Anda di halaman 1dari 74

SKRIPSI

HUBUNGAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU KELUARGA


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

(PENELITIAN KORELASIONAL)

OLEH :
YOSA KRISTIANI HALIM
2018.C.O7b.0148

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2020
SKRIPSI

HUBUNGAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU KELUARGA


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Memperoleh Gelar Pada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap

OLEH :
YOSA KRISTIANI HALIM
2018.C.07b.0148

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020

i
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS DAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yosa Kristiani Halim


NIM : 2018.C.07b.0148
Program Studi : Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Judul Skripsi : Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan
Kejadian Diare Pada Balita
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi tersebut secara keseluruhan
adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain, baik
sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau keseluruhan
dari karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai
sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku. Apabila dikemudian
hari didapatkan bukti bahwa karya tulis saya tersebut merupakan hasil karya orang
lain, dibuatkan oleh orang lain sebagian maupun keseluruhan dan/atau plagiasi
karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi yang di berikan kepada
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa paksaan
dari pihak manapun. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, 17 Agustus 2020


Yang menyatakan

Yosa Kristiani Halim

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan


Kejadian Diare Pada Balita
Nama : Yosa Kristiani Halim
NIM : 2018.C.07b.0148

Skripsi Ini Telah Disetujui Untuk Diuji


Tanggal 17 Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Putria Carolina, Ners, M.Kep Agustina Nugrahini,S.Kep.,Ners, M.Si

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

iii
Judul Skripsi : Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan
Kejadian Diare Pada Balita
Nama : Yosa Kristiani Halim
NIM : 2018.C.07b.0148

Skripsi Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji


Tanggal 17 Agustus 2020

PANITIA PENGUJI:

Ketua : Siti Santy Sianipar, S.Kep., M. Kes .............................

Anggota I : Putria Carolina, Ners, M.Kep .............................

Anggota II : Agustina Nugrahini,S.Kep.,Ners, M.Si .............................

Mengetahui,
KUP Program Studi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

iv
Judul Skripsi : Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan
Kejadian Diare Pada Balita
Nama : Yosa Kristiani Halim
NIM : 2018.C.07b.0148

Skripsi Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji


Tanggal 17 Agustus 2020

PANITIA PENGUJI:

Ketua : Siti Santy Sianipar, S.Kep., M. Kes .............................

Anggota I : Putria Carolina, Ners, M.Kep .............................

Anggota II : Agustina Nugrahini,S.Kep.,Ners, M.Si .............................

Mengetahui,

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu KUP Program Studi


Kesehatan Eka Harap Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes

MOTTO

“JANGANLAH KAMU KUATIR AKAN HARI BESOK, KARENA HARI


BESOK MEMPUNYAI KESUSAHANNYA SENDIRI. KESUSAHAN
SEHARI CUKUPLAH UNTUK SEHARI”
(MATIUS 6:34)

v
ABSTRAK

Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Diare


Pada Balita
Yosa Kristiani Halim, 2020
Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya
Pembimbing 1 Putria Carolina, Ners, M.Kep

vi
Pembimbing 2 Agustina Nugrahini,S.Kep.,Ners, M.Si

XV+70 halaman + 2 tabel + 1 bagan + 5 lampiran

Latar Belakang : Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer dapat berwarna
hijau, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Masih tingginya kasus diare
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi penyakit diare.
Metode Penelitian : Metode perancangan pada penelitian ini adalah penelitian
lorelasional. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data
sekunder. Sumber datanya dari jurnal terdahulu yaitu jurnal yang disusun oleh I
Wayan Arimbawa, Komang Ayu Trisna Dewi, Zakwan bin Ahmad (2014),
Maryeti Sriwahyuni, Oedojo Soedirham (2013), Fitra Dini, Rizanda Machmud,
Roslaili Rasyid tahun (2013).
Hasil Penelitian : Dari 3 jurnal penelitian terdahulu menunjukan terdapat
hubungan antara lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian diare pada
balita. Nilai p > 0,05 pada variabel lingkungan dan perilaku maka keputusan yang
diambil adalah Ho ditolak atau penelitian diterima, artinya faktor lingkungan dan
perilaku keluarga berpengaruh signifikan dalam terjadinya penyakit diare pada
balita.
Diskusi : untuk mengatasi masalah yang ada diharapkan keluarga harus berperan
aktif dalam mencegah penyakit diare pada balita agar tidak menyebabkan dampak
yang buruk pada balitanya.

Kata Kunci : Lingkungan, Perilaku Keluarga, Diare


Referensi : 27 (2005-2019)

ABSTRACT

Environmental relations and family behaviour with diarrheal events


In Toddlers
Yosa Kristiani Halim, 2020
Study Program S-1 Nursing STIKes Eka Harap Palangka Raya
Mentor 1 Putria Carolina, Ners, M.Kep
Mentor 2 Agustina Nugrahini, S. Kep., Ners, M.Si

vii
XV + 70 pages + 2 Tables + 1 chart + 5 attachments
 
Background  : Diarrhea is a state of bowel movements more than 4 times in
infants and more than 3 times in children, the consistency of dilute stool can be
green, mixed with mucus and blood or mucous course. Still high cases of diarrhea
is caused by several factors such as environmental factors, nutrition, population,
education, socio-economic conditions and behaviors of society that directly or
indirectly affect the disease diarrhea.
Research method: The design method in this study is lorelrational research. The
method used in this Peelitian uses secondary data. The previous journal is a
journal compiled by I Wayan Arimbawa, Komang Ayu trisna Dewi, Zakwan bin
Ahmad  (2014), Maryeti Sriwahyuni, Oedojo Soedirham (2013), fitra Dini,
Rizanda Machmud, Roslaili Rasheed (2013).
Research results: from 3 journals Previous research showed that there is a
relationship between environment and family behavior with the incidence of
diarrhea in infants. The value p > 0.05 on environmental and behavioral
variables then the decision taken is Ho rejected or the research was received,
meaning the environmental factors and family behavior influence significantly in
the occurrence of diarrhoea disease in infants.
Discussion:  to address the problem that the family should be expected to play an
active role in preventing diarrhoea disease in infants so as not to cause a bad
impact on the Balitanya.
 
Keywords:  Environment, family behaviour, diarrhea
Reference: 27 (2005-2019)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kesehatan, akal pikiran, dan berkat yang diberikan sehingga skripsi dengan judul
“Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada
Balita” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Walaupun ada

viii
beberapa halangan yang mengganggu proses pembuatan Skripsi ini, namun
penulis dapat mengatasinya dan tentunya atas campur tangan Tuhan Yang Maha
Esa. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian skripsi di
STIKES Eka Harap dan untuk melanjutkan penelitian. Penulisan skripsi ini dapat
terlaksana karena adanya bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak, yaitu :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku KUP Program Studi Ners yang
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Siti Santy Sianipar, S.Kep., M. Kes, selaku Ketua Penguji yang telah banyak
memberikan saran dan dukungan dalam ujian skripsi ini.
4. Putria Carolina, Ners, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan saran, bimbingan dan waktunya dalam menyelesaikan isi skripsi
ini.
5. Agustina Nugrahini, S.Kep.,Ners, M.Si selaku Pembimbing II yang telah
membimbing, memberikan saran, dan waktunya dalam menyelesaikan teknik
penulisan skripsi ini.
6. Seluruh teman Sarjana Keperawatan Alih Jenjang Angkatan VII, yang selalu
memberikan dukungan dan semangat demi selesainya skripsi ini.
7. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya tuliskan satu per
satu.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Palangka Raya, 17 Agustus 2020

ix
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................. i
LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS DAN BEBAS PLAGIASI........ ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI......................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi

x
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................... 4

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Diare...................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Diare..................................................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi....................................................................................... 6
2.1.3 Etiologi............................................................................................... 7
2.1.4 Jenis Diare.......................................................................................... 7
2.1.5 Gejala Diare ....................................................................................... 8
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare............... 8
2.2 Konsep Lingkungan ........................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Lingkungan....................................................................... 14
2.2.2 Jenis-Jenis Lingkungan ...................................................................... 14
2.2.3 Hubungan Lingkungan Dengan Kesehatan, Penyakit, Dan
Paradigma Keperawatan..................................................................... 16
2.2.4 Lingkungan Yang Memenuhu Persyaratan Kesehatan....................... 17
2.2.5 Teori Adaptasi Keperawatan Lingkungan Menurut Calista Roy ...... 18
2.3 Konsep Perilaku.................................................................................. 19
2.3.1 Definisi Perilaku................................................................................. 19
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku................................................ 20
2.3.3 Faktor Pembentuk Perilaku................................................................ 22
2.3.4 Karakteristik Perilaku......................................................................... 22
2.3.5 Cara Pengukuran Perilaku.................................................................. 23
2.4 Kerangka Konsep............................................................................... 24
2.5 Hipotesis............................................................................................. 25
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian....................................................................... 26
3.2 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 26
3.2.1 Kepustakaan........................................................................................ 26
3.2.2 Dokumentasi....................................................................................... 26
3.2.3 Internet/ Jurnal penelitian/ Riskesdas................................................. 28
3.3 Teknik Analisa Data (Data Sekunder)................................................ 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil.................................................................................................... 36

xi
4.2 Hasil kajian data sekunder.................................................................. 38
4.3 Pembahasan........................................................................................ 39
4.4 Keterbatasan....................................................................................... 41

BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................. 42
5.2 Saran................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Daftar Jurnal Penelitian Untuk Data Sekunder Hubungan


Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Tahun 2020................................................................... 28
Tabel 4.1 Unsur Analisis PICO dari 3 Penelitian Terkait................................ 33

xii
DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Lingkungan Dan Perilaku


Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita............................
24

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar surat mohon ijin survei pendahuluan dari STIKES Eka
Harap Palangka Raya ke UPT Puskesmas Panarung Palangka Raya.
Lampiran 2: Lembar surat balasan ijin survei pendahuluan dari UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya ke STIKES Eka Harap Palangka Raya.
Lampiran 3: Jurnal Penelitian

xiv
Lampiran 4: Biodata Peneliti
Lampiran 5: Lembar Konsultasi

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang ketiga angka kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) anak di berbagai negara termasuk di
negara berkembang seperti Indonesia. Setiap anak mengalami episode serangan
rata – rata 3,3 kali setiap tahun. Faktor perilaku sebagai tingkat pertama yang
sering terjadi sebagai penyebabnya yaitu terjadinya penyebaran kuman dan
terjadinya peningkatan kejadian diare pada balita dan bayi sedangkan faktor
lingkungan sebagai tingkat kedua yaitu pengunaan sarana air bersih dalam
kehidupan sehari-hari dan kebiasan melakukan pembuangan tinja. Lingkungan
sangat berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa
serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada
masyarakat terutama diare pada balita. Fenomena secara umum, lingkungan
balita jika ada tidak baik seperti sumber air yang didapatkan dari sungai dapat
beresiko terjadinya diare karena air sungai mengandung bakteri dan kualitas air
yang tidak baik, sedangkan perilaku keluarga balita seperti botol susu tidak
dibersihkan dengan bersih, makanan disimpan disembarangan tempat, air minum
yang digunakan tidak steril, tidak melakukan cuci tangan saat memasak, makan,
menyuapi balita, sesudah buang tinja, bahkan ada yang membuang tinja
disembarang tempat atau di sungai sehingganperilaku seperti ini akan
menimbulkan mudahnya bakteri berkembang biak dan menyebabkan terjadinya
diare.
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012, diare
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia pada balita, hampir sekitar
satu dari lima kematian anak balita di dunia disebabkan karena diare. Angka
kematian balita yang disebabkan karena diare mencapai 1,5 juta per tahun.

1
Insiden terbesar terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan menurun seiring
dengan
pertumbuhan anak. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer dapat
berwarna hijau, bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2014).
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini penyakt diare
atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah keseha
tan utama setiap orang di negara-negara berkembang termasuk masyarakat di
Indonesia, karena kurangnnya pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab
diare.
Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2017, jumlah kasus diare
diseluruh Indonesia adalah sekitar 7 juta dan yang paling banyak terjadi di
Provinsi Jawa Barat dengan 1,2 juta kasus. Menurut data dari RISKESDAS
(2017) pada tahun 2016, KLB diare dilaporkan terjadi di Kabupaten
Kotawaringin Timur dan Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah kematian
sebanyak 2 orang. Penderita diare yang berobat dan ditangani di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2016 sebanyak 42.988 (78,8%) lebih
rendah dibandingkan tahun 2015 dengan jumlah penderita 53.662 (96,2%), dari
target penemuan penderita, dan lebih rendah juga pada tahun 2012 sebesar
99.169 balita umur 1-5 tahun, dari jumlah tersebut yang ditangani sekitar 55.732
atau penderita diare yang ditangani sebesar 56,2%, dibandingkan tahun 2011
adalah 95.139 dan penderita diare yang ditangani adalah 63,5% atau sekitar
47.569 ada peningkatan jumlah kasus namun terjadi penurunan jumlah kasus
yang ditangani. Kasus diare yang tertinggi ada di Kabupaten Pulang Pisau 82,7%
dan terendah ada di Kabupaten Gunung Mas 42%. Berdasarkan profil kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2012 secara proporsional, diare lebih banyak
terjadi pada golongan balita. (Depkes RI, 2013). Penyebab utama kematian diare
adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab
lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling 

2
menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya masih
lemah. (Widoyono, 2014) Menurut hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
tahun 2010 menunjukkkan presentase keluarga menurut jenis sarana air bersih
yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk keperluan air minum.
Secara nasional, persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga adalah air sumur gali terlindungi (27,9%), sumur
bor/pompa dangkal (24,7%), air ledeng/PAM (14,2%), dan sumur bor/pompa
dalam (14%). Secara rasional, 90% kualitas fisik air minum di Indonesia
termasuk dalam kategoti baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
bau). Akan tetapi, masih terdapat rumah tangga dengan kualitas air minum keruh
(6,9%), berwarna (4,0%), berasa (3,4%), berbusa (1,2%) dan berbau (2,7%). Data
dari UPT Puskesmas Panarung Palangka Raya jumlah balita 203 dan yang diare
pada balita sebanyak 64 penderita. Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan
peneliti pada bulan Desember 2019 di UPT Puskesmas Panarung Palangka Raya
didapatkan bahwa 5 dari 10 balita mengalami diare dan 5 lainnya tidak
mengalami diare. Masih tingginya kasus diare disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan
sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak
langsung memperngaruhi penyakit diare. Adapun faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare : faktor lingkungan yang terdiri dari jenis sumber air,
kualitas air, mikrobiologi air, jenis jamban keluarga, jarak jamban kurang dari 10
meter, kepadatan hunian. Faktor perilaku higiene yang terdiri dari praktek cuci
tangan sebelum makan, dan buang air besar sembarang tempat. Faktor biologis,
cara memasak/merebus air sebelum dihidangkan atau diminum. Faktor individu,
tidak tahan terhadap jenis makanan tertentu. Faktor psikis, stress mental, panik,
dan lain-lain (Depkes RI, 2006).
Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku sehat yang sangat
efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare.
Peran Perawat sangat diperlukan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
setiap keluarga sehingga orang tua membiasakan anaknya melakukan cuci tangan

3
dan menjaga kebersihan lingkungan. Berdasarkan hal di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Faktor Lingkungan Dan
Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita.
1.2 Rumusan Masalah
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan pada anak, terutama di bawah 5 tahun. Berdasarkan latar belakang
diatas, maka rumusan masalah penelitian yaitu “Bagaimana Hubungan
Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Lingkungan dan Perilaku Keluarga Dengan
Kejadian Diare Pada Balita.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi lingkungan balita
2) Mengidentifikasi perilaku keluarga balita
3) Mengidentifikasi kejadian diare pada balita
4) Menganalisis hubungan lingkungan dengan kejadian diare pada balita
5) Menganalisis hubungan perilaku keluarga dengan kejadian diare pada
balita
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Sebagai tambahan pengetahuan, pemikiran atau memperkaya konsep
ataupun teori pada lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian
diare, disamping itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
untuk penelitian terkait.
1.4.2 Praktis
Memberikan masukan ilmu pengetahuan terutama ilmu keperawatan
penyakit diare agar dapat lebih berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.

4
1.4.2.1 Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat berupa informasi
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita.
1.4.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi
acuan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah
diare.
1.4.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan
berupa informasi atau pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama
pada balita yang diare.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare


2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah keluarnya tinja cair lebih dari 3 kali atau 24 jam (Agus
Harianto dkk, 2010). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Waluyo,
2011).
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
per hari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Mohammad
Juffrie, 2012).
2.1.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab
kematian dan kesakitan pada anak, terutama di bawah 5 tahun. Berdasarkan
hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibandingkan
pnemonia 24% untuk usia 1-4 tahun (Mohammad Juffrie, 2012).
Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 200-400 kejadian diare di
antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian dapat diperkirakan
ada lebih 60 juta kejadian diare setiap tahunnya. Sebagian besar dari
penderita-penderita ini (60-80%) adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun

6
sehingga dengan demikian terdapat kurang lebih 40 juta kejadian diare pada
usia dini setiap tahunnya (Soegeng Soegiijanto, 2007).

7
8

2.1.3 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium
kuman-kuman patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare
sekitar 80% pada kasus yang datang disarana kesehatan dan sekitar 50%
kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada
anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri, dan parasit. Dua tipe dari diare akut oleh karena
infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory. Enteropatogen
menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotoksin oleh
bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit,
perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory
diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara
langsung atau memproduksi sitotoksin (Mohammad Juffrie, 2012).
2.1.4 Jenis Diare
Menurut Depkes RI (2005), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat
yaitu:
2.1.4.1 Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.1.4.2 Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan
terjadinnya komplikasi pada mukosa.
2.1.4.3 Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
2.1.4.4 Diare dengan masalah lain
9

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
2.1.5 Gejala diare
Menurut Widjaja (2009), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
meninggi,
2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
4) Lecet pada anus,
5) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang, muntah
sebelum dan sesudah diare,
6) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
7) Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika
cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10%
disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang,
denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan
darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita
sangat pucat.
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare
2.1.6.1 Faktor lingkungan
1) Sumber air minum
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar
55% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan
untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat
kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia tiap
orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-
kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
10

minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2009). Sumber air minum
utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka
dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari
tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air tercemar (Depkes RI, 2010).
2) Jenis tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan
memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang
penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut
Notoatmodjo (2009), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi
aturan kesehatan adalah :
(1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,
(2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
(3) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,
(4) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat
lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,
(5) Tidak menimbulkan bau,
(6) Pembuatannya murah, dan
(7) Mudah digunakan dan dipelihara.
Macam-macam tempat pembuangan tinja, antara lain:
(1) Jamban cemplung (Pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan.
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
dengan diameter 80 – 120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban
cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air
11

tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya


15 meter.
(2) Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam
tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya
sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.
(3) Jamban leher angsa (Angsa latrine)
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi
air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus
tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila
disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke
tempat penampungannya.
(4) Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya
lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya
untuk perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan
banyak mudah terjadi pengotoran tanah permukaan (meluap).
(5) Jamban keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian
dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat
meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya
menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi
di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis
jamban ini biasanya menimbulkan bau.
(6) Jamban parit (Trench latrine)
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk tempat
defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya.
Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran
standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan
pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan
pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
(7) Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
12

Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam,


selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air
permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat
tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan
wabah.

(8) Jamban kimia (Chemical toilet)


Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda
sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan
dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula
digunakan dalam rumah. Tempat pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare
berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan
keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi.
3) Jenis lantai rumah
Menurut Notoatmodjo (2009) syarat rumah yang sehat jenis lantai
yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim
penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau semen, kayu,
dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan
berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit. Lantai yang baik adalah
lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai
harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak perlu diplester
dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah
dibersihkan (Depkes, 2005). Jenis lantai rumah tinggal mempunyai
hubungan yang bermakna pula dengan kejadian diare pada anak balita,
Hal ini ditinjau dari jenis alas atau bahan dasar penutup bagian bawah,
dinilai dari segi bahan dan kedap air. Lantai dari tanah lebih baik tidak
digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit pada penghuninya, oleh karena
itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air (disemen, dipasang
13

keramik, dan teraso). Lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari


permukaan tanah untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah

2.1.6.2 Faktor perilaku


Menurut Depkes RI (2006), faktor perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare adalah sebagai berikut :
(a) Pemberian ASI Eksklusif
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak
memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih
besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Pada bayi yang baru lahir,
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan
susu formula.
(b) Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman,
karena botol susu susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu
formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
(c) Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan
sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
(d) Kebiasaan membuang tinja
14

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara


bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi
tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.

(e) Menggunakan air minum yang tercemar


Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat
peyimpanan tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk
mengurangi risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang
bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi.
(f) Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penularan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban. Bila tidak mempunyai jamban, jangan
biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar hendaknya jauh
dari rumah, jalan setapak, tempat anak-anak bermain dan harus
berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air, serta hindari buang
air besar tanpa alas kaki.
(g) Pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera
memberikan anak imunisasi campak setelah berumur 9 bulan. Diare
sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita.
15

2.2 Konsep Lingkungan


2.2.1 Pengertian
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status
ekonomi dan kesehatan. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup lain (Bagja Waluya, 2010).
2.2.2 Jenis-Jenis Lingkungan
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
2.2.2.1 Lingkungan dalam (internal) terdiri dari:
·         1) Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi
dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang
bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada
didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur
pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari
bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi
penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan
yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat
tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2) Lingkungan psikologi (psychology enviroment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
16

fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan


aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien
dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan p[asien dipandang
dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan
dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang
pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan
pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan
harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada
atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik
dapat memberikan rasa nyaman.
3) Lingkungan social (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit,
sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap
perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan
dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang
ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti
dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna
individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.
4) Lingkungan Spiritual
Lingkungan spiritual tersebut akan berhubungan dengan kondisi spiritual
seseorang. Keadaan spiritual seseorang akan dapat mempengaruhi status
kesehatan seseorang.
2.2.2.2 Lingkungan luar (eksternal) terdiri dari:
1) Kultur
2) Adat
17

3) Struktur masyarakat
4) Status social
5) Udara
6) Suara
7) Pendidikan
8) Pekerjaan dan
9) Sosial ekonomi budaya
Lingkungan internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku
manusia termasuk persepsinya tentang sehat sakit, cara – cara memelihara
dan mempertahankan kesehatan serta menanggulangi penyakit. Manusia
sebagai mahluk sosial mempunyai hubungan yang dinamis dengan
lingkungannya dan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan. Oleh karena itu
diperlukan kemampuan untuk merespon secara adaptif terhadap pengaruh
lingkungan agar dapat mempertahankan derajat kesehatannya.
Ketidakmampuan manusia merespon terhadap pengaruh lingkungan
internal maupun eksternal, akan mengakibatkan gangguan kesehatan atau
pergeseran status kesehatan dalam rentang sehat sakit.
2.2.3 Hubungan Lingkungan dengan Kesehatan, Penyakit, dan Paradigma
Keperawatan
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan
cara terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola
pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk meningkatkan pola interaksi
yang sehat dengan klien. Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu
apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali
untuk terciptanya banyak penyakit – penyaki Lingkungan merupakan
faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila lingkungan itu kotor
maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu merawat
dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain.keperawatan dengan
lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang
rehabilitasi maka akan memerlukan lingkungan yang bersih. Konsep
Lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan
masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologi, social, budaya dan spiritual.
18

Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat


(individu, keluarga, kelompok dan komunitas).
2.2.3.1 Faktor eksternal yg mempengaruhi kesehatan, seperti:
(1) Lingkungan perumahan kumuh
(2) Lingkungan kerja yang tidak nyaman
(3) Tingkat sosial ekonomi yang rendah
(4) Pendidikan masyarakat yang rendah
(5) Terbatasnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan
(6) Letak fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari pemukiman
penduduk

2.2.4 Lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan


Lingkungan yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang
dapat memberikan tempat untuk berlingdung dan serta dapat
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis dan
maupun sosial. Lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain
(Lubis, 2000) :
2.2.4.1 Memenuhi kebutuhan fisiologis
a) Suhu yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar konstruksinya
sedemikian rupa sehingga suhu tidak berubah banyak dan agar
kelembaban udara dapat di jaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu
rendah.
b) Harus cukup memberi pencahayaan baik siang maupun malam.
c) Lingkungan harus segar dan bersih.
2.2.4.2 Perlindungan terhadap penularan Penyakit
a) Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga selain kebutuhan makan dan minum terpenuhi, juga
cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan lingkungan.
b) Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi
syarat juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.
c) Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat
kesehatan, yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan
19

mengkontaminasi permukaan sumber air bersih.


2.2.5 Teori Adaptasi Keperawatan Lingkungan Menurut Calista Roy
Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.
Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California.
Beliau mengungkapkan model konseptul adaptasi sebagai berikut :
2.2.5.1 Manusia
Manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sistem adaptif manusia
dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input kontrol, output dan proses umpan balik.
2.2.5.2 Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai
sistem yang adaptif sama halnya dengan lingkungan sebagai stimulus
eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi
tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi
lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan
mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai
individu atau kelompok.
2.2.5.3 Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses
menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan.
Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung
bahwa kesehatan atau kondisi tidak mengacu kelengkapan atau kesatuan
dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi
Integritas adalah sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya
sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
2.2.5.4 Keperawatan
Sebagai ilmu keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada orang-
orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu
20

praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai


tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan
meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang
berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan
praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut.
Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan.
2.3 Konsep Perilaku
2.3.1 Pengertian Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung maupun
tidak dapat diamati.
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap orang lain dan kemudian seseorang tersebut merespon
stimulus tersebut (Azwar, 2009).
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku
2.3.2.1 Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh
faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain
jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia.
Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
1) Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.Tingkah
laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri
perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita,
menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah,
senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan
upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang
berbeda pula.
21

(a) Jenis Kelamin


Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara
berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas
pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal,
struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali
berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug
berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
(b) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe
fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat tipe piknis. Orang dengan
ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
gendut, wajah berlemak.
(c) Kepribadian
Segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari
lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu
kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.
(d) Bakat
Suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu
latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah
raga, dan sebagainya.
2.3.2.2 Faktor Eksternal

1) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil
dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku.
Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang.
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan
orang yang berpendidikan rendah.
2) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma
22

dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.


3) Kebudayaan
Diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah
laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang
yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa
dengan tingkah laku orang Papua.
4) Lingkungan
Segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat
dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau
tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha
menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.

2.3.3 Faktor Pembentuk Perilaku

2.3.3.1 Faktor predisposisi


Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai- nilai dan
tradisi.
2.3.3.2 Faktor pemungkin
Faktor yang mrmungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana
dan sarana serta sumber daya.
2.3.3.3 Faktor pendorong atau penguat
2.3.4 Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku
misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi
panutan. Karakteristik Perilaku :
1) Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan
23

dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya.


2) Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu:
frekuensi, durasi dan intensitas
3) Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau
orang yang terlibat dalam perilaku tersebut.
4) Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
5) Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan
6) Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa
diobservasi oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak
merupakan kejadian atau hal pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu
itu sendiri atau individu yang terlibat dalam perilaku tersebut.
2.3.5 Cara Pengukuran Perilaku
Menurut (Azwar, 2008), pengukuran perilaku yang berisi
pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya
maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok
responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
1) Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T
meanPerilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
< T mean
2) Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuin, yaitu: selalu,
sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor jawaban :
1) Jawaban dari item pernyataan perilaku positif
(a) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
(b) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
(c) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
(d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2) Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif
24

(a) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
(b) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
(c) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
(d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
Penilaian perilaku yang didapatkan jika :
1) Nilai > 50, berarti subjek berperilaku positif
2) Nilai < 50 berarti subjek berperilaku negatif
25

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep stu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti
(Notoatmodjo, 2010).

Faktor Terjadinya Diare Pada


Balita: Kejadian Diare
1. Lingkungan Pada Balita
2. Perilaku

3. Pengetahuan
4. Usia
5. Pekerjaan
6. Pendidikan

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel tidak diteliti

= Hubungan

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Lingkungan Dan Perilaku


Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita.
26

2.4 Hipotesis
Penelitian Hipotesis yaitu jawaban sementara dari rumusan masalah atau
permasalahan. Hipotesis alternatif (H1/H0) adalah hipotesis penelitian yang
menyatakan adalanya hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara 2 atau lebih
variabel. (Nursalam, 2011)
Menurut Nursalam (2013), ada beberapa tipe hipotesis dalam penelitian salah
satunya yaitu pertanyaan penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari satu unit atau
bagian dari:
2.4.1 Hipotesis nol (H0)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk
pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat
sederhana atau kompleks, dan bersifat sebab akibat.
2.4.2 Hipotesis alternatif (Ha/H1)
Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua
atau lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat
sederhana atau kompleks, dan bersifat sebab akibat.
H1. Ada hubungan antara lingkungan dengan kejadian diare pada balita.
H2. Ada hubungan antara perilaku keluarga dengan kejadian diare pada balita.
27

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Perancangan Penelitian


Metode perancangan adalah penelitian korelasional. Metode yang di
gunakan pada penelitian menggunakan data sekunder. Metode korelasional adalah
suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian dengan metode korelasi
yaitu dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan dua atau lebih fakta dan
juga sifat-sifat objek yang sedang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan antar persamaan dengan perbedaan atau fakta berdasarkan
kerangka pemikiran yang sudah ada sehingga hasilnya dapat terlihat jelas.
Judul jurnal acuan yang digunakan adalah ”Hubungan Faktor Lingkungan
dan Faktor Perilaku Keluarga Terhadap Kejadian Diare Pada Balita”.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada perancangan ini menggunakan Data Sekunder dimana
data sekunder merupakan sumber data yang didapatkan dari sumber pendukung
untuk membantu mengungkapkan data yang diharapkan, sehingga akan
membantu memperjelas data primer yang sudah didapat. Data sekunder di peroleh
dari hasil Riskesdas, data profil kesehatan, buku-buku yang berkaitan dengan
perancangan media promosi, penelitian terdahulu, jurnal dan data yang didapatkan
melalui internet. Dalam hal ini peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data
sekunder di peroleh dari penelitian terdahulu serta jurnal dan data yang didapatkan
melalui internet.
3.2.1 Kepustakaan
Peneliti engkaji informasi melalui buku, dan jurnal, informasi yang didapat
berupa data verbal dan visual yang kemudian di kaji dan diambil inti-intinya.
Dalam hal ini peneliti mengkaji dan mengambil inti-inti informasi melalui jurnal
penelitian sebelumnya.
28

3.2.2 Dokumentasi
Peneliti melakukan pengumpulan data yang tidak langsung guna memberi
gambaran dan menunjukkan tentang kondisi objek penelitian langsung. Data
berupa foto, arsip, film maupun berita mengenai layanan kesehatan yang
diaplikasikan saat ini.
3.2.3 Internet/ Jurnal penelitian/ Riskesdas
Peneliti melakukan pencarian informasi melalui media internet. Data yang
dicari berupa artikel dan komentar seseorang atau penelitian mengenai topik apa
yang ingin peneliti teliti.
29

N Nama Peneliti Tahu Judul Jurnal Penelitian Sumber


O n
1 Anjar Purwidiana 2009 Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor Sosiodemografi Dengan Google Scholar
Wulandari Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen
2 Maryeti Sriwahyuni, 2013 Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Ibu Dengan Penyakit Diare Pada Google Scholar
Oedojo Soedirham Balita Di Surabaya
3 Fitra Dini, Rizanda 2013 Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita Di Wilayah Kerja Google Scholar
Machmud, Roslaili Puskesmas Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan
Rasyid
4 I Wayan Arimbawa, 2014 Hubungan Faktor Perilaku Dan Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Diare Google Scholar
Komang Ayu Trisna Pada Balita Di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali
Dewi, Zakwan bin
Ahmad
5 Meri Lidiawati 2016 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Angka Kejadian Diare Pada Balita Di Google Scholar
Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa
3.1 Daftar Jurnal Penelitian Untuk Data Sekunder Hubungan Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Tahun 2020
30

3.3 Teknik Analisa Data (Data Sekunder)


Metode analisa data sekunder merupakan salah satu metode penelitian yang
prosedurnya mengumpulkan data dan menganalisis data. Menurut Dinukil
Johnston, 2014: 620 mengatakan bahwa data sekunder merupakan analisis lebih
lanjut dari himpunan data yang sudah ada, yang memunculkan tafsiran, simpulan
atau pengetahuan sebagai tambahan terhadap, atau yang berbeda dari apa yang
telah disajikan dalam keseluruhan dan temuan utama penelitian terdahulu atau
semula.
Analisis data sekunder dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Analisa data sekunder bukan metode analisis data, melainkan metode
(strategi) penelitian
2. Analisa data sekunder memanfaatkan data sekunder yang sudah tersedia, baik
dari hasil penelitian orang lain atau dari data administratif kelembagaan.
Dalam hal ini penelitian Analisa data sekunder tidak mengumpulkan data
sendiri, melainkan mencari data dari hasil penelitian terdahulu, mencari data
documenter, data yang sudah dikumpulkan oleh orang lain dan
didokumentasikan atau telah dipublikasikan.
3. Analisa data sekunder berupa menggali dan menemukan permasalahan
(pernyataan) penelitian baru, bias pula menguji kebenaran hasil penelitian
terdahulu.
Analisa data merupakan uraian sebab akibat yang menjadi alsan dalam
perancangan penelitian yang ingin diteliti oleh di peneliti. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dengan hasil data yang
didapat dari hasil data sekunder
3.3.1 Sumber Data Sekunder
McCaston (2005; menukil Shell, 1997) menyebutkan sumber data sekunder
itu antara lain sebagai tertera dalam skema berikut:
1) Secondary Data Sources
2) Government Documents
3) Official Statistics
4) Technical Reports
5) Scholarly Journals
31

6) Trade Journals
7) Review Articles
8) Reference Books
9) Research Institutions
10) Universities
11) Libraries, Library Search Engines
12) Computerized Databases
13) The World Wide Web
Sumber data sekunder yang digunakan dalam perencanaan penelitian, yaitu
sebagai berikut:
1) Scholarly Journals
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bentuk analisis yang memfokuskan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian
rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi data dilakukan dengan
cara menyaring data yang dapat digunakan sebagai acuan dan membuang data
yang tidak perlu. Berikut merupakan review penelitian sejenis dengan jurnal
acuan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
gambaran dalam bentuk narasi lengkap sehingga memberi kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif
(berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan yang disusun
menggunakan Bahasa yang mudah dipahami. Berikut penyajian data dari
penelitian sejenis dengan jurnal acuan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang memberikan penjelasan dari
sebuah rumusan masalah sehingga diketahui tindakan apa yang harus dilakukan.
Kesimpulan ini bersifat sementara karena akan terus berkembang sejalan dengan
penelitian baru dikedepannya. Pada penelitian ini, akan menarik kesimpulan
mengenai bagaimana menggambarkan Hubungan Lingkungan Dan Perilaku
Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita, sehingga peneliti akan memberikan
32

opininya terkait data sekunder yang diperoleh. Selanjutnya peneliti akan dapat
menyimpulkan pendapatnya pada kesimpulan dan saran.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil sekaligus pembahasan dari
pengumpulan data sekunder dari beberapa jurnal yang diambil sesuai dengan
hubungan lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian diare pada balita
seperti :
1. Jurnal 1
Judul : Hubungan Faktor Perilaku Dan Faktor Lingkungan Terhadap
Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sukawati Kabupaten
Gianyar Bali.
Tahun : 2014
Sumber : I Wayan Arimbawa, Komang Ayu Trisna Dewi, Zakwan bin
Ahmad
2. Jurnal 2
Judul : Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Ibu Dengan
Penyakit Diare Pada Balita Di Surabaya.
Tahun : 2013
Sumber : Maryeti Sriwahyuni, Oedojo Soedirham
3. Jurnal 3
Judul : Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Kecamatan
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Tahun : 2013
Sumber : Fitra Dini, Rizanda Machmud, Roslaili Rasyid

Dari ketiga penelitian diatas, peneliti hanya mengambil data yang disaring
dan digunakan sebagai pola dasar penjelasan atau pendapat mengenai hubungan
lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian diare pada balita.
4.1 Hasil Kajian Data Sekunder
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil sekaligus pembahasan dari
pengumpulan data sekunder dari beberapa jurnal yang diambil sesuai dengan
hubungan lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian diare pada balita
seperti dari penelitian I Wayan Arimbawa, Komang Ayu Trisna Dewi, Zakwan
bin Ahmad tahun 2014, Maryeti Sriwahyuni, Oedojo Soedirham tahun 2013 dan
33

yang terakhir peneliti mengambil data sekunder dari Fitra Dini, Rizanda
Machmud, Roslaili Rasyid tahun 2013.
DATA UMUM DATA
Jurnal 1 : Penelitian menggunakan rancangan analisis 1. Data terkait hasil peneliti
multivariat cross-sectional dengan populasi terjangkau adalah - Sumber air minum
seluruh kepala keluarga yang memiliki balita dan berdomisili - Tempat pembuangan tin
di Desa Sukawati, Gianyar. Sampel penelitian dipilih - Tempat pembuangan sa
menggunakan metode stratified random sampling dan besar - Tempat pembuangan lim
sampel adalah 70 orang. Ibu balita dari setiap kepala keluarga 2. Data terkait hasil peneliti
yang terpilih ditetapkan sebagai responden. Penelitian - Mencuci tangan
menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung - Memasak air minum
lingkungan rumah. Analisis data dilakukan secara univariat, 3. Data terkait hasil peneliti
bivariat dengan uji chi-square, dan multivariat dengan uji - Pernah mengalami diare
regresi logistik. - Tidak pernah mengalam
Jurnal 2 : Penelitian ini termasuk observasional analitik 4. Data hasil hubungan lingk
dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah - Adanya hubungan yan
seluruh ibu yang mempunyai balita yang pernah mengalami dengan kejadian diare
diare di Kelurahan Kalijudan bulan Januari-Oktober 2013. 5. Data hasil hubungan peril
Besar sampel sebanyak 80 responden yang mempunyai balita - Adanya hubungan ya
ditentukan dengan cara simple random sampling. lingkungan dengan kej
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kepada ibu
sebagai responden.analisa data menggunakan chi square.
Jurnal 3 : Penelitian menggunakan desain analitik cross
sectional dengan jumlah subjek 63 orang dengan teknik multi
stage random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner
melalui wawancara dan observasi.
34

Tabel 4.1 Unsur Analisis PICO dari 3 Penelitian Terkait


Unsur Analisis PICO Analisis
P (Problem) Jurnal 1:
Di Bali, angka insiden penyakit diare tercatat sebesar 5.0%, sementara period prevalens diare sebesar
5.5%. dari sekian kabupaten yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Gianyar menduduki uruatn prevalensi
penyakit diare tertinggi ke-4. Dari enam wilayah kerja Puskesmas Sukawati, Desa Sukawati menduduki
urutan pertama kasus diare terbanyak selama tahun 2012-2013.
Jurnal 2:
Pada tahun 2011 kejadian diare di Provinsi Jawa Timur sebesar 69%, sedangkan pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 72,43%. Kasus diare tertinggi di Kota Surabaya adalah di Puskesmas
Kalijudan dengan 5.752 kasus. Hal ini disebabkan oleh kesadaran penduduk akan kesehatan sangat
kurang oleh karena lingkungan tempat tinggal yang kurang baik dan perilaku yang kurang tentang diare,
serta pencegahannya.
Jurnal 3:
Berdasarkan profil laporan tahunan Puskesmas Kambang di Kecamatan Lengayang tahun 2012, beberapa
aspek sanitasi lingkungan seperti jamban, sarana air minum, SPAL dan pengelolaan sampah yang sehat
kurang dari 60%. Diantaranya masih ada penduduk yang membuang tinja sembarangan akibat tidak
tersedianya jamban keluarga. Selain itu penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kambang sebagian besar
mendapatkan sarana air minum dari air sumur gali yang kemungkinan cenderung terkontaminasi.
Penduduk juga bermasalah dengan SPAL dan sampah.

I (Intervention) Jurnal 1:
Intervensi yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran penduduk desa tentang penyakit diare dan
mencegah terjadinya diare yaitu dalam kebiasaan mencuci tangan, makpakang, memasak air minum,
penggunaan filtrasi air tradisional (topo), kepemilikan jamban keluarga, akses sumber air bersih, dan
tempat pembuangan sampah. Kesadaran penduduk desa terhadap penyakit diare sangat penting dalam
menanggulangi masalah penyakit diare. Untuk mengetahui bagaimana kesadaran penduduk desa terhadap
penyakit diare dilakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan membagikan kuesioner.
35

Jurnal 2:
Intervensi yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran ibu tentang penyakit diare dan mencegah
terjadinya diare, yaitu dalam menggunakan sumber air minum, tempat pembuangan tinja, tempat
pembuangan air limbah, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan tindakan ibu, agar ibu memahami tentang
penyakit diare, gejala, serta cara mencegahnya.
Jurnal 3
Intervensi yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran penduduk wilayah kerja puskesmas kambang
tentang penyakit diare dan mencegah terjadinya diare yaitu dalam kebiasaan membuang tinja, sumber aiir
minum, saluran pembuangan air limbah rummah tangga, dan pengeloaan sampah. Serta edukasi tentang
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan perilaku bersih.
C (Comparation) Jurnal 1:
Pada penelitian ini membahas faktor-faktor risiko dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kejadian
diare pada balita di Desa Sukawati, Gianyar, sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam
penyusunan program penyuluhan maupun kebijakan dalam mencegah terjadinya peningkatan angka
kejadian diare pada balita.
Jurnal 2:
Pada penelitian ini membahas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare di dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan upaya yang dilakukan adalah penyehatan lingkungan, pendidikan
kesehatan untuk membentuk perilaku hidup bersih dan sehat.
Jurnal 3:
Penelitian ini membahas atau menyimpulkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare
yaitu faktor pengelolaan sampah yang berhubungan dengan kejadian diare.
O (Outcome) Jurnal 1:
Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis univariat, bivariat dan multivariat, serta uji chi square tingkat
signifikan (nilai α) sebesar 95%, menunjukan bahwa faktor yang berhubungan dan berpengaruh secara 44
signifikan terhadap kejadian diare balita adalah perilaku kebiasaan memasak air minum dengan nilai p =
0.018 (p < 0.05), faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian diare balita antara lain: kebiasaan
mencuci tangan dengan nilai p = 0.606 (p > 0.05), makpakang dengan nilai p = 1.00 (p > 0.05),
36

penggunaan filtrasi air tradisional dengan nilai p = 0.223 (p > 0.05),, kepemilikan jamban keluarga
dengan nilai p = 0.149 (p > 0.05),, akses sumber air dengan nilai p = 0.236 (p > 0.05),, dan tempat
pembuangan sampah dengan p = 0.303 (p > 0.05),, perilaku kebiasaan memasak air minum berhubungan
dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukawati, Gianyar. Kebiasaan memasak air minum meruakan
faktor paling berpengaruh secara signifikan p = 0.029 (p > 0.05),
Jurnal 2:
Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis univariat menggunakan uji chi square menunjukan nilai p
value pada variabel yang dihubungkan dengan penyakit diare yang terjadi pada balita adalah : sumber air
minum (0,031), tempat pembuangan tinja (0,475), tempat pembuangan air limbah (0,017), pengetahuan
ibu (0,039), sikap ibu (0,048), dan tindakan ibu (0,012). Hasil analisis menunjukan ada hubungan yang
signifikan antara faktor lingkungan dan perilaku ibu dengan penyakit diare pada balita. Tetapi untuk
tempat pembuangan tinja tidak memiliki hubungan yang signifikan dan tempat pembuangan sampah
menghasilkan nilai yang konstan sehingga tidak dapat disimpulkan
Jurnal 3:
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan analisis univariat kejadian diare balita 36 (57,1%), pembuangan
tinja yang tidak sehat 34 (54%), sumber air minum tidak sehat 30 (47,6%), SPAL RT yang buruk 40
(63,5%), pengelolaan sampah yang buruk 36 (57,1%). Analisis bivariat didapatkan hasil ada hubungan
signifikan antara pembuangan tinja dengan kejadian diare balita(p=0,010), OR=4,5. Ada hubungan yang
signifikan antara SPAL RT dengan kejadian diare balita (p=0,0003), OR=6. Ada hubungan yang
signifikan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare balita (p=0,043), OR=3,3
37

4.2 Pembahasan
4.2.1 Faktor Lingkungan Balita
Berdasarkan hasil penelitian dari I Wayan dkk, dari 70 responden didapatkan dari
7,1% responden yang memiliki jamban tidak sehat, sedangkan dari 92,9%
responden yang telah menggunakan jamban sehat. Diketahui bahwa 10%
responden masih menggunakan sumber air tidak terlindungi, sedangkan 90%
resonden yang menggunakan akses air terlindungi. Hasil penelitian yang
dilakukan 37,1% responden yang membuang sampah sembarang, sedangkan
62,9% responden yang membuang sampah pada tong khusus. Berdasarkan hasil
penelitian dari Maryeti dkk, didapatkan sumber air minum, PDAM sebanyak 16
(21,%), Galon sebanyak 24 (29%), isi ulang sebanyak 40 (50%). Diketahui jenis
tempat pembuangan tinja, jamban leher angsa sebanyak 79 (99%), jamban
cemplung sebanyak 1 (1%). Diketahui tempat pembuangan sampah, baik
sebanyak 80 (100%), buruk sebanyak 0 (0%), berdasarkan tempat pembuangan
limbah, tertutup sebanyak 24 (30%), terbuka sebanyak (70%). Berdasarkan hasil
penelitian dari Fitra dkk, didapatkan bahwa dari 63 responden, pembuangan tinja
kategori tidak sehat sebanyak 34 (54%), pembuangan tinja kategori sehat
sebanyak 29 (46%). Berdasaarkan sumber air minum kategori tidak sehat
sebanyak 30 (47,6%), sumber air minum kategori sehat sebanyak 33 (52,4%).
Berdasarkan SPAL RT kategori buruk sebanyak 40 (63,5%), SPAL RT kategori
baik sebanyak 23 (36,5%).
Faktanya masih didapatkan lingkungan balita yang masih belum baik dan
sehat atau memenuhi standar kesehatan, seperti jamban yang kotor, sumber air
minum yang tercemar, tempat pembuangan tinja yang kurang bersih dan kotor,
tempat pembuangan limbah atau sampah yang masih sembarangan. Masih
kurangnya pemahaman terhadap kebersihan lingkungan yang dapat menyebabkan
penyakit diare. Hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan balita dan membuat
penyakit diare akan mudah menyerang balita.
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status
ekonomi dan kesehatan. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan mahluk hidup lain (Bagja Waluya, 2010). Lingkungan
internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk
38

persepsinya tentang sehat sakit, cara – cara memelihara dan mempertahankan


kesehatan serta menanggulangi penyakit. Manusia sebagai mahluk sosial
mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkungannya dan tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk
merespon secara adaptif terhadap pengaruh lingkungan agar dapat
mempertahankan derajat kesehatannya.
Berdasarkan fakta dan teori diatas, lingkungan disekitar balita perlu
diperhatikan dalam kebersihan maupun kelayakannya, kebersihan dalam
menggunakan air minum, tempat pembuangan tinja juga harus bersih dan sesuai,
tempat pengelolaan sampah juga harus pada tempatnya dan tidak sembarangan,
karena akan berdampak pada kesehatan balita tersebut. Perlunya pemahaman
keluarga balita maupun penduduk sekitar tentang penyakit diare, dampaknya,
serta menanggulangi atau mencegah diare. Semakin baik lingkungan balita
tersebut, maka semakin baik pula kesehatan balita.
4.2.2 Faktor Perilaku
Berdasarkan hasil penelitian dari I Wayan dkk, dari 70 responden didapatkan
responden yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebanyak 39 (54,1%)
dan 31 (46,9%) responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan. Diketahui
37,1% responden yang membuang sampah sembarang, sedangkan 62,9%
responden yang membuang sampah pada tong khusus. Berdasarkan hasil
penelitian dari Maryeti dkk, diketahui pengetahuan, baik sebanyak 35 (35%),
cukup sebanyak 25 (25%), kurang sebanyak 20 (20%), berdasarkan sikap positif
sebanyak 44 (59%), negatif sebanyak 36 (41%). Berdasarkan hasil penelitian Fitra
dkk, diketahui pengelolaan sampah yang buruk 57,1% sedangkan pengelolaan
sampah yang baik 42,9%.
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati. Perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap orang lain dan
kemudian seseorang tersebut merespon stimulus tersebut (Azwar, 2009).
39

Faktanya masih didapatkan perilaku yang masih belum baik atau kurang,
seperti mencuci tangan yang tidak menggunakan sabun, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, membuang sampah tidak pada tempatnya atau
sembarangan, membuang tinja tidak sesuai pada tempatnya, tindakan dalam
mencegah penyakit diare yang masih minim, dan dalam pemberian ASI Ekslusif
yang sudah tidak diberikan lagi. Masih kurangnya pemahaman terhadap perilaku
yang dapat menyebabkan penyakit diare pada balita. Penerapan perilaku yang baik
dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan degan sabun, mencuc tangan
sebelum dan sesudah makan, membuang sampah sesuai pada tempatnya,
membuang tinja sesuai tempatnya. Jika tidak diterapkna perilaku tersebut maka
akan berdampak buruk pada balita tersebut dan penyakit diare akan mudah
menyerang.
Berdasarkan fakta dan teori diatas, faktor perilaku keluarga disekitar balita
perlu diperhatikan, karena akan berdampak pada kesehatan balita tersebut.
Perlunya pemahaman keluarga balita maupun penduduk sekitar tentang penyakit
diare, dampaknya, serta menanggulangi atau mencegah diare. Begitu juga dengan
pola perilaku yang harus di tingkatkan. Semakin baik perilaku keluarga tersebut,
maka balita akan terhindar dari penyakit diare. Contohnya perilaku saaat mencuci
tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan.
4.2.3 Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian dari I Wayan dkk, diketahui tidak terdapat hubungan
antara penggunaan filtrasi air tradisional (topo) dengan kejadian diare pada balita
di Desa Sukawati, Gianyar dengan nilai p = 0,223 (p > 0,05). Diketahui tidak
terdapat hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare
pada balita dengan nilai p = 0,149 (p > 0,05). Tidak terdapat hubungan antara
akses sumber air dengan kejadian diare pada balita dengan milai p = 0,236 (p >
0,05). Tidak ada hubungan antara jenis tepat pembuangan sampah dengan
kejadian diare pada balita dengan nilai p = 0,303 (p > 0,05). Berdasarkan hasil
penelitian dari Maryeti dkk, diketahui ada hubungan bermakna antara sumber air
minum dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p value = 0,031 (p < 0,05).
Diketahui tidak ada hubungan bermakna antara tempat pembuangan tinja dengan
kejadian diare dengan nilai p value = 0,475 (p > 0,05). Diketahui ada hubungan
40

yang bermakna antara tempat pembuangan air limbah dengan kejadian diare
dengan nilai p value =.0,017 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian dari Fitra
dkk, diketahui ada hubungan yang signifikan antara pembuangan tinja dengan
kejadian diare balita dengan nilai p = 0,010 (p < 0,05). Diketahui ada hubungan
yang signifikan antara sumber air minum dengan kejadian diare balita dengan
nilai p = 0,026 (p < 0,05). Diketahui ada hubungan antara saluran limbah RT
dengan kejadian diare balita dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05). Diketahui ada
hubungan yang signifikan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare balita
dengan nilai p = 0,043 (p < 0,05).
Menurut Supriadi (2006), lingkungan hidup merupakan salah satu sumber
daya alam yang memiiki peran yang sangat strategis terhadap keberadaan
makhluk ciptaan Tuhan termasuk manusia. Kehidupan manusia sangat tergantung
kepada keadaan lingkungan hidup, daya lingkungan yaitu kemampuan alam dalam
mendukung kehidupan manusia harus di jaga senantiasa dapat memberikan
dukungan maksimum kepada kehidupan manusia.
Faktanya ada hubungan signifikan antara lingkungan dengan kejadian diare
pada balita, hal ini dikarenakan lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan dan
dapat menyebabkan timbulnya penyakit diare. Pada penelitian 3 jurnal terkait,
didapatkan adanya hubungan antara lingkungan dengan kejadian diare. Semakin
baik jamban atau pembuangan tinja maka semakin baik balita tidak terdampak
penyakit diare, semakin bersih sumber air minum maka semakin sehat balita,
semakin baik tempat pembuangan limbah atau sampah maka semakin baik balita
tidak terdampak penyakit diare, sebaliknya jika semakin buruk jamban atau
pembuangan tinja maka semakin besar balita terdampak terkena penyakit diare.
Begitu pula dengan sumber air minum dan pembuangan limbah atau sampah
kurang baik bersih maka balita juga terkena dampak dari penyakit diare
Berdasarkan fakta dan teori diatas, lingkungan yang tidak baik dapat
menyebabkan mudahnya terserang berbagai penyakit, termasuk penyakit diare.
Begitupun sebaliknya, apabila lingkungan sekitar baik maka penyakit tidak mudah
terserang berbagai penyakit. Peran dan kesadaran keluarga dan warga di sekitar
sangat diperlukan dalam mencegah penyakit diare karena akan berdampak pada
kesehatan warga sekitar terutama pada balita. Semakin baik lingkungan tersebut
41

maka semakin baik juga kesehatan warga sekitar. Pihak kelurahan juga
diharapkan dapat menggerakan masyarakat agar dapat melakukan kegiatan gotong
royong secara rutin, pengambilan sampah secara rutin, serta pembersihan SPAL
secara rutin.
4.2.4 Hubungan Faktor Perilaku Terhadap Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian dari I Wayan dkk, diketahui tidak terdapat hubungan
antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p
= 0,606 (p > 0,05). Diketahui tidak terdapat hubungan antara cara pemberian
makanan dengan makpakang dengan kejadian diare dengan nilai p = 1,000 (p >
0,05). Berdasarkan hasil penelitian dari Maryeti dkk, diketahui ada hubungan
yang bermakna antara tindakan ibu dengan kejadian diare dengan nilai p value =
0,012 (p < 0,05).
Menurut Walgito (2010), perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan
individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Dalam hal ini
dapat dikemukakan beberapa teori, yaitu teori insting (perilaku yang bawaan, akan
mengalami perubahan karena bawaan), teori dorongan (mempunyai dorongan-
dorongan atau drive tertentu, berkaitan dengan kebutuhan seseorang dalam
berperilaku), teori insentif (mendorong seseorang berbuat atau berperilaku negatif
atau positif), teori atribusi (sebab-sebab perilaku manusia berupa internal maupun
eksternal), dan teori kognitif (seseorang harus memilih mana yang perlu dilakukan
dan yang tidak perlu dilakukan).
Faktanya ada hubungan signifikan antara perilaku dengan kejadian diare
pada balita, hal ini dikarenakan perilaku juga berpengaruh terhadap kesehatan dan
dapat menyebabkan timbulnya penyakit diare. Pada penelitian 3 jurnal terkait,
didapatkan adanya hubungan antara perilaku dengan kejadian diare. Semakin baik
perilaku mencuci tangan menggunakan maka semakin baik pula kesehatan balita
tidak terdampak penyakit diare, semakin tinggi perilaku mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan maka semakin rendah dampak balita terkena penyakit diare,
semakin tinggi perilaku membuang sampah pada tempatnya maka resiko penyakit
diare pada balita akan semakin rendah, sebaliknya apabila semakin buruk perilaku
mencuci tangan menggunakan sabun maka semakin tinggi resiko balita terkena
42

penyait diare, begitupula dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan
perilaku membuang sampah.
Berdasarkan fakta dan teori diatas, perilaku yang tidak baik dapat
menimbukan rentannya terserang penyakit, termasuk penyakit diare. Begitupun
sebaliknya, apabila perilaku keluarga baik maka penyakit tidak mudah terserang
berbagai penyakit. Perilaku dan kesadaran keluarga dan warga di sekitar sangat
diperlukan dalam mencegah penyakit diare karena akan berdampak pada
kesehatan warga sekitar terutama pada balita sehingga balita tidak terkena dampak
dari penyakit diare.
4.3 Keterbatasan
Hambatan yang dirasakan oleh peneliti selama proses penyusunan penelitian
ini antara lain :
1) Setiap jurnal memiliki telaah yang berbeda seperti jumlah responden dengan
judul variabel responden yang tidak sesuai dengan yang diharapkan peneliti
2) Jurnal yang di dapat oleh peneliti belum mewakili dengan tujuan penelitian
karena terdapat perbedaan judul/ variabel sehingga sulit untuk menelaah jurnal
tersebut.
3) Ada beberapa jurnal yang variabelnya kurang sesuai dengan topik penelitian.
43

BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
5.1.1 Faktor Lingkungan
Berdasarkan hasil dari telaah jurnal didapatkan hasil sumber air minum
kategori tidak sehat sebanyak 30 (47,6%), sumber air minum kategori sehat
sebanyak 33 (52,4%). Berdasarkan SPAL RT kategori buruk sebanyak 40
(63,5%), SPAL RT kategori baik sebanyak 23 (36,5%), jugamasih didapatkan
lingkungan balita yang masih belum baik dan sehat atau memenuhi standar
kesehatan, seperti jamban yang kotor, sumber air minum yang tercemar, tempat
pembuangan tinja yang kurang bersih dan kotor, tempat pembuangan limbah atau
sampah yang masih sembarangan. Masih kurangnya pemahaman terhadap
kebersihan lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit diare. Hal ini akan
berdampak buruk pada kesehatan balita dan membuat penyakit diare akan mudah
menyerang balita. lingkungan disekitar balita perlu diperhatikan dalam kebersihan
maupun kelayakannya, kebersihan dalam menggunakan air minum, tempat
pembuangan tinja juga harus bersih dan sesuai, tempat pengelolaan sampah juga
harus pada tempatnya dan tidak sembarangan, karena akan berdampak pada
kesehatan balita tersebut. Perlunya pemahaman keluarga balita maupun penduduk
sekitar tentang penyakit diare, dampaknya, serta menanggulangi atau mencegah
diare. Semakin baik lingkungan balita tersebut, maka semakin baik pula kesehatan
balita.
5.1.2 Faktor Perilaku
Berdasarkan hasil dari telaah jurnal didapatkan hasil responden yang tidak
mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebanyak 39 (54,1%) dan 31 (46,9%)
responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan pengelolaan sampah yang
44

buruk 57,1% sedangkan pengelolaan sampah yang baik 42,9%, juga masih
ditemukan perilaku yang masih belum baik atau kurang, seperti mencuci tangan
yang tidak menggunakan sabun, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, membuang sampah tidak pada tempatnya atau sembarangan, membuang
tinja tidak sesuai pada tempatnya, tindakan dalam mencegah penyakit diare yang
masih minim. Masih kurangnya pemahaman terhadap perilaku yang dapat
menyebabkan
penyakit diare pada balita. Penerapan perilaku yang baik dapat dilakukan dengan
cara mencuci tangan degan sabun, mencuc tangan sebelum dan sesudah makan,
membuang sampah sesuai pada tempatnya, membuang tinja sesuai tempatnya.
Jika tidak diterapkna perilaku tersebut maka akan berdampak buruk pada balita
tersebut dan dpenyalit diare akan mudah menyerang. faktor perilaku keluarga
disekitar balita perlu diperhatikan, karena akan berdampak pada kesehatan balita
tersebut. Perlunya pemahaman keluarga balita maupun penduduk sekitar tentang
penyakit diare, dampaknya, serta menanggulangi atau mencegah diare. Begitu
juga dengan pola perilaku yang harus di tingkatkan. Semakin baik perilaku
keluarga tersebut, maka balita akan terhindar dari penyakit diare. Contohnya
perilaku saaat mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan.
5.1.3 Kejadian Diare
Berdasarkan hasil dari telaah jurnal didapatkan hasil kebanyakan orang
tidak mencuci tangan dengan bersih pada saat memasak, makan, atau sudah buang
air besar (BAB) sehingga akan memungkinkan kontaminasi langsung. Serta
kebanyakan orang hanya mencuci tangan dengan menggunakan sabun pada saat
tampak kotor, tidak membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan setelah
bermain. Apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan, mainan, atau yang
lainnya ke dalam mulut. Membuang sampah ke sungai atau ke belakang rumah
(sembarangan) sehingga dapat meningkatkan kejadian diare. Kejadian diare
dipengaruhi oleh beberapa perilaku atau tindakan yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya diare diantaranya: pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI
eksklusif lagi. Dengan memberikan makanan sebelum usia 6 bulan, berarti
membuka kesempatan bagi kuman-kuman untuk masuk ke dalam tubuh anak.
Apalagi bila makanan yang diberikan tidak terjamin kebersihannya. Begitu pun
45

dengan alat-alat makan yang digunakan, bila tidak disterilisasi dengan benar akan
menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi. Memberikan susu formula dalam
botol kepada bayi akan meningkatkan risiko pencemaran kuman, dan susu akan
terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu
tidak segera diminum dan penggunaan botol juga akan memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Risiko kejadian diare lebih besar
pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan penyediaan
sarana jamban umum dapat menurunkan risiko kemungkinan terjadinya diare.
5.1.4 Hubungan Lingkungan Dengan Kejadian Diare
Pada penelitian 3 jurnal terkait, didapatkan adanya hubungan antara
lingkungan dengan kejadian diare dengan nilai p = 0,017 (p < 0,05) . Semakin
baik jamban atau pembuangan tinja maka semakin baik balita tidak terdampak
penyakit diare, semakin bersih sumber air minum maka semakin sehat balita,
semakin baik tempat pembuangan limbah atau sampah maka semakin baik balita
tidak terdampak penyakit diare, sebaliknya jika semakin buruk jamban atau
pembuangan tinja maka semakin besar balita terdampak terkena penyakit diare.
Begitu pula dengan sumber air minum dan pembuangan limbah atau sampah
kurang baik bersih maka balita juga terkena dampak dari penyakit diare
5.1.5 Hubungan Perilaku Dengan Kejadian Diare
Pada penelitian 3 jurnal terkait, didapatkan adanya hubungan antara perilaku
dengan kejadian diare dengan nilai p = 0,029 (p < 0,05). Semakin baik perilaku
mencuci tangan menggunakan maka semakin baik pula kesehatan balita tidak
terdampak penyakit diare, semakin tinggi perilaku mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan maka semakin rendah dampak balita terkena penyakit diare,
semakin tinggi perilaku membuang sampah pada tempatnya maka resiko penyakit
diare pada balita akan semakin rendah, sebaliknya apabila semakin buruk perilaku
mencuci tangan menggunakan sabun maka semakin tinggi resiko balita terkena
penyait diare, begitupula dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan
perilaku membuang sampah.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
46

Disarankan sebagai tambahan pengetahuan, pemikiran dan memperkaya


konsep ataupun teori pada lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian
diare pada balita, disamping itu penelitian ini dapat menjadikan landasan teori
rumah sakit atau puskesmas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang
penyakit diare.

5.2.2 Saran Bagi Praktis


5.2.2.1 Bagi Perkembangan Iptek
Dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
pengembangan sistem pendidikan keperawatan.
5.2.2.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh pengetahuan serta menambah wawasan
pengetahuan dan sebagai acuan agar dapat menerapkan peran perawat salah
satunya sebagai educator, agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
informasi tentang hubungan lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian
diare pada balita.
5.2.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih menggali hubungan
lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian diare pada balita, sehingga
dapat diketahui faktor internal maupun eksternal.
47

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika
Azwar S. 2008. Metodologi Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta :
Ditjen PPM dan PL
Depkes RI. 2006. Pedoman Penigkatan Kinerja Perawat di Puskesmas,
Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan
Keluarga. Jakarta : Depkes RI
Juffrie, Mohammad. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1.
Jakarta : IDAI
Hidayat. 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta : Salemba Medika
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2009. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Serta Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.
48

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta
Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan Aplikasi dan Praktik
Keperawatan Profesional, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Pedoman Pewawancara
Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI
Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan makalah penyakit tropis dan infeksi
di Indonesia jilid 6. Surabaya: Airlangga University Press
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2019. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suroso, 2009. Prosedur penelitian suatu pendekatan prakti, edisi revisi 6.
Jakarta: Rineka Cipta
Waluyo, 2011. Psikologi kesehatan: pengantar untuk perawat dan
profesional kesehatan lain. EGC
Widjaja, 2009. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta :
Kawan Pustaka.
Widoyono, 2014. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2.
Jakarta : EGC.
49
50
51
52
53
54

BIODATA PENELITI

Nama : YOSA KRISTIANI HALIM


Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalan Bun, 17 Juni 1997
NIM : 2018.C.07b.0148
Angkatan : VII Program Studi Sarjana keperawatan Alih
Jenjang.
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat Rumah : Jl. Lumba-lumba 1 No. 13 C
Nama Orang Tua
Ayah : Aprid ST, MT
Ibu : Nuryani, S.Pd.
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Pegawai Negeri Sipil
Ibu : Pegawai Negeri Sipil
Alamat Orang Tua : Jl. H. Moestalim Gg. Patahu RT 16 Kelurahan
Madurejo Kecamatan Arut Selatan
Saudara : Febby Olga Andara
55

LEMBAR KONSULTASI SETELAH UJIAN PROPOSAL

METODE DATA SEKUNDER

Nama : Yosa Kristiani Halim


Nim : 2018c07b0148
Prodi : Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Penguji : Siti Santy Sianipar,S.Kep., M. Kes

N TANGGAL CATATAN TANDA TANGAN


O PEMBIMBING MAHASISWA PEMBIMBING
1 16 Juli 2020 1. Hapus manfaat
untuk tempat
penelitian Yosa Kristiani Siti Santy
2. Lanjutkan untuk Halim Sianipar,S.Kep.,
pembuatan bab 4 M.Kes
dan bab 5

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI METODE DATA SEKUNDER

Nama : Yosa Kristiani Halim


56

Nim : 2018c07b0148
Prodi : Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Pembimbing 1 : Putria Carolina, Ners, M.Kep

N TANGGAL CATATAN PEMBIMBING TANDA TANGAN


O MAHASISWA PEMBIMBING
1 13 Agustus 1. Perbaiki penulisan
2020 2. Tambahkan teori untuk Yosa Kristiani Putria Carolina,
melengkapi pembahasan di Halim Ners, M.Kep
Bab 4
2 14 Agustus Yosa Kristiani Putria Carolina,
2020 1. Perbaiki penulisan Halim Ners, M.Kep

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI METODE DATA SEKUNDER

Nama : Yosa Kristiani Halim


Nim : 2018c07b0148
Prodi : Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Pembimbing 2 : Agustina Nugrahini, S.Kep.,Ners, M.Si
57

N TANGGAL CATATAN PEMBIMBING TANDA TANGAN


O MAHASISWA PEMBIMBING
1 13 Agustus 1. Perbaiki penulisan
2020 2. Tambahkan fenomena secara
umum Yosa Kristiani Agustina
3. Perbaiki analisis PICO Halim Nugrahini,
4. Pembahasan Bab 4 di buat S.Kep.,Ners, M.Si
sesuai tujuan khusus
5. Bab 5 bagian simpulan di
buat sesuai tujuan khusus Yosa Kristiani Agustina
Halim Nugrahini,
2 14 Agustus 1. Perbaiki penulisan S.Kep.,Ners, M.Si
2020 2. Tambahkan fenomena secara
umum
3. Perbaiki analisis PICO
4. Pembahasan Bab 4 di buat Yosa Kristiani
sesuai tujuan khusus Halim Agustina
5. Bab 5 bagian simpulan di Nugrahini,
buat sesuai tujuan khusus S.Kep.,Ners, M.Si
Yosa Kristiani
1. Perbaiki penulisan Halim Agustina
3 15 Agustus 2. Pembahasan Bab 4 di buat Nugrahini,
2020 sesuai tujuan khusus S.Kep.,Ners, M.Si
3. Bab 5 bagian simpulan di
buat sesuai tujuan khusus

1. Pembahasan Bab 4 di buat


4 16 Agustus sesuai tujuan khusus
2020 2. Bab 5 bagian simpulan di
buat sesuai tujuan khusus

LEMBAR KONSULTASI SETELAH UJIAN SKRIPSI

METODE DATA SEKUNDER

Nama : Yosa Kristiani Halim


Nim : 2018c07b0148
Prodi : Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Penguji : Siti Santy Sianipar,S.Kep., M. Kes

No Tanggal CATATAN PEMBIMBING TANDA TANGAN


MAHASISWA PEMBIMBING
58

1 18 Agustus 1. Perbaiki hambatan


2020 keterbatasan penelitian
2. Perbaiki penulisan Yosa Kristiani Siti Santy
2 19 Agustus ACC Halim Sianipar,S.Kep.,
2020 M.Kes

Anda mungkin juga menyukai