FAKULTAS FASRMASI
TUGAS
“ RESUME “
OLEH :
STAMBUK : 15020180184
KELAS : C4
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
INFEKSI SALURAN KEMIH
1. Pengertian ISK
2. Mikroba Patogen
Bakteri Gram negatif seperti E. coli, Proteus mirabilis, Klebsiella spp., Citrobacter
spp., Enterobacter spp., dan Pseudomonas spp yang merupakan bakteri yang sering
menyebabkan ISK. Beberapa hasil penelitian menunjukkan E. coli mengakibatkan 80-
95% kejadian ISK (Prakasam et al., 2012).
3. Manifestasi Klinis
4. Patogensis
Kasus ISK, infeksi sering terjadi secara ascending yaitu bakteri masuk melalui
uretra kemudian bakteri akan mengalami multiplikasi dan binding dalam vesika urinaria.
Bakteri dari vesika urinaria selanjutnya masuk ke ginjal. Pertambahan usia dan aktivitas
seksual menjadi salah satu penyebab peningkatan jumlah penderita ISK
5. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) menempati urutan kedua penyakit infeksi terbanyak setelah
infeksi saluran pernafasan. Hasil pemeriksaan simtomatik per tahun menunjukkan
bahwa sekitar 100.000 pasien melakukan rawat inap dan 7 juta pasien melakukan
rawat jalan akibat ISK (Prakasam et al., 2012; Nordstrom et al., 2013; Alkhyat & Al-
Maqtari, 2014). Di Indonesia, prevalensi kejadian ISK cukup tinggi yaitu 180.000
kasus/tahun (Depkes RI, 2014; Darsono et al., 2016).
6. Metode Isolasi dan Pemeriksaan
Hasil pada penelitian ini menunjukkan E. coli ditemukan pada 40% sampel urine
pasien ISK, hasil isolasi juga menunjukkan adanya Klebsiella spp. pada sampel 8, 12,
dan 16. Hal ini seperti yang dikemukakan pada hasil penelitian Samirah et al (2014)
yaitu E. coli menjadi bakteri terbanyak yang ditemukan pada penderita ISK, kemudian
diikuti Klebsiella spp. Hasil tersebut didapatkan dari pengamatan pada media MCA dan
biokimia reaksi.
7. Diagnosa Laboratorium
Diagnosa ISK selama ini didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang mendukung adanya tanda dan gejala terjadinya ISK. Pemeriksaan penjunjang
dibutuhkan untuk menentukan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyakit yang
terdiagnosis. Pemeriksaan penunjang ISK selama ini menggunakan baku emas berupa
kultur urine untuk melihat adanya patogen penyebab ISK dan jumlah kolonisasi bakteri
yang digunakan sebagai salah satu syarat dari diagnosis ISK. (Pratistha, dkk., 2018)
8. Pengobatan ISK
1. Pengertian
Jamur Candida albicans merupakan bagian dari flora normal dan dapat bersifat
patogen invasif. Infeksi C. albicans adalah infeksi jamur opportunistik yang paling umum
Infeksi ini dapat bervariasi dari infeks membran mukosa superficial sampai penyakit
invasif seperti candidiasis hepatosplenic dan candidiasis sistemik. Infeksi yang berat
biasanya dikaitkan dengan keadaan immunocompromised termasuk keganasan,
disfungsi organ, atau terapi imunosupresif. Pasien dengan defisiensi imunitas sel T
seperti infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) juga rentan terhadap infeksi C.
albicans yang dikenal dengan candidiasis oropharingeal.
Infeksi Candida dapat dikelompokkan menj adi tiga meliputi; candidiasis superfisial,
candidiasis mukokutan dan candidiasis sistemik. Infeksi candidiasis superfisial dapat
mengenai mukosa, kulit da kuku.
3. Gejala Klinik
Kandidiasis oral memberikan gejala bercak berwarna putih yang konfluen dan
melekat pada mukosa oral serta faring, khususnya di dalam mulut dan lidah.
Kandidiasis kulit ditemukan pada daerah intertriginosa yang mengalami maserasi serta
menjadi merah, paronikia, balanitis, ataupun pruritus ani, di daerah perineum dan
skrotum dapat disertai dengan lesi pustuler yang diskrit pada permukaan dalam paha.
4. Epidemiologi
Bahan pemeriksaan bergantung pada kelainan yang terjadi, dapat berupa kerokan
kulit atau kuku, dahak atau sputum, sekret bronkus, urin, tinja, usap mulut, telinga,
vagina, darah, atau jaringan. Cara mendapatkan bahan klinis harus diusahakan dengan
cara steril dan ditempatkan dalam wadah steril.P
7. Diagnosa Laboratorium
1. Pengertian
2. Mikroba Patogen
A. Penyebab Infeksi
Usus rentan terhadap infeksi virus, bakteri, parasit, dan terkadang jamur. Infeksi
virus adalah yang paling umum tetapi tidak rentan terhadap intervensi kemoterapi.
Disebabkan Oleh Mikroorganisme : Escherichia coli (E. coli), giardiasis, hepatitis a,
salmonellosis, shigellosis, dan demam tifoid.
B. Ciri- Ciri
Mual dan muntah adalah ciri penyerta yang lazim pada gangguan
gastrointestinal dan terjadi dalam tiga stadium. Yang pertama adalah mual yaitu
perasaan yang sangat tidak enak di belakang tenggorokan dan epigastrium. Fase
berikutnya adalah retching yaitu usaha untuk muntah secara involunter. Stadium
terakhir adalah muntah yaitu refleks yang menyebabkan ekspulsi isi lambung melalui
mulut (Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti, 2016: 7).
4. Patogenesis
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi yang
berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent dan faktor
host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat
kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis
atau lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas, dan lingkungan mikroflora usus
5. Epidemiologi
Pemberian cairan
Berdasarkan data retrospektif dari rekam medis pasien anak yang dirawat
di Instalasi Rawat Inap dan Instalasi Rawat Jalan anak di RSAB Harapan Kita.
Pemeriksaan penunjang adalah darah tepi dan urinalisis, ultrasonografi
abdomen, foto abdomen, atau endoskopi. Penelitian yang ditujukan terutama
pada manifestasi gastrointestinal, yaitu nyeri, muntah, diare, dan / atau
perdarahan saluran bawah berupa melena, dan komplikasi gastrointestinal
berupa perdarahan masif, intususepsi, dan perforasi.
8. Diagnosa Laboratorium
INFEKSI PARASIT
Ciri-ciri:
Ciri-ciri:
Cacing betina memiliki panjang 8-13 cm. Pada ujung anterior ada pelebaran
kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali, ekornya
panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh
dengan telur. Cacing jantan berukuran 2-5 cm, juga memiliki sayap dan ekornya
melingkar sehingga berbentuk seperti tanda tanya (?). Spikulum pada ekor
jarang ditemukan.
f. Hookworm (Cacing kait, cacing tambang)
Ciri-ciri:
Ada 2 jenis yang hostnya adalah manusia, yaitu Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus melekat
pada mukosa dinding usus. Cacing jantan berukuran kurang lebih 8 cm, dan
betinanya berukuran kurang lebih 10 cm. Cacing betina N. americanus
mengeluarkan telur kira-kira 9.000 butir setiap hari, sedangkan A. duodenale
kira-kira 10.000 butir setiap hari. Bentuk badan dalam keadaan hidup N.
americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A. duodenale menyerupai
huruf C.
a. patogenesis
Cacing di dalam lumen usus mengalami pertumbuhan dan mengeluarkan sisa-
sisa metabolisme. Patogenesis tergantung pada tempat infeksi cacing, tipe dan
sisa metabolisme cacing yang terabsorpsi dan kepekaan hospes terhadap bahan
asing.
b. Gejala klinik
Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
GejalaKlinik:
Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang
klien mengalami gejala gangguan usus ringan, seperti mual, nafsu makan
berkurang, diare atau konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat
terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang sering
terjadi bila cacing ini menggumpal dalam usus dapat menyebabkan obstruksi
usus (ileus).
3. Epidemiologi
5. Metode Isolasi
Teknik isolasi yang digunakan meliputi Teknik Barless Tulgreen, Isolasi tanah, dan
isolasi akar.
1. Tanah dan akar tanaman sebanyak 100 gram yang diambil dari 20 titik dengan
radius masing-masing sekitar 1000m2 di area persawahan desa Mendenrejo
Kabupaten Blora
4. Menghubungkan bagian bawah corong dengan tabung reaksi yang telah disi
dengan air, dengan posisi ujung corong menyentuh sedikit air dalam tabung
reaksi tersebut
5. Mengamati selama sekitar 24 sampai 48 jam, bila tanah terlihat kering, maka
disemprot dengan air secukupnya.
6. Mengambil air dalam tabung reaksi menggunakan pipet, meneteskan pada objek
glass
5. Mengambil air dalam tabung reaksi menggunakan pipet, meneteskan pada objek
glass
6. Metode Identifikasi
Teknik Identifikasi
7. Pemeriksaan Laboratorium
Metode yang digunakan adalah metode natif. Adapun tahapannya yaitu gelas
objek dibersihkan dengan menggunakan tisu yang telah dibasahi alkohol,
selanjutnya sampel feses diambil seujung lidi dan diratakan diatas gelas objek.
Kemudian sampel ditetesi dengan pewarna eosin satu tetes dan diratakan
sehingga sampel terwarnai. Sampel ditutup dengan gelaspenutup dan diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
INFEKSI SEKSUAL MENULAR
2. Patogenesis
(5) Tenggorokan
3. Gejala
Penularan melalui oral, anal dan vaginal seks. Hampir 90% penderita Gonore
tidak memperlihatkan keluhan dan gejala. Tanda pada penderita GO baik
- Laki laki
- Perempuan
(c) Keluhan dan gejala terkadang belum tampak meskipun sudah menular ke
saluran tuba fallopi
Bila gejala sudah meluas ke arah PID (Pelvic Inflamatory Disease) maka sering
timbul :
(5) Mual-mual.
(6) Terdapat infeksi rektum atau anus. (Priyanti, vol 3. no.2, 2011)
4. Epidemiologi
5. Pengolahan bahan
1. Spesimen
Spesimen untuk isolasi Neisseria gonorrhoeae dapat diperoleh dari tempat yang
terpapar melalui hubungan seksual (yaitu saluran genital, uretra, rektum, dan
orofaring) atau dari konjungtiva neonatus yang terinfeksi selama kelahiran.
Spesimen juga dapat diperoleh dari kelenjar Bartholin, saluran tuba, endometrium,
cairan sendi, lesi kulit atau kandungan lambung dari neonatus. (Perilla et al.,
2003).
2. Media transport
Media transport yang dapat digunakan adalah Media Stuart untuk pengiriman
sampel swab ke laboratorium. Meskipun bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat
bertahan pada media ini selama 6-12 jam, dan viabilitas isolat menurun dengan
cepat dan tidak mungkin pulih setelah melewati waktu 24 jam (Perilla et al., 2003).
3. Kultur
Kultur merupakan gold standard untuk diagnosis infeksi gonore, kultur
dapatdilakukan pada media yang diperkaya seperti modifikasi Thayer-Martin,
Martin- Lewis, dan GC-Lect. Pada media pertumbuhan tersebut koloni bakteri
Neisseria gonorrhoeae akan berbentuk cembung, mengkilap, dan mukoid dengan
diameter 1–5 mm (Brooks et al., 2013).
4. Identifikasi
7. Diagnosa laboratorium
2. Pembiakan : pada media Thayer Martin nampak koloni kuman tersangka yang
khas berwarna putih keabuan, transparan. Kemudian dilakukan tes oksidase, tes
superoxol untuk identifikasi koloni kuman Neisseria, namun hasil ini tidak spesifik
karena beberapa mikroorganisme lain bisa memberikan hasil positif, sehingga
perlu dilakukan tes fermentasi karbohidrat sebagai penentu, dimana kuman
N.gonorrhoeae hanya memfermentasi glukose (7,19,30,33).
3. Tes NGPP : meliputi tes penyaringan dan tes penegasan Tes penyaringan
dengan menggunakan 10 unit penicilline disc, positif bila zone hambatan kurang
dari 19 mm. Hasil yang positif ini dilanjutkan dengan tes penegasan apakah
resistensi ini disebabkan karena kuman menghasilkan beta laktamase.