dapat dihilangkan (niet weggedacht) dari rangkaian faktor-faktor penyebab serta memiliki
hubungan kausal dengan timbulnya akibat (Lienarto, 2016).

72. Teori Komunikasi Eksternal


Komunikasi eksternal adalah semua proses komunikasi antara sebuah instansi dan publik (pihak
selain instansi tersebut) di mana instansi pemerintah sebagai komunikator dan pihak publik
sebagai komunikan. Hubungan media eksternal lebih populer disebut dengan hubungan pers.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak
di luar organisasi.

73. Teori Kesenjangan Informasi


Asimetri informasi adalah teori yang membahas studi tentang keputusan dalam transaksi di mana
salah satu pihak memiliki informasi lebih atau lebih baik daripada yang lain (dalam pembahasan
kontrak dan ekonomi). Asimetri ini menciptakan ketidakseimbangan kekuatan dalam transaksi
yang dapat menyebabkan transaksi tersebut menjadi serba salah.Asimetri informasi dapat meluas
ke perilaku non-ekonomi. Karena perusahaan swasta memiliki informasi yang lebih baik daripada
regulator tentang tindakan yang akan mereka ambil jika tidak ada peraturan, efektivitas peraturan
mungkin akan dirusak. Teori hubungan internasional telah mengakui bahwa konflik mungkin
disebabkan oleh informasi asimetris.

74. Teori Kesenjangan Pengetahuan


Penyebab kesenjangan informasi diatas dapat dijelaskan oleh Knowledge Gap Theory (Teori
Kesenjangan Pengetahuan) yang pertama kali diperkenalkan oleh Philip J Tichenor, George A.
Donohue, dan Clarice. N Olien. Teori ini menyatakan bahwa penyebaran informasi pada media
massa zaman sekarang ini akan membuat masyarakat pada segmen tingkat status sosial
ekonomi yang tinggi cenderung memperoleh informasi yang lebih cepat ketimbang masyarakat
pada segmen sosial ekonomi yang lebih rendah. Oleh karena itu, kedepannya kesenjangan
informasi/pengetahuan ini cenderung semakin tinggi daripada menurun. Intinya adalah seiring
dengan semakin canggihnya teknologi sebagai media massa dan juga biaya yang semakin
meningkat, tentunya media massa tersebut hanya dapat diakses oleh orang-orang yang memiliki
sosial ekonomi tinggi saja, akibatnya kesenjangan atau gap antara masyarakat sosial ekonomi
tinggi dan rendah juga akan semakin melebar dan juga masyarakat dengan sosial ekonomi tinggi
akan mendapatkan keuntungan lebih karena mendapatkan informasi lebih cepat.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
75. Teori Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang
dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi ditentukan
oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana individu berada, selain itu juga
ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya. Sosialisasi merupakan
sistem dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut sosialisasi
memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan masyarakat yaitu: 1) Memberikan dasar
atau kondisi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat. 2)
Memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu
generasi saja hingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.

76. Teori Belajar Sosial


Teori ini dicetuskan oleh Bandura (1925). Ia mengemukakan bahwa perilaku manusia dalam
konteks sebuah interaksi tingkah laku terdapat hubungan timbal balik yang saling
berkesinambungan. Interaksi terjadi antara perilaku kognitif dan pengaruh lingkungan.
Pengalaman melalui observasi dan pengamatan terhadap suatu pesan yang disampaikan menjadi
suatu hal yang penting dalam teori ini. Dalam teori ini, terdapat empat tahapan, pertama
pembelajaran sosial terjadi atas adanya perhatian dari individu. Kedua, pembelajaran sosial
dilakukan melalui ingatan. Ketiga, pembelajaran sosial dilakukan melalui tindakan, serta terakhir
yaitu pembelajaran sosial dilakukan atas dasar motivasi dari masing-masing individu.
SOSIOLOGI INDUSTRI

TEORI
SOSIOLOGI
INDUSTRI
SOSIOLOGI INDUSTRI
1. Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan diambil dari kata „sejahtera‟. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan
baik, kondisi manusia dimana keadaannya makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam
konteks ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sementara dalam kebijakan
sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Konteks inilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera. Arthur Dunham dalam
Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada
orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan
keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan,
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama
terhadap individu-individu, kelompok- kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan
penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan
dan pencegahan.

2. Teori Tekanan Sosial


Teori ini dikemukakan oleh Adam smith. Teori ini bertolak dari anggapan yang menyatakan bahwa
bahasa manusia muncul karena manusia primitif (hominoid) dihadapkan dengan kebutuhan untuk
saling memahami. Ketika mereka ingin mengungkapkan sesuatu, mereka mengeluarkan bunyi-
bunyi tertentu. Tekanan sosial atau tekanan sejawat adalah dampak langsung rekan-rekan
sejawat terhadap seorang individu yang membuat mereka mengikuti rekan mereka dengan
mengubah perilaku, nilai, dan sikap, agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan kelompok atau
individu yang mempengaruhi mereka. Tekanan ini berbeda dari tekanan masyarakat pada
umumnya karena dapat membuat seorang individu mengubah dirinya apabila mereka merasa
ditekan atau dipengaruhi oleh rekan atau kelompok sejawatnya. Kelompok-kelompok sosial yang
dapat mempengaruhi seorang individu dapat berupa “kelompok dengan keanggotaa” yang diikuti
oleh seseorang secara resmi” (seperti partai politik atau serikat dagang) atau sebuah clique yang
tidak menetapkan keanggotaan secara jelas. Namun, seseorang tetap dapat terkena dampak
tekanan sejawat tanpa harus menjadi anggota atau ingin menjadi anggota.

3. Teori Motivasi Maslow


Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok
(fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan
diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih
tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku
seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi
memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk
pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi.
Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi
utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah
terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.

4. Teori Stress
Lazarus Lazarus (1976) berpendapat Stress terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang
melampaui sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini berarti bahwa
kondisi Stress terjadi jika terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi individu. Jadi Stress tidak hanya
bergantung pada kondisi eksternal melainkan juga tergantung mekanisme pengolahan kognitif
terhadap kondisi yang dihadapi individu bersangkutan. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat
dibedakan dalam 2 bentuk, yakni: 1) Tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan biologis.
Berupa kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan kepuasan yang ada pada diri individu 2) Tuntutan
eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tuntutan eksternal dapat merefleksikan
aspek-aspek yang berbeda dari pekerjaan seseorang, seperti tugas-tugas yang diberikan dan
SOSIOLOGI INDUSTRI
bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut, lingkungan fisik, lingkungan psikososial dan
kegiatan-kegiatan di luar lingkungan kerja.

5. Teori Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani, kerjasama adalah
suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing. Kerjasama juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikutip oleh Abdulsyani, Roucek
dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya kerjasama melibatkan
pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung
jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan
kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang
atau lebih tersebut yaitu: Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada
komunikasi yang komunikatif antara dua orang yang bekerja sama atau lebih.

6. Teori Kepedulian
Menurut Bender (2003) kepedulian adalah menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan
apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang mengutamakan kebutuhan dan
perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang
peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu berusaha untuk menghargai,
berbuat baik, dan membuat yang lain senang. Banyak nilai yang merupakan bagian dari
kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, perhatian, membantu, dan rasa kasihan. Kepedulian
juga bukan merupakan hal yang dilakukan karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.

7. Teori Interaksionisme Simbolik


Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan
pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia mempelajari makna
dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan lainnya.
Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda,
misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang
digunakan setiap suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang
mereka gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna
dan simbol dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya.
Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat.

8. Teori Perubahan Sosial


Perubahan sosial merupakan hal yang wajar serta akan berlanjut selama manusia berinteraksi
serta bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur di dalam kehidupan
masyarakat, baik material maupun immaterial, sebagai cara menjaga keseimbangan masyarakat
serta menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang dinamis. Sebagai contoh, unsur
geografis, biologi, ekonomi, ataupun unsur budaya.

9. Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia
sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat. Salah
satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa
sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang lingkungannya.
Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori sistem sebagai teori
sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel biologis,
ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja
adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki
elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena
SOSIOLOGI INDUSTRI
sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena
uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.

10. Teori Pertukaran


Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap perilaku
manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia
disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik perilaku setelahnya. Jadi,
hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik sosial atau
fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif,
negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan
pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya.
Contoh sederhana adalah siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan
menerima, apalagi diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam
lagi keesokan harinya.

11. Teori Konflik


Teori ini sangat spesial, teori konflik akan menjelaskan bahwa perubahan sosial terbentuk
karena adanya konflik dan ketegangan dalam masyarakat. Konflik ini biasanya berupa
pertentangan antar kelas penguasa dengan masyarakat yang tertindas. Sehingga, masyarakat
dalam kelas yang lebih rendah menginginkan adanya perubahan dengan mengatasnamakan
keadilan. Berdasarkan teori ini, jika memang perubahan yang dikehendaki berhasil tercapai, maka
pada akhirnya masyarakat yang terbentuk akan hidup tanpa pembagian kelas.

12. Teori Strukturalisme


Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan
menentukan tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur
tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur
bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang mengatakan,
struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain
mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup
kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori
strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.

13. Teori Fungsionalisme


Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai sebuah
keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan semuanya
berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan kebutuhan dari
sebuah sistem. Perlu digaris bawahi bahwa stratifikasi bukan tentang seseorang yang menempati
‟jabatan‟ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan
organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi
kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan
kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.

14. Teori Fungsionalis


Teori ini mengemukakan bahwa semua bagian di masyarakat mempunyai fungsinya masing-
masing dalam masyarakat tersebut. Semua bagian masyarakat ini saling bekerja sama untuk
membangun tatanan sosial yang stabil dan harmonis. Jika terdapat satu elemen dari
masyarakatnya tidak memfungsikan tugasnya dengan baik, maka dapat menimbulkan
ketidakteraturan di sebuah keadaan sosial. Pada akhirnya ketidakteraturan itu menimbulkan suatu
bentuk masalah sosial. Seorang sosiologis asal Amerika bernama Robert K. Merton menjelaskan
bahwa teori fungsionalis ini dapat diolah lebih lanjut menjadi teori struktural fungsionalis. Ia
menggabungkan teori-teori klasik Max Weber, dimana teori struktural fungsionalis dapat
menjelaskan birokrasi pada tatanan kehidupan sosial.
SOSIOLOGI INDUSTRI
15. Teori Konsensus
Konsensus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kesepakatan kata atau
permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dan sebagainya) yang dicapai melalui
kebulatan suara. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung satu sama lain dapat pula melahirkan konflik. Hal ini
terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri
dan tidak bekerja sama satu sama lain. Jadi, konflik adalah suatu bentuk perbuatan atau interaksi
yang menciptakan, menimbulkan atau membentuk sebuah kelompok yang mempunyai
kepentingan yang sama dimana pembentukan ini bertujuan untuk mendorong terpenuhinya
kepentingan kelompok tersebut.

16. Teori Pertukaran Sosial


Singkatnya, teori ini berdasarkan perilaku sosial yang sering melibatkan pertukaran sosial saat
manusia termotivasi untuk mendapatkan hadiah yang bernilai (cinta, jasa, barang) yang harus
menggantikan atau menutup kerugian dari kehilangan sesuatu yang bernilai (waktu, kebebasan,
uang). Misal kami mencari keuntungan di bursa kami atau dapat
pula di kesepakatan lainnya, sehingga imbalan lebih besar dari biayanya. Jika tidak ada keadilan
dalam pertukaran atau ketika orang lain dihargai lebih untuk biaya yang sama dengan yang kami
keluarkan, maka kami akan terganggu atau mendapat masalah.

17. Teori Penilaian Sosial


Teori Penilaian Sosial menggambarkan dan menguraikan bagaimana individu menilai pesan-
pesan. Dalam teori ini, terdapat tiga zona sikap individu dalam melakukan interaksi sosial yaitu
Penerimaan, Penolakan dan non komitmen. Konsep ini diawali ketika seseorang mendengar
ataupun merespons suatu pesan maka seseorang akan cenderung untuk memberikan penilaian
berdasarkan atas pengalaman yang telah dimiliki untuk menyeleksi dan mempertimbangkan
setiap informasi yang diterima.

18. Teori Sistem : Feedback Negatif Dan Positif


Menurut David Easton, sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa
unsur. Unsur ini berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional. Sistem yang teratur
harus memiliki pedoman kontrol untuk mengetahui kondisi lingkungan dan bagaimana respons
seharusnya. Feedback negatif adalah ketika pesan mengindikasikan deviasi dan sistem
menyesuaikan dengan mengurangi deviasi tersebut (mengurangi, memperlambat, menghentikan),
penting untuk kestabilan sistem. Feedback positif ketika sistem mempertahankan atau
meningkatkan deviasi (mempertahankan, melanjutkan, meningkatkan), berguna untuk
perkembangan sistem.

19. Teori Determinisme Teknologi


Penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang mengubah
kebudayaan manusia. Menurut McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode
komunikasi (Marshall McLuhan).

20. Teori Atribusi Sebagai Penilaian Kausalitas


Menurut Fritz Heider (1958), kognisi sosial adalah proses orang merasakan dan membuat
penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi sebagai penilaian kausalitas
yang menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu. Terdapat dua jenis atribusi
kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Atribusi personal adalah penyebab
personal atau pribadi yang merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan
pada perilaku manusia yang memiliki tujuan. Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab di
luar pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau
tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial, orang akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya
sebuah perilaku.
SOSIOLOGI INDUSTRI
21. Teori Peran (Mead, Moreno, Dan Linton)
Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan
kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan
didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat,
maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam
pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain.

22. Teori Interaksi Sosial


Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (2002), interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua
kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka
tidak mungkin ada kehidupan bersama. Ada 2 syarat : kontak sosial dan komunikasi.
a. Aspek kontak sosial
Aspek kontak sosial merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial antara individu satu dengan
lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara simbolik seperti senyum, jabat tangan.
Kontak sosial dapat diinterpretasikan menjadi feedback positif atau negatif. Kontak sosial negatif
mengarah pada suatu pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja sama.
b. Aspek komunikasi
Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide, konsepsi, pengetahuan dan perbuatan kepada
sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai atau komunikator maupun penerima atau
komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud
untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku seseorang menuju ke arah positif.

23. Teori Pilihan Rasional


Teori pilihan rasional, adalah kerangka pemikiran untuk memahami dan merancang model
perilaku sosial dan ekonomi. Asumsi dasar teori pilihan rasional adalah seluruh perilaku sosial
disebabkan oleh perilaku individu yang masing-masing membuat keputusannya sendiri. Teori ini
berfokus pada penentu pilihan individu (individualisme metodologis).

24. Teori Adiksi


Adiksi dapat didefinisikan sebagai suatu pola perilaku yang dapat meningkatkan risiko penyakit
dan masalah personal serta masalah sosial. Perilaku adiktif biasanya dialami secara subjektif
sebagai “ loss of control ” dimana perilaku terus muncul meskipun telah adanya usaha untuk
menghentikan perilaku tersebut. (Marlatt dkk, 1988 dalam Thombs, 2006).
Menurut Thombs (2006) terdapat tiga persepsi mengenai adiksi yaitu adiksi sebagai perilaku yang
tidak bermoral, adiksi sebagai penyakit, dan adiksi sebagai perilaku maladaptif. Adiksi sebagai
perilaku tidak bermoral yang sering juga dinamakan dengan adiksi sebagai perilaku dosa ini
adalah sebuah set kepercayaan bahwa adiksi merepresentasikan suatu penolakan untuk
menerima kode etik atau moral.

25. Teori Play Theory Of Mass Communication


Play Theory of Mass Communication yang dikemukakan oleh Stephenson (dalam Chou, Condron,
Belland, 2005) mengasumsikan bahwa penggunaan internet yang dalam hal ini melalui gadget ,
dapat memunculkan pengalaman kenikmatan dalam berkomunikasi yang pada akhirnya
mendorong pengguna untuk menggunakan internet lagi dan lagi dan penggunaan ini akan
mengarah pada perilaku menyerupai kecanduan. Menurut Stephenson, orang-orang menciptakan
fantasi dan menikmati menyaksikan karakter favorit di dalam media komunikasi massa untuk
mengekspresikan emosi dan perasaan dari masing-masing orang. Orang-orang dapat sangat
terpengaruh oleh fantasi dan karakter di media massa karena merasa simpati dan memiliki
kesamaan terhadap karakter tersebut. Orang-orang mencari kenikmatan melalui internet sebagai
media penghilang depresi dengan melakukan aktivitas yang membawa kesenangan melalui
internet dan gadget .
SOSIOLOGI INDUSTRI
26. Teori Kepekaan Sosial
Davis (2003) membagi kepekaan sosial berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
a. Perspective taking , merupakan kecenderungan individu untuk mengambil alih secara spontan
sudut pandang orang lain, perspective taking menekankan pentingnya kemampuan perilaku yang
non-egosentrik, yaitu perilaku yang tidak berorientasi pada kepentingan diri, tetapi pada
kepentingan orang lain.
b. Fantasy , merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah diri secara imajinatif ke dalam
perasaan dan tindakan dari karakter-karakter khayalan yang terdapat pada buku-buku, layar kaca,
bioskop maupun dalam permainan-permainan. Aspek ini, berdasarkan penelitian Scotland dkk
(dalam Davis, 2003) berpengaruh pada reaksi emosi terhadap orang lain.
c. Emphatic concern , merupakan orientasi seseorang terhadap permasalahan yang dihadapi
orang lain meliputi perasaan simpati dan peduli. Emphatic concern merupakan cermin dari
perasaan kehangatan dan simpati yang erat kaitannya dengan kepekaan dan kepedulian terhadap
orang lain.

27. Teori Perilaku Terencana ( Theory Of Planned Behavior )


Teori perilaku terencana yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein memprediksi dan
menjelaskan perilaku manusia dalam konteks tertentu. Sikap dan kepribadian seseorang
berpengaruh terhadap perilaku tertentu hanya jika secara tidak langsung dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berkaitan erat dengan perilaku (Ajzen, 1991:2 dalam Kurniasari, 2005:15).
Masih dalam teori perilaku terencana, faktor utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu
adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen, 1991:6 dalam Kurniasari, 2005:16).

28. Teori Kinerja


Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari pekerjaan yang terkait
dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja keefektifan kinerja lainnya. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya,
kepemimpinan, kompensasi (finansial dan non finansial), struktur dan desain pekerjaan.

29. Teori Sikap


Saifuddin menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada
objek tersebut

30. Teori Kognitivisme


Teori ini mengedepankan proses belajar dibandingkan hasil proses itu sendiri. Belajar tidak hanya
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Tetapi juga melibatkan proses
berpikir yang kompleks. Menurut aliran ini kita belajar didasarkan atas kemampuan kita
menafsirkan peristiwa atau kejadian dalam suatu lingkungan. Dimana proses belajar tersebut
terdapat empat tahapan yaitu Asimilasi, Akomodasi, Disquilibari, dan Equilibrasi.

31. Teori Kesehatan-Motivator Herzberg


Herzberg (1966) mencoba menentukan factor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi dalam
organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia yaitu
hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di
tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang. Tetapi jika
faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor-faktor yang melekat dalam
pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai faktor
pemuas (motivation factors). Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik yang berharga
pada motivation factors (faktor pemuas).

32. Teori Penanggulangan Kejahatan


Dalam usaha untuk menanggulangi kejahatan mempunyai dua cara yaitu preventif dan tindakan
represif
SOSIOLOGI INDUSTRI
Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan
akan terjadinya kejahatan. Menurut A. Qirom Samsudin M, dalam kaitannya untuk melakukan
tindakan preventif adalah mencegah kejahatan lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi
baik kembali, sebab bukan saja diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih mudah dan akan
mendapat hasil yang memuaskan atau mencapai tujuan
Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah
terjadinya tindakan pidana. Tindakan represif lebih dititikberatkan terhadap orang yang melakukan
tindak pidana, yaitu antara lain dengan memberikan hukum yang setimpal atas perbuatannya.
Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan
lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai
pembinaan narapidana.

33. Teori Kesenjangan Pengetahuan (Knowledge Gap Theory)


Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Phillip Tichenor, George Donohue, dan Clarice Olien. Teori
ini menyatakan bahwa bertambahnya jumlah informasi mengenai suatu topik mengakibatkan
bertambahnya pula kesenjangan pengetahuan antara mereka yang mengetahui lebih banyak dan
mereka yang mengetahui lebih sedikit. Kesenjangan pengetahuan dapat menghasilkan
bertambahnya kesenjangan antara orang-orang yang memiliki status sosioekonomi yang rendah
dan orang-orang yang memiliki status sosioekonomi yang tinggi.

34. Teori Keamanan


Teori Keamanan adalah teori dari Sir Welsh Scott. Keamanan memiliki arti sebagai kondisi atau
kualitas yang aman. Secara khusus keamanan memiliki arti sebagai kebebasan dari ketakutan,
kecemasan dan perawatan. Rasa keamanan tersebut muncul dari kepercayaan dari pengamanan.
Munculnya rasa keamanan diakibatkan oleh adanya jaminan dan kepastian. Rasa keamanan
dapat dicapai secara pribadi maupun oleh pihak luar.

35. Teori Kontrol Sosial


Travis Hirchi, mengatakan bahwa “Perilaku kriminal merupakan kegagalan kelompok – kelompok
sosial seperti keluarga, sekolah, kawan sebaya untuk mengikatkan atau terikat dengan individu”,
Artinya “individu dilihat tidak sebagai orang yang secara intrinsik patuh pada hukum ; namun
menganut segi pandangan antitesis dimana orang harus belajar untuk tidak melakukan tindak
pidana”. Argumentasi ini didasarkan pada bahwa kita semua dilahirkan dengan kecenderungan
alami untuk melanggar aturan hukum. Dalam hal ini kontrol sosial, memandang delinkuen sebagai
“konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mengembangkan larangan-larangan ke dalam
terhadap perilaku melanggar hukum” Manusia dalam teori kontrol sosial dipandang sebagai
makhluk yang memiliki moral murni, oleh karena itu, manusia memiliki kebebasan untuk
melakukan sesuatu.

36. Teori Ketengangan Umum


Teori ini menyatakan bahwa orang yang mengalami ketegangan atau stres menjadi tertekan atau
kesal yang dapat menyebabkan mereka melakukan kejahatan untuk mengatasinya. Salah satu
prinsip utama dari teori ini adalah emosi sebagai motivator kejahatan. Teori ini juga berfokus pada
perspektif tujuan untuk status, harapan, dan kelas dari pada berfokus pada uang. Ketegangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (kematian keluarga), perlakuan negatif oleh orang
lain ( serangan fisik dan verbal), dan ketidakmampuan untuk mencapai tujuan. (Robert
Agnew,1992).

37. Teori Stigma/ Labelling


Tannenbaum (1938) menyatakan bahwa perilaku menyimpang berbeda antara anak-anak nakal
dan masyarakat konvensional. Stigma yang menyertai "pelanggaran" menyimpang menyebabkan
seseorang jatuh ke dalam ketidaksesuaian lebih dalam. Tannenbaum mengatakan bahwa label
atau label negatif sering berkontribusi pada keterlibatan lebih lanjut dalam kegiatan nakal.
Penandaan awal ini dapat menyebabkan individu untuk mengadopsinya sebagai bagian dari
SOSIOLOGI INDUSTRI
identitas mereka. Intinya bahwa semakin besar perhatian yang diberikan pada label ini, semakin
besar kemungkinan orang tersebut untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai label.

38. Teori Harapan Atau Ekspektasi


Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam
mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan
dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu. Vroom (1990) mengemukakan bahwa orang-orang akan
termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa
tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

39. Teori Pengawasan Handayaningrat


Pengawasan adalah suatu bentuk pola pikir dan pola tindakan untuk memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada seseorang atau beberapa orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan
dengan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar, sehingga
tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya dapat menciptakan kerugian oleh
lembaga atau organisasi yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip pengawasan secara umum menurut Handayaningrat adalah :
1. Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi,
2. pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum,
3. pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan,
4. pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan,
5. pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat,
6. pengawasan harus bersifat terus menerus,
7. hasil pengawasan, harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan
penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijaksanaan waktu yang akan datang.

40. Teori Efisiensi Drs. Soekarno K.


Efisiensi ialah perbandingan yang terbaik antara masukan dan keluaran, atau antara daya usaha
dan hasil, atau antara “pengeluaran” dan “pendapatan.” Dalam pengertian manajemen yang sehat
sudah tersimpul pengertian efisiensi dan efektivitas, dalam arti bahwa segala sesuatu dikerjakan
dengan berdaya-guna : artinya dengan tepat, cepat, hemat, dan selamat.
1. Tepat : kena sasaran, apa yang dikehendaki tercapai, atau apa yang dicita-citakan menjadi
kenyataan.
2. Cepat : tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu, selesai tepat pada waktunya atau sebelum
waktu yang ditetapkan.
3. Hemat : dengan biaya yang sekecil-kecilnya, tanpa terjadi pemborosan dalam bidang apa pun.
4. Selamat : segala sesuatu sampai pada tujuan yang dimaksud tanpa mengalami hambatan-
hambatan, kelambatan-kelambatan, ataupun kemacetan-kemacetan.

41. Teori Kepuasan


Menurut pendapat Stephen Robbins (2003:91) istilah kepuasan kerja merujuk kepada usaha
seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan
kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu, oleh karena pada
umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap, lebih sering mereka memaksudkan kepuasan
kerja. Pada umumnya seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya akan mencari faktor yang
menyebabkan kinerjanya dianggap buruk.

42. Teori Perubahan Sikap


Menurut Carl Hovland, teori perubahan sikap menyatakan bahwa seseorang akan mengalami
proses ketidaknyamanan di dalam dirinya bila dihadapkan pada sesuatu yang baru yang
bertentangan dengan keyakinannya. Dalam upaya mengurangi ketidaknyamanan tersebut,
seseorang secara otomatis akan melakukan tiga proses selektif yaitu:
1. Penerimaan Informasi Selektif
SOSIOLOGI INDUSTRI
Merupakan proses dimana orang hanya akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap atau
kepercayaan yang sudah dimilikinya.
2. Ingatan Selektif
Ingatan selektif mengasumsikan orang tidak mudah lupa atau sangat mengingat pesan yang
sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliknya.
3. Persepsi Selektif
Orang akan memberikan interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan
sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.

43. Teori Perdamaian


Menurut Johan Galtung, teori perdamaian atau peace building adalah proses implementasi
perubahan atau rekonstruksi sosial, politik, dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang
langgeng. Melalui proses peace building diharapkan negative peace berubah menjadi positive
peace dimana masyarakat merasakan adanya keadilan sosial, kesejahteraan ekonomi dan
keterwakilan politik yang efektif.

44. Teori Rencana


Teori rencana ini merupakan sesuatu yang ada sebelum adanya tindakan, berpikir tentang
persoalan yang akan ada, berorientasi untuk masa yang akan datang sesuai dengan empiris.
Sehingga, teori perencanaan ini sangatlah berpengaruh dan saling keterkaitan dengan waktu
yang akan datang entah jangka panjang maupun pendek dengan suatu tindakan yang telah
terintegrasi. Teori rencana pada umumnya dapat mengubah suatu keadaan untuk mencapai
maksud yang dituju dan diperlukan adanya analisis, kebijakan, dan rancangan atau hipotesis.

45. Teori Mediasi


Menurut Christopher W. Moore, sebagaimana dikutip Desriza Ratman, mediasi adalah suatu
masalah yang dapat dibantu (penyelesaian masalahnya) oleh pihak ketiga yang dapat diterima
oleh kedua belah pihak, adil dan tidak memihak serta tidak mempunyai wewenang untuk
membuat keputusan, tetapi mempercepat para pihak yang bersengketa agar dapat mencapai
suatu keputusan bersama dari masalah yang disengketakan.

46. Teori Komunikasi Behaviorisme


Teori ini dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Serikat bernama John B. Watson. Teori ini
mencakup semua perilaku, termasuk tindakan balas atau respons terhadap suatu hal (stimulus) /
dalam suatu interaksi yang terjadi. Selalu akan ada kaitan antara stimulus dengan respons
terhadap perilaku manusia. Jika stimulus yang diterima oleh seseorang teramati, maka dapat
diprediksi respons dari orang tersebut.

47. Teori Disonasi Kognitif


Festinger, 1957 mendirikan teori disonansi kognitif, yang mempelajari perilaku orang ketika
mereka terjebak di antara dua pikiran yang berlawanan dalam pikiran mereka. Mereka biasanya
menjadi tidak nyaman dan tegang karena mereka tidak dapat membuat pilihan, dan karenanya
perubahan dalam perilaku mereka diamati.

48. Teori Kenyamanan


Kolcaba dalam teori tentang kenyamanan menyintesis tiga tipe kenyamanan dalam analisis
konsepnya. Tiga tipe kenyamanan itu adalah: relief, yang berarti ketika kenyamanan spesifik yang
dibutuhkan klien terpenuhi, ease berarti ketika klien merasa tenang dan puas, dan yang terakhir
adalah transcendence ketika klien berhasil melampaui kebutuhan rasa nyaman (Tomey &
Alligood, 2010). Selanjutnya, tiga tipe kenyamanan tersebut dapat terlihat melalui kenyamanan
fisik (sensasi tubuh, mekanisme hemostatik, fungsi kekebalan tubuh), psikospiritual (kesadaran
diri, identitas seksual, makna hidup seseorang), sosiokultural hubungan interpersonal, hubungan
ekstrapersonal), dan lingkungan.

49. Teori Legalitas


SOSIOLOGI INDUSTRI
Anjuran agar dalam penentuan tindakan-tindakan yang dilarang, tidak hanya ada pada tindakan
yang tercantum saja, akan tetapi jenis pidananya yang dijatuhkan. Asas Legalitas berlaku dalam
ranah hukum pidana dan terkenal dengan adagium legendaris Von Feuerbach yang berbunyi
nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali. secara bebas, adagium tersebut dapat
diartikan menjadi “Tidak ada tindak pidana (delik), tidak ada hukuman tanpa (didasari) peraturan
yang mendahuluinya”.

50. Teori Usaha


Thomas W. Zimmerer : Usaha adalah sebuah terapan yang terdiri dari kreativitas dan inovasi
untuk memecahkan masalah dan melihat kesempatan yang dihadapi setiap hari. Usaha juga
dapat diartikan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu yang dimaksud.

51. Teori Budaya Organisasi


Budaya Organisasi adalah sistem yang yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh
organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri (Wood & Zeffane,
2001). Menurut Schein (1992), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi
untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi
dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan
kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

52. Teori Pranata Sosial


Pranata sosial (social institution) merupakan sistem norma yang bertujuan untuk mengatur
tindakan maupun kegiatan anggota masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok
manusia. Menurut Harry M. Johnson, pranata sosial adalah seperangkat aturan yang telah
melembaga dan memenuhi kriteria sebagai berikut;
1. Diterima oleh sebagian anggota masyarakat,
2. Diterima dan ditanggapi secara konsekuen,
3. Diwajibkan dan terdapat sanksi bagi pelanggarnya.
Setiap pranata sosial diciptakan untuk mengatur dan membatasi tingkah laku anggota
masyarakat agar dapat tertib, aman dan damai. Tanpa pranata sosial, manusia tidak dapat
melakukan aktivitas hidupnya. Hal ini disebabkan karena melalui pranata sosial, tercipta
keamanan, ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat yang memudahkan anggotanya
melakukan berbagai aktifitas. Menurut Koentjaraningrat, pranata sosial mewujudkan aturan
main dalam kehidupan manusia.

53. Teori Kapital Sosial


Bourdieu mendefinisikan kapital sosial adalah kumpulan sejumlah sumberdaya, baik aktual
maupun potensial yang terhubung dengan kepemilikan jaringan atau relasi, yang sedikit banyak
telah terinstitusionalisasi dalam pemahaman dan pengakuan bersama. Secara lebih sederhana,
Turner mendefinisikan kapital sosial sebagai suatu posisi atau relasi dalam suatu kelompok serta
jaringan-jaringan sosial (Turner, 1997:512). Sedangkan Coleman (1988) mendefinisikan kapital
sosial sebagai sesuatu yang memiliki dua ciri yaitu merupakan aspek dari struktur sosial serta
memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial tersebut. Dalam pengertian ini, bentuk-
bentuk kapital sosial berupa kewajiban dan harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang
efektif, hubungan otoritas, serta organisasi sosial yang bisa
digunakan secara tepat. Selain itu, menurut Putnam (1993) mendefinisikan kapital sosial sebagai
suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap
pemimpinnya. Kapital sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan network
(jaringan), norm (norma-norma), dan social trust (kepercayaan sosial) yang mendorong
pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk tercapai kepentingan maupun
tujuan bersama.
SOSIOLOGI INDUSTRI
54. Teori Dramaturgi
Menurut Erving Goffman, Dramaturgi adalah pandangan tentang kehidupan sosial sebagai
rangkaian pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Panggung depan adalah bagian pertunjukan,
mendefinisikan situasi aktor pertunjukan. Panggung belakang adalah ruang dimana berjalan
skenario pertunjukan oleh masyarakat yang mengatur pementasan. Aktor kadang menampilkan
kondisi ideal dan menyembunyikan keburukan karena ingin mengubur kebiasaan buruk masa lalu,
ingin menyembunyikan kesalahan, memberikan gambaran hasil akhir yang baik, merasa perlu
menyembunyikan keterlibatan tindakan kotor, menyelipkan standar lain dalam
melakukan sesuatu, dan menyembunyikan penghinaan atas dirinya.

55. Teori Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial, menurut Melvin Tumin merupakan pengaturan kelompok masyarakat ke dalam
sistem hierarkis atau rangking yang tidak setara berkaitan dengan kekuasaan, kepemilikan
properti, evaluasi sosial dan gratifikasi.

56. Teori Modernisasi


Teori modernisasi melihat serangkaian proses yang terjadi sebagai prasyarat untuk bergerak dari
kondisi yang tradisional menuju modern. Proses tersebut meliputi industrialisasi, urbanisasi,
rasionalisasi, birokrasi, konsumsi, dan demokrasi.

57. Teori Alienasi


Teori alienasi menurut Marx, teknologi telah menjadi bagian dari masyarakat sekarang, dan beliau
telah menyebutkan produksi sebagai proses teknik karena melibatkan
teknologi. Kontrol dan tata tertib yang ada pada teknologi sepertinya lebih luas dari
kemampuan manusia tersebut, seperti telah hilang kontrol dari alat yang dibuatnya
tersebut.

58. Teori Dualisme Aksi


Pareto menyatakan bahwa setiap individu melakukan aksi logika dan non logika. Beliau percaya
bahwa setiap fenomena sosial mempunyai dua aspek, pertama adalah realita dan kedua adalah
bentuknya. Realita menyatakan keadaan aktual dari sesuatu, dan bentuknya adalah cara
bagaimana suatu fenomena ada di pikiran manusia. Seseorang dapat menyatakan suatu aksi
sebagai aksi yang logis, meskipun dalam realitanya non logis.

59. Teori Komunitas dan Asosiasi


Menurut Tonnies, dalam komunitas (Gemeinchaft) setiap orang mempunyai hubungan dengan
orang lain, sedangkan dalam asosiasi (Gesselschaft) anggota masuk ke dalam interaksi sesuai
dengan keinginan individu untuk mencapai suatu tujuan. Asosiasi mempunyai unsur kepentingan
pribadi, dan komunitas punya elemen kerjasama dan interdependensi. Masyarakat sekarang
cenderung ada dalam kategori asosiasi, dan interaksi individu yang bebas menyebabkan adanya
konsekuensi negatif berupa kejahatan siber.

60. Teori Masyarakat Beresiko


Beck menyatakan bahwa dunia modern adalah „Masyarakat Beresiko‟, terasosiasi karena adanya
modernitas dan teknologi yang baru. Resiko bertambah karena teknologi dan sains daripada
berkurang oleh progres teknologi. Dengan resiko yang besar, melampaui ruang dan waktu, dan
menjadi global, kontrol resiko menjadi tidak mungkin dan tidak berarti.

61. Teori Simulasi


Menurut Baudrillard, ada waktu dimana tanda menyatakan sesuatu yang riil, sekarang tanda
tertuju pada dirinya sendiri. Perbedaan antara yang riil dan yang telah dipalsukan adalah dasar
dari dunia postmodern. Dunia modern mengalami proses diferensiasi, dunia postmodern dapat
dilihat mengalami proses dediferensiasi, dalam dunia dimana tanda tidak lagi mempunyai arti
nyata, dan malah dibuat untuk mempunyai arti simbolik.
SOSIOLOGI INDUSTRI
62. Teori Etika Sosial
Etika adalah penerapan nilai-nilai pada tindakan dan perilaku manusia. Etika juga memiliki
pengertian sebagai kumpulan standar moral yang mengatur perilaku manusia dan hubungan
individu dengan orang lain dan mengatur perilaku yang benar atau salah (Ali, A. J., 2011). Etika
sosial merupakan bagian dari etika khusus, yang terdiri dari etika individual (menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri) dan etika sosial. Etika sosial berbicara
mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu
diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan
tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling
berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup.

63. Teori kepercayaan


Menurut teori ini, tidak setiap pernyataan menimbulkan perjanjian, tetapi pernyataan yang
menimbulkan kepercayaan saja yang menimbulkan perjanjian. Kepercayaan dalam arti
pernyataan itu benar-benar dikehendaki. Kepercayaan
adalah perilaku individu, yang mengharapkan seseorang agar memberi manfaat positif. Adanya
kepercayaan karena individu yang dipercaya dapat memberi manfaat dan melakukan apa yang
diinginkan oleh individu yang memberikan
kepercayaan. Sehingga, kepercayaan menjadi dasar bagi kedua pihak untuk melakukan
kerjasama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan yaitu:
1. Faktor rasional. Faktor rasional bersifat strategis dan kalkulatif dengan kata lain orang dapat
dipercaya karena memiliki keahlian khusus atau memiliki jabatan profesional.
2. Faktor relasional. Faktor relasional disebut juga faktor afektif atau moralitas. Kepercayaan
relasional berakar melalui etika yang baik, dan berbasis pada kebaikan seseorang.

64. Teori Kolaborasi


Menurut Emerson, Nabatchi & Balogh (2012:6), tindakan kolaborasi secara mendasar merupakan
proses berbentuk siklus, dengan adanya interaksi yang memerlukan komunikasi yang baik,
pemahaman bersama yang dilakukan dengan adanya pergerakan prinsip bersama (principed
engagement), motivasi bersama (shared motivation), serta kapasitas untuk melakukan tindakan
bersama (capacity for joint action). Proses kolaborasi terdiri dari:
a. Dinamika kolaborasi, bagian yang paling penting, memperlihatkan seberapa baik pelaksanaan
kolaborasi. Di dalamnya termasuk penggerakan prinsip bersama, motivasi bersama, dan
kapasitas untuk melakukan tindakan bersama.
b. Tindakan kolaborasi, cerminan dari dinamika kolaborasi, berbentuk apapun yang baik atau
buruknya dapat dilihat dari pembangunan dan pemahaman benar akan dinamika kolaborasi oleh
para aktor.
c. Dampak sementara dan adaptasi pada proses kolaborasi, terbagi menjadi yang diharapkan,
tidak diharapkan, dan tidak terduga.

65. Teori Etika Profesi


Menurut Suhrawardi Lubis, teori etika profesi merupakan sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

66. Teori Egoisme


Teori egoisme dikembangkan oleh Rachels (2004). Teori ini beranggapan bahwa egoisme Terdiri
dari dua konsep, yaitu Egoisme Psikologis & Egoisme Etis Egoisme Psikologis: Teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.
● Egoisme Etis: Teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dilandasi oleh
kepentingan diri sendiri.
SOSIOLOGI INDUSTRI
Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk
kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri
ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan
mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.

67. Teori Hubungan Kerja


Menurut Zainal Asikin adalah “Hubungan antara Buruh dan Majikan setelah adanya Perjanjian
Kerja, yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, si buruh mengikatkan dirinya pada pihak lain, si
majikan untuk bekerja dengan mendapatkan upah, dan majikan menyatakan kesanggupannya
untuk memperkerjakan si buruh dengan
membayar upah.

68. Teori Pengendalian Sosial


Menurut Bruce J Cohen, pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan
mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok atau
masyarakat tertentu. Pengendalian sosial memiliki
beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
1. agar masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku,
2. agar tercipta keserasian dan kenyamanan dalam masyarakat, dan
3. agar pelaku penyimpangan kembali mematuhi norma yang berlaku.
Pengendalian sosial memiliki empat pola, yaitu pengendalian kelompok terhadap kelompok,
pengendalian kelompok terhadap anggotanya, dan pengendalian individu terhadap individu
lainnya dan pengendalian individu terhadap kelompok.

69. Teori Aspek-Aspek Kerja


Ada beberapa aspek-aspek kinerja. Menurut Hasibuan (dalam Prabu Mangkunegara, 2006)
mengemukakan bahwa aspek-aspek kinerja mencakup sebagai berikut :
1. kesetiaan, 6. kreativitas, 10. prakarsa, serta
2. hasil kerja, 7. kerjasama, 11. kecapakan dan
4. kejujuran, 8. kepemimpinan, tanggung jawab.
5. kedisiplinan, 9. kepribadian,

70. Teori Tindakan Sosial (Max Weber)


Empat tipe tindakan sosial menurut Weber:
• Rasional, yaitu tindakan sosial dilakukan dengan pertimbangan untuk mencapai tujuan yang
sudah dipikirkan sebelumnya.
• Nilai, yaitu individu yang bertindak mengutamakan apa yang dianggap baik, lumrah, wajar atau
benar dalam masyarakat di atas tujuan individual.
• Afektif, yaitu tipe tindakan yang didasarkan atas keterlekatan emosional.
• Tradisional, yaitu tipe tindakan yang menggunakan tradisi, custom, adat atau kebiasaan
masyarakat sebagai pertimbangannya.

71. Teori Imitasi


Menurut Manford Kuhn, imitasi adalah suatu proses interaksi sosial dimana seseorang belajar
dengan cara meniru sikap, tindakan, tingkah laku, karakter maupun kebiasaan seseorang hingga
gaya hidupnya. Proses ini pertama kali terjadi di lingkungan keluarga, kemudian terjadi di
lingkungan pergaulan dalam masyarakat. Dorongan untuk meniru sesuatu yang ada pada orang
lain. Imitasi muncul karena adanya minat, perhatian, dan adanya sikap mengagumi terhadap
seseorang. Imitasi ada karena seseorang memiliki contoh atau role model untuk ditiru. Jika
seseorang melakukan imitasi dengan meniru orang yang baik, maka ia akan menjadi baik pula.
Akan tetapi, jika ia hidup di lingkungan yang tidak baik atau tidak berpendidikan, dan ia
mengagumi orang-orang seperti itu, maka pada akhirnya ia juga akan menjadi pribadi yang tidak
baik. Proses meniru diperoleh dari proses “pembelajaran sosial” atau “social
learning”, proses meniru tersebut dikarenakan adanya proses pengamatan yang dilakukan terus-
menerus. Proses imitatif merupakan proses transmisi budaya dan pengetahuan dari generasi ke
SOSIOLOGI INDUSTRI
generasi. Tujuan dari sikap imitatif yaitu menguasai dan mengamati perilaku orang lain atau
model. agar didapatkan sikap yang produktif dan efektif.

72. Teori Tindakan Komunikatif


Tindakan komunikatif dalam sosiologi adalah tindakan kooperatif yang dilakukan oleh individu
berdasarkan musyawarah dan argumentasi bersama. Istilah tindakan komunikasi dikembangkan
oleh Jurgen Habermas. Ia berpendapat bahwa interaksi manusia dalam salah satu bentuk
dasarnya bersifat komunikatif dan bukan bersifat strategis. Dalam proses komunikasi yang
dilakukan, para partisipan membuat lawan bicaranya paham akan maksudnya dengan berusaha
mencapai klaim-klaim kesahihan yang dipandang rasional dan akan diterima tanpa adanya
paksaan sebagai hasil konsensus dari proses komunikasi tersebut. Oleh karena itu, syarat utama
agar tindakan komunikatif bisa terbentuk adalah partisipan menjalankan rencana secara
kooperatif dalam situasi tindakan yang didefinisikan bersama. Sehingga bisa menghindarkan dari
dua resiko, yaitu tidak tercapainya kesepahaman dan kegagalan.

73. Teori Norma Sosial


Norma sosial merupakan seperangkat aturan disertai sanksi-sanksi baik tertulis maupun tidak
yang berfungsi memandu kehidupan sosial anggota masyarakat. Sebagai seperangkat aturan,
norma bisa memandu, mempengaruhi, menentukan, dan mengatur tindakan seseorang. Dalam
sosiologi, norma merupakan bagian dari struktur sosial. Mempelajari norma artinya mempelajari
bagaimana struktur sosial membuat tindakan masyarakat bisa tampak dalam bentuk pola yang
teratur. Jika norma dilanggar, maka sistem sosial terganggu.Tokoh yang terkenal dalam teori
normal
sosial adalah Sosiolog Indonesia Selo Soemardjan yang pernah menguraikan peran penting
norma dalam kehidupan sosial. Menurutnya, norma di masyarakat memiliki beberapa fungsi
krusial, yaitu sebagai pedoman hidup yang berlaku untuk warga masyarakat di lokasi dan waktu
yang spesifik, dan mengikat setiap anggota masyarakat pada peraturan-peraturan sehingga siapa
yang melanggar akan dikenai sanksi.

74. Teori Marxian


Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang
terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk
menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa
menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian
adalah asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar,
menginspirasi penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori
marxian selalu dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang
lebih kontemporer. Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.

75. Teori Neomarxian


Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang dari
teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori
neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori
kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori
neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga
menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya.
Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat
masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas dalam
institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar bisa
diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai produk
komoditas.

76. Teori Poststrukturalisme


Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori
poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme
SOSIOLOGI INDUSTRI
berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin sosiologi.
Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui penjelasan bahwa
tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh
bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang berhubungan dengan pengetahuan. Ada
pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya
sangat sulit menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara keduanya

77. Teori Modernisme


Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat
modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi
pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih
baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat
sebagai periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami
proses pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada
perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju
kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme
membawa peradaban umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para
ilmuwan sebagai era ‟modernisme tingkat lanjut‟, ‟modernitas sebagai projek yang belum kelar‟,
‟masyarakat resiko‟, dan lain sebagainya.

78. Teori Postmodernisme


Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih relevan
disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter yang
berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir
dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori
postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era
baru yang belum pernah ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini
keberlanjutan dari modernitas atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering
diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan
modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang
lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan
ketidakpercayaan pada metanarasi modernisme.

79. Teori Kritis


Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan
nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus
mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan. Teori kritis
mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis juga
mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap
marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena
menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial
kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang
tidak kalah penting yaitu kultural.

80. Teori Konstruksi Sosial


Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi timbal balik
yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut dipraktikkan
dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem yang kemudian
dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu melalui proses
internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat
dalam institusi sistem sosial. Proses institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi
manusia tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas
tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi
sosial melihat realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.
SOSIOLOGI INDUSTRI
81. Teori Feminisme
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan pengalaman
manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam teori
feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan
pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan.
Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan
didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini
cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam
diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan terpinggirkannya
perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap kaum
perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang
memarjinalkan kaum perempuan.

82. Teori Globalisasi


Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global dalam
menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga
dimensi teori: bidang ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi
pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik
globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi
kultural globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori
sosiologi globalisasi melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau
hybrid, dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa.

83. Teori Pembangunan


Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada pada
tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara sangat
tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor
ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga tercapai
kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak di jantung teori
pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk diterapkan di negara-
negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki dibukanya pintu investasi di
negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara berkembang dapat mengejar
ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi kuncinya.

84. Teori Ketergantungan


Teori ketergantungan merupakan reaksi dari teori pembangunan atau ideologi developmentalisme
yang diusung oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa
Barat. Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh Amerika Serikat saat perang dingin.
Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa investasi dan segala bantuan atau pinjaman
finansial yang digelontorkan oleh negara maju, alih-alih menciptakan kemajuan, justru
menciptakan ketergantungan negara-negara berkembang. Konsekuensinya, negara berkembang
tidak akan pernah berdaulat, melainkan berada di pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara
maju atas negara berkembang dipandang oleh teori ketergantungan sebagai bentuk kolonialisme
dan imperialisme baru. Sama dengan teori pembangunan, teori ketergantungan selalu berada
pada konteks negara atau regional.

85. Teori Konsumsi


Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara signifikan
dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer.
Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi.
Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek
produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas sosial, dalam perspektif teori
sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat
produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi
SOSIOLOGI INDUSTRI
semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia
seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.

86. Teori Jejaring Aktor


Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih luas. Teori
ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau network dalam
memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial yang lebih luas. Perlu
digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu, melainkan juga struktur
jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran
mesin yang signifikan. Melalui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen
kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena
jejaring berperan lebih signifikan dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring
aktor sebagai teori sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti
masyarakat jejaring, jejaring sosial dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai