Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR KEPENDUDUKAN

" FERTILITAS DI BERBAGAI DUNIA DAN INDONESIA"

OLEH

ESRI WAHYUNI ARIF

J1A117203

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhmadulillah, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dalam pembuatan tugas Makalah yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Dasar Kependudukan. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan
menyelesaikan makalah ini, tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi,
baik dari penyusunan kalimat maupun sistematikanya, namun akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan pada tugas berikutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar, akan melonjak menjadi sembilan miliar
pada tahun 2045. Lebih dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara
berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia. Ada tiga elemen utama tantangan
kependudukan Indoenesia dewasa ini. Pertama, kuantitas, merupakan negara keempat
terpadat di dunia dengan pertumbuhan penduduk tinggi. Kedua, kualitas sumber daya manusia
relative rendah, tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menempatkan
Indonesia di urutan ke 124. Ketiga, persebaran dan mobilitas yang timpang.

Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertilitas)
yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan
keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas). Untuk itu menurut Sugiri
Indonesia harus memiliki Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK), yang meliputi
fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk. Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh
seimbang sebagai prasyarat tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat
fertilitas , mortalitas semakin menurun, dan persebaran lebih merata. Dalam hal fertilitas
adalah tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 dan terus berlanjut
hingga tahun 2035. Untuk mencapai Kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), diharapkan
angka kelahiran total (TFR) 2,1 per wanita atau net reproduction (NRR) sebesar 1 per wanita
pada tahun 2015. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan lebih mudah dicapai apabila
anak pada keluarga inti jumlahnya ideal, yaitu “dua anak lebih baik”, dengan cara mengatur
jarak kelahiran dan jumlah anak.

Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti umur, jenis
kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik lainnya. Menurut
Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah variabel antara yaitu variabel
yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak langsung, seperti faktor soaial, ekonomi
dan budaya. Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar
belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur
kawin pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma
dan sikap fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.

Rumusan Masalah

Berdasasrkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :

Apa definisi dari Fertilitas ?

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilitas ?

Bagaimana cara pengukuran Fertilitas ?

Apa dampak dari Fertilitas ?

Bagaimana upaya penanggulangan fertilitas yang semakin tinggi ?

Tujuan Penyusunan Makalah


Tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui definisi dari fertilitas

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas

Untuk mengetahui pengukuran fertilitas

Untuk mengetahui dampak dari fertilitas

Untuk mengetahui upaya penanggulangan fertilitas

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang
lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari
rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas,
jantung berdenyut, dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan
disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam peristiwa demografi tidak dianggap sebagai
suatu peristiwa kelahiran. Disamping istilah fertilitas juda ada istilah fekunditas (fecundity),
yaitu kemampuan fisiologis untuk melahirkan yang dinyatakan dalam jumlah kelahiran yang
secara fisiologis (teoritis) mungkin terjadi.

Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak yang
banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-alat
kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk
diukur. Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).

Richard (1983) dalam United Nation (2001) mengatakan bahwa tingkat fertilitas merupakan
bagian dari sistem yang sangat kompleks dalam bidang sosial, biologi, dan interaksinya dengan
faktor lingkungan. Dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat fertilitas seseorang, keputusan
diambil oleh isteri atau suami-isteri atau secara luas oleh keluarga. Penentuan keputusan ini
dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan, misalnya pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, norma keluarga besar, umur perkawinan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan fertilitas antar masyarakat maupun antar waktu dari suatu masyarakat
baru dapat diketahui atau dipahami apabila telah memahami beragam faktor yang secara
langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan fertilitas.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas

Menurut Ida Bagus Mantra (1985), terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi
fertilitas yang dibedakan atas faktor-faktor demografi dan faktor-faktor non demografi. Factor-
faktor demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin
pertama, keperidian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Factor-faktor non
demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita,
urbanisasi dan industrialisasi. Factor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap fertilitas.

Kingsley Davis dan Judith Blake (1956 dalam Ida Bagus Mantra,1985) memperinci pengaruh
factor social melalui 11 “variable antara” yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Variable-variabel yang mempengaruhi hubungan kelamin

1. Umur memulai hubungan kelamin (kawin)


2. Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah adakan hubungan kelamin
3. Lamanya masa reproduksi yang hilang karena perceraian, perpisahan atau ditinggal
pergi oleh suami dan suami meninggal.
4. Abstinensi sukarela
5. Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak dapat
dihindari)
6. Frekuensi hubungan seks.

b. Variable-variabel yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi

1. Keperidian dan kemandulan (fekunditas dan infekunditas).


2. Menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi.
3. Kesuburan atau kemandulan yang disengaja (sterilitas)

c. Variable-variabel yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran dengan selamat

1. Kematian janin oleh factor-faktor yang tidak di sengaja


2. Kematian janin oleh factor-faktor yang disengaja
Faktor Pendorong dan Penghambat

a. Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain :

1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu
2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
4. menjadi kebanggaan bagi orang tua.
5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak
laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
b. Faktor-faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar,
Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain :

1. Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak


2. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi
laki-laki minimal berusia 19 tahun.
3. Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak
diberikan hanya anak ke-2
5. Penundaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.

Pengukuran Fertilitas

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena


seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang
bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu
orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang
telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut
menurun.

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan


pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan : pertama,
Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif
(Reproductive History).

1. Yearly Performance (current fertility)


Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai kelompok penduduk
untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri dari :

a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)


Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu
tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis
sebagai berikut :

Dimana :

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar

Pm : Penduduk pertengahan tahun

k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000

B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan
keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan
tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-
laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas.
Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar.

b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)


Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-
49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum

B : Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan Tahun

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR
karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang
exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko
melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap
mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu,
karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur,
status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok
perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu
dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate
(ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:

ASFR : Age Specific Fertility Rate

Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur

Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

k : Angka konstanta 1.000

Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari GFR Karena sudah
membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR
dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai
karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.
ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR,
GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya
kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap
negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar
sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran
fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

2. Reproductive History (cummulative fertility)

a. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:
1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis
selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan
menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang
lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-
rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total
atau TFR adalah sebagai berikut :

Dimana:

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur.

i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita
usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur
(Hatmadji, 2004 :63).

b. Gross Reproduction Rate (GRR) atau Angka Reproduksi Bruto

Angka Reproduksi Bruto adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal
sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti TFR, perhitungan GRR adalah sebagai berikut:
Dimana :

ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok berjenjang 5 tahunan
Net Reproduction Rate (NRR) atau Angka Reproduksi Bersih

c. Net Reproduction Rate (NRR) atau Angka Reproduksi Bersih

Angka Reproduksi Bersih adalah kelahiran jumlah bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis
dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-
perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Dalam prakteknya, perhitungan NRR
adalah sebagai berikut:

Dampak Negatif dan Positif dari Fertilitas

Dampak Negatif yang ditimbulkan dari fertilitas :

1. Persaingan Lapangan Pekerjaan


Persaingan lapangan kerja ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk di Negara kita
yang sangat tinggi dan rupanya pertumbuhan penduduk ini tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah selama ini sehingga yang
terjadi adalah bertambahnya jumlah pengangguran di Indonesia.
2. Persaingan untuk Mendapatkan Pemukiman
Persaingan untuk mendapatkan permukiman yang layak ini biasanya terjadi didaerah
perkotaan yang padat, dan permasalahan seperti ini biasa terjadi karena perumahan
yang tidak memadai dan kondisi rumah yang sudah tak layak huni. Namun tidak semua
masyarakat bersaing untuk mendapatkan permukiman yang layak, nyatanya banyak
juga masyarakat yang memilih tetap tinggal yang sudah bertahun-tahun menjadi tempat
tinggalnya dengan alasan sudah terbiasa dan warisan dari nenek moyang sehingga
mereka enggan untuk meninggalkannya.
3. Meningkatnya Jumlah Kemiskinan
Dampak dari kepadatan penduduk selanjutnya adalah meningkatnya jumlah kemiskinan.
Meningkatnya jumlah kemiskinan ini di sebabkan oleh kurang berkembangnya
kreatifitas dari masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri hal tersebut
bukan tanpa alasan karena untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri membutuhkan
keterampilan dan keahilian khusus yang mana untuk mendapatkan itu semua
masyarakat membutuhkan sarana pendidikan, sedangkan di negeri kita ini sarana
perndidikan masiih belum dapat dirasakan semua rakyatnya karena factor kemiskinan.
4. Rendahnya Kesempatan Pendidikan
Di Negara kita ini memiliki tingkat kelahiran yang tinggi namun tidak didampingi dengan
tingkat kematian, dengan demikian tentu semakkin banyak fasilitas dan jumlah tenaga
kerja guru yang diperlukan, namun sebagai hasilnya tidak setiap anak memiliki
kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai.
Dampak Positif yang ditimbulkan dari fertilitas :

1. Berlimpahnya Sumber Daya Manusia


Kita bisa memanfaatkannya sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) dari Negara kita
sendiri, tanpa membutuhkan tenaga dari luar negeri untuk memakmurkan bangsa ini
sendiri dan bisa mengirim tenaga kerja dari Indonesia ke luar negeri, karena
berlimpahnya ketersediaannya Sumber Daya Manusia dari Indonesia itu sendiri.
2. Dapat Meningkatkan Produksi
Dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, berarti banyak pula tenaga pekerja
pekerja di indonesia yang memproduksi suatu kebutuhan hidup untuk masyarakat
Indonesia itu sendiri, tanpa harus membutuhkan produksi dari luar negeri yang tidak
kalah saing hasil produktivitasnya.
3. Meningkatnya Solidaritas antar Bangsa
Bertambahnya penduduk, berarti makin banyak juga aneka ragam suku bangsa di tanah
air ini, kita bisa meningkatkan solidaritas antar sesama bangsa setanah air untuk
mempersatukan jiwa tanah air, dengan bersosialisasi antar sesame, sehingga dapat
mencapai tujuan bangsa bersama-sama dengan jiwa solidaritas yang tinggi.
4. Berkesempatan Berwirausaha menjadi lebih besar
Banyaknya jumlah penduduk bisa dimanfaatkan untuk berwirausaha, dalam kata lain
dapat membuka lapangan kerja baru bagi sebagian besar penduduk di Indonesia,
sehingga dapat memproduksi suatu barang atau teknologi yang berguna untuk bangsa
itu sendiri, dan memajukan bangsa Indonesia yang saat ini masih dikategorikan sebagai
Negara berkembang.

Upaya menanggulangi Fertilitas

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk antara lain:

Bidang Kependudukan :

1. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak


dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka
kelahiran dan melaksanakan program transmigrasi,
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
3. Meratakan pertumbuhan penduduk
4. Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur

Bidang Pendidikan :

1. Melaksanakan program wajib belajar 9 Tahun,


2. Penambahan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah
Indonesia,
3. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja,
4. Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah,
5. Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja,
6. Memperoleh riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga-lemabaga
pemerintah,
7. Mendirikan sekolah non-formal.

Bidang Ekonomi :

1. Mengadakan pelatihan tenaga kerja industri,


2. Mengembangkan kegiatan industri padat karya,
3. Usaha industri kecil dan koperasi,
4. Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembangnya
usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA,
5. Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja,
6. Penyederhanaan birokrasi dalam perizinan usaha. Pembangunan/menyediakan fasilitas
umum (jalan,telepon) sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi.

Bidang Kesehatan :

1. Menambah fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),
2. Mengadakan program penyuluhan kesehatan,
3. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin,
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga medis.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengukuran fertilitas dapat dilaksanakan melalui dua macam yaitu pengukuran fertilitas
tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif, dan tinggi rendahnya fertilitas penduduk dapat
dipengaruhi oleh factor demografi dan factor nondemografi, variabel-variabel dari kedua factor
tersebut dapat mempengaruhi secara langsung dan secara tidak langsung terhadap fertilitas,
serta berdasarkan teori penduduk menurut aliran Malthusian, jika jumlah kelahiran tidak
dibatasi akan menyebabkan terjadinya kemelaratan dan kemiskinan manusia.

Saran

Diharapkan bagi pihak dinas kesehatan perlu mengembangkan program layanan kepada
masyarakat untuk membantu pengaturan fertilitas dalam keluarga, seperti meningkatkan akses
layanan, menyediakan petugas di lapangan yang mudah dihubungi masyarakat. Bagi petugas
kesehatan agar lebih meningkatkan layanan konseling sosialisasi tentang hak reproduksi,
gender ,serta meningkatkan pemahaman dan komunikasi pasangan suami istri tentang
pengaturan fertilitas.
Daftar Pustaka

Baguoes Mantra,Ida.2010.Demografi Umum.Pustaka Pelajar,Jakarta

Doda,Johosua.1989.Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.P2LPTK,Jakarta

Rusli,Said.1983.Pengantar Ilmu Kependudukan.LP3ES,Jakarta

Adioetomo SM, Samosir OB. Dasar-Dasar Demografi. Edisi 2 . Jakarta: Salemba Empat; 2011.
ISBN9789790611160

Badan Pusat Statistik. Kota cimahi Dalam ngka Tahun 2012. Cimahi: Badan Pusat statistik 2012

Mantra IB. Demografi Umum. Edisi Kedua ed. Yoyakarta: Pustaka Pelajar; 2012. ISBN
979928896610.

P.Todaro M, C.Smith S. Pembangunan Ekonomi. Edisi 9 . Jakarta: Erlangga; 2012. ISBN


139780321311955

Ushie MA, Ogaboh AAm, E.O O, F A. Socio-cultureal and Economic Determinant of Fertility
Differentiala in Rural and Urban Cross Rivers State, Nigeria. Journal of Geography and Regional
Planning 2011;4(7):383-91.

Ida Bagus Mantra.2003.Demografi Umum.hal.145

Rodolfo AB, Lee RD, Hollerbach PE, Boangaarts J. Determinants of Fertility in Development
Countries. Washington,D.C: National Academy Press; 1983.
Badan Pusat Statistik. 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010. BPS Pusat. Jakarta. 2011.
Sensus Penduduk 2010. BPS Pusat. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai