Anda di halaman 1dari 11

JSIKA Vol. 8, No. 1.

Tahun 2019 ISSN 2338-137X

Pengembangan User Interface Sistem Informasi Planned


Maintenance System pada PT. Pertamina Trans Kontinental
dengan Menggunakan Metode Design Sprint
Jelang R. Kharisma 1) Puspita Kartikasari 2) Tri Sagirani 3)
Program Studi/Jurusan Sistem Informasi
Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya
Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298
Email : 1)jelangrkharisma@gmail.com, 2)tri.sagirani@gmail.com, 3) tri.sagirani@gmail.com

Abstract: PT. Pertamina Trans Kontinental (PTK) is company that active in a maritime logistics,
therefore its vessels idle time during maintenance become a crucial aspects for PTK because it
affect their core business activity directly. To support every maintenance agenda, PTK develop a
computerized maintenance management system (Planned Maintenance System) that help
maintaining every detail of the vessels. In its implementation, User Interface Design is an
important aspect since UI bridge the interaction between human and the system built. A system
implementation without considering interaction between user and the system will result in a
difficult interaction between user and the system. By evaluating user interface’s usability, It’s
expected that the UI recommendations will be developed in accordance with the problems faced by
the users. The evaluation is held before and after the design process which use Design Sprint
Method. The proposed design final evaluation conclude that there was a 24.13% increase in score,
leveraging the average score from 2.50 to 3.29.

Keywords: Design Sprint, Computerized Maintenance Management System, Usability, User


Interface

Berlokasi di Jalan Kramat Raya No. 29 detil dari bagian kapal yang perlu dipelihara,
Jakarta Pusat, PT Pertamina Trans Kontinental membantu bagian pemeliaharaan kapal dalam
(PTK) didirikan pada tanggal 9 september 1969 memutuskan prioritas perbaikan part, dan
sebagai anak perusahaan dari PT Pertamina. membantu ketelitian bagian pemeliharaan kapal.
PTK Didirikan sebagai perusahaan yang Desain user interface yang tidak dibuat dengan
bergerak dibidang industry jasa maritim untuk baik dapat mengakibatkan interaksi yang sulit
mendukung aktifitas PT Pertamina. Aktifitas antara pengguna dengan sistem, membuat
Bisnis yang dijalankan pada PT Pertamina Trans pengguna frustasi, dan performa pekerjaan yang
Kontinental antara lain: Operasi Penyediaan buruk (Weichbroth & Sikorski, 2015).
Kapal, Charter & Brokerage, Keagenan Kapal, Kullolli (2008) dalam penelitian yang
Pengelolaan Pelabuhan/Port Management, bertajuk “Selecting a Computerized
Bunker Agent, serta Underwater Technics Maintenance Management System”
Hydro-Oceanography and Mapping. Operasi mengutarakan bahwa salah satu diantara sekian
penyediaan kapal merupakan Core Business dari fitur/indikator yang diutamakan dalam pemilihan
PT Pertamina Trans Kontinental. Fasilitas CMMS adalah Kemudahan pemakaian. Jeff
armada kapal yang disediakan meliputi: Oil O’Brien (2008) mengutarakan bahwa salah satu
Tanker, LPG Carrier, Anchor Handling and Tug fase dalam proses implementasi CMMS adalah
Supply, Multi-Purpose Vessel, Harbor Tug, Tug melatih End User untuk menggunakan sistem
Boat & Oil Barge, Straight Supply Vessel, Rigid sehingga Usabilitas CMMS yang
Inflatable Boat, SPOB (Self Propelled Oil diimplementasikan maksimal. Weichbroth &
Barge). Sikorski (2015) mengutarakan bahwa celah
Untuk mendukung core bussiness usabilitas merupakan suatu hal yang sulit
tersebut, PT PTK mengembangkan “Planned diperbaiki, khususnya ketika baru terdeteksi
Maintenance System(PMS)”. Suatu sistem pada fase akhir proyek. Oleh karena itu interaksi
informasi pemeliharaan kapal terkomputerisasi antara komputer dan manusia harus diperhatikan.
(Computerized maintenance management Computerized maintenance management system
system) yang bertujuan untuk mengelola setiap yang dikembangkan oleh PT PTK saat ini masih

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 1


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

berada pada iterasi awal pengembangan sistem, kerusakan. Maintenance ini bertujuan untuk
dan melihat pentingnya kemudahan pemakaian mengurangi peluang kerusakan dan degradasi
User Interface dari sebuah sistem CMMS fungsi dari sebuah peralatan. Preventive
sehingga perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan. Maintenance merupakan maintenance yang
Evaluasi dan perbaikan ini juga didorong oleh terjadwal: Predetermined Maintenance
user story yang diperoleh penulis pada observasi dilaksanakan sesuai dengan program
dan wawancara pendahuluan yang dilakukan maintenance yang telah ditetapkan untuk setiap
pada bulan Agustus 2018 bahwa: CMMS yang peralatan pada interval waktu tertentu.
dibangun belum mencerminkan bahwa aplikasi Sedangkan Condition Based Maintenance
tersebut terhubung langsung dengan Sistem melihat kondisi peralatan yang dimonitor,
Informasi pada PT PTK, keluhan mengenai kemudian menjadwalkan maintenance
pengaruh getaran kapal terhadap proses input tergantung kondisi peralatan tersebut (CEN,
data, serta belum adanya warning jika kapal 2010).
berada pada kondisi offline. Beberapa temuan Corrective Maintenance dilakukan
tersebut dirasa berdampak langsung terhadap secara reaktif setelah kegagalan diidentifikasi,
kemudahan pemakaian sistem dan memotivasi maintenance jenis ini bertujuan untuk
penulis untuk menggali lebih dalam masalah mengembalikan kondisi peralatan menjadi
yang timbul terkait usabilitas user interface kondisi yang dapat melakukan fungsi yang
sistem informasi planned maintenance system diperlukan (CEN, 2010). Corrective
PT PTK. Maintenance biasanya dilakukan karena adanya
Dengan merancang UI sistem informasi kerusakan yang tidak dapat dibendung oleh
Planned Maintenance System pada PT. Preventive Maintenance. Maintenance jenis ini
Pertamina Trans Kontinental menggunakan cenderung memakan lebih banyak biaya, dan
metode Design Sprint, diharapkan UI yang bisa jadi membutuhkan teknisi khusus dalam
dibangun sesuai dengan masalah yang dihadapi proses restorasi (Frenkel, Lisnianski, &
oleh pengguna sistem informasi PMS sehingga Khvaskin, 2009).

Maintenance
Berdasarkan terminologi Standar EN
13306:2010 (CEN, 2010) Maintenance
didefinisikan sebagai kombinasi semua kegiatan
teknis, administratif, dan manajerial selama life-
cycle sebuah item yang bertujuan untuk
mempertahankan, atau memperbaiki kondisi
dimana item tersebut dapat berkerja sesuai
fungsi yang diperlukan. Campbell (2015) dalam
bukunya menemukan bahwa Biaya maintenance,
(tergantung kondisi industri) dapat memakan
setengah dari total biaya produksi. Selain itu,
down-time yang disebabkan oleh proses
maintenance yang buruk dapat menimbulkan
biaya yang lebih besar.
Standar EN 13306:2010 (CEN, 2010)
membagi maintenance menjadi Preventive
Maintenance dan Corrective Maintenance.
Preventive Maintenance sendiri terdiri dari dua Gambar 1. Gambaran umum maintenance
jenis maintenance, yaitu Condition Based
Maintenance dan Predetermined Maintenance. User Interface Prototyping
Sedangkan Corrective Maintenance dibagi User interface prototyping merupakan
berdasarkan kapan maintenance itu suatu pendekatan yang dilakukan untuk
dilaksanakan, yaitu maintenance tertunda, atau melakukan pengujian dan evaluasi usabilitas
maintenance langsung. pada konsep User-Centered Design (Weichbroth
Preventive Maintenance dilakukan & Sikorski, 2015). Penulis juga sependapat
secara proaktif sebelum peralatan mengalami dengan kutipan dari Dix et al (2004) dan Synder

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 2


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

(2003) oleh Weichbroth & Sikorski (2015) mengutarakan bahwa Usability Evaluation
bahwa User Interface prototyping merupakan adalah sebuah proses penting dalam
suatu pendekatan yang sangat baik untuk pengembangan User Interface. Oleh karena itu
memfasilitasi komunikasi antara desainer dan Usability Evaluation diperlukan untuk
pemangku kepentingan lain. Prototyping memastikan tingkat kepuasan pengguna yang
membantu dalam memberikan visualisasi konsep tinggi, mengurangi penolakan terhadap aplikasi
secara interaktif, sekaligus memberikan yang dibuat, dan mengurangi peluang perubahan
ekspektasi secara informal mengenai sistem yang signifikan pada fase pengembangan
yang akan dibuat. aplikasi sehingga diharapkan dapat memangkas
waktu, usaha, dan biaya pengembangan
Usability Evaluation (Nadikattu, 2016). Pelaksanaan evaluasi
Usability didefinisikan oleh Nadikattu usability sebaiknya dilakukan secara rutin (Silva,
(2016) dalam thesisnya yang berjudul “A Silveira, Maurer, & Hellmann, 2012). Aktivitas
Multiple Case Study Involving Organizations utama dalam pelaksanaan usability evaluation
Developing Interactive Heathcare Technology antara lain: pengumpulan data usabilitas, analisis
Applications” sebagai derajat kemudahan data, dan rekomendasi solusi (Ghasemifard,
pengguna dalam berinteraksi dengan sistem, Shamsi, Rasouli Kenar, & Ahmadi, 2015).
memenuhi kebutuhan pengguna, dan Dalam melaksanakan evaluasi usabilitas,
mempertahankan tingkat kepuasan pengguna beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain
yang tinggi, termasuk kemudahan pengguna (Conyer, 2008): (1) Tujuan dilaksanakannya
tersebut dalam memahami dan mempelajari evaluasi (2) Kriteria evaluasi. (3) Sejauh mana
sistem. Dalam thesisnya, Nadikattu juga konstrain yang dikehendaki, apakah
menyebutkan bahwa standarisasi mengenai menggunakan isian, atau pilihan. (4) Metode
usabilitas sistem terdokumentasi dalam ISO Apa yang dipakai. (5) Jumlah, pengalaman, dan
9241. Dalam ISO 9241 usabilitas didefinisikan keahlian evaluator, dan pengguna. (6)
sebagai “sejauh mana sebuah produk dapat Bagaimana hasil dari evaluasi dikomunikasikan.
digunakan oleh suatu pengguna untuk mencapai (7) Ketersediaan waktu dan biaya.
sebuah tujuan secara efektif, efisien, dan puas Conyer (2008) menyatakan ada
dalam melakukan tugas yang spesifik. beberapa metode yang dapat digunakan dalam
Komponen yang perlu digaris bawahi antara melakukan evaluasi usabilitas, salah satunya
lain: Efektivitas, Efisiensi, dan Kepuasan. adalah dengan menggunakan Kuisioner.
Jeff Rubin dan Dana Chisnell (2008) Evaluasi usabilitas menggunakan kuisioner
mengutarakan bahwa usability mencerminkan merupakan metode yang mudah dan terjangkau
kualitas dari sebuah produk. Beberapa aspek dalam pengumpulan dan pengolahan data.
yang mendefinisikan usabilitas sebuah sistem Kuisioner yang menggunakan skala cenderung
antara lain Efficiency, Effectiveness, lebih mudah untuk dilakukan analisis kuantitatif,
Learnability, dan Satisfaction. Efficiency namun dapat mengurangi informasi yang dapat
merupakan seberapa cepat dan akurat seorang digali jika dibandingkan dengan kuisioner isian
pengguna dapat menyelesaikan tugas dalam bebas. Kuisioner yang diberikan setelah
sebuah sistem. Efisiensi dihitung dalam unit menggunakan produk dapat meningkatkan
waktu. Effectiveness mengacu pada sejauh mana peluang adanya informasi yang hilang jika
sebuah sistem dapat merespon sesuai dengan dibandingkan ketika kuisioner diberikan disaat
ekspektasi pengguna. Learnability merupakan yang sama ketika menggunakan produk/objek
aspek semudah apa sebuah sistem dapat dikuasai evaluasi.
oleh pengguna setelah dilakukan pelatihan. Dalam proses pengumpulan
Satisfaction mengaju pada persepsi, perasaan, requirements dapat dilakukan dengan melakukan
dan opini pengguna dalam menggunakan Focus Group Discussion (FGD) yang berisi
produk. Aspek satisfaction umumnya diukur enam hingga sembilan orang. FGD dengan
melalui kuisioner dan diskusi secara langsung. moderator dan narasumber yang tepat dapat
Najmeh Ghasemifard et al (2015) menghasilkan ide, gagasan, dan opini terkait
mengutarakan bahwa usability evaluation usabilitas, namun karena bentuk diskusi yang
merupakan metodologi yang digunakan untuk kualitatif, validitas data yang dikumpulkan
mengukur aspek-aspek usabilitas dari user menjadi suatu hal yang dipertanyakan.
interface sebuah sistem. Ivory & Hearst (2001)

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 3


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

(Ghasemifard, Shamsi, Rasouli Kenar, & terdaftar dalam sistem dengan memperhatikan
Ahmadi, 2015) Validitas dan Reliabilitas data. Pengukuran
usabilitas diolah dengan menggunakan bantuan
Design Sprint perangkat lunak SPSS. Kuisioner yang telah
Design Sprint merupakan diolah kemudian dianalisa secara deskriptif.
aktifitas/usaha untuk menyiapkan sebuah produk Purwarupa yang dibuat pada fase
dengan mengedepankan tujuan dalam prototype merupakan High Fidelity Prototype
memvalidasi prototype dari produk yang akan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
dibuat. Design Sprint memperikan roadmap Adobe Illustrator, Photoshop, dan XD.
untuk memulai dan memvalidasi hampir semua
pekerjaan mengenai produk digital yang
dilaksanakan dalam 5 hari tiap iterasi (Banfield,
Lombardo, & Wax, 2015).
Banfield et al (2015) mengutarakan
bahwa design sprint dibagi dalam lima fase,
yaitu Understand, Diverge, Converge,
Prototype, dan Test. Fase Understand bertujuan
untuk mengembangkan dan mendefinisikan Gambar 3. Metode Penelitian
wawasan terkait sebuah masalah. Fokus terhadap
masalah apa yang sudah diidentifikasi, masalah Fase Pendahuluan (Iterasi 0)
apa yang sudah diidentifikasi, dan informasi apa Iterasi ke-0 dari penelitian ini dilakukan
saja yang diperlukan untuk mengatasi masalah dengan melakukan identifikasi pengguna
tersebut. Fase Diverge merupakan fase lanjutan beserta aktivitas yang dilakukan didalam sistem,
dari fase Understand, dimana dilakukan sesi serta survey usabilitas awal sistem informasi
untuk mengumpulkan berbagai macam jawaban PMS. Indikator usabilitas yang dievaluasi pada
dan solusi atas tantangan yang muncul dari penelitian ini antara lain: (1) Learnabilities. (2)
masalah yang diidentifikasi sebelumnya. Fase Memmorabilities. (3) Efficiencies. (4) Errors. (5)
Diverge dapat dilakukan dengan melakukan Satisfactions. Masing masing indikator usabilitas
Brainstorming Ide untuk menyusun solusi. tersebut dibagi menjadi beberapa variabel untuk
Converge merupakan fase dimana tim menyusun kuisioner . Responden diminta untuk
pengembang memeriksa setiap kemungkinan menjawab setiap poin kuisioner dengan jawaban
solusi untuk dipilih satu atau dua yang akan mulai dari Sangat Tidak Setuju=1, Tidak
direalisasikan. Fase selanjutnya adalah fase Setuju=2, Setuju=3, Sangat Setuju=4.
membuat Prototype dengan memperhatikan Variabel usabilitas yang dipakai dalam
asumsi dan temuan yang telah dibahas di fase penelitian ini antara lain:
sebelumnya. Fase yang terakhir adalah Test, Tabel 1. Variabel & Indikator Usabilitas
dimana tim pengembang menguji apakah solusi
yang diberikan benar-benar menyelesaikan Id Uraian
masalah yang diidentifikasi sebelumnya. fase
Test dapat dilakukan dengan melakukan Testing Learnabilities
Interview. P11 Saya dapat dengan mudah mengenali
menu yang ada pada PMS
P12 Saya tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk mempelajari letak halaman
Gambar 2. Fase Design Sprint
pada PMS
P13 PMS Menggunakan bahasa yang
METODE PENELITIAN sederhana dan mudah saya pahami
Penelitian ini menggunakan kerangka
P14 Saya merasa bahwa Saya masih
kerja Scrum untuk mengelola aktivitas yang
memerlukan pelatihan untuk
dilaksanakan. Iterasi ke-0 dari penelitian ini
mengoperasikan PMS
dilakukan dengan melakukan survey evaluasi
Memmorabilities
awal dan mengumpulkan user story terkait UI
P21 Saya dapat dengan mudah mengingat
dari Planned Maintenance System. Evaluasi awal
menu apa yang harus ditekan untuk
dilakukan dengan mengukur usabilitas dari UI
menuju halaman tertentu
yang sudah ada terhadap seluruh pengguna yang

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 4


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

Id Uraian Id Uraian

P22 Warna warna pada elemen halaman P51 Secara garis besar, saya puas dengan
PMS mengingatkan saya pada event informasi yang ditampilkan PMS
tertentu. P52 Saya dapat membaca informasi yang
P23 Saya dapat mengingat letak form dan ditampilkan dengan nyaman
isi yang harus diisikan pada form
tersebut Informasi yang diberikan oleh
P24 Tata letak Tampilan yang konsisten responden kemudian diuji validitas serta
membantu saya mengingat elemen reliabilitas setiap indikatornya dengan
yang saya cari. menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS
Efficiencies dan dilanjutkan dengan diolah secara deskriptif.
P31 Apa yang ditampilkan pada PMS Hasil olah deskriptif kemudian
membantu mempercepat pekerjaan digunakan untuk menentukan prioritas user story
saya. yang telah dipetakan. Selain itu, penulis juga
P32 Saya dapat membaca teks yang menampung setiap keluhan dan temuan yang
ditampilkan pada halaman PMS diberikan oleh responden sebagai user story.
dengan mudah
P33 Ukuran teks yang ditampilkan sudah Sprint Planning
baik Sprint planning dilakukan dengan
P34 Saya dapat dengan mudah berpindah menentukan jadwal pelaksanaan sprint, memilih
dari halaman satu ke halaman yang lain product backlog yang akan dikerjakan pada
P35 Saya dapat mengisikan form ketika sprint yang dijadwalkan, serta membuat daftar
melakukan input dengan cepat pekerjaan yang akan dikerjakan. satu item
P36 Saya dapat dengan cepat menemukan product backlog dapat dipecah atau dibagi
informasi yang saya cari menjadi beberapa daftar pekerjaan, namun tidak
P37 Saya dapat dengan mudah berinteraksi menutup kemungkinan bahwa lebih dari satu
dengan tombol yang ditampilkan product backlog yang serupa digabung menjadi
P38 Saya dapat dengan mudah berinteraksi satu item task/pekerjaan.
dengan link yang ditampilkan
P39 Saya dapat dengan mudah Design Sprint
membedakan elemen mana yang dapat Design sprint dilakukan melalui empat
berinteraksi dengan saya fase pengembangan prototype, yaitu
Errors Understanding, Diverge, Converge, dan yang
P41 Ukuran teks yang ditampilkan terakhir Prototyping. Fase understanding
memudahkan saya dalam mengenali dilakukan dengan memahami permasalahan dan
kesalahan yang terjadi potensi perbaikan yang dapat dilakukan. Fase
P42 Pemilihan warna teks memudahkan diverge dilakukan dengan mengumpulkan setiap
saya dalam mengenali kesalahan yang kemungkinan solusi untuk diputuskan pada fase
terjadi converge. Kemungkinan solusi yang terpilih
Pemilihan warna pada tampilan pms pada fase converge kemudian dilanjutkan ke fase
P43
memudahkan saya mengenali aktivitas prototype.
diselesaikan dengan baik
P44 Pms menampilkan contoh hal yang Sprint Review
benar ketika terjadi kesalahan Sprint review dilakukan sebagai proses
P45 Saya tidak membutuhkan bantuan koreksi item sprint backlog yang telah
orang lain ketika terjadi kesalahan dikerjakan. item sprint backlog yang tidak
memerlukan koreksi diberi status done. Koreksi
P46 PMS memberikan tampilan yang
yang dianggap signifikan dapat dimasukkan
intuitif untuk meminimalisir kesalahan.
kedalam product backlog untuk dikerjakan pada
P47 Ketika saya melakukan kesalahan
sprint selanjutnya.
secara tidak sengaja, saya dapat
memperbaiki sendiri kesalahan tersebut
Satisfactions
Sprint Retrospective

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 5


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

Sprint retrospective dilakukan dengan Superintendent dan di-review oleh seorang Fleet
membuat sebuah grafik yang terbagi dalam manager. Standard Job merupakan standar
empat kuadran: hal apa saja yang berjalan dalam melakukan suatu pekerjaan/tugas.
dengan baik, hal apa saja yang dapat dipelajari Aktivitas ini dibuat oleh Technical Super
lebih lanjut dan dapat diperbaiki, serta kejadian Intendent, kemudian dilaksanakan oleh
apa saja yang berjalan tidak sesuai rencana. Engineer/Officer, dan di-review oleh Chief
Engineer/Chief Officer. Request List adalah
daftar permintaan barang yang ditujukan pada
barang yang tersedia di kapal. Request list
Evaluasi Akhir dibuat oleh seorang officer/engineer, kemudian
Evaluasi Akhir dihitung dengan di-review oleh seorang Chief Officer/Chief
Engineer, dan disetujui oleh Technical Super
melakukan kembali evaluasi usabilitas
Intendent. Repair request adalah permintaan
setelah prototype dibuat. Evaluasi akhir perbaikan yang dibuat oleh engineer/officer,
dilakukan dengan melihat rata-rata kemudian direview oleh Technical Super
respon untuk melihat perkembangan dari Intendent, dan disetujui oleh Fleet Manager.
desain lama dan desain baru. Pada permintaan perbaikan kemudian dilanjutkan oleh
technical super intendent untuk dilanjutkan
evaluasi akhir, Validitas dan reliabilitas
menjadi work order. Setiap kegiatan work order
data tidak dihitung kembali karena harus dilaporkan. Laporan ini dibuat dalam
kuisioner yang digunakan tidak berubah bentuk Work order report oleh Officer/engineer,
yang kemudian di review oleh Chief
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Officer/Chief Engineer, dan disetujui oleh
Identifikasi proses dan pengguna Technical Supert Intendent.
dilakukan dengan melakukan observasi.
Pengguna yang terlibat dalam planned Validitas Data
maintenance system antara lain: Fleet Technical Penghitungan validitas data dilakukan
Manager, Technical Superintendent, Chief dengan bantuan perangkat lunak SPSS, luaran
Engineer, Second Engineer/Engineers, Chief yang dihasilkan mengungkap bahwa empat dari
Officer, Second Officer/Officers, serta Fleet 26 indikator yang diuji validitasnya merupakan
President. indikator yang tidak valid karena menghasilkan
Fleet Technical Manager adalah nilai p-value kurang dari alpha yang dikehendaki
manager yang bertanggung jawab atas seluruh (0.05), variabel tersebut antara lain: p22, p32,
proses PMS, baik ditinjau dari segi teknis dan p33, p34, dan p37.
biaya. Technical Superintendent adalah
pengawas teknis yang bertanggung jawab atas Tabel 2. Validitas Indikator
seluruh proses PMS secara teknis. Chief ID p-val Ket ID p-val Ket
Engineer adalam kepala kamar mesin/masinis 1, P11 .000 Valid P36 .000 Valid
pimpinan di kapal yang bertanggung jawab P12 .002 Valid P37 .153 invalid
untuk kelancaran proses PMS di bagian mesin P13 .000 Valid P38 .003 Valid
kapal. Engineer adalah masinis 2, teknisi yang P14 .012 Valid P39 .000 Valid
melaksanakan pemeriksaan di bagian mesin P21 .004 Valid P41 .003 Valid
kapal. Chief Officer adalah pimpinan yang P22 .244 invalid P42 .000 Valid
bertanggung jawab atas kelancaran proses PMS P23 .001 Valid P43 .043 Valid
di bagian dek kapal. Second Officer adalah P24 .000 Valid P44 .007 Valid
Mualim 2, Teknisi yang melaksanakan P31 .003 Valid P45 .001 Valid
pemeriksaan di bagian dek kapal. P32 .110 invalid P46 .000 Valid
Aktivitas yang dilakukan didalam P33 .103 invalid P47 .003 Valid
sistem antara lain: Maintenance Schedular, P34 .000 Valid P51 .002 Valid
Standard Job, Request List, Part Request, Repair P35 .000 Valid P52 .011 Valid
Request, Work Order, dan Work Order Report.
Maintenance Schedule adalah jadwal
pemeliharaan suatu alat. Maintenance Reliabilitias Data
Schedullar dibuat oleh seorang Technical Uji Reliabilitas data dilakukan dengan
melihat tabel reliability statistics pada perangkat

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 6


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

lunak SPSS. Sebuah instrumen pengukuran


dianggap reliabel jika menghasilkan nilai Sprint Iterasi-1
Cronbach’s Alpha tidak kurang dari 0.700, nilai Setiap iterasi dilakukan dengan
Cronbach’s Alpha pada penelitian ini sebesar melakukan sprint planning, Sprint, sprint
0.794. review, dan Sprint retrospective.
Tabel 3. Reliabilitas Data
Cronbach’s Alpha Sprint Planning
Cronbach’s N of
Based on Sprint iterasi pertama dijadwalkan
Alpha Items
Standarized Items dimulai pada tanggal 05/11/2018 hingga
.794 .798 26 09/11/2018. Sprint backlog yang disusun antara
Statistika Deskriptif lain:
Empat puluh lima (78.9%) orang dari Tabel 5. Sprint Backlog
responden berjenis kelamin laki-laki, sedangkan No Task
sisanya sebanyak Dua belas (21.1% ) orang dari Pengguna sulit mengenali dan mengingat
responden berjenis kelamin perempuan. Jabatan menu yang ada pada sistem (PB1)
terbanyak dalam penelitian ini adalah Engineer PB1.1 Menyederhanakan model menu baru,
dan Officer, masing masing 17 dan 18 orang. mengurangi jumlah klik yang harus
Chief Engineer, Chief Officer, dan Technical dilalui pengguna
Super Intendent sebanyak lima orang. Jumlah PB1.2 Memperbaiki tata bahasa yang
responden terbanyak berusia 36-44 tahun, dan dipakai dalam menu
responden dengan frekuensi paling sedikit Pemilihan warna belum mengingatkan user
berusia lebih dari 53 tahun sebanyak tiga orang, pada event yang terjadi pada sistem (PB3)
diikuti responden yang lebih muda dari 26 tahun PB3.1 Menentukan palet warna yang akan
sebanyak tujuh orang. Lebih dari setengah digunakan pada Sistem saat terjadi
responden telah menggunakan sistem lebih dari sebuah event
lima bulan, sedangkan hanya delapan responden PB3.2 Menentukan makna
yang baru menggunakan sistem kurang dari satu prioritas/konsekuensi masing masing
bulan. warna
Pengguna merasa kesulitan dalam
Product Backlog membedakan antara teks warning dan bukan.
Berdasarkan tabel frekuensi respon, Namun aktivitas yang dilakukan secara sukses
user story yang teridentifikasi kemudian dapat dibedakan. (PB4)
dirangkai dan dipetakan kedalam product PB4.1 Membuat desain system
backlog yang kemudian digunakan sebagai alert/warning
daftar yang harus dikerjakan dalam sebuah Tidak ada informasi yang mengindikasikan
sprint. Detil product backlog dijelaskan pada bahwa pengguna sukses masuk kedalam
tabel dibawah ini: sistem (PB9)
PB9.1 Memperbaiki Login Page
Tabel 4. Product Backlog PB9.2 Membuat header
PBID Story PB9.3 Membuat footer
PB1 Pengguna sulit mengenali dan
mengingat menu yang ada pada Design Sprint
sistem Model menu yang saat ini diterapkan
PB3 Pemilihan warna belum merupakan menu berupa cascaded list vertikal di
mengingatkan user pada event yang sebelah kiri halaman, sebagai contoh jika
terjadi pada sistem seorang second engineer harus membuat sebuah
PB4 Pengguna merasa kesulitan dalam request list, pengguna harus menekan tombol
membedakan antara teks warning dan menu, transaksi, kemudian menu request list
bukan. Namun aktivitas yang untuk masuk ke halaman tersebut. Tata bahasa
dilakukan secara sukses dapat yang digunakan dalam menu saat ini juga dinilai
dibedakan. kurang tepat karena tidak menggunakan spasi.
PB9 tidak ada informasi yang Perbaikan tata bahasa yang dipakai
mengindikasikan bahwa pengguna dalam menu dilakukan agar pengguna tidak
sukses masuk kedalam sistem perlu menebak apa yang dimaksud oleh sistem.

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 7


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

Tata Bahasa yang tidak baik berpotensi membuat model menu yang kompleks atau bertingkat
pengguna kesulitan bernavigasi dalam sistem. mengurangi kebutuhan pengguna untuk
mengingat menu apa yang harus ditekan untuk
sampai ke halaman tertentu.

Gambar 6. Header Saat ini

Header yang dibuat juga menampilkan


informasi tentang sistem beserta informasi
Gambar 4. Model menu saat ini penggunanya. Hal ini diharapkan dapat
memberikan informasi bahwa pengguna telah
Fase diverge menghasilkan dua sukses masuk kedalam sistem. Adanya informasi
alternatif model menu yang akan digunakan tentang judul halaman menjadi penting karena
dalam prototype. Tampilan berupa big menu, pengguna harus mengetahui dia sedang berada
menu berupa link inline yang ditampilkan secara pada halaman apa sehingga tidak terjadi
horizontal. Jumlah klik yang harus dilalui pada kesalahan dalam proses input/update/delete.
model menu saat ini sebanyak tiga klik, begitu Informasi mengenai versi sistem yang
juga dengan model tampilan big menu. Dengan sedang berjalan beserta kontak bantuan
menggunakan model big menu, pengguna harus ditampilkan pada bagian footer sistem.
menuju pada halaman big menu setiap kali harus
berpindah halaman/aktivitas.

Gambar 7. Prototype Header, inline menu, dan


Footer

Fase diverge dalam mengeksplorasi


desain alert/warning menghasilkan beberapa
alternatif. Desain alert/warning yang diajukan
fokus pada penggunaan sudut alert-box. Desain
Gambar 5. Fase diverge tampilan menu alert-box A menggunakan sudut siku-siku tajam
dan meletakkan icon disisi kiri kotak. Desain
Pengguna cukup melalui satu kali klik alert-box B menggunakan sudut melengkung
pada model tampilan menu inline karena model (rounded). Desain alert-box C meletakkan icon
menu ini selalu ditampilkan dibawah header disebelah kanan kotak dan menggunakan sudut
aplikasi. Model menu yang dipilih pada fase siku-siku. Keputusan yang dipilih pada fase
converge adalah model tampilan menu inline. converge adalah menggunakan desain alert-box
Prototype menu yang dibangun memungkinkan C. Sudut siku-siku tajam dipilih karena dinilai
pengguna masuk dalam halaman yang memberikan sifat tegas, sedangkan icon yang
diinginkan dengan melalui satu klik saja, selisih ditampilkan disebelah kanan memberikan
jumlah klik harus dilalui pengguna ini dipercaya informasi sekunder mengenai warning yang
dapat membantu mengurangi kompleksitas terjadi tanpa harus melewatkan teks/informasi
dalam mengingat menu yang harus ditekan oleh utama.
user.
Dengan model menu yang sederhana,
pengguna diharapkan dapat lebih mudah
mengingat menu mana yang harus ditekan.
Dengan mengurangi jumlah klik yang harus
dilalui, pengguna dapat berpindah dari satu
halaman ke halaman lain dengan lebih cepat,

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 8


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

Gambar 8. Fase Diverge Alert-box

Warna yang digunakan pada alert-box


juga mengikuti standar warna yang ditetapkan. Gambar 10. Prototype Alert-box
Standar palet warna tersebut terdiri dari warna
merah, kuning, hijau, dan abu-abu. Setiap warna Palet warna yang terstandarisasi memudahkan
juga memiliki makna terhadap konsekuensi yang pengguna dalam mengartikan elemen UI sistem
muncul dari alert-box. Alert-box dengan warna seperti warning/alert yang muncuk, Ketika
merah menandakan bahwa peringatan yang sistem memberikan warning/alert dengan warna
muncul memiliki konsekuensi tinggi atau yang tidak terstandar, pengguna berpotensi
menandakan suatu kegagalan. Warna kuning secarara tidak sengaja mengabaikan kejadian
memiliki makna konsekuensi yang lebih rendah tersebut.
dan dapat ditolelir. Warna hijau menandakan Desain halaman login saat ini tidak
adanya aktivitas yang sukses, dan warna abu-abu memberikan informasi kepada pengguna
digunakan sebagai info dan tidak memiliki mengenai sistem, penulis juga menemukan
konsekuensi. beberapa inkonsistensi bahasa penggunaan kata
sign-in dan login yang pada dasarnya memiliki
makna yang sama. Selain itu pemilihan warna
latar pada form login memiliki banyak ruang
untuk perbaikan.

Gambar 9. Palet warna Alert-box

Palet warna alert-box juga digunakan


dalam elemen sistem yang lain, sebagai contoh Gambar 11. Desain Halaman Login saat ini
status/state sebuah pekerjaan. Pekerjaan overdue
akan diberi warna merah, pekerjaan yang selesai Fase diverge pada satuan pekerjaan
akan selalu ditandai dengan warna hijau, membuat login page menghasilkan tiga alternatif
pekerjaan on progress diberi warna biru. desain. Desain pertama menampilkan form tepat
ditengah layar. Desain ini mengadaptasi
tampilan login yang diterapkan pada saat ini.
Desain yang kedua dan ketiga menampilkan
form login di sisi sebelah kanan layar. Yang
membedakan antara desain kedua dan ketiga
adalah letak label form login. Form login kedua
meletakkan label secara linear vertikal,
sedangkan form login ketiga meletakkan label
dan text-box secara horizontal.

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 9


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

Tampilan desain halaman login yang dilakukan ketika sprint review sehingga tidak
dipilih pada fase converge dan dilanjutkan pada perlu mengubah product backlog.
fase prototype adalah opsi desain kedua.
Prototype yang dibuat memberikan informasi
mengenai aplikasi yang sedang diakses oleh
pengguna. Selain itu perhatian pengguna juga
diarahkan pada teks “Log in” diawal form
sehingga pengguna tau bahwa pengguna harus
melakukan login dengan memasukkan email dan
password.

Gambar 14. Koreksi Palet Warna

Sprint Retrospective
Sprint retrospective pada iterasi
pertama mengungkap bahwa penjadwalan dan
alur pengerjaan tiap satuan tugas/task berjalan
dengan baik, namun detil dalam pembahasan
item product backlog dapat dikembangkan lebih
lanjut.

Gambar 12. Fase Diverge Halaman Login


Alert-box ditampilkan setelah judul
form diharapkan dapat mengambil perhatian What went great? What can be
pengguna bahwa telah terjadi kegagalan dalam Apa saja yang learned?
memasuki sistem karena email dan password berjalan dengan baik? Apa yang dapat
yang salah. Latar belakang putih pada form login  Penjadwalan dipelajari?
yang baru diharapkan memberikan kontras  Alur pengerjaan  -
warna yang baik.
What is lacked? What went wrong?
Apa yang masih Apa yang tidak
kurang? sesuai rencana?
 Detil dalam  -
pembahasan item
product backlog
pada fase
understanding

Gambar 15. Kuadran Sprint Retrospective


Gambar 13. Prototype halaman Login Evaluasi Akhir
Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal
Sprint Review 26/11/2018 hingga 18/12/2018 setelah
Seluruh item sprint backlog pada sprint menunjukkan prototype yang dibuat dan
iterasi pertama selesai tepat waktu. Koreksi mengukur kembali usabilitas kepada pengguna.
hanya dilakukan pada item PB3.1. palet warna Setiap variabel mengalami peningkatan rata-rata
sebelum review dinilai terlalu gelap. Koreksi selain P13, P31, dan P35. P13 membahas

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 10


JSIKA Vol. 8, No. 1. Tahun 2019 ISSN 2338-137X

mengenai bahasa yang digunakan, menurun Ghasemifard, N., Shamsi, M., Rasouli Kenar, A.,
sebesar 0.75439. P31 membahas mengenai & Ahmadi, V. (2015). A New View at
apakah tampilan mempercepat pekerjaan, Usability Test Methods of Interfaces for
menurun sebesar 0.01754. P35 membahas Human Computer Interaction. Global
mengenai apakah pengguna dapat mengisikan Journal of Computer Science and
form dengan cepat, menurun sebesar 0. 19298. Technology: A Hardware &
Rata-rata Aspek bahasa yang digunakan Computation, 16-24.
oleh sistem berkurang dapat diakibatkan oleh Ivory, M., & Hearst, M. (2001). The State of the
pengaruh kebiasaan bahasa yang dipakai oleh Art in Automating Usability Evaluation
pengguna, begitu juga dengan tingkat of User Interfaces. ACM Computing
kemudahan pengguna dalam menginputkan Surveys, 470-516.
form, Pengguna juga dirasa memerlukan Kullolli, I. (2008). Selecting a Computerized
beberapa waktu untuk membiasakan diri dalam Maintenance Management System.
menggunakan sistem. Clinical Engineering Management,
276-278.
PENUTUP Nadikattu, S. (2016). Integrating User
Dari pengembangan desain user Experience (UX) Development with
interface yang telah dilakukan, kesimpulan yang Agile Software Development Practices.
dapat ditarik antara lain: (1) Desain aplikasi Karlskrona, Sweden: Blekinge Institute
yang baru mengadopsi model menu horizontal of Technology.
yang ditempatkan dibawah header aplikasi. (2) Rubin, J., & Chisnell, D. (2008). Handbook of
Desain aplikasi yang baru menstandarisasi palet Usability Testing: How to Plan, Design,
warna untuk digunakan dalam elemen UI sistem. and Conduct Effective Test.
(3) Pemberitahuan dan peringatan Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.
divisualisasikan dalam bentuk Alert-box dengan Silva, T. S., Silveira, M. S., Maurer, F., &
sudut siku siku, icon mengenai alert-box Hellmann, T. (2012). User Experience
ditampilkan di sisi kanan box. Design and Agile Development: From
Theory to Practice. Journal of Software
DAFTAR PUSTAKA Engineering and Application, 743-751.
Banfield, R., Lombardo, T. C., & Wax, T. Weichbroth, P., & Sikorski, M. (2015). User
(2015). Design Sprint: A Practical Interface Prototyping. Techniques,
Guidebook for Building Great Digital Methods, and Tools. Studia
Products. Sebastopol: O'Reilly Media. Ekonomiczne. Zeszyty Naukowe, 185-
Brien, J. O. (2008). Comprehensive CMMS 198.
Implementation Guide. Toronto: MA
CMMS.
Campbell, J. D., & James, R.-P. V. (2015).
Uptime: Strategies for Excellence in
Maintenance Management. Florida:
CRC Press.
CEN. (2010). CEN - EN 13306:2010
Maintenance - Maintenance
Terminology. European Commitee for
Standarization.
Conyer, M. (2008). User Usability Testing -
How It Should be Undertaken?
Australian Journal of Education
Technology, 38-51.
Frenkel, I., Lisnianski, A., & Khvaskin, L.
(2009). Corrective Maintenance and
Reliability Associated Cost Estimation
of Aging Multistate System. Computer
Modelling and New Technologies, 32-
38.

JSIKA Vol. 8, No. 1, Tahun 2019, ISSN 2338-137X Page 11

Anda mungkin juga menyukai