Disusun Oleh:
15 Desember 2020
Catatan ini dibuat karena ingin menolong sesama dan hanya berdasarkan pengetahuan penulis
yang sangat terbatas sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan. Jika teman-
teman membutuhkan bantuan, harap menghubungi penulis.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Chairil Nur Siregar M.Si. atas ilmu yang telah diberikan dan
telah menjadi dosen yang mendidik mahasiswa dengan canda tawa gembira.
Mohon doa teman-teman sekalian agar segala urusan penulis dilancarkan dan diberi
keberkahan oleh Allah SWT.
SEMOGA BERMANFAAT
DILARANG DIPERJUALBELIKAN
JUDUL BAB III. METODE PENELITIAN (Kualitatif)
3.1 Lokasi, Objek, dan Waktu Penelitian (utk
BAB I. PENDAHULUAN ujian dibuat fiktif)
1.1 Latar Belakang (Minimal 1 halaman + Das 3.2 Teknik Pengumpulan Data
sollen + Das sein) 3.3 Pedoman Wawancara (daftar pertanyaan)
1.2 Identifikasi Masalah (Turunan Das Sein)
1.3 Rumusan Masalah (3) BAB IV. HASIL PENELITIAN
1.4 Tujuan Penelitian (RM + Mengapa) BAB V. ANALISIS
1.5 Manfaat Penelitian 5.1 Analisis Masalah 1
5.2 Analisis Masalah 2
BAB II. LANDASAN TEORI (6 Teori) 5.3 Analisis Masalah 3
2.1 Teori Rumusan Masalah 1 (2 teori)
2.2 Teori Rumusan Masalah 2 (2 teori) BAB VI. SIMPULAN
2.3 Teori Rumusan Masalah 3 (2 teori) BAB VII. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
o JUDUL
Dalam judul, 2 varibel (teori utama) yang akan digunakan harus dimunculkan dan digaris
bawahi.
Cth: “Analisis Peran oleh <suatu hal> terhadap Minat Masyarakat di <tempat>.” (teori 01:
peran, teori 02: minat)
o Latar belakang
Di isi paragraf tentang latar belakang penelitian (Minimal 1 halaman + Das sollen + Das sein)
Das sollen
Das sollen berisi peraturan perundang undangan yang seharusnya berlaku. Kondisi ideal yang
diharapkan. Isi dari Das Sollen harus mengandung garis besar dari judul. (urutannya diawali
UUD45 dulu kemudian UU perpu, dst)
Das sein
Berisi kenyataan pahit yang terjadi di masyarakat. Hal hal negatif yang sedang terjadi. Harus
terlihat masalah yang terjadi seperti apa.
o Identifikasi masalah
“Identifikasi masalah itu isinya komplain / curhatan / permasalahan yang kamu alami, ibarat
pergi ke dokter, kamu tuh ngasih tau dokter masalahnya apa, ga nyamannya dimana.” - pak
chairil. Harus berisi kalimat negatif.
o Rumusan masalah
Isi: 3 pertanyaan (apa mengapa bagaimana), urutan tidak boleh diubah.
1. Apa …
2. Mengapa …
3. Bagaimana …
Poin penting:
Pada pertanyaan “apa”, teori 01 (di judul) harus muncul kembali disini
cth: Apa faktor yang menyebabkan peran media sosial bla bla bla ?
Pada pertanyaan “mengapa” teori 02 (di judul) harus muncul kembali disini
cth: Mengapa minat masyarakat bla bla bla ?
o Manfaat penelitian
Manfaat ini harus berbeda dengan tujuan. Manfaat ini maksudnya kalau orang baca
penelitianmu, apa yg bisa dia lakukan dengan penelitian ini?
cth:
rumusan masalah: apa danusan favorit mahasiswa?
manfaatnya: Dgn mengetahui danusan favorit mahasiswa tsb, kita jadi tau danusan mana yg
harus disediakan lebih banyak agar cepat laku.
o Landasan teori
Untuk tiap rumusan masalah, diperlukan 2 teori.
Teori RM1: teori 01 + teori lainnya (teori 04)
Teori RM2: teori 02 + teori lainnya (teori 05)
Teori RM3: teori 03 + teori lainnya (teori 06)
Disarankan kata kunci masing masing teori digaris bawahi (untuk membantu pedoman
wawancara, 1 kata kunci di jadikan beberapa pertanyaan nantinya).
o Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dibuat berdasarkan kata kunci dalam teori. Jika memungkinkan, buatlah
lebih dari 1 jenis narasumber. (misal: mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan masyarakat, etc).
Untuk setiap jenis target wawancara, buatlah pertanyaaan dari ke 6 teori tsb. Satu teori
diharapkan jadi sekitar minimal 6 pertanyaan/ sebanyak banyaknya. “Satu teori itu
kalau panjang bisa dibuat 8 pertanyaan lebih” - pak chairil.
Cth: Misal 2 target, ada 6 teori, masing masing teori dibuatkan 6/lebih pertanyaan: 72 - 96 kalimat
tanya. Semangat nguli!!
o Hasil penelitian
“Buat aja jawaban narasumber fiktif” – pak chairil :D
o Analisis
Analisis merangkum hasil wawancara (gambaran kasarnya).
Setelah itu carilah 1 teori pendukung (hasil wawancara harus sejalan dengan teori
pendukung) untuk setiap rumusan masalah.
Gunakan hasil + teori pendukung untuk ‘melawan’ teori awal dari menjawab masing masing
rumusan masalah.
Cth: (hasil) Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa bla bla bla …. Hal tsb sejalan
dengan teori (teori pendukung) yang berisikan bahwa …. Maka dari itu, <solusi>.
o Simpulan
Note: ingat! ‘simpulan’, BUKAN ‘kesimpulan’. Tulis ‘kesimpulan’ => kertas mu dibuang
Simpulan menjawab rumusan masalah, singkat aja, yang penting intisari analisis (terutama
bagian <solusi> ada disini).
o Daftar Pustaka
Di isikan kalo ada sumbernya
o Tabel Teori (gambaran sinkronisasi teori wkwkwk)
[CONTOH MAKALAH]
BAB I PENDAHULUAN
BAB V ANALISIS
< merangkum hasil wawancara <gambaran kasarnya>
[Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa bla bla bla …. Hal tsb sejalan dengan teori xxx
(teori baru/ pendukung) yang berisikan bahwa …. Maka dari itu, <jawaban atas rumusan
masalah>. ]
5.1. Rumusan Masalah 1
5.2. Rumusan Masalah 2
5.3. Rumusan Masalah 3
BAB VI SIMPULAN
1. Faktor menyebabkan kurang optimalnya peran media sosial dalam kegiatan wirausaha oleh
mahasiswa ITB adalah kurangnya keahlian kewirausahawa…
2. Hal yang membuat minat wirausaha mahasiswa ITB dirasa kurang adalah ketidaktersediaan
waktu yang cukup untuk mengembangkan bisnis, prioritas mahasiswa ITB yang lebih
terfokuskan pada kegiatan akademik..
3. Hal yang dapat dilakukan untuk memacu perubahan sosial di kalangan mahasiswa ITB agar
bisa berwirasusaha adalah dengan membuat mahasiswa ITB merasa memiliki kebutuhan..
DAFTAR PUSTAKA
[1] Handoko T. Hani. 2003. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
[2] Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
TEMA YANG BIASANYA
ADA DALAM UAS
Bertanda (*) artinya Das sollen (berupa undang2/perpu) minimal 3
Bertanda (-) artinya Das sein (fakta yg terjadi di tengah masyarakat), kalo das seinnya
gaada, buat aja kalimat yg bertentangan dgn das sollen
1. INDUSTRI
a. topik: Pembuangan limbah industri sembarangan yang tidak diolah terlebih dahulu
Narasumber : Masyarakat Umum sekitar lokasi, Pengelola Pabrik, Dinas Kehutanan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 4
*Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Pasal 3 : Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan
Limbah B3 yang dihasilkannya.
*Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Pasal 175: “Setiap Orang dilarang melakukan Dumping (Pembuangan) Limbah B3
ke media lingkungan hidup tanpa izin.”
DAS SEIN
-Masih maraknya kegiatan perindustrian yang tidak efisien dan adil dalam prosesnya yang justru
malah menambah kesenjangan sosial dan menambah masalah baru untuk lingkungan dan warga.
-Pabrik-pabrik industri dan usaha perekonomian lain yang masih membuang limbah sembarangan
yang membahayakan/ merugikan lingkungan dan penduduk sekitar.
-Meskipun telah diberikan larangan dan tidak diizinkan, masih saja banyak pelaku industri yang
nakal.
https://www.ecostargrp.com/PP%20Nomor%20101%20Tahun%202014%20tentang%20Pengelola
an%20Limbah%20B3.pdf
2. KORUPSI
a. topik: Hukuman koruptor makin enteng, 'korupsi makin marak'
Narasumber : Masyarakat Umum sekitar, tokoh politik
DAS SOLLEN
* UUD 45 Pasal 28I ayat 5
* UUD 45 Pasal 7A, 7B ayat 1&5
* UU Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 2: Setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 1
miliar.
DAS SEIN
-Penegakan hukum di Indonesia juga sangat memprihatinkan, terutama tindak pidana korupsi
yang memunculkan banyak ketidakadilan bagi masyarakat Indonesia. Praktik penyelewengan
dalam proses penegakan hukum seperti, mafia hukum di peradilan, peradilan yang diskriminatif
atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam penegakan
hukum di negeri ini.
https://lsc.bphn.go.id/uploads/919381_leaflet_6.pdf
DAS SEIN
-hak dari anak-anak tak mampu untuk bersekolah dengan beasiswa tidak diberikan sepenuhnya.
-biaya yg seharusnya diberikan ke siswa tidak mampu malah dikantongi sendiri
-sda
4. KESEHATAN
a. topik : Upaya penyelenggaraan Kesehatan yang berkualitas dan merata
Narasumber : Masyarakat Umum, Penyelenggara Kesehatan (Tenaga Kesehatan), Dinas
Kesehatan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 34 butir 3
*UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 14 ayat 1 : Pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 1:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 5:
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 19: Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.
*UU No. 36 tahun 2009 ttg kesehatan pasal 42:
(1) Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan, dikembangkan, dan
dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
(2) Teknologi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode dan alat
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya penyakit, meringankan
penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil komplikasi, dan memulihkan
kesehatan setelah sakit.
DAS SEIN
-Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh negara kurang memadai khususnya bagi rakyat kecil.
-Tidak setiap orang memiliki akses kesehatan yang mudah diperoleh, dan dapat menikmati
pelayanan yang berkualitas
-Pengawasan dan pembinaan pemerintah dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau masih kurang.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/36TAHUN2009UU.htm
5. POLITIK
a. topik: Praktik Buzzer Dalam Pemilu
Narasumber : Masyarakat Umum, Calon Legislatif, Bawaslu, Pelaku Buzzer
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab VIIB tentang Pemilihan Umum Pasal 22E ayat 1
*UUD45 Pasal 27 pasal 1
*UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Pasal 93 : Bawaslu bertugas melakukan
pencegahan dan penindakan terhadap:1. pelanggaran Pemilu; dan 2. sengketa proses Pemilu.
DAS SEIN
-sudah menjadi rahasia umum byknya ditemukan buzzer yg tak adil menjelang pesta demokrasi,
merekalah yg menggiring opini publik untuk mendorong sebuah issu, tak jarang para buzzer
menjadi ujung tombak tokoh politik.
-masih byknya org2 yg melanggar hukum dan pemerintahan
-pelanggaran pemilu yang terjadi bahwa masih byk ditemukan kampanye politik pada masa
tenang pemilu
http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/138/3541.bpkp
6. AGAMA
a. topik: Radikalisme dalam menunaikan ibadah sesuai kepercayaan cth : Ahmadiyah
Narasumber : Masyarakat Umum, Tokoh Agama, Kementerian Agama setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28e ayat 1
*UUD 1945 Bab XI tentang Agama Pasal 29 ayat 2
*Pasal 175 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan merintangi pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau
upacara keagamaan yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan.
*UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 4. "Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun."
Pasal 22 (1). "Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu." (2). "Negara menjamin kemerdekaan setiap orang
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu."
*UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 80. "Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh
untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya."
Pasal 185 (1). "Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ... Pasal 80 ...
dikenakan sanksi pidana penjara ... dan/atau denda ... .
DAS SEIN
-masih ditemukan adanya ancaman dalam melakukan kegiatan ibadah
-pelarangan kegiatan ibadah di suatu tempat
-masih didapati pihak pemberi pekerjaan yang tidak memberikan waktu ibadah yg cukup kpd
pekerjanya
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt510b523eedfba/sanksi-hukum-jika-
menghalangi-orang-melaksanakan-ibadah
DAS SEIN
-masih ditemukan adanya ancaman dalam melakukan kegiatan ibadah
-masih ditemukan adanya boikot/melarang agama lain utk melakukan kegiatan ibadah mereka di
daerah tertentu
-masih ditemukan byknya warga yg menjelek2kan agama lain
https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11505
7. KEHUTANAN
a. topik: Penebangan Liar untuk Dijual
Narasumber : Masyarakat Umum, Pengusaha, Dinas Kehutanan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 4
*UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 5 :
Pemerintah dan/atau *Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pencegahan perusakan
hutan.
*UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 12
Butir a dan b : Setiap orang dilarang : a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan
yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan ;b. melakukan penebangan pohon dalam
kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
*UU No. 18 ttg Kehutanan pasal 1:
3. Perusakan hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui kegiatan
pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau penggunaan izin yang bertentangan
dengan maksud dan tujuan pemberian izin di dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang
telah ditunjuk, ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh Pemerintah.
4. Pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang
terorganisasi.
5. Penggunaan kawasan hutan secara tidak sah adalah kegiatan terorganisasi yang dilakukan di
dalam kawasan hutan untuk perkebunan dan/atau pertambangan tanpa izin Menteri.
*UU No. 18 ttg Kehutanan pasal 12:
Setiap orang dilarang:
a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan hutan;
b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang;
c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah;
d. memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil
penebangan di kawasan hutan tanpa izin;
e. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama
surat keterangan sahnya hasil hutan;
f. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon
di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
g. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan
digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang
berwenang;
h. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar.
-penebangan liar byk menyebabkan bencana alam di indonesia
-tidak mensejahterakan rakyat
-dilakukan tanpa izin/ bekerja sama dgn tokoh penting setempat utk kepentingan pribadi
https://www.rimbawan.com/regulasi/undang-undang-republik-indonesia-nomor-18tahun-2013-
tentang-pencegahan-dan-pemberantasan-perusakan-hutan/
8. PENDIDIKAN
a. topik: sistem pendidikan di daerah 3T
Narasumber : Dinas Pendidikan, Orang Tua/Pelajar , Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 Ayat 2
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28c ayat 1
*UU Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 : Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi
DAS SEIN
-warga indonesia masih byk yg beranggapan bahwa pendidikan bukanlah hal yg penting dan
masih ada di bbrp tempat pelosok warga yg blm bisa membaca dan menulis
-sulitnya akses menuju ke sekolah di beberapa tempat yg pelosok
-tidak seimbangnya mutu pendidikan di kota besar dgn daerah terpencil
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
9. MASYARAKAT NELAYAN
a. topik: Taraf hidup nelayan yang masih rendah akibat usaha perikanan yang buruk
Narasumber : Masyarakat Nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian dan Kesejahteraan Nasional Pasal 33 ayat 3
*UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 14 ayat 1 : Pemerintah mengatur dan/atau
mengembangkan pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan dalam
rangka pelestarian ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan
*UU No. 31 thn 2004 ttg Perikanan pasal 3
Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan;
a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya ikan kecil;
b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;
h. mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber
daya ikan secara optimal; dan
i. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang;
DAS SEIN
-kekayaan alam yang terkandung untuk kemakmuran rakyat bahkan tidak dapat memakmurkan
para nelayan akibat byknya illegal fishing dan sistem birokrasi yg panjang untuk sampai ke tangan
konsumen
-kurangnya pengetahuan/ pendidikan yg diberikan pemerintah untuk para nelayan tentang
perikanan dan pengelolaannya
-Berhadapan dengan nelayan pukat trawl, pemasaran hasil tangkap sampai perlindungan nelayan
masih jadi masalah yang biasa dialami nelayan tradisional.
-Pemasaran nelayan tradisional dinilai masih lemah. Mereka belum memiliki alat pendingin yang
baik, hingga bisa merusak ikan hasil tangkapan.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/regulasi-hukum/undang-undang/undang-undang-
kelautan-dan-perikanan/finish/10-undang-undang-kelautan-dan-perikanan/97-uu-no-31-tahun-
2004-tentang-perikanan
10. POLISI
a. topik: Kejahatan Selama Bulan Ramadhan Meningkat
Narasumber : Polisi, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat 4
*UU Nomor 2 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 14 butir a : Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
*UU Nomor 2 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 14 butir I : Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
*UU No 2. Thn 2002 ttg Kepolisian Pasal 2
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
*UU No 2. Thn 2002 ttg Kepolisian Pasal 4
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
*UU No 2. Thn 2002 ttg Kepolisian Pasal 13
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
DAS SEIN
-maraknya aksi kejahatan yg meresahkan warga
-polisi yg sejatinya bertugas utk mengayomi dan melindungi kadang bersikap tidak manusiawi kpd
massa
-lamanya proses birokrasi pelayanan masyarakat dan tidak kunjung selesai untuk suatu
pengaduan
https://www.bkpm.go.id/images/uploads/prosedur_investasi/file_upload/UU_2_2002.pdf
b. topik:
Narasumber:
12. NARKOBA
a. topik: Peredaran Narkoba di kalangan pelajar
Narasumber : Polisi, Pelajar, Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat 4 :
*UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 39 : Narkotika hanya dapat disalurkan oleh
Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
*UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 61 : Pemerintah melakukan pengawasan
terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan Narkotika.
*UU No 35 thn 2009 ttg narkotika Pasal 113 (118 golongan 2)
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
*Pasal 1 angka 15 UU No. 35 Tahun 2009
Penyalah guna adalah orang yang menggunakan narkotika secara tanpa hak dan melawan
hukum.
*Pasal 7 UU No. 35 Tahun 2009 : Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAS SEIN
-belum tegaknya hukum tentang peredaran narkoba yang beredar luas di masyarakat
-narkoba dapat dgn mudah ditemui ditengah2 masyarakat
-pengawasan pemerintah yg blm optimal terhadap peredaran narkotika
-blm adanya efek jera yg diberlakukan utk pengedar narkoba
https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf
14. TRANSPORTASI
a. topik: Ojek Online menggantikan Transportasi konvensional
Narasumber : Ojol, Masyarakat Umum, Dinas Perhubungan setempat
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat 1
*UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 3 butir a : Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan: a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
*Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 108 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek
Maksud dan tujuan pengaturan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek, yaitu:
a. terwujudnya pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek yang memanfaatkan penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi untuk
mengakomodasi kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat;
b. terwujudnya pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam
Trayek yang selamat, aman, nyaman, tertib, lancar, dan terjangkau;
c. terwujudnya usaha yang mendorong pertumbuhan perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan dan prinsip pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah;
d. terwujudnya kepastian hukum terhadap aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan,
kesetaraan, keterjangkauan, dan keteraturan serta menampung perkembangan kebutuhan
masyarakat dalam penyelenggaraan angkutan umum
e. terwujudnya perlindungan dan penegakan hukum bagi masyarakat.
*Undang - Undang No. 22 tahun 2009 (pasal 3a) : Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan
dengan tujuan terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu
menjunjung tinggi martabat bangsa.
*Undang - Undang No. 22 tahun 2009 pasal 43: mengenai fasilitas parkir, dalam ayat (1)
disebutkan bahwa penyedia fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan. Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar
Ruang Milik Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa: a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok. Dalam ayat (3), dinyatakan bahwa Fasilitas Parkir di dalam Ruang
Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau
jalan kota yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
DAS SEIN
-Blm adanya payung hukum yang melindungi driver ojek online
-Fasilitas parkir yg biasanya sama sekali tidak bekerjasama dgn polisi lalu lintas setempat
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_22.pdf%20
http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2017/PM_108_TAHUN_2017.pdf
15. TELEKOMUNIKASI
a. topik: Ujaran Kebencian dan/atau Hoax di media sosial
Narasumber : Polisi, Masyarakat Umum, Provider Platform media sosial
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28F
*UUD 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28I ayat 2
*UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 3 : Telekomunikasi diselenggarakan
dengan tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antarbangsa.
*Pasal 27 ayat 3 UU ITE
Melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
*UU ITE Pasal 45A ayat 1 (Hoax)
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
*UU ITE Pasal 45A ayat 2 (SARA)
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/ atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
DAS SEIN
-meskipun setiap org memiliki kebebasan utk menyebarkan informasi, ttp harus ada batasan krn
informasi tsb hrs fakta/aktual
-larangan pendistiribusian yg mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
terkadang lolos begitu saja tanpa ada hukuman
-masih maraknya penyebarluasan informasi hoax dan SARA
https://www.kpk.go.id/images/pdf/uu%20pip/UU_ITE%20no%2011%20Th%202008.pdf
16. PARIWISATA
a. topik: Wisata Alam yang merusak alam
Narasumber : Wisatawan, Penyedia fasilitas pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat 4
*UU Nomor 10 tentang Kepariwisataan Pasal 5 butir d : Kepariwisataan diselenggarakan dengan
prinsip : memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
*UU Nomor 10 tentang Kepariwisataan Pasal 23 ayat 1 butir d : Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berkewajiban: mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas.
*UU No. 10 TAHUN 2009 pasal 5 tentang prinsip penyelenggaraan kepariwisataan,
kepariwisataan diselengarakan dengan prinsip:
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup
dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara
manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
DAS SEIN
-lingkungan di sekitar lokasi wisata sering kali menjadi tempat pembuangan sampah para
wisatawan yang tak bertanggung jawab
-kurangnya kesadaran wisatawan indonesia/asing dalam pelestarian alam daerah wisata
-timbulnya kerusakan-kerusakan lingkungan permanen akibat ulah wisatawan yang tak
bertangfung jawab
https://www.ekowisata.org/uploads/files/UU_10_2009.pdf
DAS SEIN
-byknya pengangguran, PHK
-masih minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dgn kuota yg sangat terbatas
(Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja)
-kurangnya kompetensi/ kemampuan/pendidikan/ketrampilan yang diperlukan
-penghasilan pekerja yg kurang layak
http://www.kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf
19. PERUMAHAN
a. topik: Kurangnya kesediaan Rumah untuk MBR(masyarakat berpenghasilan rendah)
Narasumber : MBR, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pertanahan Dan Pertamanan,
Masyarakat Umum
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28H ayat 1
*UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pasal 54 : Pemerintah
wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).
Perumahan
*UU no 1 thn 2011 ttg perumahan dan Kawasan permukiman pasal 5
(1) Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.
*UU no 1 thn 2011 ttg perumahan dan Kawasan permukiman pasal 19
(1) Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.
*UU no 1 thn 2011 ttg perumahan dan Kawasan permukiman pasal 24
Perencanaan dan perancangan rumah dilakukan untuk:
a. menciptakan rumah yang layak huni;
b. mendukung upaya pemenuhan kebutuhan rumah oleh masyarakat dan pemerintah
c. meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur.
DAS SEIN
-banyak dijumpai rumah yg disediakan tidak layak huni
-pemerintah blm menepati janjinya utk membangun pemukiman rumah yang layak huni
-Masalah birokrasi yg rumit terutama di daerah, juga menyulitkan pengembang di daerah karena
kebijakan pemerintah pusat yang belum sepenuhnya diserap pemerintah daerah.
https://www.bphn.go.id/data/documents/11uu001.pdf
21. PERTANIAN
a. topik: Ketersediaan lahan pertanian yang semakin berkurang
Narasumber : Petani, Masyarakat Umum, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat,
Badan Pertanahan Nasional
DAS SOLLEN
*UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 butir 3
*UU Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 7 ayat 2 butir
a dan b : Strategi Perlindungan Petani dilakukan melalui: a. prasarana dan sarana produksi
Pertanian; b. kepastian usaha.
*UU Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 12 ayat 2 :
Perlindungan Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) diberikan kepada: a. Petani
penggarap tanaman pangan yang tidak memiliki lahan Usaha Tani dan menggarap paling luas 2
(dua) hektare; b. Petani yang memiliki lahan dan melakukan usaha budi daya tanaman pangan
pada lahan paling luas 2 (dua) hektare; dan/atau; c. Petani hortikultura, pekebun, atau peternak
skala usaha kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
*UU No. 19 tahun 2013 ttg Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 4:
Lingkup pengaturan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani meliputi:
a. perencanaan;b. Perlindungan Petani;c. Pemberdayaan Petani;d. pembiayaan dan
pendanaan;e. pengawasan; dan f. peran serta masyarakat.
*UU No. 19 tahun 2013 ttg Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Pasal 3:
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani bertujuan untuk:
a. mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka meningkatkan taraf
kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik;
b. menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yang dibutuhkan dalam mengembangkan Usaha
Tani;
c. memberikan kepastian Usaha Tani;
d. melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen;
e. meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani dalam
menjalankan Usaha Tani yang produktif, maju, modern dan berkelanjutan; dan
f. menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian yang melayani kepentingan
Usaha Tani.
DAS SEIN
-Kekayaan Alam Indonesia, khususnya tanah untuk menunjang pertanian Indonesia, semakin
lama semakin sedikit luasnya.
-Petani sebagai tonggak utama Indonesia yang merupakan negara agraris kurang mendapat
perlindungan, khususnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian.
-Petani kecil justru ditindas dan diambil lahannya untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan
besar yang bergerak dalam bidang industri manufaktur dan pertambangan.
https://www.bphn.go.id/data/documents/08uu018.pdf
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945
Garis Besar UUD 1945: Pasal IX tentang kekuasaan kehakiman (pasal 24
Secara garis besar isi dari bagian pasal-pasal samapi 25)
UUD 1945 adalah sebagai berikut. Pasal IXA tentang wilayah negara (pasal 25A)
Bab I tentang bentuk dan berkedaulatan (pasal 1) Bab X tentang warga negara dan penduduk
Bab II tentang majelis permusyawaratan rakyat (pasal 26 sampai 28)
(pasal 2 sampai pasal 4) Baba XA tentang hak asasi manusia dan
Bab III tentang kekuasaan pemerintahan negara kewajiban dasar manusia (pasal 28A sampai 28J)
(pasal 4 sampai 19) Baba XI tentang agama (pasal 29)
(bab IV tentang DPA dihapus) Bab XII tentang pertahanan dan keamanan
Bab V tentang kementerian negara (pasal 17) negara (pasal 30)
Bab VI tentang pemerintah daerah (pasal 18 Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan
sampai 18B) (pasal 31 sampai 32)
Bab VII tentang dewan perwakilan rakyat (pasal Bab XIV tentang perekonomian nasional dan
19 sampai pasal 22B) kesejahteraan sosial (pasal 33 sampai 34)
Bab VIIA tentang dewan perwakilan daerah Bab XV tentang bendera, bahasa, lambing
(pasal 22C sampai 22D) negara serta lagu kebangsaan (pasal 35 sampai
Bab VIIB tentang pemilihan umum (pasal 22E) 36C)
Bab VIII tentang hal keuangan (pasal 23 sampai Bab XVI tentang perubahan undang-undang
23D) dasar (pasal 37)
Bab VIIIA tentang badan pemeriksaan keuangan
(pasal 23E sampai 23G)
BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat , dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang.****)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota
Negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.
Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang
Dasar. ***)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.***/ ****)
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.***/****)
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.*)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri,
tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.***)
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.*** )
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. ***)
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.***)
(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh
persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara
disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi
Presiden dan Wakil Presiden.***)
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon
yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat
secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.****)
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.***)
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*)
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat.***)
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat
dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan
Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***)
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.*** )
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul
Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan
Rakyat menerima usul tersebut. ***)
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.***)
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.*** )
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** )
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden
dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.*** )
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas
Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.****)
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut :
Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :
“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”
Janji Presiden (Wakil Presiden) :
“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang
teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.*)
(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat
mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.*)
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.****)
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.***)
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan
dengan undang-undang.
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.*
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.*)
Pasal 14
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
agung.*)
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.*)
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-
undang.*)
Pasal l6
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.****)
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Dihapus****)
BAB V
KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.*)
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-
undang.***)
BAB VI
PEMERINTAH DAERAH
Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.**)
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.** )
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.**)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.** )
(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.**
)
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.**)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.** )
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.**)
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.** )
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum.**)
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.**)
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.** )
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.*)
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.* )
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.* )
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.* )
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan
oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui,
rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.**)
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.** )
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-
Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat.** )
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat, serta hak imunitas.** )
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.** )
Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.*)
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang.**)
Pasal 22B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan
tata caranya diatur dalam undang-undang.**)
BAB VIIA***)
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.*** )
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh
anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat.***)
(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.*** )
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.***)
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.*** )
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.*** )
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat
dan tata caranya diatur dalam undang-undang.***)
BAB VIIB***)
PEMILIHAN UMUM
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
lima tahun sekali.*** )
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.*** )
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.*** )
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.*** )
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri.***)
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.*** )
BAB VIII
HAL KEUANGAN
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.*** )
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah. ***)
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu.***)
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.***
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab,
dan independensinya diatur dengan undang-undang.***
BAB VIIIA ***)
BADAN PEMERIKSA KEUNGAN
PASAL 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.*** )
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.*** )
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang.*** )
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.***)
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.*** )
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.*** )
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-
undang.***)
BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.***)
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.** **)
Pasal 24A
(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang.*** )
(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional,
dan berpengalaman di bidang hukum.***)
(3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.***)
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan
peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 24 B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.***)
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum
serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.*** )
(3) Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.*** )
(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.*** )
Pasal 24C***
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.*** )
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.*** )
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.***
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.***
)
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya
tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-
undang
BAB IXA**)
WILAYAH NEGARA
Pasal 25****)
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.** )
BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.** )
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.** )
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.***)
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.** )
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.** )
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.** )
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.**)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.**)
(1) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )
Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.** )
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.**)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.**)
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.** )
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.** )
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.**)
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.** )
(1) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.**)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.** )
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.** )
(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.**)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.**)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.** )
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.**)
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.** )
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.** )
BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XII
PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN NEGARA **)
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.** )
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.** )
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.**)
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.** )
BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan****)
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.****)
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.****)
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.****)
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.****)
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.**** )
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.****
)
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****)
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.**** )
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.**** )
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.****)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN **)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
diatur dengan undang-undang.**)
BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.****)
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.****)
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.**** )
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.****)
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.**** )
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
TEORI
KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
1. Teori Informatif
Teori ini dikembangkan oleh Sannon dan Weaver (1949). Teori informasi merupakan salah satu
teori klasik, dimana teori ini menitikberatkan pada komunikasi sebagai suatu transmisi pesan dan
bagaimana transmitter menggunakan media dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, jika sinyal media
yang digunakan baik, maka komunikasi akan berjalan efektif, begitu pula sebaliknya. Apabila
sinyal media tidak baik, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar.
2. Teori Kognitivisme
Teori kognitivisme mengedepankan proses belajar dibandingkan dengan hasil proses itu sendiri.
Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tetapi juga
melibatkan proses berfikir yang kompleks. Lebih dari itu, belajar merupakan proses perubahan
persepsi dan pemahaman. Menurut aliran ini kita belajar didasarkan atas kemampuan kita
menafsirkan peristiwa atau kejadian dalam suatu lingungan. Dimana proses belajar tersebut
terdapat empat tahapan yaitu Asimilasi, Akomodasi, Disquilibari, dan Equilibrasi.
3. Teori Birokrasi
Teori birokrasi digunakan untuk komunikasi Mampu meminimalisir pekerjaan yang
organisasi. Max Weber (1948), sulit.
mengungkapkan bahwa model birokrasi Hirearki organisasi yang terstruktur.
sering kali dipakai untuk mencapai Kemampuan anggota yang mumpuni.
komunikasi organisasi yang efektif. Menurut Memiliki kemampuan Multi – tasking
Weber, ada delapan karakteristik struktural Profesionalitas yang tinggi
terkait birokrasi organisasi, yaitu: Uraian tugas yang terstruktur dan
Terdapat aturan dan prosedur sesuai teratur
standar. Rasionalitas untuk mencapai
keberhasilan
6. Teori Informasi adalah teori yang menitikberatkan pada komunikasi sebagai suatu transmisi
pesan dan bagaimana transmitter menggunakan media dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, jika
sinyal media yang digunakan baik, maka komunikasi akan berjalan efektif, begitu pula sebaliknya.
8. Teori Nativisme berpandangan bahwa manusia satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat
berkomunikasi melalui verbal. Di sisi lain, bahasa merupakan suatu yang kompleks, oleh
karenanya manusia senantiasa belajar untuk dapat berkomunikasi dengan makhluk Tuhan yang
lain.
9. Teori Spiral of Silence menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum dalam masyarakat
ditentukan oleh proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi,
dan persepsi masing-masing individu serta hubungannya dengan pendapat orang lain dalam
masyarakat.
10. Teori Connectionism atau Teori Trial and Error. Menurut teori ini, masing-masing
organisme apabila bertemu dengan situasi yang baru akan melakukan beberapa tindakan yang
bersifat coba-coba secara terus-menerus. Kemudian, jika dalam usaha coba-coba tersebut secara
tidak sengaja timbul perbuatan yang dirasa memenuhi situasi, maka perbuatan tersebut akan
terus diterapkan sebagai salah satu tindakan yang dinilai cocok dalam situasi tersebut. Dengan
percobaan yang dilakukan secara berkelanjutan, maka perbuatan tersebut menjadi suatu
kebiasaan dan semakin efisien untuk diterapkan.
Lebih lanjut Festinger menyatakan bahwa orang-orang termotivasi dengan adanya pernyataan
disonan yang tidak menyenangkan untuk terikat dalam cara kerja kognisi guna mengurangi
inkonsistensi. Untuk mengurangi disonansi, setiap individu dapat menambahkan kognisi
konsonan, mengurangi kognisi disonan, meningkatkan kepentingan kognisi disonan. Salah satu
dari ketiga cara tersebut seringkali dapat merubah sikap. Perubahan sikap diharapkan sebagai
arah bagi kognisi yang resisten terhadap perubahan. Pengujian terhadap teori disonansi kognitif
Festinger seringkali mengasumsikan bahwa pengetahuan tentang perilaku biasanya sangat sulit
untuk berubah karena jika seseorang telah memiliki jalan yang tepat akan sulit untuk merubah
perilaku. Karena itu, perubahan sikap akan konsisten dengan perilaku.
58. Teori Atribusi menjelaskan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, individu
tersebut berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau
eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di
bawah kendali pribadi seorang individu, dengan kata lain tidak terpengaruh oleh hal lain .Perilaku
yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku yang dianggap sebagai akibat dari sebab-
sebab luar (Robbins & Judge, 2008).
59. Teori Persepsi Interpersonal sangat berpengaruh pada efektivitas komunikasi interpersonal.
Persepsi yang diberikan terhadap orang lain seringkali tidak cermat. Bila ketidakcermatan
persepsi ini ditanggapi oleh kedua pihak dengan cara yang tidak cermat juga dapat menimbulkan
dampak ketidakefektifan komunikasi antar pribadi yaitu kegagalan komunikasi serta mendistorsi
pesan seperti misalnya menimbulkan kesalahpahaman (Rakhmat, 1998).
TEORI
SOSIOLOGI
INDUSTRI
SOSIOLOGI INDUSTRI
1. Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan diambil dari kata „sejahtera‟. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan
baik, kondisi manusia dimana keadaannya makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam
konteks ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sementara dalam kebijakan
sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Konteks inilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera. Arthur Dunham dalam
Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada
orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan
keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan,
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama
terhadap individu-individu, kelompok- kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan
penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan
dan pencegahan.
4. Teori Stress
Lazarus Lazarus (1976) berpendapat Stress terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang
melampaui sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini berarti bahwa
kondisi Stress terjadi jika terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi individu. Jadi Stress tidak hanya
bergantung pada kondisi eksternal melainkan juga tergantung mekanisme pengolahan kognitif
terhadap kondisi yang dihadapi individu bersangkutan. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat
dibedakan dalam 2 bentuk, yakni: 1) Tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan biologis.
Berupa kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan kepuasan yang ada pada diri individu 2) Tuntutan
eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tuntutan eksternal dapat merefleksikan
aspek-aspek yang berbeda dari pekerjaan seseorang, seperti tugas-tugas yang diberikan dan
SOSIOLOGI INDUSTRI
bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut, lingkungan fisik, lingkungan psikososial dan
kegiatan-kegiatan di luar lingkungan kerja.
5. Teori Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani, kerjasama adalah
suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing. Kerjasama juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikutip oleh Abdulsyani, Roucek
dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya kerjasama melibatkan
pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung
jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan
kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang
atau lebih tersebut yaitu: Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada
komunikasi yang komunikatif antara dua orang yang bekerja sama atau lebih.
6. Teori Kepedulian
Menurut Bender (2003) kepedulian adalah menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan
apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang mengutamakan kebutuhan dan
perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang
peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu berusaha untuk menghargai,
berbuat baik, dan membuat yang lain senang. Banyak nilai yang merupakan bagian dari
kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, perhatian, membantu, dan rasa kasihan. Kepedulian
juga bukan merupakan hal yang dilakukan karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.
9. Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia
sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat. Salah
satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa
sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang lingkungannya.
Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori sistem sebagai teori
sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel biologis,
ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja
adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki
elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena
SOSIOLOGI INDUSTRI
sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena
uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.