21
metode terbaik paling minimum yang sesuai dengan perencanaan produksi.
Pengendalian produksi dapat dilakukan pada saat proses produksi berlangsung
oleh masing-masing kepala bagian dengan mengawasi jalannya proses produksi
agar sesuai dengan kartu proses yang telah dibuat oleh bagian PPC.
22
3.2 Produksi
Jenis produksi yang dihasilkan oleh PT X yaitu benang dan kain denim. Benang
yang diproduksi oleh PT X adalah benang kapas dan campuran kapas rayon.
Benang yang dipakai untuk membuat kain denim ada yang diproduksi di PT X
namun ada juga yang berasal dari anak perusahaannya yaitu PT Wistex dan PT
Mercu Utama. Selain membuat kain denim, PT X juga menghasilkan benang
untuk digunakan sebagai bahan baku PT X dalam membuat kain denim. Benang
yang sedang diproduksi yaitu nomor (Ne1) 6, 7, 9, 10, 12, 14, 20, 24, 27, dan 30.
Jumlah rata-rata produksi benang dan kain denim yang dihasilkan setiap
bulannya bisa dilihat pada tabel berikut:
23
Tabel 3.4 Jumlah produksi denim penyempurnaan (finishing) di PT X
Pengaturan tata letak dan tata ruangan yang baik dan tepat dapat mendukung
kelancaran proses produksi guna meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
Pengaturan tata letak mesin yang baik memungkinkan proses produksi berjalan
secara lancar dan kontinyu serta tidak terjadi penumpukan bahan pada satu
posisi. Mesin-mesin produksi yang terdapat di PT X ditunjukkan pada Tabel 3.6
di bawah ini, sedangkan tata letak ruangan dan mesin di bagian persiapan
pertenunan (dyeing-sizing) , dapat dilihat pada Gambar 3.2 yang berada di
halaman 28.
Mengubah
bentuk gulungan
Mesin Kamitzu dari cheese ke
2 pengelosan 1 unit Tipe: GA Jepang 2009 cones atau
(rewinding) 014 sebaliknya dan
menyesuaikan
volume benang
24
Table 3.5 Daftar mesin produksi di PT. X (lanjutan)
Panon
1 unit Tipe: Taiwan 1996
PLDS-81 Proses
Mesin - Panon PL- kontinyu:
1 unit Taiwan 1992
penganjian 81
3 merserisasi, ,
(dyeing- RRC
1 unit Wuxi Huali 2007 dan
sizing) (China)
penganjian.
Panon
1 unit Tipe: PL- Taiwan 2002
94
Gamma Proses
1 unit Belgia 2007 Pertenunan
220
Mesin tenun
4. rapier 122 Gamma
2009
(weaving) unit 190
62 Picanol
2002
unit GX
Menggintir
benang
Mesin
5. 6 unit - - 2007 poliester dan
interlace
spandex untuk
benang pakan
Setia
logam Memeriksa
Mesin 11
6. produk Indonesia 1995 cacat pada
inspecting unit
Tipe: SL- kain
160
Mesin bakar Proses
7. bulu (gas 1 unit Osthoff Jerman 1990 pembakaran
singeing) bulu
Monfortex
Proses
1 unit / Jerman 1997
Mesin sanforisasi
8. Foaming
sanforisasi
1 unit Monfortex Jerman 1990
Pengeringan
9. Mesin stenter 1 unit Monfortex Jerman 1990 dan
pelemasan
Mesin
Untuk
penyambung Oskar
10. 2 unit Jerman - menyambung
benang Fisher
antara benang
(tying)
25
Table 3.5 Daftar mesin produksi di PT. X (lanjutan)
merangkap
benang yang
Mesin
12. 2 Unit Murata Jepang 1992 akan digintir
doubling
menjadi satu
(twisting)
Membuka
Mesin
13. 3 unit Trutzchler Jerman 1990 gumpalan
blowing
serat
menguraikan
serat,
Mesin Trutzchler/
14. 22 unit Jerman 1990 membentuk
carding TC-11
serat menjadi
sliver carding
meluruskan
serat dan
Mesin
15. 5 unit Trutzchler Jerman 1990 mensejajarkan
drawing
serat kearah
sumbu sliver
3 Unit
(400 menggulung
Mesin
16. spinder Rieter/R35 Jerman 2010 benang dalam
open end
per bentuk cheese
menit)
Sumber : Bagian maintenance PT X, 2018
26
3
1 4 5 6 7
13 12 11 10 9 14
S
umber : Bagian persiapan pertenunan (dyeing-sizing) PT X, 2019
Gambar 3.2 Tata letak mesin bagian persiapan pertenuan (dyeing-sizing) PT X
1. Gudang benang
2. Kantor bagian persiapan pertenunan
3. Penyimpanan zat warna dan zat pembantu
4. Mesin dyeing-sizing Panon 4
5. Mesin dyeing-sizing Panon 2
6. Mesin dyeing-sizing Panon 1
7. Mesin dyeing-sizing Panon 3
8. Mesin winding/rewinding Kamitsu
9. Mesin penghanian Panon I
10. Mesin penghanian Panon II
11. Mesin penghanian Taya
12. Mesin penghanian She Yang Zhionyi
13. Mesin penghanian Panon III
Proses produksi adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mengolah bahan baku
menjadi bahan siap pakai. Proses produksi di PT X meliputi proses pemintalan
(spinning), persiapan pertenunan (dyeing-sizing), pertenunan (weaving), dan
penyempurnaan (finishing). Proses produksi di PT X berdasarkan sistem
pemasaran yaitu menggunakan sistem pesanan dan lokal. Sistem pesanan di PT
X dimulai dari kesepakatan antara konsumen dan bagian marketing untuk
menentukan corak yang diinginkan. Sistem lokal PT X memiliki standar sendiri
sehingga konsumen dapat memilih sesuai contoh yang sudah ada. Selanjutnya,
bagian marketing memberikan pesanan ke bagian PPC. Setelah itu, bagian PPC
akan memberikan kartu proses kepada setiap bagian sehingga proses produksi
27
bisa berjalan sesuai pesanan tersebut. Urutan proses produksi di PT X untuk
pembuatan kain denim dibagi menjadi 4 bagian produksi yaitu :
PT X membuat benang lusi dari bahan kapas dan juga campuran kapas dan
rayon. Proses pemintalan terdiri dari pembukaan serat, pengarukan,
pelurusan serat dan pemintalan serat menjadi benang.
28
pencucukan (drawing in), penyambungan (tying), penggintiran (twisting), dan
proses benang leno. Gambar diagram alir proses pembuatan kain dapat dilihat
pada Gambar 3.3 di halaman 29.
29
Benang Benang Benang lusi kapas grey (dari
Pakan Pakan Bagian Pemintalan)
Spandex Poliester/K
apas
Penghanian Pengelosan
(Warping)
Benang
Ganda
Twisting
Merserisasi
Pencelupan
Benang Penganjian
Pencucukan Penyambungan
Pertenunan
Pemeriksaan
Penyempurnaan
Pemeriksaan akhir
Packing
Keterangan : KainStretch
KainNon Stretch
Sumber: Bagian PPC PT X, 2019
Gambar 3.3 Diagram alir proses produksi pembuatan kain
30
Sumber: Bagian persiapan pertenunan (dyeing-sizing) PT X, 2019
Gambar 3.4 Skema mesin dyeing–sizing
Pada mesin ini dillakukan proses secara kontinyu mulai dari proses
merserisasi, pencelupan, pencucian, pengeringan dan penganjian. Setiap
proses pencelupan zat warna akan menentukan urutan pada mesin ini.
Pengelompokan urutan proses berdasarkan zat warna yang dipakai antara
lain :
1. Benang dari gulungan beam hani (1), setelah melewati rol-rol penghantar
31
(2), benang masuk ke dalam bak merserisasi (jika 100% kapas) (3), dan
silinder penegang (4), kemudian dibilas dengan air bersih banyak 3 kali
(5).
2. Benang ditegangkan melalui rol-rol penegang, kemudian masuk ke dalam
7 bak celup untuk zat warna indigo (6).
1. Penghanian (warping)
32
lebar beam tersebut
- Lebar benang pada beam tenun harus lebih lebar dari sisir
- Lebar benang harus lebih dari panjang kain yang akan ditenun
- Permukaan benang hasil gulungan harus rata
Setiap corak mempunyai kebutuhan jumlah benang yang berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kontruksi kain yang meliputi jenis
benang lusi, jenis benang pakan, nomor benang, panjang kain, lebar kain,
kerapatan pakan (density), dan anyaman. Corak kain yang diorderkan melalui
order penghanian (warping) ini akan ditulis secara gamblang di kartu proses
penghanian (warping) mengenai data-data corak tersebut, misalnya :
Corak kain yang sering diproduksi PT X adalah corak 1328 BTN. Sebelum
menghitung kebutuhan total benang per corak harus dihitung dulu panjang dan
berat 1 cones.
Misalnya :
Benang lusi 14s memiliki berat 1 cones 3 kg, jumlah cones dalam satu karung
terdiri dari 8 cones (1 karung = 8 cones = 24 kg).
33
Menghitung Jumlah Cones yang Akan Dipasang
Total Ends
Jumlah Benang Tiap Beam =
Set Beam
6336
=
12
= 528 helai = 528 cones
2. Pengelosan (rewinding)
Proses perangkapan benang (doubling) ini sama dengan mesin kelos biasa,
teknik kerjanya, bentuknya, hasilnya, dan peralatannya sama dengan mesin
kelos biasa. Perbedaan antara mesin rangkap dengan mesin kelos biasa hanya
pada perlengkapan stop-motion dan pengatur tegangan serta pembersih benang.
4. Penggintiran (twisting)
34
5. Persepian Penyempurnaan (scouring)
Resep merserisasi untuk kain kapas yang akan dicelup dengan zat warna
belerang (Sulphol Black) :
NaOH : 16oBe
Temperatur : 30oC (temperatur kamar)
Waktu : 20 detik
(Wet Pick Up) WPU : 70 %
Resep merserisasi untuk kain kapas yang akan dicelup dengan zat warna bejana
(Blue) :
NaOH : 5oBe
Temperatur : 30oC (temperatur kamar)
Waktu : 20 detik
(Wet Pick Up) WPU : 70 %
6. Pencelupan (dyeing)
Merupakan proses pemberian warna pada bahan secara merata dan permanen
dengan menggunakan zat warna. Zat warna yang digunakan dalam benang lusi
adalah zat warna bejana biru (indigo Blue) dan zat warna belerang hitam
(Sulphol Black). Zat warna bejana tidak larut dalam air sehingga sebelum
dilakukan proses terlebih dahulu dibuat leuko zat warna yang larut dalam air
35
agar substantif terhadap serat. Leuko zat warna bejana biru dibuat dengan
mereduksikan zat warna bejana dengan Natrium hidrosulfit (Na2S2O4) dan
Natrium hidroksida (NaOH). Zat warna belerang yang dipakai oleh PT X sudah
berbentuk larut sehingga tidak dilakukan proses pembuatan leuko dengan
Natrium sulfida (Na2S) dan Natrium karbonat (Na2CO3).
Proses dengan zat warna bejana dilakukan pada temperatur kamar (30oC)
dengan speed mesin 16-20 m/menit, sedangkan proses dengan zat warna
belerang hitam dilakukan pada temperatur 90oC. Setelah itu dilakukan proses
oksidasi yang bertujuan untuk mengoksidasi zat warna kembali sehingga menjadi
pigmen zat warna yang tidak larut dan berwarna. Oksidasi leuko zat warna
bejana dilakukan dengan cara airing (oksidasi dengan udara), sedangkan untuk
leuko zat warna belerang, dioksidasi dengan cara direndam-peras dalam larutan
oksidator senyawa peroksida (Sky Oxidant) setelah itu dilakukan pembilasan
untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi. Selain itu, terdapat pula
proses topping untuk memperoleh warna biru kehitaman (blue-black). Proses
benang dicelup dengan zat warna indigo biru (pad-airing dengan beberapa kali
perendaman) kemudian dicelup dengan zat warna belerang. Warna hitam
kebiruan (black-blue) awalnya dilakukan celup dengan zat warna belerang
kemudian dioksidasi dan dicuci, setelah itu dicelup dengan zat warna bejana.
Proses ini dikerjakan pada mesin dyeing-sizing Panon pada temperatur kamar
dan speed mesin 16-20 m/menit. Salah satu resep yang digunakan oleh PT X
untuk zat warna bejana corak 1328 BTN adalah sebagai berikut :
Zat warna bejana blue : 2 g/L
Na2S2O4 : 6 g/L
NaOH 48oBe : 5 ml/L
Zat anti migrasi (Stokovon) : 1 g/L
Jumlah bak larutan celup : 7 bak (12.800 L)
Temperatur : 30oC
Waktu perendaman/bak : 25 detik
Waktu airing/bak : 75 detik
Wet Pick Up (WPU) : 70 %
Speed mesin : 18 – 20 m/menit
Salah satu resep yang digunakan PT X untuk zat warna belerang adalah
sebagai berikut :
36
Fungsi-fungsi zat tersebut di atas adalah:
- Indigo blue adalah zat warna bejana jenis indigo yang memberikan warna
biru pada benang kapas.
- Na2S2O4 adalah reduktor yang digunakan untuk mereduksi zat warna indigo
sehingga larut dalam air.
- NaOH sebagai alkali kuat yang digunakan untuk proses reduksi dalam
pembentukan zat warna indigo dan belerang yang larut (leuko).
- Zat pendispersi (Stokovon) adalah zat anti migrasi yang berfungsi untuk
mencegah bermigrasinya zat warna indigo yang telah tercelup pada saat
padding.
Salah satu resep yang digunakan PT X untuk zat warna belerang adalah
sebagai berikut :
Resep :
Resep Oksidasi :
37
Fungsi-fungsi zat tersebut di atas adalah:
- Sulphol black adalah zat warna belerang larut yang digunakan untuk
memberikan warna hitam pada benang kapas.
- Na2S2O4 adalah reduktor yang digunakan untuk mereduksi zat warna indigo
sehingga larut dalam air.
- NaOH sebagai alkali kuat yang digunakan untuk proses reduksi dalam
pembentukan zat warna indigo dan belerang yang larut (leuko).
- Zat pendispersi (Stokovon) adalah zat anti migrasi yang berfungsi untuk
mencegah bermigrasinya zat warna indigo yang telah tercelup pada saat
padding.
- Zat anti migrasi (Solarine) adalah zat anti migrasi yang berfungsi untuk
mencegah bermigrasinya zat warna belerang yang telah tercelup pada saat
padding.
- Zat anti migrasi (Teramol SF) adalah zat pendispersi yang berfungsi untuk
mendispersikan zat warna dalam larutan celup secara merata (sebagai zat
perata).
- Asam asetat (sky acid) berfungsi untuk menetralisir sisa alkali pada benang
(setelah ) sehingga kondisi benang tidak terlalu alkalis.
7. Penganjian
Proses penganjian benang lusi bertujuan meningkatkan daya tenun sehingga
akan menghasilkan benang yang kuat dan tidak mudah putus terhadap gesekan-
gesekan pada saat dilakukan proses pertenunan. Proses penganjian ini
menggunakan kanji alam, dalam hal ini digunakan kanji alam yaitu kanji tapioka
yang sudah dimodifikasi. Selain kanji, ditambah pula wax / lilin untuk mengurangi
38
kekakuan benang hasil penganjian. Proses ini dilakukan pada temperatur 90 oC
dengan kecepatan mesin 16 – 20 m/menit dan konsentrasi 7-9 % (diukur dengan
menggunakan refactometer). Konsentrasi larutan kanji disesuaikan dengan
nomor dan ukuran benang yang digunakan.
Resep penganjian yang digunakan pada nomor corak 1328 BTN adalah :
Sebelum benang lusi pada beam ditenun, diperlukan proses pencucukan. Proses
pencucukan dipengaruhi oleh anyaman kain yang dibuat, alat pembentuk mulut
lusi pada tenun, dan jenis mesin tenun yang digunakan. Proses pencucukan
terdiri dari proses pemasukan benang lusi pada dropper, pemasukan benang lusi
pada gun-gun, dan pemasukan benang lusi pada sisir tenun. Kain yang memiliki
anyaman yang sama dengan anyaman yang diproduksi sebelumnya dan masih
terpasang di mesin, maka benang lusi yang tersisa di mesin cukup disambung
dengan benang lusi yang baru.
9. Penyambungan (Tying)
39
Penyambungan (tying) adalah proses menyambung benang lusi hasil proses
penganjian dengan benang lusi sisa hasil proses pertenunan sebelumnya yang
masih tercucuk pada dropper, mata gun, dan lubang sisirnya. Penyambungan
atau tying ini dilakukan jika kontruksi kain yang akan ditenun sama dengan
kontruksi kain yang sudah diproses pada mesin tenun, dengan kata lain
anyamannya tidak berubah dan pada corak yang sama. Proses penyambungan
dalam satu corak dapat menghabiskan waktu selama 90 menit.
Prinsip kerja peluncuran benang pakan pada mesin tenun rapier adalah benang
pakan yang berada pada mesin satu sisi mesin tenun ditarik oleh rapier
pembawa dan dibawah ketengah kemudian dipindahkan benang pakan tersebut
ke rapier penerima kemudian rapier penerima bergerak mundur yang membawa
benang pakan kesisi mesin lainnya dan gerakan rapier bolak balik. Kelancaran
proses pertenunan sangat tergantung pada proses persiapan pertenunan,
apabila proses persiapan pertenunan menghasilkan benang dengan mutu yang
baik, maka pada proses pertenunan kemungkinan besar akan menghasilkan
hasil tenun yang baik pula.
40
tekstil untuk mendapatkan nilai tambah atau memperbaiki sifat-sifat bahan
tersebut, sehingga didapat kain yang lebih baik dari proses sebelumnya. Proses
penyempurnaan untuk kain denim meliputi pembakaran bulu dan
penyempurnaan anti mengkeret (sanforisasi). Diagram alir proses
penyempurnaan kain denim dapat dilihat pada Gambar 3.6 di halaman 40.
41
Kain Denim
(Dari Pertenunan)
Pelemasan Kain
Pemengkeretan Kain
Pemeriksaan Akhir
Penggulungan
dan
Pengepakan
a. Pembakaran Bulu
Proses pembakaran bulu dilakukan dengan cara melewatkan kain pada api
dengan besar nyala api tertentu, tergantung jenis kain yang dilewatkan. Nyala api
yang digunakan untuk proses pembakaran bulu tergantung pada bahan benang
pakan pada kain yang akan diproses. Apabila benang pakannya kapas maka
nyala api tajam dan pinggiran kain disemprot dengan spray, sedangkan apabila
benang pakannya poliester maka nyala api tidak tajam.
42
terbuat dari benang lusi kapas dan benang pakannya poliester diproses dengan
kecepatan 80 meter/menit.
Berdasarkan konstruksi kainnya, ada kain plat, kain anyaman keper (twill), dan
kain anyaman satin. Kain plat dilakukan pembakaran pada dua sisi yaitu atas
dan bawah, sedangkan konstruksi kain dengan anyaman twill dan satin
pembakaran bulu hanya pada bagian permukaan kain saja. Skema jalannya kain
pada mesin bakar bulu dapat dilihat pada Gambar 3.7 di bawah ini.
- Kain dari gulungan kain (1) akan ditarik dan dibuka oleh cloth guider (2) yang
berfungsi mencegah lipatan pada kain, kain yang sudah dibuka oleh cloth
guider akan dilewatkan pada rol pengatur tegangan kain (3), kemudian
masuk ke dalam ruang penyikat I (4) dan akan diproses dengan rol penyikat
(5) yang berfungsi untuk membersihkan kotoran yang masih menempel pada
permukaan hasil proses tenun (weaving) dan membuat bulu berdiri pada
permukaan kain sehingga mudah terbakar.
- Selanjutnya kain masuk ke ruang pembakaran bulu (6) yang terdiri dari 2
buah tungku api (7) sehingga bulu-bulu pada kedua permukaan kain
43
terbakar. Jika pembakaran bulu hanya dilakukan pada satu permukaan,
maka salah satu pembakarannya dapat di-non-aktifkan.
- Kain dilewatkan ke ruang penyikat II (8) dan akan diproses dengan rol
penyikat (9) untuk membersihkan sisa-sisa pembakaran yang masih
menempel pada permukaan kain sehingga kain menjadi lebih bersih.
- Selanjutnya kain dilewatkan pada rol-rol penegang (10), melewati plaiter (11)
kemudian kain sudah siap dilakukan proses selanjutnya (12).
b. Pelemasan Kain
halaman 44 .
44
Sumber : Bagian Penyempurnaan (Finishing) PT X, 2019
45
itu, kain dimasukkan ke dalam alat pengering kalender palmer agar mengkeret
yang sudah dialami oleh kain tersebut tetap stabil. Skema jalannya kain pada
proses penyempurnaan sanforising ditunjukan pada Gambar 3.8 di halaman 44.
- Kain yang telah diproses bakar bulu (1) dilewatkan pada rol-rol pengantar
dan juga dilewatkan pada cloth guider (2) yang berfungsi untuk membuka
kain, lalu dilewatkan pada tension roll (3) yang merupakan rol pengatur
tegangan kain.
- Kain dilewatkan pada selimut foaming (6) dan digulung pada silinder foaming
(7) agar zat pelemas yang terdapat pada busa meresap pada kain.
- Kain dilewatkan pada steamer (9) untuk meratakan zat pada kain dan juga
sebagai pengatur kelembaban kain.
- Kain dilewatkan pada padder (10), lalu dilewatkan pada rol diagonal (11)
untuk mengatur kemiringan kain dan selanjutnya dilewatkan pada klep
stenter (12) untuk mendapatkan lebar yang diinginkan.
- Kain dilewatkan diantara silinder panas (13) dan rubber belt (14) untuk
46
memengkeretkan kain ke arah lusi dan pakan.
- Kain dikeringkan dengan melewatkan kain pada selimut pengering (15),
selanjutnya dilipat dengan pengatur pelipat kain (plaiter) (17)
Untuk skema unit pemengkeretan kain pada mesin sanforisasi yang ditunjukan
pada Gambar 3.9 di bawah ini.
Gambar 3.9 Skema unit pemengkeretan kain pada mesin sanforisasi monfortex
d. Penghilangan Kanji
Proses penghilangan kanji bertujuan untuk menghilangkan kanji yang ada pada
kain sehingga kain denim tidak kaku. Dalam proses penghilangan kanji tersebut
digunakan enzim sebagai zat penghilang kanji. Enzim penghilang kanji ini
termasuk dalam jenis amilase. Prinsip kerja enzim amilase dalam menghilangkan
kanji adalah dengan jalan menghidrolisa amilosa atau amilopektin pada kanji
menjadi glukosa yang larut dalam air.
47
Pembasah (Perlavin NSA) : 4 g/L
Suhu : 50-60 oC
Kecepatan Mesin : 40-45 m/menit
Larutan : 500 Liter (stock per tangki)
WPU : 80%
Enzim (Terrazym 110) yaitu enzim jenis amilase yang digunakan untuk
menghilangkan kanji pada kain denim.
Kain yang akan diproses (1) dilewatkan pada rol-rol pengantar dan tension
roll (2) yang merupakan rol pengatur tegangan kain, kemudian kain
dilewatkan pada cloth guider (3) yang berfungsi untuk membuka kain agar
kain tidak terlipat
Kain dilewatkan ke dalam bak pertama yang berisi enzim dan pembasah
(4a) untuk menghilangkan kanji yang terdapat pada kain
Setelah itu, kain dilewatkan ke rol bengkok (5a) agar kain terbuka
Lalu kain dilewatkan ke bak kedua (4b) dan bak ketiga (4c) yang berisi enzim
48
dan pembasah, lalu kain diperas menggunakan rol padder
e. Penggulungan
Sumber
Jenis Pemakaian/bul
No Kapasitas Terpasang (Perum/Captiv
Energi an
e)
1. Listrik PLN MS : 1.110 kVA 423.400 kWh PT PLN
(Persero)
BN I : 555 kVA 79.320 kWh
BN II : 555 kVA 152.600 kWh
49
BU : 1.385 kVA 606.000 kWh
Keterangan:
- kVA = kilo Volt Ampere
- kWh = kilo Watt hour
Tekanan Uap
No Merek Mesin Bahan Bakar Kapasitas (kg/jam)
(kg/cm2)
1 Omnical Batu Bara 10.000 6–7
2 Standar Kessel Batu Bara 3.250 6–7
Sumber: Bagian Utility PT X, 2019
Air proses di PT X diambil dari dua sumber air yaitu dari air sumur dengan
menghasilkan air sebanyak 1.000 m3/hari dan air Sungai Cigugur dengan
menghasilkan air sebanyak 4.000 m3/hari, sehingga keseluruhan air yang
dihasilkan sebanyak 5000 m3/hari. Skema distribusi air di PT X dapat dilihat
dalam gambar 3.11 di bawah ini.
Air dari sumur bor ini digunakan untuk kebutuhan ketel uap (boiler) dan rumah
tangga (pabrik dan penduduk sekitar). Penggunaan air sumur bor untuk
kebutuhan rumah tangga pabrik (non produksi) dan masyarakat sekitar hanya
ditampung dalam bak penampungan kemudian langsung dipergunakan,
sedangkan untuk kebutuhan boiler, air dari sumur tersebut diproses kembali
sehingga mempunyai tingkat kesadahan 0° dH. Proses pelunakan kesadahan air
ini menggunakan zat penukar ion yaitu zeolit.
50
Sumber air permukaan di PT X digunakan untuk kebutuhan air proses. Sebelum
digunakan, air permukaan ini harus diolah secara kimia dan fisika terlebih dahulu
agar memenuhi syarat air proses.
4. Hasil pengolahan air proses tersebut disalurkan dari menara air melalui pipa
yang digunakan untuk keperluan produksi antara lain: dyeing-sizing,
sanforisasi dan lain-lain.
Skema proses pengolahan air sungai untuk keperluan proses produksi dapat
dilihat dalam gambar 3.12 di bawah ini:
Air sungai
Penyaringan
51
Penetralan
Pengendapan
Pengolahan air limbah adalah suatu proses penghilangan atau penguraian zat
pencemar yang terkandung dalam air limbah sehingga air buangan tersebut
aman bagi lingkungan. Pengolahan air limbah yang dilakukan di PT X ditujukan
untuk mengolah air bekas proses produksi dan limbah domestik. Air proses
produksi dan limbah domestik diproses sampai siap untuk dibuang dan tidak
mengganggu serta mencemari lingkungan hidup.
Tahap awal yang dilakukan air bekas produksi sebelum dibuang ke Sungai
Cigugur limbah cair tersebut harus diolah dahulu untuk mengurangi beban
pencemaran bagi lingkungan. Tujuan dibangun IPAL PT X adalah agar air
buangan dari saluran pabrik tidak mencemari lingkungan, tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan karyawan serta masyarakat sekitar
pabrik. Pengolahan air limbah yang dilakukan PT X adalah pengolahan secara
fisika dan kimia. Pengolahan fisika yaitu dengan penyaringan dan pengendapan.
Pengolahan kimianya dengan cara koagulasi dan flokulan. Tahapan proses pada
pengolahan limbah PT X yaitu:
- Bak penyaring
52
- Bak ekualisasi
- Tangki koagulasi
Dalam tangki koagulasi ini terjadi penambahan bahan kimia Fero sulfat
(FeSO4) dan kapur (CaO) sebagai koagulan, kemudian dilakukan
pengadukan putaran mixer berkecepatan tinggi. Di bak terakhir,
ditambahkan polimer kuriflok sebagai zat flokulan dengan kecepatan
putaran rendah.
- Bak pengendapan
- Bak penyaringan II
- Bak kontrol pH
Air hasil penyaringan kemudian diukur derajat asam atau basa (pH) untuk
mencapai nilai 6,0 – 9,0.
Overflow dari air buangan selanjutnya dialirkan menuju kolam akhir sebelum
dibuang ke sungai.
b. Pengolahan lumpur.
53
dengan menggunakan baling-baling pengaduk sebelum lumpur dialirkan ke
sistem pengolahan lumpur berikutnya. Lumpur-lumpur tersebut dikeringkan
dan dipadatkan. Lumpur padat dimasukkan ke dalam karung kemudian
ditampung di lahan kosong yang kedap air (di sebelah IPAL), untuk
selanjutnya ditangani oleh pihak pengolahan limbah B3.
Hasil
No Parameter Satuan Outle Baku Mutu*
Inlet
t
1. pH - 10 7,1 6,0 – 9,0
2. Total Padatan
mg/L 90 35 50
Tersuspensi (TSS)
3. BOD5 mg/L 96 40 60
4. COD mg/L 376 124 150
5. Fenol mg/L 0,02 Ttd 0,5
6. Krom Total (Cr) mg/L 1,5 Ttd 1,0
7. Amonia Total (NH3-N) mg/L 0,5 0,3 8,0
Tabel 3.9 Hasil pengolahan air limbah PT X (lanjutan)
Keterangan :
Ttd : Tidak terdeteksi * : SK Gubernur Jawa Barat No 6 tahun 1999
Untuk diagram alir proses pengolahan air buangan dari produksi akan
dtampilkanpada Gambar 3.13 di bawah ini.
54
Sumber: Bagian utility PT X, 2019
3.2.4.5 Laboratorium
55
c. Laboratorium pengujian benang
Proses penghilangan kanji bertujuan untuk menghilangkan kanji yang ada pada
kain sehingga kain denim tidak kaku. Dalam proses penghilangan kanji tersebut
digunakan enzim sebagai zat penghilang kanji. Enzim penghilang kanji ini
termasuk dalam jenis amilase. Prinsip kerja enzim amilase dalam menghilangkan
kanji adalah dengan jalan menghidrolisa amilosa atau amilopektin pada kanji
menjadi glukosa yang larut dalam air.
e. Bio washing
Proses bio washing bertujuan untuk acuan kepada konsumen yang mendapatkan
efek kain denim yang mempunyai sifat seperti sudah dicuci berulang-ulang, efek
lusuh, pegangan lembut dan tebal, tetapi tidak keras dan kaku. Efek warna lusuh
yang diperoleh pada proses Bio Washing adalah akibat dari proses degradasi
enzimatik dengan jalan menghidrolisa serat selulosa (pada bagian
permukaannya).
56
Asam Asetat 98 % : pH 5
Suhu : 55oC
Waktu : 45 menit
Vlot : 1 : 10
3.2.4.6 Pergudangan
- Gudang bahan baku yaitu berfungsi untuk menyimpan bahan baku produksi
seperti benang kapas, benang poliester dan benang spandex.
- Gudang suku cadang yaitu berfungsi untuk menyimpan suku cadang (spare
part) mesin-mesin produksi, mesin-mesin penunjang produksi atau mesin-
mesin yang lama sudah tidak berproduksi serta pelumas mesin.
- Gudang zat kimia yaitu tempat menyimpan zat-zat kimia dan zat warna yang
dipergunakan dalam proses produksi.
- Gudang jadi yaitu berfungsi untuk menyimpan kain (hasil produksi) sebelum
selanjutnya dipasarkan atau dikirim ke pemesan.
57
- Bagian utility yang bertugas memeriksa, memelihara dan memperbaiki
peralatan yang menunjang proses produksi seperti pengolahan air untuk
produksi, ketel uap, pendingin (air conditioner), dan segala yang berkaitan
dengan listrik.
- Bagian perawatan (maintenance) yang bertugas memeriksa, memelihara, dan
memperbaiki peralatan pada mesin-mesin produksi, terutama dalam mekanika
mesin.
Perbaikan mesin di PT X dilakukan jika terjadi kerusakan pada mesin dan harus
diganti suku cadangnya oleh yang baru dan yang rusak akan dibawa ke bengkel
untuk diperbaiki. Perbaikan mesin di perusahaan ini meliputi :
- Perbaikan setelah kerusakan (corrective maintenance)
Kegiatan ini meliputi perbaikan dan pengantian bagian yang rusak pada
mesin, apabila terjadi kerusakan.
- Pembongkaran mesin (overhaul)
Kegiatan dimana seluruh bagian mesin dibuka, dibersihkan, dan bagian yang
rusak diperbaiki atau diganti, diberi pelumas dan diatur kembali untuk
mengembalikan kondisi mesin dalam keadaan normal.
58
akan dikontrol. Do merupakan menjalankan pengopersian sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Check merupakan pemeriksaan apakah target
telah mencapai mutu. Action merupakan apabila terjadi penyimpangan dilakukan
tindakan perbaikan. Adapun tindakan yang meliputi action pada pengendalian
mutu adalah sebagai berikut :
3.4.2 Proses
Pengendalian mutu yang dilakukan di PT X dilakukan dalam 3 tahapan yaitu:
- Sebelum produksi
Setelah menerima kepastian produk yang akan dibuat, maka bagian
perencanaan produksi segera menetapkan garis-garis besar proses produksi
yang akan dilaksanakan.
- Saat produksi
Untuk mendapatkan mutu yang sesuai dengan spesifikasi pemesan, maka
proses produksi harus dikontrol, usaha untuk mengontrol proses produksi
tersebut adalah :
Menjalankan produksi sesuai dengan order kerja (perencanaan
produksi) yang telah disusun oleh bagian PPC.
Setiap proses selalu disertai dengan kartu proses produksi agar tidak
terjadi kesalahan proses.
59
Setiap kepala shift yang menangani proses produksi wajib mengisi dan
menyerahkan laporan kerja harian kepada kepala bagian.
Pengawasan terhadap proses produksi meliputi pengawasan proses,
dan pengamatan warna akhir pada setiap beam akhir dilakukan oleh
kepala regu, kepala shift atau langsung oleh kepala bagian.
Jika terjadi masalah yang berpengaruh terhadap hasil produksi maka
langsung diatasi ditempat kejadian oleh operator atau pengawas bagian
mesin yang bersangkutan.
Bila operator atau pengawas mesin tidak dapat mengatasi masalah
maka harus segera melaporkannya ke atasan menurut jenjang
jabatannya.
Himbauan keselamatan kerja bagi operator ditempel pada tiap-tiap
mesin dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
- Setelah produksi
Pada proses ini dilakukan analisa data terhadap kartu produksi dan
laporan-laporan. Hasil evaluasi dan surat harian kerja yang berupa kartu
proses dan resep produksi yang sudah dipakai dijadikan arsip.
3.4.3 Produk
60
bertujuan untuk memeriksa dan menentukan grade kain grey (hasil pertenunan)
sebelum dilakukan proses penyempurnaan dan pemeriksaan akhir (final
Inpecting) yang memeriksa serta menentukan grade kain setelah melalui proses
penyempurnaan akhir. Setelah proses pemeriksaan kain, maka diperoleh grade
serta menjaga mutu kain yang akan dikemas dan dikirim kepada pembeli
(konsumen). Dari pemeriksaan tersebut terdapat beberapa cacat yang
disebabkan oleh bahan baku, pertenunan dan pencelupan.
- Cacat benang, misalnya pakan besar atau kecil tidak teratur, lusi besar atau
kecil dan sebagainya.
- Cacat karena persiapan, misalnya noda kanji, kanji kasar, pakan kendor,
kanji lengket, lusi kendor, lusi belang, dan sebagainya.
- Cacat karena pertenunan, misalnya lusi kurang, pakan rapat, pakan kosong,
pakan carang, pakan double, stopmark, ring tample, salah masuk sisir
(SMS), dan sebagainya.
Penilaian cacat kain berdasarkan panjang cacat, seperti terlihat pada Tabel 3.10
sebagai berikut :
Aturan tambahan :
- Point 4 hanya boleh 4 kali dalam 120 yard kain denim arah lusi dan arah
pakan, jika lebih dari 4 kali maka kain denim tersebut termasuk grade B.
61
total poin
Grade=
panjang kain( yard )
Penentuan grade kain berdasarkan jumlah cacat, seperti terlihat pada Tabel
3.11 pada dibawah ini.
Tabel 3.11 Penentuan grade kain berdasarkan jumlah cacat
62
8. Kain yang telah diperiksa
Setelah kain melewati proses finishing, maka kain akan masuk ke bagian
packing. Pada bagian packing, dilakukan pemeriksaan kembali karena setelah
proses finishing, kualitas kain pun akan berubah, bisa menjadi lebih baik atau
lebih buruk.
Apabila terdapat cacat kain, maka kain akan diperbaiki sesuai dengan cacat yang
ditemukan. Kain yang telah diperbaiki tersebut kualitasnya dapat naik ataupun
menurun, maka dari itu perlu adanya grade kualitas kain untuk melihat kualitas
kain denim tersebut. Standar penilaian menentukan grade kain di bagian packing
sama dengan yang dipakai oleh bagian inspecting.
63