Anda di halaman 1dari 24

STANDAR PELAYANAN

“PERIZINAN DAN NON PERIZINAN HILIR MINYAK DAN GAS BUMI”

KEM ENTERIAN ENERGI DAN SUM BER DAYA M INERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI
GEDUNG IBNU SUTOW O, JL. HR. RASUNA SAID KAV B-5, JAKSEL
A. PENDAHULUAN
Merujuk kepada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan
teknis dan supervise, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan
pengawasan di bidang A usaha hilir minyak dan gas bumi. Bidang usaha hilir
tersebut meliputi: pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, niaga, serta harga
dan subsidi bahan bakar migas.

Dalam rangka meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan usaha minyak dan gas bumi, perlu dilakukan
penataan perizinan pada kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi, yang
bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan
dan/atau niaga.

Untuk itu Direktorat Hilir Migas selaku penyelenggara pelayanan di bidang hilir
migas dipandang perlu menyusun sebuah Standar Pelayanan Perizinan dan Non
Perizinan Hilir Migas sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dalam Pasaln15 bahwa setiap
penyelenggara pelayanan publik wajib menetapkan dan menerapkan standar
pelayanan publik untuk setiap jenis pelayanan.

B. STANDAR PELAYANAN
Standar Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Hilir Migas meliputi jenis
pelayanan:
I. Perizinan Hilir Migas
a. Izin Usaha Pengolahan Migas
b. Izin Usaha Pengangkutan Migas
c. Izin Usaha Penyimpanan Migas
d. Izin Usaha Niaga Migas
II. Non Perizinan Migas:
a. Rekomendasi Impor Pelumas untuk Penggunaan Sendiri
b. Rekomendasi Ekspor Hasil Pengolahan Kilang
c. Rekomendasi Ekspor/Impor Niaga Migas

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Mei 2019

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas

Muhammad Rizwi JH.


NIP. 196908141994031005
I. STANDAR PELAYANAN PERIZINAN HILIR MIGAS

a. Standar Pelayanan Izin Usaha Pengolahan Migas

NO. KOM PONEN URAIAN


1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI
Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4152) sebagaimana telah
berubah dengan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 002/PUU-I/2003 pada tanggal 21
Desember 2004 (Berita Negara RI Nomor 1 Tahun
2005);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004
tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas
Bumi (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4996);
c. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 19 tahun 2008 tentang Pedoman
dan Tata cara Perlindungan Konsumen pada
Kegiatan Usaha Hilir Migas;
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tentang
Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied
Petroleum Gas;
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perizinan
pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 569);
f. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 40 Tahun 2017 tentang
Pendelegasian wewenang Pemberian Perizinan
Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
kepada Kepala BKPM (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 858);
g. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 52 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perizinan
Pada Kegiatan Usaha Miyak dan Gas Bumi;
2. Persyaratan
(Detail Lampiran Peraturan Menteri ESDM No.
Pelayanan
29/2017)

3. Sistem, Sistem, mekanisme dan prosedur sesuai dengan


mekanisme, Standar Operasional Prosedur Penerbitan Izin Usaha
dan prosedur Pengolahan Migas
4. Jangka waktu 10 – 15 Hari Kerja
penyelesaian
5. Biaya/tarif Tidak ada
6. Produk Izin Usaha Pengolahan Migas
pelayanan
7. Sarana, a. Aplikasi online
prasarana, b. Ruang pelayanan investasi migas
dan/atau c. Telepon (hunting)
fasilitas d. Komputer
e. Printer
f. Jaringan internet
8. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Izin Usaha
Pelaksana Pengolahan Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan
perundangan yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit Pengolahan
Migas;
3. Memahami Standar Operasional Prosedur evaluasi
permohonan Izin Usaha Pengolahan Migas.
9. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II dan I
internal Migas melalui sistem manajemen pelayanan on-line
Migas
10. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran, dan 3. Mekanisme penanganan pengaduan
masukan
11. Penyelenggara Sub Direktorat Pengolahan Migas, Direktorat
Pembinaan Usaha Hilir Migas
12. Jumlah 8 Orang
pelaksana
b. Standar Pelayanan Izin Usaha Pengangkutan Migas

NO. KOM PONEN URAIAN


1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4152);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004
tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran
Negara RI Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4996);
c. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 0007 Tahun 2005 tanggal 21 April
2005 tentang Persyaratan dan Pedoman
Pelaksanaan Izin Usaha dalam Kegiatan Usaha Hilir
Minyak dan Gas Bumi;
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tanggal 29
September 2009 tentang Penyediaan dan
Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas;
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perizinan
pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 569)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 52
Tahun 2018;
f. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 40 Tahun 2017 tentang
Pendelegasian wewenang Pemberian Perizinan
Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
kepada Kepala BKPM (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 858)
g. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas
Bumi Nomor 13953.K/10/DJM.O/2006 tanggal 2
Oktober 2006 tentang Pedoman Penerbitan Izin
Usaha Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi;

2. Persyaratan
(Detail Lampiran Peraturan MESDM No. 29/2017
Pelayanan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MESDM
No. 52/2018)

3. Sistem, Sistem, mekanisme dan prosedur sesuai dengan SOP


mekanisme, Penerbitan Izin Usaha Pengangkutan Migas
dan prosedur
4. Pedoman Jangka Waktu Izin Usaha :
Evaluasi a. Pengajuan Izin Baru (fasilitas milik) = maksimal 20 (dua
puluh) tahun;
b. Pengajuan Izin Baru (fasilitas sewa) = sesuai masa sewa
fasilitas pengangkutan;
c. Perpanjangan Izin Usaha = maksimal 20 tahun;
Perpanjangan Izin Usaha (terlambat) = 1 (satu) tahun.
5. Jangka waktu 10 – 15 Hari Kerja
penyelesaian
6. Biaya/tarif Tidak ada
7. Produk Izin Usaha Pengangkutan Migas
pelayanan
8. Sarana, a. Aplikasi online
prasarana, b. Ruang pelayanan investasi migas
dan/atau c. Telepon (hunting)
fasilitas d. Komputer
e. Printer
f. Jaringan internet
9. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Izin Usaha
Pelaksana Pengangkutan Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan
perundangan yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit
Pengangkutan Migas;
3. Memahami SOP evaluasi permohonan Izin Usaha
Pengangkutan Migas.
10. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II dan I
internal Migas melalui sistem manajemen pelayanan on-line
Migas
11. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran, dan 3. Mekanisme penanganan penganduan
masukan
12. Penyelenggara Sub Direktorat Pengangkutan Migas, Direktorat
Pembinaan Usaha Hilir Migas
13. Jumlah 9 Orang
pelaksana
c. Standar Pelayanan Izin Usaha Penyimpanan Migas

NO KOM PONEN URAIAN


1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun 2001
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4152) sebagaimana telah berubah dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor :002/PUU-I/2003 pada
tanggal 21 Desember 2004 (Berita Negara RI Nomor 1
Tahun 2005);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang
Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian
Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi dan Kegiatan
Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (lembaran
Negara RI Tahun 2002 Nomor 141, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4436);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4436) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4996);
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 19 tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata cara
Perlindungan Konsumen pada Kegiatan Usaha Hilir
Migas;
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan
Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas;
f. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perizinan pada Kegiatan
Usaha Minyak dan Gas Bumi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 569);
g. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pendelegasian
wewenang Pemberian Perizinan Bidang Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi kepada Kepala BKPM (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 858);
h. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas
Bumi Nomor 13953.K/10/DJM.O/2006 tanggal 2
Oktober 2006 tentang Pedoman Penerbitan Izin Usaha
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi;
2. Persyaratan Lampiran Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Pelayanan Mineral Nomor 29 Tahun 2017 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 52 Tahun 2018.
3. Sistem SOP Evaluasi Permohonan Izin Usaha Penyimpanan Migas.
M ekanisme dan
Prosedur
4. Pedoman 1. Badan Usaha mengajukan permohonan sesuai dengan
Evaluasi Persyaratan Administasi dan Teknis sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Akte Pendirian Perusahaan meliputi :
a. Akta pendirian awal atau dokumen lain yang setara
dengan melampirkan pengesahan dari instansi yang
berwenang;
b. Akta perubahan Direksi dan Komisaris serta
pemegang saham terakhir dengan pengesahan dari
instansi yang berwenang.
c. Bidang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas
bumi
3. Profile perusahaan paling sedikit memuat visi misi,
skema bisnis yang dijalankan, pengalaman usaha,
perizinan yang dimiliki dan struktur organisasi
perusahaan.
4. Nomor Pokok Wajib Pakaj (NPWP) perusahaan harus
berstatus valid pada KSWP (Konfirmasi Status Wajib
Pajak).
5. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dapat digantikan
dengan NIB (Nomor Induk Berusaha) dan apabila TDP
tersebut sudah habis masa berlakunya tidak perlu
dilakukan perpanjangan.
6. Surat Pernyataan Tertulis yang memuat kesanggupan
Badan Usaha harus mengikuti format yang sudah ada
pada lampiran Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 29 Tahun 2017.
7. Persetujuan prinsip dari Pemerintah Daerah dapat
berupa Izin Prinsip/Izin Lokasi/ Izin Penggunaan
Lahan/IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dari
Pemerintah Daerah atau pemilik kawasan.
8. Dokumen jaminan kecukupan pendanaan dapat
berasal dari pihak lain dan/atau pendanaan sendiri
yang dibuktikan dengan laporan keuangan 3 (tahun)
terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik atau
dapat berupa surat keterangan dari bank utama yang
berkedudukan di Indonesia yang menerangkan Badan
Usaha memiliki kemampuan pendanaan untuk
melakukan kegiatan usahanya.
9. Apabila jaminan pendanaan adalah berasal dari
perusahaan lain (kerjasama) maka dibuktikan dengan
rekening koran atau surat pernyataan bank dan
Laporan Keuangan teraudit. Wajib diperjelas dalam
kontrak kewajiban dan hak masing-masing terkait
dengan kegiatan usaha hilir yang akan dilakukan
kedua belah pihak.
10. Studi kelayakan (feasibility study) usaha yang memuat
rencana jenis, jumlah, kapasitas penyimpanan dan
lokasi sarana penyimpanan, rencana standar serta
mutu komoditas yang akan disimpan, dan analisa
keekonomian dari kegiatan usaha yang akan dilakukan.
11. Rencana tata pelaksanaan pembangunan fasilitas dan
sarana dapat dibuat tabel pekerjaan dan estimasi waktu
yang diperlukan atau dapat ditambahkan kurva S
proges pembangunan.
12. Jenis produk yang akan disimpan harus sesuai dengan
spesifikasi produk dalam Keputusan Dirjen Migas dan
dengan dibuktikan dengan melampirkan hasil
pengujian mutu.
13. Untuk Badan Usaha pemohon Izin Usaha Penyimpanan
LNG perlu melampirkan persyaratan teknis tambahan
yaitu:
a. Kesepakatan penyimpanan LNG paling sedikit
memuat volume, jangka waktu kesepakatan dan
waktu dimulainya pentimpanan.
b. Kontrak/perjanjian pasokan LNG (Head of
Agreement/HoA).
14. Izin lingkungan merupakan izin dari Pemerintah
Daerah/Pusat mengenai persetujuan pembangunan
fasilitas yang berdampak pada lingkungan sekitar atau
dokumen lingkungan lainnya yang berlaku sesuai
peraturan di daerah setempat.
15. Bagi Badan Usaha yang memiliki fasilitas penyimpanan
dalam suatu Kawasan Industri / Pelabuhan dan ruang
lingkup kegiatan sudah termasuk dalam dokumen
lingkungan kawasan tersebut, maka dokumen
lingkungan yang disampaikan adalah dokumen
lingkungan pemilik kawasan dalam hal ini adalah Izin
Lingkungan.
16. Bagi Badan Usaha yang memiliki tangki penyimpanan
terapung (floating storage) perlu melampirkan
persyaratan teknis tambahan yaitu:
a. Gross akta apabila memiliki atau bagi yang menyewa
wajib melampirkan perjanjian sewa serta gross akta
kapal.
b. Ship particular atau rincian data kapal lengkap
sebagai identitas kapal termasuk General Data,
Machinary data, Hull Data dan Kepemilikan.
c. Persetujuan pengunaan permukaan perairan dari
instansi terkait yang mencakup di dalamya titik
koordinat dari fasilitas floating storage
17. Dokumen keamanan dan keselamatan dari peralatan
dan instalasi dari fasilitas penyimpanan berupa laporan
uji coba operasi (berita acara commisioning) yang
menerangkan bahwa sarana dan fasilitas yang dimiliki
layak operasi dan mampu dijalankan sesuai dengan
kaidah keteknikan yang baik yang juga diketahui dan
disetujui oleh petugas dari Ditjen Migas atau berupa
Persetujuan Layak Operasi (PLO) dari Ditjen Migas
apabila sudah terbit.
18. Bagi Badan Usaha yang melakukan kegiatan
pencampuran (blending) untuk menghasilkan Bahan
Bakar Lain agar menyampaikan rencana fasilitas
pengujian mutu terhadap Bahan Bakar hasil
pencampuran.
19. Apabila terdapat kerjasama dengan pihak lain dalam
penyediaan dan/atau pengoperasian sarana / fasilitas
penyimpanan dalam bentuk KSO (atau bentuk lain bila
ada), dalam perjanjian kerjasama harus dengan jelas
bahwa :
a. Pemegang Izin Usaha bertanggung jawab atas
liabilitas seluruh aspek
b. Seluruh komunikasi dan administrasi kepada
Pemerintah dan pihak lain yang terkait dilakukan
oleh Pemegang Izin Usaha
20. Dalam hal diperlukan klarifikasi terhadap informasi
dalam dokumen administrasi dan teknis serta rencana
bisnis kedepan, Badan Usaha dapat diundang untuk
klarifikasi dan presentasi di Ditjen Migas dengan tetap
memperhatikan SLA pemrosesan Izin Usaha.
21. Materi presentasi permohonan Izin Usaha Penyimpanan
Migas memuat maksud dan tujuan, latar belakang,
dasar hukum, sejarah dan profil perusahaan, visi dan
misi, struktur organisasi, skema usaha, pengalaman
usaha, fasilitas yang dibangun, analisa keekonomian,
rencana bisnis kedepan, prosedur operasional terkait
K3LL, spesifikasi produk yang akan disimpan dan
dokumen lain yang terkait.
22. Dalam hal diperlukan verifikasi data ke lapangan
terhadap sarana dan fasilitas penyimpanan yang
dimiliki Badan Usaha dapat dilakukan tinjauan
lapangan oleh petugas Ditjen Migas setelah dilakukan
klarifikas/presentasi dengan tetap memperhatikan SLA
pemrosesan Izin Usaha atau dapat dilakukan pada saat
kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan usaha
penyimpanan migas setelah diterbitkan Izin Usaha.
23. Terhadap Badan Usaha yang akan melakukan
pembangunan dan/atau penambahan sarana dan
fasilitas, Menteri menerbitkan Izin Usaha Sementara
yang diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk
jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.
24. Jangka waktu Izin Usaha Penyimpanan Migas dapat
diberikan paling lama 20 tahun dan dapat diperpanjang
paling lama 10 tahun untuk setiap perpanjangannya.
Adapun pertimbangan pemberian jangka waktu Izin
Usaha Penyimpanan Migas antara lain meliputi:
• Jangka waktu pengembalian investasi sesuai
Feasibility Study
• Jangka waktu perjanjian sewa kawasan apabila
lokasi penyimpanan berada pada Kawasan Industri
/ Pelabuhan.
• Pertimbangan pengawasan kegiatan usaha
penyimpanan migas dari Ditjen Migas
a. Kegiatan Usaha Penyimpanan Minyak Bumi, Bahan
Bakar Minyak dan Hasil Olahan dengan fasilitas
berupa tangki darat dan floating storage dapat
diberikan izin usaha minimal 5 (lima) tahun.
b. Kegiatan Usaha Penyimpanan LPG, CNG, LNG
dengan fasilitas berupa:
• Depo LPG dapat diberikan izin usaha minimal 10
(sepuluh) tahun.
• Tangki penyimpanan LPG dan/atau fasilitas
pengisian LPG ke dalam tabung (bottling plant)
dapat diberikan izin usaha minimal 5 (lima)
tahun.
• Kompresi, penyimpanan dan dekompresi gas
bumi dalam bentuk CNG tau BBG dapat
diberikan izin usaha minimal 5 (lima) tahun.
• Penerimaan, penyimpanan dan regasifikasi gas
bumi dalam bentuk LNG baik di darat maupun
floating storage dapat diberikan izin usaha
minimal 10 (sepuluh) tahun.
25. Permohonan perpanjangan Izin Usaha Penyimpanan
Migas yang telah melewati batas masa berlaku izin akan
diproses sebagaimana izin usaha baru.
26. Badan Usaha yang akan memperpanjang Izin Usaha
Penyimpanan Migas wajib melampirkan bukti pelaporan
kegiatan usahanya.
27. Permohonan Izin Usaha Penyimpanan Migas yang
diajukan setelah jam kerja, maka dianggap pengajuan
pada hari kerja berikutnya.
5. W aktu 10-15 hari kerja
Penyelesaian
6. Biaya/tarif Tidak ada
7. Produk 1. Izin Usaha Sementara Penyimpanan Migas
Pelayanan 2. Izin Usaha Penyimpanan Migas

8. Sarana 1. Aplikasi online http://perizinanmigas.esdm.go.id/


Prasarana, 2. Komputer/Laptop
dan/atau 3. Printer
fasilitas 4. Scanner
5. Jaringan Internet
9. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Izin Usaha
Pelaksana Penyimpanan Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan
yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit Penyimpanan
Migas;
3. Memahami SOP evaluasi permohonan Izin Usaha
Penyimpanan Migas.
10. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II, I Migas
Internal melalui Sistem Pelayanan Perizinan Online Hilir Migas
11. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran dan 3. Mekanisme penanganan pengaduan
masukan
12. Penyelenggara Sub Direktorat Penyimpanan Minyak dan Gas Bumi
13. Jumlah 8 orang
Pelaksana
d. Standar Pelayanan Izin Usaha Niaga Migas

NO. KOM PONEN URAIAN

1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang


Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun
2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4152) sebagaimana telah berubah dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor :002/PUU-
I/2003 pada tanggal 21 Desember 2004 (Berita
Negara RI Nomor 1 Tahun 2005);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang
Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian
Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi dan Kegiatan
Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
(lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 141,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4996);
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 19 tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata
cara Perlindungan Konsumen pada Kegiatan Usaha
Hilir Migas;
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 19 tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Gas
Bumi melalui pipa;
f. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan
Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas;
g. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perizinan pada
Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 569)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 52 Tahun
2018;
h. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pendelegasian
wewenang Pemberian Perizinan Bidang Kegiatan
Usaha Minyak dan Gas Bumi kepada Kepala BKPM
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 858);
i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 13 Tahun 2018 tentang Kegiatan Penyaluran
Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan LPG;
2. Persyaratan (Detail Lampiran Peraturan MESDM No. 29/2017
Pelayanan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MESDM
No. 52/2018)

3. Sistem, Sistem, mekanisme dan prosedur sesuai dengan SOP


mekanisme, dan Penerbitan Izin Usaha Niaga Migas
prosedur
4. Pedoman 1. Badan Usaha mengajukan permohonan sesuai
Evaluasi dengan Persyaratan Administasi dan teknis.
2. Salinan Akte pendirian Perusahaan dan
pengesahannya dilampirkan :
a. Pendirian Awal
b. Perubahan Direksi dan Komisaris serta pemegang
saham terakhir
3. Pada Akta Pendirian Perusahaan terdapat bidang
usaha antara lain meliputi kegiatan Usaha Minyak
dan Gas Bumi;
4. Profil Badan Usaha (company profile);
5. KSWP Badan Usaha Valid;
6. Salinan NPWP Badan usaha, Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi;
7. Salinan Surat Keterangan Domisili Badan usaha;
8. Salinan Persetujuan Pemerintah Daerah atau
Pengelola Kawasan yang berwenang mengenai lokasi
fasilitas dan sarana yang dibangun oleh Badan
Usaha;
9. Surat Pernyataan;
10. Jaminan Kecukupan pendanaan yang dibuktikan
dengan:
a. Dokumen jaminan kecukupan pendanaan sendiri
yang dibuktikan dengan laporan keuangan 3 (tiga)
tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan
public yang terdaftar sesuai dengan peraturan
perundang – undangan bagi Badan usaha yang
telah berdiri lebih dari 3 (tiga) tahun;
b. Dokumen kesepakatan dengan pihak lain yang
menyatakan jaminan kecukupan pendanaan yang
dikeluarkan oleh pihak lain yang nilainya sesuai
dengan rencana usaha dalam analisis kelayakan
usaha; Apabila jaminan pendanaan adalah
berasal dari perusahaan lain (kerjasama) maka
dibuktikan dengan rekening koran atau surat
pernyataan bank dan Laporan Keuangan
teraudit. Wajib diperjelas dalam kontrak
kewajiban dan hak masing-masing terkait dengan
kegiatan usaha hilir yang akan dilakukan kedua
belah pihak; atau
c. Surat keterangan dari bank umum yang
berkedudukan di Indonesia, yang menerangkan
bahwa Badan Usaha memiliki kemampuan
pendanaan untuk melakukan kegiatan usahanya
dengan niminal yang sesuai dengan rencana
usaha dalam analisis kelayakan usaha yang
dibuktikan dengan rejkening koran atau surat
pernyataan Bank yang disertai dengan nominal
sesuai dengan kelayakan usaha.
11. Apabila terdapat kerjasama dengan pihak lain dalam
penyediaan dan/atau pengoperasian sarana /
fasilitas niaga dalam bentuk KSO (atau bentuk lain
bila ada), dalam perjanjian kerjasama harus dengan
jelas bahwa :
a. Pemegang Izin Usaha bertanggung jawab atas
liabilitas seluruh aspek
b. Seluruh komunikasi kepada Pemerintah dan
dokumen jual beli (invoice) ditertibkan oleh
Pemegang Izin Usaha
12. Bukti pelaporan niaga adalah sampai dengan satu
bulan terakhir. (untuk pengajuan permohonan
Penyesuaian Izin Usaha, Perpanjangan Izin Usaha)
13. Untuk Niaga Gas Bumi, LNG, LPG, CNG
menyampaikan Perjanjian Jual Beli dilampirkan PJB
awal dan akhir serta tengah (bila ada perubahan
yang signifikan)
14. Jenis BBM yang diniagakan yang tercantum dalam
izin usaha disebutkan sesuai dengan spesifikasi
Dirjen Migas
15. Kepemilikan/penguasaan fasilitas dibuktikan
dengan :
a. Akta jual beli dari notaris
b. Untuk Tangki Darat, Pipa, MS, SP(P)BL, SPBU
berupa PLO / COI an. BU ybs
c. Untuk Kapal / floating storage berupa Gross Akta
d. Untuk GTM / Bejana Tekan berupa SKPP / COI
an. BU
e. Untuk Truk berupa STNK (jika milik), Perjanjian
sewa (jika menguasai)
16. Kegiatan Niaga Umum BBM :
a. Sarana dan Fasilitas Penyimpanan untuk
Kegiatan Niaga Umum BBM.
i. Fasilitas Penyimpanan dapat berupa Tangki
Penyimpanan Darat/Floating
Storage/Gudang dengan kapasitas minimum
1.500 KL;
ii. Jumlah tangki yang dimiliki / sewa
tergantung kepada jumlah jenis BBM/Hasil
Olahan yang diniagakan;
iii. Badan Usaha yang menguasai secara
eksklusif/ sewa fasilitas penyimpanan
dengan kapasitas minimum 1.500 KL,
minimum sewa fasilitas adalah selama 10
tahun dan dibuktikan dengan invoice dan
bukti transfer pembayaran sewa selama 10
tahun dan faktur pajak;
b. Dokumen Lingkungan :
Apabila berada dalam suatu Kawasan Industri /
Pelabuhan dan ruang lingkup kegiatan sudah
termasuk dalam dokumen lingkungan kawasan
tersebut, maka dokumen lingkungan yang
disampaikan adalah dokumen lingkungan
pemilik kawasan.
17. Untuk niaga gas bumi dengan fasilitas pipa,
dokumen terkait sarana dan fasilitas antara lain :
a. Dokumen lingkungan : harus memuat lingkup
kegiatan niaga gas pipa. Izin Lingkungan a.n
Badan Usaha kecuali termasuk ke dalam
wilayah Kawasan Industri
b. Izin Lokasi / IMB memuat lingkup kegiatan
niaga gas pipa
c. PLO satu rangkaian pipa beserta fasilitas
pendukungnya
d. Certificate Of Inspection pipa
e. BA pemeriksaan, GDP dan Certificate Of
Inspection Sistem Alat Ukur
18. Untuk niaga LPG / CNG
a. Dokumen Lingkungan
• MS : Izin Lingkungan memuat lingkup an.BU
ybs
• SPBL : Izin Lingkungan an. BU ybs
• Truk : SPPL an. BU ybs
b. Izin Prinsip / Lokasi
• MS : Izin Lokasi an.BU ybs
• SPBL : Izin Lokasi an.BU ybs
• Truk : Izin Gangguan / HO an.BU ybs
c. Dokumen keamanan dan keselamatan
• SKPP/COI : compressor, bejana tekan dan
fasilitas pendukungnya;
• PLO/SKPI (untuk MS, SPBL). Kalau hanya
truk maka tidak perlu.
d. Keterangan hasil kalibrasi metrologi untuk alat
ukur
19. Pertimbangan Pemberian Jangka Waktu Izin Usaha
Niaga, dipilih mana yang paling lama.
a. Niaga Gas Bumi
1) Gas Bumi Dedicated Hilir
• Jangka `waktu pengembalian investasi
sesuai FS.
• Usia fasilitas. Untuk fasilitas pipa baru
dapat diberikan 15 tahun. Untuk fasilitas
lama dapat digunakan RLA.
• jangka waktu Perjanjian Jual Beli Gas atau
Alokasi MESDM dengan Pemasok (Gas
Bumi)
2) Niaga CNG - BBG
• Jangka waktu Pengembalian investasi
sesua FS.
• Usia fasilitas. Untuk fasilitas Mother
Station baru dapat diberikan 15 tahun.
• Jangka waktu PJBCNG dengan pemasok
3) Niaga LNG
• Jangka waku Pengembalian investasi
sesuai FS.
• Usia fasilitas. Untuk fasilitas penerima LNG
baru dapat diberikan 15 tahun.
• Jangka waktu PJBLNG dengan pemasok
atau alokasi MESDM
4) Niaga LPG
• Jangka waktu Pengembalian investasi
sesuai FS.
• Usia fasilitas. Untuk fasilitas Filling Station
baru dapat diberikan 15 tahun.
• PJBLPG dengan pemasok
b.Niaga Minyak Bumi
1) Kegiatan Niaga Umum BBM tergantung
berdasarkan fasilitas niaga yang
dimiliki/disewa :
• Memiliki Floating Storage maka diberikan
izin 5 tahun;
• Memiliki Tangki Darat maka diberikan izin
10 tahun;
• Memiliki Kilang maka diberikan izin
maksimal 20 tahun;
• Memiliki Khusus BU yang meniagakan
BBM satu komoditas Menguasai fasilitas
tangki penyimpanan dan/atau gudang
diberikan izin maksimum 5 tahun.
• Sewa tangki darat maka diberikan izin 10
tahun;
• Sewa Floating Storage maka diberikan izin
maksimum 5 tahun.
2) Kegiatan Niaga Terbatas BBM diberikan
maksimal 2 tahun, tergantung berdasarkan
perjanjian jual beli BBM dengan konsumen.
3) Kegiatan Niaga Umum Hasil Olahan :
• Memiliki fasilitas tangki penyimpanan
dan/atau gudang diberikan izin 10 tahun
• Menguasai fasilitas tangki penyimpanan
dan/atau gudang diberikan izin 3 tahun
20. Kode Izin Usaha ditetapkan sebagaimana Kepdirjen
Migas Nomor 13953K/10/DJM.O/2006 tanggal 2
Oktober 2006 tentang Pedoman Penerbitan Izin
Usaha Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
21. Terhadap BU yang akan melakukan pembangunan
dan/atau penambahan sarfas, Menteri
menerbitkan IUS dalam rangka perubahan
dan/atau penambahan dengan dasar permohonan
dari BU dengan persyaratan sebagaimana
permohonan IUS.
22. Permohonan Izin Usaha Niaga yang diajukan
setelah jam kerja, maka dianggap pengajuan pada
hari kerja berikutnya.

4. Jangka waktu 10 – 15 Hari Kerja


penyelesaian
5. Biaya/tarif Tidak ada
6. Produk Izin Usaha Niaga Migas
pelayanan
7. Sarana, a. Aplikasi online
prasarana, b. Ruang pelayanan investasi migas
dan/atau c. Telepon (hunting)
fasilitas d. Komputer
e. Printer
f. Scanner
g. Jaringan internet
8. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Izin Usaha Niaga
Pelaksana Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan
yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit Niaga Migas;
3. Memahami SOP evaluasi permohonan Izin Usaha
Niaga Migas.
9. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II dan I Migas
internal melalui sistem manajemen pelayanan on-line Migas
10. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran, dan 3. Mekanisme penanganan penganduan
masukan
11. Penyelenggara Sub Direktorat Niaga Migas, Direktorat Pembinaan
Usaha Hilir Migas
12. Jumlah 12 Orang
pelaksana
II. STANDAR PELAYANAN NON PERIZINAN HILIR MIGAS

a. Rekomendasi Impor Pelumas untuk Penggunaan Sendiri

NO. KOM PONEN URAIAN


1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun
2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4152) sebagaimana telah berubah dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-
I/2003 pada tanggal 21 Desember 2004 (Berita
Negara RI Nomor 1 Tahun 2005);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4996);
c. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 53 Tahun 2006 tentang Wajib Daftar Pelumas
yang Dipasarkan di Dalam Negeri
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 19 tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata cara
Perlindungan Konsumen pada Kegiatan Usaha Hilir
Migas;
2. Persyaratan a. Surat Permohonan (yang berisi HS Code, Volume
Pelayanan Pelumas, Tempat Pelabuhan Muat, Tempat
Pelabuhan Bongkar, Nama Pelumas)
b. Surat Pernyataan Untuk Penggunaan Sendiri
c. Invoice
d. Angka Pengenal Importir
3. Sistem, Sistem, mekanisme dan prosedur sesuai dengan
mekanisme, dan Standar Operasional Prosedur Rekomendasi Impor
prosedur Pelumas Untuk Penggunaan Sendiri
4. Jangka waktu 10 – 15 Hari Kerja
penyelesaian
5. Biaya/tarif Tidak ada
6. Produk Rekomendasi Impor Pelumas Untuk Penggunaan Sendiri
pelayanan
7. Sarana, a. Aplikasi perizinan online
prasarana, http://perizinanmigas.esdm.go.id/
dan/atau b. Komputer/Laptop,
fasilitas c. Printer,
d. Scanner,
e. Jaringan Internet
8. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Izin Usaha
Pelaksana Pengolahan Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan
yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit Pengolahan
Migas;
3. Memahami Standar Operasional Prosedur evaluasi
permohonan Rekomendasi Impor Pelumas Untuk
Penggunaan Sendiri
9. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II dan I Migas
internal melalui sistem manajemen pelayanan on-line Migas
10. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran, dan 3. Mekanisme penanganan pengaduan
masukan
11. Penyelenggara Sub Direktorat Pengolahan Migas, Direktorat
Pembinaan Usaha Hilir Migas
12. Jumlah 8 Orang
pelaksana
b. Rekomendasi Ekspor Hasil Pengolahan Kilang

NO. KOM PONEN URAIAN

1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang


Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun
2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4152) sebagaimana telah berubah dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-
I/2003 pada tanggal 21 Desember 2004 (Berita
Negara RI Nomor 1 Tahun 2005);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4996);
c. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 19 tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata cara
Perlindungan Konsumen pada Kegiatan Usaha Hilir
Migas;
d. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Ketentuan Ekspor Impor Minyak Bumi, Gas
Bumi, dan Bahan Bakar Lain;
2. Persyaratan
(Detail Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 3 Tahun
Pelayanan
2015)
3. Sistem, Sistem, mekanisme dan prosedur sesuai dengan
mekanisme, dan Standar Operasional Prosedur Rekomendasi Ekspor
prosedur Hasil Pengolahan Kilang
4. Jangka waktu 10 – 15 Hari Kerja
penyelesaian
5. Biaya/tarif Tidak ada
6. Produk Rekomendasi Ekspor Hasil Pengolahan Kilang
pelayanan
7. Sarana, a. Aplikasi perizinan online
prasarana, http://perizinanmigas.esdm.go.id/
dan/atau b. Komputer/Laptop,
fasilitas c. Printer,
d. Scanner,
e. Jaringan Internet
8. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Izin Usaha
Pelaksana Pengolahan Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan
yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit Pengolahan
Migas;
3. Memahami Standar Operasional Prosedur evaluasi
permohonan Rekomendasi Ekspor Hasil Pengolahan
Kilang

9. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II dan I Migas


internal melalui sistem manajemen pelayanan on-line Migas
10. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran, dan 3. Mekanisme penanganan pengaduan
masukan
11. Penyelenggara Sub Direktorat Pengolahan Migas, Direktorat
Pembinaan Usaha Hilir Migas
12. Jumlah 8 Orang
pelaksana
c. Rekomendasi Ekspor/Impor Niaga Migas

NO. KOM PONEN URAIAN


1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun
2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4152) sebagaimana telah berubah dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor :002/PUU-
I/2003 pada tanggal 21 Desember 2004 (Berita
Negara RI Nomor 1 Tahun 2005);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4996);
c. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun
2019 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Minyak
Bumi, Gas Bumi dan Bahan Bakar Lain;
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
159/PMK.04/2017 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
155/PMK.04/2008 tentang Pemberitahuan Pabean.
2. Persyaratan
Permohonan Rekomendasi Impor/Ekspor Badan Usaha
Pelayanan
Niaga Migas untuk komoditas BBM, Hasil Olahan
(kondensat hilir), LPG, LNG dan Impor BBM dan LPG
untuk Pengguna Langsung.
3. Sistem, SOP Evaluasi Permohonan Rekomendasi Impor/Ekspor
mekanisme, dan Niaga Migas.
prosedur
4. Pedoman 1. Badan Usaha pemegang izin usaha Niaga Migas dan
Evaluasi Pengguna Langsung mengajukan permohonan sesuai
dengan Persyaratan Administasi dan teknis.
(checklist terlampir).
2. Badan Usaha Niaga Migas telah menyampaikan
laporan kegiatan usaha Niaga s.d periode bulan
sebelumnya.
3. Ketentuan pelabuhan muat dalam rangka
permohonan rekomendasi impor yaitu seluruh
negara sesuai kebijakan perdagangan luar negeri
Indonesia.
4. Ketentuan pelabuhan bongkar yaitu
Kepemilikan/Penguasaan fasilitas penyimpanan
pada lokasi pelabuhan bongkar sebagaimana
tercantum dalam izin Usaha Niaga Migas dan/atau
pelabuhan bongkar yang dimiliki/dikuasai oleh
konsumen yang dibuktikan dengan perjanjian
sewa/kepemilikan fasilitas.
5. Komoditas yang diberikan pada rekomendasi
impor/ekspor, sesuai dengan komoditas yang
tercantum dalam Izin Usaha Niaga Migas.
6. Khusus untuk BU Niaga BBM yang akan melakukan
Impor BBM jenis Minyak Solar:
a. mengajukan rekomendasi Impor sesuai dengan
tata waktu impor yang telah ditentukan oleh
Ditjen Migas;
b. Telah ditetapkan sebagai Badan Usaha yang
mendapatkan alokasi BBN Jenis Biodiesel dari
Menteri ESDM;
c. Telah memiliki kontrak dengan BU BBN untuk
penyediaan BBN Jenis Biodiesel dari Menteri
ESDM;
7. Menyampaikan volume rencana Impor untuk Periode
1 (satu) tahun dan rencana penjualan.
8. Volume rekomendasi impor diberikan dengan
memperhitungkan rencana penjualan dan/atau
realisasi impor sebelumnya serta neraca balance
(supply demand) migas.
9. Badan Usaha Niaga Migas/Pengguna Langsung
dapat mengajukan permohonan penambahan
volume impor BBM, apabila periode impor telah
berjalan ½ (setengah) dari periode impor yang telah
diberikan dan kuota Impor yang digunakan sudah
mencapai minimum 80%.
10. Badan Usaha Niaga Migas/Pengguna Langsung yang
mengajukan permohonan penambahan kuota impor
BBM, evaluasi dilakukan dengan
mempertimbangkan realisasi impor yang dilakukan
selama periode impor, supply demand Migas dalam
negeri, dan evaluasi atas kewajiban pelaksanaan
mandatory BBN.
11. Untuk pengajuan permohonan ekspor BU Niaga
Migas, untuk menyampaikan surat penawaran
kepada konsumen di dalam negeri beserta surat
jawaban atas penawaran tersebut, kecuali untuk
produk cooling agent.
Permohonan rekomendasi ekspor/impor yang diajukan
setelah jam kerja, maka dianggap pengajuan pada hari
kerja berikutnya.
4. Jangka waktu 15 Hari Kerja
penyelesaian
5. Biaya/tarif Tidak ada
6. Produk Surat Rekomendasi Impor/Ekspor Migas yang berlaku
pelayanan untuk jangka waktu periodik.

7. Sarana, a. Aplikasi online http://perizinanmigas.esdm.go.id


prasarana, b. Telepon (hunting)
dan/atau c. Komputer
fasilitas d. Printer
e. Scanner
f. Jaringan internet

8. Kompetensi Evaluator dan Verifikator permohonan Rekomendasi


Pelaksana Impor/Ekspor produk Hilir Migas:
1. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan
yang terkait;
2. Mengetahui tugas dan fungsi Subdit Niaga Migas;
3. Memahami SOP evaluasi permohonan Rekomendasi
Impor/Ekspor produk Hilir Migas
9. Pengawasan Atasan langsung dan pimpinan Eselon III, II dan I Migas
internal melalui sistem manajemen pelayanan on-line Migas
10. Penanganan 1. Call Center 136
pengaduan, 2. Surat Pembaca Ditjen Migas
saran, dan 3. Mekanisme penanganan penganduan
masukan
11. Penyelenggara Sub Direktorat Niaga Minyak dan Gas Bumi
12. Jumlah 12 Orang
pelaksana

Anda mungkin juga menyukai