DASAR KEPENDUDUKAN
OLEH
J1A117203
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Alhmadulillah, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dalam pembuatan tugas Makalah yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Dasar Kependudukan. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan
menyelesaikan makalah ini, tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi,
baik dari penyusunan kalimat maupun sistematikanya, namun akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan pada tugas berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar, akan melonjak menjadi sembilan miliar
pada tahun 2045. Lebih dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara
berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia. Ada tiga elemen utama tantangan
kependudukan Indoenesia dewasa ini. Pertama, kuantitas, merupakan negara keempat
terpadat di dunia dengan pertumbuhan penduduk tinggi. Kedua, kualitas sumber daya manusia
relative rendah, tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menempatkan
Indonesia di urutan ke 124. Ketiga, persebaran dan mobilitas yang timpang.
Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertilitas)
yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan
keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas). Untuk itu menurut Sugiri
Indonesia harus memiliki Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK), yang meliputi
fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk. Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh
seimbang sebagai prasyarat tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat
fertilitas , mortalitas semakin menurun, dan persebaran lebih merata. Dalam hal fertilitas
adalah tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 dan terus berlanjut
hingga tahun 2035. Untuk mencapai Kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), diharapkan
angka kelahiran total (TFR) 2,1 per wanita atau net reproduction (NRR) sebesar 1 per wanita
pada tahun 2015. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan lebih mudah dicapai apabila
anak pada keluarga inti jumlahnya ideal, yaitu “dua anak lebih baik”, dengan cara mengatur
jarak kelahiran dan jumlah anak.
Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti umur, jenis
kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik lainnya. Menurut
Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah variabel antara yaitu variabel
yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak langsung, seperti faktor soaial, ekonomi
dan budaya. Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar
belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur
kawin pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma
dan sikap fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.
Rumusan Masalah
Berdasasrkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang
lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari
rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas,
jantung berdenyut, dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan
disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam peristiwa demografi tidak dianggap sebagai
suatu peristiwa kelahiran. Disamping istilah fertilitas juda ada istilah fekunditas (fecundity),
yaitu kemampuan fisiologis untuk melahirkan yang dinyatakan dalam jumlah kelahiran yang
secara fisiologis (teoritis) mungkin terjadi.
Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak yang
banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-alat
kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk
diukur. Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).
Richard (1983) dalam United Nation (2001) mengatakan bahwa tingkat fertilitas merupakan
bagian dari sistem yang sangat kompleks dalam bidang sosial, biologi, dan interaksinya dengan
faktor lingkungan. Dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat fertilitas seseorang, keputusan
diambil oleh isteri atau suami-isteri atau secara luas oleh keluarga. Penentuan keputusan ini
dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan, misalnya pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, norma keluarga besar, umur perkawinan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan fertilitas antar masyarakat maupun antar waktu dari suatu masyarakat
baru dapat diketahui atau dipahami apabila telah memahami beragam faktor yang secara
langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan fertilitas.
Menurut Ida Bagus Mantra (1985), terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi
fertilitas yang dibedakan atas faktor-faktor demografi dan faktor-faktor non demografi. Factor-
faktor demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin
pertama, keperidian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Factor-faktor non
demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita,
urbanisasi dan industrialisasi. Factor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap fertilitas.
Kingsley Davis dan Judith Blake (1956 dalam Ida Bagus Mantra,1985) memperinci pengaruh
factor social melalui 11 “variable antara” yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu
2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
4. menjadi kebanggaan bagi orang tua.
5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak
laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
b. Faktor-faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar,
Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain :
Pengukuran Fertilitas
Dimana :
Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan
keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan
tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-
laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas.
Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar.
Dimana :
B : Jumlah kelahiran
Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan Tahun
Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR
karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang
exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko
melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap
mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.
c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR)
Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu,
karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur,
status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok
perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu
dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate
(ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari GFR Karena sudah
membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR
dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai
karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.
ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR,
GRR, dan NRR).
Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya
kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap
negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar
sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran
fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.
Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:
1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis
selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan
menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang
lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-
rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total
atau TFR adalah sebagai berikut :
Dimana:
Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita
usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur
(Hatmadji, 2004 :63).
Angka Reproduksi Bruto adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal
sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti TFR, perhitungan GRR adalah sebagai berikut:
Dimana :
ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok berjenjang 5 tahunan
Net Reproduction Rate (NRR) atau Angka Reproduksi Bersih
Angka Reproduksi Bersih adalah kelahiran jumlah bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis
dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-
perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Dalam prakteknya, perhitungan NRR
adalah sebagai berikut:
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk antara lain:
Bidang Kependudukan :
Bidang Pendidikan :
Bidang Ekonomi :
Bidang Kesehatan :
PENUTUP
Kesimpulan
Pengukuran fertilitas dapat dilaksanakan melalui dua macam yaitu pengukuran fertilitas
tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif, dan tinggi rendahnya fertilitas penduduk dapat
dipengaruhi oleh factor demografi dan factor nondemografi, variabel-variabel dari kedua factor
tersebut dapat mempengaruhi secara langsung dan secara tidak langsung terhadap fertilitas,
serta berdasarkan teori penduduk menurut aliran Malthusian, jika jumlah kelahiran tidak
dibatasi akan menyebabkan terjadinya kemelaratan dan kemiskinan manusia.
Saran
Diharapkan bagi pihak dinas kesehatan perlu mengembangkan program layanan kepada
masyarakat untuk membantu pengaturan fertilitas dalam keluarga, seperti meningkatkan akses
layanan, menyediakan petugas di lapangan yang mudah dihubungi masyarakat. Bagi petugas
kesehatan agar lebih meningkatkan layanan konseling sosialisasi tentang hak reproduksi,
gender ,serta meningkatkan pemahaman dan komunikasi pasangan suami istri tentang
pengaturan fertilitas.
Daftar Pustaka
Adioetomo SM, Samosir OB. Dasar-Dasar Demografi. Edisi 2 . Jakarta: Salemba Empat; 2011.
ISBN9789790611160
Badan Pusat Statistik. Kota cimahi Dalam ngka Tahun 2012. Cimahi: Badan Pusat statistik 2012
Mantra IB. Demografi Umum. Edisi Kedua ed. Yoyakarta: Pustaka Pelajar; 2012. ISBN
979928896610.
Ushie MA, Ogaboh AAm, E.O O, F A. Socio-cultureal and Economic Determinant of Fertility
Differentiala in Rural and Urban Cross Rivers State, Nigeria. Journal of Geography and Regional
Planning 2011;4(7):383-91.
Rodolfo AB, Lee RD, Hollerbach PE, Boangaarts J. Determinants of Fertility in Development
Countries. Washington,D.C: National Academy Press; 1983.
Badan Pusat Statistik. 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010. BPS Pusat. Jakarta. 2011.
Sensus Penduduk 2010. BPS Pusat. Jakarta