Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PELATIHAN ACLS

(ADVANCED CARDIAC LIFE SUPPORT)

Disusun Oleh :

dr Evelyn Diantika M

Rumah Sakit Umum St Elisabeth

Tahun 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bantuan Hidup Jantung Dasar (Basic Cardiac Life Support) merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari bantuan hidup dasar (Basic Life Support) secara

keseluruhan serta merupakan komponen inti dari Bantuan Hidup Jantung Lanjutan

(Advanced Cardiac Life Support). Saat ini, penguasaan tindakan bantuan hidup jantung

dasar merupakan suatu standar keahlian yang harus dikuasai dan menjadi persyaratan

bagi tenaga medis.

Pemahaman, pengertian, serta penguasaan teori dan teknik Bantuan Hidup

Jantung Dasar yang dilanjutkan dengan penerapan dalam latihan/praktek merupakan

kunci utama untuk melakukan pertolongan yang efektif dan mempermudah pelaksanaan

Bantuan Hidup Jantung Lanjutan. Oleh sebab itu, peran pelatihan menjadi sangat vital

dalam mengembangkan kecepatan dan ketepatan berpikir serta penerapan

pengetahuan Bantuan Hidup Jantung Dasar yang telah diketahui.

Kursus Advanced Cardiac Life Support (ACLS) dirancang bagi para tenaga

kesehatan yang berperan langsung dalam resusitasi pasien, baik di dalam maupun di

luar rumah sakit. Pada pelatihan ini, diharapkan mampu meningkatkan keterampilan

dalam penanganan pasien henti jantung dan penanganan keadaan sebelum henti

jantung. Pelatihan menggunakan metode partisipatif aktif melalui serangkaian simulasi

kasus kardiopulmoner.

Kursus ACLS dirancang sedemikian rupa dengan menekankan pentingnya

tindakan-tindakan berkelanjutan yang saling terkait satu sama lain agar memperoleh

hasil yang maksimal untuk menyelamatkan hidup pasien. Tindakan yang

berkesinambungan ini disebut dengan rantai kelangsungan hidup (the chain of survival).

Rantai pertama adalah mendeteksi segera kondisi korban dan meminta

pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera

(early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early

defibrilation), rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup jantung lanjut segera (early

advanced cardivaskular life support) dan rantai kelima adalah perawatan pasca henti

jantung (post cardiac-arrest care)


Kejadian mati mendadak masih merupakan penyebab kematian utama baik di

negara maju ataupun di negara berkembang seperti di Indonesia. Henti jantung (cardiac

arrest) bertanggung jawab terhadap 60% angka kematian penderita dewasa yang

mengalami penyakit jantung koroner. Di eropa diperkirakan terdapat 700.000 kasus

henti jantung pada pasien dewasa setiap tahunnya. Berdasarkan laporan hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2007 yang diterbitkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 di Jakarta, prevalensi nasional

penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala).

Sebagian besar kejadian henti jantung mendadak yang terdokumentasikan

memperlihatkan irama ventricular fibrilation (VF). Untuk mempertahankan kelangsungan

hidup, terutama jika henti jantung mendadak tersebut disaksikan, maka tindakan

bantuan hidup dasar atau lanjutan harus secepatnya dilakukan. Berdasarkan penelitian,

bantuan hidup terhadap jantung akan memberikan hasil yang maksimal apabila

pertolongan diberikan dalam waktu 5 menit setelah terjadi kejadian, dan pasien

diketahui tidak sadarkan diri dengan menggunakan alat automated external defibrilator

(AED). Keberhasilan kejut jantung menggunakan defribilator akan menurun antara 7-

10% per menit apabila tidak dilakukan tindakan bantuan hidup. Sebagai konsekuensi,

semakin lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan kejut jantung pertama

kali, maka akan semakin kecil peluang keberhasilan tindakan tersebut.

Dengan mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

saya sebagai tenaga medis dalam penanganan kasus henti jantung di Rumah Sakit

Umum Santa Elisabeth Purwokerto. Dan dengan sendirinya meningkatkan mutu

pelayanan medis, khususnya dalam penanganan pasien jantung di Rumah Sakit Umum

Santa Elisabeth Purwokerto.

B. Tujuan
Peserta diharapkan mampu:
 Menunjukkan kemahiran dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar
BHD, termasuk mendahulukan kompresi dada dan mengintegrasikan
penggunaan Automated External Defibrillator (AED)
 Mengelola henti jantung hingga kembalinya sirkulasi spontan (return of
spontaneous circulation/ROSC), penghentian resusitasi, atau melakukan
rujukan
 Mengenali dan melakukan pengelolaan dini terhadap kondisi sebelum henti
jantung yang dapat menyebabkan terjadinya henti jantung atau mempersulit
resusitasi
 Mendemonstrasikan komunikasi efektif sebagai seorang anggota atau
pemimpin resusitasi

C. Pembiayaan
Biaya Pelatihan : Rp 3.500.000,00
Uang Trasportasi : Rp 50.000,00 / 3 hari
Uang Duduk : Rp 300.000,00/ 3 hari
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

a. Peserta Dari RSU Santa Elisabeth Purwokerto


Jumlah peserta : 1 orang

b. Waktu
Hari : Jumat – Minggu
Tanggal : 22 – 24 November 2019
Jam : 07.30 s.d 19.00 WIB

c. Tempat
Tempat : Hotel Grand Karlita Purwokerto

d. Penyelenggara
PERKI Cabang Purwokerto

e. Narasumber
- dr. Abraham Avicena, Sp.JP
- dr. Rio Probo Kaneko, Sp.JP
- dr. Yosman Freedy Soeroto, Sp.JP
- dr. Shila Suryani, MSC, Sp.An

f. Materi
Adapun materi pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Bantuan Hidup Dasar

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi, Kardiovaskular, dan

Serebrovaskular

3. Pengenalan Irama pada EKG

4. Survei Primer Bantuan Hidup Dasar

5. Sindroma Koroner Akut

6. Bantuan Hidup Dasar pada Dewasa

7. Bantuan Hidup Dasar pada Anak

8. Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing

9. Henti Jantung
10. Resusitasi pada kondisi-kondisi khusus

11. Tata laksana Jalan Napas

12. Terapi listrik, Defibrilasi, Kardioversi, AED dan Pacu Jantung

13. Perawatan Pasca Henti Jantung

14. Bradikardia

15. Takikardia

16. Sindrom Koroner Akut

17. Hipotensi, Syok dan Edema Paru Akut

18. Obat-obatan yang digunakan dalam Bantuan Hidup Jantung Lanjut

19. Tim Darurat Medis

g. Jadwal Kegiatan
Terlampir

h. Fasilitas Peserta
Sertifikat, Buku BCLS dan ACLS

i. Alat Bantu Pelatihan


- Laptop
- LCD
- LCD Proyektor
- Sound System
- Phantom Bayi dan Dewasa
- Alat BHD (Mouth to mouth mask, Ambubag, AED)
- Alat ACLS (Peralatan manajemen airway, Obat-obatan, Defibrilator)

j. Metode Pembelajaran
Metode yang dipergunakan dalam pembelajaran adalah :
- Ceramah/pemberian materi
- Tanya jawab
- Praktek/latihan Megacode
- Ujian Paktek Megacode (kelompok)
- Ujian tulis
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Proses pembelajaran baik
2. Narasumber menyampaikan materi dengan jelas dan baik
3. Peserta mampu mampu melakukan BHD (termasuk mengutamakan kompresi dan
menggunakan AED) serta mampu melakukan BHJL/ACLS dengan mengenali dan
melakukan pengelolaan dini terhadap kondisi henti jantung dan kondisi sebelum
terjadi henti jantung (termasuk manajemen airway, penggunaan obat-obatan dan
defibrillator)
4. Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para peserta karena dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menangani kasus henti jantung dan
kondisi-kondisi sebelum henti jantung (BHD dan BHJL/ACLS), serta perawatan
pasca henti jantung.
B. Saran
Berdasarkan hasil pelatihan, kepada Rumah Sakit yang mengikuti pelatihan agar :

1. Melengkapi Alat yang dibutuhkan dalam usaha Bantuan Hidup Jantung Lanjut

(ACLS) seperti defibrilator baik di IGD, ICU, OK, maupun ruang perawatan pasien.

2. Melengkapi obat-obatan emergensi yang dibutuhkan pasien dengan kasus Jantung

terutama di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth

Purwokerto.

Puwokerto 15 Desember 2019

dr Evelyn Diantika Maranantan


BAB IV
LAMPIRAN

1. Jadwal Kegiatan
2. Surat Tugas
3. Materi
4. Sertifikat peserta
5. Nota

Anda mungkin juga menyukai