Anda di halaman 1dari 18

REKAPAN SESI DISKUSI KELOMPOK 3

PERILAKU KEORGANISASIAN SIKAP DAN KEPPUASAN KERJA

DOSEN PENGAMPU :
I GUSTI AYU DEWI ADNYANI, S.E., M.Si.

OLEH :

KELOMPOK III

Ni Putu IndahBerliana 1807531014 / 15

Ni Kadek Melina Pebriyanti 1807531015 / 16

I Gusti Agung Candrika Mahadewi 1807531017 / 17

Ni Putu Ayu Liony Krishna Devi 1807531025 / 25

Anak Agung Sagung Dewi Laksmi 1807531028 / 28

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2020

REKAPAN SESI DISKUSI MATA KULIAH PERILAKU KEORGANISASIAN


Hari, tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020
Kelompok Penyaji : Kelompok 3
Kelompok Pembahas : Kelompok 5

1. Pertanyaan
Wayan Mila Cahya Sari_1807531027_27
Dalam evaluasi kinerja karyawan dijelaskan bahwa evaluasi ini bisa dilaksanakan
dengan penilaian objektif namun banyak yang di evaluasi secara subjektif. Apa dampak
penilaian secara subjektif terhadap hasil evaluasi kinerja? Dan bagaimana caranya
mengatasi bias - bias perseptual dalam penilaian kinerja agar hasil evaluasi kinerja lebih
objektif?

Jawaban :
Anak Agung Sagung Dewi Laksmi_1807531028_28
Pengukuran kinerja yang bersifat subyektif berarti dalam melakukan penilaian dan
evaluasi, manajer menggunakan pendapat pribadi dan preferensi mereka sendiri terhadap
seorang karyawan yang sedang dievaluasi. Dalam melakukan penilaian kinerja tersebut,
bisa saja terjadi bias atau berupa prasangka.Dan jika penilaian kinerja terhadap karyawan
dilakukan dengan ukuran subjektif cenderung tidak lepas dari unsur emosional para
penilai.
Cara mengatasi bias perseptual dalam penilaian kinerja atau evaluasi kinerja adalah
dengan melakukan penilaian kinerja secara objektif yang mempunyai ukuran-ukuran yang
objektif dan terverifikasi, dan dapat diukur sehingga tidak akan terjadi kesalahan
penginterpretasian data karena basis penilaiannya akan didasarkan pula pada data.
Pengukuran kinerja secara objektif berarti pengukuran kinerja juga dapat diterima dan
diukur pihak lain selain yang melakukan penilaian kinerja sehingga dalam evaluasi kinerja
akan dapat dilakukan secara lebih objektif

Tambahan Jawaban :
Ni Kadek Darmiti_1807531019_19
Evaluasi kinerja karyawan merupakan suatu hal yang bisa dikatakan penting di dalam
suatu perusahaan terutama untuk mengukur tingkat produktifitas karyawan. Bagi seorang
atasan, evaluasi kinerja bertujuan untuk mengukur kinerja karyawan sehingga bisa
menjadi bahan masukan untuk meningkatkan performa kerja karyawan yang bersangkutan
pada masa yang akan datang. Penilaian kinerja juga menjadi alat bantu bagi atasan dalam
mengambil keputusan yang terkait dengan promosi, penurunan pangkat, kompensasi,
ataupun pemecatan seorang karyawan. Nah, seperti yang dijelaskan tadi evaluasi kinerja
karyawan bisa objektif dan subjektif. Kemudian pertanyaan Mila, apa dampak penilaian
secara subjektif tersebut terhadap hasil evaluasi kinerja? Nah, kita harus tahu dulu apa
yang dimaksud dengan evaluasi kinerja secara subjektif. Di mana evaluasi kinerja secara
subjektif merupakan
pengukuran kinerja yang dalam melakukan penilaian, manajer menggunakan pendapat
pribadi dan preferensi mereka sendiri. Lalu, apa dampak penilaian secara subjektif tersebut
terhadap hasil evaluasi kinerja?
Dampaknya adalah sebagai berikut.
1. Membuat Buruk Citra Perusahaan
Kesalahan dalam penilaian kinerja tentu akan berakibat fatal pada karyawan yang
bersangkutan. Penilaian yang dilakukan secara subjektif akan merugikan karyawan yang
mempunyai kinerja bagus, namun laporan tentang kinerja nya malah sebalik nya. Bisa saja
karyawan yang bersangkutan menjadi di pecat. Dan karyawan tersebut akan kecewa dan
akan men-cap buruk perusahaan tersebut. Dan lambat laun citra perusahaan juga menjadi
buruk dimata masyarakat dan lingkungan sekitar.
2. Menurunkan Produktifitas Perusahaan
Karyawan yang tidak terima dengan kesalahan hasil penilaian kinerja nya menjadi tidak
bersemangat dalam bekerja, dan akan menurunkan kualitas kinerja nya karna ia akan
berpendapat “Percuma saja aku memberikan kinerja terbaik ku jika mereka tidak
menilainya dengan benar” dan tentu saja akan menurunkan produktifitas perusahaan.
3. Membuat Perusahaan Menghambur-hamburkan Uang
Hasil Penilaian kinerja akan menunjukkan bagaimana kinerja dari para karyawan,
karyawan yang dinilai kinerja nya kurang bagus atau perlu diperbaiki maka akan diberikan
pelatihan. Apabila terjadi kesalahan penilaian kinerja seperti karyawan yang kinerja nya
jelek (tidak mempunyai kemampuan) tapi dinilai bagus dan karyawan yang mempunyai
kinerja bagus namun dinilai jelek, maka kemungkinan program pelatihan akan di berikan
pada karyawan yang tidak membutuhkan sedangkan karyawan yang membutuhkan
pelatihan malah tidak mendapatkan nya. Dengan seperti ini pelatihan tidak akan
mendapatkan hasil yang optimal bagi karyawan/kinerja nya dan tidak ada timbal balik
untuk kebaikan perusahaan sedangkan program pelatihan itu sendiri merupakan pusat
biaya (Cost Center) bagi perusahaan (besar nya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
program pelatihan / training).
Nah, itulah dampak yang diakibatkan ketika perusahaan melakukan evaluasi kinerja
karyawan secara subjektif. Sehingga, diharapkan ketika melakukan penilaian terhadap
karyawan sebaiknya manager menggunakan cara yang objektif guna menghindari dampak-
dampak tersebut.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara mengatasi bias dari hasil evaluasi
kinerja karyawan? Nah, cara yang bisa dilakukan adalah ketika melakukan evaluasi
sebiknya mempunyai ukuran-ukuran yang objektif dan terverifikasi dan bukan hanya
mengandalkan judgement penilai sehingga sangat rentan terhadap bias-bias keperilakuan.

Tambahan Jawaban: I Made Ryan Ananta Putra_1807531036_33


Dampak penilaian secara subjektif terhadap hasil evaluasi kerja
Dapat menyebabkan kognisi karyawan terdistorsi oleh informasi yang sebenarnya tidak
relevan dengan tugas yang dinilaidan cara mengatasi bias perseptual dalam penilaian
kinerja agar lebih objektif dapat dilakukan dengan
a) membentuk grup penilai dimana grup ini berisi orang yang independen dan
memahami keahlian dan pengalaman yang cukup dalam bidang yang dinilai
b) Tidak menggunakan kriteria evaluasi kerja yang ambigu, agar penilaian lebih
berfokus pada informasi kriteria yang telah di tetapkan

Tambahan jawaban: Ni Putu Shanti Millawati_1807531018_18


Peniliaian subjektif artinya penilaian yang didasarkan pada opini atau pendapat
pribadi. Adapun dampak penilaian secara subjektif terhadap hasil evaluasi kinerja, yaitu
tentunya bisa memengaruhi kinerja perusahaan nantinya. Hal ini karena penilaiannya yang
didasarkan pada opini semata dan tidak berdasarkan data yang jelas. Untuk mengatasi
bias-bias perseptual dalam penilaian kinerja agar lebih efektif yaitu dengan melakukan
evaluasi sistem perusahaan, misalnya penggunaan key performance indikator yang bisa
menilai kinerja baik individu maupun per divisi perusahaannya sehingga dapat berlaku
adil pada hasil evaluasi kinerjanya.
2. Pertanyaan :
I Made Ryan Ananta Putra_1807531036_33
Bagaimana cara pemimpin baru dalam membangun perspektifnya sendiri terhadap
karyawan lama dan calon karyawan namun di desak oleh tujuan perusahaan? apa ia akan
merekrut ataupun mengganti karyawan yang ia kehendaki? dan apa ni bisa di hubungkan
dengan teori changing cognitions?
Jawaban :
Anak Agung Sagung Dewi Laksmi_1807531028_28
Menurut saya, keputusan untuk merekrut atau mengganti karyawan yg sesuai dengan
tujuan perusahaan itu kembali pada pilihan pimpinan perusahaan itu sendiri. Bisa saja
menjadi efektif karna karyawan yg tidak sejalan dgn tujuan tersebut diberhentikan, dan
bisa saja justru menjadi tidak efektif karena karyawan baru harus menyesuaikan diri lagi
dengan situasi dan lingkungan kerja nya dan itu membutuhkan waktu lebih lama juga. Jadi
akan sangat bergantung pada pilihan mana yg pimpinan ambil, tergantung juga pada gaya
kepemimpinan pimpinan tsb.

Jika dikaitkan dengan Teori Disonansi Kognitif, pilihan untuk meminimalisir tekanan yg
dihadapi pimpinan perusahaan tsb dapat dipilih dari 3 cara yg ada. Jika, penanya
mengaitkan dengan Changing Cognitions (mengganti kognisi) atau sederhananya
mengubah mindset thd kondisi yg tidak disukai, bisa dan mungkin saja pimpinan akan
mengubah pikirannya dan menerima karyawan tsb walaupun tidak sejalan dgn tujuan
perusahaan, namun dlm jangka panjang sepertinya keputusan tsb tidak tepat. Disini, kami
sbg kelompok penyaji, lebih menyarankan cara ketiga yaitu, Altering Important, jd jika
memang dirasa karyawan lama ini tidak sesuai dgn tujuan yg ada, ya diberhentikan saja,
dan segera merekrut karyawan baru yg dinilai spesifikasi nya lebih mumpuni sehingga
waktu yg dihabiskan untuk penyesuaian diri oleh karyawan itu tidak terbuang percuma
begitu saja, karena dalam jangka panjang kinerja karyawan tsb akan terus sejalan dengan
tujuan perusahaan.

Tambahan jawaban : Ni Kadek Astri Winanti_1807531001_05


Ijin menambahkan untuk pertanyaan ryan, cara pemimpin baru dalam membangun
perspektif terhadap karyawan lama adalah dengan mencari informasi di bagian sdm, siapa
karyawan yang disiplin, berprestasi serta siapa karyawan yang malas serta tidak
berprestasi agar mudha dilakukan pengamatan langsung dari data tersebut. Kemudian juga
terhadap calon karyawan dapat dilakukan pengamatan langsung dari proses magangnya
bagaimana dan sebahainya. Ketika didesak oleh tujuan perusahaan maka pemimpin baru
harus melakukan analisis terlebih dahulu bukan mengganti karyawan lama secara sepihak.
Apabila karyawan lama dapat diberikan pelatihan dan mampu meninhkatkan kualitas kerja
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah terdesak tersebut maka karyawab lama akan
tetap dipertahankan. Namun, apabila jika sudah diberikan pelatihan namun kualitas
kerjanya masih tidak sesuai dengan standar, maka akan dilakukan pergantian dengan
karyawab baru, itupu. Pemberhentian karyawan lama harus dilakukan secara terhormat
dan memberikan hak-haknya kepada karyawan tersebut. Sehingga segala tujuan
perusahaan dapat segera tercapai.

Tambahan Jawaban: Kadek Meliana Dewi_1807531007_11


Seorang pemimpin baru dalam menilai karyawannya sebaiknya tidak hanya satu sisi
saja tetapi juga bisa mempertimbangkan penilaian lainnya, jika memang karyawan lama
bisa dibimbing dan mereka juga mau untuk belajar ketika diberi pelatihan oleh perusahaan
maka mempertahankan karyawan lama masih bisa dilakukan guna mencapai tujuan-tujuan
perusahaan, namun apabila karyawan lama tidak mau terbuka dengan adanya perubahan
sistem yang terjadi di perusahaan, tidak mau belajar dalam menghadapi sesuatu yang baru
sehingga kualitas dari karyawan lama memang tidak memenuhi syarat maka dengan
merekrut karyawan baru lah yang menjadi pilihan perusahaan. Tetapi pemberhentian
karyawan juga harus diperhatikan agar tidak melanggar hak-hak para pekerja. Hal ini
merupakan kaitannya dengan teori changing cognitions.

Tambahan Jawaban : I Wayan Darmawan_1807531033_31


Izin menambahkan terkait pertanyaan ryan. Pemimpin baru akan memiliki perspektif
yang berbeda terkait dengan bagaimana kebijakan suatu perusahaan ditetapkan. Pertama,
pemimpin baru harus memahami bagaimana aturan yang semestinya dibuat dan ditetapkan
di perusahaan yang dipimpin dan juga harus disesuikam dengan tujuan yang ditetapkan
pula. Hal ini dikarenakan kebutuhan perusahaan akan keterampilan yang berbeda beda
yang mungkin saja dimiliki oleh karyawan baru atau karyawan lama. Keperluan sumber
daya inilah yang harus menjadi pertimbangan pemimpin tersebut untuk menentukan
karyawan siapa dan seperti apa yang harus direkrut. Adapun cara yang dapat dilakukan
dengan menelusuri karyawan lama bagaimana kinerjanya selama ini dan apa saja yang
sudah dilakukan untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk karyawan
baru dapat dilihat saat interview dan pengalaman yang dimiliki dalam bidang yang
diperlukan oleh karyawan tersebut.

3. Pertanyaan :
Gede Surya Wibawa_1807531021_21
Pelecehan seksual dalam organisasi biasanya terjadi dalam lingkungan kerja yang
melibatkan atasan dengan bawahan maupun sesama karyawan tak terkecuali korban
pelecehan seksual diminta untuk bungkam mengenai hal tersebut. Bagaimana cara
mengatasi pelecehan seksual yang terjadi dalam organisasi, sanksi apa yang tepat dalam
menindak perilaku tersebut serta langkah yang tepat dalam memperbaiki persepsi
karyawan lain terhadap korban pelecehan seksual?

Jawaban :
Ni Putu Ayu Liony Krishna Devi_1807531025_25
Cara mengatasi pelecehan seksual:
- Memperkuat tingkat keamanan dalam organisasi, dengan memasang CCTV pada tiap
ruangan dan memantau sehingga ketika ada indikasi yang menunjukkan adanya pelecehan
seksual, pengawas dapat melakukan tindakan atas hal tersebut.
- Memberikan sosialisasi terkait kebijakan perusahaan tentang pelecehan seksual dalam
lingkungan kerja.
- Perusahaan membentuk kebijakan dan perjanjian kerja terkait perlindungan perkeja
dalam hal ini adalah pelecehan seksual dan menginformasikan kepada seluruh pekerja
terkait prosedur pengaduan pelecehan seksual.
- Balik kepada masing2 individu bagaimana cara menahan hal-hal semacam itu agar tidak
melakukan hal semacam pelecehan seksual yang sangat mempengaruhi mental sang
korban.
Sanksi yang tepat:
Sanksi yang diberikan itu tergantung dari bentuk tindakan yang dilakukan, seperti berat-
ringannya serta frekuensi pelecehan, keinginan korban pelecehan menindaklanjuti kasus
tersebut dan faktor lainnya, sehingga sanksi yang dapat diberikan berupa:
- Peringatan tertulis apabila perbuatan tersebut termasuk ringan.
- Pemindahan tugas (mutasi)
- Mengurangi atau menghapus sebagai bagian dari wewenang manajemen
- Dalam kasus berat, pemberhentian sementara atau PHK dan apabila sangat berat bisa
dilanjutkan ke proses hukum
Langkah yang tepat dalam memperbaiki persepsi karyawan lain terhadap korban
pelecehan seksual
Paradigma yang terjadi di masyarakat adalah korban dan pelaku diperlakukan sama oleh
masyarakat karena pelecehan seksual ini tindakan yang melanggar norma susila. Banyak
yang beranggapan bahwa korban tersebut tidak akan dilecehkan apabila sang koban
mampu melawan, oleh karena itu sering korban pelecehan terpojokkan. Hal yang dapat
dilakukan adalah:
- Setelah kejadian, harus melakukan konseling kepada korban karena tentu hal ini sangat
berdampak pada mental korban.
- Pemerintah menyosialisasikan tentang pelecehan seksual dan menghapus paradigma
tersebut untuk melindungi korban karena banyak dari korban tersebut merupakan
seseorang yang tak bersalah.

Tambahan Jawaban : Ni Komang Maya Antari_1807531022_22


Pelecehan seksual di tempat kerja dapat menimpa siapa saja dan merugikan semua
pihak. Untuk mengatasi tindakan pelecehan seksual, maka korban harus segera melakukan
tindakan, diperlukan keberanian karena pelecehan seksual mengakibatkan turunnya
kinerja, yang selanjutnya menurunkan produktivitas kerja sehingga dapat berdampak pada
kelangsungan usaha bagi perusahaan. Dengan penurunan produktivitas kerja ini, akan
berdampak pada tingkat capaian kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Pada kasus pelecehan seperti ejekan atau hinaan, korban bisa bicara dengan orang yang
melakukan tindakan tidak menyenangkan. Ungkapkan bahwa perlakuannya mengganggu
korban. Apabila masalah tidak selesai dengan satu kali pembicaraan, maka korban bisa
langsung melaporkannya kepada divisi sumber daya manusia. Hal ini juga berlaku jika
tindakan pelecehan melibatkan kekerasan fisik. Departemen sumber daya manusia akan
membantu karena memang tugasnya untuk melindungi pegawai dan menjamin
kenyamanan kerja. Selanjutnya, langkah yang tepat dilakukan bagi perusahaan apabila
terjadi pelecehan seksual pada lingkungan kerjanya:
1. Perusahaan harus memiliki kebijakan pelecehan seksual yang jelas, dengan menegaskan
bahwa tindakan pelecehan seksual tidak akan ditoleransi, menegaskan bahwa perusahaan
akan mengambil tindakan disiplin terhadap pelaku pelecehan atau memecat pelaku
pelecehan, menetapkan prosedur yang jelas untuk mengajukan keluhan pelecehan seksual.
2. Melakukan sosialiasi kepada seluruh lingkup struktur perusahaan.
3. Perusahaan harus menanggapi semua keluhan secara serius. Jika seseorang mengeluh
tentang pelecehan seksual, harus ada tindakan langsung untuk menyelidiki keluhan. Jika
keluhan ternyata valid, respon harus cepat dan efektif.

Tambahan Jawaban: Kadek Meliana Dewi_1807531007_11


Adapun cara mengatasi pelecehan dalam suatu organisasi/perusahaan, yaitu:
Pelecehan seksual adalah perilaku dalam bentuk verbal ataupun fisik atau gerak tubuh
yang berorientasi seksual, permintaan layanan seksual, atau perilaku lain yang berorientasi
seksual yang membuat orang yang dituju merasa terhina, tersinggung dan/atau
terintimidasi. Suatu organisasi perlu memiliki kebijakan dan mekanisme/prosedur, bahkan
program komprehensif dalam mencegah, mengatasi, dan memberantas pelecehan seksual
di lingkungan kerjanya. Karena pemberi kerja memiliki tanggungjawab dalam
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan melindungi hak-hak pekerja. Dengan
adanya kebijakan dan prosedur ini perlu dipahami oleh semua pihak, pekerja maupun
manajemen. Pemberi kerja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman dan melindungi hak-hak pekerja. Pernyataan kebijakan setidaknya
mengandung hal-hal berikut ini:
a) Sebuah pernyataan yang melarang pelecehan seksual dalam organisasi
b) Sebuah peringatan bahwa pelecehan seksual melanggar kebijakan perusahaan
dan akan diganjar dengan tindakan disiplin termasuk pemecatan
c) Instruksi bagi para manajer untuk menerapkan kebijakan ini dan
memperlihatkan kepemimpinan dengan contoh tindakan.
d) Prosedur penanganan aduan pelecehan seksual
Dalam mengatasi pelecehan seksual dalam organisasi juga bisa mempertimbangkan
keterlibatan serikat pekerja. Untuk itu organisasi bersama serikat pekerja bersama-sama
terlibat dalam perancangan pendekatan dan strategi aksi bersama. Dengan adanya
keterlibatan serikat pekerja, maka komitmen organisasi semakin terlihat dalam
mencipatakn iklim kerja yang nyaman dan melidnungi pekerja.
ketentuan sanksi yang diberikan untuk menindak perilaku pelecehan seksual biasanya
dinilai dari bobot keseriusan pelecehan seksual, yaitu:
a) Berupa Mengeluarkan peringatan tertulis atau teguran;
b) Memindahkan pelaku atau penugasan pelaku ke tugas yang baru;
c) Pencopotan otoritas atau tugas-tugas manajemen;
d) pemotongan upah;
e) Skorsing atau pemutusan hubungan kerja;
Selain itu juga bisa diambil jalur hukum apabila aksi pelecehan seksual dirasa sudah
serius. Selain itu, apabila terjadi peristiwa pelecehan seksual sering kali para korban
(pihak perempuan) akan dipandang sebelah mata oleh publik. Sehingga seringkali para
korban memilih diam dan tidak melaporkaan tindakan pelecehan seksual yang dialaminya
karena adanya perasaan takut, trauma, stigma negatif yg mungkin muncul atau
kemungkinan timbulnya victim blaming (tindakan menyalahkan korban atas apa yg terjadi
pada dirinya). Oleh karena itu, langkah yg tepat dalam memperbaiki persepsi karyawan
lain terhadap korban pelecehan adalah memberikan sosialiasi terkait masalah pelecehan
seksual dimana jika terjadi kasus pelecehan seksual janganlah terlalu cepat menjudge
korban apabila hanya melihat satu sisi saja (misalnya pelaku sering menggunakan pakaian
terbuka sehingga hal itu pantas diterimanya), bersikaplah open minded dan bayangkan
berada pada posisi korban dimana dengan sikap ini diharapkan akan meendukung dan
memberikan semangat kepada para korban.

Tambahan jawaban : Ni Kadek Astri Winanti_1807531001_05


Mohon ijin untuk menambahkan, cara mengatasi pelecehan seksual yang terjadi
dalam organisasi yaitu dengan membuat Panduan untuk penanganan dan pencegahan
pelecehan seksual bukanlah sesuatu hal yang baru di Indonesia. Banyak perusahaan-
perusahaan besar telah memiliki berbagai panduan dan sangat proaktif dalam isu-isu ini.
Inisitiaf-inisiatif dari perusahaan tersebut telah membantu dalam memperbaiki tata kelola
dalam perusahaan dan meningkatkan produktifi tas serta moral pekerja. Belajar dari
berbagai panduan yang telah ada serta yang terbaru dari Pedoman Pencegahan Pelecehan
Seksual di Tempat Kerja yang diterbitkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. SE.03/MEN/IV.2011. Selanjutnya juga harus adanya kerja
sama antara pemerintah, perusahaan dan karyawan dalam menghadapi masalah ini.
Misalkan saja kalau dari perusahaan dapat membuat mekanisme/prosedur penanganan
pelecehan seksual tidak tergantung pada besar kecilnya perusahaan. Hal yang penting
adalah: Perusahaan/Pemberi kerja memiliki kebijakan/peraturan yang tegas dan jelas
tentang perlindungan pekerja dari pelecehan seksual, termasuk:
a) Menunjuk seorang pegawai (kordinator) yang dapat didatangi oleh pekerja
setiap kali mereka ada pertanyaan atau aduan dan memberikan informasi detil
tentang pihak (-pihak) yang bisa membantu, berikut alamat/lokasi dan nomor
kontaknya.
b) Membuat prosedur penanganan aduan mengenai pelecehan seksual yang dapat
dipertanggungjawabkan atau ditanggunggugat (akuntabel). Prosedur yang
merespon aduan dengan segera, tertutup dan adil.
c) Memastikan pada para pekerja bahwa semua diskusi dan penyelidikan akan
dilakukan dengan menjunjung tinggi kerahasiaan dan prosedural adil.
Adapun cara mengatasinya dengan meberikan sanksi kepada pelaku agar pelaku tidak
mengulanginya lagi serta ditindaklanjuti dengan tindakan hukum. Kemudian cara
memperbaiki persepsi karyawan terhadap korban pelecehan seksual dengan memberikan
pandangan bahwa korban mengalami peristiwa itu harus dirankul dan diberikan motivasi
secara psikologis dan bantuan hukum serta berusaha meyakinkan korban kalau peristiwa
tersebut terjadi bukan karena kesalahan korban baik dari segi penampilan atau pun sikap
yang memancing. Karena pada dasarnya pelaku kejahatan seksual akan melakukan
pelecehan terhadap siapa saja termasuk terhadap orang yang berpenampilan sopan.

Tambahan Jawaban: Ni Putu Nadia Putri Febrianti_1807531023_23


Sebenarnya untuk mengatasi pelecehan seksual dalam organisasi tenth harus
dibutuhkan kesadaran dari semua orang dengan tidak dibatasi gender, karena yang
namanya pelaku pelecehan seksual bisa dari gender manapun. Agar pelecehan seksual
dalam organisasi dapat diatasi tentunya tidak cukup hanya dengan dibuatkan aturan-aturan
tapi juga perlu adanya kesadaran setiap orang bahwa pelecehan seksual merupakan
kejahatan yg serius. Di mana setiap agama pasti melarang yang namanya pelecehan
seksual, dan seperti yang kita ketahui semua rakyat indonesia merupakan rakyat yg
beragama, tentunya dengan meningkatkan keimanan jg dapat dijadikan sebagai salah satu
cara. Kemudian untuk pertanyaan sanksi apa yang tepat, menurut saya yang namanya
pelaku seksual tentunya harus diberikan ganjaran yang maksimal, jika dalam organisasi
tentunya seorang pelaku harus segera dikeluarkan dari perusahaan.

Tambahan Jawaban dari Wayan Mila Cahya Sari_1807531027_27


Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus tersebut adalah :
a) Komunikasi: mensosialisaikan pedoman melalui, sebagai contoh, Lembaga
Kerjasama Bipartit, Lembaga Kerjasama Tripartit, dan beragam media cetak
dan elektronik.
b) Pendidikan: mengorganisasikan program-program orientasi dan pengenalan
bagi staff, ceramah-ceramah keagamaan, atau acara-acara khusus seperti acara-
acara yang sudah diprogramkan
c) Pelatihan bagi para penyelia dan manajer untuk mengenali masalah-masalah
yang ada di tempat kerja dan mengembangkan beragam strategi untuk
pencegahan; membentuk Tim Respon Penyelesaian Pelecehan.
d) Mendorong perusahaan untuk melaksanakan pencegahan pelecehan di tempat
kerja. Jadi dalam hal ini perusahaan dapat menerapkan strategi pencegahan
pelecehan seksial dengan menerapkan Kebijakan Perusahaan dan Perjanjian
Kerja/Peraturan Perusahaan/Kesepakatan Kerja Bersama.

4. Pertanyaan :
Gusti Ayu Made Dwi Trisnadewi_1807531037_34
Dalam wawancara kerja, tiap pewawancara pasti memiliki persepsi masing2 dalam
meloloskan calon karyawan. Hal ini kemungkinan akan membuat SDM dalam perusahaan
kurang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan dan mempengaruhi kualitas
SDM dalam perusahaan. Bagaimana cara manajer agar pewawancara (bagian hrd maupun
tenaga di luar perusahaan) mampu menyeleksi calon karyawan berdasarkan kualitas
karyawan yang diinginkan tanpa menggunakan persepsi pribadinya?

Jawaban :
Ni Kadek Melina Pebriyanti_1807531015_16
Cara interviewer baik itu manjaer/HRD dalam menyeleksi calon karyawan berdasarkan
kualitas karyawan yg diinginkan tanpa menggunakan persepsi pribadinya, adalah sebagai
berikut:
- Pertama, tentunya dalam melakukan pekerjaa apapun tidak hanya mewawancara
karyawan baru pastinya diperlukan profesionalitas dr kita sbg pemberi kerja. Dalam hal ini
manajer/HRD harus mampu membedakan kepentingan kerja dengan kepentingan
pribadinya, oleh karena itu diharapkan agar tidak mencampuradukkan persepsi pribadi dlm
penerimaan karyawan
- Kedua, untuk memudahkan menyeleksi karyawan baru juga dibutuhkan adanya daftar
spesifikasi/kualitas apa saja dr karyawan baru yg diinginkan oleh perusahaan sbg pedoman
dalam penerimaan karyawan tsb, maka focus interviewer tidak melenceng ke arah yg lain
- Lalu, setiap interviewer haruslah memiliki bekal kemampuan yg mumpuni dalam
menyeleksi seorang karyawan baru baik itu dalam hal kemampuan yg dimiliki dgn
kesesuaian data/bukti yg dilampirkan, ataupun kemampuan emosional (sikap/attitude)
karyawan tesebut yg sedikit tidaknya pasti tercermin saat wawancara dilakukan
- Terakhir, pengalaman interviewer. Percayalah, bahwa pengalaman dr seorang
interviewer akan turut berperan penting dalam menentukan diterima atau tidaknya calon
karyawan tersebut. Semakin matang pengalamannya maka semakin baik pula pengambilan
keputusan yg dilakukan oleh interviewer tsb.

Tambahan Jawaban : Ni Luh Made Dian Purnami Putri_1807531005_9


Menurut pendapat saya hal yang harus dilakukan oleh seorang manajer adalah
sebelum melakukan wawancara kerja, manajer harus mengkomunikasikan dan
berkoordinir kepada HRD dan lembaga terkait lainnya. Seperti memberikan hasil evaluasi
kerja terakhir mengenai perkwmbangan perusahaan, memberikan list-list apa yang harus
dijadikan indikator penyeleksi karyawan. Sehingga hrd bisa mempertimbangkan
persepsinya dengan list-list atau kriteria yang telah disepakati bersama. Penting juga bagi
manajer mengingatkan untuk mewujudkan sikap terbuka dan toleran saat kesan pertama
bertemu dengan calon pekerja, sehingga persepsi yang dibagun bisa positif.

Tambahan Jawaban : Ni Wayan Ariestiani_1807531010_13


Dalam perekrutan karyawan selain persepsi pribadi HRD seharusnya mempertimbangkan
beberapa hal lain, seperti :
a) Kompetensi. Kompetensi dilihat dari pendidikan yang ditempuh, pengalaman
kerja jika ada dan skill yang dimiliki. Apakah latar belakang pendidikan dan
pengalaman kerja telah sesuai dengan kualifikasi yang menjadi persyaratan?
Jika ya, maka kesempatan Anda akan lebih terbuka.
b) Karakter. Karakter seseorang sangat menentukan apakah seseorang layak
diterima ke dalam sebuah perusahaan atau tidak. Untuk karakter dan
kepribadian ini, penilaian akan dilakukan sesuai dengan posisi yang
diinginkann.
c) Attitude. Saat melakukan wawancara, sikap sopan dan ramah juga menjadi
penilaian tersendiri.
d) Grooming. Kesan pertama saat bertemu dengan orang baru pasti berawal dari
penampilan.
e) Komunikasi
f) Experience atau pengalaman
g) Antusiasme

Tambahan Jawaban : I Gusti Ayu Agung Damayanti_1807531004_8


Cara manajer agar pewawancara mampu menyeleksi calon karyawan berdasarkan kualitas
karyawan yg diinginkan perusahaan yaitu sebelum menugaskan para pewawancara
ataupun pertugas terkait, manajer sebaiknya memberikan pengarahan terkait ketentuan"
dan standar karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga para pewawancara
dapat berpatokan pada ketentuan tersebut. Sehingga apa yang menjadi kebutuhan akan
kualitas perusahaan dapat terpenuhi tanpa adanya persepsi pribadi dari pewawancara.

5. Pertanyaan :
I Kadek Cesin Dwi Murthi Prayoga_1807531044_37
Kesetian karyawan sering dijadikan persepsi/penilaian terhadap karyawan. Sayangnya,
banyak penilaian kesetiaan bersifat pertimbangan. Misalnya saja ada individu yang
melaporkan ti dakan tidak etis atasanya dianggap sebagai pengacau, padahal hal tersebut
dilakukan karena kesetiaanya kepada perusahaan. Kemudian juga ada atasan yg
menganggap kesetiaan itu setuju dan mematuhu setiap perintahnya baik benar atau salah.
Bagaimana cara suatu perusahaan agar dapat memperbaiki penafsiran yang tidak benar
tentang kesetiaan karyawan?

Jawaban :
I Gusti Agung Candrika Mahadewi_1807531017_17
Hal ini dimulai harus dari individu atau dalam hal ini dari masing-masing manajemen
perusahaan. Dimana hal yang dapat dilakukan yaitu:
1. Dengan cara memisahkan antara urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, jadi bersifat
profesional. Hal ini karena masalah sering sekali muncul saat seseorang tidak mampu
bersikap profesional, terutama dengan orang-orang yang memang sudah lama dikenal.
Sehingga dengan bersikap profesional ini nantinya dalam perusahaan akan tercipta
suasana kerja yang nyaman dan bebas dari adanya urusan pribadi atau golongan

2. Bersikap lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain. Hal ini karena dalam
suatu organisasi atau perusahaan pasti pernah saja terjadi perbedaan pendapat antar
individunya, sehingga untuk menghindari salah paham dan juga menghindari asumsi
bahwa rekan kerja (atasan atau bawahan) mau menjatuhkan kita karena berbeda pendapat
maka diperlukan adanya sikap terbuka dan mau menerima pendapat orang lain ini dengan
catatan bahwa pendapatnya tersebut bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan apabilan relevan

Tambahan Jawaban : Kadek Meliana Dewi_1807531007_11


Adapun cara perusahaan memperbaiki penafsiran yang tidak benar tentang kesetiaan
karyawan adalah:
Perusahaan harus menetapkan aturan dan sikap yang jelas terhadap tindakan-tindakan
yang bisa menimbulkan keambiguitasan, salah satunya contohnya pengaduan yang
dilakukan karyawan jika melihat rekannya melakukan hal yang menyimpang dari prosedur
yang berlaku (menggelapkan dana). Tindakan karyawan ini tentunya merupakan bukan
tindakan yang negatif yang bisa dicap sebagai pengacau, namun hal ini tentunya bisa
menghindari perusahaan dari kerugian akibat dari oknum yang tidak bertanggung jawab.
Sehingga di sinilah peran manajer dalam memberikan pemahaman kepada pawa
bawahannya, agar tidak menimbulkan salah persepsi.

Tambahan jawaban : Kadek Meinawati_1807531013_14


Salah satu cara untuk menyamakan persepsi kesetiaan dalam perusahaan adalah
melakukan komunikasi antar karyawan dan atasan , dikarenakan melalui komunikasi ini
biasanya atasan akan menyampaikan bahwa setiap karyawan dimohonkan untuk menjaga
segala kerahasiaan perusahaan meskipun telah pensiun atau pindah kerja. Namun apabila
masih terdapat atasan yang beranggapan bahwa kesetiaan karyawan diragukan ketika
adanya kritik terhadap kinerja itu merupakan suatu masukan untuk atasan. Hal tersebut
karena akan lebih baik jika karyawan mampu mengkritik atasan karena itu akan membantu
peningkatan kinerja kedepannya. Namun kembali pada tempat dan waktu kritik itu
disampaikan haruslah pada saat yang tepat, artinya tidak disampaikan diam-diam di
belakang atasan.

6. Pertanyaan :
I Gde Kienu Jovanka Mantara_1806541058_4
Salah satu sumber potensi/penyebab stress adalah faktor ketidakpastian lingkungan.
Pada masa pandemi ini terjadi ketidakpastian ekonomi, menyebabkan orang-orang
menjadi cemas ttg keamanan pekerjaan mereka. Menurut kalian bagaimana cara manajer
suatu perusahaan menyikapi peristiwa ini agar tidak timbulnya kecemasan tersebut pada
karyawan dan perusahaan tersebut tetap bisa jalan?

Jawaban :
Ni Putu Indah Berliana_1807531014_15
Kecemasan terhadap pekerjaan dan perekonomian dalam masa pandemi ini sudah
pasti ada, tidak hanya oleh karyawan namun juga manajer/atasan yang berusaha untuk
mempertahankan perusahaan/bisnis mereka pada situasi krisis seperti ini. Namun untuk
tetap memaksimalkan kinerja perusahaan, manajer harus mampu merangkul seluruh
karyawannya begitu juga sebaliknya. Adapun cara manajer untuk menjaga stabilitas
kinerja perusahaan dan perasaan karyawan adalah dengan:
a) Beralih ke sistem teknologi apabila regulasi memaksakan perusahaan untuk
menghentikan pekerjaan secara langsung di kantor karena PSBB COVID-19,
perusahaan dapat beralih ke alternatif WFH (work from home) dengan
memanfaatkan teknologi komputer dan jaringan internet (online).
b) Memberikan pelatihan online kepada karyawan terkait sistem pekerjaan yang
dilakukan secara WFH, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan video tutorial
terkait cara penggunaan aplikasi, komputer, online meeting atau sejenisnya.
c) Menjamin kesehatan karyawan dan mulai menerapkan protokol kesehatan di
kantor ketika periode new normal berlangsung.
d) Ketika masa new normal berlangsung sebaiknya karyawan diberikan sift/masuk
kantor secara bergantian agar tidak beresiko terpapar virus.
e) Saling support dan memberi semangat satu sama lain, baik atasan maupun
bawahan, meski dengan jarak yang berjauhan. Selalu berikan vibes/motivasi yang
positif antar elemen perusahaan, begitu juga para karyawan harus mampu
memaksimalkan kinerja dan produktivitasnya meskipun dalam keadaan WFH.

Tambahan jawaban : Ni Made Wilantari_1807531020_20


Menurut saya, bagi seorang manajer, untuk menghadapi kondisi seperti sekarang
dalam memimalisir kecemasan karyawan perlu disesuaikan lagi dengan operasi
perusahaan.
a) Untuk perusahaan yang masih beroperasi bisa mengambil kebijakan berupa :
- Sistem shift. Ini digunakan agar jumlah pekerja yang ada dalam operasi
perusahaan masih bisa mengikuti protokol Covid-19. Selain itu, sistem shift juga
dapat mengefisienkan biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan
dibandingkan dengan bekerja secara fulltime mengingat permintaan konsumen
dibeberapa sektor industri itu menurun.
- Pengalihan jobdesc karyawan. Bisa ambil contoh, Pizza Hut pada saat ini
melakukan strategi marketing "turun ke jalan" untuk meningkatkan penjualan
dengan menjangkau masyarakat yang lebih luas. Pizza Hut menggunakan
karyawan yang dulunya sebagai kurir/staff produksi untuk menjalankan strategi
marketing ini.
2. Untuk perusahaan yang tidak bisa beroperasi bisa menggunakan kebijakan
unpaid leave. Dimana karyawan perusahaan akan menerima cuti namun tidak
diberikan gaji. Kebijakan ini dirasa lebih menjamin karyawan dibandingkan
dengan kebijakan pemutusan hubungan kerja. Disamping itu, perusahaan juga bisa
memberikan suntikan dana pada saat karyawan akan cuti yang nantinya dapat
dijadikan bekal selama cuti atau modal berwirausaha. Kebijakan seperti ini
diterapkan oleh Garuda Indonesia untuk para pilot, pramugara/i, dan juga staff
operasional lainnya.

Tambahan Jawaban : Kadek Meliana Dewi_1807531007_11


Kecemasan dalam kondisi pandemik seperti ini tentunya sudah wajar terjadi karena
tentunya mereka menghawatirkan kehilangan pekerjaan mereka. Nah tindakan yg bisa
dilakukan manajer untuk mengurangi/meminimalisir bentuk kecemasan ini adalah dengan
memberikan pengertian kepada para pekerja bahwa perusahaan akan berusaha melakukan
yang terbaik dalam menghadapi situasi pandemi ini dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan karyawannya. Selain itu juga bisa dengan lebih giat lagi dengan melihat
peluang yg mungkin muncul di tengah kondisi pandemi seperti ini sehingga perusahaan
bisa menerapkan strategi” yg mungkin dilakukan oleh perusahaan, dengan adanya upaya
perusahaan untuk tetap aktif beroperasi dan memanfaatkan peluang yg ada maka hal ini
bisa mengurangi kecemasan karyawan karena dirasa perusahaan masih bisa terus
beroperasi ke depannya.
Namun apabila perusahaan tidak ada pilihan untuk merumahkan beberapa
karyawannya maka tindakan yg bisa dilakukan perusahaan adalah memberi pemahaman
kepada karyawan bahwa tindakan ini dilakukan karna kondisi yg kurang stabil sehingga
dana perusahaan tdk bisa untuk tetap memperkerjakan seluruh karyawannya namun
apabila kondisi perekonomian sudah stabil maka karyawan tsb akan tetap dipekerjakan.
Selain itu tindakan yg bisa dilakukan adalah dengan tetap memberikan 50% atau 75% gaji
kepada karyawan hal ini penting dilakukan perusahaan guna menunjukan bentuk tanggung
jawab perusahaan kepada kayawannya sehingga loyalitas karyawan terhadap perusahaan
meningkat. Nah tindakan-tindakan inilah yg bisa dilakukan perusahaan guna mengurangi
kecemasan dan kesetresan karyawannya.

Anda mungkin juga menyukai