Diskusi
Diskusi
DOSEN PENGAMPU :
I GUSTI AYU DEWI ADNYANI, S.E., M.Si.
OLEH :
KELOMPOK III
1. Pertanyaan
Wayan Mila Cahya Sari_1807531027_27
Dalam evaluasi kinerja karyawan dijelaskan bahwa evaluasi ini bisa dilaksanakan
dengan penilaian objektif namun banyak yang di evaluasi secara subjektif. Apa dampak
penilaian secara subjektif terhadap hasil evaluasi kinerja? Dan bagaimana caranya
mengatasi bias - bias perseptual dalam penilaian kinerja agar hasil evaluasi kinerja lebih
objektif?
Jawaban :
Anak Agung Sagung Dewi Laksmi_1807531028_28
Pengukuran kinerja yang bersifat subyektif berarti dalam melakukan penilaian dan
evaluasi, manajer menggunakan pendapat pribadi dan preferensi mereka sendiri terhadap
seorang karyawan yang sedang dievaluasi. Dalam melakukan penilaian kinerja tersebut,
bisa saja terjadi bias atau berupa prasangka.Dan jika penilaian kinerja terhadap karyawan
dilakukan dengan ukuran subjektif cenderung tidak lepas dari unsur emosional para
penilai.
Cara mengatasi bias perseptual dalam penilaian kinerja atau evaluasi kinerja adalah
dengan melakukan penilaian kinerja secara objektif yang mempunyai ukuran-ukuran yang
objektif dan terverifikasi, dan dapat diukur sehingga tidak akan terjadi kesalahan
penginterpretasian data karena basis penilaiannya akan didasarkan pula pada data.
Pengukuran kinerja secara objektif berarti pengukuran kinerja juga dapat diterima dan
diukur pihak lain selain yang melakukan penilaian kinerja sehingga dalam evaluasi kinerja
akan dapat dilakukan secara lebih objektif
Tambahan Jawaban :
Ni Kadek Darmiti_1807531019_19
Evaluasi kinerja karyawan merupakan suatu hal yang bisa dikatakan penting di dalam
suatu perusahaan terutama untuk mengukur tingkat produktifitas karyawan. Bagi seorang
atasan, evaluasi kinerja bertujuan untuk mengukur kinerja karyawan sehingga bisa
menjadi bahan masukan untuk meningkatkan performa kerja karyawan yang bersangkutan
pada masa yang akan datang. Penilaian kinerja juga menjadi alat bantu bagi atasan dalam
mengambil keputusan yang terkait dengan promosi, penurunan pangkat, kompensasi,
ataupun pemecatan seorang karyawan. Nah, seperti yang dijelaskan tadi evaluasi kinerja
karyawan bisa objektif dan subjektif. Kemudian pertanyaan Mila, apa dampak penilaian
secara subjektif tersebut terhadap hasil evaluasi kinerja? Nah, kita harus tahu dulu apa
yang dimaksud dengan evaluasi kinerja secara subjektif. Di mana evaluasi kinerja secara
subjektif merupakan
pengukuran kinerja yang dalam melakukan penilaian, manajer menggunakan pendapat
pribadi dan preferensi mereka sendiri. Lalu, apa dampak penilaian secara subjektif tersebut
terhadap hasil evaluasi kinerja?
Dampaknya adalah sebagai berikut.
1. Membuat Buruk Citra Perusahaan
Kesalahan dalam penilaian kinerja tentu akan berakibat fatal pada karyawan yang
bersangkutan. Penilaian yang dilakukan secara subjektif akan merugikan karyawan yang
mempunyai kinerja bagus, namun laporan tentang kinerja nya malah sebalik nya. Bisa saja
karyawan yang bersangkutan menjadi di pecat. Dan karyawan tersebut akan kecewa dan
akan men-cap buruk perusahaan tersebut. Dan lambat laun citra perusahaan juga menjadi
buruk dimata masyarakat dan lingkungan sekitar.
2. Menurunkan Produktifitas Perusahaan
Karyawan yang tidak terima dengan kesalahan hasil penilaian kinerja nya menjadi tidak
bersemangat dalam bekerja, dan akan menurunkan kualitas kinerja nya karna ia akan
berpendapat “Percuma saja aku memberikan kinerja terbaik ku jika mereka tidak
menilainya dengan benar” dan tentu saja akan menurunkan produktifitas perusahaan.
3. Membuat Perusahaan Menghambur-hamburkan Uang
Hasil Penilaian kinerja akan menunjukkan bagaimana kinerja dari para karyawan,
karyawan yang dinilai kinerja nya kurang bagus atau perlu diperbaiki maka akan diberikan
pelatihan. Apabila terjadi kesalahan penilaian kinerja seperti karyawan yang kinerja nya
jelek (tidak mempunyai kemampuan) tapi dinilai bagus dan karyawan yang mempunyai
kinerja bagus namun dinilai jelek, maka kemungkinan program pelatihan akan di berikan
pada karyawan yang tidak membutuhkan sedangkan karyawan yang membutuhkan
pelatihan malah tidak mendapatkan nya. Dengan seperti ini pelatihan tidak akan
mendapatkan hasil yang optimal bagi karyawan/kinerja nya dan tidak ada timbal balik
untuk kebaikan perusahaan sedangkan program pelatihan itu sendiri merupakan pusat
biaya (Cost Center) bagi perusahaan (besar nya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
program pelatihan / training).
Nah, itulah dampak yang diakibatkan ketika perusahaan melakukan evaluasi kinerja
karyawan secara subjektif. Sehingga, diharapkan ketika melakukan penilaian terhadap
karyawan sebaiknya manager menggunakan cara yang objektif guna menghindari dampak-
dampak tersebut.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara mengatasi bias dari hasil evaluasi
kinerja karyawan? Nah, cara yang bisa dilakukan adalah ketika melakukan evaluasi
sebiknya mempunyai ukuran-ukuran yang objektif dan terverifikasi dan bukan hanya
mengandalkan judgement penilai sehingga sangat rentan terhadap bias-bias keperilakuan.
Jika dikaitkan dengan Teori Disonansi Kognitif, pilihan untuk meminimalisir tekanan yg
dihadapi pimpinan perusahaan tsb dapat dipilih dari 3 cara yg ada. Jika, penanya
mengaitkan dengan Changing Cognitions (mengganti kognisi) atau sederhananya
mengubah mindset thd kondisi yg tidak disukai, bisa dan mungkin saja pimpinan akan
mengubah pikirannya dan menerima karyawan tsb walaupun tidak sejalan dgn tujuan
perusahaan, namun dlm jangka panjang sepertinya keputusan tsb tidak tepat. Disini, kami
sbg kelompok penyaji, lebih menyarankan cara ketiga yaitu, Altering Important, jd jika
memang dirasa karyawan lama ini tidak sesuai dgn tujuan yg ada, ya diberhentikan saja,
dan segera merekrut karyawan baru yg dinilai spesifikasi nya lebih mumpuni sehingga
waktu yg dihabiskan untuk penyesuaian diri oleh karyawan itu tidak terbuang percuma
begitu saja, karena dalam jangka panjang kinerja karyawan tsb akan terus sejalan dengan
tujuan perusahaan.
3. Pertanyaan :
Gede Surya Wibawa_1807531021_21
Pelecehan seksual dalam organisasi biasanya terjadi dalam lingkungan kerja yang
melibatkan atasan dengan bawahan maupun sesama karyawan tak terkecuali korban
pelecehan seksual diminta untuk bungkam mengenai hal tersebut. Bagaimana cara
mengatasi pelecehan seksual yang terjadi dalam organisasi, sanksi apa yang tepat dalam
menindak perilaku tersebut serta langkah yang tepat dalam memperbaiki persepsi
karyawan lain terhadap korban pelecehan seksual?
Jawaban :
Ni Putu Ayu Liony Krishna Devi_1807531025_25
Cara mengatasi pelecehan seksual:
- Memperkuat tingkat keamanan dalam organisasi, dengan memasang CCTV pada tiap
ruangan dan memantau sehingga ketika ada indikasi yang menunjukkan adanya pelecehan
seksual, pengawas dapat melakukan tindakan atas hal tersebut.
- Memberikan sosialisasi terkait kebijakan perusahaan tentang pelecehan seksual dalam
lingkungan kerja.
- Perusahaan membentuk kebijakan dan perjanjian kerja terkait perlindungan perkeja
dalam hal ini adalah pelecehan seksual dan menginformasikan kepada seluruh pekerja
terkait prosedur pengaduan pelecehan seksual.
- Balik kepada masing2 individu bagaimana cara menahan hal-hal semacam itu agar tidak
melakukan hal semacam pelecehan seksual yang sangat mempengaruhi mental sang
korban.
Sanksi yang tepat:
Sanksi yang diberikan itu tergantung dari bentuk tindakan yang dilakukan, seperti berat-
ringannya serta frekuensi pelecehan, keinginan korban pelecehan menindaklanjuti kasus
tersebut dan faktor lainnya, sehingga sanksi yang dapat diberikan berupa:
- Peringatan tertulis apabila perbuatan tersebut termasuk ringan.
- Pemindahan tugas (mutasi)
- Mengurangi atau menghapus sebagai bagian dari wewenang manajemen
- Dalam kasus berat, pemberhentian sementara atau PHK dan apabila sangat berat bisa
dilanjutkan ke proses hukum
Langkah yang tepat dalam memperbaiki persepsi karyawan lain terhadap korban
pelecehan seksual
Paradigma yang terjadi di masyarakat adalah korban dan pelaku diperlakukan sama oleh
masyarakat karena pelecehan seksual ini tindakan yang melanggar norma susila. Banyak
yang beranggapan bahwa korban tersebut tidak akan dilecehkan apabila sang koban
mampu melawan, oleh karena itu sering korban pelecehan terpojokkan. Hal yang dapat
dilakukan adalah:
- Setelah kejadian, harus melakukan konseling kepada korban karena tentu hal ini sangat
berdampak pada mental korban.
- Pemerintah menyosialisasikan tentang pelecehan seksual dan menghapus paradigma
tersebut untuk melindungi korban karena banyak dari korban tersebut merupakan
seseorang yang tak bersalah.
4. Pertanyaan :
Gusti Ayu Made Dwi Trisnadewi_1807531037_34
Dalam wawancara kerja, tiap pewawancara pasti memiliki persepsi masing2 dalam
meloloskan calon karyawan. Hal ini kemungkinan akan membuat SDM dalam perusahaan
kurang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan dan mempengaruhi kualitas
SDM dalam perusahaan. Bagaimana cara manajer agar pewawancara (bagian hrd maupun
tenaga di luar perusahaan) mampu menyeleksi calon karyawan berdasarkan kualitas
karyawan yang diinginkan tanpa menggunakan persepsi pribadinya?
Jawaban :
Ni Kadek Melina Pebriyanti_1807531015_16
Cara interviewer baik itu manjaer/HRD dalam menyeleksi calon karyawan berdasarkan
kualitas karyawan yg diinginkan tanpa menggunakan persepsi pribadinya, adalah sebagai
berikut:
- Pertama, tentunya dalam melakukan pekerjaa apapun tidak hanya mewawancara
karyawan baru pastinya diperlukan profesionalitas dr kita sbg pemberi kerja. Dalam hal ini
manajer/HRD harus mampu membedakan kepentingan kerja dengan kepentingan
pribadinya, oleh karena itu diharapkan agar tidak mencampuradukkan persepsi pribadi dlm
penerimaan karyawan
- Kedua, untuk memudahkan menyeleksi karyawan baru juga dibutuhkan adanya daftar
spesifikasi/kualitas apa saja dr karyawan baru yg diinginkan oleh perusahaan sbg pedoman
dalam penerimaan karyawan tsb, maka focus interviewer tidak melenceng ke arah yg lain
- Lalu, setiap interviewer haruslah memiliki bekal kemampuan yg mumpuni dalam
menyeleksi seorang karyawan baru baik itu dalam hal kemampuan yg dimiliki dgn
kesesuaian data/bukti yg dilampirkan, ataupun kemampuan emosional (sikap/attitude)
karyawan tesebut yg sedikit tidaknya pasti tercermin saat wawancara dilakukan
- Terakhir, pengalaman interviewer. Percayalah, bahwa pengalaman dr seorang
interviewer akan turut berperan penting dalam menentukan diterima atau tidaknya calon
karyawan tersebut. Semakin matang pengalamannya maka semakin baik pula pengambilan
keputusan yg dilakukan oleh interviewer tsb.
5. Pertanyaan :
I Kadek Cesin Dwi Murthi Prayoga_1807531044_37
Kesetian karyawan sering dijadikan persepsi/penilaian terhadap karyawan. Sayangnya,
banyak penilaian kesetiaan bersifat pertimbangan. Misalnya saja ada individu yang
melaporkan ti dakan tidak etis atasanya dianggap sebagai pengacau, padahal hal tersebut
dilakukan karena kesetiaanya kepada perusahaan. Kemudian juga ada atasan yg
menganggap kesetiaan itu setuju dan mematuhu setiap perintahnya baik benar atau salah.
Bagaimana cara suatu perusahaan agar dapat memperbaiki penafsiran yang tidak benar
tentang kesetiaan karyawan?
Jawaban :
I Gusti Agung Candrika Mahadewi_1807531017_17
Hal ini dimulai harus dari individu atau dalam hal ini dari masing-masing manajemen
perusahaan. Dimana hal yang dapat dilakukan yaitu:
1. Dengan cara memisahkan antara urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, jadi bersifat
profesional. Hal ini karena masalah sering sekali muncul saat seseorang tidak mampu
bersikap profesional, terutama dengan orang-orang yang memang sudah lama dikenal.
Sehingga dengan bersikap profesional ini nantinya dalam perusahaan akan tercipta
suasana kerja yang nyaman dan bebas dari adanya urusan pribadi atau golongan
2. Bersikap lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain. Hal ini karena dalam
suatu organisasi atau perusahaan pasti pernah saja terjadi perbedaan pendapat antar
individunya, sehingga untuk menghindari salah paham dan juga menghindari asumsi
bahwa rekan kerja (atasan atau bawahan) mau menjatuhkan kita karena berbeda pendapat
maka diperlukan adanya sikap terbuka dan mau menerima pendapat orang lain ini dengan
catatan bahwa pendapatnya tersebut bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan apabilan relevan
6. Pertanyaan :
I Gde Kienu Jovanka Mantara_1806541058_4
Salah satu sumber potensi/penyebab stress adalah faktor ketidakpastian lingkungan.
Pada masa pandemi ini terjadi ketidakpastian ekonomi, menyebabkan orang-orang
menjadi cemas ttg keamanan pekerjaan mereka. Menurut kalian bagaimana cara manajer
suatu perusahaan menyikapi peristiwa ini agar tidak timbulnya kecemasan tersebut pada
karyawan dan perusahaan tersebut tetap bisa jalan?
Jawaban :
Ni Putu Indah Berliana_1807531014_15
Kecemasan terhadap pekerjaan dan perekonomian dalam masa pandemi ini sudah
pasti ada, tidak hanya oleh karyawan namun juga manajer/atasan yang berusaha untuk
mempertahankan perusahaan/bisnis mereka pada situasi krisis seperti ini. Namun untuk
tetap memaksimalkan kinerja perusahaan, manajer harus mampu merangkul seluruh
karyawannya begitu juga sebaliknya. Adapun cara manajer untuk menjaga stabilitas
kinerja perusahaan dan perasaan karyawan adalah dengan:
a) Beralih ke sistem teknologi apabila regulasi memaksakan perusahaan untuk
menghentikan pekerjaan secara langsung di kantor karena PSBB COVID-19,
perusahaan dapat beralih ke alternatif WFH (work from home) dengan
memanfaatkan teknologi komputer dan jaringan internet (online).
b) Memberikan pelatihan online kepada karyawan terkait sistem pekerjaan yang
dilakukan secara WFH, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan video tutorial
terkait cara penggunaan aplikasi, komputer, online meeting atau sejenisnya.
c) Menjamin kesehatan karyawan dan mulai menerapkan protokol kesehatan di
kantor ketika periode new normal berlangsung.
d) Ketika masa new normal berlangsung sebaiknya karyawan diberikan sift/masuk
kantor secara bergantian agar tidak beresiko terpapar virus.
e) Saling support dan memberi semangat satu sama lain, baik atasan maupun
bawahan, meski dengan jarak yang berjauhan. Selalu berikan vibes/motivasi yang
positif antar elemen perusahaan, begitu juga para karyawan harus mampu
memaksimalkan kinerja dan produktivitasnya meskipun dalam keadaan WFH.