A DENGAN DIAGNOSA
ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (ARDS)
Dosen Pembimbing :
Desi Natalia . T.I , S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh:
1.1.2. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya akut respiratori distres sindrom ialah
1. Syok sepsis , hemoragis, kardiogenik dan analfilatik
2. Trauma ; kontusio pulmonal dan non pulmonal
3. Infeksi : pneumonia dan tuberculosis
4. Koagulasi intravaskuler diseminata
5. Emboli lemak
6. Aspirasi kandungan lambung yang sangat asam
7. Menghirup agen beracun, asap dan nitrogen oksida dan atau bahan
korosif
8. Pankreatitis
9. Toksisitas oksigen
10. Penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika
Sindrom sepsis tampaknya menjadi faktor resiko paling umum, tetapi
secara keseluruhan risiko akan meningkat secara multifaktor. Transfusi darah
merupakan risiko independen faktor. Usia lanjut dan rokok berhubungan
dengan peningkatan risiko ARDS, sementara konsumsi alkohol tampaknya
tidak memiliki pengaruh. Sebuah studi menunjukkan bahwa kematian akibat
ARDS pertahun mengalamipenurunan, tetapi pria dan orang kulit hitam
memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dan
groups. ras lainnya(Udobi et al, 2018).
Tabel 1 Kondisi Klinis yang berkaitan dengan kejadian ARDS
Cedera paru-paru langsung Cedera paru-paru tidak langsung
Pneumonia Sepsis
Aspirasi gaster Trauma berat
Trauma inhalasi Pankreatitis Akut
Tenggelam Bypass kardiopulmonal
Kontusi paru Tranfusi massif
Emboli lemak Overdosis obat
Reperfusi edema paru pasca
transplantasi paru-paru atau
embolectomy paru
1.1.3 Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, ARDS dideskripsikan sebagai gagal
nafas akut yang merupakan akibat dari edema pulmoner oleh sebab non
kardiak. Edema ini disebabkan oleh karena adanya peningkatan permeabilitas
membrane kapiler sebagai akibat dari kerusakan alveolar yang difus. Selain
itu, protein plasma diikuti dengan makrofag, neutrofil, dan beberapa sitokin
akan dilepaskan dan terakumulasi dalam alveolus, yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya dan berlangsungnya proses inflamasi, yang pada
akhirnya dapat memperburuk fungsi pertukaran gas yang ada. Pada keadaan
ini membrane hialin (hialinisasi) juga terbentuk dalam alveoli (Amin &
Purwoto,2019)
Secara lebih terperinci patofisiologi ARDS berjalan melalui 3 fase,
yaitu fase eksudatif, fase proliteratif, fase fibrinolitik.
PATHWAY
Trauma Kelainan neurologis
Peningkatan permeabilitas
membran alveolar Kapiler
Penumpukan cairan
alveoli Cairan masuk ke
interstisial
oedema pulmo
Peningkatan tahanan
jalan nafas
Penurunan comlain paru
Tindakan primer A, B, C, D, E
A,
Ventilasi mekanik
A,
1.1.4. Komplikasi
Superinfeksi bakteri paru berupa bakteri gram negatif (Klebsiella,
Pseudomonas, dan Proteus spp) serta bakteri gram positif Staphylococcus
aureus yang resisten merupakan penyebab utama meningkatnya mortalitas
dan morbiditas akibat ARDS. Tension pneumothorax juga bisa terjadi akibat
pemasangan kateter vena sentral dengan positive pressure ventilation (PPV)
serta positive end-expiratory pressure (PEEP). Pasien ARDS yang dirawat
dengan bantuan ventilasi mekanis akan mengalami penurunan volume
intravaskular serta penekanan curah jantung hingga berakibat penurunan
transpor O2 dan kegagalan organ. Lemah, lesu, tak bergairah, seakan di
ambang kematian, merupakan gejala umum yang dirasakan pasien ARDS
(Farid, 2018).
1.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan terapi
1. Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan, umumnya bersifat
suportif
2. Terapi berfokus untuk memelihara oksigenasi dan perfusi
jaringan yang adekuat
3. Mencegah komplikasi nosokomial (kaitannya dengan infeksi)
A. Farmakologi
1. Inhalasi NO2 (nitric oxide) memberi efek vasodilatasi selektif
pada area paru yan terdistribusi, sehingga menurunkan pirau
intrapulmoner dan tekanan arteri pulmoner, memperbaiki V/Q
matching dan oksigenasi arterial. Diberikan hanya pada pasien
dengan hipoksia berat yang refrakter
2. Kortikosteroid pada pasien dengan usia lanjut ARDS / ALI atau
fase fibroproliferatif, yaitu pasien dengan hipoksemia berat
yang persisten, pada atau sekitar hari ke 7 ARDS. Rekomendasi
mengenai hal ini masih menunggu hasil studi multi senter RCT
besar yang sedang berlangsung.
3. Ketoconazole: inhibitor poten untuk sintesis tromboksan dan
menghambat biosintesisleukotrienes mungkin bisa digunakan
untuk mencegah ARDS
B. Non-farmakologi
1. Ventilasi mekanisdgn berbagai teknik pemberian,
menggunakan ventilator, mengatur PEEP (positive-end
expiratory pressure)
2. Pembatasan cairan. pemberian cairan harus menghitung
keseimbangan antara :
a Kebutuhan perfusi organ yang optimal
b Masalah ekstra vasasi cairan ke paru dan jaringan : peningkatan tekanan
hidrostatik intravascular mendorong akumulasi cairan di alveolus.
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi fowler atau semi fowler
3. Berikan air minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endoktrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
1. Diagnosa keperawatan 2 : Gangguan Pertukaran
Gas berhubungan dengan Perubahan membran alveoli kapiler
b. SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Pertukaran Gas (l. 01003)
Definisi : Oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus kapiler dalam batas normal
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
Menurun Meningka t
t
Tingkat 1 2 3 4 5
Kesadaran
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Dyspnea 1 2 3 4 5
Bunyi nafas 1 2 3 4 5
tambahan
Penglihatan kabur 1 2 3 4 5
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Nafas cuping 1 2 3 4 5
hidung
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
PCO 2 1 2 3 4 5
PO2 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Ph arteri 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
Warna kulit 1 2 3 4 5
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Tulungagung, Kediri
Keluhan utama :
Pasien mengatakan merasa sesak nafas dan sulit bernafas. Sesak bertambah ketika
melakukan aktivitas dan berkurang ketika istirahat. Sesak dirasakan seperti tertimpa
beban berat dibagian dada sejak 3 hari yang lalu.
berada dipinggir pantai kemudian tiba-tiba ombak besar menghantam mereka dan
terlempar kedalam air, penjaga pantai segera menolongnya, pasien ditemukan tidak sadar,
mata terbuka tapi tidak ada respon, tidak bernafas oleh penjaga pantai segera dilakukan
resusitasi jantung paru selama 5 menit. Dan pasien dapat bernafas spontan kembali dan
mata kembali fokus namun tidak dapat bersuara, pernafasan terdengar whezzing dan
ronkhi. Setelah itu pasien langsung dibawa kerumah sakit terdekat. Dan pasien di
diagnosis Near Drowing with Acute Respiratory Distress Syndrom atau ARDS.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran:
somnolence
Tanda vital TD: 140/80 mmHg Nadi: 88x/menit Suhu Badan: 37,4 oC RR:
26x/menit
Pernafasan
Masalah:
Tidak ada
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain: Tidak ada
Pendengaran/Telinga
Gangguan pendengaran : Ya Tidak
Penginderaan
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya Tidak Jelaskan:
Peristaltik: 13 x/mnt
Pembesaran hepar Ya Tidak
Pembesaran lien Ya Tidak
Buang air besar: 1 x/hari Teratur: Ya Tidak
Konsistensi: lembek Bau: pekat Warna: kuning
Lain-lain: Tidak ada
Masalah:
Tidak ada
Masalah:
Tidak ada
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: MMT normal (5)
Ekstrimitas atas : Patah tulang Peradangan Tidak ada kelainan
Mulkuloskeletal/Integumen
DO :
1. Nafas terdengar whezzing dan
ronkhi
2. Penggunaan otot bantu
pernafasan
3. Fase ekspirasi memanjang
4. Pola nafas abnormal
(takipnea,dispnea, kusmaul)
5. Pernafasan cuping hidung
6. Adanya retraksi dinding dada
7. Nafas cepat dan dangkal
8. TTV :
S : 37,4 0 C
P : 88x/menit
N : 26x/menit
TD : 140/80 mmHg
2. II 16 November
1. Mengkaji status pernapasan , catat
2020 Mahasiswa
peningkatan respirasi dan perubahan pola
09.00 Ni Luh
napas .
10.00 2. Mengkaji adanya sianosis dan Observasi
kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia
10.30
3. Memberikan istirahat yang cukup dan
13.00
nyaman
14.00 4. Memberikan humidifier oksigen dengan
masker jika ada indikasi
5. Memberikan obat-obat jika ada indikasi
seperti steroids, antibiotik, bronchodilator
dan ekspektorant
TINDAKAN KEPERAWATAN
2. II 17 November
1. Mengkaji status pernapasan , catat
2020 Mahasiswa
peningkatan respirasi dan perubahan pola
14.30 Ni Luh
napas .
15.00 2. Mengkaji adanya sianosis dan Observasi
kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia
16.00
3. Memberikan istirahat yang cukup dan
18.00
nyaman
19.00 4. Memberikan humidifier oksigen dengan
masker jika ada indikasi
5. Memberikan obat-obat jika ada indikasi
seperti steroids, antibiotik, bronchodilator
dan ekspektorant
CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Tn. A
UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 981811
DAFTAR PUSTAKA
Amin Zulkifli, Purwoto J. (2019). ‘Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)’
Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II; Edisi IV. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Farid (2018). Acute Respiratory Distress Syndrome. Maj Farm vol 4 (12).
<http://content.ebscohost.com/pdf
1821/pdf/2010/IJM/01Feb06/4949718.pdf>diakses pada 16 November 2020
Ware LB, Matthay MA.(2018). The Acute Respiratory Distress Syndrome. N Engl J
Med vol (342) 1334-1349. www.nejm.org