Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

PEMBUATAN MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DENGAN


PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus
plantarum, Saccharomyces cereviseae, dan Rhizopus oryzae

Lina Ika Kurniati, Nur Aida, Setiyo Gunawan, dan Tri Widjaja
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: gunawan@chem-eng.its.ac.id

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses yaitu ganyong, gembili, ubi jalar, garut, singkong
pembuatan tepung mocaf dengan proses fermentasi (singkong) dan lain sebagainya. Rendahnya harga
menggunakan Lactobacillus plantarum, Saccharomyces
cereviseae, dan Rhizopus oryzae, serta untuk mengetahui
singkong dipengaruhi oleh sifat singkong segar yang
kandungan nutrisi mocaf dan membandingkannya dengan mudah rusak bila tidak segera dilakukan penanganan
tepung terigu. Proses pembuatan tepung mocaf yaitu singkong pasca panen karena kadar air singkong segar yang tinggi,
dikupas, dicuci dengan air pada suhu 60 oC, dipotong sampai adanya asam sianida (HCN) yang menyebabkan racun.
ukuran kecil. Mencampur singkong, aquadest dan jamur
kemudian melakukan proses fermentasi sesuai dengan variabel Singkong sering dianggap bahan baku yang bermutu
yang telah ditentukan. Pembuatan tepung mocaf terdiri dari rendah karena rendahnya protein, mineral dan vitamin
beberapa tahap yaitu menyaring hasil fermentasi untuk [5];[17]. Namun varietas tertentu dari singkong
memisahkan singkong dengan air dan jamur, mengeringkan
mengandung banyak cyanogenic glikosida (linamarin
singkong hingga kadar airnya 12 – 14%, menggiling singkong
sampai halus, dan melakukan analisa kandungan pada tepung dan lotaustralin) yang dapat dihidrolisis menjasi asam
mocaf. Dari hasil penelitian didapatkan kenaikan kadar protein sianida (HCN) oleh enzim endogen (linamarase) ketika
dan kadar lemak pada mocaf. Kadar protein dan lemak yang jaringan tanaman rusak selama pemanenan, pengolahan
terbaik didapat pada waktu fermentasi selama 3 hari yaitu untuk
Saccharomyces cereviseae (protein 2,290% dan lemak 3,635%) atau proses mekanis lainnya [8]. Singkong juga
dan Rhizopus oryzae (protein 4,722% dan lemak 3,756%), mengandung asam tannic, zat ini yang dapat
sedangkan pada Lactobacillus plantarum kandungan nutrisi menimbulkan warna kusam pada produk olahan
mocaf tebaik didapat pada fermentasi 5 hari (protein 8,557% singkong sehingga mempunyai nilai pasar yang rendah
dan lemak 2,801%). Untuk kadar abu, dan serat tidak ada
perubahan yang signifikan (konstan). Dan terdapat penurunan [11].
pada kadar HCN dan kadar karbohidrat. Kadar HCN terendah Singkong di beberapa daerah penggunaannya
diperoleh pada waktu fermentasi 3 hari yaitu untuk digunakan sebagai makanan membantu untuk
Saccharomyces cereviseae (HCN 2,850 mg/kg) dan Rhizopus
oryzae (HCN 2,775 mg/kg), sedangkan pada Lactobacillus
meringankan masalah kelaparan sehingga sangat penting
plantarum kadar HCN terendah diperoleh pada fermentasi dalam hal keamanan pangan [5]. Oleh karena itu,
selama 5 hari (1,800 mg/kg). Dari penelitian ini dapat dibutuhkan proses untuk meningkatkan nilai protein dan
disimpulkan bahwa Lactobacillus plantarum, Saccharomyces mengurangi kadar HCN. Penelitian sebelumnya
cereviseae, dan Rhizopus oryzae yang harganya murah dan non
patogen mampu meningkatkan kadar protein dan menurunkan menggunakan prose fermentasi dimana Rhizopus oryzae
kadar HCN dari tepung mocaf. dan Saccharomyces cereviseae digunakan untuk
Kata Kunci— mocaf, fermentasi, Lactobacillus plantarum, meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar
Saccharomyces cereviseae, Rhizopus oryzae HCN dari produk singkong [2].
Tepung mocaf merupakan komoditas tepung cassava
Telah diseminarkan di Seminar Nasional Teknik Kimia
“Soebardjo Brotohardjono IX” Prodi Teknik Kimia UPN dengan teknin fermentasi sehingga produk yang
Veteran Surabaya Jawa Timur pada 21 Juni 2012 dihasilkan memiliki karakteristik mirip seperti terigu,
yaitu putih, lembut, dan tidak berbau singkong. Dengan
karakterisrik yang mirip dengan terigu, tepung mocaf
I. PENDAHULUAN
dapat menjadi komoditas subtitusi tepung terigu.
S ingkong (Manihot Esculenta) merupakan komoditas
Indonesia memiliki tingkat permintaan yang tinggi
terhadap tepung terigu, baik oleh industri atau rumah
tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber
tangga. Sedangkan kapasitas produksi tepung terigu di
bahan pangan karbohidrat dan bahan baku makanan,
Indonesia masih rendah, tingginya permintaan tepung
kimia dan pakan ternak. Indonesia memiliki potensi
terigu menyebabkan harga tepung terigu menyebabkan
umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat sekaligus
harga tepung terigu yang tinggi. Produksi gandum
bahan baku tepung lokal yang tidak kalah dengan terigu,
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

nasional belum mampu memenuhi total permintaan protein dalam sampel. Untuk menguji kadar nitrogen,
dalam negeri sehingga dari tahun ke tahun terjadi sampel sebanyak 6 gram dimasukkan dalam labu
peningkatan impor gandum. Kjeidahl. Ditambahkan air sebanyak 150 mL
Penelitian ini diharapkan dapat mengawali penigkatan kedalamnya. 100 mL HCl 1 N dan beberapa tetes
tambahan produksi total tepung sekitar 20% dari indikator mix dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
kebutuhan impor nasional selama lima tahun kedepan. kemudian dihubungkan dengan labu Kjeidahl.
Pada tahun 2009, impor gandum mencapai 5,2 juta ton. Dipanaskan pada suhu 100oC. Setelah mendidih,
Sedangkan dari 22,7 juta ton produksi singkong, yang tambahkan 23 mL larutan NaOH 30% ke dalam labu
diolah menjadi bahan pangan dan non pangan baru Kjeidahl. Pemanasan dihentikan apabila tidak ada yang
mencapai 22,3 % atau sekitar 4,6 juta ton. Hal ini berarti menetes lagi pada erlenmeyer (tak ada aliran ke
peluang pasar untuk tepung dari singkong masih cukup erlenmeyer). Hasil larutan yang di erlenmeyer dititrasi
besar [10]. dengan HCl hingga warnanya berubah menjadi
kehijauan. Persen protein dihitung dengan menggunakan
II. METODOLOGI PENELITIAN rumus:
(1)
A. Persiapan Bahan
(2)
Singkong dikupas, dicuci dengan air pada suhu 60
o
C, dipotong samapi ukuran kecil. Mencampur singkong,
aquadest dan jamur kemudian melakukan proses D. Analisa Kadar Abu (AOAC 2003)
fermentasi sesuai dengan variabel yang telah ditentukan. Kandungan ash (abu) dalam tepung mocaf ditentukan
Pembuatan tepung mocaf terdiri dari beberapa tahap dengan AOAC (2003). Untuk penentuan ash, cawan
yaitu menyaring hasil fermentasi untuk memisahkan kosong dan bersih dipanaskan pada suhu 600 0C selama 1
singkong dengan air dan jamur, mengeringkan singkong jam dalam muffle furnace. Kemudian didinginkan dalam
hingga kadar airnya 12 – 14%, menggiling singkong desikator dan ditimbang. Berat cawan kosong dicatat
sampai halus, dan melakukan analisa kandungan pada sebagai W 1 . 1 gram sampel (tepung mocaf) ditaruh
tepung mocaf. dalam cawan (W 2 ). Kemudian cawan tersebut diletakkan
B. Analisa kadar lemak ( AOAC 2003) dalam muffle furnace pada suhu 400 0C selama 6 jam.
Kemudian cawan didinginkan dalam desikator dan
Kadar lemak pada tepung mocaf ditentukan dengan
ditimbang (W 3 ). Persen ash dihitung dengan rumus:
AOAC (2003). Tepung mocaf sebanyak 50 gram
dibungkus dengan kertas saring diletakkan di dalam
(3)
ekstraktor dan diektrak dengan solvent n-hexane teknis
pada suhu 75oC selama 4 jam. Dengan 4 jam ekstraksi
ini, lipida dalam mangrove sudah benar-benar terekstrak E. Analisa Kadar Serat (AOAC 2003)
semua sehingga prosesnya dapat dihentikan. Selanjutnya,
Kadar serat ditentukan dengan AOAC (2003).
hasil yang diperoleh berupa campuran lipid dan n-hexane
Sampel 0,5 gram (W 1 ) ditambahkan 150 ml H 2 SO 4 dan
didistilasi untuk memisahkan keduanya. Ekstrak berupa
beberapa tetes acetone sebagai anti foaming. Campuran
lipida dimasukkan botol yang sebelumnya telah
kemudian dipanaskan 100 oC hingga mulai mendidih.
ditimbang. Dipanaskan lagi pada suhu 80oC untuk
Kemudian suhu dikurangi menjadi 45 oC selama 30
mendapatkan hasil yang murni. Kemudian ditimbang
menit. Endapan disaring dengan kertas saring dan dicuci
hasilnya.
dengan aquadest hingga bebas asam. Kemudian dengan
C. Analisa Kadar Protein ( AOAC 2003) prosedur yang sama diulangi dengan menggunakan
KOH. Kertas saring beserta endapannya dipanaskan
Kandungan protein ditentukan dengan analisa
dalam oven pada suhu 150 oC selama 1 jam, kemudian
kandungan nitrogen[3]. Jumlah total protein ditentukan
diletakkan dalam desikator dan ditimbang (W 2 ).
dengan mengalikan jumlah nitrogen dengan faktor
Endapan dan kertas saring diletakkan cawan penguap dan
koreksi sebesar 6,25.Uji kandungan protein dilakukan
dipanaskan dalam furnace selama 3-4 jam, kemudian di
dengan cara menguji kadar Nitrogen dalam sampel
letakkan dalam desikator dan ditimbang (W 3 ) Persen
(tepung mocaf). Kemudian hasilnya dikonversi dengan
crude fiber dihitung dengan rumus:
mengalikan kadar nitrogen yang didapat dengan 6,25.
Hasil konversi yang didapat itu merupakan kandungan (4)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

F. Analisa Kadar Air (AOAC 2003) J. Pengujian Mineral


Kadar air ditentukan dengan mengeringkan sampel Pengujian mineral dapat dilakukan dengan
tepung mocaf (W 1 ) ke dalam oven pada suhu 800 C menggunakan alat Inductively Coupled Plasma Optical
kemudian didinginkan di dalam desikator dan Emission Spectrometry (ICP-OES). Sampel (bubuk
ditimbang. Pengeringan dilakukan berulang ulang hingga mangrove) didekstruksi terlebih dahulu. Sampel
beratnya konstan (W 2 ) Persen moisture content dihitung sebanyak 2 gram dicampur dengan asam nitrat 10 ml
dengan rumus: kemudian dipanaskan pada suhu 60 0C selama 20 menit.
Setelah itu larutan ditambahkan dengan HCl sebanyak 5
(5) ml dan dipanaskan pada suhu 60 0C selama 20 menit.
Kemudan ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml dan
dipanaskan pada suhu 60 0C sampai larutan berkurang
G. Analisa Kadar Karbohidrat setengah dari volume awal. Setelah itu disaring
Analisa kadar karbohidrat menggunakan menggunakan kertas saring. Kertas saring dibilas
perhitungan : berulang kali dengan aquadest sampai mineral larut
% karbohidrat =100% - (% protein+ % lemak + % abu + sempurna. Larutan yang didapat diencerkan sampai 100
% air ) (6) ml, kemudian diencerkan kembali hingga 50 kali
pengenceran. Sampel 5-10 ml dianalisa dengan ICP-
H. Analisa Kadar Pati OES.
Timbang 2-5 gram contoh yang berupa bahan padat
yang telah dihaluskan, tambahkan 50 ml aquadest dan III. HASIL DAN DISKUSI
aduk selama 1 jam. Suspensi disaring dengan kertas
saring dan dicuci dengan aquadest sampai volume filtrat
250 ml. Pati yang terdapat sebagai residu pada kertas A. Analisa Kadar Abu
saring dicuci 5 kali dengan 10 ml eter biarkan eter Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa kadar abu
menguap dari residu, kemudian cuci lagi dengan 150 ml singkong lebih tinggi dari pada kadar abu tepung mocaf
alkohol 10%. Residu dipindahkan secara kuantitatif dari hal ini dapat dilihat dari warna tepung yang dihasilkan,
kertas saring kedalam erlenmeyer dengan pencucian 200 dimana tepung singkong tanpa melalui fermentasi
ml aquadest dan tambahkan 20 ml HCl ± 25% ( berat warnanya agak kuning sedangkan tepung mocaf
jenis 1,125), tutup erlenmeyer dan panaskan dengan mempunyai warna yang lebih putih . Hal ini disebabkan
water bath selama 2,5 jam. Setelah dingin netralkan karena kemampuan dari mikroorganisme dalam
dengan NaOH 45% dan encerkan sampai volume 450 ml perubahan warna produk fermentasi [13].
kemudian saring. Tentukan kadar gula yang dinyatakan
sebagai glukosa dari filtrat yang diperoleh. Penentuan
glukosa seperti pada penentuan gula reduksi. Berat
glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.
I. Analisa Kadar HCN
Timbang sampel sebanyak 15 gr lalu tambahkan
dengan 100 mL aquades dan diletakkan pada labu
Kjeldahl, kemudian dilakukan perendamAn selama 2
jam. Setelah itu, ditambahkan lagi 100 mL aquades,
kemudian didistilasi dengan uap (steam). Tampung
Gambar 1. Grafik Kadar Abu
distilat dalam erlenmeyer berisi 20 mL NaOH 2.5%.
Setelah distilat mencapai 150 mL, tambahkan 8 mL
Tetapi tidak ada perubahan yang signifikan
NH 4 OH, 5 mL KI 5% dan dititrasi dengan 0.02 N
(konstan) pada tepung mocaf dengan Lactobacilus
AgNO 3 sampai terjadi kekeruhan (letakkan kertas
plantarum, Saccharomyces cerevisae dan Rhizopus
karbon hitam dibawah labu titrasi).
oryzae karena kadar abu tidak dipengaruhi oleh lamanya
ml titar (blanko-sampel) x 20 . NAgNO 3
waktu fermentasi [14].
Bobot HCN=
ml titar blanko kg sampel B. Analisa Kadar Serat
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar serat
x 0.54 mg (7) singkong lebih tinggi dari pada kadar serat tepung
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

mocaf, hal ini dapat dilihat karakteristik kelembutan dan minyak yang kemudian tidak hanya berguna untuk
tepung yang dihasilkan, dimana tepung singkong tanpa mikroorganisme dalam hal penggunaaan kembali dalam
melalui fermentasi, tepung yang dihasilkan agak kasar setiap periode berikutnya karena kelaparan, tetapi juga
sedangkan tepung mocaf lebih lembut. Hal ini dapat dianggap sebagai sumber komoditas dari minyak.
disebabkan karena kemampuan dari mikroorganisme Minyak yang yang dihasilkan disebut sebagai single cell
dalam perubahan tekstur produk fermentasi [13]. oil (SCO), yang merupakan eufemisme mirip dengan
Mikroorganisme mampu menghidrolisa serat yang single cell protein yang biasa digunakan untuk
berupa polisakarida (selulosa) menjadi monosakarida menunjukkan protein yang berasal dari mikroorganisme
(glukosa) [12]. sel tunggal [19].
D. Analisa Kadar Protein
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa kadar protein
singkong lebih rendah dari pada kadar protein tepung
mocaf. Kadar protein tertinggi diperoleh pada tepung
mocaf hasil fermentasi menggunakan Saccharomyces
cerevisae dan Rhizopus oryzae selama 3 hari, yaitu 2,290
% dan 4,722 %, sedangkan pada fermentasi
menggunakan Lactobacillus plantarum kadar protein
Gambar 2. Grafik Kadar Serat teringgi diperoleh pada waktu 5 hari, yaitu 8,577 %.

Kadar serat terendah diperoleh pada tepung mocaf hasil


fermentasi menggunakan Lactobacillus plantarum,
Saccharomyces cerevisae dan Rhizopus oryzae selama 3
hari, yaitu 3,126%, 2,793 % dan 2,459.
C. Analisa Kadar Lemak
Dari gambar 3 dibawah ini dapat dilihat bahwa
terjadi kenaikan kadar lemak dari tepung mocaf selama
proses fermentasi, namun tidak terlalu signifikan. Kadar
lemak tertinggi pada tepung mocaf hasil fermentasi Gambar 4. Grafik Kadar Protein
selama 3 hari menggunakan Saccharomyces cereviseae,
yaitu sebesar 3,635 % dan Rhizopus oryzae sebesar Kenaikan protein ini disebabkan karena kemampuan dari
3,756 % sedangkan pada fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisae maupun Rhizopus oryzae
Lactobacillus plantarum kadar lemak tertinggi pada untuk mensekresikan beberapa enzim ektraseluler
fermentasi selama 4 hari, yaitu sebesar 2,876 %. (protein) kedalam singkong selama proses fermentasi,
atau berkembangnya Saccharomyces cerevisae maupun
Rhizopus oryzae kedalam singkong dalam bentuk protein
sel tunggal selama proses fermentasi [2];[15]. Selama
fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum
menghasilkan enzim proteinase. Proteinase akan
menghidrolisis protein menjadi peptida yang sederhana.
Adanya kenaikan kadar protein diperoleh dari aktivitas
enzim protease yang dihasilkan oleh mikrobia yang ada
dalam proses fermentasi [18].
E. Analisa Kadar Pati
Gambar 3. Grafik Kadar Lemak
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa ada
kecenderungan penurunan kadar pati pada tepung mocaf
Kenaikan kadar lemak ini disebabkan karena
selama proses fermentasi berlangsung. Kadar pati
mikroorganisme dapat memproduksi minyak mikroba
terendah pada tepung mocaf hasil fermentasi selama 3
selama proses fermentasi [4]. Mikroorganisme, seperti
hari menggunakan Saccharomyces cereviseae, yaitu
setiap sistem sel hidup lainnya, menghasilkan lipid atau
sebesar 71 % dan Rhizopus oryzae sebesar 48,2%
lemak. Inilah yang disebut dengan spesies berminyak,
sedangkan pada fermentasi menggunakan Lactobacillus
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

plantarum kadar pati terendah pada fermentasi selama 5


hari, yaitu sebesar 55,4 %.

Gambar 6. Grafik Kadar HCN

Gambar 5. Grafik Kadar Pati Hasil uji statistik menunjukan bahwa metode ini secara
nyata dapat menurunkan kadar HCN dan semakin lama
Penurunan kadar pati selama proses fermentasi baik proses perendaman maka makin tinggi persentase
menggunakan Lactobacillus plantarum, Saccharomyces penurunan kadar HCN. Disamping itu juga cara
cereviseae dan Rhizopus oryzae karena bahan organik perendaman dapat melarutkan senyawa linamarin dan
(pati) digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi lotaustralin, serta memacu pertumbuhan mikroorganisme
untuk pertumbuhan mikroorganisme [6]. Menurut [9], yang dapat menguraikan racun menjadi asam organik.
bahwa bahan organik yang diuraikan oleh Metode fermentasi singkong bertujuan inaktivasi enzim
mikroorganisme disebabkan oleh bekerjanya enzim linamarase sehingga tidak bisa mengkatalisis
amilase dan lipase yang bekerja dalam pemecahan pembentukan HCN [1].
amilum dan lemak dari substrat sehingga kandungan G. Kandungan Mineral
bahan organik selama fermentasi mengalami penurunan.
Tabel 1. Kandungan Mineral Tepung Mocaf
Menurut [7] bahwa selama proses fermentasi pati
Menggunakan Saccharomyces sereviseae
dihidrolisis menjadi gula sederhana sehingga kadar gula
reduksi menjadi meningkat. Fermentasi menyebabkan Saccharomyces cerevisae
karbohidrat lebih mudah dihidrolisis sehingga gula Lama
Ca
Fermentasi Fe Mg Zn
reduksi akan meningkat akibatnya daya cerna juga (ppm)
(hari) (ppm) (ppm) (ppm)
meningkat.
0 38,550 2,9500 ND ND
F. Analisa Kadar HCN 3 37,965 1,0300 ND ND
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa ada 5 37,595 ND ND ND
kecenderungan penurunan kadar HCN pada tepung
mocaf selama proses fermentasi berlangsung. Kadar Tabel 2. Kandungan Mineral Tepung Mocaf
HCN terendah pada tepung mocaf hasil fermentasi Menggunakan Rhizopus oryzae
menggunakan Lactobacillus plantarum diperoleh pada Rhizopus oryzae
fermentasi 5 hari, yaitu sebesar 1,800 mg/kg. Sedangkan
Lama
pada Saccharomyces cerevisae dan Rhizopus diperoleh Ca
pada fermentasi 3 hari, yaitu sebesar 2,850 mg/kg dan Fermentasi Fe Mg Zn
(ppm)
2,775 mg/kg. (hari) (ppm) (ppm) (ppm)
Penurunan kadar HCN ini disebabkan karena
0 38,5500 2,9500 ND ND
mikroorgamisme mampu memecah sianogenik glikosida
dan produk turunannya. Selain itu produk olahan 3 37,3000 46,530 ND ND
singkong yang melibatkan proses perendaman dan 5 38,4950 46,120 ND ND
pencucian dengan air panas, proses fermentasi dan
proses pengeringan dapat menurunkan kadar HCN pada
singkong [2];[16]. Proses perendaman dan pencucian
dengan air panas dapat menghilangkan HCN, sebab
HCN mudah larut dalam air dan mempunyai titik didih
29ºC.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

Tabel 2. Kandungan Mineral Tepung Mocaf Veterinary and Human Toxicology, 35(1), 57-
Menggunakan Lactobacillus plantarum 67.Available:http://www.fao.org/es/ESN/nutrition/r
Lactobacillus plantarum equirementspubs.en.htm (accessed 1.09.10).
[6] Ardhana, M. 1982. The Microbial Ecology og Tape
Lama
Ketan Fermentation. Thesis. The University of
Fermentasi Ca(ppm) Fe Mg Zn New South Wales University, Sydney.
(hari) (ppm) (ppm) (ppm) [7] Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M.
0 38,5500 2,9500 ND ND Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta. 365 hlm.
3 39,3650 46,8200 ND ND [8] Conn, E. E. (1973). Cyanogenic glucosides: their
5 44,9750 46,4700 ND ND occurrence biosynthesis and function. In B. Nestle,
& B. McIntyr (Eds.), Chronic cassava toxicity (pp.
55–63). Ottawa: International Development Centre.
[9] Ginandjar, I. 1977. Fermentasi Biji Mucuna
IV. KESIMPULAN proriens DC dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas
Protein. Disertasi. IPB. Bandung.
Tepung mocaf dapat dihasilkan dengan proses fermentasi [10] Hadi.Samsul, 2010. Mocaf (Modified Cassava
menggunakan Lactobacillus plantarum, Saccharomyces Flour). Jawa timur : Jember
cereviseae, dan Rhizopus oryzae. Lactobacillus [11] Hahn, S. K. (1992). Cyanide and tannin,
plantarum, Saccharomyces cereviseae, dan Rhizopus traditional processing and utilizatin of cassava in
oryzae yang harganya murah dan non pathogen dapat Africa. International Institute for Tropical
meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar HCN Agriculture (IITA).
pada tepung mocaf. Tepung mocaf dengan kandungan [12] Hikmiyati N dan Yanie N.S. (2009), Pembuatan
nutrisi terbaik dihasilkan pada waktu fermentasi 3 hari Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong melalui
dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae dan Proses Hidrolisa Asam. Skripsi Jurusan Teknik
Rhizopus oryzae, sedangkan dengan proses fermentasi Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
menggunakan Lactobacillus plantarum tepung mocaf Semarang.
terbaik pada waktu fermentasi 5 hari. Tepung mocaf yang [13] Kusmiati .(2002). Aktifitas Bakteriosin dari
dihasilkan dari karakteristik fisik hampir menyerupai Leuconostoc mesenteroides Pbac1 pada Berbagai
tepung terigu, sedangkan untuk kandungan nutrisi protein, Media. Universitas Indonesia. Jawa Barat : Depok.
tepung terigu masih lebih baik dari tepung mocaf. [14] Lehninger, A. L. (1987). Bioenergetics and
metabolism, principle of biochemistry (2nd
Preprint). CBS.
DAFTAR PUSTAKA [15] Okafor, N. (1998). An integrated bio-system for
the disposal of cassava wastes, integrated bio-
[1] Adamafio, Sakyiamah M, and Josephyne T. 2010. systems in zero emissions applications. In
Fermentation in cassava (Mani¬hot esculenta Proceedings of the Internet Conference on
Crantz) pulp juice improves nutritive value of Integrated Bio-Systems. Available:
cassava peel. Academic Journals 4(3): 51-56 http://www.ias.unu.edu/proceedings/icibs.
[2] Akindahunsi, A. A., Oboh, G., & Oshodi, A. A. [16] Oke, O. L. (1968). Cassava as food in Nigeria.
(1999). Effect of fermenting cassava with Rhizopus World Rev. Nutr. Diet, 9, 227–250..
oryzae on the chemical composition of its flour and [17] Onwueme, I. C. (1978). The tropical tuber crops.
gari. Riv. Ital. Sostanze Grasse, 76, 437–440. UK: John Wiley and Sons Ltd.
[3] AOAC, 2003. “Official Methods of Analysis”. 17th [18] Rahman, A., 1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit
ed. (2 revision). AOAC International,Gaithersburg, Arcan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
MD, USA.
IPB. Bogor.
[4] Akindumila, F., & Glatz, B. A. (1998). Growth and
[19] Wynn, James P., and Ratledge, Colin. 2005.
oil production of Apiotrichum curvatum in tomato
Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, Sixth
juice. Journal of Food Protection, 61(11), 1515-
Edition, Six Volume Set. Edited by Fereidoon
1517.
Shahidi. Copyright John Wiley & Sons, Inc.
[5] Aletor,V. A. (1993). Allelochemichal in plant food
and feedingstuffs: 1. Nutrional, Biochemichal and
physiophatological aspects in animal production.

Anda mungkin juga menyukai