Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI. Namun,
banyak ibu yang mengganti ASI dengan susu formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik
untuk seorang bayi. Bayi umumnya diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah itu ASI
hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah
gizi yang paling utama pada saat ini, di Indonesia adalah kurang kalori, dan protein. Hal ini
banyak ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi
merupakan golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan bayi prematur yaitu bayi
dengan berat badan rendah karena tidak sesuai dengan usia kelahirannya. Bayi dengan
berat badan rendah memiliki resiko besar terkena infeksi dan lebih memperlukan ASI lebih
besar dibanding bayi dengan berat badang normal.
Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3 bulan bahkan ada yang hanya
memberikan ASI selama satu bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharan dan tumbuh kembang
bayi, Oleh sebab itu maka penulis membuat makalah dengan judul ”ASI EKSKLUSIF”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.
(Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain
yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat
(Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain,
kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono,
2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi
dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik
bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Yahya, 2007).
B. Pengelompokan ASI Eksklusif
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh
kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk
mengeluarkan “meconium” yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut
bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai
seterusnya.
C. Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan
negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap
karena mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut:
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia
sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan
ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit
serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning,
pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit,
ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat
mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara
cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih
tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul
dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat
langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui
bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu,
karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI
lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk
ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta
peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna
perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif,
jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI
selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu
ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan
lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan,
karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena
dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di
produksi (Dwi Sunar, 2009 ).
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain.
Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan
pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya
peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon
yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan
progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung
puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum
tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar
prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani,
2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh
estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun
mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada
payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau
pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh
obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada
keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang
berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari
sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga
ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat
ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI
yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa
tidak pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan.
Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi
Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan
makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari
pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya
uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit dan berisi
lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
1. Kolostrum – Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein – Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey
(protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan dengan
casein.
3. Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan
komponen yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber
energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus
bifidus.
5. Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui
jarang kekurangan zat besi.
6. Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan
penting dalam maturasi otak bayi.
7. Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri
ecoli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
8. Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri
dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat
menyusu dengan botol dan dot.
F. Keunggulan ASI daripada Susu Formula
Perbedaan ASI Susu Formula
ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya dapat
terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI diserap oleh tubuh bayi. Misalnya,
juga mengandung whey (protein utama dari protein susu sapi tidak mudah
susu yang berbentuk cair) lebih banyak diserap karena mengandung lebih
daripada kasein (protein utama dari susu banyak casein. Perbandingan
yang berbentuk gumpalan) dengan whey: casein susu sapi adalah
Komposisi perbandingan 65:35. 20:80.
Nutrisi Mengandung imunoglobulin dan kaya akan Protein yang dikandung oleh susu
DHA (asam lemak tidak polar yang berikat formula berguna bagi bayi lembu
banyak) yang dapat membantu bayi tapi kegunaan bagi manusia
sangat terbatas lagipula
immunoglobulin dan gizi yang
ditambah di susu formula yang
menahan infeksi serta membantu telah disterilkan bisa berkurang
perkembangan otak dan selaput mata. ataupun hilang.
Kebersihan ASI boleh langsung diminum jadi bias Polusi dan infeksi: pertumbuhan
menghindari penyucian botol susu yang bakteri di dalam makanan buatan
tidak benar ataupun hal kebersihan lain sangat cepat apalagi di dalam
yang disebabkan oleh penyucian tangan botol susu yang hangat biarpun
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat makanan yang dimakan bayi
menghindari bahaya karena pembuatan adalah makanan bersih akan tetap
karena tidak mengandung anti
infeksi, bayi akan mudah mencret
dan penyimpanan susu yang tidak benar. atau kena penularan lainnya.
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusui dini,
menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI
keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan
bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl.
Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran
ASI dari payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat
mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai
permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi
ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya
produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu
sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu
sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak
kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu
formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan
bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering
menyusui produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan yang
perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar terutama
bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap
secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan
dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan
dapat mencegah timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan penghasilan
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan
berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil,
melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah
sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat
perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan
adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja
dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia
rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula
karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif,
karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15
menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja.
Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI
eklusif (Danuatmaja, 2003).
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan
benar yang juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi
dalam dirinya secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui
bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan
menberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama
baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu
formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula
petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau
sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu menguasai
informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus
dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini
terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai
banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan
berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah
parah bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu
terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi
hanya menghisap pada puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam
mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah
melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan
alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat
menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Pada
keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk
menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya,
seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus
berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6
bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat
disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan
menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan.
B. Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang
terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang
menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal
ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas
dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat.
Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting
untuk mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya
sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam
hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
2. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Bayi
diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat
menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir
atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut,
masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau
sering menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu
menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu dari
sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia
lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui
merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama
produk susu formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para
ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada
tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi
menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat
bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa
83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir
diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi
pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi
diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber
kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
BAB IV MAKALAH ASI EKSKLUSIF
PENUTUP
A. Kesimpulan
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI Eksklusif merupakan makanan pertama, utama dan
terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan
tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
B. Saran
1. Sebaiknya para ibu memberikan ASI semaksimal mungkin untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi selama 6 bulan.
2. Seharusnya para ibu tidak mengganti ASI dengan susu formula, karena ASI memiliki
semua kandungan zat penting yang dibutuhkan oleh sang bayi.
Semoga artikel di atas bermanfaat bagi anda yang membutuhkan demikian pembahasan
artikel tetang Contoh Makalah Asi Eksklusif